KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK HAY
Clitoria ternatea DAN Centrocema pascuorum CV CAVALCADE
PADA SAPI BALI LEPAS SAPIH
(The Digestibility of Dry and Organic Matter of Clitoria ternatea and
Centrocema pascuorum cv Cavacade on Bali Cattle post Weaning)
A.RUBIANTI,P.TH.FERNANDEZ,H.H.MARAWALI danE.BUDISANTOSO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur,
Jl. Timor Raya km 32, Kupang
ABSTRACT
Clitoria ternatea and Centrosema pascuorum are two kinds of crop legume one season which growth in
the soil at enough humidity condition, high biomas production were the feeding high quality, had a crude protein, had digestibility variation which were dependent on the age and the season of feed removal. These crop are not common in breeder farmer which is intoduction from Australia. This research was done in 10 weeks field experiment field at Lili BPTP NTT. start on first of Juni until middle of August 2007. The 10 Bali’s male calves weaned around 6 to 7 months with average body weight around 70 kg. This research have a purpose to know dry matter and organic matter digesitbility of Clitoria Ternatea and Sentrosema
pascuorun. This research use Completely Randomized Block Design student test with 2 treatments and 5
replications. The result showed the consumption of dry matter of Clitoria ternatea and Centrocema
pascuorum (g/head/day) (1.789,36 vs 1.573,02), dry matter digestibility (%) (50,15 vs 53,52) and organic
matter digestibility (53,47 vs 55,67). The results showed that Clitoria Ternatea and Centrosema pascuorum 100% in the hay of Bali male also calves weaned give the same influence to dry matter consumption, dry matter and organic matter digestibility.
Key Words: Digestibility, Hay Feed, Weaned Bali Calves
ABSTRAK
Clitoria ternatea dan Centrosema pascuorum adalah dua jenis legume yang tumbuh dalam satu musim pada tanah yang kondisi kelembabannya cukup. Kedua jenis legume ini memproduksi biomassa yang tinggi, berkualitas tinggi dengan protein kasar tinggi dan kecernaannya tinggi yang bervariasi tergantung pada umur dan musim pada saat dipanen. Kedua jenis tanaman ini tidak biasa ditanam oleh petani dan ini dimasukkan dari Australia. Penelitian telah dilaksanakan dalam satu percobaan lapangan di BPTP NTT selama 10 minggu mulai awal bulan Juni sampai pertengahan bulan Agustus 2007. sepuluh ekor anak sapi Bali jantan lepas sapih umur 6 – 7 bulan dengan berat badan rata-rata 70 kg digunakan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kecernaan bahan kering dan bahan organik dari kedua jenis legum di atas. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan uji t student, menggunakan 2 (dua) perlakuan dan 5 (lima) ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering Clitoria ternatea dan
Centrosema pascuorum (g/e/h) (1573,02 vs 1789.36); kecernaan bahan kering (%) (50,15 vs 53,52) dan
kecernaan bahan organik (53,47 vs 55,67). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian 100% hay
Clitoria ternatea dan Centrosema pascuorum pada anak sapi Bali jantan lepas sapih memberikan pengaruh
yang sama terhadap konsumai bahan kering, kecernaan bahan kering dan bahan organik. Kata Kunci: Kecernaan, Pakan Hay, Anak Sapi Bali Lepas Sapih
PENDAHULUAN
Produksi ternak ruminansia yang masih sangat rendah terutama disebabkan oleh kuantitas dan kualitas hijauan yang kurang
memadai terutama pada musim kemarau. Lebih lanjut dinyatakan bahwa untuk meningkatkan produktivitas ternak ditentukan oleh kualitas dan kuantitas nutrisi yang dikonsumsi disamping ditentukan oleh genetik dan tata
laksana pemeliharaan. Ternak yang hanya memperoleh rumput kering dapat mengakibatkan kekurangan berat badan mencapai 20% dari berat badan pada musim hujan (BAMUALIM, 1994).
Pertumbuhan ternak setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor yaitu antara lain potensi pertumbuhan masing-masing individu ternak dan pakan yang diberikan. Potensi dalam priode tersebut dipengaruhi oleh faktor bangsa, heterosis dan jenis kelamin. Adapun pola pertumbuhannya akan tergantung pada sistem pemeliharaan yang digunakan, kualitas pakan, kesehatan dan iklim (KATIPANA dan HARTATI, 2005).
Umumnya masyarakat peternak di NTT belum terbiasa melakukan penyapihan dini terhadap ternak sapi karena kurangnya informasi dan pengetahuan serta adanya rasa kekuatiran terhadap ternaknya akan mati sehingga membiarkan anak sapi secara alamiah dipisah oleh induknya.
Hay (hijauan kering) adalah bahan pakan hijauan yang berasal dari hijauan yang telah dikeringkan, Batas kadar air hay tergantung dari bentuk hay yang dibuat agar dalam penyimpanan tetap baik kualitasnya. Dalam keadaan lepas maksimum kadar airnya 25%, dipres dalam bentuk bal 20 – 22%, dicacah 18 – 20% dan dibuat kubus atau wafer 17%. (SOEJONO, 1998). Clitoria ternatea adalah jenis tanaman legum yang memiliki batang yang kuat dan berpasangan. Daunnya agak berbulu dengan 5 atau 7 daun muda setiap tangkainya. Bunga Clitoria ternatea berbentuk tunggal atau berpasangan dengan berwarna biru, ungu bercampur putih. Buah Clitoria
ternatea berbentuk kacang- kacangan yang
panjangnya antara 4 – 13 cm dan lebarnya 0,8 – 12 cm, (REID, 1980). Penyebaran Clitoria
ternatea hampir disemua Negara di Benua
Afrika. Bahkan kini mulai merambah ke Benua Asia, Afrika dan Australia dengan wilayah semi arid, dengan curah hujan berkisar antara 600 – 800 mm.
Centrosema pascuorum adalah jenis
tanaman semusim, jenis akar herbal kembar yang berakar dari nodul dengan batang menjalar ke dalam tanah dalam kondisi kelembaban yang cukup. Batangnya berbentuk silinder sedikit berbulu dan menjalar mencapai dua meter di atas tanah. Daunnya berhelai 3 tegak di atas tangkai daun (CAMERON, 1998).
Tanaman ini merupakan jenis tanaman dataran rendah di daerah tropis dan tumbuh alamiah dengan ketinggian 20 – 200 m dari permukaan laut. Merupakan pakan yang berkualitas tinggi, memiliki kandungan protein kasar dan kecernaan yang bervariasi tergantung dari umur dan musim pengambilan pakannya.
Kedua jenis tanaman pakan di atas merupakan tanaman pakan yang diintroduksi dari Australia dan belum secara luas dikenal oleh masyarakat peternak di NTT, Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian tentang konsumsi dan kecernaan dari kedua jenis pakan tersebut.
Pencernaan merupakan proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan makanan di dalam alat pencernaan. Perubahan tersebut dapat berupa penghalusan bahan makanan maupun perubahan sifat-sifat kimia terutama pada ternak ruminansia, penyerapan dan pengeluaran sisa-sisa hasil pencernaan (SUTARDI, 1992). Daya cerna merupakan presentasi nutrien yang diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrien yang dimakan dan jumlah nutrien yang dikeluarkan dalam feses. Nutrien yang tidak terdapat dalam feses inilah yang diasumsikan sebagai nilai yang dicerna dan diserap.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecernaan bahan kering dan bahan organik dari pakan Clitoria ternatea dan Centrosema
pascuorum yang diberikan dalam bentuk hay
pada sapi Bali lepas sapih.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Lili Kupang BPTP NTT selama 10 minggu sejak bulan Juni sampai bulan Agustus 2007, menggunakan 10 ekor anak sapi Bali jantan lepas sapih berumur 6 – 7 bulan dengan berat badan rata-rata 70 kg kemudian ternak tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok dengan dua perlakuan dan lima ulangan.
Komposisi pakan yang diberikan adalah sebagai berikut:
T1: 100% hay Clitoria ternatea ad libitum T2: 100% hay Centrocema pascuorum cv
cavalcade ad libitum
Sebelum ternak mendapat perlakuan terlebih dahulu ternak ditimbang untuk
mengetahui bobot badan awalnya ternak diberi pakan sesuai perlakuan dan besok paginya sisa pakan ditimbang untuk mengetahui jumlah konsumsi harian. Untuk sampel pemberian di ambil 2 kali seminggu. Sedangkan untuk kebutuhan daya cerna feses ditampung setiap hari dari pagi sampai pagi hari berikutnya di timbang dan diambil 10% disimpan dalam refrigerator selama seminggu. Pada hari ketujuh feses-feses tersebut dikomposit kemudian diambil 10% dari masing-masing individu dan dikeringkan untuk kebutuhan analisis laboratorium. Demikian juga air minum diukur setiap hari selama daya cerna berlangsung.
Komposisi kimia bahan makanan percobaan. Komposisi kimia bahan makanan (dasar bahan kering) dari pakan percobaan sebagaimana tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia bahan makanan percobaan (%BK) Kandungan Hay Centrosema pascuorum Hay Clitoria ternatea Bahan kering 80,16 82,29 Bahan organik 93,40 92,49 Protein kasar 19,56 21,32 Lemak kasar 2,93 2,65 Serat kasar 11,84 10,92 BETN 59,07 57,60 Gross energi (Kkal/kg) 4287,58 4267,94
Sumber: HASIL ANALISIS LABORATORIUM KIMIA
MAKANAN FAPET UNDANA (2007)
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah:
1. Konsumsi bahan kering pakan diukur berdasarkan selisih antara jumlah pakan yang diberi dan sisa pakan yang tidak dikonsumsi (dikalikan % bahan kering pakan) selama 24 jam.
2. Kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum diperoleh dari selisih antara bahan kering dan bahan organik ransum yang dikonsumsi dengan bahan kering dan bahan organik feses dibagi dengan bahan kering atau bahan organik yang dikonsumsi
dikalikan 100% atau dengan rumus sebagai berikut:
Kecernaan =
(zat yang dikonsumsi – zat dalam feses) zat yang dikonsumsi
Data hasil penelitian yang diperoleh ditabulasi, kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji t-Student.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rata-rata konsumsi bahan kering, kecernaan bahan kering dan bahan organik dari bahan pakan penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan konsumsi bahan kering, kecernaan bahan kering dan bahan organik dari pakan penelitian Perlakuan Variabel Clitoria ternatea (T1) Centrosema pascuorum (T2) Konsumsi BK (g/ekor/hari) 1.573,02a 1.789,36a BK feses (g/ekor/hari) 783,32 825,48 Dicerna (g/ekor/hari) BK tercerna (%) 781,74 50,15a 963,88 53,52a Konsumsi BO (g/ekor/hari) 1.488,17a 1.663,00a BO feses (g/ekor/hari) 686,57 731,75 Dicerna (g/ekor/hari) 801,60 931,25 BO tercerna (%) 53,47a 55,67a
Superskrip yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata (P > 0,05)
Konsumsi bahan kering pakan
Kemampuan mengkonsumsi suatu bahan pakan tunggal dapat memberikan gambaran palatabilitas pakan tersebut atau sejauh mana pakan tersebut disukai oleh ternak. Konsumsi bahan kering pada anak sapi Bali jantan lepas sapih yang mengkonsumsi pakan 100% hay
Clitoria ternatea dan Centrosema pascuorum
secara ad libitum dapat dilihat pada Tabel 2.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa konsumsi bahan kering pakan tertinggi diperoleh pada perlakuan T2 dan diikuti oleh perlakuan T1. Alasan yang mendasar perlakuan T2 konsumsi bahan kering ransum lebih tinggi karena hay
Centrosema pascuorum memiliki tekstur yang
halus dibandingkan dengan hay Clitoria
ternatea yang teksturnya lebih kasar dan agak
keras. Disamping itu tingkat palatabitas pakan yang tinggi sehingga disukai oleh ternak. Hal ini sesuai pendapat (VAN SOEST, 1994)bahwa konsumsi pakan tergantung pada palatabilitas, jumlah pakan dan pengaruh lingkungan.
Hasil statistik menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering Centrosema pascuorum (T2) dengan Clitoria ternatea (T1) tidak berbeda nyata (P > 0,05). Tidak adanya perbedaan tersebut diduga karena komposisi kimia ransum yang relatif sama. Disamping itu aspek lain juga yang berpengaruh adalah ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak lepas sapih sehinga kemampuan menggunakan zat-zat makanan untuk pertumbuhan relatif sama.
Kecernaan bahan kering
Kecernaan adalah indikasi awal ketersediaan berbagai nutrisi yang terkandung dalam bahan pakan tertentu bagi ternak yang mengkonsumsinya. Kecernaan yang tinggi mencerminkan besarnya sumbangan nutrien tertentu pada ternak, sementara itu pakan yang mempunyai kecernaan rendah menunjukkan bahwa pakan tersebut kurang mampu mensuplay nutrien untuk hidup pokok maupun untuk tujuan produksi ternak.
Rata-rata kecernaan bahan kering ransum disajikan dalam Tabel 1. Pada tabel tersebut tampak bahwa nilai kecernaan bahan kering tertinggi pada perlakuan T2 kemudian diikuti perlakuan T1.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kecernaan bahan kering dari Centrosema
pascuorum dengan Clitoria ternatea tidak
berbeda nyata (P > 0,05). Hal ini diduga karena kualitas pakan terutama kandungan protein kasar dari kedua jenis pakan tersebut relatif sama. BAMUALIM (1988) menyatakan bahwa protein merupakan suatu zat makanan yang essensial bagi tubuh ternak dan tersedianya
protein yang cukup menyebabkan aktivitas dan pertumbuhan mikroorganisme meningkat sehingga proses pencernaan dan konsumsi juga meningkat. Lebih lanjut OKTARINA et al. (2004) menyatakan bahwa peningkatan kadar protein dalam pakan akan meningkatkan laju perkembangbiakan dan populasi mikrobia rumen sehingga kemampuan mencerna pakan menjadi lebih besar.
Kecernaan bahan organik
Rataan kecernaan bahan organik pada ternak sapi penelitian dapat dilihat pada Tabel diatas terlihat bahwa kecernaan bahan organik ransum tertinggi pada perlakuan T2 kemudian diikuti oleh perlakuan T1.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kecernaan bahan organik Centrosema pascuorum dengan Clitoria ternatea tidak berbeda nyata. Hal ini berhubungan dengan komposisi kimia dari pakan perlakuan yang dapat mempengaruhi daya cerna pakan. Sebab daya cerna dari suatu pakan tergantung pada keserasian dari zat-zat makanan yang terkandung didalamnya.
Dilihat dari komposisi kimianya bahwa kedua jenis pakan tersebut cukup memberikan nilai guna bagi pertumbuhan mikroorganisme rumen, terutama dalam sintesis protein tubuhnya, harus cukup tersedia nitrogren (BAMUALIM, 1994) menjelaskan bahwa pertumbuhan dan aktivitas mikroba selulolitik yang efisien, sama halnya dengan mikroba rumen lain, membutuhkan sejumlah energi, nitrogen, mineral dan faktor lain (misalnya vitamin). Selanjutnya dinyatakan pula bahwa energi merupakan faktor esensial utama yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba rumen. Mikroba rumen menggunakan energi untuk hidup pokok, teristimewa untuk melakukan transport aktif .
Menurut (VAN SOEST, 1994), kemampuan mencerna bahan makanan ditentukan oleh berberapa faktor seperti jenis ternak, komposisi kimia makanan dan penyiapan makanan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa daya cerna suatu bahan makanan atau ransum tergantung pada keserasian zat-zat makanan yang terkandung didalamnya.
KESIMPULAN
Pemberian pakan Centrosema pascuorum dan Clitoria ternatea 100 % dalam bentuk hay pada anak sapi Bali jantan lepas sapih memberikan pengaruh yang sama terhadap konsumsi bahan kering, kecernaan bahan kering dan bahan organik.
Hay Centrosema pascuorum dan hay Clitoria ternatea sebaiknya diberikan pada anak sapi lepas sapih terutama pada musim kemarau sehingga dapat menekan angka kematian anak sapi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada ACIAR LPS 2004/023 sebagai penyandang dana dalam kegiatan penelitian ini dan rekan staf kandang di Kebun percobaan Lili Kupang BPTP Nusa Tenggara Timur yang membantu dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
BAMUALIM,A. 1994. Usaha Peternakan Sapi Bali di Nusa Tenggara Timur. Prosiding Seminar Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian Peternakan dan Aplikasi Paket Teknologi Pertanian. Sub Balai Penelitian Ternak Lili/Balai Informasi Pertanian Noelbaki Kupang 1 – 3 Pebuari 1994. hlm. 17 – 26.
CAMERON, A.G. 1996b. Cavalcade and Bundey. Seed Production. NT-DPIF Agnote 403. http://www.nt.gov.au/dbird/dpif/pubcat/agnote s/pastures.shtml (10 Agustus 2007).
KATIPANA,N.G.F. dan E.HARTATI. 2005. Budidaya Sapi Bali di Daerah Tropis Semi Kering. Fakultas Peternakan Undana. hlm. 139 – 141. OKTARINA, K.,E. RIANTO, R. ADIWINARTI dan A.
PURNOMOADI. 2004. Pemanfaatan protein pada domba ekor tipis jantan yang mendapat pakan penguat dedak padi dengan aras yang berbeda. J. Pengembangan Peternakan Tropis. Special Edition Bulan Oktober, Buku I. hlm. 110 – 115.
REID,R. and D.F.SINCLAIR. 1980. An evaluation of a collection of Clitoria ternatea for Forage and grain production. Genetic Resources Communication 1: 1 – 8.
SUTARDI, T. 1992. Landasan Ilmu Nutrisi. Dept. Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
STAPLES,L.P. 1992. Clitoria ternatea L. In: Plant Resources of South East Asia. No. 4. MANENETJE, L. and R.M. JONES. Forgaes, Netherlands. pp. 94 – 96.
SOEJONO,M. 1998. Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
VAN SOEST,P.J. 1994. Nutritional Ecology of The Ruminant. 2nd Edition. Comstock Publishing Associates a Division of Cornell University Press, Ithaca and London.