• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Knowledge, Sources of information by peers, Attitude, Readiness, Menarche

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": Knowledge, Sources of information by peers, Attitude, Readiness, Menarche"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02

Sukorejo Page 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESIAPAN REMAJA PUTRI MENGHADAPI MENARCHE DI SD N 02 SUKOREJO SEMARANG

Ita Fijanah Puspita1, M. Imron Rosyidi2, Sri Wahyuni3

1

Program Studi D IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo

2

Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo

3

Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo Abstrak

Remaja yang tidak siap menarche akan menolak proses psikologis sehingga mereka merasa haid sesuatu yang kejam dan mengancam. Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang. Desain Penelitian ini menggunakan deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 51. Sampel menggunakan teknik total sampling sebanyak 51 siswi. Analisis data menggunakan uji statistik chi square (p <0,05). Hasil penelitian Remaja putri yang mempunyai pengetahuan baik dan siap menghadapi menarche (57,1%) dengan PR=2,188, nilai p= 0,079, sumber informasi cukup dari teman sebaya dan siap menghadapi menarche (93,3%) dengan PR=3,055 dan p=0,0001. Sikap positif dan siap menghadapi menarche (70,8%) dengan PR=2,39 dan p= 0,008. Kesimpulan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kesiapan menarche, ada hubungan antara sumber informasi dari teman sebaya, dan sikap dengan kesiapan menghadapi menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang. Hasil penelitian ini diharapkan remaja putri menjelang usia menarche sebaiknya mencari informasi dari berbagai sumber yang dapat dipercaya mengenai menarche.

Kata kunci : Pengetahuan, Sumber informasi teman sebaya, Sikap, Kesiapan, Menarche

Abstract

The adolescents who are prepared for menarche will be happy because they feel mature biologically. The purpose of this study was to find the influencing factors of female adolescents’ readiness in facing menarche at SD N 02 Sukorejo Semarang. This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The population is this study amounted to 51. The data sampling used total sampling technique as many as 51 students. The data analysis used Chi Square test (p<0,05). The results of this study shoulded that the female adolescents had good knowledge and readiness in facing menarche (58,3%) with PR= 2,188, p value of 0,079, for information by peers and readiness in facing menarche (93,3%) with PR=3,055 and p value 0,0001. a positive attitude and readiness in facing menarche (70,8%) with PR= 2,391 and p value of 0,008. The conclusion it was that there was not a significant correlation between knowledge toward the readiness in facing menarche, and there was a significant corerelation bertween sources of information by peers, and attitude toward the readiness in facing menarche at SD N 02 Sukorejo Semarang. The result of this study expected are female adolescents find more information from reliable sources about menarche.

Keywords : Knowledge, Sources of information by peers, Attitude, Readiness, Menarche

(2)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02

Sukorejo Page 2

PENDAHULUAN

Menarche merupakan tanda awal masuknya seorang perempuan dalam masa

reproduksi. Rata-rata usia menarche pada umumnya adalah 12-14 tahun. Menarche dapat terjadi lebih awal pada usia 9-10 tahun atau lebih lambat pada usia 17 tahun. Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang paling besar dari penduduk dunia. WHO dalam Soejiningsih (2007) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja yang berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Hasil Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa berdasarkan laporan responden yang sudah mengalami haid rata-rata usia menarche di Indonesia 13 tahun (20%) dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun. Secara nasional rata-rata usia menarche 13-14 tahun terjadi pada 37,5% anak Indonesia.

Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Populasi remaja di dunia saat ini mencapai 1,2 miliar penduduk atau 1 dari 5 orang di dunia berusia 10-19 tahun menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2012). Rentang usia remaja berada antara usia 10-19 tahun menurut World

Health Organization (WHO, 2013). Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak membatasi remaja sebagai individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah (Kepmenkes, 2010). BKKBN menambahkan bahwa batasan usia remaja berada pada 10-24 tahun (BKKBN, 2011).

Haid pertama dapat menimbulkan reaksi yang positif dan juga negatif bagi masa remaja perempuan. Mereka sudah dipersiapkan dan mendapat informasi tentang akan datangnya menstruasi maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi maka akan merasakan pengalaman yang negatif (Hurlock, 2006).

Masa menstruasi banyak terdapat gangguan-gangguan, baik dari segi fisik maupun dari segi psikologis. Gangguan-gangguan menstruasi ini dapat menyebabkan terganggunya aktivitas-aktivitas dari wanita yang mengalami gangguan menstruasi tersebut. Gangguan-gangguan psikologis pada saat menstruasi, yaitu: kecemasan atau ketakutan terhadap menstruasi, merasa terhalangi atau merasa terbatasi kebebasan dirinya oleh datangnya menstruasi, mudah tersinggung atau mudah marah, perubahan pola makan, serta merasa gelisah dan gangguan tidur (Lubis, 2013).

Haid merupakan peristiwa yang harus dipahami oleh remaja putri, dengan demikian remaja putri harus diberikan penjelasan mengenai menarche. Remaja putri harus memiliki pengetahuan tentang menstruasi pertama, lamanya menstruasi, memahami siklus menarche, gangguan-gangguan yang dapat terjadi saat menarche, keluhan dan pengobatannya. Remaja putri harus memperhatikan kebersihan diri, seperti mengganti pembalut 4-5 kali sehari untuk menghindari bakteri dan cara menggunakan pembalut pada vagina. Memberikan penjelasan kepada remaja putri mengenai menarche dapat mengurangi aspek negatif dari menstruasi pertama seperti kerepotan, kekotoran, ketidaknyamanan fisik yang menyebabkan keterbatasan tingkah laku dan rasa kecemasan serta ketakutan dalam menghadapi menarche (Mardilah, 2011).

Remaja yang belum siap menghadapi menarche akan timbul keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut, mereka akan merasa haid sebagai sesuatu yang kejam dan mengancam, keadaan ini dapat berlanjut kearah yang lebih negatif. Berbeda bagi mereka yang telah siap dalam menghadapi menarche, mereka akan merasa senang dan bangga, dikarenakan mereka menganggap dirinya sudah dewasa secara biologis (Jayanti, 2011).

(3)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02

Sukorejo Page 3

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nurngaini 2003, di SD-AL Azhar Semarang, secara emosional kesiapan dalam menghadapi menstruasi menunjukkan bahwa: hampir semua perasaan subjek mengalami cemas, bingung, tegang, takut, kaget dan deg-degan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Muryana 2008, perasaan remaja saat mengalami menarche adalah takut, kaget, bingung bahkan ada juga yang merasa senang. Ketidaktahuan anak tentang menstruasi dapat mengakibatkan anak sulit untuk menerima menarche (Aprilani, 2009).

Menurut Sukmadinata (2009) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan remaja putri menghadapi menarche antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan, usia anak saat mengalami menarche, persepsi terhadap dirinya, sikap terhadap menstruasi sebelum anak mengalami menarche. dukungan dari lingkungan, sumber informasi tentang menstruasi sebelum anak mengalami menarche.

Sumber informasi yang diterima oleh siswa dapat diperoleh dari keluarga, lingkungan sekolah dan teman sebaya. Orang tua secara lebih dini harus memberikan penjelasan tentang menarche pada anak perempuannya agar anak lebih mengerti dan siap menghadapi menarche. Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap remaja berkaitan erat dengan iklim keluarga remaja itu sendiri (Yusuf, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SD Negeri Sukorejo 02 Semarang melalui wawancara kepada 10 siswi yang berusia 10-11 tahun yang belum

menarche, didapatkan bahwa 7 siswi (70%) mereka mengetahui tentang haid pertama

dan 3 siswa (30%) tidak mengetahui sama sekali tentang haid pertama, 1 siswi (14,3%) mendapat informasi tentang haid pertama (menarche) dari keluarga, 4 siswi (57,1%) mendapat informasi haid pertama dari teman sebaya dan 2 siswi (28,6%) dari media massa. Sebanyak 8 siswi (80%) mengatakan mereka takut bila dalam waktu dekat akan mengalami haid pertama (menarche) dan malu bila bergaul sama teman laki-laki dan 2 siswi (20%) mengatakan tidak takut bila dalam waktu dekat akan mengalami haid pertama. Wawancara terkait kesiapan menghadapi menarche didapatkan hasil sebanyak 7 siswi (70%) mengatakan belum siap dan tidak tahu apa yang harus dilakukan saat haid pertama dan 3 siswi (30%) mengatakan siap menghadapi haid pertama.

Dari hal-hal yang diungkapkan diatas, peneliti ingin mengadakan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Remaja Putri Menghadapi

Menarche di SD Negeri Sukorejo 02 Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan remaja putri menghadapi menstruasi pertama (menarche) di SD Negeri Sukorejo 02 Semarang.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian, lokasi, populasi dan sampel penelitian

Desain penelitian ini termasuk deskriptif korelasi yaitu metode penelitian yang menggambarkan suatu keadaan secara obyektif untuk melihat hubungan antara 2 variabel pada situasi atau kelompok tertentu (Notoatmodjo, 2012). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di SD N 02 Sukorejo Semarang pada bulan Agustus 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV, V, dan VI SD N 02 Sukorejo tahun ajaran 2015/2016 yang berjenis kelamin perempuan usia 10-12 tahun dan belum menarche yaitu berjumlah 51 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV, V, dan VI SD N 02 Sukorejo tahun ajaran 2015/2016 yang berjenis kelamin perempuan dan belum

(4)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02

Sukorejo Page 4

adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007).

Analisa Data Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoadmodjo, 2012). Analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel yang diteliti yaitu pengetahuan, sikap dan sumber informasi teman sebaya terhadap kesiapan menghadapi menarche.

Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalalah analisa yang dilakukan terhadap 2 atau lebih yang diduga saling berhubungan atau berkorelasi (Notoadmodjo, 2010). Teknik analisa data dengan menggunakan komputer melalui program SPSS For Window versi 21.0 uji hipotesa yang digunakan yaitu uji Chi Square. Hasil penelitian ditemukan hasil untuk variabel pengetahuan, sumber informasi dari teman sebaya dan sikap menghadapi menarche menyatakan bahwa tidak ada cell yang mempunyai nilai ekspektasi <5 jadi menggunakan continuity correction.

HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat

a. Pengetahuan tentang Menarche

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang

Pengetahuan Responden Frekuensi Persentase (%)

Baik 36 70,6

Cukup 15 29,4

Jumlah 51 100,0

Tabel 1 terdapat 36 responden (70,6%) berpengetahuan baik tentang menarche dan 15 responden (29,4%) berpengetahuan kurang tentang menarche.

b. Sumber Informasi Teman Sebaya

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Infrmasi Teman Sebaya dalam Menghadapi Menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang

Sumber Informasi Teman Sebaya Frekuensi Persentase (%) Informasi Cukup 15 29,4 Informasi Kurang 36 70,6 Jumlah 51 100,0

Tabel 2 terdapat 15 responden (29,4%) mendapat informasi cukup tentang menarche dari teman sebaya dan 36 responden (70,6%) mendapat informasi kurang tentang menarche dari teman sebaya.

(5)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02

Sukorejo Page 5

c. Sikap Menghadapi Menarche

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap menghadapi Menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang Sikap Responden Frekuensi Persentase (%) Positif 24 47,1 Negatif 27 52,9 Jumlah 51 100,0

Tabel 3 terdapat 24 responden (47,1%) bersikap positif dalam menghadapi menarche dan 27 responden (52,9%) bersikap negatif dalam menghadapi menarche.

d. Kesiapan Menghadapi Menarche

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Kesiapan Menghadapi Menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang Kesiapan Responden Frekuensi Persentase (%) Siap 25 49,0 Tidak Siap 26 51,0 Jumlah 51 100,0

Tabel 4 terdapat 25 responden (49,0%) siap menghadapi menarche dan terdapat 26 responden (51,0%) tidak siap menghadapi menarche.

2. Analisis Bivariat

Tabel 5 Hubungan Pengetahuan tentang Menarche dengan Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang

Pengetahuan Kesiapan Menghadapi Menarche

Jumlah p-value PR Siap Tidak Siap

F % f % f %

Baik 21 58,3 15 41,7 36 100,0 0,079 2,188 Cukup 4 26,7 11 73,3 15 100,0

Jumlah 25 49,0 26 51,0 51 100,0

Tabel 5 didapatkan bahwa persentase responden yang mempunyai kesiapan dalam menghadapi menarche lebih tinggi pada responden yang mempunyai pengetahuan baik yaitu 58,3% (21 responden) dibandingkan responden yang mempunyai pengetahuan cukup yaitu 26,7% (4 responden).

Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,079 (p > 0,05) dan PR 2,188. Nilai p > 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang menarche dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang. Nilai PR 2,188 yang menyatakan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik berpeluang 2,188 kali lebih siap dalam menghadapi menarche dibandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan kurang.

(6)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02

Sukorejo Page 6

Tabel 6 Hubungan Sumber Informasi dari Teman Sebaya dengan Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang.

Sumber Informasi dari Tema Sebaya

Kesiapan Menghadapi Menarche

Jumlah p-value PR Siap Tidak Siap

f % f % f %

Informasi Cukup 14 93,3 1 6,7 15 100,0 0,0001 3,055 Informasi kurang 11 30,6 25 69,4 36 100,0

Jumlah 25 49,0 26 51,0 51 100,0

Tabel 6 didapatkan bahwa persentase responden yang mempunyai kesiapan dalam menghadapi menarche lebih tinggi pada responden yang mendapat informasi cukup tentang menarche (93,3%) dibanding responden yang mendapat informasi kurang tentang menarche (30,6%).

Hasil uji statistik didapatkan nilai p= 0,0001 (p < 0,05) dan PR= 3,055. Nilai

p < 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna antara sumber

informasi dari teman sebaya dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang. Nilai PR 3,055 menyatakan bahwa responden yang mendapat informasi cukup berpeluang 3,055 kali lebih siap dalam menghadapi menarche dibandingkan responden yang mendapat informasi kurang tentang menarche dari teman sebaya.

Tabel 7 Hubungan Sikap Menghadapi Menarche dengan Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang

Sikap Kesiapan Menghadapi Menarche

Jumlah p-value PR

Siap Tidak Siap

f % f % f %

Positif 17 70,8 7 29,2 24 100,0 2,391 0,008 Negatif 8 29,6 19 70,4 27 100,0

Jumlah 25 49,0 26 51,0 51 100,0

Tabel 7 didapatkan bahwa persentase responden yang mempunyai kesiapan dalam menghadapi menarche lebih tinggi pada responden yang mempunyai sikap positif (70,8%) dibanding responden yang mempunyai sikap negatif (29,6%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p= 0,008 (p< 0,05) dan PR= 2,391.

Nilai p< 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap remaja putri tentang menarche dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang. Nilai PR 2,391 menyatakan bahwa responden yang mempunyai sikap positif berpeluang 2,391 kali lebih siap dalam menghadapi menarche dibandingkan responden yang mempunyai sikap negatif dalam menghadapi menarche

PEMBAHASAN

1. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang.

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berpengetahuan baik tentang menarche yaitu 70,6% dan berpengetahuan cukup tentang menarche 29,4%.

(7)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02

Sukorejo Page 7

Sebagian besar pengetahuan siswi baik, karena dapat dilihat dari jawaban kuesioner yang berpengetahuan baik seluruh (100%) responden yang menjawab benar pada kuesioner yang menyatakan tentang haid pertama adalah haid yang datang pertama kali pada kehidupan seorang remaja putri dan pembalut digunakan untuk menjaga agar darah haid tidak mengganggu. Hal itu membuktikan bahwa mereka mengetahui tentang pengertian haid pertama dan hal-hal yang dilakukan saat menarche.

Usia responden berkisar antara 10-12 tahun yang tergolong pada kelompok remaja awal (Hurlock, 2007). Dimana pada remaja awal lebih dekat dengan teman sebayanya, merasa ingin bebas dan lebih banyak memperhatikan bentuk tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal.

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010), bahwa semakin cukup umur tingkat kematangan seseorang dalam berpikir akan lebih baik dan menjadi lebih dewasa. Pengetahuan diperoleh sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan diri maupun dorongan sikap dan perilaku sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang.

Pengetahuan dikatakan baik apabila mampu memahami dan menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan mampu untuk menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, mengaplikasikan, meramalkan dan sebagainya sebagai suatu objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2010).

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa sebagian kecil responden berpengetahuan cukup dapat disebabkan karena kurangnya fasilitas yang disediakan oleh sekolah seperti buku-buku bacaan diperpustakaan tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang haid pertama. Selain itu majunya teknologi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, kemudian sarana komunikasi mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang (Notoatmodjo, 2009).

Di SD N 02 Sukorejo para siswi memperoleh pengetahuan tentang menarche dari lingkungan sekitar, seperti para guru, kakak atau teman sebaya yang pernah mengalami menarche tetapi tidak membahas secara jelas dan lengkap apa itu menarche, perubahan yang terjadi saat menarche, dan hal-hal yang dilakukan saat menarche. Menurut Hendra (2008) menyatakan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang buruk, tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan, seseorang akan dapat pengalaman yang akan berpengaruh terhadap cara berpikir seseorang.

2. Gambaran Sumber Informasi dari Teman Sebaya dalam Menghadapi Menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang

Hasil penelitian terhadap informasi teman sebaya di SD N 02 Sukorejo Semarang menunjukkan bahwa t 29,4% responden mendapat informasi cukup tentang menarche dari teman sebaya dan 70,6% mendapat informasi kurang tentang menarche dari teman sebaya.

Sebagian besar siswi yang kurang mendapat informasi dari teman sebaya karena dapat dilihat dari jawaban kuesioner, mereka banyak menjawab tidak pada kuesioner yang menyatakan tentang saya pernah bertanya cara memakai pembalut kepada teman, hal itu menunjukkan bahwa siswi kurang aktif untuk mencari informasi tentang haid pertama sehingga tidak mendapat informasi. Banyaknya siswi yang kurang mendapat informasi terkait menarche dari teman sebaya dapat disebabkan karena mereka menganggap bahwa menstruasi merupakan hal yang tabu

(8)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02

Sukorejo Page 8

untuk dibicarakan dengan teman sebaya sehingga tidak memungkinkan untuk saling bertukar informasi terkait haid pertama.

Didukung oleh teori yang diungkapkan Santrock (2003), bahwa informasi teman sebaya ada 2 komponen diantaranya dengan bercerita dan bertanya. Bercerita merupakan tempat bertukar pengalaman untuk mendapatkan informasi. Bertanya akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi. Remaja menganggap teman sebaya tempat curahan hati yang dapat memahami masalah yang dihadapi seperti menghadapi masalah tentang haid pertama, lamanya haid, gangguan haid, perubahan fisik yang terjadi setelah haid pertama dan cara membersihkan organ kewanitaannya.

Hal ini dapat diperkuat oleh teori yang dijelaskan Yusuf (2012), bahwa semakin banyak informasi yang benar dari teman sebaya maka persepsi siswi akan baik dan kearah yang positif, sedangkan semakin banyak informasi yang tidak benar dari teman sebaya maka persepsi siswi akan tidak baik dan kearah yang negatif. 3. Gambaran Sikap Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02 Sukorejo

Semarang

Hasil penelitian tentang sikap menghadapi menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang menunjukkan bahwa 47,1% responden bersikap positif dalam menghadapi menarche dan 52,9% bersikap negatif dalam menghadapi menarche. Terdapat 27 siswi yang memiliki sikap negatif dapat dilihat pada jawaban kuesioner yang menyatakan bahwa remaja putri yang mengalami haid pertama akan ketakutan. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja putri sebagian besar mempunyai sikap negatif terhadap menarche.

Sikap positif yaitu kecenderungan tindakan untuk mendekati, menyenangi, mengharapkan terjadinya menstruasi pertama. Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai datangnya haid pertama.

Sikap negatif terhadap menarche dapat dikarenakan beberapa hal, seperti pengalaman haid pertama yang diperoleh dari lingkungan yang kurang mendukung dan informasi negatif tentang menarche dari teman sebaya sehingga menjadikan remaja putri mempunyai respon negatif baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dapat juga didukung oleh teori dari Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa pada umumnya individu cenderung untuk memilih sikap yang konformir atau searah dengan sikap orang lain yang dianggap penting.

Hal ini sesuai konsep yang telah ada bahwa sikap dan perilaku seseorang dalam memberikan tanggapan dan respon terhadap stimulasi tertentu dapat dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang yang didapat berdasarkan dari proses belajar ataupun pengaruh dari lingkungan. Sikap merupakan pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa sehigga hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu (Budiman dan Riyanto, 2015).

Sikap dapat diposisikan sebagai hal evaluasi yang dilakukan individu terhadap berbagai objek yang diamati. Sikap merupakan predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten, baik positif maupun negatif terhadap suatu objek. Dalam pandangan ini respon yang diberikan individu diperoleh dari proses belajar terhadap berbagai atribut berkaitan dengan objek (Notoatmodjo, 2010).

4. Gambaran Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang

Hasil penelitian tentang kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang 49,0% responden siap menghadapi menarche dan 51,0% tidak siap menghadapi menarche. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

(9)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02

Sukorejo Page 9

responden tidak siap menghadapi menarche. Dilihat dari kuesioner yang paling cenderung muncul dari 2 aspek kesiapan fisik dan psikologis yaitu kesiapan psikologis yang menunjukkan hasil remaja tidak siap menghadapi menarche. Terdapat 26 siswi yang tidak siap menghadapi menarche dapat dilihat pada jawaban kuesioner yang menyatakan bahwa saya menganggap haid hal yang kotor. Hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak siap menghadapi menarche secara psikologis.

Hasil penelitian ini didukung oleh teori Effendy (2007), kesiapan menghadapi haid pertama merupakan keadaan yang menunjukkan bahwa seseorang siap untuk mencapai salah satu kematangan fisik yaitu datangnya menarche yang menginjak usia 10-16 tahun. Hal ini ditandai dengan adanya pemahaman atau pengetahuan yang mendalam tentang proses menstruasi, sehingga siap untuk menerima dan mengalami menarche sebagai proses yang normal.

Menurut Dianawati (2003), dikatakan siap menghadapi menarche apabila telah siap secara fisik yaitu ia telah mempersiapkan dirinya apabila mengalami menarche, sudah tahu apa yang dilakukan pertama kali saat menstruasi datang. Selain itu menurut Nuraini (2003) menyatakan bahwa siap secara psikologis apabila ia menganggap menstruasi adalah hal yang normal dan merupakan awal dari proses kedewasaan dan tidak takut melihat darah di dalam celana dalam dan harus berhati-hati dalam bergaul.

Diperkuat oleh teori Suryani (2008), bahwa remaja yang belum siap menghadapi menarche akan timbul keinginan untuk menolak proses fisiologis. Mereka akan merasa haid sebagai suatu yang kejam dan mengancam dan bisa berlanjut ke arah negatif sedangkan remaja yang telah siap menghadapi menarche mereka akan senang dan bangga karena mereka menganggap dirinya sudah dewasa secara biologis.

5. Hubungan Pengetahuan tentang Menarche dengan Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche

Hasil penelitian didapatkan bahwa persentase responden yang mempunyai kesiapan dalam menghadapi menarche lebih tinggi pada responden yang mempunyai pengetahuan baik 58,3% dibandingkan responden yang mempunyai pengetahuan cukup yaitu 26,7%, sehingga responden yang berpengetahuan baik lebih siap menghadapi menarche dibandingkan responden yang berpengetahuan cukup. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p =0,079 (p> 0,05) dan PR= 2,188 yaitu tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang menarche dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche dan remaja putri yang mempunyai pengetahuan baik berpeluang lebih siap daripada yang mempunyai pengetahuan cukup tentang menarche.

Siswa yang mempunyai pengetahuan baik dan siap menghadapi menarche sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang.

Siswi yang memiliki pengetahuan baik tetapi belum siap menghadapi menarche hal tersebut bisa dikarenakan faktor lingkungan setempat contohnya kebiasaan atau adat yang menganggap menstruasi hal yang tabu untuk diketahui anak, jadi siswi mendapatkan informasi tentang men-struasi hanya sebatas dari pelajaran saja, sehingga kesiapan dalam psikis mereka kurang. Sedangkan pada siswi dengan tingkat pengetahuan cukup , dikarenakan kurangnya informasi

(10)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02

Sukorejo Page 10

tentang menstruasi yang mereka peroleh, sehingga banyak yang belum mereka ketahui sehingga belum siap dalam menghadapi menstruasi pertama.

Responden yang memiliki pengetahuan baik dan tidak siap menarche bisa dikarenakan berbagi macam faktor-faktor yang kompleks, seperti keluarga atau orang tua, peran ibu, media masa/elektronik. Faktor keluarga mempengaruhi kesiapan siswi dalam menghadapi menarche. Keluarga adalah pemberian pendidikan seks pertama bagi remaja serta memliki pengaruh terkuat (disamping teman sebaya dan media) dalam mengembangkan nilai-nilai seksual dan pemahaman seks anak-anak remaja (Yusuf, 2006).

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi adalah media masa/elektronik. Media masa sangat efektif untuk menyampaikan informasi terutama juga untuk mempromosikan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi (Soetjiningsih, 2010).

Hasil penelitian Mulyati (2007) membahas bahwa menarche sebagai pengalaman baru bagi remaja putri. Usia pubertas berkaitan dengan faktor psikis seperti malu, bingung, dan menganggap menstruasi sebagai peristiwa yang tidak menyenangkan. Remaja putri tersebut bisa segera menyadari bahwa menstruasi sebagai proses fisiologis dan berespon positif terhadap menarche, sebaliknyapengetahuan yang tidak baik, kesalahan persepsi dan pemikiran yang salah dapat mendorong ketakutan, kecemasan, dan perilaku yang negatif bagi remaja putri.

Remaja putri yang tidak memiliki persiapan sebelumnya terhadap menstruasi pertama cenderung memperlihatkan sikap negatif dibandingkan yang sudah mempersiapkan terlebih dahulu. Berdasarkan teori perilaku yang dikemukakan Lawrence Green, perilaku dipengaruhi 3 faktor utama salah satunya faktor presdiposisi yang didalamnya mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, dimana pengetahuan akan berpengaruh pada kesiapan seseorang.

6. Hubungan Sumber Informasi dari Teman Sebaya dengan Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang

Hasil penelitian didapatkan bahwa persentase responden yang mempunyai kesiapan dalam menghadapi menarche lebih tinggi pada responden yang mendapat informasi cukup 93,3% dibanding responden yang mendapat informasi kurang 30,6% sehingga responden yang mendapat informasi cukup dari teman sebaya lebih siap menghadapi menarche. Hasil uji statistik didapatkan nilai p= 0,0001 (p< 0,05) dan PR= 3,055 artinya ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dari teman sebaya dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang dan remaja yang mendapat informasi cukup tentang menarche dari teman sebaya berpeluang 3,055 kali lebih siap dari pada yang mendapat informasi kurang dari teman sebaya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche adalah adanya sumber informasi. Informasi dapat berasal dari keluarga, guru di sekolah, petugas kesehatan dan teman sebaya. Teman sangat berperan penting dalam bertukar informasi dan pengalaman, salah satunya mengenai datangnya menarche.

Diperkuat oleh teori Dariyo (2004), yang mengungkapkan bahwa informasi teman sebaya dapat meningkatkan kesiapan menghadapai menarche karena dengan informasi yang baik dan tepat akan menjadikan seseorang menjadikan reaksi positif terhadap menarche dan menganggapnya sebagai tanda kedewasaan seorang wanita

(11)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02

Sukorejo Page 11

sehingga mereka percaya diri dan optimis. Informasi yang baik tentang menarche menyebabkan remaja lebih siap menghadapi menarche. Kurangnya informasi dari orang tua dan teman sebaya yang kurang tepat dapat menjadikan reaksi negatif terhadap menarche seperti gangguan psikologis yang tidak stabil dan akan menyebabkan bingung, sedih, stress, cemas dan mudah tersinggung saat mengalami menstruasi.

Dari kuesioner menunjukkan diantara kedua komponen informasi teman sebaya dengan komponen bercerita dan bertanya yang paling mendukung adalah informasi teman sebaya dengan cara bercerita dengan persentase (60,8%) lebih banyak dari informasi teman sebaya dengan cara bertanya. Teman memberikan informasi tentang lama menstruasi pertama, informasi mengenai perubahan fisik setelah menstruasi pertama dan menjaga kebersihan saat menarche. Menurut Yusuf (2006), bahwa kelompok teman sebaya mempunyai kontribusi yang sangat positif terhadap perkembangan kepribadian remaja. Namun disisi lain, tidak sedikit remaja yang berperilaku menyimpang, karena pengaruh teman sebayanya.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jayanti (2011) yang menyatakan bahwa sebagian besar sumber informasi tentang menarche diperoleh dari kelompok teman sebaya yang mempengaruhi kesiapan remaja dalam menghadapi menarche.

7. Hubungan Sikap Menghadapi Menarche dengan Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang

Hasil penelitian didapatkan bahwa persentase responden yang mempunyai kesiapan dalam menghadapi menarche lebih tinggi pada responden yang mempunyai sikap positif 70,8% dibanding responden yang mempunyai sikap negatif 29,6%. Hasil uji statistik didapatkan nilai p =0,008 (p< 0,05) dan PR= 2,391 maka ada hubungan yang bermakna antara sikap remaja putri tentang menarche dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang dan remaja putri yang mempunyai sikap positif berpeluang 2,391 kali lebih siap daripada remaja putri yang mempunyai sikap negatif tentang menarche.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Jayanti (2011) yang menyatakan bahwa remaja putri yang memiliki sikap sangat baik tentang menarche lebih siap menghadapi menarche dibandingkan remaja putri yang mempunyai sikap tidak baik tentang menarche.

Hal ini sesuai dengan Suryani dan Widyasih (2008) yaitu anak yang mempunyai sikap positif akan senang dan bangga karena mereka menganngap sudah dewasa secara biologis dan anak yang mempunyai sikap negatif tentang menarche akan menolak dan menganggap menarche sebagai beban baru yang tidak menyenangkan. Berarti ada kesesuaian antara teori dengan hasil penelitian yang dilakukan.

Kartono (2005) mengungkapkan bahwa peristiwa paling penting pada masa pubertas dan remaja pada anak perempuan adalah gejala menstruasi atau haid. Anak gadis yang normal memiliki antisipasi yang berbeda-beda terhadap menstruasi. Anak-anak perempuan yang memiliki sikap positif terhadap menstruasi, maka pada saat datangnya menarche hal itu tidak akan menyebabkan anak perempuan menjadi cemas.

Sikap mencerminkan kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat positif dan negatif. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek.

(12)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02

Sukorejo Page 12

Sedang dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek (Sarwono, 2012).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rahayuningsih (2008) menyatakan bahwa pemahaman ataupun pengetahuan baik dan buruk, salah atau benarnya suatu hal akan menentukan sistem kepercayaan seseorang sehingga akan berpengaruh terhadap sikap seseorang. Caruthers, Merriweather, dan Schooler (2005) juga mengatakan bahwa anak perempuan yang bersikap negatif untuk selanjutnya dalam kehidupan sehari-hari anak tersebut akan terbentuk suatu kepercayaan bahwa dirinya ternoda dan akan membenci dirinya sendiri. Akan tetapi sikap yang positif terhadap menstruasi memampukan anak mencintai dirinya sendiri, dapat bergaul dengan anak-anak yang lain, serta melakukan aktivitas seharihari tanpa merasa terbebani

SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan

a. Gambaran pengetahuan remaja putri tentang menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang yang berpengetahuan baik (70,6%) dan yang berpengetahuan cukup (29,4%).

b. Gambaran sumber informasi dari teman sebaya di SD N 02 Sukorejo Semarang yang mendapat sumber informasi cukup tentang menarche dari teman sebaya sebanyak (29,4%) dan yang mendapat informasi kurang dari teman sebaya (70,6%).

c. Gambaran sikap remaja putri menghadapi menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang yang mempunyai sikap positif tentang menarche (47,1%) dan yang mempunyai sikap negatif tentang menarche (52,9%).

d. Gambaran kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang yang mempunyai kesiapan menghadapi menarche (49,0%) dan yang tidak siap menghadapi menarche (51,0%).

e. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang (p = 0,079).

f. Ada hubungan antara sumber informasi dari teman sebaya dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang (p= 0,0001). g. Ada hubungan antara sikap dengan kesiapan remaja putri menghadapi

menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang (p= 0,008).

2. Saran

a. Bagi Peneliti

Agar dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk melakukan penelitian atau sebagai pengalaman dasar dalam pelaksanaan penelitian di bidang kesehatan. b. Bagi remaja putri di SD Negeri Sukorejo 02 Semarang

Remaja putri menjelang usia menarche sebaiknya mencari informasi dari berbagai sumber yang dapat dipercaya mengenai menarche sehingga lebih siap dalam menghadapi menarche.

c. Bagi Institusi Pendidikan SD N 02 Sukorejo

Agar memberikan materi tambahan berupa informasi yang dibutuhkan siswi tentang kesehatan reproduksi khususnya menarche sehingga para remaja putri dapat menghindari terjadinya persepsi yang keliru pada saat remaja putri menghadapi menarche, beberapa mata pelajaran yang berkaitan dengan

(13)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD N 02

Sukorejo Page 13

menarche sebaiknya diberikan materi mengenai menarche sehingga siswi lebih siap dalam menghadapi menarche.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar melakukan penelitian lebih lanjut dengan cakupan sampel dan faktor-faktor yang lebih banyak agar didapatkan hasil penelitian yang baru lagi

DAFTAR PUSTAKA

Aprilani. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogjakarta: Fitramaya.

Azwar, Saifuddin. (2010). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BKKBN. (2011). Kajian Profil Penduduk Remaja. http://www.Bkkbn.go.id

Budiman dan Riyanto.(2015). Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dariyono, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Graha Indonesia. Dianawati. (2003). Pendidikan Seks untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.

Hurlock, Elizabeth B. (2007). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Jayanti, Nur Fitri. (2011). Deskrispsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan

Anak dalam Menghadapi Menarche di SD N 1 Kretek Kecamatan Paguyuban Kabupaten Brebes. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan.

Kartini, Kartono. (2005). Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: CV Mandar Maji.

Lubis, Namora Lumongga. (2013). Psikologi Kespro Wanita dan Perkembangan

Reproduksinya. Jakarta: Prenada Media.

Manuaba, Ida. Bagus Gede. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.

Mulyati. (2007). Hubungan Pengetahuan Mengenai Menstruasi Terhadap Kesiapan

Remaja Putri Usia Pubertas di SMP Negeri 3 Medan Dalam Menghadapi Menarche. Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Utara

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

--- (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Nurngaini, Siti. (2003). Penelitian Kesiapan Remaja Putri Sekolah Dasar Dalam

Menghadapi Menarche Dini Studi Kualitatif Pada Siswa SD Ialam Al Azhar 14 Semarang. Skipsi. Semarang: FKM UNDIP.

Santrock, John W. (2003). Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: EGC. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suryani, E. & Widyasih, H. (2008). Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya. Yusuf, Syamsu. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT

Gambar

Tabel 6  Hubungan Sumber Informasi dari Teman Sebaya dengan Kesiapan Remaja  Putri Menghadapi Menarche di SD N 02 Sukorejo Semarang

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Dewey (dalam Sudjana, 2001: 19) pembelajaran berbasis masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan

Permasalahan penelitian ini adalah Apakah melalui kegiatan senam sehat ceria dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok A TK Dharma Wanita I

Dari beberapa alasan tersebut logika fuzzy dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah penentuan produksi barang dengan data permintaan dan persediaan dan salah

Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh pemberian vitamin C, vitamin E dan kombinasi keduanya terhadap jumlah sel spermatogonia yang diberi paparan radiasi sinar

Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pemberian reward dan punishment kepada guru mengenai kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas dalam proses

Berdasarkan Tabel 3.7 dapat disimpulkan bahwa ke-35 butir soal instrumen tes hasil belajar matematika pada uji coba instrumen tes ini terdapat 32 butir soal yang

Sehingga dalam memulai untuk membuat sebuah aplikasi atau software kita terlebih dahulu harus mempelajari dasar-dasar yang digunakan dalam membuat aplikasi yakni

Sejalan dengan upaya meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit graha sehat, dilakukan serangkaian pembenahan manajemen dan pembangunan fisik (gedung) secara menyeluruh,