• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN METODE TIME TOKEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN METODE TIME TOKEN"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN METODE TIME TOKEN (TITO) PADA PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA BERBASIS ONLINE SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 53 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana pada ProdiPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh HASNIA 105331107717

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : HASNIA

Nim : 105331107717

Prgram Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar karya saya sendiri bukan merupakan hasil karya orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau secara keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan yang saya lakukan.

Makassar, 23 April 2021

Yang menyatakan

HASNIA

(5)

MOTTO

BISMILLAH JANGAN MENGELUH

MENGELUH PENGGUGUR KEBERHASILAN

KATAKAN PASTI BISA UNTUK MELIHAT KESUKSESAN

Hasnia

Persembahan:

Skripsi ini saya persembahkan untuk

1. Orang tua saya Bapak Saharuddin Dg Rurung dan Ibu Rosmala Dg Ngugi;

2. adik-adikku tersayang Alfirah dan Muh Fajril;

3. Almamater tercinta Universitas Muhammadiyah Makassar.

(6)

ABSTRAK

Hasnia 2021, Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Metode Time Token (TITO) pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Online Siswa Kelas VIII SMP Negeri 53 Makassar (dibimbing oleh Muhammad Akhir dan Muhammad Dahlan).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Metode Time Token (TITO) pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Online Siswa Kelas VIII SMP Negeri 53 Makassar. Metode Time Token merupakan suatu metode dengan penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan dengan menggunakan konsep, prinsip atau keterampilan khususnya berbicara.

Hasil penelitian menunjukkan aktivitas siswa pada siklus I adalah 33% yang berada pada kategori belum aktif. Pada siklus II lebih meningkat dibanding siklus I karena perolehan rata-rata skor aktivitas siswa adalah 85% yang berada pada kategori aktif. Berdasarkan hasil analisis telah diterapkan metode time token pada pokok bahasan berbicara pada siklus I dan siklus II maka diperoleh hasil belajar siswa. Pada siklus I, yakni dari 35 siswa 24 diantaranya belum tuntas dan lebihnya 0 siswa tuntas dengan spesifikasi 2 siswa masuk dalam kategori sangat rendah, 16 siswa masuk dalam kategori rendah, 2 siswa masuk dalam kategori sedang, 4 siswa masuk dalam kategori tinggi, dan 7 siswa masuk dalam kategori sangat tinggi. Jika dipersentasikan 68,57% tidak tuntas dan 31,43% tuntas, dengan nilai rata-rata pada siklus I yaitu 50. Pada siklus II, yakni dari 35 siswa 35 diantaranya tuntas dan 0 siswa belum tuntas dengan spesifikasi 0 siswa masuk dalam kategori sangat rendah, 0 siswa masuk dalam kategori rendah, 0 siswa masuk dalam kategori sedang, 16 siswa masuk dalam kategori tinggi, dan 19 siswa masuk dalam kategori sangat tinggi. Jika dipersentasekan 100% tuntas dan 0% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata pada siklus II yaitu 80.Sehingga penerapan metode Time Token dapat meningkatkan frekuensi keaktifan dan aktifitas dalam proses belajar mengajar sesuai dengan pengamatan siswa selama pelaksanaan penelitian tidakan kelas berbasis online meningkat.

Kata kunci: Keterampilan Berbicara; Time Token; Berbasis Online

(7)

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Subuhana Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan rahmat kesehatan, kesempatan, dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi. Tak lupa pula sholawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa salam keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang shalih. Karena hubungan antara manusia dan agama merupakan hubungan totalitas. Kedua sifat tersebut dihayati oleh manusia sekaligus dalam menempuh kehidupan ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada beberapa pihak yang telah membantu selama penulis menyusun skripsi yaitu diantaranya: Ayahanda Saharuddin Dg. Rurung dan Ibunda Rosmala Dg. Ngugi serta semua keluarga yang yang telah mencurahkan kasih sayang dan cintanya dalam membesarkan, mendidik dan membiayai penulis serta doa restu yang tak henti-hentinya untuk keberhasilan penulis. Pembimbing I Bapak Dr. Muhammad Akhir, M. Pd. dan pembimbing IIBapak Muhammad Dahlan S. Pd., M. Pd. yang telah meluangkan waktunya disela kesibukan beliau untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan proposal penelitian sampai tahap penyelesaian.

(8)

ii

Bapak Prof Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Ibu Munirah, M. Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bimbingan, arahan, dan jasa-jasa yang tak ternilai harganya kepada penulis.

Saudaraku yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi. Teman-teman seperjuangan angkatan 2017 di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia terkhusus kelas C yang telah bersama-sama berusaha keras dan penuh semangat menjalani studi baik dalam suka dan duka. Semua pihak yang tidak bisa dituliskan namanya satu-persatu namun tak mengurangi rasa terima kasih penulis kepada mereka. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan sebagai bahan acuan untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.Akhir kata penulis sampaikan semoga Allah Subuhana Wa Ta’ala yang senantiasa meridoi segala usaha kita. Amin Ya Rabbal Alamin.

Makassar, Juli 2021

Penulis

(9)

iii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KARTU KONTROL I ... ii

KARTU KONTROL II ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 5 x

(10)

iv

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 6

A. Kajian Pustaka ... 6

1. Penelitian Relevam ... 6

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Online ... 8

3. Hakikat Keterampilan Berbicara... 13

4. Faktor Keefektifan Berbicara ... 16

5. Metode Pembelajaran Time Token ... 19

B. Kerangka Pikir ... 23

C. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 27

C. Fokus Penelitian ... 28

D. Prosedur Kerja Penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 36

G. Indikator Keberhasilan ... 37

H. Kriteria Penilaian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 56

(11)

v

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Simpulan ... 66

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(12)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 data siswa kelas VIII SMP Negeri 53 Makassar ... 27

Tabel 3.2 parameter penelitian ... 38

Tabel 4.1 hasil observasi aktivitas siswa selama siklus I ... 43

Tabel 4.2 lembar penilaian hasil siswa siklus I ... 44

Tabel 4.3 hasil observasi aktivitas siswa selama siklus II ... 47

Tabel 4.4 lembar penilaian hasil siswa siklus II ... 48

Tabel 4.5 distribusi frekuensi dan presentase skor hasil belajar bahasa indonesia pada siklus I ... 51

Tabel 4.6 deskripsi KKM pada siklus I ... 52

Tabel 4.7 distribusi frekuensi dan presentase skor hasil belajar bahasa indonesia pada siklus II ... 53

Tabel 4.8 deskripsi KKM pada siklus II ... 54

(13)

vii BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 pada proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengontruksi konsep, hukum atau prinsip

melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau

menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Kegiatan pengembangan pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 perlu terus dilakukan, baik difasilitasi oleh sekolah, dinas pendidikan, dan terutama pemerintah pusat. Namun, saat ini implementasi kurikulum 2013 belum maksimal karena ada juga sekolah yang sudah tidak menerapkan kurikulum 2013.

Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat Indonesia untuk keperluan sehari-hari, misalnya belajar, bekerja sama, dan berinteraksi. Bahasa Indonesia di negara indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara (Suhendar dan Supinah dalam Main Sufanti dkk, 2006). Kedudukan bahasa Indonesia

(14)

sebagai bahasa nasional dimiliki oleh bahasa Indonesia sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu, yang mendasari bahasa Indonesia itu telah dipakai sebagai lingua franca selama berabad-abad di kawasan tanah air Indonesia.

Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Negara, sesuai dengan ketentuan yang tertera di dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36, yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah Bahasa Indonesia. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa indonesia berfungsi sebagai: (a) Lambang kebanggaan kebangsaan; (b) Lambang identitas nasional; (c) Alat memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia; dan (d) Alat perhubungan antar daerah dan antar budaya.

Oleh karena itu, saat ini pembelajaran bahasa Indonesia lebih menekankan pada aspek keterampilan berbahasa dan bertujuan agar siswa terampil dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, keempat aspek keterampilan berbahasa yaitu membaca, menulis, berbicara, dan menyimak perlu diajarkan secara terpadu disetiap sekolah. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang penting dan perlu dikuasai oleh siswa adalah keterampilan berbicara.

(15)

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan pendapat serta pikiran, gagasan dan perasaan. Oleh sebab itu, keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari.

Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak murid mengalami kesulitan untuk berkomunikasi secara lisan dalam situasi formal di kelas. Ketika guru menyampaikan pertanyaan, banyak murid yang tidak memiliki keberanian. Demikian juga, ketika guru memberikan kesempatan kepada murid untuk bertanya. Hampir tidak pernah ada seorang murid pun yang mau bertanya kepada guru.

Keterampilan berbicara siswa masih kurang karena dilihat dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di bawah rata-rata tentang berbicara sehingga peneliti mencoba melakukan perbaikan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa yaitu melalui penerapan metodeTime Token (TITO).

MetodeTime Token merupakan suatu metode dengan penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan dengan menggunakan konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. Diharapkan melalui metodeTime Token dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya berbicara, serta semangat kebersamaan dan saling membantu dalam menguasai materi bahasa Indonesia yang bermuara pada

(16)

pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan sehingga siswa dapat meningkatkan pemahaman yang optimal terhadap pelajaran bahasa Indonesia. Media pembelajaran online yaitu Google Classroom, Quipper, Ruang Guru, Rumah Belajar, Edmodo dan masih banyak yang lainnya. Peran dari media tersebut untuk membantu pendidik memberikan materi dari jarak jauh dan dapat memantau hasil pengerjaan siswa serta dengan menggunakan media pembelajaran online atau e-learning adalah sebuah pembelajaran yang menggunakan sistem jarak jauh tanpa terhalang oleh jarak dan waktu dengan harapan efisiensi waktu untuk pembelajaran jarak jauh lebih baik lagi.

Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas dengan mata pelajaran yang memberikan tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam waktu yang ditentukan (siklus).

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis termotivasi untuk

melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan

Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Metode Time Token(TITO) pada Pembelajaran Online Siswa Kelas VIII SMP Negeri 53 Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagaimanakah Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Metode Time Token(TITO) pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Online Siswa Kelas VIII SMP Negeri 53 Makassar?

(17)

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan:

Untuk mengetahui Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Metode Time Token(TITO) pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Online Siswa Kelas VIII SMP Negeri 53 Makassar.

D. Manfaat

1. Manfaat praktis

a. Masyarakat umum atau pembaca, sebagai informasi pembelajaran untuk keluarga atau anak didik mengenai kemampuan berbicara dan perkembangan kemampuan yang dimiliki seseorang.

b. Peneliti atau penulis, sebagai penambah wawasan saat berada di lapangan kerja dengan mengetahui karakter individu setiap siswa yang diajarkan dan mampu menanamkan kemampuan berbicara pada setiap siswanya.

2. Manfaat teoritis

a. Menjelaskan bahwa hasil penelitian bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya konsep-konsep, teori-teori terhadap ilmu pengetahuan dari penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu dalam suatu penelitian.

b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk lebih memahami tentang peningkatan keterampilan berbicara melalui penerapan metode Time Token.

(18)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian Relevan

Merujuk dari berbagai penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan penerapan metode Time Token di suatu daerah yang sering dilakukan oleh peneliti-peneliti lain, diantaranya:

Rahma (2013) Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Melalui Metode Pemberian Kuis di Awal Pembelajaran Siswa Kelas X.6 SMA Negeri 9 Makassar.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pemberian kuis terhadap keterampilan berbicara meningkat.

Persamaannya, yaitu kedua penelitian ini meneliti peningkatan keterampilan berbicara. Perbedaannya Rahma menggunakan metode pemberian kuis. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Time Token.

Nur Indah Fitriana(2020) Keefektifan Pembelajaran

Menceritakan Kembali Teks Fabel Menggunakan Metode Time Token dan Talking Stick Berbantuan Media Video Animasi pada Peserta Didik Kelas VII SMP. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebanyak

(19)

dua siklus, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metodeTime Tokenterhadap keterampilan berbicara efektif.

Persamaannya, yaitu kedua penelitian ini menerapkan metode Time Token dengan meneliti keterampilan berbicara. Perbedaannya Nur meneliti keefektifan pembelajaran menceritakan kembali teks fabel menggunakan Talking Stick berbantuan media video animasi. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti meneliti peningkatan keterampilan berbicara dan penerapan metode Time Token.

Andi Wibowo dan Indah Rahmayanti (2020) Penggunaan Sevima Edlink sebagai Media Pembelajaran Online untuk Mengajar dan Belajar Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa media tersebut sangat direkomendasikan untuk dijadikan sebuah media pembelajaran bahasa Indonesia yang mendukung kebutuhan-kebutuhan agar dapat berinteraksi dengan jarak jauh melalui sebuah diskusi percakapan seperti video.

Persamaannya, kedua peneliti ini meneliti pembelajaran online. Namun, penelitian yang dilakukan Andi dan Indah, dengan penggunaan media Sevima Edlink. Sedangkan penelitian ini, melalui penerapan metode Time Token.

Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan perbedaan dan persamaannya, yaitu dari ketiga penelitian di atas mengkaji tentang peningkatan keterampilan berbicara dan pembelajaran online. Ada pula yang menerapkan metode Time Token. Berbeda dengan judul yang akan

(20)

diteliti peneliti, di sini penulis memfokuskan peningkatan keterampilan berbicara dan melalui penerapan metode Time Tokenpada pembelajaran bahasa Indonesia berbasis online.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Online a. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia ialah proses interaksi antara siswa dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang berorientasi mentransfer ilmu pengetahuan dan mengembangkan empat keterampilan berbahasa.

Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya, belajar komunikasi bertujuan mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam segala fungsinya, mulai dari sarana berpikir, bernalar, berkomunikasi, sarana persatuan, dan kebudayaan (Roysa, 2014: 35).

Bahasa indonesia tidak hanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi diperlukan untuk menjalankan segala pemberitaan bahkan menyampaikan pikiran, pandangan, dan juga perasaan (Syahroni, 2013: vi).

Secara umum, keterampilan berbahasa terbagi atas empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Tarigan, 1981: 1). Dari keempat keterampilan tersebut, pembelajaran bahasa Indonesia dapat mendesain proses pembelajaran menjadi

(21)

kekinian, kontekstual,tidak sekadar menekankan pada penguatan kompetensi literasi lama. Namun, harus berwawasan pada pengetahuan literasi baru yang menyatu dalam penguatan empat keterampilan berbahasa tersebut. Literasi baru dapat diterapkan untuk menjadikan keterampilan berbicara sebagai kekuatan utama dan sebagai salah satu tujuan akhir dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia terdapat keterampilan berbahasa kemudian terbagi menjadi empat aspek keterampilan yaitu menyimak,

berbicara, membaca dan menulis. Kemudian meningkatkan

keterampilan berbicara melalui pembelajaran bahasa Indonesia. 1) Keterampilan Menyimak

Keterampilan menyimak merupakan pertama kali dipelajari oleh manusia sejak masih dalam kandungan. Belajar menyimak dengan apa yang disampaikan kedua orang tuanya, hingga terlahir ke dunia proses menyimak terus berlangsung dari orang-orang di sekitarnya sampai masuk ke dalam dunia pendidikan sekolah, lalu akan diajarkan dengan baik keterampilan berbicara, membaca, dan menulis.

Perkembangan kosa kata siswa yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia perlu kerja sama yang baik dari keluarga, sekolah, dan masyarakat atau lingkungan sekitarnya. Sebaiknya mampu memberikan contoh yang baik dari segi bahasa maupun sikap terhadap siswa agar

(22)

hasil menyimaknya semakin berdampak positif terhadap perkembangan bahasa maupun perilaku siswa.

2) Keterampilan Berbicara

Berbicara secara umum merupakan suatu penyampaian maksud ide, pikiran, dan isi hati kepada orang lain dengan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1985:7).

Supriyadi (2005:179) menyatakan bahwa sebagian besar siswa khususnya di Indonesia belum lancar berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Sikapsiswa yang pasif dan malas berbicara sehingga jadi akibat bagi siswa belum lancar berbicara.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang belum lancar berbicara menyampaian maksud ide, pikiran, dan isi hati utamanya menggunakan bahasa Indonesia karena siswa malas berbicara dan bersikap pasif.

3) Keterampilan Membaca

Keterampilan membaca ialah sangat erat kaitannya dengan keterampilan menyimak. Karena jika mampu menyimak secara akurat, benar, dan lengkap mengenai apa yang dibaca baru dikatakan terampil membaca.

Hernowo (2004:59) berpendapat bahwa dengan membaca buku berarti sedang memahami diri sendiri melalui pengalaman orang lain.

(23)

Seseorang yang rajin membaca buku artinya sedang belajar dari pengalaman orang lain.

4) Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis yaitumampu mengungkapkan isi pikiran dalam bentuk tulisan dengan untaian kata dan kalimat yang mudah untuk dipahami oleh pembaca. Terlebih dahulu, penulis sendiri yang harus memahami dengan baik tulisannya sendiri sehingga orang lain juga dapat memahami tulisan tersebut.

Perlu dipahami, tidak semua orang dapat menguasai keterampilan berbahasa secara sempurna. Untuk itu perlu diperhatikan bahwa menulis berarti memerhatikan pilihan diksi dan untaian kalimat. Sedangkan berbicara perlu memerhatikan tinggi rendahnya suara dan penekanan-penekanan kata yang diucapkan.

b. Pembelajaran Berbasis Online

Syamsuar dan Reflianto (2018) mengemukakan bahwa pendidik dapat memberikan materi kepada siswa melalui jarak jauh dengan perantara aplikasi pembelajaran online sehingga siswa mendapatkan materi meskipun dengan jarak jauh.

Media pembelajaran online yaitu Google Classroom, Quipper, Ruang Guru, Rumah Belajar, Edmodo dan masih banyak yang lainnya. Peran dari media tersebut untuk membantu pendidik memberikan materi dari jarak jauh dan dapat memantau hasil pengerjaan siswa.

(24)

Harun dan Fauzan (2019) mengemukakan bahwa ketika teknologi komunikasi sudah canggih dan maju, maka kompetensi guru harus dikembangkan dari segi penggunaan teknologi komunikasi untuk kepentingan pembelajaran online atau e-learning.

Cikal bakal sebuah e-learning berasal dari teknologi informasi dan komunikasi yang sekarang banyak digunakan di dunia pendidikan khususnya dalam proses akademik. E-learning dalam bahasa Indonesia yaitu sebuah bentuk pembelajaran teknologi elektronik yang bersifat mobile learning yang dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja serta dapat dilakukan dengan sistem jarak jauh.

Mulyati dan Priatna (2020) mengemukakan bahwa e-learning memiliki karakteristik diantaranya yaitu pertama, memanfaatkan sebuah teknologi yang terus berkembang. Kedua, memanfaatkan keunggulan sebuah komputer. Ketiga, menggunakan sistem bahan ajar bersifat mandiri dan keempat, memanfaatkan jadwal yang telah tersedia dalam fitur media e-learning.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan media pembelajaran online atau e-learning adalah sebuah pembelajaran yang menggunakan sistem jarak jauh tanpa terhalang oleh jarak dan waktu dengan harapan efisiensi waktu untuk pembelajaran jarak jauh lebih baik lagi.

(25)

3. Hakikat Keterampilan Berbicara a. Pengertian Berbicara

Pada hakikatnya, siswa telah menyadari bahwa keterampilan berbicara merupakan sarana untuk berkomunikasi dan sebagai bekal melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam menggunakan bahasa, manusia diharapkan dapat aktif dan kreatif dalam berbicara. Berbicara merupakan aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara.

Agar mampu berbicara dalam suatu bahasa yang baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosakata yang bersangkutan. Menurut Nurgiyantoro (2001:276) untuk merealisasi bahasa yang baik dalam berbicara, diperlukan juga penugasan masalah dan atau gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami lawan bicara. Dengan kata lain, informasi yang disampaikan secara lisan dapat diterima oleh pendengar ketika pembicara mampu menyampaikannya dengan baik dan benar. Sehingga, kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan.

Tarigan (1981:15) menjelaskan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

(26)

mengekspresikan, menyatakan pendapat serta pikiran, gagasan dan perasaan. Dalam berbicara dikehidupan sehari-hari ternyata manusia dihadapkan dengan berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Maka dari itu, keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan dalam

menyampaikan pesan yang dilakukan secara lisan dengan ungkapan pikiran dan perasaan dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.

b. Pengertian Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan

keterampilan untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan dan keinginan kepada orang lain. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan melenyapkan problema kejiwaan seperti rasa mali, rendah diri, ketegangan, dan berat lidah (Mukhsin Ahmadi, 1990:18).

Salah satu keterampilan berbicara adalah keterampilan

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk mengekspresikan,

(27)

wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk

mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang pendengar atau penyimak (Tarigan, 1993:12).

Berbicara yakni keterampilan dalam menyampaikan pesan secara lisan. Rofi’uddin dan Zuhdi (1998:13) mengemukakan bahwa berbicara merupakan keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi

atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaaan secara lisan.

Tarigan (2008:15) berpendapat bahwa “berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.” Tarigan melanjutkan bahwa berbicara merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bersifat produktif lisan karena dalam kegiatan rang yang berbicara dituntut untuk menghasilkan paparan secara lisan yang merupakan cerminan dari gagasan, perasaan, dan pikirannya”.

Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

hakikat keterampilan berbicara adalah faktor yang sangat

mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan dan menjadi salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berperan penting dalam kehidupaan sehari-hari.

(28)

4. Faktor keefektifan berbicara

Faktor penunjang keefektifan berbicara yang tergolong dalam dua faktor, yaitu:

a. Faktor kebahasaan 1) Ketepatan ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar, lantaran menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik.

2) Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai

Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi adalah daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan, merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik.

3) Pilihan kata (diksi)

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Pendengar lebih tertarik dan senang mendengarkan pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya. Artinya, betul-betul menjadi miliknya, baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara. Pilihan kata harus disesuaikan dengan pokok pembicaraan dan siapa yang akan diajak bicara.

(29)

4) Ketepatan sasaran pembicaraan

Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Susunan penuturan kalimat, sangat berpengaruh terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, menimbulkan kesan atau menimbulkan akibat.

b. Faktor nonkebahasaan

1) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku

Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku, tentu akan memberikan kesan yang kurang menarik. Dari sikap yang wajar saja, pembicara sudah dapat menunjukkan dirinya sendiri. Penguasaan materi yang baik, akan hilangkan kegugupan. Namun, sikap tersebut memerlukan latihan, sehingga lama-kelamaan rasa gugup akan hilang dan akan timbul sikap tenang dan wajar sebagai modal utama kesuksesan berbicara. King dan gilbert (2005:12), menyarankan bahwaanda tidak perlu merasa rendah diri atau terintimidasi. Untuk mengatasi rasa malu, ingat bahwa orang yang anda ajak berbicara, sama malunya dengan anda.

2) Pandangan diarahkan kepada lawan bicara

Mempertahankan kontak mata yang baik, tidak sekadar di awal dan di akhir kata-kata anda, tetapi selama anda berbicara dan mendengarkan lawan bicara anda berbicara, akan membuat anda menjadi pembicara yang hebat di mana pun anda berada, apa pun

(30)

peristiwanya, dan siapa pun teman bicaranya.Pandangan yang tertuju pada satu arah, atau ke atas, samping, dan menunduk akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan. Akibatnya, perhatian pendengar menjadi berkurang.

3) Kesediaan menghargai pendapat orang lain

Dalam penyampaian isi pembicaraan, seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka. Artinya, dapat menerima pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya jika memang keliru. Namun, tidak berarti bahwa si pembicara begitu saja mengikuti pendapat orang lain dan mengubah pendapatnya, tetapi ia juga harus mampu mempertahankan pendapatnya dan meyakinkan orang lain, jika pendapatnya mengandung argumentasi yang kuat, dan betul-betul diyakini kebenarannya.

4) Gerak gerik dan mimik yang tepat

Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat juga menunjang keefektifan berbicara, karena dapat menghidupkan komunikasi atau akan membuat komunikasi menjadi tidak kaku. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan juga akan mengganggu keefektifan berbicara.

5) Kenyaringan suara

Tingkat kenyaringan suara disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik. Tetapi penting diperhatikan, jangan berteriak. Aturlah kenyaringan suara anda supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas.

(31)

6) Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar berbicara, akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita mendengar seorang pembicara berbicara terputus-putus, malahan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya. Sebaliknya, pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraannya.

7) Relevansi/penalaran

Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis. Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan, haruslah logis. Hal ini berarti bahwa hubungan antara bagian-bagian kalimat, kalimat dengan kalimat, harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.

8) Penguasaan topik

Pembicaraan yang formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain agar topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penugasan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi, penugasan topik itu penting, bahkan menjadi faktor utama dalam berbicara.

5. Metode Pembelajaran Time Token

Metode Time Token termasuk metode pembelajaran aktif.

(32)

mengemukakan pendapatnya tanpa ada dominasi dari siswa yang lebih pandai dalam hal kemampuan berbicara. Pada bagian berikut dijelaskan mengenai pengertian metode pembelajaran Time Token, manfaat metode pembelajaran Time Token, kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Time Token, dan langkah-langkah metode pembelajaran Time Token.

a. Pengertian Metode Pembelajaran Time Token

Menurut Rohyani (2017, h.23.) metode pembelajaran Time TokenArendsadalah metode pembelajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok diskusi mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lain. Dalam metode tersebut, semua siswa didorong untuk mampu menyelesaikan pendapatnya sesuai dengan hasil yang telah didiskusikan oleh kelompoknya.

MenurutSuprijono(dalam Rohyani 2017, h. 24.)

mengemukakan bahwa metode pembelajaran Time TokenArends tahun 1998 untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Dalam pembelajaran dengan metode tersebut dapat mendorong siswa untuk berani tampil, berani berbicara tanpa memilih siswa yang pandai dalam hal berbicara.

(33)

Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Time Tokenialah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mampu berpendapat sehingga semua siswa dapat tampil berbicara sesuai dengan Time Token yang telah diterapkan. b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Time Token

Shoimin (2013, h. 217.) menjelaskan mengenai kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam metode pembelajaran Time Token yaitu sebagai berikut.

1) Kelebihan metode Time Token

a) Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi belajar.

b) siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.

c) Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

d) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi.

e) Melatih siswa mengungkapkan pendpatnya.

2) Kekurangan metode Time Token

(34)

b) Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran karena semua siswa harus berbicara satu per satu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.

c) Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran.

Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa metodeTime Token dapat meningkatkan partisipasi siswa dan dapat mendorong siswa untuk aktif mengemukakan pendapatnya. Namun metode Time Token tersebut juga memiliki kekurangan yaitu memerlukan banyak waktu untuk semua siswa agar dapat berbicara dan menyampaikan pendapatnya.

c. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Time Token

Dalam Suprijono (2010, h. 133.) metode pembelajaran Time Token memiliki tahapan-tahapan yang harus ditempuh dalam proses pelaksanaannya. Tahapan-tahapan itu adalah sebagai berikut.

1) Mengondisikan situasi untuk melaksanakan diskusi.

2) Tiap siswa diberi dengan waktu kurang lebih 30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.

3) Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan. 4) Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis.

(35)

Berikut adalah contoh kupon yang digunakan dalam metode pembelajaran Time Token.

B. Kerangka Pikir

pembelajaran bahasa Indonesia menekankan pada aspek

keterampilan berbahasa dan bertujuan agar siswa terampil dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, keempat aspek keterampilan berbahasa yaitu membaca, menulis, berbicara, dan menyimak perlu diajarkan secara terpadu disetiap sekolah. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang penting dan perlu dikuasai oleh siswa adalah keterampilan berbicara.

Keterampilan berbicara merupakan bagian dari keterampilan berbahasa. Keterampilan berbicara bersifat lisan yang dilakukan secara satu arah, dua arah atau multi arah dengan melibatkan banyak orang yang dilakukan dengan menggunakan suatu bahasa tertentu berdasarkan kesepakatan atau dapat dipahami dalam suatu komunitas, atau percakapan yang bersifat sementara dimana setiap orang berusaha mengembangkan

Berbicara 1 Menit

Berbicara 2 Menit

(36)

keterampilan berbicaranya sehingga apa yang dibicarakan dapat dipahami orang lain.

MetodeTime Token merupakan suatu model dengan penyajian

pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan dengan

menggunakan konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. Diharapkan melalui metodeTime Token dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya berbicara, serta semangat kebersamaan dan saling membantu dalam menguasai materi bahasa Indonesia yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan sehingga siswa dapat meningkatkan pemahaman yang optimal terhadap pelajaran bahasa Indonesia.

Media pembelajaran online yaitu peran dari media tersebut untuk membantu pendidik memberikan materi dari jarak jauh dan dapat memantau hasil pengerjaan siswa serta sebuah pembelajaran yang menggunakan sistem jarak jauh tanpa terhalang oleh jarak dan waktu dengan harapan efisiensi waktu untuk pembelajaran jarak jauh lebih baik lagi.

(37)

Bagan Kerangka Pikir

Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa Indonesia

Keterampilan Berbahasa Indnesia

Menyimak Berbicara Membaca Menulis

Penerapan MetodeTime Token

Penelitian Tindakan Kelas Siklus I dan II

Analisis

Keterampilan Berbicara Metode Time Token (TITO) Pembelajaran Berbasis Online

(38)

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka pikir yang telah

diuraikan, hipotesis penelitian yang digunakan adalah penerapan Metode Pembelajaran Time Tokendapat meningkatkan hasil belajar keterampilan berbicara bahasa Indonesia berbasis online pada siswa kelasVIII SMP Negeri 53 Makassar.

(39)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini, menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas atau disingkat PTK. Pelaksanaan tindakan terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan tindakan, pemberian tindakan, observasi, dan refleksi. Tahap-tahap penelitian dalam masing-masing tindakan terjadi secara berulang-ulang yang akhirnya menghasilkan beberapa tindakan dalam penelitian tindakan kelas.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini, dilaksanakan di kelas VIIIC SMP Negeri 53 Makassar.Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VIIIC SMP Negeri 53 Makassar Tahun Pelajaran 2021/2022.Jumlah siswa sebanyak 35 siswa yang terdiri dari 16siswa laki-laki dan 19siswa perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. VIIIC 16 19 35

(40)

C. Fokus Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan sebanyak dua siklus.Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Siklus I dilaksanakan 4 kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan 4 kali pertemuan. Sedangkan untuk menjawab permasalah yang ada, ada beberapa faktor yang akan diamati yaitu:

1. Faktor siswayaitu untuk melihat hasil belajar dan sikap siswa dalam belajar Bahasa Indonesia.Bersamaan dengan itu pula akan dilihat sejauh mana siswa dapat menerapkan metode pembelajaran TimeToken dalam menyelesaikan soal-soal atau tugas-tugas Bahasa Indonesia.

2. Faktor Guruyaitu melihat sikap dan keaktifan guru dalam memberikan materi dan membantu kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi selama proses pembelajaran berlangsung.

D. Prosedur Kerja Penelitian

Rancangan penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dengan dua siklus dengan empat tahap pelaksanaan. Secara rinci pelaksanaan penelitian untuk dua siklus tindakan ini sebagai berikut:

(41)

Gambar 1. Alur Pelaksanaan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Refleksi pengamatan/evaluasi Perencanaan Pengamatan /evaluasi E////eeeeeva Pelaksanaan Pelaksanaan Refleksi Hasil/ simpulan Perencanaan SIKLUS I SIKLUS II

(42)

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Sebelum diadakan penelitian terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengkaji landasan pustaka yang berkaitan dengan tema penelitian yang dilakukan.

2) Membuat skenario pembelajaran untuk pelaksanaan tindakan dengan model pembelajaran TimeToken.

3) Membuat instrument penelitian berupa tes hasil belajar untuk melakukan evaluasi disetiap akhir siklus.

4) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi atau keadaan siswa di kelas saat proses belajar mengajar berlangsung dan selama diadakannya model pembelajaran TimeToken.

5) Mengidentifikasi semua siswa kelas VIII SMP Negeri 53 Makassar sebelum mengadakan tindakan siklus I. Hal-hal yang dilakukan adalah menanyakan mata pelajaran yang mereka senangi, kebiasaan belajar bahasa Indonesia, cara guru menyajikan pelajaran bahasa Indonesia.

(43)

b. Tahap Tindakan

Setelah tahap perencanaan dianggap matang, kemudian dilaksanakan tahap tindakan.Pada tahap ini, dilaksanakan kegiatan belajar mengajar dan mengembangkan model pembelajaran TimeToken.Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut:

1) Siswa dibagi kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang anggota.

2) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran.

3) Peneliti mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi.

4) Kemudian peneliti membagikan pertanyaan soal pada tiap-tiap kelompok. Soal-soal tersebut terdiri dari empat soal essay.

5) Setelah diberikan soal, dari empat soal tersebut dibagikan ke tiap-tiap anggota kelompoknya, jika terdiri dari empat orang anggota maka setiap anggota mendapatkan masing-masing satu soal.

6) Peneliti memberikan kesempatan semua kelompok untuk mengerjakan soalnya masing-masing dalam jangka waktu tertentu.

7) Setelah semua siswa mengerjakan soalnya, siswa diminta

(44)

8) Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.

9) Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.

10)Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.

11)Jika soal sudah dikerjakan maka semua jawaban dikumpulkan sesuai dengan nomor soalnya dari tiap kelompok.

12) Peneliti memberikan skor terhadap hasil laporan setiap anggota kelompok.

c. Pengamatan/ Evaluasi

Evaluasidilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar

berlangsung.Data penilitian yang diambil adalah tentang kehadiran, keaktifan mereka di kelas dalam memberikan jawabandan bertanya.

d. Refleksi

Hasil yang telah diperoleh dari pengamatan terhadap tiap-tiap kelompok dikumpulkan serta dianalisis.Baik berupa hasil evaluasi maupun data hasilobservasi yang diperoleh pada saat melaksanakankegiatan

(45)

pengajaran, sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan siklus berikutnya.

2. Siklus II

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II pada dasarnya adalah mengulang tahapan-tahapan pada siklus I, akan tetapi dilakukan pula sejumlah rencana baru untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus sebelumnya.

a. Tahap Perencanaan

1) Melanjutkan kembali perencanaan-perencanaan pada siklus I yang dianggap perlu dalam memecahkan persoalan pada siklus I.

2) Dari refleksi siklus pertama disusun rencana baru yang akan dibuatkan tindakan.

3) Menyiapkan soal latihan, yang akan diberikan di kelas pada saat proses pembelajaran untuk lebih mengaktifkan siswa, dan memberikan bimbingan individu pada siswa yang mengalami kesulitan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang dilakukan pada siklus II pada dasarnya adalah mengulang langkah-langkah pada siklus I, tetapi pada siklus II kelompoknya diubah dan soal yang dikerjakan oleh setiap kelompok sebanyak dua nomor satu kelompok.

(46)

c. Pengamatan/ Evaluasi

Pada tahap ini dilakukan observasi yang pada dasarnya sama dengan kegiatan siklus I yaitu mengambil data tentang nilai kuantitatif dan kualitatif siswa. Serta data mengenai kehadiran, sikap, keaktifan baik saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

d. Refleksi

Hasil yang diperoleh pada siklus dua berupa nilai pada tes hasil belajar, perubahan sikap, maupun refleksi yang diberikan siswa serta data dari lembar observasi dikumpulkan serta dianlisis.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya.Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan:

1. Teknik Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara atau aturan yang sudah ditentukan. Tes merupakan data yang diperoleh peneliti berdasarkan aspek keterampilan berbahasa yakni kemampuan berbicara siswa setelah

(47)

diterapkan metodeTime Token (TITO) pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar keterampilan berbicara siswa. Peneliti melakukan penilaian melalui tes unjuk kerja (praktik) berbicara dengan penerapan metodeTime Tokenpada siswa kelas VIII SMP Negeri 53 Makassar.

2. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan atau data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

Observasi atas pengamatan dilakukan disaat proses pembelajaran berbicara untuk mengumpulkan data perkembangan pembelajaran berbicara yang dilakukan oleh guru dan siswa kelas VIII SMP Negeri 18

Makassar. Pengamatan dilakukan selama pelaksanaan tindakan

berlangsung. Dari pengamatan tersebut diperolah data pengamatan sikap siswa dan kegiatan guru saat proses pembelajaran. Observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang situasi kegiatan belajar mengajar di kelas, dan kesulitan-kesulitan siswa dalam kemampuan berbicara. Teknik observasi yang digunakan peneliti adalah: observasi siswa dan observasi guru. Dengan observasi seluruh aktivitas siswa selama proses pembelajaran akan terpotret. Dalam penelitian ini observasi digunakan

(48)

untuk mengumpulkan data tentang keadaan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu teknik untuk mendapatkan data-data yang telah didokumentasikan, misalnya mengenai nilai keterampilan berbicara siswa, profil sekolah dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.Untuk kuantitatif digunakan teknik kategorisasi. Keterampilan berbicara dapat meningkat melalui penerapan metode Time Token, dengan rumus sebagai berikut:

S=F x 100 N

Keterangan:

S : Nilai yang dicari

F : Jumlah skor atau skor komponen pada keterampilan

N : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

(49)

Kriteria penggunaan kategorisasi seperti yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993:7) yang terdiri dari lima kategori. Kategorisasi tersebut adalah:

1. Tingkat penguasaan 85% - 100% dikategorikan baik sekali,

2. Tingkat penguasaan 65% - 84% dikategorikan baik,

3. Tingkat penguasaan 55% - 54% dikategorikan kurang,

4. Tingkat penguasaan 35% - 54% dikategorikan kurang,

5. Tingkat penguasaan 0% - 34% dikategorikan kurang sekali.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan metode Time Token (TITO) dalam peningkatan hasil belajar keterampilan berbicara Siswa Kelas VIII SMP Negeri 53 Makassar. Penelitian ini dianggap berhasil apabila keterampilan berbicara siswa dalam ragam formal meningkat.Peningkatan keterampilan siswa ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai yang diperoleh siswa dari siklus I ke siklus II.Nilai yang diperoleh siswa pada siklus II lebih tinggi dari pada nilai yang diperoleh siswa pada siklus I dan hasil belajar siswa mencapai standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 76. Demikian juga terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan metode

(50)

Time Token (TITO). Peneliti menetapkan Indikator untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam tabel 1 berikut ini.

No Rentang Skor A-E Keterangan

1 91 – 100 A Sangat Tinggi

2 76 – 90 B Tinggi

3 61 – 75 C Sedang

4 51 – 60 D Rendah

5 <50 E Sangat Rendah

Tabel 3.2. Parameter Penelitian(Modifikasi dari Nurgiyantoro, 2010: 253)

H. Kriteria Penilaian

Tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan berbicara ragam formal siswa adalah tes perbuatan.Tes ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan berbicara siswa. Aspek-aspek yang dinilai meliputi aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.Aspek kebahasaan dan nonkebahasaan ini meliputi 1) ketepatan ucapan, 2) tata bahasa, 3) pilihan kata, 4) kelancaran, 5) penguasaan topik, 6) volume suara, 7) gerak-gerik dan mimik yang wajar.

(51)

Tabel 3.3. Pedoman Penilaian Kemampuan Berbicara

No Aspek Penilaian Skor

1. Ketepatan Ucapan

- Tidak pernah melakukah kesalahan ucapan - Terjadi sekali kesalahan ucapan

- Terjadi dua kali kesalahan ucapan - Terjadi lebih dua kali kesalahan ucapan

- Terjadi lebih dua kali kesalahan ucapan dan mendapat pengaruh bahasa asing atau daerah

- Hampir seluruh kalimat mengalami kesalahan ucapan

6 5 4 3 2 1 2. Tata Bahasa

- Tidak melakukan kesalahan dalam tata bahasa - Terjadi sekali kesalahan tata bahasa

- Terjadi dua kali kesalahan tata bahasa - Terjadi tiga kali kesalahan tata bahasa - Terjadi lebih tiga kali kesalahan tata bahasa - Penggunaan tata bahasa selalu tidak tepat

6 5 4 3 2 1

(52)

3. Pilihan Kata

- Pemilihan kata yang digunakan luas dan bervariasi - Pemilihan kata yang digunakan bervariasi

- Pemilihan kata sudah cukup baik, hanya kurang bervariasi - Menggunakan satu kata yang tidak tepat dengan konteks

kalimat

- Menggunakan dua kata yang tidak tepat dengan konteks kalimat

- Menggunakan tiga kata yang tidak tepat dengan konteks kalimat 6 5 4 3 2 1 1 4. Kelancaran

- Pembicaraan tidak pernah tersendat (lancar) - Pembicaraan tersendat satu kali

- Pembicaraan tersendat dua kali - Pembicaraan tersendat tiga kali kali - Pembicaraan tersendat lebih dari tiga kali

-Pembicaraan sangat lambat dan sering berdiam diri dan terputus-putus 6 5 4 3 2 1 5. Penguasaan Topik

- Sangat menguasai segala sesuatu dalam pembicaraan - Menguasai topik pembicaraan

-Memahami agak baik pembicaraan, kadang-kadang melakukan pengulangan dan penjelasan

- Kurang menguasai bahan pembicaraan - Sedikit menguasai bahan pembicaraan - Sangat tidak menguasai bahan pembicaraan

6 5 4 3 2 1

(53)

6. Volume Suara

- Sangat nyaring dan sangat jelas - Nyaring dan jelas

- Cukup nyaring dan jelas - Tidak nyaring tetapi jelas - Tidak nyaring dan tidak jelas

5 4 3 2 1 7. Gerak-gerik dan mimic

- Tenang dalam berbicara - Tenang tetapi agak ragu

- Gugup dalam berbicara tetapi tidak menggunakan gerakan yang tidak sesuai dengan materi pembicaraan

- Gugup dan kaku serta menggunakan gerakan yang tidak sesuai dengan materi pembicaraan

- Gugup, kaku, serta malu menatap lawan bicara sehingga hanya menunduk sambil berbicara

5 4 3 2 1

Jumlah Skor Maksimum 40

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian yang memperlihatkan tentang peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan metode Time Token. Adapun data analisis adalah data-data perubahan sikap siswa secara umum baik yang diambil dari lembar observasi maupun tanggapan siswa secara umum yang diberikan dengan cara lisan dan tertulis dan hasil tes siklus I dan siklus II. 1. Aktivitas Belajar Siswa

a. Siklus I

Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Time Tokenberbasis online siswa kelas VIIIC SMP Negeri 53 Makassar. Menunjukkan bahwa perolehan rata-rata skor aktivitas siswa adalah 56% yang berada pada kategori aktif dengan menggunakan aplikasi via zoom. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa pada siklus I belum efektif.

Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

(55)

Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Siklus I

No Indikator yang diamati

Pertemuan

%

1 2 3

1. Kehadiran siswa 25 28 28 89,8

2.

Siswa yang mengajukan solusi ketika guru memberikan masalah untuk memotivasi diawal pembelajaran

14 20 23 64,2

3.

Siswa yang mengajukan pertanyaan

terhadap masalah yang diberikanj

19 18 20 63,3

4.

Siswa yang mengajukan solusi dalam kelompok terhadap masalah yang diberikan

12 10 14 40,4

5.

Siswayang menanggapi solusi

permasalahan yang diajukan oleh siswa lain dalam kelompok

21 9 26 64,2

6.

Siswa yang aktif bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah

13 26 18 62,6

7.

siswa yang melakukan kegiatan lain ketika proses pembelajaran berlangsung

4 2 2 8,6

Pada siklus I siswa belum memahami penerapan metode Time Token, sehingga dalam pembelajaran bahasa Indonesia utamanya keterampilan berbicara siswa belum meningkat.

(56)

Lembar penilaian hasil siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Lembar Penilaian Hasil Siswa Siklus I

No

Nama Siswa

Skor Penilaian Berbicara

Jumlah Skor % (jumlah skor : skor max x 100) K TB PK KE PT VS GM 1. AAS 6 6 5 5 6 5 5 38 95 2. Aq 6 6 6 6 3 3 5 35 87,5 3. ANR 4 2 1 2 4 1 2 16 40 4. Ar 2 3 4 2 3 3 3 20 50 5. Asr 3 4 2 1 2 4 2 18 45 6. DR 6 6 5 5 6 5 5 38 95 7. FP 4 2 2 3 2 3 2 18 45 8. HPr 2 4 4 2 3 1 5 21 52,5 9. HS 2 2 3 2 2 3 4 18 45 10. IH 4 2 1 2 4 1 2 16 40 11. Isr 6 6 6 6 3 4 3 34 85

(57)

12. JV 2 2 3 2 2 3 4 18 45 13. ME 6 6 5 5 6 5 5 38 95 14. MR 2 4 1 2 5 1 2 17 42,5 15. MA 4 3 2 2 3 2 2 18 45 16. MD 5 5 3 4 4 2 2 25 62,5 17. MIJ 3 3 3 3 2 3 3 20 50 18. Mri 5 5 3 4 4 2 2 25 62,5 19. MT 6 6 6 6 3 4 3 34 85 20. Mre 6 6 6 6 2 2 2 30 75 21. MA 6 6 6 6 3 4 3 34 85 22. MF 6 6 6 6 3 3 5 35 87,5 23. Mra 2 5 1 4 1 2 2 17 42,5 24. NR 3 3 2 4 2 3 2 19 47,5 25. NA 4 3 2 2 3 2 2 18 45 26. Naz 2 5 1 4 1 2 2 17 42,5 27. Nm 2 4 2 2 4 2 3 19 47,5

(58)

28. NAi 4 3 2 2 3 2 2 18 45 29. NK 3 2 2 2 3 3 4 20 50 30. Nrl 5 3 2 4 2 2 2 20 50 31. OS 6 6 5 5 6 5 5 38 95 32. RN 3 2 2 2 3 3 4 20 50 33. SW 6 6 6 6 3 3 5 35 87,5 34. Wnd 2 2 3 2 2 3 4 18 45 35. WN 2 5 2 2 4 2 2 19 47,5

Adapun yang mempengaruhi ketidakaktifan beberapa siswa adalah dalam keterampilan berbicara pengaruhnya yaitu rasa kurang percaya diri. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa aktif dalam keterampilan berbicara secara individu melalui via aplikasi Zoom.

b. Siklus II

Pada siklus II tercatat sejumlah perubahan yang terjadi pada siswa melalui pembelajaran grup WhatsApp dengan video call WhatsApp. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh yaitu aktivitas siswa pada siklus II lebih meningkat dibanding siklus I dengan perolehan rata-rata skor aktivitas siswa adalah 85% yang berada pada kategori aktif. Dengan

(59)

demikian, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa pada siklus ini sudah efektif.

Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Siklus II

No Indikator yang diamati

Pertemuan

%

1 2 3

1. Kehadiran siswa 35 35 35 100

2.

Siswa yang mengajukan solusi ketika guru memberikan masalah untuk memotivasi diawal pembelajaran

28 29 30 96,4

3.

Siswa yang mengajukan pertanyaan terhadap masalah yang diberikan

22 34 33 99,4

4.

Siswa yang mengajukan solusi dalam kelompok terhadap masalah yang diberikan

26 28 33 97,4

5.

Siswa yang menanggapi solusi permasalahan yang diajukan oleh siswa lain dalam kelompok

25 30 32 97,1

6.

Siswa yang aktif bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah

27 28 34 99,7

7.

siswa yang melakukan kegiatan lain ketika proses pembelajaran berlangsung

(60)

Pada siklus II sudah nampak adanya persaingan dan terlihat bahwa sudah muncul rasa ingin tahu terhadap materi yang dibahas. Pada minggu kedua siklus II ini pada dasarnya hampir sama dengan siklus minggu pertama siklus II hanya saja pada minggu kedua ini perhatian dan motivasi semakin meningkat. hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya frekuensi siswa yang aktif baik di awal pembelajaran hingga di akhir pembelajaran. Hal ini menandakan besar kesungguhan siswa untuk belajar.

Lembar penilaian hasil siswa pada siklus II dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.4 Lembar Penilaian Hasil Siswa Siklus II

No

Nama Siswa

Skor Penilaian Berbicara

Jumlah Skor % (jumlah skor : skor max x 100) K TB PK KE PT VS GM 1. AAS 6 6 6 6 6 5 5 40 100 2. Aq 6 6 5 5 4 4 5 35 87,5 3. ANR 5 4 5 3 6 5 4 32 80 4. Ar 4 5 6 6 4 3 5 33 82,5 5. Asr 5 4 5 4 6 5 4 33 82,5 6. DR 6 6 6 6 6 5 5 40 100 7. FP 6 6 6 6 3 4 3 34 85

(61)

8. HPr 6 5 6 4 6 4 4 35 87,5 9. HS 6 6 6 5 3 3 2 31 77,5 10. IH 6 6 6 6 5 4 2 35 87,5 11. Isr 6 6 5 5 4 4 5 35 87,5 12. JV 6 6 6 6 3 2 2 31 77,5 13. ME 6 6 6 6 6 5 5 40 100 14. MR 6 6 5 5 3 5 4 34 85 15. MA 6 6 6 6 3 3 3 33 82,5 16. MD 6 6 6 6 3 3 5 35 87,5 17. MIJ 6 6 6 6 5 4 3 36 90 18. Mri 6 6 6 6 3 3 5 35 87,5 19. MT 6 6 5 5 4 4 5 35 87,5 20. Mre 6 6 6 6 3 3 5 35 87,5 21. MA 6 6 5 5 4 4 5 35 87,5 22. MF 6 6 6 6 6 5 5 40 100 23. Mra 6 6 5 5 4 4 3 33 82,5

(62)

24. NR 6 6 6 6 5 3 5 37 92,5 25. NA 6 6 6 6 4 2 3 33 82,5 26. Naz 6 6 5 5 5 3 4 34 85 27. Nm 6 6 6 6 3 5 3 35 87,5 28. NAi 6 6 6 6 3 2 2 31 77,5 29. NK 6 6 6 6 3 3 3 33 82,5 30. Nrl 5 5 3 4 6 5 4 32 80 31. OS 6 6 6 6 6 5 5 40 100 32. RN 6 6 6 6 3 3 5 35 87,5 33. SW 6 6 5 5 4 4 5 35 87,5 34. Wnd 6 6 6 6 5 3 2 34 85 35. WN 6 6 5 5 4 4 2 32 80

Adapun peningkatan dari beberapa siswa yaitu mereka telah memahami penerapan metode Time Tokendalam pembelajaran bahasa Indonesia dan ditandai dengan keaktifan siswa baik di awal pembelajaran hingga di akhir pembelajaran yang dapat dikatakan keterampilan berbicara siswa semakin meningkat.

(63)

2. Hasil Belajar a. Siklus I

Berdasarkan hasil tes belajar pada lampiran siklus I. Hasil tes dikategorikan pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada Siklus I

No Skor Kategori Frekuensi

% (jumlah siswa yang mendapat nilai : siswa yang

mengikuti tes x 100) 1. 0-54 Sangat rendah 22 62,86 2. 55-59 Rendah - - 3. 60-75 Sedang 2 5,71 4. 76-85 Tinggi 4 11,43 5. 86-100 Sangat tinggi 7 20 Jumlah 35 100

Sumber: hasil analisis data penelitian

Pada siklus I, 22 siswa masuk kedalam kategori sangat rendah dengan presentase 62,86%, 0 siswa masuk dalam kategori rendah dengan presentase 0%, 2 siswa masuk dalam kategori sedang dengan persentase

(64)

5,71%, 4siswa masuk dalam kategori tinggi dengan persentase 11,43%, dan 7 siswa masuk dalam kategori sangat tinggi dengan persentase 20%.

Tabel 4.6 Berdasarkan KKM hasil belajar maka dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Deskripsi KKM pada Siklus I

Persentase Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0-64 Tidak tuntas 24 68,57

65-100 Tuntas 11 31,43

Jumlah 35 100

Sumber: hasil penelitian

Pada siklus I, yakni dari 35 siswa 24 diantaranya belum tuntas dan lebihnya 11 siswa tuntas dengan spesifikasi 22 siswa masuk dalam kategori sangat rendah, 0 siswa masuk dalam kategori rendah, 2 siswa masuk dalam kategori sedang, 4 siswa masuk dalam kategori tinggi, dan 7 siswa masuk dalam kategori sangat tinggi. Jika dipersentasikan 68,57% tidak tuntas dan 31,43% tuntas, dengan nilai rata-rata pada siklus I yaitu 50.

b. Siklus II

Berdasarkan hasil tes belajar pada lampiran siklus II. Hasil tes dikategorikan pada tabel 4.7 berikut:

(65)

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada Siklus II

No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 0-34 Sangat rendah - - 2. 35-54 Rendah - - 3. 55-64 Sedang - - 4. 65-84 Tinggi 16 45,71 5. 85-100 Sangat tinggi 19 54,29 Jumlah 35 100

Sumber: hasil analisis data penelitian

pada siklus II, 0 siswa masuk dalam kategori sangat rendah dengan persentase 0%, 0siswa masuk dalam kategori rendah dengan persentase 0%, 0siswa masuk dalam kategori sedang dengan persentase 0%, 16 siswa masuk dalam kategori tinggi dengan persentase 45,71%, 19 siswa masuk dalam kategori sangat tinggi dengan persentase 54,29%.

Tabel 4.8 Berdasarkan KKM hasil belajar maka dapat dilihat pada tabel berikut:

(66)

Tabel 4.8 Deskripsi KKM Siklus II

Persentase Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0-75 Tidak tuntas - -

76-100 Tuntas 35 100

Jumlah 35 100

Sumber: hasil penelitian

Pada siklus II, yakni dari 35 siswa 35 diantaranya tuntas dan lebihnya 0 siswa belum tuntas dengan spesifikasi 0 siswa masuk dalam kategori sangat rendah, 0 siswa masuk dalam kategori rendah, 0 siswa masuk dalam kategori sedang, 16 siswa masuk dalam kategori tinggi, dan 19 siswa masuk dalam kategori sangat tinggi. Jika dipersentasekan 100% tuntas dan 0% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata pada siklus II yaitu 80.

3. Refleksi Terhadap Pelaksanaan Tindakan Dalam Proses Belajar Mengajar a. Refleksi Siklus I

Pada siklus I pada pertemuan I terlihat siswa masih kurang tertarik dengan materi yang diajarkan. Umumnya siswa hanya sekadar melihat dan mencatat materi yang diajarkan. Banyak diantaranya beralasan malas, lupa dan tidak tahu sehingga mereka kelihatan belum mampu mengikuti atau menerima pelajaran yang disajikan oleh guru.

(67)

Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya siswa kelihatan mempunyai semangat belajar dan memperhetikan setiap materi yang berlangsung dan berusaha memahaminya.

Adapun kendala yang dihadapi selama proses belajar mengajar berlangsung pada siklus I adalah masih banyak siswa yang hasil belajarnya sangat rendah disebabkan oleh beberapa faktor lain:

1) Beberapa siswa belum siap dengan pembelajaran online 2) Faktor jaringan yang kurang mendukung

3) Siswa kurang percaya diri

4) Siswa belum terbiasa dalam keterampilan berbicara secara individu 5) Siswa belum memahami penerapan metode Time Token

Karena adanya kendala-kendala tersebut sehingga diperlukan upaya untuk mengadakan perbaikan diantaranya memaksimalkan penggunaan waktu dalam proses belajar mengajar dengan melakukan percobaan-percobaan untuk penemuan-penemuan yang berkaitan materi yang dipelajari dan dengan memperkaya sedemikian rupa pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat tercipta menjadi suasana yang menyenangkan dengan strategi inquiri pada siklus II.

b. Refleksi Siklus II

Pada siklus II terlihat adanya peningkatan kemampuan belajar siswa diberbagai aspek dalam proses belajar mengajar. Pada siklus II perhatian dan keaktifan siswa semakin memperlihatkan kemajuan. Hal ini terjadi karena adanya rasa kebebasan yang dirasakan siswa dalam belajar sehingga

Gambar

Tabel 3.1 data siswa kelas VIII SMP Negeri 53 Makassar
Gambar 1. Alur Pelaksanaan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Refleksi pengamatan/evaluasi Perencanaan  Pengamatan /evaluasi  E////eeeeeva Pelaksanaan Pelaksanaan Refleksi Hasil/ simpulan Perencanaan SIKLUS I SIKLUS II
Tabel 3.2. Parameter Penelitian(Modifikasi dari Nurgiyantoro, 2010: 253)
Tabel 3.3. Pedoman Penilaian Kemampuan Berbicara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis laporan keuangan tersebut akan memperlihatkan kinerja perusahaan yang menghasilkan rasio, yang menunjukkan hasil secara lebih baik dari pada hanya dengan

a) Siapkan pengenceran 10 2 dengan cara melarutkan 1 ml larutan 10 1 ke dalam 9 ml larutan pengencer Butterfield’s Phosphate Buffered. Lakukan pengenceran selanjutnya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keamanan terhadap motivasi kerja dan mengetahui bagaimana pengaruh kepuasan kerja

mempermudah pembaca memahami tulisan ini, maka skripsi ini dibagi dalam beberapa bagian yaitu: halaman judul, lembar pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi,

ANALISIS PENGETAHUAN HIGIENE DAN SANITASI SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA NYATA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

(1950) menyebutkan bahwa naval store yang baik yaitu pohon dengan hasil getah yang banyak, dicirikan dengan lingkaran tahun yang lebar, tajuk rata atau penuh dan berbentuk

[r]

Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai “Bagaimana Pengetahuan Higiene dan Sanitasi pada Mahasiswa Manajemen Tata Boga Sekolah Tinggi