JURNAL ABDIMAS UPMI Page 22 SOSIALISASI UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2008
TERHADAP PEMBERANTASAN HAK ATAS INFORMASI DI KELURAHAN TELADAN BARAT
ALI MUKTI TANJUNG
UNIVERSITAS PEMBINAAN MASYARAKAT INDONESIA Email : ejurnal@upmi.ac.id
Abstrak
Pengabdian ini dengan judul Sosialisasi Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Terhadap Pemberantasan Hak Atas Informasi Di Kelurahan Teladan Barat. Perkembangan teknologi yang begitu pesat memunculkan berbagai permasalahan di masyarakat. Salah satu akibatnya tersebut adalah terciptanya media baru yang disebut dunia maya. Di dunia maya orang bebas melakukan apapun tanpa diketahui oleh orang lain karena tidak diketahui asal-usul maupun kewarganegaraan asli seseorang. Hal ini dimanfaatkan sebagian orang untuk melakukan tindak kejahatan yang disebut dengan tindak pidana siber. Telah banyak usaha melakukan pengaturan di dunia maya untuk mencegah terjadinya tindak pidana siber baik hukum nasional maupun internasional. Di Indonesia lahirnya Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Penerapan Undang-Undang No.11 Tahun 2008 ini dinilai masih banyak kelemahan dan kekurangan di dalam mengatur tindak pidana siber serta menimbulkan banyak permasalahan baru.
Kata Kunci : Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik, tindak pidana siber.
PENDAHULUAN
Indonesia mengadopsi undang-undang hak atas informasi, dalam bentuk Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik , pada 30 April 2008. Undang-undang tersebut berlaku dua tahun kemudian, pada Mei 2010. Undang-Undang tersebut terbilang baik, karena memberikan warga Indonesia hak untuk mengakses informasi yang dimiliki badan publik. Sekalipun waktu dua tahun telah diberikan untuk mempersiapkan implementasi undang-undang termasuk persiapan
JURNAL ABDIMAS UPMI Page 23 sistem di Komisi Informasi dan sistem implementasi di lingkup internal badan publik tak banyak hal yang berhasil dicapai hingga Mei 2010.
Karena alasan tersebut, juga karena berbagai faktor lain, jumlah permintaan informasi dari media dan kelompok masyarakat sipil terbilang rendah. Padahal, pengalaman dari negara-negara lain menunjukkan jika tak ada ada tuntutan yang kuat akan informasi, implementasi undang-undang hak atas informasi tak akan berhasil.
Untuk membantu menjawab masalah itu, Centre for Law and Democracy sebuah organisasi hak asasi manusia internasional yang berbasis di Kanada, merancang dan menjalankan proyek dengan tujuan utama memicu lebih banyak permintaan informasi. Pengembangan dan penyampaian manual serta pelatihan menjadi bagian penting dalam proses itu. Idenya adalah: memberdayakan kelompok masyarakat sipil setempat untuk memahami konsep-konsep kunci yang mendasari hak atas informasi; serta untuk menggunakan UU KIP dalam mendapatkan akses atas informasi.
Undang-Undang ini dilahirkan sebagai konsekuensi dari adanya perubahan mendasar dalam penyelenggaraan dan cara pandang terhadap telekomunikasi yang memerlukan penataan dan pengaturan kembali penyelenggaraan telekomunikasi nasional.
Hak setiap masyarakat untuk memperoleh informasi dijamin oleh konstitusi Republik Indonesia. Hal ini dijamin dalam Undang-Undnag Dasar Tahun 1945 pasal 28, menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Tataran kehidupan demokrasi dimana rakyat merupakan puncak kedaulatan, rakyat berhak melihat, mengawasi dan mengkritisi apa yang dilakukan oleh pemerintah dan penyelenggara pemerintahan. Lembaga penyelenggara pemerintahan sendiri harus menerapkan kebijakan yang sesuai dan bertujuan untuk kemakmuran rakyat banyak. Keterbukaan dan transparansi informasi merupakan hal yang sangat esensial dalam penerapan fungsi pengawasan langsung oleh rakyat. Transparan memiliki tolak ukur penting biasanya diberlakukan untuk membuat pejabat pemerintah bertanggung-jawab dalam penggunaan uang rakyat, bertanggungjawab terhadap kewajiban yang diemban, bertanggungjawab terhadap janji yang sudah sampaikan kepada masyarakat luas. Indikator keberhasilan tranparansi adalah
JURNAL ABDIMAS UPMI Page 24 kekuatan sistem yang dibangun untuk meredam prilaku korupsi berupa penurunan jumlah kasus korupsi pada instansi tertentu. Jika semuanya akan terlihat transparan maka akan lebih kecil kemungkinan pemerintah untuk menyalahgunakannya untuk kepentingan sendiri
Hak atas informasi atau right to know merupakan hak fundamental yang menjadi perhatian utama para perumus Duham. Pada 1946, majelis umum Perserikatan Bangsa Bangsa menilai bahwa hak ini penting bagi perjuangan hak-hak yang lainnya. Hak ini menjadi guru pemerintahan yang transparan dan partisipatoris, yang dengannya menyediakan jalan bagi tersedianya jaminan pemenuhan hak-hak fundamental dan kebebasan lainnya. Adanya pertimbangan itu pula, maka hak atas informasi sebagai bagian dari kebebasan berpendapat kemudian dimasukkan ke dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia . Dalam Pasal 19 DUHAM dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan menyatakan pendapat. Hak ini mencakup kebebasan untuk berpegang teguh pada suatu pendapat tanpa ada intervensi, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan tanpa memandang batas-batas wilayah. Selanjutnya, penguatan atas hak informasi ini dinyatakan dalam Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik 1966 yang sudah diratifikasi melalui UU Nomor 12 Tahun 2005. Di dalam Pasal 19 Kovenan Sipol dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan untuk menyatakan pendapat; hak ini termasuk kebebasan untuk mencari, menerima dan memberikan informasi dan ide apapun, tanpa memperhatikan medianya, baik secara lisan, tertulis atau dalam bentuk cetakan, dalam bentuk seni, atau melalui media lainnya, sesuai dengan pilihannya.
METODE KEGIATAN
Untuk memecahkan masalah yang sudah diidentifikasi dan dirumuskan tersebut di atas, agar penyuluhan dapat berjalan dengan lancar maka sebagai alternatif pemecahan masalah adalah sebagai berikut: sosialisasi dilakukan dengan klasikal. Pendekatan klasikal dilakukan pada saat pemberian teori tentang Sosialisasi UU No. 11/2008 Terhadap Pemberantasan Hak Atas Informasi Di Kelurahan Teladan Barat.
JURNAL ABDIMAS UPMI Page 25
1. Ceramah Bervariasi
Metode ini dipilih untuk menyampaikan konsep-konsep yang penting untuk dimengerti dan dikuasai oleh peserta pelatihan. Penggunaan metode ini dengan pertimbangan bahwa metode ceramah yang dikombinasikan dengan gambar-gambar, animasi dan display dapat memberikan materi yang relatif banyak secara padat, cepat dan mudah. Materi yang diberikan meliputi : tentang Sosialisasi UU No. 11/2008 Terhadap Pemberantasan Hak Atas Informasi Di Kelurahan Teladan Barat.
2. Metode Demontrasi
Metode demontrasi yaitu metode yang di lakukan dengan sekumpulan masyarakat khususnya yang berada di Kelurahan Teladan Barat dengan bimbingan para instruktur. Metode ini dilakukan dengan konsep bantuan infokus dan layar lebar guna untuk memudahkan masyarakat dan pemerintah setempat khususnya yang di Kelurahan Teladan Barat dalam memahami materi yakni tentang Sosialisasi UU No. 11/2008 Terhadap Pemberantasan Hak Atas Informasi Di Kelurahan Teladan Barat.
PEMBAHASAN HASIL KEGIATAN
Pengabdian yang dilaksanakan oleh instruktur dengan metode ceramah dan metode demonstrasi yang berorientasi pada materi tentang Sosialisasi UU No. 11/2008 Terhadap Pemberantasan Hak Atas Informasi Di Kelurahan Teladan Barat. Hasil kegiatan secara garis besar mencakup beberapa komponen sebagai berikut :
1. Keberhasilan target jumlah peserta kegiatan. 2. Ketercapaian tujuan kegiatan.
3. Ketercapaian target materi yang telah direncanakan.
4. Kemampuan peserta dalam menguasai materi yang disampaikan.
Target instruktur untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang Sosialisasi UU No. 11/2008 Terhadap Pemberantasan Hak Atas Informasi Di Kelurahan Teladan Barat. Dan dilihat dari pemahaman masyarakat dan pemerintah daerah tentang pelaksanaan fungsi dan kewenangan, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan Sosialisasi UU No. 11/2008, yaitu untuk memberikan pemahaman tentang Sosialisasi UU No. 11/2008 Terhadap Pemberantasan Hak Atas Informasi Di Kelurahan Teladan Barat sehingga bisa di aplikasikan didalam kehidupan sehari-hari yakni menerapkan kebijakan pribadi untuk aktif dalam sistem pemerintahan dan aktif
JURNAL ABDIMAS UPMI Page 26 mendapatkan informasi-informasi yang beredar baik melalui lisan yang disampaikan pemerintah desa atau perangkat-perangkat desa lainnya ataupun melalui sistem teknologi canggih dapat memberikan informasi-informasi penting.
Ketercapaian target materi pada kegiatan PPM ini cukup baik, karena materi Sosialisasi UU No. 11/2008 Terhadap Pemberantasan Hak Atas Informasi Di Kelurahan Teladan Barat dapat disampaikan secara menyeluruh. Materi sosialisasi yang telah disampaikan yakni :
1. Pengertian Informasi
2. Pemahaman tentang Sosialisasi UU No. 11/2008 Terhadap Pemberantasan Hak Atas Informasi Di Kelurahan Teladan Barat.
Kemampuan peserta dilihat dari penguasaan materi cukup baik dikarenakan waktu yang singkat dalam penyampaian materi dan paradigma para peserta yang berbeda-beda. Para peserta juga sangat antusias dalam bertanya kepada instruktur tentang apa saja yang belum diketahuinya. Dan sampai sosialisasi berakhir, masih ada yang bertanya tentang apa saja yang berkaitan dengan Sosialisasi UU No. 11/2008 Terhadap Pemberantasan Hak Atas Informasi Di Kelurahan Teladan Barat, sehingga dengan tercapainya pelaksanaan ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya hak informasi tersebut.
KESIMPULAN
Informasi adalah data yang telah diolah men-jadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan-keputusan-keputusan yang akan datang.
Pemohon informasi publik mengajukan per-mintaan informasi kepada badan publik, secara lisan, maupun melalui surat atau surat elektronik (email) permintaan juga dapat melalui telepon.
1. Pemohon informasi harus menyebutkan nama alamat subyek/jenis info yang diminta dan cara penyampaian info yang diinginkan.
2. Pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), pada badan publik mencatat semua yang disebutkan oleh pemohon informasi pada langkah kedua.
3. Pemohon informasi harus meminta bukti-bukti pada PPID dibadan publik bahwa telah melakukan permintaan informasi, serta no-mor pendaftaran permintaan.
JURNAL ABDIMAS UPMI Page 27 DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Terhadap Pemberantasan Hak Atas Informasi Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Undang-Undang No. 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi
Ramli ,Ahmad M. 2004 : Cyber Law Dan HAKI Dalam Sistem Hukum Indonesia. Rafika Aditama. Jakarta