• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 TESIS F.M DELLY DAHLIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TESIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 TESIS F.M DELLY DAHLIA"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PEMBERIAN EKSTRAK TEH PUTIH (CAMELLIA

SINENSIS) ORAL MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA

TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR

WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

F.M DELLY DAHLIA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

TESIS

(2)

PEMBERIAN EKSTRAK TEH PUTIH (CAMELLIA

SINENSIS) ORAL MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA

TIKUS (RATTUS NORVEGICUS)

JANTAN GALUR

WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

F.M DELLY DAHLIA NIM 1290761040

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

TESIS

PEMBERIAN EKSTRAK TEH PUTIH (CAMELLIA

SINENSIS) ORAL MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA

TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR

WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

(3)

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik

Program Pascasarjana Universitas Udayana

F.M DELLY DAHLIA NIM 1290761040

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 26 Nopember 2014

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila Sp.And.,FAACS Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK. NIP. 194612131971071001 NIP. 194606191976021001

Mengetahui,

Ketua Program Magister Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, SpAnd, FAACS Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)

NIP. 194612131971071001 NIP. 195902151985102001

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 26 Nopember 2014

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 3467/UN14.4/HK/2014, Tanggal 19 September 2014

Ketua : Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila,Sp.And., FAACS. Anggota :

(5)

1. Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK. 2. Prof.Dr.dr.Alex Pangkahila,M.Sc.,Sp.And. 3. Prof.dr.N. Tiqeh Suryadhi. MPH.PhD. 4. Dr.dr.Ida Sri Iswari. Sp Mk, M.Kes.

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Nama : dr. F.M. Delly Dahlia

NIM : 1290761040

Program Studi : Magister Ilmu Biomedik (Anti - Aging Medicine)

Judul : Pemberian Ekstrak The Putih (Camellia Sinesis) Oral Mencegah Dislipidemia pada Tikus (Rattus Novergicus) Jantan Galur Wistar Yang Diberi Diet Tinggi Lemak.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang - undang yang berlaku.

(6)

Denpasar,……….. Yang membuat pernyataan,

(dr. F.M. Delly Dahlia)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya tesis yang berjudul "Pemberian Ekstrak Teh Putih (Camellia Sinensis ) Oral Mencegah Dislipidemia Pada Tikus ( Rattus Norvegicus) jantan galur Wistar yang Diberi Diet Tinggi Lemak,dapat diselesaikan.

Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir pendidikan yang dijalani Penulis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine, Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD selaku Rektor Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Udayana.

Materai 6 000

(7)

2. Prof Dr. dr. Putu Astawa, M.Kes, Sp.OT, FICS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Udayana.

3. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Udayana.

4. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And., FAACS., selaku Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas Udayana dan selaku Pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan banyak dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

5. Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK., selaku Pembimbing II yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

6. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And., selaku penguji yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.

7. Prof.dr.N Tigeh Suryadhi,MPH.Ph.D.,selaku penguji yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 8. Dr. dr.Ida Sri Iswari,M.Kes , selaku penguji yang telah memberikan banyak

(8)

9. Pak Khamdan Khalimi, SP.MSi, yang banyak membantu dalam pembuatan dan analisis ekstrak teh putih selama penelitian di Fakultas Teknik Pertanian Universitas Udayana.

10. Pak Gede Wiranatha, S.Si yang banyak membantu dan menjaga hewan coba selama penelitian di Animal Laboratory Unit bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

11. Drs. I Ketut Tunas, M.Si, yang banyak memberikan bimbingan dan masukan untuk pembuatan analisis statistik, kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 12. Seluruh dosen di Universitas Udayana atas ilmu dan bimbingan yang sangat

bermanfaat, serta dr. Okanegara, Geg Eni, Geg Wah, Pak Edy, Geg Yethi dan seluruh staf atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama studi.

13. Keluarga tercinta yaitu suami saya Hendra Wijaya, anak - anak saya Adrian Pratama Wijaya, B.Bus, Clarissa Dwipuspa Wijaya, MBBS, Clarinna Tripuspa Wijaya,B.com, Aristea Kwartano Wijaya, Bsc, atas doa, bantuan, dukungan, semangat, dan pengertiannya selama penulis menempuh pendidikan.

14. Rekan-rekan sejawat yaitu HJ. Mariatul Fadillah, Ericson Yudhistira, Meilani Hidayat, Eva Rianah, Susan Tristianty, Agatha Sri Pujiatiningsih, Heny Widyowaty , Larissa Krisanti , Kadek Trisnadewi dan suami juga rekan sejawat lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan bantuan, dorongan, semangat, dan saran selama penulis mengikuti studi, khususnya dalam penulisan tesis ini.

(9)

15. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Tak lupa dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan permohonan maaf jika terdapat kekurangan dalam tulisan tugas akhir ini. Meski jauh dari sempurna, penulis tetap berharap tesis ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis pribadi, bagi program pendidikan Magister Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana, serta bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga. Amin.

Denpasar, November 2014 Penulis,

(10)

ABSTRAK

EKSTRAK TEH PUTIH ( CAMELLIA SINENSIS ) ORAL MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA TIKUS ( RATTUS NOVERGICUS ) JANTAN

GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai terjadinya peningkatan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan penurunan kolesterol HDL. Pada saat ini banyak penelitian untuk mencegah dan mengobati dislipidemia dengan bahan alami. Teh putih merupakan teh tanpa proses fermentasi yang berasal dari daun teh (camellia sinensis) yang sangat muda dan masih menggulung serta dilindungi dari sinar matahari sehingga mencegah degradasi polifenol. Ekstrak teh putih mengandung derivat katekin tertinggi dibanding teh lainnya , ECGC (Epigalocathecin 3-Gallate) dan kafein ini dapat memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif, juga memiliki kemampuan untuk menginhibisi (Cholesteryl ester transfer protein) CETP, yang bisa meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol total ,trigliserida dan kolesterol LDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegunaan Ekstrak Teh Putih (camellia sinensis) sebagai alternatif untuk mencegah dislipidemia dan mengetahui dosis pemberian ekstrak teh putih untuk mencegah dislipidemia pada tikus jantan galur wistar.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan randomized

posttest only control group design. Tikus putih jantan dipilih secara random dan

dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing berjumlah 10 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol diberikan diet tinggi lemak dan plasebo yang berupa akuades , kelompok perlakuan I diberi diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih 14,4 mg, dan kelompok perlakuan II diberi diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih 28,8 mg masing-masing 1 kali sehari. Setelah perlakuan selama 28 hari sampel darah diambil dari medial kantus sinus orbitalis, untuk pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan kolesterol HDL.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan I dan II terdapat penurunan kolesterol total secara bermakna sebesar 137,31% dan 156,65% (p < 0,05), penurunan trigliserida secara bermakna sebesar 77,29% dan 101,01%(p < 0.05) dan penurunan kolesterol LDL 53,58 % dan 75,12%(p < 0,05), serta peningkatan kolesterol HDL secara bermakna sebesar 44,31% dan 66,39% (p < 0,05).

Penelitian ini menyimpulkan ekstrak teh putih mencegah peningkatan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan mencegah penurunan kolesterol HDL, jadi ekstrak teh putih mencegah dislipidemia.

(11)

ABSTRACT

WHITE TEA EXTRACT ( CAMELLIA SINENSIS) PREVENTED DYSLIPIDEMIA IN MALE WISTAR RAT FED WITH HIGH FAT-DIET

Dyslipidemia is a lipid metabolism disorder followed by high total cholesterol level, high LDL cholesterol level, high tryglyceride level and low HDL cholesterol level. During the past years many researches have been

conducted for natural substances to improve lipid profiles and vascular protective effect. White tea is an unfermented tea made from young shoots leaves of

camellia sinensis protected from sunlight to avoid polyphenol degradation. White tea has the higher level of catechin derivate, EGCG (Epigalocathecin 3-Gallate), and caffeine. The compounds have the ability to inhibit CETP (Cholesteryl ester

transfer protein), which may increase HDL cholesterol concentrations and

decrease LDL cholesterol, triglyceride and total cholesterol concentrations. This research was aimed at investigating benefit of white tea extract (Camellia

Sinensis) as an alternative to prevent dislipidemia in Male Wistar rats fed with

high fat-diet

This study was a pure experimental research, with a randomized posttest only group design. The study designed to all samples then randomized equally into 3 treatment groups (group I and II) and a placebo control group . The study continued for 28 days. Samples in the control group were fed with high-fat diet and placebo (distillated water), samples in the treatment group I were fed with a high fat-diet and white tea extract 14,4 mg bid, and treatment group II was fed with high fat-diet and white tea extract 28,8 mg bid.After 28 days the blood was taken from medial canthus sinus orbitalis for lipid profiles

The study showed that both groups (I and II), the total cholesterol level decreased significantly 137,31% and 165,65% respectively (p < 0.05), the LDL cholesterol level decreased significantly 53,58% and 75,12% respectively (p < 0.05), the triglicerides level decreased significantly 77,29% and 101,01% respectively (p < 0.05), and the HDL cholesterol level increased significantly 44,31% and 63,39% respectively (p < 0.05).

It coud be concluded that white tea extract was proved to improve significantly lipid profiles and dyslipidemia prevention.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR SINGKATAN ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 5 1.3. Tujuan Penelitian ... 5 1.1.1. Tujuan Umum ... 5 1.1.2. Tujuan Khusus ... 5

(13)

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Ilmiah ... 6

1.4.2 Manfaat Aplikasi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1 Proses Penuaan ... 7

2.2 Diet tinggi lemak ... 8

2.3 Dislipidemia ... 12 2.3.1 Definisi ... 12 2.3.2 Klasifikasi Dislipidemia ... 14 2.3.3 Penyebab Dislipidemia ... 15 2.3.4 Penatalaksanaan ... 16 2.3.5 Komplikasi ... 20 2.4 Lemak ... 21 2.4.1 Fosfolipid ... 22 2.4.2 Trigliserida ... 22 2.4.3 Kolesterol ... 23 2.4.3.1 Biosintesis Kolesterol ... 24 2.4.4 Asam Lemak ... 25 2.4.5 Lipoprotein ... 26 2.4.5.1 Kilomikron ... 27

2.4.5.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL) ... 28

2.4.5.3 Low Density Lipoprotein (LDL)... 28

(14)

2.4.5.5 Apoprotein ... 31 2.5 Metabolisme Lemak ... 32 2.6 Transportasi Lemak ... 33 2.6.1 Jalur Eksogen... 34 2.6.2 Jalur Endogen ... 35 2.7 Aterosklerosis ... 36

2.8 Teh (Camellia sinensis) ... 39

2.8.1 Deskripsi Teh ... 39

2.8.2 Klasifikasi Teh ... 39

2.8.3 Jenis-Jenis Teh ... 40

2.8.4 Kandungan Kimia Teh ... 43

2.9 Teh Putih ... 46

2.9.1 Manfaat Teh Putih ... 48

2.9.2 Komposisi Kimia Teh Putih ... 50

2.10 Teh Putih Terhadap Dislipidemia ... 51

2.11 Hewan Percobaan ... 54

2.11.1 Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar sebagai hewan coba... 54

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 59

3.1 Kerangka Berpikir ... 59

3.2 Konsep Penelitian ... 60

(15)

BAB IV METODE PENELITIAN ... 62

4.1 Rancangan Penelitian ... 62

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 63

4.2.1 Tempat Penelitian ... 63

4.2.2 Waktu Penelitian ... 63

4.3 Populasi dan Sampel ... 64

4.3.1 Kriteria Sampel ... 64

4.3.1.1 Kriteria Inklusi ... 64

4.3.1.2 Kriteria Drop out ... 64

4.3.2 Besar Sampel ... 64

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 65

4.4 Variabel Penelitian ... 65

4.4.1 Identifikasi Variabel ... 65

4.4.2 Klasifikasi Variabel ... 65

4.4.3 Definisi Operasional Variabel ... 66

4.4.4 Hubungan Antar Variabel... 68

4.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 69

4.5.1 Alat Penelitian ... 69

4.5.2 Bahan Penelitian ... 69

4.6 Prosedur Penelitian ... 69

4.7 Alur Penelitian ... 73

4.8 Analisa Penelitian ... 74

(16)

5.1 Analisis Deskriptif ... 75

5.2 Uji Normalitas Data ... 75

5.3 Uji Homogenitas Data ... 76

5.4 Kolesterol total ... 76

5.5 Trigliserida ... 79

5.6 Kolesterol HDL ... 81

5.7 Kolesterol LDL ... 83

5.8 Pakan yang Dimakan ... 85

BAB VI. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 88

6.1. Subyek Penelitian ... 88

6.2 Distribusi dan Varian Data Hasil Penelitian ... 88

6.3 Diet Tinggi Lemak Merupakan Salah Satu Penyeba Dislipidemia ... 89

6.4 Pengaruh Pemberian Ekstrak Teh Putih ... 90

6.5. Pengaruh Ekstrak Teh Putih Terhadap Penurunan Profil Lipid ... 91

6.6. Pengaruh ekstrak teh putih terhadap Asupan Makanan ... 94

6.7. Manfaat Ekstrak Teh Putih Dalam Perkembangan Anti Aging Medicine ... 96

6.8. Kelemahan Penelitian ... 97

BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN ... 98

7.1. Simpulan ... 98

7.2. Saran ... 98

(17)

LAMPIRAN ... 109

DAFTAR TABEL

Halaman 2.1 Pedoman Klinis Untuk Menghubungkan Profil Lipid Dengan Resiko Terjadi (PKV) ... 13

2.2 Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder ... 16

2.3 Terapi Perubahan Pola Hidup dan Pola Diet ... 18

2.4 Potensial Protektif Efek Dari Teh Putih ... 49

2.5 Hasil Analisis Polifenol, Katekin dan Kafein ... 51

2.6 Data Biologis Tikus Wistar ... 56

5.1 Hasil Uji Normalitas Data Kolesterol Total, Trigliserida, LDL, HDL….. 76

5.2 Homegenitas Data Kolesterol Total, Trigeliserida, LDL, HDL antar Kelompok Perlakuan………... 76

5.3 Perbedaan Rerata Kadar Kolesterol Total antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih……… ... 77

(18)

5.4 Analisis Komperasi Kolesterol Total antara Kelompok Kontrol dan

Kelompok Sesudah Perlakuan antar Kelompok………. 78 5.5 Perbedaan Rerata Kadar Trigeliserida antar Kelompok Kontrol dan

Kelompok Sesudah Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh

Putih……… 79 5.6 Analisa Komparasi Trigeliserida Sesudah Perlakuan antar Kelompok… 80 5.7 Perbedaan Rerata Kadar HDL antar Kelompok Sesudah Diberikan

Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih……….……… 81 5.8 Analisis Komparasi HDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok…………. 82 5.9 Perbedaan Rerata Kadar LDL antar Kelompok Sesudah Diberikan

Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih……… 83 5.10 Analisis Komparasi LDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok…………. 85 5.11 Perbedaan Rerata Pakan yang Dimakan antar Kelompok Sesudah

Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih ... 86 5.12 Analisis Komparasi Pakan yang Dimakan Sesudah Perlakuan antar

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Adiposopathy ... 10

2.2 Mekanisme Diet Tinggi Lemak Menjadi Dislipidemia... 11

2.3 Jaringan Adiposa dan Adiposit Pada Keadaan Adiposopathy ... 12

2.4 Biosintesis Kolesterol ... 25

2.5 Metabolisme Lemak ... 33

2.6 Jalur Metabolisme Lipoprotein Eksogen dan Endogen... 36

2.7 Diagram Aterosklerosis ... 38

2.8 Daun Tanaman Teh ... 40

2.9 Teh Putih, Teh Hijau, Teh Merah/Oolong, Teh Hitam ... 41

2.10 Skema Representasi dari Proses Pembuatan Teh ... 42

2.11 Teh Putih ... 47

2.12 Seduhan Teh Putih ... 47

2.13 Struktur Kimia Katekin ... 50

2.14 CETP ... 52

2.15 EGCG dan Profil Lipid ... 53

2.16 Tikus Wistar (Rattus norvegicus) ... 55

4.1 Skema Rancangan Penelitian ... 62

4.2 Hubungan Antar Variabel ... 68

5.1 Perbandingan Kolesterol Total antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Ekstrak Teh Putih……….…...….. 77

(20)

5.2 Perbandingan Trigliserida antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Ekstrak Teh Putih ……….. ... 80 5.3 Perbandingan HDL, antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok

Perlakuan Ekstrak Teh Putih………..……….. 82 5.4 Perbandingan LDL antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok

Perlakuan Ekstrak Teh Putih……….... 84 5.5 Perbandingan Pakan yang Dimakan antara Kelompok Kontrol dengan

Kelompok Perlakuan ……….. ... 86

DAFTAR SINGKATAN

AAM : Anti-Aging Medicine

AMPK : AMP-activated protein kinase BMI : Body Mass Index

CETP : Cholesteryl Ester Transfer Protein CRP : C-Reactive Protein

CVD : Cerebro - Vascular Disease DNA : Deoxyribonucleic Acid

(21)

EC : Epicatechin

ECG : Epicatechin 3-gallate EGC : Epigallocatechin

EGCG : Epigallocatechin 3-gallate FAS : Fatty Acid Synthase FFA : Free Fatty Acid

HDL : High Density Lipoprotein HSL : Hormone-Sensitive Lipase HSPs : Heat Shock Proteins

ICAM-1 : Intercellular Adhesion Molecule -1 IL-1 : Interleukin-1

LCAT : Lecithin Cholesterol Acyltransferase LDL : Low Desinty Lipoprotein

LPL : Lipoprotein lipase

MCP-1 : Monocyte-chemoattractant Protein-1 MUFA : Monounsaturated Fatty Acids

NO : Nitric Oxide PL : Pancreatic Lipase

PUFA : Polyunsaturated Fatty Acids TG : Trigliseride

TNF-α : Tumor Necrosis Factor-α

VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor VLDL : Very Low Density Lipoprotein

(22)
(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Keterangan Kelayakan Etik ... 109 Lampiran 2. Hasil Analisis Teh Gambung ... 110 Lampiran 3. Pengelolaan Hewan Coba ... 111 Lampiran 4. Foto-foto Penelitian ... 112 Lampiran 5. Data Sisa Pakan ... 116 Lampiran 6. Data Pemeriksaan Profil Lipid ... 117 Lampiran 7. Analisis Data Statistik ... 118

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap manusia akan melalui suatu proses kehidupan, dimulai dari pembuahan, kelahiran, tumbuh kembang anak, pencapaian usia dewasa, dan

(24)

mengalami proses penuaan. Proses penuaan sampai saat ini masih dianggap sesuatu yang alamiah terjadi. Dengan bertambahnya usia maka seluruh sistem dalam tubuh perlahan-lahan mengalami penurunan fungsi pada berbagai sel, jaringan, dan organ tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya perubahan fisik dan mental. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dilakukan berbagai upaya untuk memperpanjang usia dengan mencegah perubahan-perubahan tersebut. Upaya inilah yang mendasari berkembangnya Anti-Aging

Medicine (AAM).

Dengan konsep AAM penyakit dapat dicegah, dihindari, dan diobati sehingga dapat kembali ke keadaan semula, dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan dirinya begitu saja menjadi tua dengan segala keluhan dan mendapat pengobatan yang belum tentu benar (Pangkahila, 2007).

Pada saat ini banyak penyakit yang berhubungan dengan pola makan yang tidak sehat, karena pola makan sekarang cenderung mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak, serta pola hidup sedentari dimana aktivitas fisik sehari-hari sangat minimal sehingga menyebabkan kelebihan lemak tubuh. Konsumsi Asam lemak jenuh dan kalori yang tinggi dalam menu makanan masyarakat sekarang akan

menimbulkan kelainan metabolisme lemak yang dikenal sebagai dislipidemia (Halim, 2006).

Dislipidemia terjadi karena peningkatan asupan lemak berlebihan yang menyebabkan keadaan adiposopathy, dimana terjadi peningkatan TNF-α yang mengakibatkan peningkatan profil lipid darah. Displidemia ditandai dengan

(25)

meningkatnya kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida atau kombinasi keduanya dan biasanya disertai dengan penurunan kolesterol HDL. Dislipidemia menjadi masalah bagi kesehatan dan mempercepat proses penuaan karena dikemudian hari berdampak pada terjadinya arteriosklerosis dan menyebabkan penyakit jantung koroner (Brown dan Goldstein, 2009). Keadaan ini sering diikuti dengan sindrom metabolik yang tambah memperburuk semua risiko. Dislipidemia juga merupakan penyebab penuaan dini dan penyebab kematian karena itu pencegahan dan penanganan dislipidemia sangatlah penting. Penurunan kolesterol

Low Density Lipoprotein (LDL) sebesar 1 mg/dl menurunkan risiko

kardiovaskuler 1 %, dan peningkatan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) menurunkan risiko kardiovaskuler 2-3% (Adam, 2011).

Prinsip utama pada penatalaksanaan dislipidemia dengan melakukan diet ketat rendah kalori, rendah kolesterol, kurangi alkohol, berhenti merokok dan mengkonsumsi makanan tinggi omega 3, olahraga dan mengatur pola hidup. Jika semua intervensi non farmakologis sulit dilakukan dan tidak berhasil, maka diberikan obat anti hiperlipdemia (ACC/AHA, 2013).

Pada saat ini banyak sekali penelitian dilakukan untuk mencari bahan alami yang dapat mencegah dan mengobati dislipidemia, karena bahan alami lebih mudah didapat dan harganya relatif terjangkau. Bahan alami diharapkan dapat mencegah dan memperbaiki dislipidemia dengan aman atau setidaknya mempunyai efek samping yang lebih sedikit.

Teh adalah tanaman yang sudah sangat dikenal dan disukai masyarakat dunia juga di Indonesia (UMMC, 2010). Teh termasuk tanaman spesies Camellia

(26)

Sinensis. Teh mengandung berbagai elemen nutrien yang bermanfaat bagi

kesehatan, antara lain : katekin, quersertin, kamferol, asam klorofil, theobromin, theanin, theofilin dan mineral. Karena kandungan pitonutrien tersebut maka teh dapat berfungsi sebagai antioksidan (Almajano et al., 2008; Xiao et al., 2008; Yang dan Wang, 2011; Forester dan Lambert, 2011), sebagai inflamasi, anti-kanker (Butt dan Sultan, 2009), juga sebagai anti-kolesterol, anti-obesitas, dan anti-diabetes (Auvichayapat et al., 2008; Rain et al., 2011). Terdapat bermacam jenis teh yaitu Teh Hitam, Teh Merah (Oolong Teh), Teh Hijau, dan Teh Putih (Seeram et al., 2008). Belum banyak yang mengenal teh putih, teh putih berasal dari pucuk Camellia sinensis yang masih menggulung dan pada saat dipetik dilindungi dari sinar matahari (Alcazar et al., 2007). Sama seperti teh hijau, teh putih telah digunakan untuk mengobati obesitas dan penyakit metabolik. Pada saat ini banyak peneliti tertarik mempelajari komposisi teh putih (Unachukwu et al., 2010 ; Van Der Hooft et al., 2012), sebagai efek antitumorigenik (Wang et al., 2008; Kumar et al., 2012), efek antioksidan (Almajano et al., 2011; Lopez et al., 2011; Perez-Jimenez et al., 2011; 2012; Thring et al., 2009; 2011). Teh putih di Indonesia dikembangkan di Gambung, Jawa Barat dan diproses menjadi Excellent

Gamboeng White Tea oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina. Teh putih ini mendapat

inovatif Idea Award dari International Society of Antioksidant In Nutrition and

Health di Paris, 2009.

Teh putih banyak sekali mengandung polifenol. Polifenol utama pada teh putih adalah katekin dan derivatnya yaitu : Epigallocatechin 3-gallate (EGCG),

(27)

(Almajano et al., 2008; Xiao et al., 2008; Yang dan Wang, 2011; Forester dan Lambert, 2011). Mekanisme teh putih mencegah dislipidemia diduga karena interaksi dari derivat katekin yang utama yaitu Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) dan kafein meningkatkan termogenesis dan mengurangi penyerapan lemak pada tubuh. Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) menurunkan TNF-α sehingga terjadi inhibisi sintesis fatty acid dan meningkatkan regulasi reseptor enzim yang berperan pada beta oksidasi fatty acid di hepar dan meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase dan menurunkan FFA serta menghambat aktifitas CETP ( Kersshaw dan Flier, 2004). Meningkatkan juga ekskresi lemak pada feses (Teixeira, et al., 2012). Penelitian sebelumnya telah dibuktikan efek teh putih menurunkan stres oksidatif dan kadar trigliserida pada tikus obes (Teixeira, et al., 2012). Maka dianggap perlu penelitian teh putih mencegah dislipidemia. Teh putih yang digunakan pada penelitian ini adalah teh putih Gambung (Hasil analisis ekstrak teh putih gambung dilampirkan pada lampiran 2).

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah kenaikan kadar kolesterol total pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi

(28)

lemak?

2. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah kenaikan kolesterol LDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak?

3. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah kenaikan trigliserida pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak? 4. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah penurunan

kolesterol HDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak?

1 .3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui efek ekstrak teh putih terhadap profil lipid secara umum pada tikus (Rattus Novergicus) jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah peningkatan kolesterol total pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak.

2. Untuk mengetahui pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah peningkatan trigliserida pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak.

3. Untuk mengetahui pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah peningkatan LDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi

(29)

lemak.

4. Untuk mengetahui pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah penurunan HDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat ilmiah

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmiah tentang teh putih dan ekstrak teh putih oral dapat mencegah dislipidemia. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dan acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat aplikasi

Apabila ekstrak teh putih dapat mencegah dislipidemia maka hasil penelitian dapat disosialisasikan kepada masyarakat sebagai alternatif pencegahan dan pengobatan dislipidemia.

Mendukung pengembangan penelitian untuk menggunakan bahan-bahan natural dalam pencegahan dan pengobatan dislipidemia dalam usaha untuk memperlambat penuaan dan kematian dini akibat penyakit yang berhubungan dengan dislipidemia.

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Proses Penuaan

Setelah mencapai usia dewasa, secara alami komponen tubuh tidak berkembang lagi, sebaliknya terjadi penurunan karena proses penuaan. Penuaan merupakan suatu proses fisiologis (Wibowo, 2003). Proses penuaan didefinisikan sebagai penurunan progresif kemampuan tubuh untuk mempertahankan, melindungi, dan memperbaiki diri agar dapat bekerja secara efesien. Penurunan fungsi ini akan menyebabkan menurunnya kualitas hidup (Arora, 2008).

Faktor yang menyebabkan proses penuaan dibagi menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikolisasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan tubuh yang menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stress, dan kemiskinan (Pangkahila, 2011).

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan terjadinya proses penuaan meski tak satupun yang dapat menjelaskan secara tuntas mengapa terjadi proses penuaan, namun teori tersebut satu sama lain saling melengkapi (Goldman dan Klatz, 2007).

Faktor-faktor penyebab proses penuaan dapat diidentifikasi seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan pada saat ini. Jika faktor-faktor tersebut dapat

(31)

dihindari, maka proses penuaan tentu dapat dicegah, diperlambat, bahkan mungkin dihambat sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan. Hal inilah yang mendasari berkembangnya anti-aging medicine, yang bertujuan untuk mencapai atau memperpanjang usia harapan hidup serta meningkatkan kualitas hidup manusia dengan mencari penyebab penuaan tersebut dan memberikan terapi yang tepat (Pangkahila, 2011).

Pola hidup yang mendasari anti-aging medicine adalah pola makan (diet) yang baik, olahraga yang cukup, konsumsi antioksidan secukupnya dan terapi hormonal apabila diperlukan (Arora, 2008).

2.2 Diet Tinggi Lemak

Pola makan yang baik seharusnya mengandung nutrisi yang sehat dan seimbang dengan komposisi: 50% karbohidrat dengan indeks glikemik rendah, 30% lemak (60% berupa monounsaturated fatty acids (MUFA) dan 10%

polyunsaturated fatty acids (PUFA) ), dan 20% protein. Pada kenyataannya sering

kali kita mempunyai pola makan yang tidak seimbang karena terlalu banyak mengandung karbohidrat dengan indeks glikemik yang tinggi seperti roti-rotian, gula, makanan penutup, dan juga tinggi lemak hewani dan terlalu sedikit makanan berserat dan buah (Pangkahila, 2011).

Aktivitas fisik manusia semakin berkurang dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan alat-alat untuk mempermudah kehidupan seperti kendaraan bermotor, eskalator, lift dan lain-lain.

Energi tinggi yang dikonsumsi lewat masukan lemak jenuh yang tinggi menyebabkan kelebihan kalori dan lemak. Jika terjadi kelebihan lemak maka

(32)

kelebihan lemak tersebut akan disimpan sebagai cadangan energi pada sel lemak dan jaringan lemak (Adiposit dan jaringan adiposa). Kelebihan lemak biasa berasal dari asupan Lipos (minyak hewani dan minyak nabati). Adiposit dan jaringan adiposa menyimpan sejumlah lemak termasuk trigliserida dan koleterol. Jaringan adiposa dan adiposit berfungi sebagai organ endokrin aktif dan sel immun (immune stand point).

Hipertropi adiposit dan akumulasi jaringan adiposa membentuk adiposit patogenik dan efek jaringan adiposa. yang disebut Adiposopathy, menstimulasi peningkatan TNF-α sehingga mengakibatkan peningkatan sirkulasi lipid, patogenesis ini yang sekarang dipercaya sebagai landasan teori relasi kelebihan lemak tubuh dan dislipidemia (Bays et al., 2013)

(33)

Gambar 2.1 Adiposopathy : hubungan patogenik jaringan adiposa, dislipidemia dan penyakit kardiovaskular (Bays et al., 2013).

(34)

Gambar 2.2 Mekanisme diet tinggi lemak menjadi dislipidemia (Bays et al., 2013).

(35)

Gambar 2.3 Jaringan adiposa dan adiposit pada keadaan Adiposopathy (pada diet tinggi lemak) (Bays et al.,2013)

2.3 Dislipidemia

2.3.1 Definisi

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL (Gordon, 2003).

Dislipidemia bukan penyakit, lebih tepat disebut sebagai kekacauan metabolik akibat sekunder dari beberapa macam penyakit dan ini kemudian akan berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskular (Gordon, 2003).

(36)

Dislipidemia biasanya tidak menimbulkan gejala, kadar LDL tinggi dapat menyebabkan xantelasma kelopak mata, arcus cornea dan penumpukan LDL pada tendon achilles, siku dan tendon lutut serta sendi metakarpofalangealis, dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Trigliserida tinggi (>1000mg/dl) dapat menyebabkan pankreatitis akut. (Bays et al., 2013).

Dislipidemia bila terdapat kadar level plasma, total kolesterol ≥ 240mg/dl, LDL ≥ 160mg/dl, trigeliserida ≥ 200mg/dl, atau HDL < 40mg/dl. Angka patokan kadar lipid yang memerlukan pengelolaan, penting dikaitkan dengan terjadinya komplikasi kardiovaskular. Dari berbagai penelitian jangka panjang di negara-negara barat, yang dikaitkan dengan besarnya risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular (PKV), dikenal patokan kadar kolesterol sebagai berikut :

Tabel 2.1 Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid dengan Risiko Terjadinya Penyakit Kardiovaskular (PKV) (Bahri. 2004)

Diinginkan Diwaspadai Berbahaya ( mg/dl ) ( mg/dl ) ( mg/dl ) Kolesterol Total < 200 200 - 239 > 240 Kolesterol LDL - Tanpa PKV < 130 130 - 159 > 160 - Dengan PKV < 100 Kolesterol HDL > 45 36 - 44 < 35 Trigliserida - Tanpa PKV < 200 200 - 399 > 400 - Dengan PKV < 150 250 - 499 > 500

(37)

Di Indonesia prevalensi dislipidemia semakin meningkat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sudijanto Kamso pada tahun 2004 terhadap 656 responden di 4 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Padang) didapatkan keadaan dislipidemia berat (total kolesterol >240 mg/dL) pada orang berusia diatas 55 tahun didapatkan paling banyak di Padang dan Jakarta (>56%), diikuti oleh mereka yang tinggal di Bandung (52,2%) dan Yogyakarta (27,7%). Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa prevalensi dislipidemia lebih banyak didapatkan pada wanita (56,2%) dibandingkan pada pria (47%). Dari keseluruhan wanita yang mengidap dislipidemia tersebut ditemukan prevalensi dislipidemia terbesar pada rentang usia 55-59 tahun (62,1%) dibandingkan yang berada pada rentang usia 60-69 tahun (52,3%) dan berusia diatas 70 tahun (52,6%).

2.3.2 Klasifikasi Dislipidemia

Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit (Grundy, 2006): 1. Dislipidemia primer, yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang

dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah.

2. Dislipidemia sekunder, yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit atau suatu keadaan tertentu seperti hiperkolesterolemia disebabkan oleh hipotiroidisme, sindrom nefrotik, penyakit hati obstruktif, kehamilan, anoreksia nervosa dan profiria akut intermiten. Hipertrigliseridemia disebabkan oleh diabetes mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik, miokard infark, disglobulinemia, sindrom nefrotik, kelainan autoimun, dan kehamilan.

(38)

2.3.3 Penyebab Dislipidemia

Penyebab dislipidemia dibagi 2, yaitu (AACE, 2012): A. Dislipidemia Primer

Dislipidemia primer berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan apoprotein yang terlibat dalam metabolism lipoprotein maupun reseptornya. Kelainan ini biasanya disebabkan oleh mutasi genetik. Dislipidemia primer meliputi:

• Hiperkolesterolemia poligenik • Hiperkolesterolemia turunan • Dislipidemia remnan

• Hiperlipidemia kombinasi turunan • Sindroma kilomikron

• Hipertrigliseridemia turunan • Peningkatan kolesterol HDL • Peningkatan apolipoprotein B B. Dislipidemia Sekunder

Dislipidemia sekunder disebabkan oleh penyakit atau keadaan yang mendasari. Hal ini dapat bersifat spesifik untuk setiap bentuk dislipidemia seperti diperlihatkan oleh tabel 2.2 dibawah ini.

(39)

Tabel 2.2 Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder (AACE, 2012)

Lipid Penyebab

↑ Kolesterol total dan kolesterol LDL - Hipotiroid - Sindrom nefrotik - SLE, multiple myeloma

- Progestin, pengobatan anabolik streroid

- Penyakit hati obstruktif, sirosis

- Protease inhibitor pada pengobatan infeksi HIV

↑ Trigliserida dan kolesterol VLDL - Gagal ginjal kronik - DM tipe 2

- Obesitas - Alkohol - Hipotiroid

- Obat anti hipertensi (Tiazid, Beta Bloker)

- Terapi koertikosteroid (↑ steroid Endogen akibat stres berat)

- Estrogen oral, kontrasepsi oral, kehamilan

- Very low fat diet

2.3.4 Penatalaksanaan Dislipidemia

Penatalaksanaan dislipidemia dibagi menjadi: A. Terapi Non Farmakologi

Komponen-komponen Therapeutic Lifestyle Change (TLC) meliputi pengurangan asupan kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang berhubungan dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti stanol dan sterol serta peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik. Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi terapi utama untuk dislipidemia, kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia

(40)

bawaan (genetik mempunyai kelainan metabolisme lipoprotein/kolesterol) atau hiperlipidemia gabungan yang bersifat familial, penanganan terapinya dengan pengaturan makanan dan terapi obat dapat dimulai secara bersamaan (Grundy, 2006).

Terapi non farmakologis meliputi: 1. Terapi diet

Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya dimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan bantuan ahli gizi. Penilaian pola makan penting untuk menentukan pola dan keberhasilan terapi diet.

Terapi diet bisa dimulai saat dini, bisa dimulai pada anak-anak diatas 2 tahun apabila terdapat genentik hiperkolestromia. Pada usia anak terapi diet tidak perlu terlalu ketat dan pada saat memauki usia dewasa mulai diterapkan secara konsekuen mengikuti pola diet tersebut (Krause’s, 2012).

(41)

Tabel 2.3 Terapi perubahan pola hidup dengan pola diet (Krause’s, 2012)

Nutrient Recomended Intake

Total fat 25%-35% of total calories

Saturated fat Less than 7% of total calories trans-fatty acids Zero or as low as possible Polyunsaturated fat Up to 10% of total calories Monounsaturated fat Up to 20% of total calories

Carbohydrate 50% to 60% of total calories, especially from whole grains, fruits and vegetables

Fiber 25-30 g/day (soluble forms such as psyllium

at 10-25 g)

Plant strerols 2 g/day

Protein Approximately 15% of total calories

Cholesterol Less than 200 mg/day

Total calories (energy) Balance energy intake and expenditure to maintain desirable body weight/prevent weight gain.

Pada penelitian ada beberapa low fat diets menyebabkan peningkatan profil lipid dan lebih bersifat aterogenik dibanding yang original. Genotip merupakan faktor yang penting pada intervensi diet. Diet harus disesuaikan dengan genotif yang menurunkan lipid.

Identifikasi gene coding pada wanita yang mempunyai dua copy G Allele, meningkatkan diet PUFA menyebabkan penurunan level HDL, tetapi pada wanita dengan satu copy A Allele, peningkatan PUFA menyebabkan peningkatan level HDL. Manipulasi pada diet PUFA memberikan efek level HDL yang berbeda, tergantung varian mana copy gene individual dan berapa jumlah copy gene tersebut (Krause's, 2012).

(42)

2. Latihan jasmani

Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan.

Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap : 1) Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit

2) Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung maksimal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit .

3) Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-10 menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik. B. Terapi Farmakologi

Obat anti-dislipidemia adalah obat yang ditujukan untuk memperbaiki kadar lemak di dalam darah.

Pemberian obat anti-dislipidemik dapat diberikan dalam menangani kasus dislipidemia apabila dengan terapi diet dan olah raga kondisi pasien tidak merespon (Illingworth, 2007).

Bila terapi non-farmakologi tidak berhasil maka kita dapat memberikan bermacam-macam obat anti-dislipidemik tergantung dari jenis dislipidemia yang kita dapat. Beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan adalah kemampuan dari pada obat obat tersebut dalam mempengaruhi kolesterol HDL, trigliserida,

(43)

fibrinogen, kolesterol LDL, dan juga diperhatikan pengaruh atau efek samping dari pada obat-obat tersebut .

Saat ini didapat beberapa golongan obat (ACC/AHA, 2013):

1) Golongan statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor : lovastatin, pravastatin, fluvastatin, simvastatin, atrovastatin, rosuvastatin, pitavastatin)

2) Derivat asam fibrat (gemfibrozil, fenofibrat) 3) Asam nikotinat (niacin)

4) Golongan resin (sequestran)

5) Kolestrol absorbsi inhibitor (ezetimibe)

Kadang kala kadar kolesterol dan trigliserida meningkat secara progresif pada kehamilan tetapi merupakan kontra indikasi pengobatan dengan niacin dan ezetimbe (ACC/ AHA, 2013).

2.3.5 Komplikasi Dislipidemia

Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai macam komplikasi, antara lain:

1. Aterosklerosis

2. Penyakit jantung koroner

3. Penyakit serebrovaskular seperti stroke 4. Kelainan pembuluh darah tubuh lainnya

(44)

2.4 Lemak

Lemak, disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari asupan makanan dan lemak yang dibentuk oleh tubuh (hasil produksi organ hati), yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak (adiposit) dan jaringan adiposa sebagai cadangan energi (Nugroho, 2009).

Fungsi lemak adalah (Lichtenstein et al., 2006) : 1. Sebagai penyusun struktur membran sel.

Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran material-material.

2. Sebagai bantalan lemak.

Lipid disimpan sebagai jaringan adiposa.

3. Sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan adiponektin, leptin, Tumor

Necrosis Factor α.

Hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin membantu regulasi proses-proses biologis.

Secara umum fungsi lemak adalah sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut dalam lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, dan memelihara suhu tubuh (Nugroho, 2009).

(45)

Secara klinis, lemak yang penting adalah (Lichtenstein et al, 2006) : 1. Fosfolipid

2. Trigliserida (lemak netral) 3. Kolesterol

4. Asam Lemak

2.4.1 Fosfolipid

Fosfolipid merupakan derivat dari asam folat. Fosfolipid ialah senyawa lemak yang mengandung gugusan fosfat. Yang termasuk golongan ini ialah

lecithin, cephalin, sphingosin, dan sphingomyelin. Kira-kira separuh dari

fosfolipid plasma ialah lecithin. Kadar fosfolipid plasma biasanya meninggi bersamaan dengan meningginya kadar kolesterol plasma. Lechitin biasa didistribusikan bersamaan dengan asupan makanan dan banyak terdapat pada es krim, snak kraker dan stabilisator makanan (Krause's, 2012).

2.4.2 Trigliserida

Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol, trigliserida merupakan ester gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka dinamakan monogliserida. Trigliserida merupakan lemak pada daging, produk susu, dan minyak goreng, serta merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Trigliserida juga ditemukan dalam simpanan lemak tubuh dan berasal dari pecahan lemak di hati. Seperti halnya kolesterol, trigliserida juga merupakan lemak yang bersirkulasi dalam darah.

(46)

Sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 97 persen trigliserida sisanya berbentuk kolesterol dan fosfolipid. Lemak disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas serta melepaskannya ke dalam pembuluh darah (Krause’s, 2012).

2.4.3 Kolesterol

Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas dan ester dengan asam lemak, serta merupakan komponen utama selaput sel otak dan saraf (Murray et al., 2003).

Kolesterol sangat diperlukan dalam berbagai proses metabolisme tubuh, misalnya (Murray et al., 2003) :

1. Sebagai bahan pembentuk dinding sel.

2. Membuat asam empedu untuk mengemulsikan lemak. 3. Untuk membuat vitamin D.

4. Berperan sebagai bahan pembuat hormon-hormon seks dan kortikosteroid atau hormon yang dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot, serta kekebalan tubuh.

Delapan puluh persen kolesterol dihasilkan dari dalam tubuh (pembentukan oleh hati) dan 20 persen sisanya dari luar tubuh (makanan yang dikonsumsi). Kolesterol adalah produk khas hasil metabolisme hewan dan produk olahannya seperti kuning telur, daging, hati, otak, susu, keju, mentega, dan lain-lain. Kolesterol yang berasal dari makanan jarang dalam bentuk kolesterol bebas, biasanya berbentuk kolesterol dengan asam lemak atau sering disebut ester

(47)

kolesterol. Kolesterol hanya terdapat pada sel-sel hewan dan manusia, tidak terdapat pada sel tumbuh-tumbuhan (Murray et al., 2003).

Sel-sel jaringan tubuh memerlukan kolesterol untuk tumbuh dan berkembang secara semestinya. Sel-sel ini menerima kolesterol dari LDL (Low

Density Lipprotein). Meskipun demikian jumlah kolesterol yang dapat diterima

atau diserap oleh sel ada batasnya. Bila kita makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita tinggi.

2.4.3.1 Biosintesis Kolesterol

Prekusor yang digunakan oleh hati untuk mensintesis kolesterol adalah asetil Koenzim- A (asetil KoA) yang merupakan hasil metabolisme karbohidrat, protein atau lemak. Biosintesis kolesterol terbagi menjadi empat tahap. Tahap pertama melibatkan perubahan asetil koA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril- KoA (HMG-KoA) yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase, kemudian dilanjutkan sintesis HMG-KoA menjadi Mevalonat akan diubah menjadi molekul dasar isoporen yaitu isopentenyl pyrophospat (IPP), bersamaan dengan hilangnya CO2. Tahapan ketiga adalah terjadinya proses polimerisasi enam molekul

isoprenoid untuk membentuk molekul skualen. Tahap paling akhir adalah proses terbentuknya inti steril dari skualen, yang kemudian akan diubah menjadi kolesterol (Koolman, 2005).

Laju sintesis kolesterol oleh tubuh ditentukan oleh laju pembentukan mevalonat oleh HMG-KoA reduktase. Kerja enzim ini dapat dihambat oleh beberapa obat penurun kolesterol golongan statin (Koolman, 2005).

(48)

Biosintesis kolesterol dalam tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.4 Biosintesis Kolesterol (Koolman, 2005)

2.4.4 Asam lemak

Asam lemak merupakan asam monokarboksilat rantai panjang. Adapun rumus umum dari asam lemak adalah: CH3(CH2)nCOOH atau CnH2n+1-COOH

(49)

Rentang ukuran dari asam lemak adalah C12 sampai dengan C24 (Rader dan Hobbs, 2005).

Ada dua macam asam lemak yaitu (Rader dan Hobbs, 2005) : 1. Asam lemak jenuh (saturated fatty acid).

Asam lemak ini tidak memiliki ikatan rangkap. 2. Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid).

Asam lemak ini memiliki satu atau lebih ikatan rangkap.

2.4.5 Lipoprotein

Pada umumnya lemak tidak larut dalam air, yang berarti juga tidak larut dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka di dalam plasma darah, lemak akan berikatan dengan protein spesifik membentuk suatu kompleks makro molekul yang larut dalam air. Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein ini disebut Lipoprotein (Mahley, 2003).

Tubuh mengatur kadar lipoprotein melalui beberapa cara (Rader dan Hobbs, 2005) :

1. Mengurangi pembentukan lipoprotein dan mengurangi jumlah lipoprotein yang masuk ke dalam darah.

2. Meningkatkan atau menurunkan kecepatan pembuangan lipoprotein dari dalam darah.

Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan menjadi kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate Density

(50)

Lipoprotein (HDL). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan

dipecah serta dibuang dengan cara yang sedikit berbeda (Rader dan Hobbs, 2005).

2.4.5.1 Kilomikron

Kilomikron merupakan lipoprotein yang mengangkut lemak menuju ke hati. Kilomikron dibentuk di usus halus dengan komposisi asam lemak dari trigliserida. Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80 persen nya terdiri dari trigliserida yang berasal dari makanan, terutama makanan yang mengandung trigliserida dan kurang dari 5 persen terdiri dari kolesterol ester. Pada waktu mencapai darah, kilomikron berinteraksi dengan LPL (Lipoprotein Lipase) yang terdapat pada permukaan endotel kapiler, jaringan lemak dan otot. Akibat interaksi ini trigliserida dapat dilepaskan dari kilomikron, dan diangkut oleh HDL ke hepar untuk di metabolisme. Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, dan membawa kolesterol makanan ke hati (Rader dan Hobbs, 2005).

Lapisan permukaan kilomikron terdiri dari fosfolipid, kolesterol bebas, Apo B48, Apo AI, Apo AII, dan Apo AIV, sedangkan bagian inti kilomikron terdiri dari trigliserida dan kolesterol. Di dalam plasma, Apo C dan Apo E ditransfer ke kilomikron dari HDL sehingga membentuk kilomikron. Apo CII memediasi hidrolisis trigliserida melalui pengaktifan LPL, sehingga terbentuk kilomikron remnan yang kaya kolesterol miskin trigliserida dan asam lemak bebas (Mahley et al., 2003 ; Rader dan Hobbs, 2005).

Kilomikron remnan akan diambil oleh hepatosit dengan bantuan Apo E, sehingga kolesterol digunakan oleh hepatosit untuk membentuk asam empedu

(51)

disatukan ke dalam membran, diekskresikan sebagai kolesterol ke dalam empedu atau membentuk lipoprotein (Lichtenstein dan Jones, 2001 ; Rader dan Hobbs, 2005). Sedangkan Asam lemak bebas kemudian diambil oleh berbagai jaringan untuk disimpan sebagai trigliserida, dioksidasi sebagai sumber energy atau digunakan kembali di hepar untuk membentuk lipoprotein trigliserida (Mahley

et al., 2003).

2.4.5.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL)

Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) merupakan trigliserida endogen. Lipoprotein ini terdiri dari 60 persen trigliserida endogen dan 10-15 persen kolesterol. Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati, yang berfungsi sebagai alat transportasi lemak dari hepar ke jaringan. Trigliserida merupakan bagian terbesar dari VLDL dan ukuran VLDL ditentukan oleh jumlah trigliserida yang ada (Rader dan Hobbs, 2005).

Apolipoprotein utama VLDL adalah Apo B100. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) dan diubah menjadi VLDL remnant (Mahley et al., 2003). VLDL remnan dapat ditangkap kembali oleh hepar melalui reseptor atau tetap dalam sirkulasi dan setelah diambil komponen trigliseridanya dihirolisis oleh hepatik lipase (HL) menjadi partikel IDL dan LDL (Rader dan Hobbs, 2005).

2.4.5.3 Low Density Lipoprotein (LDL)

Lipoprotein densitas rendah (LDL) adalah lipoprotein yang merupakan alat transportasi kolesterol yang utama, mengangkut sekitar 70-80 persen dari

(52)

kolesterol total, yang merupakan metabolit VLDL. Apolipoprotein utama LDL adalah Apo B100.

Fungsi LDL yaitu membawa kolesterol dari hepar ke jaringan perifer termasuk ke sel otot jantung, otak, dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya (untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid). Rangkaian proses penyediaan kolesterol pada jaringan ekstrahepatik disebut LDL receptor pathway, sedangkan rangkaian proses pengembalian kolesterol ke hepar dari jaringan perifer disebut reverse cholesterol transport. Kedua jalur tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Mayes dan Botham, 2003).

Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10 persen dan kolesterol 60 persen. Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL. Bila kita makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita tinggi. Kelebihan LDL akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam (intima) pembuluh darah dengan risiko penumpukan atau pengendapan kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah arteri, yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis. Makin kecil ukuran LDL atau makin tinggi kepadatannya, makin mudah pula LDL tersebut menyusup ke dalam intima. LDL demikian disebut LDL kecil padat (small dense LDL). Oleh karena sifat di atas, maka LDL disebut kolesterol jahat. Ambilan LDL terjadi karena adanya reseptor LDL. LDL mengalami katabolisme melalui jalur reseptor dan jalur non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi kolesterol endogen. Bila katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer

(53)

berkurang maka kadar kolesterol plasmanya meningkat. Peningkatan kadar kolesterol sebagian disalurkan ke dalam makrofag yang akan membentuk sel busa (foam cells) yang berperan dalam terjadinya aterosklerosis (Rader dan Hobbs, 2005).

2.4.5.4 High Density Lipoprotein (HDL)

Lipoprotein densitas tinggi (HDL) berfungsi membawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati sehingga dapat dimetabolisme lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu, sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang. Komponen HDL ialah 13 persen kolesterol, kurang dari 5 persen trigliserida dan 50 persen protein. Kadar HDL kira-kira sama pada laki-laki dan perempuan sampai pubertas, kemudian menurun pada laki-laki sampai 20 persen lebih rendah daripada kadar pada perempuan. Pada individu dengan nilai lipid yang normal, kadar HDL relatif menetap sesudah dewasa (kira-kira 45 mg/dl pada pria dan 54 mg/dl pada perempuan). HDL penting untuk membersihan trigliserida dan kolesterol, dan untuk transportasi serta metabolisme ester kolesterol dalam plasma. Kadar tinggi HDL dihubungkan dengan penurunan insiden penyakit dan kematian karena aterosklerosis. Oleh karena itu, HDL disebut kolesterol baik. Mekanisme proteksi HDL terhadap penyakit jantung koroner belum diketahui dengan jelas. Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol dan pada pemakaian kombinasi estrogen-progestin. HDL mengandung Apo AI, AII, AIV, C, dan E. Apo AI dan AIV merupakan aktivator enzim LCAT. HDL memberikan Apo E dan Apo C, dan

(54)

menerina Apo AI dan Apo AIV dari kilomikron di dalam sirkulasi darah (Rader dan Hobbs, 2005).

Fungsi HDL antara lain adalah :

1. Mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan ekstrahepatik dan sel pembersih (scavenger cells), dan setelah berinteraksi dengan enzim LCAT (Lecithin Cholesterol Acyl Transferase) melepaskan kolesterol ke VLDL-remnan dan hepar yang kemudian akan dikeluarkan ke dalam empedu. 2. Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL remnan dan

kilomikron remnan.

3. Diduga sebagai sumber bahan pembentukan prostasiklin yang besifat anti trombosis.

4. Meningkatkan sintesis reseptor LDL.

Inti HDL adalah kolesterol ester yang dibentuk dalam sirkulasi melalui pengambilan kolesterol di jaringan perifer dengan pertolongan enzim LCAT (Rader dan Hobbs, 2005)

2.4.5.5 Apoprotein

Transportasi antar organ dari lipid eksogen dan endogen di dalam lipoprotein diatur oleh apoprotein.

Peran apoprotein (Lichtenstein dan Jones, 2001) : 1. Meningkatkan kelarutan lipoprotein di dalam air.

2. Mengatur transportasi dan aktivitas lipoprotein dengan memodulasi aktivitas enzim dan membantu klirens (removal) lipoprotein dari sirkulasi ke organ-organ melalui reseptor khusus.

(55)

2.5 Metabolisme Lemak

Hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis. Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi.

Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida (Ahuja, 2003). Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian (Alberti, 2005).

(56)

Gambar 2.5 Metabolisme Lemak (Dikutip dari : Lichtenstein dan Jones,

2006)

2.6 Transportasi Lemak

Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen dan jalur endogen. Jalur eksogen yang berperan adalah kilomikron dan jalur endogen yang berperan adalah VLDL, IDL dan HDL (Mayes et al, 2003).

(57)

2.6.1 Jalur Eksogen

Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam saluran limfe lalu ke dalam darah melalui duktus thorasikus. Di dalam jaringan lemak dan otot, trigliserida dalam kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan tebentuk asam lemak bebas dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus sel endotel dan masuk ke dalam jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali sebagai cadangan atau dioksidasi menjadi energi.

Kilomikron remnan adalah kilomikron yang telah dihilangkan sebagian trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil tetapi jumlah ester kolesterolnya tetap. Kilomikron remnan ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan mekanisme endositosis oleh lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolesterol bebas yang akan digunakan untuk sintesis berbagai stuktur (membran plasma, mielin, hormon steroid dan sebagainya), disimpan dalam hati sebagai kolesterol ester lagi disekresi ke empedu (sebagai kolesterol atau asam empedu) yang akan dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti detergen dan membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu. Kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya telah diambil), dibuang dari aliran darah oleh hati.

(58)

2.6.2 Jalur Endogen

Trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam bentuk VLDL kaya trigliserida. VLDL akan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi VLDL remnan. VLDL remnan diambil oleh hati atau diubah menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein). Partikel IDL kemudian diambil oleh hati atau mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu LDL. LDL akan diambil oleh reseptor LDL di hati dan mengalami katabolisme. HDL tugasnya mengambil kolesterol bebas di jaringan perifer. Kolesterol bebas di dalam HDL diesterifikasi oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT) menjadi kolesterol ester. Kolesterol ester ini akan mengalami perpindahan dari HDL ke VLDL atau IDL, begitu juga trigliserida yang terdapat pada partikel VLDL dan IDL dipindahkan ke partikel HDL melalui enzim Cholesterol Ester

Transfer Protein (CETP) sehingga dengan demikian terjadi kebalikan arah

transpor kolesterol (reverse cholesterol transport) dari perifer menuju hati untuk dikatabolisasi lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu, sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang. Aktivitas ini mungkin berperan sebagai sifat antiaterogenik.

(59)

Gambar 2.6 Jalur Metabolisme Lipoprotein Eksogen dan Endogen (Dikutip dari : Harrison's Principles of Internal Medicine, 18th Edition. 2011).

2.7 Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah kondisi di mana terjadi penyempitan pembuluh darah akibat timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah yang akan menghambat aliran darah. Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Selanjutnya,

(60)

LDL akan menembus dinding pembuluh darah melalui lapisan sel endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam yaitu intima. LDL disebut lemak jahat karena memiliki kecenderungan melekat di dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah. LDL ini bisa melekat karena mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas. LDL yang telah menyusup ke dalam intima akan mengalami oksidasi tahap pertama sehingga terbentuk LDL yang teroksidasi. LDL-teroksidasi akan memacu terbentuknya zat yang dapat melekatkan dan menarik monosit (salah satu jenis sel darah putih) menembus lapisan endotel dan masuk ke dalam intima. Disamping itu LDL-teroksidasi juga menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit yang telah masuk ke dalam intima menjadi makrofag. Sementara itu LDL-teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap kedua menjadi LDL yang teroksidasi sempurna yang dapat mengubah makrofag menjadi sel busa (foam cell) (Rader dan Hobbs, 2005).

Sel busa (foam cell) yang terbentuk akan saling berikatan membentuk gumpalan yang makin lama makin besar sehingga membentuk benjolan yang mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah. Keadaan ini akan semakin pada lapisan pembuluh darah yang lebih dalam (media) untuk masuk ke lapisan intima dan kemudian akan membelah-belah diri sehingga jumlahnya semakin banyak. Timbunan lemak di dalam lapisan pembuluh darah (plak kolesterol) membuat saluran pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah kurang lancar. Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah pecah, meninggalkan “luka” pada dinding pembuluh darah yang dapat mengaktifkan pembentukan bekuan darah. Karena pembuluh darah sudah

(61)

mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah ini mudah menyumbat pembuluh darah secara total. Kondisi ini disebut dengan aterosklerosis (Rader dan Hobbs, 2005).

Gambar 2.7 Diagram Aterosklerosis

(Dikutip dari : http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Hbc

(62)

2.8 Teh (Camellia Sinensis)

2.8.1 Deskripsi Teh

Tanaman teh (Camellia sinensis) termasuk tanaman perdu yang tumbuh didaerah tropis dan sub tropis. Tanaman ini dapat mencapai tinggi 914 cm, namun umumnya dipangkas menjadi 60-150 cm untuk pembudidayaan. Daun teh muda berwarna hijau muda dan mempunyai rambut-rambut putih dibagian bawah daun, sedangkan daun teh tua berwarna hijau tua. Daun teh berbentuk oval dengan bagian tepinya bergerigi tajam berukuran panjang 4-15 cm, lebar 2-5 cm. bunga teh berwarna putih kekuningan, wanginya harum, berdiameter 2,5-4 cm umumnya berkelompok 7-8 bunga atau berbunga tunggal (Handoko, 2007).

2.8.2 Klasifikasi Teh (Anonim (a), 2014)

Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Ericales Famili : Theaseae Genus : Camellia

(63)

Gambar 2.8. Daun tanaman teh (Handoko, 2007)

2.8.3 Jenis-jenis Teh

Berdasarkan proses pembuatannya teh dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:

1. Teh Hitam (black tea)

Teh hitam didapat dari hasil penggilingan yang menyebabkan daun teh terluka dan mengeluarkan getah. Getah itu bersentuhan dengan udara sehingga menghasilkan senyawa teaflavin dan teaburgin. Daun teh ini mengalami terfermentasi sempurna. Warna hijau berubah menjadi kecoklatan dan selama pengeringan berubah menjadi hitam. Teh hitam paling dikenal luas dan banyak dikonsumsi (Sujayanto, 2008).

2. Teh Merah (oolong tea)

Teh oolong adalah teh hasil semifermentasi (semioksidasi enzimmatis), tidak bersentuhan lama dengan udara pada saat pengolahan. Fermentasi yang terjadi hanya sebagian (30-70%). Hasilnya warna teh menjadi coklat kemerahan.

(64)

3. Teh Hijau (green tea)

Teh hijau diolah tanpa mengalami oksidasi dan fermentasi. Setelah daun teh layu langsung digulung, dikeringkan, dan dikemas. Biasanya pucuk teh diproses langsung dengan uap panas (steam) atau frying untuk menghentikan aktivitas enzim. Warna hijau tetap bertahan dan kandungan taninnya relatif tinggi.

4. Teh Putih (white tea)

Teh putih merupakan teh yang sangat istimewa. Teh putih berasal dari pucuk daun teh yang sangat muda dan masih menggulung, pada saat dipetik dilindungi dari sinar matahari. Daun teh yang sangat muda ini hanya diuapkan dan dikeringkan segera setelah dipetik untuk mencegah oksidasi, daun teh muda ini tidak melalui proses fermentasi sehingga teh putih mengandung katekin dan kafein tertinggi (Dias et al., 2013)

Gambar

Gambar 2.1   Adiposopathy  : hubungan patogenik jaringan adiposa,  dislipidemia dan penyakit kardiovaskular (Bays et al., 2013)
Gambar 2.2 Mekanisme diet tinggi lemak menjadi dislipidemia (Bays et al.,  2013).
Gambar 2.3  Jaringan adiposa dan adiposit pada keadaan Adiposopathy  (pada diet tinggi lemak) (Bays  et al.,2013)
Tabel 2.1 Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid   dengan Risiko Terjadinya Penyakit Kardiovaskular (PKV) (Bahri
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Misalnya hifz al-mâl (memelihara harta) dalam tingkatan dharuriyat jika dikaitkan dengan hukum kehalalan bunga bank adalah bagi nasabah deposito maka uang yang

Peta amplitudo pasang surut vertikal yaitu: tegak lurus dengan laut, dari muara saluran primer (yang behubungan langsung dengan Sungai Barito) ke arah dalam saluran (Gambar 5)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Konsep Diri dan Pola Asuh Orang

Perjanjian dalam Outsourcing juga tidak semata-mata hanya mendasarkan pada asas kebebasan berkontrak sesuai Pasal 1338 KUH Perdata, namun juga harus memenuhi

The increased yield as reported here is associated with better growth as a results of improvement of soil nutrients availability (data shown in Table 3). harzianum

Pada tahap awal dilakukan wawancara singkat berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi, kemudian pada subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui (1) interaksi sosial dalam pembelajaran matematika yang terjadi di kelas VIII SMP N 2 Ponjong, (2) sikap siswa terhadap interaksi

Segala puji hanya untuk Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang senantiasa memberikan nikmat kepada kita baik itu nikman Islam dan nikmat iman serta