• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian hama ulat grayak menggunakan pestisida nabati daun pepaya pada tanaman jagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengendalian hama ulat grayak menggunakan pestisida nabati daun pepaya pada tanaman jagung"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PENCEGAHAN HAMA ULAT GRAYAK MENGGUNAKAN PESTISIDA NABATI DAUN PEPAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG DI KELOMPOK TANI NUSANTARA KELURAHAN JUATA LAUT

KECAMATAN TARAKAN UTARA KOTA TARAKAN

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

ANITA NIRM. 04.01.18.086

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(2)

TUGAS AKHIR

PENCEGAHAN HAMA ULAT GRAYAK MENGGUNAKAN PESTISIDA NABATI DAUN PEPAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG DI KELOMPOK TANI NUSANTARA KELURAHAN JUATA LAUT

KECAMATAN TARAKAN UTARA KOTA TARAKAN

Diajukan sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr.P)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

ANITA NIRM. 04.01.18.086

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

HALAMAN PERUNTUKAN Karya ini saya persembahkan untuk orang-orang yang saya cintai:

1. pertama-tama mengucap syukur kepada Tuhan Yesus yg sudah Turud bekerja dalam progres perkuliahan selama 4 Tahun Di POLBANGTAN MALANG dan sampai dengan terselesainya Karya Ilmiah ini saya persembahkan kepada orang tua saya Ibu Bertha Banne dan Bapak Marthin Dolla dan saudara/i saya yang Terkasih yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang begitu besar, sampai terselesainya karya ilmiah ini.

2. Terimakasih kepada bapak Dr. Ugik Romadi, SST, M.Si selaku pembimbing I saya Terima kasih kepada Bapak Ir. Dwi Purnomo, MM selaku pembimbing II saya dan Terima Kasih Kepada Bapak Dr. Ir. Abdul Farid, MP selaku Penguji saya yang telah membantu dengan panjang sabar dan membimbing sebagai memotivasi dalam proses penyusunan tugas akhir Dan Teselesainya Karya ilmiah dengan tepat waktu.

3. Terimakasih juga kepada Kekasih saya Joni Toding. yang selalu mensupport saya dalam keadaan apapun hingga saat ini.

4. Terimakasih kepada teman saya Silvira, Eka Sari, Mecy Nurul Fuziah, dan Tri Wulandari Serta Teman Daerah Kalimantan Utara dan Blok D No 3 yang telah mendukung saya selama Menjalani Perkuliahan Di campus tercinta ini dan mau menunggu saya sampai saya selesai ujian komprehensif di depan pintu ruangan ujian 1A.

5. Terimaksih kepada rekan-rekan seperjuangan saya angkatan 2018 yang selalu membantu menjadi support system saya. Semoga Allah selalu melindungi dan menjaga kita semua.

(4)

PERNYATAAN

ORISINALITAS TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain sebagai Tugas Akhir atau untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata dalam naskah Tugas Akhir ini dapat dibuktikan terdapat unsur- unsur Plagiasi, saya bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah saya peroleh (S. Tr. P) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan

Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Malang, Agustus 2022 Mahasiswa

Anita

(5)

NIRM. 04.01.18.08

iii

(6)

iv

(7)

PERNYATAAN

ORISINALITAS TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan orang lain sebagai Tugas Akhir untuk memperoleh gelar akademik disuatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau terdapat yang pernah ditulis ataupun diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam penulisan ini dengan menyebutkan sumber kutipan dan daftar pustakanya.

Apabila ternyata didalam naskah Tugas Akhir ini terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah saya peroleh (S.Tr.P) dibatalkan, serta proses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Malang,15 Agustus 2022 Mahasiswa

Anita

NIRM.04.01.18.086

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Pencegahan Hama Ulat Grayak Menggunakan Pestisida Nabati Daun Pepaya Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung di Kelompok Tani Nusantara Kelurahan Juata Laut Kecamatan Tarakan Utara Kota Tarakan”.

Penyelesaian Laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Ugik Romadi, SST, M.Si selaku pembimbing I, 2. Ir. Dwi Purnomo, MM selaku pembimbing II,

3. Dr. Eny Wahyuning P., SP , MP selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang,

4. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt., M.Si selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang,

5. Teman-teman Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan angkatan 2018 yang selalu memberikan dukungan,

6. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan inii yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.

Penulis menyadari, bahwa laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik, saran dan masukan demi perbaikan sangatlah kami harapkan.

Tarakan,15 Agustus 2022

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Penelitian Terdahulu ... 5

2.2 Aspek Teknis... 7

2.2.1 Tanaman Jagung ... 7

2.2.2 Syarat Tumbuh Jagung ... 9

2.2.3 Hama Ulat Grayak ... 10

2.2.4 Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) ... 12

2.3 Aspek Penyuluhan ... 14

2..4 Kerangka Pikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Lokasi dan Waktu... 25

3.3.1 Lokasi ... 25

3.3.2 Waktu ... 25

3.2 Metode Penelitian ... 25

3.2.1. Alat dan Bahan ... 25

3.2.2 Rancangan Percobaan ... 25

3.2.3 Pelaksanaan Kajian ... 27

3.2.6 Populasi dan sampel ... 30

3.2.7 Parameter Pengamatan ... 30

3.2.8 Analisis Data ... 32

3.3 Metode Perancangan ... 33

3.3.1 Penetapan Sasaran Penyuluhan ... 33

3.3.2 Penetapan Tujuan Penyuluhan ... 33

3.3.3 Penetapan Materi Penyuluhan ... 33

3.3.4 Penetapan Metode Penyuluhan ... 34

3.3.5 Penetapan Media Penyuluhan ... 34

3.3.6 Penetapan Metode Evaluasi Rancanagan ... 34

3.4 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

4.2 Kandungan Pestisida Nabati Daun Pepaya {Caricapapaya L.) ... 37

4.3 Pengujian terhadap Spodoptera litura F. di Lapangan ... 38

4.4 Variabel Pertumbuhan ... 40

4.4.1 Tinggi Tanaman (cm) ... 40

4.4.2 Jumlah Daun ... 42

4.4.3 Lebar Daun (Cm) ... 43

4.4.4 Bobot Segar dan Bobot Kering ... 44

4.4.6 Tingkat Kerusakan Daun Akibat Hama Ulat Grayak ... 45

BAB V PERANCANGAN DAN UJI COBA RANCANGAN PENYULUHAN ... 48

5.1 Perancangan Penyuluhan Pertanian ... 48

5.1.1 Identifikasi Potensi Wilayah ... 48

5.1.2 Penetapan Sasaran Penyuluhan ... 50

(10)

5.1.3 Penetapan Tujuan Penyuluhan ... 51

5.1.4 Penetapan Materi Penyuluhan ... 51

5.1.5 Penetapan Metode Penyuluhan ... 52

5.1.6 Penetapan Media Penyuluhan ... 52

5.1.7 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian ... 52

5.2 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 52

5.3 Implementasi ... 53

5.3.1 Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan ... 53

BAB VI PEMBAHASAN ... 55

6.1 Pembahasan Hasil Implementasi dan Evaluasi Penyuluhan ... 55

6.1.1 Hasil Evaluasi Penyuluhan ... 55

6.2 Rencana Tindak Lanjut ... 57

BAB VII PENUTUP ... 59

7.1 Kesimpulan ... 59

7.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat Dan Bahan Budidaya tanaman jagung ... 25

Tabel 2. Rerata Tingkat Mortalitas, Efikasi dan Kecepatan Kematian hama ulatgrayak Spodoptera litura F. di Lapangan ... 39

Tabel 3. Rerata tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman jagung ... 40

Tabel 4. Jumlah Daun ... 42

Tabel 5. Lebar Daun Tanaman jagung ... 44

Tabel 6. Rerata Lebar Daun Tanaman Jagung ... 44

Tabel 7. Pengaruh pemberian ekstrak daun pepaya terhadap bobot segar dan bobot kering tanaman jagung ... 44

Tabel 8. Pengaruh pemberian ekstrak daun pepaya terhadap rerata tingkat kerusakan tanaman ... 46

Tabel 9. pembagian penggunaan lahan/tanah Desa Klampok ... 48

Tabel 10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kelurahan Juata Laut ... 49

Tabel 11. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 49

Tabel 12. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 49

Tabel 13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 50

Tabel 14. Usia Responden ... 50

Tabel 15. Tingkat Pendidikan Responden... 51

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Matrrik Jadwal ... 30

Gambar 2. Pengaruh pemberian ekstrak daun pepaya terhadap tinggi tanaman ... 47

Gambar 3. Jumlah daun Tanaman Jagung ... 48

Gambar 4. Garis kontinum Skala pengetahuan (Pre-test) ... 60

Gambar 5. Garis kontinum Skala pengetahuan (Post-test) ... 61

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal dari Amerika. Orang-orang Eropa datang ke Amerika membawa benih jagung tersebut ke negaranya. Melalui Eropa tananam jagung menyebar ke Asia dan Afrika. Baru sekitar abad ke-16 tanaman jagung ini oleh orang-orang Portugis dibawa ke Pakistan, Tiongkok dan daerah-daerah lainnya di Asia termasuk Indonesia.

Jagung merupakan komoditas yang terpenting di dunia selain padi dan gandum.Sebagian penduduk Indonesia (misalnya Nusa Tenggara dan Madura) menggunakan jagung sebagai bahan pokok. Jagung mengandung senyawa karbohidrat, lemak, protein, mineral, air dan vitamin. Selain sebagai bahan pangan, jagung yang masih muda dapat dikonsumsi manusia sebagai sayuran dan yang tua dapat diolah menjadi tepung jagung serta dapat digunakan sebagai makanan ternak, bahan dasar industri kertas, minyak, dan lain-lain.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik produktivitas tanaman jagung di Kalimantan Utara mengalami kenaikan dalam 3 tahun terakhir dimana pada tahun 2019 mencapai produksi tanaman jagung sebesar 33.357,19 /Ton, pada tahun 2020 mencapai produksi tanaman jagung sebesar 33.574,28 /Ton, pada tahun 2021 mencapai produksi tanaman jagung sebesar 38.164,61 /Ton.

Untuk meningkatkan produktivitas jagung maka perlu adanya peningkatan dari segi teknik budidaya. Dari segi teknis budidaya hal yang perlu diperhatikan adalah resiko gagal panen akibat dari faktor serangan OPT (Organisme Penggagu Tanaman), iklim, atau pemupukan. Dari ketiga faktor diatas, OPT merupakan faktor utama penyebab gagal panen pada jagung.

(14)

Salah satu OPT yang merusak tanaman jagung terutama pada daun dan batang jagung yaitu hama ulat grayak (Spodoptera litura F. ). Ulat grayak merupakan hama yang cukup merugikan bagi para petani karena ulat grayak menyerang tanaman secara berkelompok dan bersembunyi dibawah daun.

Serangan yang biasanya terjadi pada daun, yang menyebabkan daun menjadi transparan, berlubang dan bahkan hanya menyisakan tulang daunnya saja. Ulat grayak, S. litura merupakan hama yang bersifat polypag, dapat menyerang beberapa jenis tanaman termasuk jagung. Di Kalimantan Utara, tingkat serangan ulat grayak dapat mencapai 23-45%. Sedangkan menurut Marwoto dan Suharsono (2008), kehilangan hasil akibat ulat grayak S.litura di Indonesia dapat mencapai 80%. Berdasarkan laporan hasil penelitian dan pengkajian BPTP Sulawesi selatan (2015) tingkat serangan hama ulat grayak pada daun jagung di KelurahanTancung, Kabupaten Wajo dapat mencapai 75%. Oleh karena itu perlu adanya pengendalian pada hama tersebut.

Pengendalian ulat grayak biasanya dilakukan para petani menggunakan pestisida sintetis yang memiliki dampak negatif terhadap lingkungan seperti tanah dan air. Selain itu efek negatif yang ditimbulkan oleh pestisida sintetik yaitu terjadi resistensi, resurgensi dan kematian musuh alami, residu pada produk pertanian, mencemari lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu perlu dicari alternatif yang dapat mengendalikan hama ulat grayak namun tetap aman bagi lingkungan.

Pestisida yang aman bagi lingkungan salah satunya yaitu pestisida organik.

Pestisida organik biasanya dibuat dari bagian tanaman.

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida organik yakni daun tanaman pepaya (Carica pepaya L.). Pestisida yang dibuat dari bagian tanaman ini aman terhadap lingkungan, musuh alami, dan tidak berbahaya bagi manusia, hewan ternak dan mudah terurai. Daun pepaya diketahui memiliki banyak mengandung enzim papain serta menghasilkan senyawa golongan

(15)

alkaloid, steroid, flavonoid, tannin dan asam amino yaitu suatu substansi yang bersifat basa, mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan diketahui memiliki aktivitas antiseptik (Konno et all., 2004)

Keberhasilan penggunaan daun pepaya sebagai pestisida organik didasarkan pada efektifitas pada hama grayak tetapi tidak mempengaruhi pada tanaman jagung. Efektifitas pada hama dipengaruhi oleh konsentrasi pemberian pestisida organik kepada hama. Beberapa penelitian telah dilakukan menggunakan ekstrak daun pepaya sebagai pestisida untuk mengendalikan hama. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Triana Wulandari (2016), pestisida organik daun pepaya muda konsentrasi 250 gram/liter efektif mengendalikan hama kutu daun Aphis Sp. dengan tingkat mortalitas 100% dan kecepatan kematian 8,76 ekor/hari.

Pada konsentrasi yang terlalu tinggi bisa berpengaruh pada tanaman dimana ulat grayak tersebut berkembang biak, selain itu pada konsentrasi yang terlalu tinggi bisa menyebabkan hama (ulat grayak) menjadi resisten (kebal) sehingga terjadi peledakkan populasi. Pada konsentrasi insektisida yang terlalu rendah maka dapat terjadi kemungkinan hama ditadak mati, bahkan tidak terpengaruh akibat sedikitnya jumlah senyawa metabolit skunder. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penggunaan konsentrasi pestisida nabati dari daun pepaya untuk mengendalikan hama ulat grayak pada tanaman jagung.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pertumbuhan pada tanaman jagung di Kelompok Tani Nusantara?

2. Bagaimana menyusun rancangan penyuluhan terhadap Pengendalian hama ulat grayak menggunakan pestisida nabati pada tanaman jagung di kelompok tani nusantara?

(16)

3. Bagaimana mengukur pengetahuan petani terhadap Pengendalian hama ulat grayak menggunakan pestisida nabati pada tanaman jagung di kelompok tani nusantara?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pertumbuhan tanaman jagung

2. menyusun rancangan penyuluhan terhadap Pengendalian hama ulat grayak menggunakan pestisida nabati pada tanaman jagung di kelompok tani nusantara

3. pengetahuan petani terhadap Pengendalian hama ulat grayak menggunakan pestisida nabati pada tanaman jagung di kelompok tani nusantara.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Laila Fajri (2017) dengan judul

“Pengendalian Hama Ulat Menggunakan Larutan Daun Pepaya Dalam Peningkatan Produksi Sawi (Brassica juncea L.)” Memiliki tujuan penelitian adalah agar mengetahui pengaruh dan konsentrasi terbaik larutan daun pepaya terhadap serangan hama ulat pemakan daun dan produksi tanaman sawi yang di tanam.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa larutan daun pepaya berpengaruh terhadap serangan ulat tritip, krop dan ulat grayak dan produksi sawi. Larutan daun pepaya konsentrasi 100% pada penelitian ini adalah yang terbaik menekan serangan hama ulat pemakan daun dan produksi sawi.

Penelitian yang dilakuka oleh Setiawan (2018) dengan judul “Uji Efektivitas Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) Untuk Mengendalikan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Pada Tanaman Jagung” memiliki tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak daun pepaya yang efektif untuk mengendalikan hama ulat grayak pada tanaman jagung dan mengetahui pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan 5 ulangan.

Perlakuan yang diujikan adalah konsentrasi ekstrak daun pepaya 15%, 30%, 45%, dan 60% ditambah pestisida Deltametrin dan tanpa perlakuan (kontrol) sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pestisida pestisida ekstrak daun pepaya 15%, 30%, 45% dan 60% efektif dalam mengendalikan hama ulat grayak pada tanaman jagung. Ekstrak daun pepaya tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jagung.

(18)

Penelitian yang dilakukan oleh Fikri Hasfita (2019) dengan judul

“Pemanfaatan Daun Pepaya (Carica papaya) untuk Pembuatan Pestisida Nabati”

Memiliki tujuan penelitian adalah untuk mengetahui konsentrasi mana yang efektif dalam mengatasi hama yang ada pada tanaman. Uji terhadap hama menunjukkan pestisida nabati dari daun pepaya efektif digunakan untuk menghilangkan hama rayap dengan waktu kematian tercepat di peroleh 10 menit pada pestisida termodifikasi dengan waktu perendaman 18 jam. Konsentrasi bahan baku untuk pestisida tanpa modifikasi memberi hasil maksimum pada 5 kg/l dengan waktu kematian 17 menit, sedangkan untuk pestisida termodifikasi diperoleh pada perbandingan deterjen: minyak tanah: pestisia 1:5:1 dengan waktu kematian 10 menit. Uji efek racun menggunakan metode sisa residu maupun efek kontak menunjukkan persentase kematian hama terbesar diperoleh pada jenis hama rayap dengan jumlah kematian mencapai 100% sedangkan untuk ulat dan kutu daun persentase kematian hanya mencapai 80% pada pestisida termodifikasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Effy Yudiawati (2019) dengan judul

“Efektifitas Ekstrak Daun Pepaya Sebagai Pestisida Nabati Terhadap Intensitas Serangan Aphid (Homoptera: Aphididae) Pada Tanaman Cabe Merah (Capsicum Annum)” memiliki tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Efektifitas Ekstrak Daun Pepaya Sebagai Pestisida Nabati Terhadap Intensitas Serangan Aphid (Homoptera: aphididae) pada Tanaman Cabe Merah (Capsicum annum). Hasil dari penelitian ini adalah pengaruh pemberian ekstrak daun pepaya berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan (%), tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai) dan jumlah buah per tanaman (buah). Perlakuan K3 dengan konsentrasi 30 ml/liter air merupakan perlakuan terbaik yang dapat menekan perkembangan hama aphid.

Penelitian yang dilakukan Christian F. A. Rumende, Dkk (2019) dengan judul “Pemanfaatan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Hama Spodoptera frugiperda J.E. Smith (Lepidoptera: Noctuidae)” memiliki tujuan

(19)

penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap mortalitas larva S. frugiperda. Metode yang digunakan adalah analisis data berupa LC50.

Pada pengujian ini menggunakan konsentrasi larutan yaitu 100 gram/L, 300 gram/L, 500 gram/L, dan 700 gram/L dengan empat kali pengulangan. Hasil dari pengamatan mortalitas dari 24 jam sampai dengan 96 jam setelah pemberian perlakuan konsentrasi larutan 700 gram/L adalah larutan yang memiliki mortalitas terbesar yaitu 100% dan dari perhitungan LC50 mendapatkan nilai sebesar 35,457%. Hal ini disebabkan oleh kandungan ekstrak daun pepaya yang bersifat racun lambung, racun pernapasan dan racun kontak yang dapat membunuh larva S. frugiperda. Daun pepaya mampu menjadi alternatif insektisida nabati pengendali hama S. frugiperda.

2.2 Aspek Teknis 2.2.1 Tanaman Jagung

Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.

Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetative dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generative. Tinggi tanaman jagung pada umumnya sangat bervariasi, berketinggian antara 1 meter sampai 3 meter (Saleh, 2014).

Klarifikasi tanaman jagung sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Diviso : Spermatophyta Class : Monocotyledonae Ordo : Poales

Family : Poaceae

Genus : Zea Species : Zea mays L.

(20)

Jagung tergolong tanaman C4 dan mampu beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4 ialah daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi rendah, efisien dalam penggunaan air (Irawati, 2010). Berdasarkan morfologinya tanaman jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah.

Perakaran tanaman jagung terdiri dari empat macam akar, yaitu akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. System perakaran tersebut berfungsi sebagai alat untuk menghisap air serta garam-garam mineral yang terdapat dalam tanah, mengeluarkan zat organic serta senyawa yang tidak diperlukan dan alat pernapasan (Irmayani, 2011).

Akar jagung termasuk dalam akar serabut yang dapat mencapai kedalaman delapan meter meskipun sebagian besar berada pada kisaran dua meter. Pada tanaman yang cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman jagung (Irmayani, 2011).

Batang jagung tegak dan mudah terlihat sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang, panjang batang jagung umumnya berkisar antara 60-300 cm, tergantung tipe jagung. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin (Irmayani, 2011).

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tukang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada pula yang berambut. Setiap stoma dikelilingi oleh sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi deficit air pada sel-sel daun (Irmayani, 2011).

(21)

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku poaceae, yang disebut floret. Bunga jantan tumbuh dibagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol yang tumbuh diantara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga (Irmayani, 2011).

Buah jagung terdiri dari tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna, dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Umumnya buah jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan sejumlah antara 8-20 baris biji (Irmayani, 2011).

2.2.2 Syarat Tumbuh Jagung a. Iklim

Suhu yang dikehendaki tanaman jagung adalah antara 21-300C. Akan tetapi, untuk pertumbuhan yang baik bagi tanaman jagung khusunya jagung hibrida, suhu optimum adalah 23-270C. Suhu yang terlalu tinggi dan kelembaban yang rendah dapat menggagu proses persarian. Jagung hibrida memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan, terutama saat berbunga dan pengisisan biji.

Curah hujan normal untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah sekitar 250 mm/tahun sampai 2000 mm/tahun (Irawati, 2010).

Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh didaerah yang terletak antara 00 -500 LU hingga 00 - 400 LS. Jagung bisa ditanam didaerah dataran rendah sampai didaerah pegunungan yang memiliki ketinggian tempat antara 1000-1800 meter dari

(22)

permukaan laut. Jagung yang ditanam didataran rendah dibawah 800 meter dari permukaan laut dapat berproduksi dengan baik.

b. Tanah

Tanah sebagai media tumbuh tanaman jagung harus mempunyai kandungan hara yang cukup. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung. Tanah yang gembur, subur dan kaya akan humus dapat memberi hasil yang baik. Drainase dan aerasi yang baik serta pengelolaan yang bagus akan membantu keberhasilan usaha pertanaman jagung. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung adalah tanah andosol, latosol, grumusol, dan tanah berpasir (AKK, 2006).

Derajat keasaman tanah (pH) yang paling baik untuk tanaman jagung hibrida adalah adalah 5,5 – 7,0. Pada pH netral, unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman jagung banyak tersedia didalamnya. Tanahtanah yang pH nya kurang dari 5,5 dianjurkan diberi pengapuran untuk menaikan pH (Irawati, 2010).

2.2.3 Hama Ulat Grayak a. Biologi Hama

Spodoptera litura sering juga disebut Prodenia litura. Hama ini dikalangan petani dikenal dengan nama ulat tentara/ulat grayak. Ulat grayak ini termasuk familia Noctuide, ordo Lepidoptera, hama ini bersifat polifaga (Tjahjadi, 1991).

(23)

Polifaga artinya ulat tersebut dapat memakan atau menyerang pada berbagai komoditas misalnya cabe, buncis, kubis, kentang, bawang merah, kacang-kacangan dan lainlainnya. Telur berbbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun dua lapis), warna coklat kekuning- kuningan, berkelompok (masingmasing berisi 25-500 butir) tertutup bulu seperti beludru. Setelah tiga hari, telur menetas menjadi larva. Ulat yang keluar dari telur berkelompok dipermukaan daun. Setelah beberapa hari ulat mulai hidup berpencar. Panjang tubuh ulat yang telah tumbuh penuh 50 mm. Masa stadia larva berlangsung selama 15-30 hari (Rahayu, dkk, 1994). Setelah cukup dewasa, yaitu lebih kurang berumur dua minggu, ulat mulai berkepompong. Masa pupa berlangsung didalam tanah dan dibungkus dengan tanah (Kalsoven, 1981).

Setelah 9-10 hari kepompong akan berubah menjadi ngengat dewasa. Serangga dewasa berupa ngengat abu-abu, meletakkan telur secara berkelompok. Ukuran tubuh ngengat betina 14 mm sedangkan ngengat jantan 17 mm. Imago S. litura memiliki umur yang singkat (Kalsoven, 1981).

b. Gejala Serangan Hama

Ulat grayak yang masih berupa larva atau ulat muda akan menyerang epidermis daun bagian bawah, tetapi setelah dewasa yang diserang seluruh bagian tanaman. Serangan hama terjadi pada malam hari, ciri ulatnya berbontik hitam dan bergaris kekuningan (Tjahjadi, 1996). Cara menyerang tanaman biasanya secara serentak atau berkelompok, sehingga dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Serangannya adalah dengan merusak bagian daun muda dengan memakan akibatnya daun yang terserang tampak berlubang- lubang. Apabila tidak dikendalikan maka daun tanaman diaeral tersebut akan habis. Keruskan bagian tanaman tersebut jelas mempengaruhi terhadap pertumbuhan tanaman (Pracaya, 1997). Selain pada jagung, ulat dewasa juga memakan tulang daun muda, sedangkan pada daun yang tua tulang-tulangnya

(24)

akan tersisa. Selain menyerang tanaman jagung ulat grayak juga menyerang kedelai, kacang hijau, bayam, dan kubis.

c. Pengendalian Hama

Pengendalian hama dan penyakit secara biologis, kimiawi, mekanis dan varietas tahan dapat dilakukan secara berimbang. Pengendalian secara terpadu ini dikenal dengan nama Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pengendalian hama terpadu sangat baik dilakukan karena dapat memberikan dampak positif, baik pengendalian hama dan pathogen maupun terhadap lingkungan. Pengendalian hama dan penyakit secara kimiawi memang lebih efektif dibandingkan dengan pengendalian secara biologis, mekanis, serta varietas tahan (Untung, 1993).

Tetapi ternyata menimbulkan residu efek terhadap lingkungan, yakni pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan akibat penggunaan bahan kimia tersebut dapat berdampak terhadap unsur-unsur biologis, yaitu musnahnya organisme lain yang bukan sasaran, misalnya hewanhewan predator, hewan-hewan yang dapat membantu penyerbukan. Konsep pengendalian hama terpadu lebih efektif dan efisien, serta memberikan dampak negatif yang sekecil mungkin terhadap lingkungan hidup. Keuntungan lain dari penerapan konsep pengendalian hama terpadu adalah menghemat biaya.

2.2.4 Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman berbatang basah, berbentuk pohon dan tingginya dapat mencapai 10 meter. Daunnya bertangkai panjang menyerupai pipa dan helaian daunnya berbentuk jari. Buah pepaya berwarna hijau atau kuning dan kemerahan bila sudah masak. Tanaman pepaya tumbuh pada ketinggian ± 100 mdpl. Pohon pepaya banyak ditanam dihalaman dan kebun. Tumbuhan ini termasuk family Caricceae.

Mengenai ciri-ciri daun pepaya adalah garis luar helaian daunnya bulat telur, dengan tulang-tulang yang menjari. Tepi daun beranggap berbagi, berujung

(25)

runcing, pangkal daun berbentuk jantung dengan cuping-cuping daun berlekukan secara tidak beraturan. Helai-helai daunnya bergaris tengah sekitar 25 cm sampai 75 cm, dau berwarna hijau tua sedangkan tulang-tulangnya berwarna lebih muda.

Berdasarkan penelitian para ahli, daun pepaya diketahui mengandung 35mg/100 mg Tocophenol. Sementara itu, daun pepaya juga diketahui banyak mengandung zat bernama alkaloid juga enzim papain. Enzim ini berwarna putih dan kental. Fungsi dari enzim ini adalah untuk memecah protein sebab bersifat proteolitik. Daun pepaya mengandung 3 varian enzim yakni papain sebanyak 10%, khimoprotein sebanyak 45% dan juga Lisozim sebanyak 20% per 100%. Senyawa- senyawa tersebut merupakan beberapa senyawa yang mempunyai sifat racun dan anti makan pada hama. Enzim papain adalah enzim proteolitik yang berperan dalam pemecahan jaringan ikat, dan memiliki kapasitas tinggi untuk menghidrolisis protein eksoskeleton yaitu dengan cara memutuskan ikatan peptide dalam protein sehingga protein akan menjadi terputus. Enzim ini banyak ditemukan pada daun pepaya, dan apabila enzim papain masuk kedalam tubuh larva ulat grayak akan menimbulkan reaksi kimia dalam proses metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan terhambatnya hormon pertumbuhan ulat. Selain itu daun pepaya berpotensi sebagai insektisida , herbisida, dan fungisida organik karena mengandung senyawa aktif seperti flavonoid dan tannin yang dapat menghambat dan dan mengurangi nafsu makan serangga melalui penghambatan aktivitas enzim pencernaan.

Menurut Ferdhiansyah (2004) pestisida organik daun pepaya segar dengan fase (daun hijau muda) konsentrasi 150 g/l efektif dalam mengendalikan populasi hama ulat grayak pada cabai dengan tingkat efikasi sebesar 66,67 %.

Namun, pada ekstrak rebusan dengan konsentrasi yang sama, nilai mortalitasnya rendah yaitu 53,33 % karena zat papain rusak akibat proses pemanasan sehingga mengurangi cara kerja dari zat tersebut. Perlakuan ekstrak daun pepaya (Carica

(26)

pepaya L.) dengan konsentrasi 300 g/l efektif dalam mengendalikan hama ulat grayak kutu daun pada tanaman cabai (Ferdhiansyah, 2004).

2.3 Aspek Penyuluhan

2.3.1 Identifikasi Potensi Wilayah (IPW)

Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) merupakan upaya untuk mengetahui potensi sebuah wilayah dengan menggali data dan informasi (primer dan sekunder) yang dilakukan secara partisipatif. Upaya ini bertujuan agar penyuluh mengetahui masalah sebuah wilayah untuk diatasi, maupun potensinya untuk dikembangkan, serta memilih langkah yang tepat dalam pelaksanaannya.

2.3.2 Pengertian, Fungsi. Dan Tujuan Penyuluhan

Menurut Undang – Undang SP3K No.16 Tahun 2006, Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu mendorong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Selain itu, menurut Totok Mardikanto (2009) “penyuluhan pertanian diartikan sebagai pendidikan luar sekolah yang ditujukan kepada petani dan keluarganya agar dapat bertani lebih baik, berusaha tani yang lebih menguntungkan, dan terwujudnya kehidupan yang lebih sejahtera bagi keluarga dan masyarakatnya”.

Fungsi penyuluhan pertanian adalah sebagai penghubung antara praktik yang biasa dilakukan petani dengan pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang agar tidak terjadi kesenjangan antara keduanya (Setiana, 2005).

Dengan demikian diharapkan agar petani dapat memperoleh dan menerapkan pengetahuan maupun teknologi dan bersinergi dengan praktik yang biasa dilakukan.

(27)

Menurut Pakpahan (2017), tujuan penyuluhan pertanian diarahkan pada pada terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming), perbaikan usahatani (better business), dan perbaikan kehidupan petani (better living) dan masyarakatnya (better community). Tujuan penyuluhan pertanian agar pertanian di Indonesia dapat berkembang serta dapat memajukan perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Selain itu, agar dapat menambah pengetahuan serta perubahan sikap dan perilaku masyarakat pertanian agar mereka mau dan mampu menerapkan informasi anjuran yang dibawa dan disampaiakan oleh penyuluh pertanian.

2.3.3 Materi Penyuluhan Pertanian

Menurut Pakpahan (2017), materi penyuluhan merupakan pesan yang disampaikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat penerima manfaat.

Pesan yang disampaikan dalam proses penyuluhan harus inovatif yang mampu mengubah atau mendorong terjadinya pembaharuan dalam segala aspek kehidupan masyarakat penerima manfaat demi selalu terwujudnya perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan.

Menurut Undang – Undang SP3K, materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.

Materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumberdaya.

2.3.4 Media Penyuluhan Pertanian

Media penyuluhan merupakan alat bantu penyuluhan ketika melakukan kegiatan penyuluhan yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan itu dilaksanakan. Alat ini

(28)

diperlukan untuk mempermudah penyuluh selama melaksanakan kegiatan penyuluhan, baik dalam menentukan/memilih materi penyuluhan atau menerangkan inovasi yang disuluhkan (Mardikanto, 2009).

Media penyuluhan merupan unsur penting dalam pelaksanaan penyuluhan berfungsi memperjelas materi penyuluhan yang akan disampaikan agar mudah diingat dan dimengerti oleh sasaran. Adapun alat bantu penyuluhan yang diperlukan setiap penyuluh adalah Kurikulum, LPM, alat tulis, perlengkapan ruangan, proyektor, LCD, alat peraga (pamphlet, leaflet, folder, brosusr/booklet, poster, dan peta singkap), gambar yang diproyeksikan (film, video).

Beberapa faktor yang menentukan dalam pemilihan media antara lain : 1. Tujuan penyuluhan

2. Karakteristik sasaran 3. Strategi komunikasi 4. Pesan yang disampaikan 5. Karakteristik wilayah

Media penyuluhan yang baik adalah media yang dapat dimengerti oleh sasaran. Diusahakan agar menggunakan media yang sederhana, menarik, menggunakan bahasa yang mudah dan sesuai dengan kapasitas maupun karakteristik sasaran maupun lingkungan.

2.3.5 Metode Penyuluhan

Menurut Pakpahan (2007), metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai suatu cara atau teknik penyampaian materi oleh para penyuluh kepada para petani beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi (teknologi baru).

Tiga cara pendekatan dalam pemilihan metode penyuluhan (Mardikanto, 2009), yaitu :

1. Media yang digunakan.

(29)

2. Sifat hubungan antara penyuluhan dan penerima manfaatnya.

3. Pendekatan psikososial yang dikaitkan dengan tahapan adopsinya.

Beberapa metode penyuluhan diantaranya ceramah, demonstrasi, kunjungan rumah ataupun tempat usaha, pameran, magang, pertemuan diskusi, pertemuan umum, temu lapang, temu karya, temu wicara, temu tugas, dan temu usaha.

Menurut SKKNI Penyuluhan Pertanian tahun 2013, berikut adalah langkah- langkah menerapkan metode penyuluhan pertanian:

1. Menetapkan metode, harus memperhatikan kondisi karakteristik individu (sasaran) dan pemilihan metode penyuluhan berdasarkan materi dan media sesuai dengan tujuan dan karakteristik sasaran.

2. Menggunakan metode, meliputi pembuatan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) dan penerapan metode yang dipilih dalam kegiatan penyuluhan pertanian seperti, ceramah, diskusi dan demonstrasi cara.

2.3.6 Sinopsis dan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM)

Sinopsis materi penyuluhan merupakan ringkasan materi yang akan disampaikan. Adapun isi daripada sinopsis materi penyuluhan pertanian adalah : 1. Judul, ditulis dengan menggunakan kalimat singkat yang mudah dipahami dan

menggambarkan inti dari materi.

2. Bagian awal, berisi ringkasan latar belakang masalah mengapa materi tersebut dipilih untuk disuluhkan

3. Bagian utama, berisi ringkasan isi materi berupa “apa, siapa, mengapa, kapan, dimana, dan bagaimana melaksanakan materi dan penyuluhan

4. Bagian akhir, berisi ringkasan implikasi materi penyuluhan.

Adapun tujuan pembuatan sinopsis materi penyuluhan adalah :

1. Memberikan gambaran tentang masalah yang akan dibahas dan bagaimana pemecahannya

(30)

2. Agar penyampaian materi disampaikan secara runtut

3. Bagi orang yang berkepentingan agar dapat mengetahui inti materi yang disampaikan

4. Sebagai bukti pelaksanaan penyuluhan.

2.3.7 Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Menurut Seepersad dan Henderson (1984) dalam Pakpahan (2017), evaluasi sebagai kegiatan sistematis yang dimaksudkan untuk melakukan pengukuran dan penilaian terhadap sesuatu obyek berdasarkan pedoman yang telah ada. Evaluasi merupakan proses mengumpulkan data yang sistematis untuk mengetahui efektifitas program pendidikan dan pelatihan.

Menurut Mardikanto (2009), terdapat beberapa pokok pikiran yang terkandung dalam pengertian evaluasi sebagai kegiatan terencana dan sistematis yang meliputi: a) pengamatan untuk pengumpulan data atau fakta; b) penggunaan pedoman yang telah ditetapkan; c) pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan dengan pedoman-pedoman yang sudah ditetapkan terlebih dahulu;

dan d) pengambilan keputusan atau penilaian.

Tujuan evaluasi penyuluhan pertanian adalah :

1. Untuk menentukan sejauh mana capaian dari penyuluhan pertanian yang telah dilakukan dan dampaknya terhadap pengetahuan, sikap, ataupun keterampilan sasaran.

2. Mendapatkan menentukan tingkat keefektifan materi, media, dan metode penyuluhan yang digunakan.

3. Memperoleh landasan untuk rencana tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan.

Dalam evaluasi penyuluhan pertanian, terdapat beberapa prinsip evaluasi menurut Mardikanto (2009), yaitu :

1. Merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan program. Artinya evaluasi penyuluhan pertanian harus selaras dengan tujuan

(31)

yang ingin dicapai dalam perencanaan programnya. Karena tujuan evaluasi adalah untuk melihat seberapa jauh capaian penyuluhan dari tujuannya. Serta dapat melihat apakah terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan program dibandingkan dengan perencanaannya.

2. Setiap evaluasi harus memenuhi persyaratan : a) objektif, artinya selalu berdasar pada fakta. b) menggunakan pedoman tertentu yang telah dibakukan.

c) menggunakan metode pengumpulan data yang tepat dan teliti. d) menggunakan alat ukur yang tepat dan dapat dipercaya (valid and reliable) 3. Setiap evaluasi harus menggunakan alat ukur yang sesuai dengan apa yang

akan diukur

4. Evaluasi harus dinyatakan dalam bentuk : a) Data Kuantitatif, agar tingkat pencapaian tujuan dan penyimpangan dalam pelaksanaan dapat diketahui dengan jelas dan terukur. b) Uraian Kualitatif, agar dapat diketahui faktor – faktor penentu keberhasilan, penyebab kegagalan, maupun faktor penunjang dan penghambat dari program yang direncanakan.

5. Evaluasi harus efektif dan efisien, artinya evaluasi harus menghasilkan temuan – temuan yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas program. Evaluasi harus difokuskan pada kegiatan – kegiatan strategis, yaitu kegiatan yang memiliki dampak signifikan terhadap tercapainya tujuan program.

2.3.8 Jenis – jenis Evaluasi

Jenis – jenis evaluasi yang dapat dilaksanakan menurut Azwar (1996), yaitu :

1. Evaluasi Formatif (Formative Evaluation), yaitu suatu bentuk evaluasi yang dilaksanakan pada tahap pengembangan sebelum program dijalankan. Hasil evaluasi ini akan digunakan untuk mengembangkan program, agar program yang akan dijalankan lebih sesuai dengan situasi dan kondisi dilapangan.

(32)

2. Evaluasi Proses, yaitu suatu proses yang memberikan gambaran tentang apa yang sedang berlangsung selama proses berjalannya program dan memastikan program berjalan sesuai rencana ataupun mengetahui kendala dan faktor pendukung selama program berjalan

3. Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation) suatu evaluasi yang dilakukan setelah program selesai dilaksanakan dan memberikan pernyataan selama kurun waktu tertentu (bukan keseluruhan program)

4. Evaluasi Dampak, yaitu evaluasi yang menilai pengaruh program terhadap sasaran dan menilai keseluruhan program serta keefektifannya dalam mencapai target yang diinginkan

5. Evaluasi Hasil, yaitu evaluasi yang menilai perubahan perubahan atau perbaikan dalam hal morbiditas, mortalitas, ataupun indikator lainnya untuk kelompok penduduk tertentu.

2.3.9 Pengetahuan

1. Definisi dan Tingkatan Pengetahuan

Menurut (Notoadmojo 2003 dalam Wawan dan Dewi, 2010), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan.

Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan yang cukup di dalam domaian kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingatkembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu”

adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

(33)

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, mengidentifikasi, menyatakan kembali dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainnya terhadap suatu objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi ril (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaintannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

(34)

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Tingkat Pedidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat penerimaannya terhadap pengetahuan dan hal - hal baru akan semakin tinggi.

b. Usia

Semakin tua usia seseorang maka akan semakin baik pula penerimaannya terhadap sebuah pengetahuan, akan tetapi pada usia tertentu proses ini akan mengalami penurunan, terutama mendekati usia lanjut, dan setelah melewati usia produktifnya. Daya ingat seseorang juga dipengarui oleh usia, maka dapat dikatakan bahwa usia sangat berpengaruh pada tingkat penerimaan seseorang terhadap sebuah pengetahuan dan hal – hal baru.

c. Akses Informasi

Kemudahan dalam mengakses informasi akan mempermudah seseorang dalam memperoleh pengetahuan yang lebih jelas tentang suatu hal

d. Budaya

Pengaruh budaya terhadap pengetahuan dan penerimaannya pada seseorang sangat erat, karena informasi akan disaring dan disesuaikan dengan buadaya lokal yang dianut. Budaya juga berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam memperoleh suatu informasi tertentu.

e. Pengalaman

(35)

Pengalaman dalam hal ini erat juga kaitannya dengan usia dan tingkat pendidikan seseorang. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, tingkat penerimaannya terhadap suatu informasi juga akan semakin tinggi

(36)

Harapan :

1. Bisa memaksimalkan potensi komoditas pepaya untuk pembuatan pestisida nabati

2. Dapat mengurangi biaya petani dalam pembelian pestisida kimia

3. Menurunkan penggunaan pestisida nabati dengan penggunaan pestisida nabati

4. Menurunkan serangan hama ulat grayak pada tanaman jagung

5. Meningkatnya kualitas dan kuantitas produksi komoditas tanaman jagung

Keadaan Saat Ini :

1. Memiliki komoditas pepaya yang melimpah 2. Tingginya harga pestisida yang digunakan petani 3. Penggunaan pestisida kimia yang sangat tinggi

dalam jumlah banyak

4. Terdapat serangan hama ulat grayak pada tanaman jagung

5. Masih belum optimalnya pencapaian produksi, produktivitas dan kualitas komoditas tanaman jagung

Identifikasi Potensi Wilayah Kelompok Wanita Tani Dahlia

Metode Diskusi, Ceramah Media

Media sesungguhnya Materi

Penggunaan pestisida Nabati Daun Pepaya Untuk Pengendalian Hama ulat

Grayak Terhadap Tanaman Jagung Sasaran

Petani

Rancangan Penyuluhan

Tujuan :

1. peningkatan pencapaian pengendalian hama ulat grayak berdasarkan perbedaan konsentrasi pestisida nabati daun pepaya pada tanaman jagung

2. Menyusun Rancangan Penyuluhan tentang Pengendalian Hama Ulat Grayak Pada Tanaman Jagung

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana kandungan pestisida nabati daun pepaya Terhadap pengendalian hama ulat grayak pada Tanaman jagung di Kelompok Tani Nusantara?

2. Bagaimana efektivitas penggunaan pestisida nabati daun pepaya Terhadap pengendalian hama ulat grayak pada tanaman jagung di Kelompok Tani Nusantara?

3. Bagaimana Rancangan Penyuluhan tentang Pengendalian hama ulat grayak menggunakan pestisida nabati pada tanaman jagung di kelompok tani nusantara?

Masalah – Belum optimalnya hasil produksi dan kualitas komoditas tanaman jagung dan juga residu kimia pada tanaman yang diakibatkan penggunaan pestisida kimia yang masih tinggi

2..4 Kerangka Pikir

Pelaksanaan Penyuluhan Pengendalian Hama ulat Grayak Menggunakan Pestisida Nabati Daun Pepaya

Pada Tanaman Jagung

Evaluasi Penyuluhan Peningkatan Pengetahuan Petani tentang

Penggunaan Pestisida nabati untuk pengendalian ulat grayak Pada Tanaman

Jagung

RTL/Rekomendasi Pemanfaatan Teknologi Pertanian dan komoditas pepaya dalam pembuatan pesnab

agar meningkatkan hasil produksi dan kualitas pertanian Analisis Data

dilakukan dengan sidik ragam ANOVA. Jika perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh nyata pada tiap variabel yang

diteliti, untuk melihat hasil terbaik dalam penelitian maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test)

taraf 5%.

Metode Kajian

metode kuantitatif eksperimen. metode ini di lakukan agar mengetahui hasil dari percobaan yang telah di lakukan berdasarkan

keinginan peneliti.

Judul – Pengendalian Hama Ulat Grayak Menggunakan Pestisida Nabati Daun Pepaya Pada Tanaman Jagung Di Kelompok wanita tani dahlia Kelurahan Juata Laut Kecamatan Tarakan Utara

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu 3.3.1 Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Tanaman Percobaan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kota Tarakan. Penyuluhan dilaksanakan di Kelompok Tani Nusantara Kelurahan Juata Laut Kecamatan Tarakan Utara. Lokasi penyuluhan ini dipilih karena Kelompok Tani Nusantara Kelurahan Juata Laut adalah desa dengan petani hortikultura terbanyak dibandingkan desa lainnya di Kecamatan Tarakan Utara.

3.3.2 Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 maret – 20 juni tahun 2022, jadwal bisa dilihat pada lampiran 1.

3.2 Metode Penelitian 3.2.1. Alat dan Bahan

Tabel 1. Alat Dan Bahan Budidaya tanaman jagung

Alat Bahan

Cangkul Benih Jagung

Sekop Daun Pepaya

Agenda Kegiatan Minyak tanah

Ember Deterjen

Gembor/Timba Air

Alat tulis Pupuk kompos

Kamera Pupuk Urea

Timbangan Digital Meteran

3.2.2 Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK).

Adapun rancangan penelitian disusun sebagai berikut:

(38)

Perlakuan konsentrasi pestisida nabati yaitu : P1 : 0 % (Tanpa perlakuan)

P2 : 15 % (30 ml ekstrak daun Pepaya + 85 ml air) P3 : 30 % (30 ml ekstrak daun papaya + 70 ml air) P4 : 45 % (45 ml ekstrak daun papaya + 55 ml air) Keterangan : ,

t : Treatment/Perlakuan r : Replikasi/Ulangan

(t-1) (r-1) ≥ 15 (4-1)(r-1) ≥ 15 3 (r-1) ≥ 15 3r - 3 ≥ 15

3r ≥ 15+3

3r ≥ 18: 3

r ≥ 6

= 6

Jadi, ulangan yang di dapatkan dari perhitungan sesuai rumus adalah 6 ulangan.

Berdasarkan perhitungan di atas, di peroleh 6 ulangan pada setiap perlakuan, ada 4 perlakuan sehingga terdapat 24 sampel dalam penelitian ini, yang akan di lakukan dengan denah pada gambar berikut ini :

(t-1)(r-1) ≥ 15

(39)

P3U1 P2U2 P4U3 P2U4 P3U5 P2U6 P2U1 P3U2 P1U3 P4U4 P1U5 P4U6 P1U1 P4U2 P3U3 P3U4 P4U5 P1U6 P4U1 P1U2 P2U3 P1U4 P2U5 P2U6

Gambar 1. Denah Rancangan Percobaan 3.2.3 Pelaksanaan Kajian

1. Pembuatan Ekstrak

Siapkan Daun papaya 1kg sesuai perlakuan kemudian cuci terlebih dahulu kemudian di potong kecil-kecil biar mudah pada saat penghancuran menggunakan blender atau penumbukan Kemudian tambahkan Air 10 liter Lalu tambahkan 30 gram deterjen dan tamhakan juga 2 sendok minyak tanah aduk ampai meratah kemudian disaring untuk menghilangkan daun papaya atau ampas daun papaya kemudian diamkan hasil pesnap selama sehari semalam

. Ektrak kemudian diencerkan sesuai perlakuan, yaitu sebagai berikut :

• 15% (15 ml ekstrak daun pepaya + 85 ml air)

• 30% (30 ml ekstrak daun pepaya + 70 ml air)

• 45% (45 ml ekstrak daun pepaya + 55 ml air)

(40)

2. Penyemprotan Ekstrak pada Tanaman

Aplikasi pestisida dilakukan dengan cara menyemprot hama dalam pedtridisk menggunakan handsprayer dengan volume semprot 1 ml dengan konsentrasi sesuai perlakuan, dalam 1 tanaman jagung untuk perlakuan 15 ml memebutuhkan daun papaya sebanyak 2 helai daun papaya, untuk perlakuan 30 ml membutuhkan 4 helai daun papaya dan untuk perlakuan 45 ml membutuhkan daun papaya sebanyak 6 helai duan pepaya. Penyemrotan dilakukan dua hari sekali dengan perlakuan kontak sistemik.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama 7 hari yang diamati setiap 24 jam sekali untuk mengetahui efek racun dari masing-masing perlakuan.

a. Budidaya Jagung 1) Persiapan Lahan

Lahan tanam yang digunakan adalah olah tanah total (OTT) dengan bajak Lalu pembersihan sisa-sisa gulma dan kayu pada lahan percobaan Selanjutnya dibuat petak percobaan dengan ukuran 4 m x 3 m sebanyak 24 petak dengan jarak antar petak 1 m dan jarak antara ulangan 1,5 m sehingga di peroleh luas petak 16 m 2 . Kemudian setelah di lakukan pemetakan di buat pencampuran pupuk Kompos sesuai dengan dosis 1 ton/ha (25kg/ petak) kompos, proses pencampuran tersebut dilakukan pada 3 hari sebelum penanaman.

2). Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara menugal sedalam ± 3 cm dan memasukkan 1 butir benih jagung setiap lubang tanam, kemudian lubang tanam ditutup dengan tanah. Jarak tanam yang digunakan yaitu 62,5 cm x 25 cm dengan menggunakan metode penanaman zigzag untuk 50 populasi tanaman jagung dengan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 24 sampel.

3) Pemeliharaan

(41)

a. Penyiraman

Dalam proses penyiraman mengandalkan curah hujan se cukupnya karena tidak ada saluran air ataupun sumber air terdekat pada lahan percobaan jadi tidak tergantung dari umur jagung maupun intensitas air yang dibutuhkan jagung.

b. Pemupukan

Pemberian pupuk Urea dan KCl sebagai perawatan diberikan tiga kali yaitu saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam dan pemupukan ke 2 pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam dan ke 3 pada 45 hari setelah tanam.

Dengan dosis perbandingan Urea dan KCl masing-masing 100 kg/ha, pemberiannya dengan cara dicampur menjadi satu.

c. Penyulaman

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah, pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan karena akan melukai akar. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst).

d. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Pengendalian OPT dalam penelitian ini terjadi serangan ulat pada tongkol jagung sehingga dilakukan penyemprotan dengan pestisida nabati daun pepaya yang telah dipersiapkan dalam melakukan kajian.

e. Pemotongan janten

Pemotongan janten dilakukan saat tanaman berumur 55 hari setelah tanam menggunakan gunting, dengan cara memotong janten pada tanaman jagung yang memiliki 2 janten atau lebih yaitu di bagian yang bawah.

f. Panen

Panen jagung dilakukan pada saat tongkol berukuran maksimal, biji padat (penuh) pada umur tanaman 105 hst Jagung sebaiknya dipanen dalam kondisi

(42)

kelobot kering dan warna kuning kecoklatan. Penentuan saat panen kriterianya sebagai berikut: biji mengkilap, kering, keras dan tidak membekas bila ditekan dengan kuku maka jagung siap dipanen.

3.2.6 Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 50 tanaman jagung (Zea mays L.) sedangkan sampel yang digunakan perlakuan berjumlah 24 tanaman jagung.

3.2.7 Parameter Pengamatan 1. Pengamatan pada Hama

Pengamatan jumlah hama mati dilakukan selama 7 hari yang diamati setiap 24 jam Data hasil pengamatan jumlah hama yang mati digunakan untuk menghitung tingkat mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian hama.

a. Mortalitas

Mortalitas merupakan jumlah hama kematian hama yang disebabkan oleh pengendalian insektisida dan dinyatakan dan persen. Pengamatan dilakukan 1 jam setelah aplikasi sesuai rumus persentase mortalitas

Rumus prosentase mortalitas (Natawigena, 1993) : 𝑀 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑚𝑎 𝑢𝑙𝑎𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑦𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑖

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑎𝑚𝑎 𝑢𝑙𝑎𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑦𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑗𝑖𝑘𝑎𝑛 × 100%

b. Efikasi

Efikasi merupakan uji efektifitas suatu insektisida yang digunakan dalam mengendalikan populasi hama. Semakin tinggi nilai efikasi yang diperoleh, semakin manjur insektisida yang dipakai. Efikasi dihitung berdasar rumus Handerson-Tilton (Natawigena, 1993) :

𝐸𝑓𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 = (1 − 𝑇𝑎 𝐶𝑎

× 𝐶𝑏

𝑇𝑏 ) × 100%

Keterangan :

Ta = jumlah hama yang hidup dalam perlakuan setelah aplikasi

(43)

Tb = jumlah hama yang hidup dalam perlakuan sebelum aplikasi Ca = jumlah hama yang hidup dalam kontrol setelah aplikasi Cb = jumlah hama yang hidup dalam kontrol sebelum aplikasi c. Kecepatan kematian

Kecepatan kematian adalah rerata waktu yang digunakan untuk kematian hama. Kecepatan kematian hama dapat diketahui menggunakan rumus :

Keterangan :

𝑉 = 𝑇1𝑁1 + 𝑇2𝑁2 + ⋯ + 𝑇14𝑁14 𝑛

V = kecepatan kematian T = waktu pengamatan N = jumlah hama yang mati n = jumlah hama uji

Parameter yang diamati pada kajian ini meliputi:

1) Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari leher akar hingga ujung daun tertinggi menggunakan meteran. Pengukuran dimulai saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST) dengan interval 2 minggu sampai muncul bunga jantan 2) Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun dihitung pada daun yang sudah membuka sempurna.

Penghitungan dimulai saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (mst) dengan interval 2 minggu sampai muncul bunga jantan

3) Bobot segar dan bobot jagung (gram)

Bobot tongkol tanpa kelobot dihitung dengan cara menimbang tongkol jagung pada setiap plot tanaman contoh (sampel) dengan menggunakan timbangan duduk.

(44)

4) Tingkat kerusakan daun

Kerusakan tanaman karena serangan OPT sangat beragam tergantung pada gejala serangannya, sehingga dikenal kerusakan mutlak atau dianggap mutlak dan tidak mutlak.

a. Kerusakan mutlak adalah kerusakan yang terjadi secara permanen/keseluruhan pada tanaman bagian tanaman yang akan dipanen, misalnya kematian seluruh jaringan tanaman dan layu. Sedangkan, kerusakan yang dianggap mutlak seperti terjadinya busuk, rusaknya sebagian jaringan tanaman sehingga tanaman atau bagian tanaman tidak produktif lagi.

b. Kerusakan tidak mutlak (bervariasi), kerusakan sebagian tanaman seperti daun, bunga, buah, ranting, cabang dan batang.

Untuk menghitung kerusakan mutlak dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑛

Keterangan :

IS = Intensitas serangan (%)

𝐼𝑆 = × 100%

𝑁

n = Jumlah contoh tanaman atau tertentu tanaman (daun, pucuk, bunga, buah, tunas, tanaman, rumpun tanaman) yang rusak mutlak atau dianggap rusak mutlak, N = Jumlah

3.2.8 Analisis Data

Analisis data pada data yang diperoleh dilakukan dengan sidik ragam ANOVA Rancangan Acak Kelompok (RAK). Jika perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh nyata pada tiap variabel yang diteliti, untuk melihat hasil terbaik dalam penelitian maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5%. Untuk intensitas serangan hama dihitung berdasarkan gejala yang muncul pada tanaman yang diamati dengan rumus hendrival sebagai berikut :

(45)

Keterangan:

5

𝐼 = ∑

1=1

(𝑛 × v)

𝑍𝑁 × 100%

n : jumlah daun dalam tiap kategori serangan (1-4) v : nilai skala dari tiap kategori serangan

Z : nilai skala dari kategori serangan tertinggi N : jumlah daun yang diamati

3.3 Metode Perancangan

3.3.1 Penetapan Sasaran Penyuluhan

Untuk penyuluhan maka ditetapkan sasaran penyuluhan yakni anggota Kelompok Tani Nusantara Kelurahan Juata Laut, Kecamatan Tarakan Utara, Kota Tarakan berdasarkan hasil Identifikasi Potensi Wilayah yang dilakukan peneliti.

3.3.2 Penetapan Tujuan Penyuluhan

Tujuan penyuluhan yakni untuk meningkatkan pengetahuan Kelompok Tani Nsantara terkait pengendalian hama ulay grayak menggunakan pestisida nabati daun pepaya pada tanaman jagung (Zea mays L.) berdasarkan hasil diskusi bersama petani dan penyuluh.

3.3.3 Penetapan Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan diperoleh dan ditetapkan melalui hasil dari kajian yang telah dilaksanakan yang telah disesuaikan dengan tujuan penyuluahan itu sendiri dan untuk kepentingan anggota kelompok tani. Materi yang akan disampaikan adalah penggunaan pestisida nabati terbaik dalam kajian yang telah dilaksanakan, untuk meningkatkan hasil produksi jagung Kelompok Tani Nusantara.

(46)

3.3.4 Penetapan Metode Penyuluhan

Metode ditetapkan dengan melihat karakteristik sasaran, tujuan penyuluhan, serta harus sesuai dengan materi penyuluhan, maka dari itu metode yang akan digunakan yakni metode penyuluhan model ceramah dan diskusi.

3.3.5 Penetapan Media Penyuluhan

Media yang akan digunakan harus sesuai dengan karakteristik sasaran, tujuan penyuluahan, materi penyuluhan serta kondisi dilapangan. Maka dari itu media yang akan digunakan pemaparan materi dan media cetak (folder) yang dibagikan ke setiap anggota Kelompok Tani Nusantara. Benda sesungguhnya digunakan agar sasaran dapat mengetahui hasil terbaik dari kajian tersebut.

3.3.6 Penetapan Metode Evaluasi Rancanagan

Evaluasi Penyuluhan bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan anggota Kelompok Tani Nusantara tentang pengendalian hama ulat grayak menggunakan pestisida nabati daun pepaya pada tanaman jagung . Evaluasi dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner kepada responden sebelum penyuluhan (Pre-test) dan kuisioner dibagikan kembali setelah penyuluhan (Post-test). Pada evaluasi penyuluhan kuisoner dibagikan secara tertutup. Setiap pernyataan diberikan dua pilihan jawaban dengan Skala Guttman antara lain “YA” memiliki skor 1 dan “ TIDAK” di berikan nilai 0.

Kemudian dilakukan perhitungan efektifitas peningkatan pengetahuan dengan rumus Ginting yaitu:

Efektifitas Peningkatan Pengetahuan= 𝑃𝑠−𝑃𝑟

(𝑁×1×𝑄)−𝑃𝑟 × 100%

Keterangan : Ps : Post-test Pr : Pre-test

(47)

N : Jumlah Responden 1 : Skor Maksimal Q : Jumlah Pernyataan

Skor kriteria efektivitas peningkatan pengetahuan:

1. Kurang efektif = < 33,33%

2. Cukup efektif = 33,33% - 66,66%

3. Efektif = > 66,66%

a. Populasi dan Sampel

Populasi evaluasi penyuluhan adalah kelompok tani nusantara yang kemudian dilakukan penarikan sampel. Penarikan sampel evaluasi menggunakan sampel jenuh yang dimana semua populasi dapat dijadikan sebagai sampel yaitu sebanyak 30 orang.

b. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji Validitas ini dilakukan dengan cara membandingkan r hitung dan r tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka item dikatakan valid dan sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka item dikatakan tidak valid.

Uji Reabilitas dilakukan dengan cara membandingkan angka Cronbach alpha dengan ketentuan nilai Cronbach alpha minimal adalah 0,6 artinya jika nilai Cronbach alpha yang di dapatkan lebih > 0,6 maka dapat disimpulkan kuisioner tersebut reliabel, dan sebaliknya jika Cronbach alpha kurang dari <0,6 maka kuisioner tersebut tidak reliabel. Untuk uji Validitas dan Reabilitas menggunakan program SPSS 16.

3.4 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan

Uji coba rancangan yang akan dilaksanakan dalam kajian ini yakni Kelompok Tani Nuasantara Kelurahan Juata Laut, Kecamatan Tarakan Utara, Kota Tarakan. Dimana Kelompok Tani Nusantara bergerak di budidaya Jagung (Zea mays L.).

(48)

Pada pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan berdasarkan rancangan penyuluhan yang telah disusun. Dalam pelaksanaanya kegiatan evaluasi pertama membagikan lembar kuisioner tentang pengendalian hama ulat grayak menggunakan pestisida nabati daun pepaya pada tanaman jagung sebelum penyuluhan yang dimaksudkan sebagai Pre Test terlebih dahulu. Pembagian kuisioner Pre Test dilakukan 2 atau 3 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan.

Setalah melakukan penyuluhan akan dilakukan pembagian kuisioner Post Test.

Pada evaluasi penyuluhan kuisioner dibagikan secara tertutup. Kuisioner yang dibagikan menggunakan skala pengukuran guttmen dimana setiap pertanyaan terdapat dua pilihan yaitu “ya” dengan nilai skor 1, dan “tidak” dengan nilai skor 0.

(49)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Kelompok Tani Nusantara berlokasi di Desa Juata Laut, Kecamatan Tarakan Utara, Kabupaten Tarakan. Desa Juata Laut termasuk dalam potensial Desa yang mayoritas petani hortikultura karena adanya sumber daya alam yang mendukung untuk pertanian. Pertanian dapat menunjang perekonomian masyarakat setempat dan memberikan ilmu-ilmu mengenai pertanian kepada masyarakat sehingga dapat dijadikan sarana untuk regenerasi petani bagi kaum muda dimasa yang akan datang.

Kelurahan Juata Laut merupakan salah satu kelurahan yang berada di Wilayah Kecamatan Tarakan Utara Kota Tarakan. Kelurahan Juata Laut terletak diketinggian antara 400 – 600 m dari permukaan laut. Dengan batas wilayah sebagai berikut :

• Di sebelah utara : Kelurahan Juata Lauut

• Di sebelah barat : Kelurahan Juata Kerikil

• Di sebelah selatan : Kelurahan Karang Harapan

• Di sebelah timur : Kelurahan Juata Laut

Keluarahan Juata Permai pada umumnya beriklim tropis dengan hujan yang sangat tinggi,sebab hujan terjadi sepanjang tahun,suhu dan temperatur berkisar

±29°C- 31°C.

4.2 Kandungan Pestisida Nabati Daun Pepaya {Caricapapaya L.)

Pestisida nabati daun Pepaya (Carica papaya L.) mengandung enzim papin, alkaloid karpaina, psudo karpaina, glikosid, karposid, saponin, beta karotene, pectin, d-galaktosa, 1- arabinosa, papin, papayotimin papin, vitokinose,

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ulat yang paling banyak mati terdapat pada perlakuan P1 (pestisida nabati dari campuran daun gamal dan daun tembakau) karena

Dapat membandingkan waktu yang dibutuhkan pestisida nabati untuk membunuh hama ulat dengan konsentrasi tertentu..

Dapat membandingkan waktu yang dibutuhkan pestisida nabati untuk membunuh hama ulat dengan konsentrasi tertentu..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pestisida nabati yang paling efektif untuk membunuh hama ulat daun pisang adalah perlakuan P1 (pestisida nabati dari tembakau), yaitu pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari larutan pestisida nabati yaitu daun serai, sirsak dan babadotan terhadap pertumbuhan hama ulat

Berdasarkan hasil penelitian “Efektvitas Ekstrak Daun Pepaya dan Biji Mahoni Sebagai Insektsida Alami dalam Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera litura) pada

Mortalitas hama yang disebabkan oleh senyawa alkaloid dan saponin dalam ekstark daun tembakau menyebabkan penurunan intensitas serangan ulat grayak pada tanaman

Tanaman selada yang ditanam di Ciwidey sering terserang hama, salah satunya yaitu ulat grayak (Spodoptera litura). Ulat grayak menyerang tanaman dengan memakan