• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Pemanfaatan Ganja Sebagai Obat Tradisional Dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Tinjauan Yuridis Pemanfaatan Ganja Sebagai Obat Tradisional Dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS PEMANFAATAN GANJA SEBAGAI OBAT TRADISIONAL DALAM UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN 2009

TENTANG KESEHATAN

SKRIPSI

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM-BANDA ACEH 2022/1443 H

Diajukan Oleh:

ZULFIKAR NIM. 170106081

Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Prodi Ilmu Hukum

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Nama : ZULFIKAR

NIM : 170106081

Fakultas/Prodi : Syari’ah dan Hukum/ Ilmu Hukum

Judul : TINJAUAN YURIDIS PEMANFAATAN GANJA

SEBAGAI OBAT TRADISIONAL DALAM UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

Tanggal Sidang :

Tebal Skripsi : Lembar

Pembimbing I : Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Ph.D.

Pembimbing II : Mumtazinur, M.A.

Kata Kunci : Tinjauan Yuridis, Pemanfaatan Ganja, Obat tradisional

Tinjauan yuridis pemanfaatan ganja sebagai obat tradisional yang di dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan memberikan ruang pemanfaatan obat tradisional yang berbahan tumbuhan, tetapi menjadi masalah jika obat tersebut bahannya dari tanaman ganja dan ini dapat dilihat dari beberapa kasus yang terjadi di Indonesia. Penelitian ini meneliti tentang bagaimana penggunaan obat tradisional dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan bagaimana pemanfaatan ganja sebagai obat tradisonal dalam Undang-Undang no 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian normatif yakni dengan meneliti bahan-bahan pustaka. Jenis penelitian ini ialah kualitatif dan Teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data melalui membaca referensi dari buku, skripsi, berita dan jurnal ilmiah serta dokumen-dokumen yang memuat penyelesaian perkara ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada dasarnya obat tradisional diperbolehkan berdasarkan peraturan yang berlaku serta syarat yang ada tentang bagaimana penggunaan harus dapat dipertanggungjawabkan dan bersifat rasional dan juga obat ini digunakan sudah turun temurun. Tetapi berdasarkan Undang- Undang No 35 Tahun 2009 Tentang narkotika ganja tidak dapat digunakan sebagai obat baik konvensional maupun tradisional karena hanya dapat digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan, tidak untuk pelayanan kesehatan. Hal ini karena ganja masuk ke dalam narkotika golongan I yang dalam hal ini golongan I tidak dapat dan tidak diperbolehkan untuk kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa jika merujuk Undang-Undang No 36 Tahun 2009 obat tradisional dibolehkan untuk digunakan asal memenuhi syarat yang diberikan oleh peraturan yang berlaku. Kemudian dalam hal ini ganja boleh digunakan karena ganja pada dasarnya adalah tumbuhan yang diperbolehkan untuk digunakan sebagai obat.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beserta salam penulis panjatkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. Penulisan Skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, dengan judul

“Tinjauan Yuridis Pemanfaatan Ganja Sebagai Obat Tradisional Dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan”.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis telah memperoleh banyak sekali ilmu, bimbingan, nasehat, bantuan serta saran dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan ribuan terimasih kepada:

1. Prof. Muhammad Siddiq Armia, M.H., Ph.D selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

2. Bapak Dr. Kamaruzzaman, Ph.D sebagai pembimbing I dan Ibu Mumtazinur, M.A selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan memberikan bimbingan serta arahan dalam penulisan skripsi ini sehingga segala hambatan dan kesulitan tersebut dapat diatasi dengan baik. Segala motivasi dan bimbingan secara ikhlas dan sungguh- sungguh telah diberikan sehingga dapat terselesainya skripsi ini.

3. Kepada Ibu DR. Khairani, M.Ag selaku ketua Jurusan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh dan staf Ilmu Hukum yang telah membantu, mengajarkan ilmunya kepada penulis.

(7)

4. Teristimewa kepada orang tua saya Bapak Abdul Hamid dan Ibunda tercinta Martini Batu-Bara yang selalu mendoakan dan mendukung penulis tiada henti baik secara moril maupun materi, semoga Allah limpahkan kebahagiaan kepada Ayah dan Ibu tercinta;

5. Saudara saya yaitu kakak saya Hasriani Syahputri dan adik saya Jumadi yang selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

6. Kepada teman-teman saya yang sudah ikut membantu saya dalam pembuatan skripsi ini khususnya yang bernama ;

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dan pertolangan Allah SWT. Akhirkata penulis mohon maaf apabila masih banyak kesalahan penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Banda Aceh, 02 Desember 2021 Penulis,

ZULFIKAR

(8)

TRANSLITERASI

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543b/U/1987 1. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan transliterasinya dengan huruf Latin.

Huruf

Arab Nama Huruf

Latin Nama Huruf

Arab Nama Huruf

Latin Nama

ا Alīf

tidak di- lambang -kan

tidak dilam-

bangkan ط t}ā’ t}

Te (dengan titik

dibawah)

ب Bā’ B Be ظ z}a z{

zet (dengan titik di bawah)

ت Tā’ T Te ع ‘ain ‘

koma terbalik (di atas)

ث S|a’ s\ es (dengan

titik di atas) غ Gain G Ge

ج Jīm J Je ف Fā’ F Ef

ح Hā’ H

ha (dengan titik di bawah)

ق Qāf Q Ki

(9)

خ Khā

’ Kh ka dan ha ك Kāf K Ka

د Dāl D De ل Lām L El

ذ Żāl Ż zet (dengan

titik di atas) م Mīm M Em

ر Rā’ R Er ن Nūn N En

ز Zai Z Zet و Wau W We

س Sīn S Es ه Hā’ H Ha

ش Syīn Sy es dan ye ء Hamzah ‘ Apostrof

ص S{a

d s}

es (dengan ti-tik di bawah)

ي Yā’ Y Ye

ض D{a

d d{

de (dengan ti-tik di bawah)

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

1) Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ـَــ Fath}ah Ā A

(10)

ـِــ Kasrah Ī I

ـُــ D{ammah Ū U

2) Vokal rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harkat dan.huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama huruf Gabungan

huruf Nama

ْ يَ... Fath}ah dan yā’ Ai a dan i

ْ وَ... Fath{ah dan

wāu Au a dan u

Contoh:

َْبَتَك - kataba

َْلَعَف - fa‘ala

َْرِكُذ - żukira

ُْبَه ذَي - yażhabu

َْل ِْ ْ ُس - su’ila

َْف يَك - kaifa

َْل وَه - haula

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harakat dan Nama Huruf dan Nama

(11)

huruf Tanda

ىَ...ْاَ... Fath{ah dan alīf atau

yā’ Ā a dan garis di atas

ْ يِ... Kasrah dan yā’ Ī i dan garis di atas

ْ وُ... D{ammah dan wāu Ū u dan garis di atas

Contoh:

َْلاَق - qāla ىَم َر - ramā

َْل يِق - qīla

ُْل وُقَي - yaqūlu

4. Tā’marbūt}ah

Transliterasi untuk tā’marbūt}ah ada dua, yaitu tā’marbūt}ah hidup dan tā’marbūt}ah mati, berikut penjelasannya:

1. Tā’marbūt}ah hidup

Tā’marbūt}ah yang hidup atau mendapat harakat fath{ah, kasrah dan d{ammah, trasnliterasinya adalah ‘t’

2. Tā’marbūt}ah mati

Tā’marbūt}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah ‘h’.

3. Kalau pada kata yang berakhir dengan tā’marbūt}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka tā’marbūt}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh

(12)

ِْلاَف طَلأ اُْةَض و َر - raud{ah al-at}fāl - raudatul atfāl

ُْة َر َّوَنُم لاُْةَن يِدَملا - al-Madīnah al-Munawwarah - al-Madīnatul-Munawwarah

ُْةَح لَط - T{alh{ah 5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydid yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydīd, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh:

اَنَّب َر - rabbanā

َْل َّزَن - nazzala

ْ رِبلا - al-birr

ْ جَحلا - al-h}ajj

َْم ِعُن - nu‘‘ima 6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu al, namun dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti huruf qamariyyah.

1) Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah, ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

2) Kata sandang diikuti oleh huruf qamariyyah ditransliterasikan sesuai aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Baik dikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah, kata sandang

(13)

ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sempang.

Contoh:

ُْلُج َرلا - ar-rajulu

ُْةَد ِيَسلا - as-sayyidatu

ُْس مَشلا - asy-syamsu

ُْمَلَقلا - al-qalamu

ُْع يِدَبلا - al-badī‘u

ُْلَلاًجلا - al-jalālu 7. Hamzah

Dinyatakan di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak ditengah dan di akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alīf.

Contoh:

ْ أَت

َْن وُذُخ - ta’khużūna

ُْء وَّنلا - an-nau’

ْ ء يَش - syai’un

َّْنِإ - inna

ُْت رِمُأ - umirtu

َْلَكَأ - akala 8. Penulisan kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fail, isim maupun harf ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harkat yang dihilangkan maka transliterasi ini, penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya.

(14)

Contoh:

َْن يِق ِزا َّرلاُر يَخ َوُهَلَهَللاَّنِإ َو Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn Wa innallāha lahuwa khairurrāziqīn

َْنا َز يِم لا َوَْل يَك لاْا وُف وَأ َو Wa auf al-kaila wa-almīzān Wa auful-kaila wal-mīzān ل يِلَخ لاُْم يِهاَر بَإ Ibrāhīm al-Khalīl

Ibrāhīmul-Khalīl

اَهاَس رُم َوْاَهاَر جَمِْاللهِْم سِب Bismillāhi majrahā wa mursāhā

ِْت يَب لاْ ج ِحْ ِساَّنلاْىَلَعِْ ِلِل َو Walillāhi ‘alan-nāsi h{ijju al-baiti

ًْلا يِبَسِْه يَلِإَْعاَطَت ساِْنَم man istat}ā‘a ilaihi sabīla.

Walillāhi ‘alan-nāsi h{ijjul-baiti Manistat}ā‘a ilaihi sabīlā 9. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti apa yang berlaku dalam EYD, di antaranya: Huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat.

Bilamana nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.

Contoh:

ْ ل وُس َرَّْلاَإْ دَّمَحُمْاًم ًو Wa mā Muh{ammadun illā rasūl

يِذَّلَلْ ِساَّنلِلَْع ِض ًوٍْت يَبَْل َّوَأَّْنِإ Inna awwala baitin wud{i‘a linnāsi lallażī

ًْةَك َراَبُمَْةَّكَبِب bibakkata mubārakan

ُْنَأ رُق لاِْه يِفَْل ِز نُأْيِذَّلاَْناَضَم َّرلاُْر هَش Syahru Ramad{ān al-lażī unzila fīh al - Qur’ānu

Syahru Ramad{ānal-lażī unzila fīhil Qur’ānu

(15)

ِْن يِبُم لاِْقُفُ لأاِبُْهَآَرْ دَقَل َو Wa laqad ra’āhu bil-ufuq al-mubīn Wa laqad ra’āhu bil-ufuqil-mubīni

َْن يِمَلاَع لاْ ِب َرِْ ِلِلُْد مَحلا Alh{amdu lillāhi rabbi al-‘ālamīn Alh}amdu lillāhi rabbil ‘ālamīn

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harkat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan.

Contoh:

َْنِمْ ر صَن

ْ ب ي ِرَقْ ح تَف َوِْالله Nas}run minallāhi wa fath{un qarīb اًع يِمَجُْر مَ لأاِْ ِلِل Lillāhi al-amru jamī‘an

Lillāhil-amru jamī‘an

ْ م يِلَعٍْء يَشْ ِلُكِبُْالله َوWallāha bikulli syai’in ‘alīm 10. Tajwid

Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Ilmu Tajwid.

Karena itu peresmian pedoman transliterasi ini perlu disertai dengan pedoman tajwid.

Catatan:

Modifikasi

1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail. Sedangkan nama-nama lainnya ditulis sesuai kaidah penerjemahan. Contoh: S{amad ibn Sulaimān.

2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti Mesir, bukan Misr; Beirut, bukan Bayrūt; dan sebagainya.

3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesiatidak ditransliterasi. Contoh: Tasauf, bukan Tasawuf.

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : SK Penetapan Pembimbing Skripsi ... 68

Lampiran 2 : Daftar Riwayat Hidup ... 69

Lampiran 3 : Bunga Ganja ... 70

Lampiran 4 : Jenis ganja Jantan dan Betina ... 71

Lampiran 5 : Berita Pengobatan yang Menggunakan Ganja ... 72

(17)

DAFTAR ISI

SKRIPSI ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

TRANSLITERASI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR ISI ... xv

BAB SATU ... 1

PENDAHULAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penjelasan Istilah ... 7

F. Kajian Pustaka ... 9

G. Metode Penelitian ... 11

H. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB DUA ... 16

LANDASAN TEORI ... 16

A. Definisi Obat Tradisional ... 16

B. Definisi dan Sejarah Pemanfaatan Ganja ... 17

C. Pemanfaatan Ganja Sebagai Obat di Berbagai Negara ... 20

D. Pemanfaatan Ganja Untuk Pengobatan Berbagai Penyakit ... 29

(18)

E. Hukum Islam Tentang Pemanfaatan Ganja ... 37

BAB TIGA ... 41

PEMANFAATAN GANJA SEBAGAI OBAT TRADISIONAL ... 41

A. Pemanfaatan Ganja Di Indonesia ... 41

B. Penggunaan Obat Tradisional ... 44

C. Tinjauan Yuridis Pemanfaatan Ganja... 49

BAB EMPAT ... 62

PENUTUP ... 62

A. KESIMPULAN ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(19)

1 BAB SATU PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

Ganja di dalam Kamus Sejarah Indonesia, Cannabis Sativa atau yang akrab di kenal oleh masyarakat dengan sebutan ganja di Indonesia

“berasal dari Laut Kaspia, akan tetapi ada yang melaporkan bahwa ganja itu sendiri berasal dari Jawa pada abad ke-10”. Di dalam Kamus itu juga dikemukakan bahwa ganja digunakan sebagai sumber serat dan minuman keras, meskipun penggunaannya tidak seumum konsumsi tembakau, opium atau betel. Ganja yang juga diberi sebutan atau nama lain yaitu Bang, sebagaimana dicatat oleh sejumlah penulis Belanda selama masa penjajahan, dijadikan sebagai “agen intoksikasi” yang dengan cara daunnya dicampur dan dibakar dengan tembakau, terutama di wilayah Aceh.1

Ganja (Cannabis sativa atau Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, tetapi lebih dikenal sebagai obat psikotropika karena adanya kandungan zat tetrahidrokanabinol (THC), tetra-hydro- cannabinol yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab). Tanaman ganja biasanya juga dibuat atau digunakan menjadi rokok mariyuana.2

Ganja juga pernah digunakan sebagai bahan obat atau sebagai bahan medis yang dimana produksi getahnya digunakan untuk ilmu pengobatan pada masa dahulu di beberapa negara seperti Arab, Mesir,

1 Dania Putri Dan Tom Blickman, Ganja Di Indonesia Pola Konsumsi, Produksi, Dan Kebijakan, (https://www.tni.org/en/publication/ganja-di-Indonesia) diakses pada 24 Februari 2017, hlm.3-4.

2 Tim LGN, Hikayat Pohon Ganja, Cet-2 edisi revisi, (Jakarta: Perkumpulan Lingkar Ganja Nusantara, 2020), hlm.1.

(20)

Cina dan India.3 Dengan demikian berarti tanaman yang bernama ganja ini memiliki potensi atau guna untuk medis bukanlah tanpa bukti karena di beberapa negara juga ada penggunaan ganja atau tanaman ganja sebagai obat.

Di Indonesia tepatnya provinsi Aceh, ada beberapa laporan yang telah disampaikan oleh penduduk bahwa ada beberapa bentuk dan variasi penggunaan ganja di Aceh, mulai dari untuk memasak dan campuran makanan, dicampur dengan kopi dan juga digunakan sebagai obat herbal untuk penyakit diabetes. Dalam hal memasak dan campuran makanan, masyarakat Aceh menggunakan benih ganja untuk meningkatkan rasa, kelembaban, dan terkadang untuk warna (misalnya dalam hidangan lokal seperti kari kambing dan mie Aceh).

Kesulitan untuk mendapatkan karya penelitian atau karya sastra yang dalam hal ini membahas topik penggunaan ganja (secara tradisional), sebagian besar responden lokal yang ada di Aceh, ketika ditanya tentang tanaman yang sudah lama ada di Indonesia ini yaitu ganja, merujuk pada beberapa kitab seperti Mujarabat dan Tajul Muluk, yang memberikan landasan-landasan agama untuk penggunaan ganja secara medis.4

Di semenanjung Arabia juga ada seorang dokter pada masa itu yaitu Ibnu Masawaih yang wafat pada tahun 857, menyebutkan tanaman ganja ini digunakan sebagai bahan medis atau obat di dalam literatur pengobatan arab. Tidak hanya itu seseorang yang memiliki atau di panggil dengan sebutan Ibnu Sinna juga memasukan tanaman ganja ini ke dalam kumpulan tamanan yang dimana tamanan itu berfungsi sebagai

3Tim LGN , Hikayat Pohon ..., hlm.20

4 Dania Putri Dan Tom Blickman, Ganja Di Indonesia ..., hlm.5-6.

(21)

obat.5 Saat itu dapat dikatakan bahwa proses peracikan obat ini belum seperti sekarang tetapi masih secara tradisional.

Di dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tepatnya di pasal 1 ayat (9) di sebutkan bahwa “Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.”6

Di dalam Undang-Undang ini membahas atau menjelaskan tentang obat tradisional, yang dimana tadi disebutkan bahwa bahan tumbuhan termasuk kedalam obat tradisional. Disini dapat kita lihat bahwa dari pemaparan atau isi pasal di atas dapat dikatakan bahwa obat tradisional itu ialah bahan atau ramuan yang dapat dibuat atau menggunakan bahan tumbuhan yang berarti bahwa ganja dapat digunakan sebagai obat tradisional karena pada dasarnya ganja ini sebagai tumbuhan.

Berdasarkan kasus yang ada terjadi di Indonesia Provinsi Kalimantan Barat dengan terdakwa yang berinisial FA yang memberikan ganja atau menggunakan ganja sebagai pengobatan untuk istrinya yang memilki penyakit langka.7 Kemudian terdakwa yang berinisial FA ini di jatuhi hukuman oleh pengadilan delapan bulan penjara dan denda Rp. 800 juta subsider satu bulan kurungan, berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Sanggau. Contoh selanjutnya

5 Tim LGN , Hikayat Pohon Ganja, Cet-2 edisi revisi, (Jakarta: Perkumpulan Lingkar Ganja Nusantara, 2020), hlm.59-60.

6Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

7https://wow.tribunnews.com/2017/08/02/babak-akhir-kasus-fidelis-begini-

putusan-hakim-atas-kasus-kepemilikan-ganja-untuk-obat-istrinya diakses pada hari Sabtu Tanggal 26 September 2020, 00.07 WIB

(22)

ada kasus yang pernah terjadi di Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur, kota Kupang terdakwa berinisial RR yang juga menggunakan ganja untuk obat dengan cara di minum air rebusannya, yang berbeda dari kasus sebelumnya kalau kasus tadi menggunakan ganja kepada istrinya sebagai obat sedangkan RR ini menggunakan untuk dirinya sendiri. Terdakwa sendiri perlu kita ketahui bahwa dia tidak pernah menghisap dan hanya mengkonsumsi air rebusan ganja, sebelum menggunakan ganja dia sudah menggunakan obat-obat medis tetapi terdakwa RR ini masih terus merasakan sakit, sehingga dia terpaksa menggunakan ganja sebagai obat untuk penyakitnya tersebut.8

Tetapi yang menjadi menarik adalah bahwa di dalam Undang- Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika di sebutkan bahwa narkotika golongan satu tidak dapat di gunakan sebagai bahan medis atau untuk obat9, di perkuat juga di dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 44 Tahun 2019 ganja masuk ke dalam narkotika golongan satu.10 Menjadi menarik karena di Undang-Undang No 36 Tahun 2009 dikatakan bahwa bahan tumbuhan dapat digunakan sebagai obat tradisional tetapi ada regulasi yang menetapkannya ke dalam narkotika golongan 1.

Melihat di beberapa negara yang sudah mulai meregulasi atau melegelisasi ganja agar dapat di gunakan mulai dari obat, ada yang jadi teh dan lainnya. Contoh negara yang melegalisasikan ganja di negaranya ialah Uruguay yang mengesahkan Undang-Undang yang dimana pemerintah akan mengambil alih semua pasar ganja mulai dari benih

8https://kumparan.com/kumparannews/gunakan-ganja-untuk-diminum-sebagai- obat-reyndhart-dituntut-1-tahun-penjara-1tcKssfvD6b diakses pada hari Minggu tanggal 27 September Tahun 2020, 13,25 WIB

9Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

10Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2019

(23)

hingga penjualannya, dan urusan untuk mengimpornya.11Negara Belanda yang di mana ganja di perbolehkan untuk di konsumsi dan termasuk kedalam golongan narkotika ringan, di Belanda membatasi setiap orang hanya dapat menggunakan ganja hanya sekitar 5 gram.12

Di Asia Tenggara negara yang pertama kali melegalkan ganja sebagai obat atau untuk keperluan medis adalah Thailand, dan warga di sana yang memerlukan untuk obat boleh memiliki dengan jumlah yang sudah di tentukan pemerintah, bukan hanya itu mereka juga mengontrol ketat terkait Lisensi dan juga penjualan produk ganja ini.13 Melihat dari beberapa negara ini yang ternyata bisa mengontrol penggunaan ganja sesuai dengan aturan yang berlaku terlebih lagi untuk medis sehingga memungkinkan ganja dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan yang telah diatur sehingga dapat berguna bagi masyarakat negara itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan yang saya uraikan di atas maka masalah yang dapat saya angkat dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana penggunaan obat tradisional yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ? 2. Bagaimana tinjauan yuridis pemanfaatan ganja digunakan

sebagai obat tradisional dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ?

11Edward Rivaldo, Kebijakan Pemerintah Uruguay Melanggar Hasil Konvensi Tunggal 1961 Berkaitan dengan Narkotika dan Psikotropika, Jom FISIP Volume 1 No. 2 Oktober 2014

12https://rri.co.id/humaniora/info-publik/890280/tahukah-anda-negara-ini-telah- legalkan-ganja diakses pada hari Senin Tanggal 22 Maret 2021, 22.00 WIB

13https://www.liputan6.com/global/read/3857360/thailand-jadi-negara-asia-

tenggara-pertama-yang-melegalkan-ganja-tapi diakses pada hari Senin Tanggal 22 Maret 2021, 22.21 WIB

(24)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan obat tradisional yang di atur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan yuridis pemanfaatan ganja digunakan sebagai obat tradisional dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Praktis

a. Bagi Masyarakat

Dapat menjadi suatu sumbangan pikiran untuk masyarakat terkait pemanfaatan ganja sebagai obat tradisional berdasarkan undang-undang atau peraturan yang berlaku dan agar masyarakat tidak merasa tabu untuk membahas hal seperti ini.

b. Bagi Mahasiswa

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

2. Secara Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini sekiranya dapat memberikan manfaat dan menjadi sumbangan pikiran untuk perkembangan Ilmu Hukum khususnya terkait pembahasan tentang penyalahgunaan narkotika atau lebih tepatnya pemanfaatan ganja untuk obat tradisional dan dapat menjadi acuan atau referensi

(25)

untuk penelitian selanjutnya yang mungkin juga membahas hal yang sama.

E. Penjelasan Istilah

Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan agar tidak ada yang salah penafsirkan dari pembaca, penulis merasa perlu memberikan penjelasan atau menjelaskan istilah yang terdapat di dalam judul diatas.

Istilah yang dimaksud sebagai berikut : 1. Tinjauan Yuridis

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian tinjauan adalah mempelajari dengan cermat, memeriksa (untuk memahami), pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari, dan sebagainya).14 Sedangkan yuridis Menurut Kamus Hukum, kata yuridis berasal dari kata yuridisch yang berarti menurut hukum atau dari segi hukum. Dapat disimpulkan tinjauan yuridis berarti mempelajari dengan cermat, memeriksa (untuk memahami), suatu pandangan atau pendapat dari segi hukum.15

2. Pemanfatan Ganja

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian pemanfaatan adalah proses, cara, perbuatan memanfaatkan, Pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat yang berarti guna atau bisa di diartikan berfaedah. Pemanfaatan memiliki makna proses, cara atau perbuatan memanfaatkan. Pemanfaatan adalah suatu kegiatan, proses, cara atau perbuatan menjadikan suatu yang ada

14https://sudut hukum.com/2017/04/pengertian-tinjauan-yuridis.html diakses hari Senin Tanggal 28 September 2020. 16.00 WIB

15http://repository.uin-suska.ac.id/15674/8/8.%20BAB%20III__2018212IH.pdf diakses hari minggu tanggal 27 Tahun 2020. 17.35 WIB

(26)

menjadi bermanfaat. Istilah pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat yang berarti faedah, yang mendapat imbuhan pe-an yang berarti proses atau perbuatan memanfaatkan.16

Sedangkan ganja adalah Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.17 Di sini berarti segala yang di hasilkan dari tanaman ganja tersebut bukan hanya daun melainkan seluruh dari tanaman ganja tersebut baik itu daun, batang, biji, akar hingga hasil yang diproduksi dari ganja tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan ganja ialah suatu kegiatan atau proses perbuatan memanfaatkan ganja agar dapat digunakan untuk ke arah yang berguna.

3. Obat tradisional

Berdasarkan Undang-Undang NO 36 Tahun 2009 yang di maksud dengan Obat tradisional dikatakan di pasal 1 angka 9 bahwa yang dimaksud “obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.”18

16http://eprints.umm.ac.id/39628/3/BAB%20II.pdf di akses hari Jumat Tanggal 18 Juni 2021. 15.45 WIB

17Peraturan Mentri Kesehatan No 44 Tahun 2019 tentang Perubahan Golongan Narkotika

18Pasal 1 angka 9 Undang-undang Negara Republik Indonesia No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

(27)

F. Kajian Pustaka

Untuk mendukung penelitian ini agar lebih teliti dan terukur atau jelas, maka peneliti atau penulis mencoba melakukan kajian pustaka ataupun karya baik berupa artikel, buku, skripsi yang berkaitan dengan topik yang ingin di teliti. Sepanjang penelusuran belum ada penelitian atau pembahasan yang secara khusus membahas atau melakukan penelitian ini sebelumnya yaitu penelitian mengenai “Tinjauan Yuridis Pemanfaatan Ganja Sebagai Obat Tradisional Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009”.

Junaidi, Fakultas Hukum Universitas Internasional Batam Tahun 2018. Dengan judul “Analisis Yuridis Penggunaan Ganja Untuk Pengobatan Medis Berdasarkan Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika” penelitian ini berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan, di sini dia hanya meneliti legalitas penggunaan ganja berdasaskan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 sedangkan penulis tidak meneliti dari sisi tersebut melainkan tinjauan yuridis dari ganja yang di gunakan untuk obat tradisional berdasarkan undang-undang 35 tahun 2009 jo Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009.19

Dania Fatmawati Putri, “Hubungan antara Tingkat Penggunaan Ganja & Aspek-Aspek Fungsi Psikososial” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengguna ganja dan aspek- aspek fungsi fsikolosial. Dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif terhadap 120 orang pengguna ganja aktif yang diperoleh melalui teknik accidental sampling. Hasil penelitian ini menunjukan

19 Junaidi, Analisis Yuridis Penggunaan Ganja Untuk Pengobatan Medis Berdasarkan Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Fakultas Hukum universitas Internasional Batam Tahun 2018. (skripsi dipublikasi)

(28)

bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengguna ganja dan salah satu aspek fungsi psikolosial yaitu kecemasan.20

Enik Isnaini, ”Penggunaan Ganja Dalam Ilmu Pengobatan Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika”

Ganja sendiri merupakan tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal dengan kandungan zat narkotika yang terdapat pada bijinya, yaitu tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euphoria (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab). Namun ganja sendiri juga berguna dalam dunia kesehatan sebagai obat bius atau penenang untuk penghilang rasa sakit pada pasien yang akan melakukan operasi, terapi ataupun dalam tahap penyembuhan. Penggunanaan ganja dalam takaran yang tak tepat dan sembarangan bisa menyebabkan banyak masalah kesehatan, itulah sebabnya penggunaan ganja dalam proses penyembuhan dibidang kesehatan belum dapat diterapkan secara umum di Indonesia, serta pandangan masyarakat akan ganja sebagai barang yang haram hukumnya untuk dikonsumsi. Penyalahgunaan tersebut tentunya merupakan tindakan kejahatan yang tidak sesuai dengan aturan aturan yang berkaitan dengan narkotika yang diatur dalam Undang Undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.21

Ananda Firman, “Analisis Yuridis Terhadap Alternatif Pengobatan Medis Tanaman Ganja Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Berdasarkan Ratifikasi Konvensi Tunggal PBB Tahun 1961 (Tentang Narkotika)” Penelitian ini salah satu penelitian yang membahas terkait penggunaan ganja untuk obat tetapi lebih membahas

20 Dania Fatmawati Putri, “Hubungan antara Tingkat Penggunaan Ganja &

AspekAspek Fungsi Psikososial”, (Jakarta: UI, 2012), hlm.2

21 Enik Isnaini, Penggunaan Ganja Dalam Ilmu Pengobatan Menurut Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, 2017, hlm.17

(29)

kedalam atau ke arah bagaimana penggunaan ganja dalam ilmu pengobatan dan juga membahas tentang menggunakan ganja dalam hal keadaan darurat dengan merujuk Undang-Undang No 35 Tahun 2009.22

Karen Abigael Pangkey, “Kebijakan Hukum Pidana Penggunaan Narkotika Golongan 1 (Satu) Jenis “Ganja” Untuk Kesehatan, dalam penelitian ini membahas dalam bidang atau ranah hukum pidana yang berkaitan tentang penggunaan ganja dalam hal untuk kesehatan yang dimana membahas tentang apakah putusan hakim dapat diringankan dalam hal denda yang dijatuhkan dan juga membahas tentang asas keadilan saat hakim mengambil keputusan.23

Perbedaan skripsi ini dari beberapa yang telah dikaji sebelumnya bahwa disini lebih membahas tentang bagaimana ganja dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional yang dilihat berdasarkan peraturan atau Undang-Undang yang berlaku di Indonesia khususnya Undang-Undang No 36 Tahun 2009 yang dimana ini belum dibahas atau diteliti di skripsi sebelumnya.

G. Metode Penelitian

Data yang diperoleh merupakan data yang lebih banyak berasal dari buku, jurnal, Undang-Undang dan berita yang relevan dan dapat

22 Ananda Firman, Analisis Yuridis Terhadap Alternatif Pengobatan Medis Tanaman Ganja Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Berdasarkan Ratifikasi Konvensi Tunggal PBB Tahun 1961 (Tentang Narkotika), Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Tahun 2021.

23Karen Abigael Pangkey, Kebijakan Hukum Pidana Penggunaan Narkotika Golongan 1 (Satu) Jenis “Ganja” Untuk Kesehatan, Fakultas Hukum Universitas Tarumanegara Tahun 2019

(30)

mendukung untuk penelitian ini dan kemudian digabungkan menjadi sekumpulan data.

Metode Penelitian sangat diperlukan dalam suatu penelitian untuk menentukan arahan suatu penelitian. Jadi metode penelitian adalah metode atau cara-cara dalam melakukan satu bentuk penelitian dan aktifitas penelitian. Mengingat penelitian ini termasuk dalam bidang Ilmu Hukum, metode yang digunakan adalah metode kualitatif.24

Saiffudin Anwar menyatakan pendekatan kualitatif lebih menekankan pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.25

Dari penjelasan diatas, metode penelitian yang digunakan untuk merumuskan dan menganalisa permasalahan tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan dan yang telah penulis pilih yaitu pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan yang bersifat penelitian kepustakaan meneliti menurut hukum berdasarkan peraturan atau undang-undang yang berlaku atau yang ada di Negara Indonesia sekarang ini.

2. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa inggris yang di dalam bahasa inggris ialah research, asal kata dari re (kembali) dan to

24 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 13.

25 Saifuddin Anwar, Metode Penelitian, Cet. 9, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 5.

(31)

search (mencari). Dengan demikian arti dari research ialah mencari kembali.26

Dalam melakukan penelitian ini penulis memakai penelitian kepustakaan (library research), penelitian kepustakaan ini ialah metode pengumpulan data dengan cara mempelajari Undang- undang, skripsi, artikel, jurnal hukum yang berkaitan dengan penelitian yang sedang di teliti.

3. Sumber Data

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier, didukung oleh data lapangan.27

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari beberapa literatur, dokumen resmi, peraturan perundang-undangan dan sumber- sumber kepustakaan lain yang mendukung. merupakan bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer28. Misal seperti pendapat hukum, asas-asas hukum, arsip dan dokumen yang berhubungan dengan pembahasan termasuk putusan hakim.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Untuk mendapatkan data sekunder peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Untuk itu data penelitian yang dikumpulkan dalam wujud konsep-konsep naratif. Merupakan data yang di dapatkan langsung baik itu dari data resmi dan hasil wawancara

26 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), hlm.27.

27Dillah Philips, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Alfabet, 2015), hlm. 122.

28Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), hlm.114.

(32)

dan penjelasan dari pihak yang mempunyai kapasitas dari pihak yang sesuai untuk dijadikan narasumber.29

c. Bahan Hukum Tersier, data yang bersumber dari bahan-bahan pendukung seperti jurnal penelitian, makalah, majalah ilmiah dan sumber internet.

4. Teknik Pengumpulan data

Data-data penelitian ini secara keseluruhan merujuk pada sumber kepustakaan yang terdiri dari buku-buku terkait, buku hukum serta bahan pustaka lainnya yang dapat memberi keterangan langsung maupun tidak langsung terkait objek dan fokus masalah yang akan dikaji, teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum dapat digunakan dengan metode survey book atau library research, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data berupa buku-buku, khususnya perundang- undangan maupun karya ilmiah tentang tanaman ganja dan obat tradisional.

b. Membaca semua buku yang dimaksudkan dan mengurai-kannya kembali dalam penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan serta menyusun data dalam penelitian, penulis memperoleh data melalui penelitian kepustakaan dan juga mewawancara beberapa instansi atau orang-orang yang memiliki kapasitas untuk di wawancarai oleh penulis kemudian hasil itu akan di analisis dengan mengkomparasikan dan mengkombinasikan keduanya agar bisa menjawab rumusan masalah di skripsi penulis.

29Hikmat M.Mahi, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 47-48.

(33)

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan para pembaca untuk mengikuti dalam pembahasan skripsi yang penulis teliti ini, maka penulis menggunakan sistematika penulisan atau sistem pembahasan dengan 4 (empat) Bab, sebagaimana penulis terangkan di bawah ini :

Bab satu, merupakan bab pendahuluan yang dimana dalam Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, kajian pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab dua, merupakan bab teoritis yang dimana disini membahas atau mendeskripsikan mengenai apa yang dimaksud ganja dalam aturan yang berlaku, membahas mengenai ganja di dunia dan di Indonesia dan juga membahas sejarah ganja itu sendiri, kemudian selanjutnya membahas penggunaan atau pemanfaatan ganja sebagai obat tradisional atau penggunaan ganja sebagai obat.

Bab tiga, merupakan bab inti atau bab dari hasil penelitian yang membahas mengenai penggunaan obat tradisional yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, membahas bagaimana tinjauan yuridis ganja digunakan sebagai obat tradisional dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Bab empat, merupakan bab penutup yang dimana di sini berisi kesimpulan dan saran yang penulis harapkan agar bermanfaat khususnya untuk penulis pribadi dan juga untuk masyarakat yang mungkin juga bertanya tentang bagaimana penggunaan obat tradisional dan pemanfaatan ganja sebagai obat tradisional.

(34)

16 BAB DUA LANDASAN TEORI A. Definisi Obat Tradisional

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mencegah, mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit.

Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan dan saat ini penggunaannya cukup gencar dilakukan karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh. Bagian dari obat tradisional yang banyak digunakan atau dimanfaatkan di masyarakat adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga.30

Sedangkan menurut Undang-Undang yang dimaksud Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah

30I Made Oka Adi Parwata, Diktat Obat Tradisional, (Universitas Udayana 2016), hlm 9.

(35)

digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.31

B. Definisi dan Sejarah Pemanfaatan Ganja 1. Tinjauan Umum Tentang Ganja

Ganja adalah tanaman setahun yang mudah tumbuh, ganja berkembang biak dari biji, namun setiap bijinya bisa memunculkan dua jenis tanaman yang berbeda yaitu tanaman jantan dan betina, kedua jenis tanaman ini berpisah dan tidak akan pernah berada dalam satu tanaman. Sifatnya yang dioecius atau merupakan tumbuhan berumah dua (pohon yang satu berbunga jantan, yang satu berbunga betina), ini sudah diketahui oleh mausia sejak zaman Kaisar Shen-Nung, pada saat zaman Dodonaeus dari Yunani dan telah tercatat sejak zaman perpustakaan Ashurbanipal di Sumeria.32 Kedua jenis tanaman ganja ini sama-sama menghasilkan bunga, tetapi hanya yang jenis betinalah yang dapat menghasilkan biji dari bunga tersebut, itupun juga kalau serbuk sari dari jenis jantan sampai ke bunga jenis tanaman betina tersebut. Pada bunga betina terdapat tudung bulu-bulu runcing mengeluarkan damar yang kemudian dikeringkan, damar dan daun mengandung zat narkotik aktif, terutama tetrahidrokanabinol yg dapat memabukkan, sering dijadikan ramuan tembakau untuk rokok Cannabis Sativa.

2. Sejarah pemanfaatan ganja

Sejarah yang mencatat pemanfaatan ganja ialah di Cina ini di kemukakan oleh Richard Schultes dan Albert Hoffman yang

31 Lihat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

32http://www.legalisasiganja.com/sejarah-marijuana-ganja di akses pada tanggal 16 Desember 2021, 23.30 WIB

(36)

menyatakan kalau ganja telah ditanam di Cina sejak delapan ribu lima ratus tahun yang lalu, banyak penyebutan untuk tanaman ini untuk berbagai jenis ganja mulai dari jenis produksi serat kayu maupun ganja untuk produksi getah atau resin dan biji-bijian.

Sampai saat ini, catatan paling tua mengenai pemanfaatan ganja oleh manusia datang dari Pulau Taiwan di lepas pantai Cina pada saat dua belas ribu tahun yang lalu yang merupakan daerah dengan populasi paling padat, arkeolog menemukan peninggalan dimana terdapat tembikar yang di dekorasi dengan pola yang didapat dari hasil menempelkan tali tambang dari serat ganja sebelum tanah liatnya kering.33

Selama beratus tahun, ganja dimanfaatkan oleh masyarakat Nusantara untuk kepentingan ritual, pengobatan, bahan makanan dan pertanian. Masyarakat Aceh yang paling aktif memanfaatkan ganja dalam kehidupan sehari-hari mereka. Inang mengatakan kata ganja tertulis dalam bab pengobatan di manuskrip kitab kuno Tajul Muluk di Aceh. Kitab ini adalah bukti awal yang telah terkonfirmasi tentang jejak ganja dan penggunaannya di Indonesia. Dikutip dari Lingkar Ganja Nusantara, Kitab Tajul Muluk adalah sebuah naskah kuno yang berasal dari Arab, dibawa masuk ke Aceh oleh saudagar dan pedagang dari Persia serta Negeri Rum (Turki) sekitar abad ke-16.

Naskah asli dari manuskrip kuno tersebut awalnya adalah tulisan tangan dengan menggunakan huruf dan bahasa Arab yang kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Melayu. Dalam kitab Tajul Muluk, ganja dijadikan obat untuk penyakit kencing manis atau diabetes.

Akar ganja direbus dan airnya diminum untuk kencing manis.

33 Tim LGN , Hikayat Pohon Ganja, Cet-2 edisi revisi, (Jakarta: Perkumpulan Lingkar Ganja Nusantara, 2020), hlm.59-60

(37)

Ganja juga digunakan oleh masyarakat masyarakat Serambi Mekkah yang lebih dikenal dengan sebutan Aceh saat ini untuk bumbu penyedap rasa masakan dan menambah nafsu makan, seperti untuk kuah beulangong, kari kuah bebek, bubur rempah bernama ie bu peudah dan makanan rempah lain. Kemudian, ganja digunakan sebagai campuran kopi. Bahkan, pohon ganja juga berfungsi sebagai pengusir hama tanaman,"Untuk pertanian, ganja ditanam di pinggir area persawahan, sehingga hama serangga tidak akan makan padi karena aroma dari daun bunga dan biji itu sudah menyengat buat hewan".34 Bukan hanya di Aceh saja, di daerah lain juga jejak ganja ini tercatat tepatnya di Maluku, khususnya Ambon. Ahli botani Jerman-Belanda, G. E. Rumphius pada tahun 1741 menulis buku berjudul Herbarium Amboinense. Dalam buku itu, ganja digunakan oleh masyarakat Maluku untuk kepentingan ritual dan pengobatan,

"Ganja dihisap untuk menimbulkan trans saat bermeditasi dan melakukan ritual," kata Inang. Dalam tulisan berjudul "Ganja di Indonesia: Pola konsumsi, produksi dan kebijakan" karya Dania Putri dan Tom Blickman, orang Maluku saat itu menggunakan akar ganja untuk mengobati gonore atau kencing nanah.

Kemudian, daun ganja dicampur pala dan diseduh berfungsi sebagai teh untuk gangguan asma, nyeri dada pleuritik dan sekresi empedu."Kegunaan lain, teh ganja yang diolah dengan daun ganja kering, secara rekreasional dikonsumsi untuk meningkatkan rasa kesejahteraan.

Dari penjelasan atau dari beberapa informasi di atas terkait ganja sebagai obat memang sudah lama digunakan masyarakat kita

34 https://www.bbc.com/Indonesia/Indonesia-51441909 di akses pada tanggal 13 desember 2021, 15.00 WIB

(38)

khususnya di aceh dan maluku, lantas bagaimana ganja sebagai obat tradisional khususnya di era sekarang mengingat bahwa ganja dilarang penggunaannya mulai dari akar batang hingga daun atau dengan kata lain bahwa di larang penggunaannya di dalam peraturan yang ada di Indonesia.35

C. Pemanfaatan Ganja Sebagai Obat di Berbagai Negara

Di beberapa negara telah berani memanfaatkan ganja untuk kepentingan yang sesuai dengan negaranya masing-masing ada yang memanfaatkannya untuk kepentingan medis, di ekspor bahkan ada yang melegalkannya untuk digunakan dengan batas-batas yang telah di tentukan oleh peraturan negara itu sendiri. Namun walaupun demikian penulis hanya akan mencoba memaparkan beberapa negara yang penggunaan ganja lebih ditujukan atau difokuskan sebagai obat-obatan atau pengobatan medis, adapun negara-negara itu sebagai berikut:

1. Korea Selatan

Negeri Ginseng atau Korea selatan menjadi negara yang pertama di Asia Timur untuk maju selangkah dalam hal melegalkan ganja untuk keperluan medis. Hal itu mereka terapkan sejak November 2018. Akan tetapi saat ini hanya ada beberapa turunan ganja yang diizinkan untuk digunakan, misalnya Sativex dan Epidiolex. Tetapi penggunaannya hanya diizinkan pada pasien- pasien tertentu yang dinyatakan memenuhi persyaratan. Harus diingat dan ditekankan disini bahwa untuk penggunaan rekreasi, Korea Selatan masih memberlakukan pelarangan keras, dengan menerapkan ancaman hukuman penjara atau denda berat. Dalam

35 Undang-undang nomor 35 tahun 2009

(39)

persidangan di Mahkamah Konstitusi yang berlangsung pada 12 Oktober 2021, Sung Seok Kang dari Korean Cannabis Organization menjelaskan mengenai perubahan kebijakan di Korea Selatan terkait dengan ganja untuk kepentingan kesehatan. Perubahan ini terjadi pada 2019 setelah sekelompok ahli menyusun rekomendasi perubahan kebijakan kepada Parlemen Korea Selatan untuk membolehkan penggunaan ganja untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Rekomendasi tersebut akhirnya disetujui dengan melalui amandemen terhadap Undang-Undang Narkotika yang memperbolehkan penggunaan ganja untuk kepentingan kesehatan.

Pemerintah Korea Selatan lalu bergerak cepat dengan menyusun peraturan mengenai mekanisme lembaga pemerintah tertentu yang dapat mengeluarkan ijin bagi praktisi medis untuk memberikan resep obat ganja medis kepada pasien termasuk menunjuk farmasi atau toko obat tertentu yang dapat menebuskan resep atau tempat yang diperbolehkan untuk menjual obat tersebut, sehingga penggunaan ganja medis tetap dapat terkontrol oleh Pemerintah. Menurut Sung, orang-orang yang membeli ganja medis dengan tidak sesuai prosedur dan resep dokter akan tetap dianggap melanggar UU Narkotika Korea Selatan.36

2. Thailand

Thailand juga melakukan hal untuk mengeluarkan peraturan melegalkan penggunaan ganja untuk keperluan medis ditahun yang sama sejak 2018 akan tetapi kepemilikan, penanaman, atau pengangkutan ganja yang mencapai 10 kilogram di Thailand dapat

36https://ngertihukum.id/berkaca-dari-pemanfaatan-ganja-untuk-kepentingan- kesehatan-di-korea-selatan-dan-thailand/ diakses pada tanggal 20 Desember 2021, 20.25 WIB

(40)

berakibat penjara hingga lima tahun atau denda. Di negara itu, ganja banyak dijual bebas terutama di kawasan yang banyak dikunjungi wisatawan. Thailand hanya melegalisasi penggunaan cannabis atau ganja untuk medis sebagai obat lini kedua, setelah pengobatan lini pertama tidak berhasil. Selain itu, pemerintah Thailand hanya mengizinkan lembaga pemerintah yang sudah diberikan izin untuk penanaman, produksi, dan pemanfaatan cannabis medis untuk pasien.

Hal itu disampaikan Kepala Pusat Pengobatan Tradisional dan Herbal Thailand yang berbasis di Pusat Bukti di Rumah Sakit Chao Phya Abhaibhubejhr Dokter Pakakrong Kwankhao dalam sidang lanjutan pengujian Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika di ruang sidang Mahkamah Konstitusi (MK), "Thailand memiliki produk Cannabis medis dan dimasukan ke daftar obat-obatan esensial nasional.

Jika pasien memenuhi syarat atau indikasi medis, mereka akan mendapatkan obat-obatan tersebut dari rumah sakit atau fasilitas layanan kesehatan," ujarnya dalam sidang yang diketuai oleh Hakim MK Anwar Usman. Penggunaan cannabis untuk medis, sambungnya, diberikan pada pasien dalam perawatan paliatif, epilepsi, parkinson, atau gangguan saraf seperti Sklerosis ganda.

Setiap rumah sakit di Thailand membuka pelayanan obat-obatan cannabis untuk medis di bawah pengawasan.

Dokter maupun profesional medis perlu melaporkan efekivitas dan keamanan produk pada Badan Pengawas Obat dan Makanan Thailand. Ia menambahkan, bahwa pemantauan juga dilakukan seperti efeknya terhadap pasien apabila dosis ditingkatkan.

Selain untuk tujuan medis, Thailand menggunakan cannabis untuk produk-produk lainnya seperti obat tradisional. "Untuk meningkatkan

(41)

keamanan masyarakat Kementerian Kesehatan publik di Thailand menugaskan departemen layanan kesehatan medis untuk menerbitkan pedoman ekstrak cannabis medis juga departemen obat-obatan tradisional Thailand". Thailand melegalisasi cannabis untuk tujuan medis dan penelitian sejak Februari 2019. Setahun kemudian, otoritas setempat mengeluarkan batang, tangkai, dan akar dari tanaman tersebut bersama dengan Cannabidiol (CBD), senyawa pada tanaman ganja yang umumnya digunakan untuk oil atau minyak dan Tetrahidrokanabinol (THC) yang merupakan senyawa utama dari ganja, dari daftar kategori narkotika.37

3. Israel

Israel menjadi tempat pertama penelitian terkait ganja dilakukan. Tidak heran jika Israel memiliki program menjadikan ganja sebagai satu obat medis yang kuat. Untuk penggunaan secara pribadi juga diberikan kelonggaran, asalkan digunakan benar-benar di lingkungan pribadi. Jika melanggar, maka ada hukuman denda dan tuntutan pidana bagi pelanggar berulang.

4. Paraguay

Paraguay mengeluarkan lisensi ganja medis pertamanya pada bulan Februari, menandai titik balik utama bagi negara penghasil ganja sambil mengajukan pertanyaan tentang pendekatannya dalam memerangi budidaya ilegal. Dua belas perusahaan farmasi miliki diterima izin untuk mengimpor benih untuk budidaya dan penjualan produk ganja obat, yang mungkin dapat dilakukan oleh pasien yang memenuhi syarat mendapatkan bebas.

37https://mediaIndonesia.com/megapolitan/439360/ahli-thailand-perbolehkan- ganja-untuk-pengobatan-lini-kedua diakses pada tanggal 20 Desember 2021, 14.30 WIB

(42)

Insight Victor Rios mengatakan bahwa "Kami berbicara tentang begitu banyak keluarga yang menderita penyakit ringan”, senator yang mensponsori RUU tersebut. “Dan banyak orang yang menderita adalah anak-anak. Mereka tidak punya cara untuk mengakses obat. "

Paraguay adalah produsen utama ganja ilegal di kawasan itu.

Antara 5000 dan 8000 hektar dibudidayakan di negara itu, kata Sekretariat Anti-Narkoba Nasional (Secretaría Nacional Antidrogas - SENAD). Paraguay juga merupakan salah satu negara paling timpang di dunia, dengan hampir 40% penduduknya hidup dalam kemiskinan.

Sebagian besar perkebunan ilegal dimiliki oleh petani miskin, kata pejabat SENAD, dan banyak dari mereka berusaha menambah hasil kedelai dan jagung, dua ekspor utama Paraguay. Dan dengan kurang dari satu persen populasi yang menggunakan mariyuana, sekitar 77 persen ditemukan di Brasil. 20 persen lainnya melintasi perbatasan selatan negara itu ke Argentina.

SENAD memfokuskan sebagian besar upayanya pada pemberantasan tanaman, yang melibatkan pengawasan udara dan penggerebekan di perkebunan dan peralatan pengepakan. Pada 2017, Paraguay menduduki puncak daftar negara untuk tanaman ganja yang paling banyak diberantas. Selama setahun terakhir, dia melaporkan pemusnahan lebih dari 1300 hektar hingga September.

Selama dua tahun, butuh mempersiapkan Paraguay untuk kedatangan industri ganja medis yang berhasil, SENAD juga telah mengembangkan strategi lain untuk mengatasi mariyuana ilegal, beberapa di antaranya lebih berfokus pada kesehatan masyarakat dan bantuan ekonomi. “Dalam konteks program pengembangan alternatif,” kata juru bicara SENAD, “kami percaya bahwa ganja

(43)

medis dapat menjadi andalan. Jelas, kita tidak berbicara tentang produksi tradisional, tetapi produksi yang dikendalikan dengan peraturan khusus.

Batch pertama dari lisensi ganja medis menunjukkan bahwa pemerintah Paraguay bergerak dari pemahaman kriminal murni tentang ganja ke pandangan kesehatan masyarakat, tetapi pertanyaan tetap mengenai pendekatannya. Dengan melisensikan semua lisensi ganja medis kepada perusahaan farmasi mapan, bukan petani miskin yang menanam ganja ilegal, pemerintah telah kehilangan kesempatan untuk menyelesaikan dua masalah sekaligus.

Para petani dapat memperoleh keuntungan finansial dari industri ganja medis yang berkembang pesat, dan pemerintah dapat memperoleh manfaat dari mengintegrasikan para petani ini ke dalam sistem peraturan hukum yang, secara teori, akan mengurangi biaya untuk menghancurkan perkebunan mereka. “Yang terjadi adalah pemerintah melihat ini sebagai peluang bisnis bagi teman-temannya.

Fokusnya seharusnya pada kesehatan masyarakat. Sebuah tujuan kemanusiaan ”, kata senator itu. Dia menambahkan, "Hampir tidak ada hubungan antara apa yang dilakukan pemerintah dan RUU yang kami promosikan di Kongres."

Hendry Edward CEO dari perusahan Paraguay Improlabs berpendapat bahwa “Karena sebagian besar izin hanya dikeluarkan untuk perusahaan farmasi lokal yang sehat secara ekonomi, ini seharusnya tidak menghalangi industri untuk bergerak maju”38

5. Lebanon

38https://id.cannabis-mag.com/le-paraguay-delivre-les-12-premieres-licences-de- production-de-cannabis-medical/ diakses pada tanggal 20 Desember 2021, 12.25 WIB

(44)

Ganja menjadi produk yang dilarang di negara Lebanon sejak 1926, namun di negara itu penanaman atau budi daya ganja masih dilegalkan, pada April 2020 Lebanon mengeluarkan Undang- Undang yang melegalkan penanaman ganja medis dan rami.

Sementara untuk penggunaan pribadi, sebenarnya itu terlarang dan melanggar hukum namun hukum jarang ditegakkan di sana.

Parlemen Lebanon pada Selasa 21 april 2020 mengesahkan izin menanam ganja atau Mariyuana (Cannabis sativa). Izin ini dikeluarkan oleh pemerintah atau Parlemen Lebanon dan kemudian disahkan untuk kebutuhan medis.

Langkah itu dilakukan karena banyak pihak meyakini ekspor produk turunan ganja berpotensi dapat membantu perekonomian negara, hal ini karena Lebanon saat ini butuh banyak suntikan dana untuk keluar dari krisis ekonomi yang kemudian juga diperparah dengan pandemi virus corona. Meskipun menanam ganja sempat ilegal di Lebanon, mariyuana banyak ditemukan di lahan subur Lembah Bekaa "Keputusan parlemen didorong oleh motif ekonomi, bukan kepentingan lain," kata Alain Aoun, anggota dewan senior Partai Gerakan Patriot Bebas (Free Patriotic Movement) salah satu partai yang ada di Lebanon yang didirikan oleh Presiden Michel Aoun.

Keputusan itu dinilai dapat meningkatkan pendapatan negara dan mengembangkan sektor pertanian di Lebanon, Langkah ini dilakukan sembari mengesahkan sejumlah lahan pertanian ganja yang ilegal ini dikarenakan adanya masalah ekonomi yang melanda dan mereka mengganggap ini salah satu solusi untuk keluar dari masalah ini dan juga agar dapat memanfaatkan lahan ilegal tersebut.

(45)

Walaupun demikian, Hizbullah, kelompok Islam Syiah di Lebanon yang didukung Iran, menjadi satu-satunya pihak yang menentang rancangan undang-undang legalisasi pertanian ganja.

Akan tetapi, rancangan itu telah disetujui dan disahkan jadi undang- undang pada Selasa 22 April 2020. Usulan legalisasi penanaman ganja demi menghasilkan obat bernilai tambah tinggi yang dapat diekspor pernah dibahas dalam laporan McKinsey, konsultan asal Amerika Serikat yang ditugaskan Lebanon membuat analisis mengenai isu tersebut pada 2018.

Kepolisian Lebanon bulan lalu menghancurkan 25 ton Hashish, produk turunan Mariyuana, yang akan diselundupkan ke negara di Afrika. Barang itu jadi sitaan terbesar yang pernah diamankan aparat di Lebanon.39

6. Belanda

Negara Belanda ganja tidak dianggap sebagai sebuah ancaman melainkan sumber pemasukan negara. Oleh karenanya, siapapun yang ada di negara ini baik warga negara belanda maupun tidak dapat membeli dan menggunakan ganja asalkan orang tersebut menggunakan disana. Tidak hanya anak muda bahkan pasangan kakek-nenek disana juga menjadi pemandangan yang sering kita jumpai di coffee shops. Kementerian Kesehatan, Kementerian Keadilan, dan Kementerian Dalam Negeri Belanda memberikan laporan yang menarik mengenai fenomena coffee shops. Mereka sepakat bahwa cara paling ampuh untuk melepas ketergantungan dari organisasi kriminal adalah dengan meregulasi sistem pertanian ganja. Selain itu, laporan ini juga menyatakan kesuksesan sistem

39https://www.suara.com/news/2020/04/22/154935/lebanon-legalkan-bertani-ganja- untuk-kebutuhan-medis diakses pada tanggal 20 Desember 2021, 15.15 WIB

(46)

coffee shops dalam mencegah masyarakat untuk menyalahgunakan

"hard drugs".

Belanda memberlakukan dekriminalisasi penggunaan Cannabis (ganja) yang bertujuan untuk menjaga penggunaan Cannabis dari akses Cannabis yang tidak aman dan narkotika jenis lain yang berbahaya. Program tersebut dilaksanakan dengan menyediakan metadon, ruang konsumsi khusus dan program penggantian jarum suntik. Hasil dari pengurangan dampak baru narkotik ini adalah menurunnya angka pengguna narkotika di Eropa, Belanda tercatat menjadi negara dengan jumlah pengguna narkotika terendah di Eropa. 25,7% Penduduk Belanda menyatakan pernah mencoba Cannabis namun tidak membuat mereka menjadi pengguna narkotika lainnya. Belanda juga tercatat sebagai negara dengan jumlah pengguna narkotika yang terinfeksi HIV terendah di Eropa.

Peredaraan ganja di Belanda sejauh ini tidak ada aturan yang menyatakan ganja legal sepenuhnya. Bahkan, revisi tahun 1976 terhadap UU Opium Belanda menempatkan ganja ke dalam status ilegal dan ada ancaman hukuman bagi produsen, penjual, serta penggunanya. Tetapi pemerintah Belanda meregulasi ganja yang dapat digunakan atau dikonsumsi oleh masyarakat. Alasan pemerintah Belanda lebih pada langkah pragmatis untuk mengontrol ganja dan hashish yang tertuang dalam buku Introduction to Dutch Law terbitan Kluwer International (1999).

Meski begitu, bukan berarti pemerintah Belanda benar-benar membebaskan penggunaan ganja, pengedaran yang sistematis, serta ekspor-impor, pelakunya akan tetap dapat dipenjara. Pemerintah Belanda membuat pengawasan yang sangat ketat terhadap peredaran drugs. Remaja di bawah umur 18 tahun, bahkan tidak bisa

Referensi

Dokumen terkait

pada konduktor jangkar yang ditempatkan dalam suatu medan magnet adalah :. Yon rijono, op.cit,

Dalam analisis ini dimaksudkan untuk mengolah data yang diperoleh dari penelitian lapangan, setelah data-data yang diperlukan telah dapat dikumpulkan, maka langkah

Pemerintahan Daerah namun dalam perjalanannya dengan masih terlalu kompleksnya pengarturan tentang pemerintahan daerah dalam UU tersebut maka pengaturan tentang Pilkada, Desa,

Judul Penelitian : Titik Kesetimbangan Model Matematika pada Mekanisme Respon Imun Terhadap Infeksi Mikobakterium Tuberkulosis di Paru-paru Menyatakan dengan sebenar – benarnya

“ Diskresi adalah Keputusan dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam

Setelah mengikuti pembelajaran praktek kebidanan komunitas selama 3 minggu, mahasiswa diharapkan mampu mengelola, membina dan memberikan pelayanan kebidanan di komunitas dengan

Adapun teknik pengumpulan data dari penelitian ini berupa pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder, pengumpulan data primer meliputi (1) observasi yaitu

Analisis kurikulum dilakukan melalui tahapan pengkajian materi pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan standar isi