• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MAWAS DIRI TERHADAP CITRA TUBUH REMAJA PEREMPUAN PENGGUNA INSTAGRAM DI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN MAWAS DIRI TERHADAP CITRA TUBUH REMAJA PEREMPUAN PENGGUNA INSTAGRAM DI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI SKRIPSI"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun oleh:

Tiurinna Cathlin Imani NIM. G1C117004

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

2022

(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Untuk Memenuhi Sebagian dari Persayaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh:

Tiurinna Cathlin Imani NIM. G1C117004

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

2022

(3)
(4)
(5)
(6)

viii

berjudul “Hubungan Mawas Diri Terhadap Citra Tubuh Remaja Perempuan Pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi”.

Adapun penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir sekaligus syarat khusus untuk mendapatkan gelar S1 Ilmuan Psikologi.

Peneliti juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan proposal skripsi sehingga dengan sebaik- baiknya. Terima kasih Peneliti ucapkan kepada:

1. Prof. Sutrisno, M. Sc., Ph. D, selaku Rektor Universitas Jambi.

2. Dr. dr. Humaryanto, Sp.OT, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keehatan.

3. Yun Nina Ekawati, S. Psi., M.Psi., Psikolog, selaku Ketua Program Studi Psikologi Universitas Jambi.

4. Nofrans Eka Saputra, S. Psi., M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membina Peneliti selama berkuliah sebagai Mahasiswi di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

5. Siti Raudhoh S. Psi., M. Psi., Psikolog, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah berkenan memotivasi dan sabar membimbing Peneliti dalam menyusun proposal skripsi.

6. Dessy Pramudiani S. Psi., M. Psi., Psikolog, selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang berkenan memberikan motivasi dan masukan kepada Peneliti dalam menyusun proposal skripsi.

7. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi yang telah memberikan ilmu pengetahuan

(7)

ix menyelesaikan proposal skripsi.

9. Semua pihak yang bersedia mendukung dan memberikan materi dalam proposal skripsi Peneliti.

Dengan segala keterbatasan baik dalam pengalaman ataupun wawasan dari Peneliti. Peneliti dengan sepenuhnya menyadari bahwa proposal skripsi ini masihlah sangat jauh dari kata sempurna, baik dalam segi penulisan, pokok pemikiran, pembahasan sampai keproses prosedur pembuatan proposal skripsi ini.

Oleh karena itu, Peneliti senantiasa menerima kritik maupun saran yang membangun sebagai masukan untuk membuat skripsi yang jauh lebih baik lagi.

Besar harapan penelitian ini dapat berguna bagi banyak orang. Atas perhatiannya Peneliti ucapkan terima kasih.

Jambi, 1 Desember 2021

Tiurinna Cathlin Imani S

(8)

ix

PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

SURAT KEASLIAN PENULISAN ... v

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACK ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Tujuan Umum ... 10

1.3.2 Tujuan Khusus ... 10

1.4 Manfaat Penelitian... 10

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 10

1.4.2 Manfaat Praktis ... 11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 11

1.6 Keaslian Penelitian ... 13

BAB 2 LANDASAN TEORI ………... 15

2.1 Mawas Diri ... 15

2.1.1 Aspek-Aspek Mawas Diri ... 16

(9)

x

2.4 Kerangka Teori ... 21

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Variabel Penelitian ... 24

3.3 Defenisi Operasional ... 25

3.4 Kerangka Konsep ... 25

3.5 Hipotesis Penelitian ... 25

3.6 Desain Penelitian ... 26

3.7 Responden Penelitian ... 26

3.7.1 Populasi Penelitian ... 26

3.7.2 Sampel Penelitian ... 27

3.8 Instrumen Penelitian ... 29

3.8.1 Blue Print Alat Ukur ... 30

3.8.1.1 Skala Mawas Diri ... 30

3.8.1.2 Skala Citra Tubuh ... 31

3.8.2 Teknik Penskalaan ... 31

3.8.3 Indeks Diskriminasi Aitem ... 32

3.8.4 Validitas dan Reliabilitas ... 32

3.8.5 Kategorisasi ... 33

3.9 Tempat & Waktu Penelitian ... 33

3.10 Sumber Data Penelitian ... 34

3.11 Teknik Analisis Data ... 34

3.11.1 Analisis Deskriptif ... 34

3.11.2 Uji Asumsi ... 35

(10)

xi

BAB 4 Hasil dan Pembahasan ... 40

4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ... 40

4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

4.3 Hasil dan Alat Ukur Final ... 41

4.3.1 Skala Mawas Diri ... 42

4.3.2 Skala Citra Tubuh... 43

4.4 Deskripsi Responden Penelitian ... 45

4.5 Hasil Deskripsi Data Peneltitian ... 45

4.5.1 Deskripsi Data Penelitian Variabel Mawas Diri ... 45

4.5.2 Deskripsi Data Penelitian Variabel Citra Tubuh ... 48

4.6 Uji Kolerasional ... 49

4.6.1 Uji Normalitas ... 49

4.6.2 Uji Linearitas ... 50

4.6.3 Uji Kolerasi ... 51

4.7 Pembahasan ... 52

4.8 Keterbatasan... 56

BAB 5 Kesimpulan dan Saran ... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 64

(11)

xii

Tabel 1.3 Akun yang diikuti Remaja Jambi ... 3

Tabel 1.4 Tabel Penelitian yang Serupa ... 12

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 25

Tabel 3.2 Tabel Sampel Penelitian ... 29

Tabel 3.3 Blueprint Skala Mawas Diri (self-compassion) ... 30

Tabel 3.4 Blueprint Citra Tubuh (bodyimage)... 31

Tabel 3.5 Bobot Nilai Pilihan Jawaban Skala Mawas Diri (self-compassion) dan Skala Citra Tubuh (body image) ... 32

Tabel 3.6 Klarifikasi Nilai Indeks Diskriminasi Aitem ... 32

Tabel 3.7 Norma Pengkategorian Ordinal ... 33

Tabel 3.8 Tabel Kekuatan Kolerasi ... 37

Tabel 4.1 Hasil Uji Diskriminasi Item dari Variabel Mawas Diri ... 42

Tabel 4.2 Hasil Reliabilitas Akhir dari Variabel Mawas Diri ... 43

Tabel 4.3 Hasil Uji Diskriminasi Item dari Variabel Citra Tubuh ... 44

Tabel 4.4 Hasil Reliabilitas Akhir dari Variabel Citra Tubuh ... 44

Tabel 4.5 Distribusi Responden di FKIK UNJA ... 45

Tabel 4.6 Dekripsi Statistik Variabel Mawas Diri... 46

Tabel 4.7 Gambaran Mawas Diri Remaja Perempuan di FKIK UNJA ... 46

Tabel 4.8 Gambaran Mawas Diri Remaja Perempuan di FKIK UNJA ... 47

Tabel 4.9 Dekripsi Statistik Citra Tubuh ... 48

Tabel 4.10 Gambaran Citra Tubuh Remaja Perempuan di FKIK UNJA... 48

Tabel 4.11 Gambaran Citra Tubuh Remaja Perempuan di FKIK UNJA... 49

Tabel 4.12 Uji Normalitas ... 50

Tabel 4.13 Uji Linearitas... 50

Tabel 4.14 Uji Kolerasi ... 51

(12)

xiii

(13)

xiv

Lampiran 4 Skala Mawas Diri dan Citra Tubuh ... 76

Lampiran 5 Bukti Validator ... 79

Lampiran 6 Quisoner Penelitian ... 87

Lampiran 7 Quisioner Penelitian Daring ... 91

Lampiran 8 Hasil Skala Mawas Diri dan Citra Tubuh... 93

Lampiran 9 Identitas Validator ... 102

Lampiran 10 Turnitin ... 106

Lampiran 11 Hasil Olah Statistika ... 109

(14)

xii

Siti Patimah. Peneliti lulusan dari TK, SD, SMP, SMA di Yayasan Pendidikan Unggul Sakti yang melanjutkan studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi pada tahun 2017.

Selama perkuliahan peneliti pernah aktif dalam beberapa kegiatan organisasi di Ikatan Mahasiswa Psikologi (IMA) sebagai anggota departemen media dan infromasi selama dua periode. Peneliti juga mengikuti organisasi Majelis Aspirasi Mahasiswa (MAM) sebagai anggota departemen media dan informasi selama satu periode. Peneliti juga ikut berpartisipasi dalam kepanitian kampus seperti Inaugurasi, Dies Natalis dan Upgrading.

(15)

xiv

1Program Studi Psikologi, Universitas Jambi/tiurinnacathlin@gmail.com

2Program Studi Psikologi, Universitas Jambi/siti_raudhoh @unja.ac.id

3Program Studi Psikologi, Universitas Jambi/dessy.79_psikologi@unja.ac.id

ABSTRAK

Latar Belakang : Rasa tidak puas pada citra tubuh muncul dari pengguna Instagram yang didominasi oleh remaja perempuan. Rasa tidak puas dan keinginan untuk diterima oleh pengguna Instagram lain tersebut merupakan bentuk kurangnya salah satu bagian dari mawas diri pada diri seseorang.

Tujuan : Melihat adakah hubungan antara mawas diri dan citra tubuh pada remaja pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

Metode : Metode penelitian kuantitatif crossectional. Populasi mahasiswi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi dengan total sampel 93 orang menggunakan teknik stratifikasi proposional. Skala disebarkan secara langsung dan daring. Analisis data menggunakan spearman’s correlation.

Hasil : Hubungan antara mawas diri dan citra tubuh pada remaja pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi menghasilkan kolerasi positif lemah dengan nilai r sebesar 0,363 p value <0,001.

Kesimpulan dan Saran : Mawas diri memiliki hubungan positif dengan citra tubuh Oleh karena itu, mahasiswi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi disarankan untuk meningkatkan rasa cinta pada citra tubuhnya sendiri.

Kata Kunci : Mawas diri, citra tubuh, remaja perempuan, pengguna Instagram.

(16)

xv

1Psychology Study Program, University Jambi/tiurinnacathlin@gmail.com

2Psychology Study Program, University of Jambi /siti_raudhoh @unja.ac.id

3Psychology Study Program, University of Jambi/dessy.79_psikologi@unja.ac.id

ABSTRACT

Background : Dissatisfaction with body image arises from Instagram user dominated by teenage girls. Dissatisfaction and desire to be accepted by other Instagram user.

The other is a form of lack of one part of self-compassion.

Aim : Seeing if there is a relationship between self-compassion and body image in adolescent Instagram user at the Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Jambi.

Method : Quantitative research methods crossectional. The population of female students at the Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Jambi with total sample of 93 used proportional stratification technique. Scales are deployed in person and online. Data analysis using spearman’s correlation.

Results : Relationship between self-compassion and body image in adolescent Instagram users in the Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Jambi, resulted in a weak positive correlation with an r value of 0.363 pvalue <0,001.

Conclusions and recommendations : Self-compassion has a positive relationship with body image. Therefore, female students at the Faculty of Medicine and Health Sciences, Jambi University are advised to increase their love for their own body image.

Keywords: Self-compassion, body image, Adolescent, Instagram users.

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Perkembangan teknologi membuat masyarakat mudah dalam mengakses berbagai hal. Salah satunya memanfaatkan tekonologi sebagai pengguna internet.

Hamzah (2021) menjelaskan bahwa pengguna internet sudah masuk dalam berbagai kalangan baik dari segi pebisnis, pemerintahan ataupun sarana hiburan. Hal ini membuat para pengguna internet senantiasa mengakses berbagai informasi berupa tren didalam berbagai bidang. Tentunnya sangat membantu para penggunanya untuk tetap bisa mengikuti tren terbaru mengenai segala hal dibidang yang mereka sukai.

Berdasarkan data dari Social Media Platform (Hootsuite) pada tahun 2020 terdapat setidaknya 160 juta pengguna aktif sosial media. 79% diantaranya merupakan pengguna aktif Instagram yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Gambaran Pengguna Aktif Instagram tahun 2020 Gambaran Pengguna Instagram Kategori

Pengguna Bukan Pengguna

% %

Umur

15– 19 tahun 91 9

20-24 tahun 88.5 11.5

Jenis Kelamin

Perempuan 50,8 Laki-laki 49,2

Sumber:Social Media Platform (Hootsuite)2020

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pengguna Instagram yang memiliki setidaknya 160 juta pengguna aktif ternyata didominasi oleh perempuan dengan tingkat presentase sebesar 50,8 % sedangkan, berdasarkan usia pengguna Instagram didominasi oleh usia 15 sampai 24 tahun.

(18)

Adapun survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2019 mencatat setidaknya ada 2.385.325 pengguna internet di Jambi didominasi oleh rentang usia pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.2 Gambaran Pengguna Aktif Internet di Jambi tahun 2019 Gambaran Pengguna Instagram Kategori

Pengguna

% Umur

5-9 tahun 8,24 10-14 tahun 8,31 15-19 tahun 8,29 70-74 tahun 1,86

Sumber:Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2019

Dari data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pengguna internet di Kota Jambi kebanyakan didominasi dengan rentang usia 10 sampai 19 tahun. Rentang usia 10 sampai 19 tahun dengan besar presentase diatas 8 %.

Hasil kuisioner pada tanggal 2 Januari 2021 melalui survei daring mengungkapkan bahwa remaja di Jambi menggunakan Instagram dengan durasi waktu pemakaian kurang lebih dimulai dari 1–10 jam dalam sehari. Hal ini dipengaruhi oleh suasana hati (mood) ataupun tergantung waktu luang yang mereka punya pada saat itu. Lamanya penggunaan aplikasi Instagram dapat dilihat pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada narasumber TNW dibawah ini.

“Sering sih hehehe, kek misalnya kek ada waktu segang tuh dak pokoknyo tuh aku main instagram gitu aku buka – buka gitu. Apo lagikan online, sekarangkan kuliah online kan jarang ada kegiatan gitu kan. Buka instagram… Kalau dijamin bisa sampai 10 jam lah dak… Kadang lebih sih, bisa kurang bisa lebih” T N W (21 tahun)- diwawancarai pada 5 Februari 2021 pada jam 19.56

Dalam artikel “Eksistensi di Media Sosial di Kalangan Masyarakat” (2020) menjelaskan bahwa Instagram berupa aplikasi yang membuat sebuah akun lalu saling mengikuti satu sama lain. Akun tersebut saling berkomunikasi baik dalam bentuk pemberian tanda suka, bertukar pesan ataupun meninggalkan komentar di postingan yang telah diunggah oleh penggunanya. Adapun beberapa cara agar tetap eksis di

(19)

Instagram bisa berupa menggunakan tagar (#) saat mengunggah foto, membagikan status Instastory (instastory), dan lain-lain.

Lewoleba, Reandsi dan Vianey (2020) menyatakan bahwa Instagram dipilih oleh remaja sebagai sosial media favorit dikarenakan aplikasi ini lebih fokus pada unggahan foto dan video berdurasi pendek. Berbeda dengan sosial media lain yang terfokus pada tweet, perkataan atau biasa kita sebut dengan status. Pendapat lain dari Muhammad (2020) yang membuat Instagram menarik untuk dicari karena kemudahan para penggunanya dalam berinteraksi. Interaksi sosial dalam aplikasi Instagram bisa mencangkup seluruh penjuru dunia. Instagram juga dilengkapi dengan beragam fitur tambahan seperti publikasi sosial, perlombaan, organisasi dan lain-lain.

Tentu saja sebagai salah satu aplikasi dalam bersosial media, Instagram memiliki pengaruh tergantung bagaimana sang pengguna memakai aplikasi tersebut.

Menurut Adisheha (2020) pengaruh yang muncul bisa dalam bentuk positif ataupun negatif. Dampak positif yang didapat dari Instagram selain sarana hiburan dan mendapatkan informasi terbaru adalah penggunaan aplikasi tersebut sebagai wadah dalam pembentukan identitas. Memanfaatkan beragam fitur di Instagram, remaja dapat mengumpulkan informasi tertentu yang menjadi dasar penilaian diri mereka.

Mereka bisa mengikuti beberapa akun di Instagram sebagai tokoh panutan mereka.

Hasil kuisioner pada tanggal 6 Januari 2021 melalui kuisioner daring mengungkapkan beberapa akun yang diikuti oleh remaja di Jambi sebagai berikut:

Tabel 1.3 Akun yang diikuti Remaja Jambi

Tokoh Terkenal Akun Terverifikasi Akun Tidak Terverifikasi Raffi Ahmad BKKBN Official Awshitposting

Nagita Slavina Indozone Makanan

Dr. Jieremi Adrian Menjadi Manusia Outfit of the day Cristiano Ronaldo Mata Nazjwa Mood cewek

Mobile Legend Selebriti Instagram Sumber:Kuisoner pada tanggal 6 Januari 2021

(20)

Adapun dampak negatif dari media sosial menurut Zahrany (2019) dalam artikelnya yang berjudul “Upaya menjaga kesehatan mental mahasiswa dari dampak media sosial” bisa muncul dalam bentuk perasaan iri dan tidak percaya diri. Banyak pengguna akhirnya memiliki obsesi agar terlihat sama dengan apa yang ia lihat disosial media. Pengguna yang merasa bahwa dirinya tidak dapat memenuhi standar ideal tersebut cenderung mengalami ketidakpuasan yang dapat merusak kesejahteraan fisik dan psikologis mereka (NEDC, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Royal Society for Public Health dengan judul “#StatusOfMind” (2017), Instagram disebutkan sebagai sosial media yang memiliki dampak paling buruk pada remaja dibandingkan dengan sosial media lainnya. Popularitas Instagram dan perannya dalam pembentukan identitas remaja menjadi salah satu sebab gejala depresi, kecemasan, tekanan psiklogis sampai keinginan untuk bunuh diri muncul di diri remaja. Menurut Wood dan Scoot (2016) remaja yang menggunakan sosial media cenderung memiliki harga diri (self-esteem) yang rendah. Adapun harga diri (self-esteem) pada remaja pengguna Instagram berkaitan dengan sejauh mana mereka memandang apakah dirinya itu sudah cukup berharga.

Aristantya dan Helmi (2019) menyebutkan adanya hal baru yang muncul dari kepopuleran aplikasi Instagram yaitu kemunculan banyak tokoh berpengaruh seperti selebriti Instagram. Kemunculan tokoh tersebut yang dimanfaatkan industri kecantikan sebagai media iklan dan ajang promosi. Hal ini membuat para penggunanya mengikuti tokoh-tokoh tersebut sehingga memunculkan fenomena tubuh ideal (body goals). Aristantya dan Helmi (2019) dari penelitiannya mendapatkan fakta bahwa banyak pengguna Instagram, khususnya wanita merasakan ketidakpuasan terhadap tubuh mereka sendiri (body dissatisfaction). Borwn dan Tiggemann (2016) menyatakan bahwa bagaimana cara selebriti menggambarkan tubuh ideal (body goals) dapat merusak gambaran citra tubuh (body image) pada diri seseorang. Selain itu gambar–gambar mengenai tubuh ideal (body goals) para

(21)

selebriti dapat menyebabkan peningkatan suasana hati (mood) negatif juga penurunan harga diri (self-esteem).

Pengaruh Fenomena fenomena tubuh ideal (body goals) mempengaruhi remaja dalam memandang citra tubuh (body image) mereka sendiri. Savira dan Yuningsih (2020) menyebutkan bahwa citra tubuh (body image) terbentuk dari pandangan seseorang mengenai bentuk tubuh ideal berdasarkan pemikiran mereka sendiri. Pemikiran tersebut bisa berasal dari pendapat pribadi ataupun orang lain.

Oleh karena itu kebanyakan orang berusaha membentuk tubuh ideal mereka berdasarkan prinsip idealnya sendiri ataupun terpengaruh pandangan ideal yang sedang diikuti banyak orang (mayoritas).

Santrock (2009) secara umum menjelaskan masa remaja dimulai dari usia 13–

21 tahun. Terdiri dari remaja awal atau early adolescence (13–16/17 tahun) remaja tengah atau middle adolescence (16/17–18 tahun) dan remaja akhir atau late adolescence (19–21 tahun). Remaja adalah masa dimana seseorang mengalami perubahan yang diistilahkan sebagai topan (storm) dan tekanan (stress) (Santrock,2009). Hartini (2017) mengungkapkan perubahan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan produksi hormon. Peningkatan produksi hormon juga menjadi salah satu penyebab perubahan bentuk tubuh pada remaja.

Jannah (2017) menjelaskan bahwa perubahan fisik remaja bisa dilihat dalam bentuk proporsi tubuh. Misalnya, bagian tubuh tertentu yang dulunya terlihat kecil berubah menjadi besar. Hal tersebut tampak terlihat jelas pada bagian tangan dan kaki yang kadang tak terlihat proposional. Perubahan lain bisa muncul pada area wajah dikarenakan terjadi perubahan struktur kerangka juga pertumbuhan jaringan-jaringan otot disana. Tinggi rata-rata remaja perempuan bisa mencapai 162,56 cm sedangkan tinggi rata-rata remaja laki-laki bisa mencapai 175,26 cm.

Rahmadiyanti (2020) mengungkapkan remaja yang tidak bisa menerima perubahan bentuk tubuh mereka cenderung merasa minder dan menarik diri dari lingkungannya. Perasaan minder tersebut muncul dikarenakan muncul kesadaran

(22)

bahwa daya tarik fisik juga mempengaruhi kehidupan bersosialisasi mereka.

Keinginan tersebutlah yang mengembangkan suatu pandangan mengenai citra tubuh (body image) pada remaja didasarkan pada pandangan orang-orang terhadap tubuh mereka.

“Kadang bete sih, misalnya akukan befoto, nak bikin snap lah, terus ntar tuh ada yang bilang gendutan kok kurusan. Kita gendut salah kurus salah. Terus kadang bete dak sih dikomenin kayak kek gitu” T N W (21 tahun)- diwawancarai pada 5 Februari 2021 pada jam 19.56

“Orang – orangnya tuh kayak sering ngomong gini, kurus nian kau nih gemukin lah dikit seolah – olah mudah nian dilakukan padahal yo kalau.. misalnyo.. siapo jugo yang mau terlalu kurus”S B (21 tahun) – diwawancarai pada 21 Februari 2021 pada jam 20.20

Pada wawancara diatas, baik narasumber TNW maupun SB munjukan ada kecenderungan perasaan minder atas bentuk tubuh mereka setelah mengunggah foto diaplikasi Instagram. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Rahmadiyanti (2020) sebelumnya yang mengatakan remaja yang tidak bisa menerima perubahan bentuk tubuh mereka cenderung merasa minder, dimana perasaan minder ini juga dapat mempengaruhi kehidupan bersosialisasi dilingkungan sekitar mereka.

Merisa dan Djayusmantoko (2020) menyebutkan citra tubuh (body image) meliputi persepsi, pikiran dan perasaan seseorang dalam memandang tubuhnya.

Dimana diantaranya adalah kepuasan tubuh, kepuasan penampilan, evaluasi penampilan, orientasi penampilan, perhatian juga persepsi mengenai tubuh. Persepsi mengenai citra tubuh (body image) juga berasal dari refleksi sikap diri berdasarkan interaksi dengan orang lain.

Aristantya dan Helmi (2019) menjelaskan dalam perkembangan remaja terdapat keterikatan antara aspek fisik maupun dalam aspek perkembangan. Pada umumnya remaja ingin mempresentasikan dirinya sebaik mungkin dihadapan banyak orang, salah satunya disosial media. Hal ini juga ditunjukan oleh tingkah laku remaja dalam proses pencarian jati diri agar diterima oleh lingkungan yang ada disekitarnya

(23)

sesuai dengan tahap perkembangan Erikson yaitu, identitas vs kekaburan peran sebagai efek konflik dari peralihan masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Oleh karena itu, untuk dapat diterima oleh lingkungan yang ada disekitarnya remaja sangat memperhatikan penampilan fisik mereka. Tanpa disadari ketertarikan mereka terhadap penampilan fisik menjadi pemicu tumbuhnya perilaku membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Termasuk didalamnya pandangan remaja pada tokoh idola mereka dan prinsip memiliki tubuh ideal (body goals).

Denich dan Ifdil (2015) menjelaskan dengan hadirnya fenomena tubuh ideal (body goals) cenderung membuat individu membandingkan pemikiran mengenai tubuh dan penampilan mereka dengan penampilan ideal yang mereka bayangkan.

Mayoritas remaja lebih banyak memperhatikan penampilan dibanding aspek lain didalam diri mereka sendiri memunculkan penilaian standar tubuh ideal (body goals).

Hal ini pula yang menyebabkan citra tubuh (body image) bisa bersifat positif ataupun negatif tergantung pada bagaimana seseorang menggambarkan persepsi mengenai penampilan fisik mereka.

“Terus kalau untuk segi fisik ya mungkin kek waktu itu aku emang lagi depresi kan terus kurus banget badan aku. Ya itu dikomen juga ‘kurus banget mba,’ ‘ya ampun tulang semua badan kau ni, ada penyakit apa ?, Ya kek gitulah. Terus kalau untuk temen ada juga yang bodyshaming misalnya yang gemuk gitu kadang kan mungkin maksud mereka iseng bercanda tapi tetep aja menurut aku perihal fisik ga perlu dibercandain.” T N W (21 tahun)- diwawancarai pada 9 Februari 2022 pada jam 19.56

Pada wawancara diatas narasumber TNW mengatakan pandangan orang lain mengenai bentuk tubuhnya. Hal ini sesuai dengan apa yang Denich dan Ifdil (2015) jelaskan sebelumnya bahwa fenomena tubuh ideal (body goals) cenderung membuat individu membandingkan pemikiran mengenai tubuh dan penampilan mereka berdasarkan bayangan yang menurut mereka sesuai dengan kriteria ideal. Narasumber TNW adalah salah satu contoh dimana individu bisa menjadi korban penilaian dari fenomena tubuh ideal (body goals) oleh orang-orang yang ada disekitarnya.

(24)

Menurut Savira dan Yuningsih (2020) pandangan seseorang pada citra tubuh (body image) mereka terbagi menjadi dua. Pertama, citra tubuh (body image) positif muncul bila seseorang bisa memandang, menghargai, dan percaya diri pada bentuk tubuh mereka. Kedua, citra tubuh (body image) negatif, muncul bila seseorang merasa tidak puas dengan bentuk tubuh mereka sendiri.

“Insecure tuh pasti ada. Kan aku nak aplod poto tuh. Aku tuh pasti nengok yang bentuk badan aku yang gak nampak gendutan. kan kadang ke objektif. Kadang kita kayak ada kek gendutan ga sih? atau kadang nampak yang kurus kek gitu kan. Aku kan pasti milih yang nampak apo ya istilahnya ideal lah walaupun aslinya dak kek gitu lah” T N W (21 tahun)- diwawancarai pada 5 Februari 2021 pada jam 19.56

“Kalau fisik ih hm lebih kek postur tubuh. Dari waktu zaman SMA itu tuh aku merasa kalau memandang diri aku tuh dak seperti lainnya. Kayak kek mano orang – orang tuh berbadan kek ideal sedangkan aku tuh terlalu kurus. Kek gitu nah disitutuh udah terbentuk juga. Dan ditambah paparan instagram kan semakin gitu sih. Kek pengen gemuk pengen berisi gitu lah biar posturnya tuh bagus.” S B (21 tahun)–

diwawancarai pada 21 Februari 2021 pada jam 20.20

Wawancara yang dilakukan pada narasumber TNW dan SB menunjukan bahwa mereka merasa bahwa bentuk tubuh mereka memiliki kekurangan.

Kekurangan pada tubuh membuat mereka merasa tidak puas. Ketidakpuasan inilah yang bisa mempengaruhi bagaimana cara mereka dalam memandang citra tubuh (body image) mereka sendiri. Rasa ketidakpuasan dalam diri sendiri merupakan bentuk kurangnya salah satu bagian dari bagian mawas diri (self-compassion) pada seseorang (Rahmadani, 2014).

Neff (2018) menjelaskan bahwa mawas diri (self-compassion) adalah kemampuan seseorang dalam berbelas kasih. Mawas diri (self-compassion) merupakan upaya seseorang dalam memahami penderitaan, kegagalan, ataupun kesalahan dengan tidak menghakimi diri. Mawas diri (self-compassion) juga disebut sebagai salah satu bentuk peduli pada diri sendiri.

Akin (2011) menyebutkan salah satu fungsi mawas diri (self-compassion) sebagai sistem strategi adaptasi seseorang pada perubahan dan penataan kehidupan

(25)

dengan cara menurunkan emosi negatif yang diperoleh dari suatu permasalahan.

Setelah itu orang tersebut melakukan peningkatan emosi positif didalam dirinya.

Nasution (2018) menjelaskan bentuk dari emosi negatif tersebut diantaranya berupa sedih, kecewa, ,marah, takut, benci dan sebagainya. Sedangkan peningkatan emosi positif bisa muncul dalam bentuk kebaikan atau kepedulian pada diri sendiri maupun orang lain. Menurut Germen (2018) terdapat tiga komponen peningkatan mawas diri (self compassion), yaitu self kindness (menyadari bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna), common humanity (setiap manusia memiliki kelemahan maupun kelebihan), dan mindfulness (tidak melebihkan atau membesarkan suatu permasalahan).

Menurut Hasanah dan Hidayanti (2017) mawas diri (self-compassion), dapat membantu seseorang untuk mengenali dan menyayangi dirinya sendiri, sehingga mempermudah mereka saat menghadapi suatu kesulitan. Mawas diri (self- compassion), dapat membantu seseorang meringankan rasa terpuruk sehingga orang tersebut menjadi pribadi yang lebih terbuka pada kegagalan. Mawas diri (self- compassion), membantu remaja mampu bertahan, memahami, dan menyadari makna dari sebuah kekurangan sebagai salah satu hal yang bersifat posistif (Breines dan Chen,2012).

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi berdiri pada tanggal 19 November 2012 dengan awal program studi, yaitu; Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) dan Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK).

Selanjutnya, pada tanggal 28 Desember 2012 UNJA mendapatkan mandat berupa penugasan langsung dari Pemerintah Republik Indonesia untuk menyelenggarakan 15 Program Sarjana (S1), 5 Program Magister (S2), dan satu Program Doktor (S3). Salah satu dari 15 program sarjana tersebut adalah Program Studi Prodi Psikologi.

Keluarnya Permendikbud RI Nomor 19 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Jambi membuat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jambi secara de jure menjadi fakultas keenam di UNJA, disusul bergabungnya Program Studi Farmasi dan Program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Fakultas.

(26)

Berdasarkan penjabaran diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mencari apakah ada “Hubungan Mawas diri terhadap Citra Tubuh Remaja Pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.”

1.2 Perumusan Masalah.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dilatar belakang, maka ditentukanlah perumusan masalah penelitian ini untuk mengetahui, Apakah ada hubungan mawas diri terhadap citra tubuh remaja pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi?

1.3.Tujuan Penelitian.

1.3.1. Tujuan Penelitian Umum.

Tujuan peneliti melakukan penelitian ini untuk melihat adakah keterkaitan mawas diri (self-compassion) terhadap citra tubuh (body image) pada remaja yang menggunakan Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

1.3.2. Tujuan Penelitian Khusus.

Adapun tujuan khusus pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran mawas diri (self-compassion) remaja di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

2. Untuk mengetahui gambaran citra tubuh (body image) pengguna Instagram remaja di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

1.4. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat yang dapat peneliti berikan dari penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoritis.

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pendoman mengenai hubungan mawas diri terhadap citra tubuh remaja pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

(27)

2. Manfaat Praktis.

a. Bagi Pihak Kampus.

Pihak Kampus dapat mengetahui gambaran mawas diri (self- compassion) dari mahasiswinya dalam memandang citra tubuh (body image) mereka. Pihak Kampus juga bisa membuat program terkait mawas diri (self- compassion) dan citra tubuh (body image) untuk meningkatkan rasa cinta mahasiswi pada bentuk tubuh mereka sendiri.

b. Bagi Mahasiswi.

Mahasiswi diharapkan lebih mendalami mengenai citra tubuh (body image) dan meningkatkan rasa cinta pada bentuk tubuh mereka sendiri.

c. Bagi Peneliti.

Peneliti menemukan keterkaitan mengenai hubungan mawas diri terhadap citra tubuh remaja pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya.

Bisa menambah pengetahuan ataupun dasar penulisan penelitian karya ilmiah keterkaitan dengan ilmu Psikologi mengenai hubungan mawas diri terhadap citra tubuh remaja pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian.

Penelitian ini dilakukan untuk mecari tahu adakah hubungan mawas diri (self- compassion) terhadap citra tubuh (body image) pada remaja yang menggunakan Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. Adapun kriteria khusus yang digunakan untuk mempermudah peneliti dalam mengkategorikan subjek sebagai data penelitian haruslah memiliki akun Instagram, berusia 17 sampai 21 tahun dan terdaftar sebagai mahasiswi di Kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi serta bersedia mengisi skala yang telah diberikan.

(28)

Peneltian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif korelasional.

Dimana peneliti mencari hubungan antar variabel dengan cara mengukur indikator–

indikator variabel penelitian sehingga didapatkanlah kekuatan serta arah dari variabel tersebut. Penelitian ini memakai instrument skala penelitian guna mengukur keterkaitan antara mawas diri (self-compassion) dan variabel citra tubuh (body image) pada sampel yang dianalisa dan diproses secara akurat melalui proses statistika sehinga didapatkan sebuah kesimpulan. Adapun total sample yang peneliti ambil sebanyak 390 mahasiswi dari 2709 populasi keseluruhan mahasiswi di Kampus Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penelitian ini akan dilaksanakan mulai dari september sampai november 2022.

1.6 Keaslian Penelitian.

Keaslian penelitian sebagai bukti bahwa topik yang dilaksanakan ini bersifat asli, otentik, dan berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut beberapa penelitian yang mirip dan dapat djjadikan landasan terbentuknya penelitian ini:

Tabel 1.4 Tabel Penelitian yang Serupa.

JUDUL PENELITI VARIABEL HASIL

PENELITIAN Bagaimana Self-

Compassion Moderasi Pengaruh Media Sosial terhadap

Ketidakpuasan tubuh?

Diba Shabrina Marizka, Sri Maslihah, Anastasia Wulandari (2019)

1. Pengguna sosial media yang intens.

2. Dewasa awal.(18 sampai 40 tahun)

Adanya pengaruh antara ketidakpuasan pada tubuh akibat penggunaan sosial media yang intens.

Hal ini

mengakibatkan pengguna memiliki keinginan ringgi untuk menampilkan diri yang terbaik.

Penggunaan Media Sosial, Kebimbangan Imej Badan dan

Tingkah Laku

kecelaruan Pamakanan dalam Kalangan Awal Dewasa

Nurul Atiqah Noor Azizi, Haikal Anuar Adnan, Najwa Afiqa Roshaizad, Suzana Mohd. Hoesni, Mohd Syazwan Zainal (2020)

1. Wanita dewasa awal (18 sampai 40 tahun).

2. Pengguna sosial media.

3. Memiliki

gangguan citra tubuh ataupun gangguan pola makan.

Tidak hanya

penggunaan sosial

media yang

mempengaruhi gangguan citra tubuh ataupun pola makan pada wanita dewasa awal. Melainkan juga adanya peran budaya yang menganggap bahwa kecantikan

(29)

terletak pada wajah dan bentuk tubuh orang tersebut.

Hubungan antara perbandingan sosial dan citra tubuh pada mahasiswa pengguna media sosial Instagram

Setiwati Nur Awadiyah (2020)

1. Mahasiswa atau Mahasiswi pengguna Instagram

Setiap subjek memiliki

perbandingan sosial dan citra tubuh kategori sedang.

Dimana Mahasiswa memiliki

perbandingan yang lebih rendah dari pada Mahasiwi.

Subjek cenderung membandingkan diri dengan orang asing, selebriti dan teman terdekat.

Kontribusi Intesitas Komunikasi Sosial Media Instagram terhadap Citra Tubuh Remaja Perempuan Pelajar SMA di Denpasar

Ida Ayu Budha Brahmini, Supriyadi (2019)

1. Remaja

perempuan berusia 15 sampai 18 tahun.

2. Pelajar SMA di Denpasar.

3. Pengguna sosial media Instagram.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa semakin tinggi intensitas

penggunaan

Instagram maka semakin rendah pandangan akan citra tubuh pada dirinya.

Peran Brief CBT Terhadap Tingkat Depresi Dan Masalah Body Image Pasien Kanker Payudara Dewasa Muda

Prischa Nova dan

Elmira N.

Sumintardja (2016)

1. Perempuan berusia 18 sampai 40 tahun.

2. Pengidap kanker payudara dengan lama diagnose maksimal 2 tahun.

3. Pendidikan terakhir minimal Sekolah Menengah Atas.

brief CBT berperan secara signifikan terhadap depresi secara keseluruhan,

dan secara

marginally

significant terhadap masalah body image secara keseluruhan Peran Citra Tubuh Dan

Penerimaan Diri Terhadap Self Esteem Pada Remaja Putri di Kota Denpasar

Damayanti, A. A.

M., dan Susilawati, L. K. P. A

1. Remaja Sekolah Menengah atas.

2. Bersekolah di Denpasar.

Citra tubuh dan penerimaan diri memberikan

pengaruh sebesar 36.8% terhadap self esteem, dan 63.2%.

Citra tubuh dan penerimaan diri secara bersamasama berperan terhadap self esteem remaja putri di Kota Denpasar.

(30)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui persamaan juga perbedaan antara penelitian ini dan lima penelitian diatas. Persamaan dapat dilihat dari teori juga variabel yang digunakan yaitu, mawas diri (self-compassion) dan citra tubuh (body image) dengan penulisan judul yang berbeda-beda. Penelitan ini juga memiliki kesamaan pengunaan metode dengan menggunakan metode kuantitatif korelasional melalui kuisioner yang disebarkan ke subjek.

Perbedaan penelitian dapat dilihat dari populasi yang digunakan. Penelitian ini mengfokuskan pada subjek remaja perempuan pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. Sistem pengambilam populasi sebagai sampel penelitian menggunakan teknik stratifikasi sosial, dimana peneltian lain berfokus pada teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling.

Adapun perbedaan lainnya dari setiap penelitian diatas terletak pada tambahan variabel lain seperti komunikasi, perbandingan sosial, gangguan perilaku pola makan sampai adanya kegiatan briefing. Perbedaaan ini juga ditunjukan dari tidak adanya unsur budaya yang peneliti masukan kedalam penelitian milik peneliti.

Beberapa hal yang sudah dijelaskan sebelumnya merupakan bukti keaslian dan dapat menjelaskan bahwa penelitian ini adalah penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya yang artinya merupakan hasil karya peneliti sendiri.

(31)

15

Neff (2011) menyebutkan bahwa mawas diri (self-compassion) adalah perasaan peduli dan berupaya mendukung diri sendiri saat menghadapi suatu masalah. Mawas diri (self-compassion) menerima ketidaksuaian tersebut dengan perasaan tenang sehingga seseorang bisa membuka kasadaan diri dan mengatasi pandangan diri yang bersifat negatif. Hal ini membuat seseorang tidak selalu berlarut- larut saat menghadapi masalahnya. Ketika seseorang dalam keadaan yang sulit, orang-orang yang mengasihi diri sendiri cenderung meluangkan waktu untuk menenangkan diri.

Langkah sehat saat seseorang mengalami kesulitan dan penderitaan hidup dengan cara bermawas diri (self-compassion) (Neff, 2011). Mawas diri (self- compassion) merupakan sebuah sikap untuk sadar dan peka terhadap penderitaan yang sedang dialami oleh seseorang lalu meresponnya dengan pemahaman tanpa melakukan penghakiman, penerimaaan tanpa syarat, kehangatan dan peduli (Cleare, Gumley dan O’Connor, 2018). Hal ini diikuti dengan rasa sadar bahwa didalam kesulitan yang sedang dihadapi merupakan suatu bagian dari kehidupan manusia yang tidak sempurna dan sebagai komitmen seseorang untuk mengentaskan diri pada penderitaan (Breines dan Chen, 2012). Mawas diri (self-compassion) memungkinkan seseorang untuk meregulasi emosinya saat berhadapan dengan penderitaan (Feldman dan Kuyken, 2011).

Jadi mawas diri dapat diartikan sebagai suatu pemahaman seseorang mengenai dirinya sendiri dalam mengelolah perasaan ataupun pengalaman negatif seperti penderitaan, kegagalan, ataupun kesalahan dengan tidak menghakimi juga menghindar dari kekurangan, ketidaksempurnaan, maupun kegagalan yang telah terjadi.

(32)

2.1.1 Aspek–aspek mawas diri (self-compassion)

Adapun komponen-komponen dari mawas diri (self-compassion) menurut Neff, toth-kiraly dan Colosimo (2018) sebagai berikut:

1. Mengasihi diri vs. menghakimi diri (self-kindness vs. self-judgment).

Mawas diri (self-compassion) merupakan sikap mengasihi tanpa ada rasa atau tindakan menghakimi diri sendiri. Mengasihi diri dapat ditunjukkan dalam bentuk sikap yang ramah, lembut, pengertian, dan menyemangati diri sendiri. Individu yang mawas diri (self-compassion) cenderung bersikap hangat dan dapat menerima keadaan, serta tidak menghakimi diri atas penderitaan, kekurangan, dan kegagalan.

2. Kemanusiaan universal vs. isolasi (common humanity vs. isolation).

Mawas diri (self-compassion) merupakan sebuah kesadaran umum akan rasa kemanusiaan yang tergantung pada pola pikir seseorang saat menghadapi penderitaan atau suatu masalah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan cara menyadari dan memahami makna dari penderitaan, kegagalan, dan kesalahan. Rasa kemanusiaan ini juga melibatkan kesadaran bahwa manusia itu sejatinya tidak terlahir sempurna. Seseorang yang bermawas diri (self-compassion) melihat penderitaan, kegagalan, dan kesulitan hidup dari banyak sudut pandang, sehingga dia tidak terus terlarut dalam perasaan gagal.

3. Mindfulness vs. overidentifikasi (overidentification).

Mawas diri (self-compassion) merupakan suatu kesadaran seseorang untuk berfikir positif (mindfull) dan menghilangkan perasaan negatif (identifikasi berlebihan). Kesadaran tersebut dapat dilihat dari bagaimana seseorang terjebak dalam suatu masalah tanpa terpengaruhi pemikiran atau perasaan bahwa ia akan menderita atau gagal.

(33)

2.2 Remaja.

Andriyani (2020) menyebutkan bahwa remaja merupakan peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Seorang remaja tidak bisa disebut sebagai anak-anak juga belum bisa dikatakan dewasa. Damayanti dan Susilawati (2018) menjelaskan masa dimana seseorang mengalami perubahan baik secara fisik, psikis juga kemampuan berfikir lebih abstrak, idealistik dan logis. Adapun perkembangan emosi yang berkembang lebih kompleks dalam menjalani kehidupannya dalam bersosialisasi. Diananda (2018) menjelaskan bahwa fase remaja ini juga terdapat proses pencapaian identitas diri diiringi perkembangan dalam aspek sosial lainnya.

Remaja dapat disimpulkan sebagai masa peralihan dimana seseorang berkembang secara menyeluruh baik dari aspek fisik, psikis, kognitif maupun emosi.

Ada rentang dimana mereka tidak bisa disebut sebagai anak-anak juga belum cukup matang untuk disebut dewasa. Remaja sendiri memasuki fase pencarian jati diri dengan memaksimalkan perkembangan pada aspek perkembangannya. Hal ini pula yang membantu mereka diterima saat bersosialisasi dillingkungan masyarakat umum.

Adapun gambaran tingkah laku remaja menurut Kurt Lewin (1946) sebagai berikut:

1. Pemalu dan perasa namun remaja juga cenderung bersifat agresif dan mudah marah dikarenakan ketidakstabilan emosi mereka.

2. Merasakan konflik antara sikap, nilai, ideologi, dan gaya hidup secara terus–

menerus. Hal ini juga dipengaruhi dengan keadaan diri remaja yang berada diambang anak–anak menuju dewasa (marginal). Mereka cenderung merasa aman bersosialiasi dengan lingkungan teman sebaya.

3. Terjadi konflik sikap, nilai, dan ideologi sebagai bentuk ketegangan emosi yang terus meningkat.

4. Munculnya kecenderungan remaja untuk mengambil posisi ekstrem dan perubahan perilaku secara drastis sebagai akibat dari rasa ingin berontak ataupun tingkah laku bertentangan dengan norma masyarakat.

(34)

5. Sifat dan dorongan yang saling terbentur (konfilk) menghasilkan bentuk–

bentuk tingkah laku para remaja.

2.2.1 Perkembangan Remaja.

Adapun fase–fase remaja menurut Santrock (2009) dalam bukunya yang berjudul perkembangan remaja sebagai berikut:

1. Remaja awal atau early adolescence (13–16/17 tahun)

Biasa disebut fase pra-pubertas merupakan masa dimana tubuh remaja sedang mempersiapkan diri menuju perkembangan pesat baik secara fisik, intelektual dan karakteristik seksual. Karena banyaknya perubahan yang terjadi pada diri remaja membuat menerima perubahan keadaan fisik menjadi salah satu tugas perkembangan mereka.

2. Remaja tengah atau middle adolescence (16/17-18 tahun)

Dikenal sebagai masa pubertas dimana perkembangan seksual pada remaja berada difase puncak. Salah satunya adalah perkembangan fungsi fisiologis terkait kelenjar endoktrin. Kelenjar endoktrin mengeluarkan hormon yang mengstimulasi tubuh. Hal ini juga yang menyebabkan remaja mengalami perubahan suasana hati yang tidak menentu (perubahan mood).

3. Remaja akhir atau late adolescence (19–21 tahun)

Pada masa ini remaja sudah memasuki ambang usia dewasa dimana mereka mulai belajar mandiri dan mempersiapkan diri untuk mencapai identitas sosial, peran sosial, dan memiliki tujuan hidup. Mereka mulai mengerti norma–norma yang ada dimasyarakat, memikirkan rencana mengenai masa depan dan berusaha bersikap bijaksana. Walaupun dalam beberapa kasus ada remaja yang masih didalam pengawasan orang tua mereka sehingga sulit untuk hidup mandiri.

Menurut Sarwono (2010) perkembangan remaja bisa dalam bentuk perubahan fisik yang dimana perubahan tersebut juga mempengaruhi sisi psikologis mereka.

Perkembangan fisik tersebut bisa muncul dalam bentuk pertumbuhan tubuh (tinggi

(35)

dan berat badan), mulai berfungsinya sistem organ reproduksi, dan tumbuhnya tanda–

tanda seksual sekunder.

Sarwono (2010) berpendapat bahwa perubahan fisik inilah yang membuat remaja harus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut. Pertumbuhan yang pesat dalam salah satu bagian tubuh membuat mereka merasa tersisihkan dari teman sebaya. Demkian pula remaja juga harus belajar menghadapi haid atau ejakulasi pertama mereka.

Adapun tugas–tugas perkembangan remaja menurut Robert Havighust (1972), sebagai berikut (Sarwono, 2010:48):

1. Menerima kondisi fisik dan memanfaatkannya secara efektif.

2. Bisa menajalani komitmen dalam berhubungan dengan teman sebaya tanpa memandang gender.

3. Menerima peran sesuai dengan gender mereka sendiri.

4. Mandiri dan berusaha tidak bergantung (secara emosional) lagi pada orang dewasa ataupun orang tua.

5. Mempersiapkan rencana masa depan (karir).

6. Mempersiapkan diri terhadap jenjang kehidupan berkeluarga atau pernikahan.

7. Mempersiapkan tingkah laku sosial yang bisa dipertanggung jawabkan.

8. Mengikuti nilai ataupun etika dari tingkah laku sosial yang sudah ia tetapkan sebelumnya.

2.3 Citra tubuh (body image)

Merisa dan Djayusmantoko (2020) menyebutkan citra tubuh (body image) meliputi persepsi, pikiran dan perasaan seseorang dalam memandang tubuhnya.

Dimana diantaranya adalah kepuasan tubuh, kepuasan penampilan, evaluasi penampilan, orientasi penampilan, perhatian juga persepsi mengenai tubuh. Persepsi mengenai citra tubuh (body image) juga berasal dari refleksi sikap diri berdasarkan interaksi dengan orang lain. Citra tubuh menurut Honigam dan Castle (2004) adalah

(36)

gambaran dari kondisi mental seseorang dalam menilai serta mengukur tubuhnya dengan membandingkannya terhadap penampilan orang lain.

Pengertian citra tubuh (body image) dapat diartikan sebagai persepsi, pemikiran dan perasaan seseorang dalam menilai juga mengukur tubuhnya lalu membandingkannya dengan penampilan orang lain. Proses dalam menilai serta mengukur tersebut melibatkan kondisi mental seseorang dalam memandang bentuk tubuhnya diakhiri rasa puas atas hasil evaluasi dari penampilan diri mereka sendiri.

Adapun pandangan seseorang terhadap citra tubuh (body image) menurut Savira dan Yuningsih (2020) terbagi menjadi dua:

1. Citra tubuh (body image) positif.

Pandangan seseorang yang mampu menghargai, percaya diri dan memandang positif bentuk tubuhnya sendiri.

2. Citra tubuh (body image) negatif.

Pandangan seseorang yang merasa tidak puas dan memandang negatif tubuhnya sendiri. Hal ini menyebabkan seseorang merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya.

2.3.1. Dimensi citra tubuh (body image)

Menurut Cash (2020) terdapat lima dimensi dari citra tubuh (body image) sebagai berikut:

1. Evaluasi penampilan (apprearance evaluation).

Evaluasi penampilan (apprearance evaluation) merupakan suatu perasaan dari seseorang setelah menilai penampilannya. Bisa dalam bentuk rasa puas atau tidak puas juga perasaan sedih dan senang.

2. Orientasi penampilan (appearance orientation).

Orientasi penampilan (appearance orientation) merupakan momen dimana seseorang mencari pusat perhatian dari penampilannya sendiri. Adapun hal ini

(37)

sebagai bentuk usaha seseorang untuk memperbaiki diri atau meningkatkan penampilan yang dirasa kurang memuaskan.

3. Kepuasan terhadap bagian tubuh (body area satis faction).

Kepuasan terhadap bagian tubuh (body area satis faction) adalah rasa puas saat melihat salah satu bagian dari tubuhnya. Biasanya rasa puas ini ditunjukan pada bagian fisik seperti wajah, bahu, leher, pinggang, perut atau seluruh bagian tubuh.

4. Rasa cemas menjadi gemuk (overweight preoccupation).

Rasa cemas menjadi gemuk (overweight preoccupation) muncul sebagai rasa cemas atau ketakutan untuk terlihat gemuk. Hal ini menimbulkan kewaspadaan pada seseorang sehingga tak jarang memicu keinginan untuk mengatur pola makan.

5. Mengkategorikan ukuran tubuh (self-classified weight).

Mengkategorikan ukuran tubuh (self-classified weight) merupakan salah satu tindakan dimana seseorang menilai dan menimbang salah satu bentuk tubuhnya.

Mereka merefleksikan bagian tubuh tersebut lalu menilai apakah mereka terlalu gemuk ataupun terlalu kurus.

2.4 Kerangka Teori.

Sosial media adalah satu dari sekian banyak hal diinternet yang banyak digunakan oleh para remaja khususnya aplikasi Instagram. Adapun perkembangan remaja yang ingin mempresentasikan dirinya sebaik mungkin dihadapan banyak orang membuat mereka mencari inspirasi penampilan dari tokoh idola. Akhirnya, muncul fenomena baru seperti tubuh ideal (body goals) terjadi dikalangan remaja.

Tak jarang remaja memandang citra tubuh (body image) berdasarkan berdasarkan tubuh ideal (body goals) yang ada dimasyarakat umum.

Citra tubuh (body image) terbagi dalam lima dimensi. Dimensi citra tubuh (body image) ada dalam bentuk evaluasi penampilan (apprearance evaluation), orientasi penampilan (appearance orientation), kepuasan terhadap bagian tubuh (body area satisfaction), rasa cemas menjadi gemuk (overweight preoccupation),

(38)

mengkategorikan ukuran tubuh (self-classified weight). Seseorang akan menilai dalam sifat citra tubuh (body image) positif ataupun citra tubuh (body image) negatif yang tak jarang menimbulkan masalah berupa ketidakpercayaan diri (Insecure) pada remaja.

Oleh karena itu dibutuhkanlah mawas diri (self-compassion) sebagai bentuk perasaan peduli dan berupaya mendukung diri sendiri saat menghadapi suatu masalah yang muncul akibat dari permasalahan citra tubuh (body image) remaja. Adapun aspek yang ada pada mawas diri (self-compassion) terdiri dari mengasihi diri vs.

menghakimi diri (self-kindness vs. self-judgment), kemanusiaan universal vs. isolasi (common humanity vs. isolation), dan mindfulness vs. overidentifikasi (overidentification).

Bagan berikut akan menggambarkan alur kerangka pikir dalam penelitian ini:

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian.

SOSIAL MEDIA (Instagram)

CITRA TUBUH MAWAS DIRI

REMAJA (Pengguna)

(39)

Keterangan:

: Menunjukan ada hubungan antara satu elemen dengan elemen lain.

: Menunjukan kemungkinan adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara satu elemen dengan elemen lain.

(40)

24

Adapun pendekatan penelitian yang peneliti gunakan berupa pendekatan penelitian kuantitatif. Menurut Anzwar (2018) pendekatan penelitian kuantitatif merupakan metode pedekatan yang menekankan analisisnya pada data–data yang bersifat angka (kuantitatif). Data tersebut akan dikumpulkan melalui prosedur pengukuran dan diolah dengan menggunakan metode analisis statistika. Semua variabel yang terlibat diidentifikasi dengan jelas dan terukur. Hubungan antar variabel akan dinyatakan secara korelasional atau strukrural juga diuji seara empiris.

Penelitian yang menggunakan pendekatan kuntitatif merupakan penelitian yang berbentuk pengujian atas hipotesis (inferesial) dimana setiap hasil kesimpulan tertuju pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil.

Peneliti berharap dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif ini akan diperoleh kesimpulan berupa signifikasi hubungan antar variabel dari penelitian yang berjudul “Hubungan Mawas diri terhadap Citra Tubuh Remaja Pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.”

3.2 Variabel Penelitian.

Menurut Nasution (2017) variable adalah variasi dari sesuatu yang menjadi gejala dalam penelitian. Gejala penelitian tersebut bisa berupa sesuatu yang menjadi fokus sasaran dalam penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Gejala tersebut bisa diklarifikasi dan dikelompokan kedalam beberapa tingkatan dan menjadi variable peneltian.

1. Variabel (X) = mawas diri (self compassion) 2. Variabel (Y) = citra tubuh (body image)

(41)

3.3 Definisi Operasional.

Definisi operasional menurut Ridha (2017) adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel dalam penelitian bersifat operasional dalam pengaitannya pada proses pengukuran. Definisi operasional memungkinkan suatu konsep abstrak menjadi lebih mudah untuk diukur. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara

Ukur

Skala Hasil Ukur

Mawas diri (X)

Perasaan peduli dan berupaya mendukung diri sendiri saat menghadapi suatu masalah.

Skala Likert

Interval Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Citra tubuh

(Y)

Persepsi , pikiran dan perasaan seseorang dalam memandang tubuhnya.

Skala Likert

Interval Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

3.4 Kerangka Konsep.

X Y

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.5 Hipotesis Penelitian.

Azwar (2018) menjelaskan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan pertanyaan yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel didalam suatu penelitian. Hal ini menyebabkan hipotesis masih harus diuji kebenarannya. Adapun hipotesis yang dalam penelitian ini sebagai berikut:

Mawas diri Citra tubuh

(42)

1. Hipotesis Alternatif (Ha) : Terdapat hubungan antara mawas diri terhadap citra tubuh remaja pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kota Jambi.

2. Hipotesis Null (H0) : Tidak tedapat hubungan antara antara mawas diri terhadap citra tubuh remaja pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Kota Jambi.

Adapun cara mengetahui apakah hipotesis penelitian dapat diterima atau ditolak adalah dengan melihat hasil uji statistika LOS (Level of Significance), yaitu:

LOS < 0.01 menandakan Ho ditolak dan Ha diterima LOS > 0.01 menandakan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak (Perinatalo, 2016).

3.6 Desain Penelitian.

Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Adapun pendekatan cross-sectional menurut Periantalo (2016) dimana proses pengambilan data dilakukan dalam kurun waktu tertentu dan pendekatan penelitian korelasional yang akan melihat kemana arah serta kekuatan hubungan antar variabel sehingga data dapat diolah menjadi kesimpulan penelitian ini. Instrumen penelitian peneliti menggunakan kuisioner yang sebagian disebarkan secara langsung dan sebagian lagi disebar secara daring.

3.7 Responden Penelitian.

3.7.1. Populasi Penelitian.

Populasi menurut Periantalo (2016) merupakan hasil dari subjek yang digeneralisasikan dalam suatu penelitian. Populasipun dapat berbentuk perkembangan, daerah ataupun karakterestik pribadi. Dimana generalisasi tersebut hanya berlaku pada variabel yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi remaja di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jambi.

(43)

3.7.2. Sampel Penelitian.

Sampel menurut Periantalo (2016) adalah bagian dari populasi yang dijadikan subjek dalam memperoleh data untuk penelitian. Sampel memiliki karakteristik yang setara dengan populasi. Adapun teknik pengambilan sampel stratifikasi proporsional dimana jumlah sampel yang diambil sebagai subjek penelitian disesuaikan dengan jumlah total dari strata tersebut. Peneliti akan mengambil 10% dari setiap prodi yang ada di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jambi.

Kriteria inklusi :

1. Menggunakan aplikasi Instagram.

2. Memiliki akun utama Instagram yang aktif.

3. Berusia 17 sampai 21 tahun belum menikah.

4. Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

5. Bersedia menjadi partisipan dalam pengambilan data observasi, wawancara ataupun kuisioner.

Kriteria eksklusi:

1. Tidak menggunakan aplikasi Instagram.

2. Berusia 17 sampai 21 tahun sudah menikah.

3. Mahasiswi diluar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

4. Tidak bersedia menjadi partisipan dalam pengambilan data observasi, wawancara ataupun kuisioner.

(44)

Adapun rumus Slovin yang akan peneliti gunakan untuk memperkecil populasi adalah sebagai berikut:

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁 (𝑒)2

Dimana:

n = Sampel N = Populasi

e = Standar error (10%)

Berikut adalah perhitungan untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil menjadi subyek penelitian :

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁 (𝑒)2

𝑛 = 1493

1 + 1493 (0,04)2 𝑛 = 93

Adapun rumus yang digunakan dalam menentuan sampel disetiap strata menggunakan rumusan sebagai berikut:

𝑛𝑖 𝑁 × 𝑛 Dimana :

ni = Populasi di setiap strata/tingkatan N = Populasi Keseluruhan

N = Ukuran Sampel Keseluruhan

Sampel penelitian ini bila dimasukan kedalam rumus diatas untuk setiap prodi didapatkanlah subjek sebanyak:

(45)

Tabel 3.2. Tabel Sample Penelitian

No Prodi Angkatan Populasi Sample

1 Kedokteran 2019 111 7

2020 106 7

2021 96 6

2 Keperawatan 2019 77 5

2020 59 4

2021 81 5

3 Farmasi 2019 63 4

2020 64 4

2021 66 4

4 Psikologi 2019 59 4

2020 62 4

2021 73 5

5 Ilmu Kesehatan Masyarakat 2019 194 12

2020 181 11

2021 201 11

Total Keseluruhan 1493 93

Sumber: Staff Tata dan Usaha Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

3.8 Penelitian.

Instrumen penelitian menurut Periantalo (2016) adalah seperangkat alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Instrumen sendiri harus mencerminkan variabel yang akan diteliti. Instrumen ini sendiri akan peneliti gunakan sebagai data primer penelitian yang akan diolah menjadi kesimpulan. Instrumen yang akan peneliti gunakan adalah skala Likert dengan 5 alternatif jawaban pada setiap pernyataan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Referensi

Dokumen terkait

“...d isini jelas terlihat bagaimana kita ingin menunjukkan soal keteladanan Buya dalam hal eee... apa namanya kegilaanya dalam membaca gitu yah, ada banyak hal teladan

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan praktik kerja lapangan (magang) dan laporan praktik kerja

Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih. sebelum masa

Based on the analyses of these 28 streamflow time series and 13 artificially generated signals with known dynamics, no direct relationship between the nature of underlying

penjelasan tentang gerakan ganda hermeneutika Rahman; bagaimana kaitannya dengan pemahaman al-Qur’an sebagai satu kesatuan, membedakan antara hukum umum dan hukum khusus atau

Sehubungan hal tersebut di atas, maka Pokja akan melakukan verifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada dalam formulir isian kualifikasi dengan

Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/ menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik

keterampilan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol.. pada materi keanekaragaman makhluk hidup melalui