• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perbedaan Gender Terhadap Waktu Reaksi Terhadap Cahaya Merah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perbedaan Gender Terhadap Waktu Reaksi Terhadap Cahaya Merah."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

7

! $ / .*,,/ ,6 / 1/ %21

.6 # / 1/ (1$1

' ( )* + 5 5

5 8

1 " 8 9 8 :

5 / / /

/ 9 / / / / /

1

,-, .) )* ' 5

8 5 1

)' /) .) )* ' : : /

: : 8 8 0 31

5 1

; < α= */*>1

* .) )* ' ,? / 9 5

8 */@> 7

*/,+AA4A1 ,? 5 / 9 5

5 8 */>A 7

*/*-4>+, : 0 B */**,31

) .,* 5 8 5 5 1

(2)

7

! $ / .*,,/ 6 / 1/ %21

6 # / 1/ (1$1

!

! " # "$

% & &

α' ( ()

" # " *+

( ,) ( *-../. 0

*+

( ). ( (1/)-*

# 2( ((*$

# " 3 3

(3)

7 ,1. % : ( 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 , ,1@ ( " 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 .

.1,14 ! 9 # 11111111111111111111111111111111111111111 ,4

.1. $ & (

$ $ : ( 111111111111111111111111111111111111111111111111 ,> .1.1, 2 111111111111111111111111111111111111111111111111111111 ,+

.1.1. 2 2 11111111111111111111111111111111111111111

,-.1@ 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 .,

$ 1111111111111111111111111111111111111 .@

@1, ! / / $ 111111111111111111111111111111111111111111 .@

@1,1, ! 1111111111111111111111111111111111111111111111 .@

@1.1.1. : ) D 111111111111111111111111111 .4

(4)

C

@1.1? ( 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 .? @1.1?1, 1111111111111111111111111111111111111111111 .? @1.1?1. 11111111111111111111111111111111111111111111111111111111 .? @1.1A 11111111111111111111111111111111111111111111111111111 .?

% 11111111111111111111111111111111111111111111111111111 .A

41, 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 .A 41. $ 11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 .+ 41@ 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 .-414 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111

.-% 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 @,

>1, $ 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 @, >1. $ 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 @,

# 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 @.

(5)

C

#

" 41, 9 #

# 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 .A

(6)

C

#

.1, 111111111111111111111111111111111111111111111111 ?

.1. 11111111111111111111111111111111111111111111111111111 ?

.1@ $ & 111111111111111111111111111111111111 ,?

.14 ) 11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 ,A .1> 2 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 .*

.1? $ : 8 111111111111111111111111111 .,

.1A 111111111111111111111111111111111111111111111111111 ..

(7)

C

#

, # $ 11111111111111111 @@

. # $ 11111111111111111 @4

@ $ 0% : & 31111111111111111 @>

(8)
(9)
(10)

! " # $ %

! "# ! " ! "

"! $ %$ ! ! & ' ( " '%!% "

) *

& $' ( $% ( $' $ % ) # $

* (

+ , $

"

$$-$' $ !$''!#$- $- ( + $ #)

( # $% . ( + ( $' $ . $!#$- $- % / $' ( / % $ #

( $( $' (!,! $/ $0 ( % $ + - $' !$'+ $ ( ! % . $ ( $/ (

) +(! ) +(! % . ( $'!$%! + $ % % + +!( ( $$- / +

-+ +!( ( % . $ ( $ - $' ,!%!

+ $ ! ( . $- ( $ $ + ! ( % $' $ !$''!#$- % $ ( $.

. + $

1 $%!$'/

$' ( #! / & $' $- ( + $

$ $''!$' , ) . $ ( $/ ( . $ ( $/

2 3 2 3

+ +

44444444444 2 3

44444444444 2 3

53 ! ( . $- ( $ . (!,! $ . $ ( $ !, + $ +

(11)
(12)

! "# $

% & & " ' (# ) $ # *" # + "

+ ,

-& .& # "# " " " /

* ) - # +" # " " "

! ) - # +" # " " " (

0 ) - # *" # " " "

(13)

1

Manusia senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi ini dapat

berupa aksi dan reaksi. Aksi adalah suatu keadaan ketika seseorang memulai suatu

interaksi, sedangkan reaksi adalah suatu keadaan ketika seseorang berespon

terhadap rangsang yang bersifat disadari dan terkendali. Reaksi ini menjadi

penting apabila dihadapkan kepada berbagai keadaan yang memerlukan tindakan

yang tepat dan cepat. Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk

menjawab suatu rangsang secara sadar dan terkendali dihitung mulai saat

rangsang diberikan (Houssay, 1955). Terdapat bermacam&macam faktor yang

mempengaruhi waktu reaksi, antara lain jenis rangsang dan intensitas rangsang,

jenis kelamin, lingkungan, obat&obatan, usia, kesegaran jasmani, konsentrasi,

latihan, dan status mental (Woodworth R. S., 1961).

Oleh karena itu dilakukan penelitian ini khususnya dalam meneliti perbedaan

waktu reaksi pada pria dan wanita terhadap cahaya dengan indikator berupa

(LED) pada . Penelitian ini tidak terlepaskan dari

hubungan antara mata, saraf, sinyal, dan sistem motorik karena keempat

komponen tersebut merupakan suatu kesatuan. Mulai dari reaksi reseptor

penglihatan, pengolahan sistem informasi saraf, dan penghantaran sinyal hingga

terjadi gerak oleh sistem motorik merupakan tahapan&tahapan waktu reaksi yang

akan diukur (Woodworth R. S., 1961).

Berdasarkan latar belakang tersebut, apakah ada perbedaan waktu reaksi antara

pria dengan wanita terhadap cahaya merah.

(14)

2

Maksud penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan pada

waktu reaksi terhadap cahaya merah.

Tujuan penelitian adalah untuk menentukan adanya perbedaan waktu reaksi

terhadap cahaya merah antara pria dan wanita.

!

Manfaat akademis adalah memperluas wawasan ilmu faal tentang waktu reaksi

berdasarkan hasil penilitian ini.

Manfaat praktis adalah diharapkan dapat mengaplikasikan hasil dari penelitian

ini dalam segala aktivitas kehidupan sehari&hari setelah mengetahui ada tidaknya

pengaruh perbedaan terhadap waktu reaksi yang dihasilkan.

" # # #

Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental kuasi, bersifat komparatif

dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Data yang diukur yaitu waktu reaksi sederhana dalam milidetik. Analisis

statistik dengan menggunakan uji ‘t’ tidak berpasangan dengan α = 0.05.

$ # %

Lokasi penelitian : Ruang Laboratorium Faal,

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

(15)

3

&

'

(

%

Manusia senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi ini dapat

berupa aksi dan reaksi. Aksi adalah suatu keadaan di mana seseorang memulai

suatu interaksi, sedangkan reaksi adalah suatu keadaan di mana seseorang

menjawab suatu rangsang yang bersifat disadari dan terkendali. Reaksi ini

menjadi penting apabila dihadapkan dengan berbagai keadaan yang memerlukan

tindakan yang tepat dan cepat (Houssay, 1955).

% )

Ada beberapa definisi dari waktu reaksi yang diungkapkan para ahli, antara

lain:

1. Clifford T. Morgan: Waktu sejak adanya rangsang sampai terjadinya respon

yang diberikan organisme

2. Henry Gleitman: Interval antara hadirnya suatu signal dan respon pengamat

terhadap respon tersebut

3. J. P. Chaplin: Waktu minimum antara suatu rangsang dengan suatu respon

4. Robert S. Woodworth: Interval waktu antara suatu rangsang dengan suatu

respon

5. Schottelius: Lamanya waktu yang diperlukan untuk respon sadar pada

perangsangan panca indera

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli, dapat ditarik

kesimpulan mengenai definisi waktu reaksi yaitu waktu yang diperlukan

seseorang untuk menjawab suatu rangsangan secara sadar dan terkendali dihitung

mulai saat rangsang diberikan (Houssay, 1955).

(16)

4

Model aliran informasi pada vertebrata dapat digambarkan sebagai berikut:

Stimulus – reseptor – serabut saraf sensorik – medula spinalis – otak – serabut

saraf motorik– efektor – respon.

Respon yang diberikan oleh organisme terhadap rangsang tertentu tidak

secepat datangnya rangsang. Hal ini disebabkan karena untuk menjawab suatu

rangsang maka organ tubuh tertentu seperti penglihatan harus dirangsang untuk

menjadi aktif, kemudian impuls rangsang tersebut dihantarkan ke otak, dan

dihantarkan ke efektor. Waktu paling lama dari respon ini terjadi di otak karena

otak harus mengolah seluruh rangsang yang masuk melalui sistem sensorik dan

harus mengatur respon apa yang akan dilakukan oleh efektor (proses asosiasi).

Saat stimulus (cahaya, taktil, suara) diberikan, maka reseptor akan mengubahnya

menjadi impuls elektrokimia yang akan berjalan sepanjang serabut saraf sensorik,

masuk ke dalam sistem saraf pusat kemudian berjalan dalam serabut saraf motorik

hingga mencapai efektor. Reaksi yang hanya melibatkan stimulus, reseptor,

medula spinalis, dan efektor lebih cepat dibandingkan dengan reaksi yang

mengikutsertakan otak. Reaksi yang hanya melibatkan stimulus, reseptor, medula

spinalis, dan efektor disebut refleks (Kosinski, 2008).

*+ ,#+ % )

Perkembangan eksperimen waktu reaksi sudah berlangsung lebih dari 100

tahun. Percobaan ini diciptakan oleh seorang ahli fisiologi, Helmhotz, pada tahun

1850. Helmhotz berhasil mengukur kecepatan kondusif saraf motorik seekor katak

dengan merangsang syaraf yang terletak jauh dengan otak. Ia menyimpulkan

bahwa waktu yang diperlukan otot untuk menjawab suatu rangsangan dipengaruhi

oleh jarak yang harus ditempuh oleh rangsangan melewati serabut saraf.

Kemudian Helmhotz berharap untuk mengembangkan penelitiannya terhadap

serabut saraf sensorik manusia. Dengan menggunakan lemah, ia

merangsang kulit seseorang yang letaknya jauh dari otak dan menyuruh subyek

penelitiannya untuk meggerakkan tangannya dengan pola yang sama secepat

mungkin setelah merasakan adanya gelombang listrik pada masing&masing tempat

(17)

5

konduksi saraf, ia menemukan bahwa metode ini tidak memuaskan karena waktu

konduksi saraf sangat singkat, sedangkan keseluruhan waktu reaksi yang

diperoleh lebih lama dan bervariasi (Marc Green, 2000).

Seorang ahli astronomi dari Swiss, Hirsch (1861&1865), menggunakan

untuk mengukur waktu fisiologis pada mata, telinga, dan sensasi

raba. Ia berhasil menemukan nilai&nilai waktu reaksi sederhana (Marc Green,

2000).

Langkah selanjutnya dilakukan oleh Donders, seorang ahli fisiologi Belanda

yang pada 1868 menemukan percobaan waktu reaksi yang diketahui

memiliki waktu reaksi 100 milidetik lebih panjang dari waktu reaksi sederhana

dan perbedaan ini dianggap sebagai waktu yang diperlukan proses mental untuk

membedakan dan memilih rangsang (Marc Green, 2000).

Pada 1873, seorang fisiolog Austria, Exner, memberikan sumbangan besar

dengan menunjukkan pemberitahuan rangsang dan mengenalkan istilah “waktu

reaksi” (Marc Green, 2000).

Pada 1879, ketika Wundt membuka laboratorium psikologi pertama di

Universitas Leipzig, ia melihat bahwa Donders telah meletakkan area&area

penelitian eksperimental yang menjanjikan, yaitu waktu kerja mental. Murid&

murid Wundt membuat penelitian mengenai waktu reaksi sederhana dan

kompleks, namun tidak berhasil terutama dalam mendapatkan waktu reaksi yang

tepat untuk beberapa proses seperti perhatian, persepsi, asosiasi, dan pemilihan.

Dua dari murid&murid Wundt mendirikan suatu laboratorium yang dikhususkan

untuk penelitian suatu reaksi (Woodworth and Schloberg, 1968).

Kurple di Wurzburg, kemudian mengembangkan

(serangan introspeksi) pada reaksi sederhana dan kompleks (Woodworth and

(18)

6

- *+ ( # # #. *. +

(19)

7

/ # 0 # 1 *. % )

Waktu reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besar, faktor&

faktor ini dapat dibagi menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi organisme

dan faktor internal di dalam organisme pada saat itu. Faktor eksternal disebut juga

( ), sedangkan faktor internal disebut

( ). Pada penelitian waktu reaksi ini

disebut RT. Faktor&faktor yang mempengaruhi waktu reaksi:

1. Faktor organ perasa yang dirangsang

Sejak penelitian Hirsh (1861 – 1864), sampai saat ini telah diketahui secara

luas bahwa waktu reaksi terhadap cahaya memiliki periode laten yang lebih lama

dibandingkan waktu reaksi terhadap bunyi atau sentuhan pada kulit. Hal ini

disebabkan:

Adanya perbedaan modalitas kepekaan yang berbeda dari organ&organ

reseptor.

− Banyaknya sinaps yang terlibat dalam penghantaran impuls.

Setiap impuls rangsang yang dihantarkan dari neuron ke neuron berikutnya

akan melalui batas antarneuron ( ) yang disebut sinaps. Impuls

yang melalui sinaps tersebut membutuhkan waktu tertentu untuk dapat melewati

sinaps tersebut ( ). Karena itu, semakin banyak sinaps yang terlibat,

maka respon yang timbul akan semakin lambat. Pada taktil melibatkan 3 sinaps,

antara lain:

Kornu posterior.

Nukleus gracilis dan nukleus kuneatus.

Traktus spinotalamikus lateralis.

Skema lintasan impuls sensasi taktil:Impuls taktil → korpuskulum meisner

kornu posterior bagian ventral → substansia gelatinosa nukleus gracilis dan

nukleus kuneatus → menyilang di komisura anterior ke atas melalui lemnikus

medialis → melewati spinotalamikus ventralis → kapsula interna → korteks

(20)

8

Pada pendengaran melibatkan 4 sinaps, antara lain:

Nukleus koklearis.

Pada penglihatan melibatkan 9 sinaps, antara lain:

Sel kerucut/sel batang.

batang dengan sel bipolar → sel bipolar bersinaps dengan sel ganglion nukleus

optikus → kiasma optikus → traktus optikus → korpus genikulo lateralis →

radiatio optika → traktus genikulo kalkarina → fisura kalkarina → korteks serebri

area brodman 17, 18, 19.

2. Faktor kekuatan stimulus/intensitas rangsang

Pieron (1920) dan Luce (1986) menyimpulkan bahwa semakin lemah stimulus

(seperti cahaya yang sangat gelap) maka semakin lama waktu reaksinya.

Walaupun begitu, setelah suatu stimulus mencapai intensitas tertentu maka waktu

reaksinya akan menjadi konstan (Kosinski, 2008). Waktu reaksi akan memanjang

jika intensitas rangsang sangat lemah dan memendek jika intensitas rangsang

(21)

9

3. Faktor motivasi

Pemberian motivasi pada subyek penelitian dapat mempercepat waktu reaksi.

Hal ini dibuktikan oleh Johanson (1922). Johanson menggunakan sistem

sebagai motivasi tambahan pada subyek penelitian. !

yang digunakan adalah kejut listrik yang akan diberikan apabila waktu reaksi

subyek penelitian lambat dan nya terhindar dari kejut listrik apabila waktu

reaksi yang dihasilkannya cepat. Hal ini mendorong subyek penelitian untuk

memberikan hasil waktu reaksi yang cepat karena keinginan untuk terhindar dari

kejut listrik (Woodworth and Schloberg, 1968).

4. Faktor kesiapan

Kesiapan subyek penelitian dengan mengetahui jenis rangsang yang akan

diberikan dan juga jenis reaksi apa yang harus dilakukan akan mempercepat

waktu reaksi (Saul Stenberg, 2004).

Brebner dan Welford (1980) melaporkan bahwa waktu reaksi dari subyek akan

lebih cepat bila sudah diperingatkan bahwa rangsang akan segera datang

(Kosinski, 2008).

Ciri khas dari waktu reaksi sederhana adalah bahwa subyek penelitian

mengetahui rangsang apa yang akan diberikan dan respon apa yang harus ia

lakukan. Penelitian ini menunjukkan bahwa waktu reaksi melibatkan beberapa

proses antara lain perhatian, kesadaran, dan pemilihan. Persiapan membuat

subyek penelitian meningkatkan perhatiannya sehingga dapat mempersingkat

waktu reaksi (Woodworth and Schloberg, 1968).

5. Faktor latihan

Semakin banyak orang berlatih, semakin baik reaksinya, semakin cepat pula

waktu reaksi yang diperlukannya untuk menjawab suatu rangsang (Woodworth

and Schloberg, 1968).

Latihan akan menguntungkan karena akan membiasakan dan melatih terutama

saraf motorik dalam memberikan reaksi terhadap rangsang yang diberikan.

Apabila subyek penelitian sudah terlatih maka akan semakin cepat memberikan

(22)

10

6. Faktor usia

Faktor usia berpengaruh pada kematangan emosional dan juga faktor alat

motorik (otot) dalam memberikan reaksi. Pada anak&anak usia di bawah 3 tahun,

kesiapan mental belum tumbuh dengan baik di samping pertumbuhan otot yang

masih dini. Hal ini menyebabkan reaksi yang dihasilkan belum terintegrasi

dengan baik sehingga menjadi tidak teratur dan terpencar. Pada usia 7&8 tahun,

kematangan mental dan pertumbuhan otot sudah menjadi lebih baik dan akan

terus meningkat sampai mencapai dewasa. Hal ini mempengaruhi waktu reaksi

yang akan terus berkembang menjadi lebih cepat. Pada orang dewasa nilai waktu

reaksi tidak banyak berubah. Pada usia 60 tahun, waktu reaksi yang dihasilkan

menjadi lebih lambat. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kemampuan dalam

proses mental dan juga kemampuan otot&otot untuk memberikan reaksi. Hal ini

pernah diujicobakan pada supir&supir di Amerika (Marc Green, 2000).

7. Faktor konsentrasi

Semakin tinggi tingkat konsentrasi orang terhadap suatu rangsang, semakin

tinggi pula kepekaannya, sehingga semakin cepat pula waktu reaksinya terhadap

rangsang yang diberikan (Woodworth and Schloberg, 1968).

8. Faktor jenis kelamin

Pada usia yang sama, pria memiliki waktu reaksi yang lebih cepat

dibandingkan wanita (Woodworth and Schloberg, 1968).

Dalam studinya yang melibatkan 7400 subyek didapatkan hasil bahwa waktu

reaksi rata&rata dalam respon penekanan tombol pada rangsang cahaya adalah 220

milidetik untuk laki&laki dan 260 milidetik untuk perempuan. Walaupun begitu

hal ini bisa saja terus berubah, dilaporkan bukti bahwa kelebihan laki&laki pada

waktu reaksi pada perangsangan cahaya semakin mengecil (terutama di luar

Amerika), kemungkinan karena semakin banyak wanita yang mengemudi dan

berpartisipasi dalam olahraga yang memerlukan kecepatan. Barral dan Debu

(2004) menemukan bahwa laki&laki lebih cepat daripada perempuan dalam

membidik target, tetapi perempuan lebih tepat. Jevas dan Yan (2001) melaporkan

bahwa kemunduran waktu reaksi bagi laki&laki dan perempuan dalam

(23)

11

9. Faktor obat&obatan dan zat makanan

Obat atau zat makanan dapat mempengaruhi susunan saraf pusat baik di

serebelum, batang otak, serebrum, maupun medula spinalis (Woodworth and

Schloberg, 1968).

10. Faktor tangan kanan dan kiri

Hemisphere pada cerebrum memiliki fungsi masing&masing. Hemisphere kiri

berperan dalam bahasa dan logika, sedangkan hemisphere kanan berperan dalam

kreatifitas dan relasi ruangan atau bentuk, juga banyak hal yang lain. Hemisphere

kanan mengontrol tangan kiri, sedangkan hemisphere kiri mengontrol tangan

kanan. Ini membuat para peneliti berpikir bahwa waktu reaksi dengan

menggunakan tangan kiri lebih cepat karena berhubungan dengan relasi ruangan

atau bentuk (seperti menunjuk target). Hasil penelitian dari Boulinguez dan

Bertelemy (2000) dan Bertelemy dan Boulinguez (2001 dan 2002) mendukung

ide tersebut. Dane dan Erzurumluoglu (2003) menemukan bahwa dalam

permainan bola tangan, pemain yang bertangan kiri lebih cepat daripada pemain

yang bertangan kanan ketika tesnya berhubungan dengan tangan kiri. Orang yang

lebih sering menggunakan tangan kirinya atau kidal memiliki waktu reaksi yang

lebih cepat (Kosinski, 2008).

11. Faktor kelelahan

Welford (1980) menemukan bahwa waktu reaksi subyek semakin melambat

ketika sudah kelelahan. Singleton (1953) memperhatikan bahwa kemunduran

yang disebabkan oleh kelelahan ini lebih kelihatan pada percobaan waktu reaksi

yang lebih rumit daripada yang sederhana. Kelelahan, terutama mengantuk,

memiliki pengaruh yang sangat besar. Philip (2004) menemukan bahwa

kekurangan tidur selama 24 jam menyebabkan pemanjangan waktu reaksi pada

subyek yang berumur 20&25 tahun. Van Den Berg dan Needy (2006) menemukan

bahwa kekurangan tidur pada subyek menyebabkan terjadinya pemanjangan

waktu reaksi dan terlewatnya beberapa rangsang pada tes yang berlangsung

(24)

12

12. Faktor temperatur tubuh

Perubahan temperatur tubuh menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari suhu

optimal juga akan mempengaruhi waktu reaksi. Temperatur yang menurun akan

memperlambat waktu reaksi (Woodworth and Schloberg, 1968).

13. Faktor gangguan

Welford (1980) dan Broadbent (1971) mempelajari bahwa gangguan dapat

memperpanjang waktu reaksi. Trimmel dan Poelzl (2006) menemukan bahwa

bising dapat memperpanjang waktu reaksi dengan menghambat bagian&bagian

pada korteks serebri. Richard . (2002) dan Lee . (2001) menemukan

bahwa anak kuliah yang sedang mengemudi jika diberi suatu stimulasi rangsang

pendengaran secara serentak, maka waktu reaksi akan menjadi lebih lambat. Dari

hal ini mereka mengambil kesimpulan tentang keamanan mengemudi sambil

menggunakan telepon genggam. Horrey dan Wickens (2006) menyimpulkan hal

yang sama tentang menggunakan telepon genggam sambil mengemudi dan

mengatakan bahwa dengan menggunakan " pun tidak akan memperbaiki

waktu reaksi (Kosinski, 2008).

14. Faktor urutan dari perangsangan

Welford (1980), Laming (1968), dan Sanders (1998) memantau bahwa ketika

ada beberapa rangsang, waktu reaksi akan menjadi lebih cepat bila rangsang

tersebut memiliki suatu urutan tertentu daripada rangsang yang diberikan secara

acak. Hal ini disebut sebagai “ # "" ” (Kosinski, 2008).

15. Faktor siklus pernafasan

Buchsbaum dan Calloway (1965) menemukan bahwa waktu reaksi akan lebih

cepat bila rangsangan diberikan atau jatuh pada saat ekspirasi dibandingkan saat

inspirasi (Kosinski, 2008).

16. Faktor kepribadian/tipe personality

Brebner (1980) menemukan bahwa orang yang sifatnya tertutup memiliki

waktu reaksi yang lebih cepat dan Welford (1980) serta Nettlebeck (1973)

mengatakan orang yang sifatnya mudah cemas juga memiliki waktu reaksi yang

lebih cepat. Lenzeweger (2001) menemukan bahwa waktu reaksi pada orang

(25)

13

17. Faktor Olahraga

Welford (1980) menemukan bahwa subyek yang sehat dan segar secara fisik

memiliki waktu reaksi yang lebih cepat. Levitt dan Gutin(1971) dan Sjoberg

(1975) menunjukkan bahwa subyek memiliki waktu reaksi yang lebih cepat ketika

dia berolahraga secukupnya (Kosinski, 2008).

Ketika denyut nadi seseorang meningkat akibat olahraga berat tetapi tidak

menimbulkan kelelahan, waktu reaksi akan semakin cepat (Woodworth and

Schloberg, 1968).

18. Faktor kepintaran

Hubungan dari kepintaran dengan waktu reaksi dibahas oleh Deary .

(2001). Retardasi mental yang serius menyebabkan terjadinya variasi dan

perpanjangan dari waktu reaksi. Di antara orang&orang yang tingkat kepintarannya

normal, ada sedikit kecenderungan di mana orang&orang yang lebih pintar

memiliki waktu reaksi yang lebih cepat, tetapi ada banyak variasi pada orang yang

tingkat kepintarannya sama. Waktu reaksi yang lebih cepat terlihat jelas pada

orang&orang yang lebih pintar pada tes yang membutuhkan respon yang lebih

kompleks (Kosinski, 2008).

19. Faktor kerusakan otak

Seperti yang diperkirakan, kerusakan otak akan memperlambat waktu reaksi.

Collins . (2003) menemukan bahwa atlet SMU dengan memar dan sakit

kepala seminggu setelah cidera memiliki performa yang sangat jelek dalam waktu

reaksinya dan tes memori dibandingkan dengan atlet yang juga memar tetapi

tanpa sakit kepala (Kosinski, 2008).

20. Faktor penyakit

Infeksi traktus respiratorius atas akan memperlambat waktu reaksi, membuat

(26)

14

! 0+ % )

Waktu reaksi terdiri dari 2 macam bentuk:

a. Waktu reaksi sederhana

Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan satu rangsangan yang harus

dijawab dengan satu macam respon secepat mungkin. Tidak ada alternatif lain

yang menyulitkan individu dalam menjawab rangsangan karena subyek sudah

mengetahui sebelumnya respon yang harus dilakukannya. Waktu rata&rata

bervariasi bagi setiap individu dan untuk perbedaan kepekaan. Percobaan waktu

reaksi sederhana adalah sebagai berikut:

Subyek berada dalam ruangan dengan cahaya remang&remang. Subyek duduk

menghadap meja yang telah diberi layar yang tembus cahaya, jika lampu menyala,

cahaya tersebut merupakan stimulus bagi subyek. Pada meja terdapat alat

pemindah aliran listrik atau tombol. Jari subyek diletakkan pada tombol tersebut

dan subyek harus menekan tombol secepatnya jika lampu menyala. Di belakang,

terdapat suatu alat yang digunakan untuk mengukur waktu dengan tepat dan

pemeriksa mencatat waktu reaksi subyek tersebut (Woodworth and Schloberg,

1968).

b. Waktu reaksi majemuk

Pada waktu reaksi majemuk terjadi proses membedakan dan memilih. Pada

percobaan ini, stimulus yang diberikan lebih dari satu macam dan tidak

diberitahukan terlebih dahulu stimulusnya sehingga terjadi proses membedakan

dan memilih terlebih dahulu sebelum memberikan respon, sehingga waktu reaksi

majemuk lebih panjang daripada waktu reaksi sederhana (Woodworth and

Schloberg, 1968).

Ada juga pembagian bentuk waktu reaksi yang lain. Menurut Luce (1986) dan

Welford (1980), waktu reaksi dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

a. Waktu reaksi sederhana

Pada percobaan waktu reaksi sederhana hanya ada satu jenis rangsang dan

(27)

15

b. Waktu reaksi rekognisi

Pada waktu reaksi rekognisi, ada sejumlah rangsangan yang harus direspon

(rangsang memori) dan ada sejumlah rangsang yang tidak boleh direspon

(rangsang pengalih) serta hanya ada satu respon yang benar (Kosinski, 2008).

c. Waktu reaksi memilih

Pada percobaan waktu reaksi memilih ini, subyek harus memberikan jawaban

yang cocok dengan rangsang yang diberikan, misalnya, menekan tombol yang

sesuai dengan huruf yang tampak pada layar (Kosinski, 2008).

# # ' * 2 1 ) .# * '

'

Dalam penelitian ini, digunakan rangsang cahaya. Dalam hal ini, jalannya saraf

penglihatan sampai terjadi respon adalah sebagai berikut:

Cahaya masuk ke dalam bola mata, menembus media kornea, humor aquoeus,

lensa, korpus vitreous, sampai ke retina. Rangsang cahaya yang sampai di retina

akan ditangkap oleh sel kerucut dan sel batang dan menimbulkan potensial aksi

pada sel&sel tersebut. Potensial aksi yang berupa impuls kemudian akan

dihantarkan melalui nervus optikus, ke kiasma optikus. Di kiasma optikus, serabut

dari bagian nasal retina akan menyeberangi garis tengah, kemudian bergabung

dengan serabut saraf dari bagian temporal retina kontralateral membentuk traktus

optikus. Serabut&serabut dalam traktus optikus akan membentuk bersinaps di

nukleus genikulatum lateralis dorsalis di thalamus, di sini serabut&serabut

genikulo kalkarina berjalan melalui radiatio optika (traktus genikulokalkarina)

menuju korteks penglihatan primer di area kalkarina lobus oksipitalis (Area

Brodman 17) di lobus oksipital. Selain itu, serabut&serabut penglihatan juga

melalui tempat&tempat lain di otak: 1) Traktus optikus menuju nukleus

suprakiasmatikus di hipotalamus, 2) ke nuklei pretektalis untuk mendatangkan

gerakan refleks mata agar mata dapat difokuskan ke arah obyek yang penting dan

untuk mengaktifkan refleks pupil, 3) ke kolikulus superior untuk pengaturan arah

(28)

16

dan kemudian ke daerah basal otak sekitarnya untuk membantu mengendalikan

beberapa fungsi sikap tubuh (Guyton and Hall, 1997).

(29)

17

- *+ ! & 7. 3 # # 4 5 6

Korteks penglihatan dibagi menjadi 2:

1. Korteks penglihatan primer

Terletak pada fisura kalkarina yang melebar ke sudut oksipital pada bagian

medial setiap korteks oksipital. Area ini adalah ujung dari sinyal&sinyal

penglihatan langsung yang berasal dari mata (Ganong, 2003).

2. Korteks penglihatan sekunder

Disebut juga area asosiasi penglihatan atau area Brodman 18, terletak di

sebelah anterior, superior, dan inferior terhadap korteks penglihatan primer. Area

ini digunakan untuk menganalisis arti penglihatan yang berasal dari sinyal

(30)

18

Pada percobaan ini, jawaban ialah berupa respon penekanan tombol sehingga

melibatkan sistem motorik. Hal ini bisa terjadi karena pengolahan di otak sebagai

berikut: setelah impuls cahaya dengan warna tertentu disadari di lobus oksipitalis,

maka impuls selanjutnya dihantarkan ke pusat pengenalan dan pengertian atau

area integrasi di lobus parietalis. Penghantaran ini dilakukan oleh serabut asosiasi.

Di area integrasi terjadi proses pengolahan respon apa yang harus dilakukan

setelah seseorang menyadari penglihatan cahaya tertentu. Melalui serabut asosiasi,

impuls dihantarkan ke lobus frontalis, area motorik, dan kemudian melalui serabut

eferen yaitu traktus piramidalis diteruskan ke batang otak di mana impuls akan

melalui formatio retikularis sebagai pusat kewaspadaan, kemudian ke medula

spinalis kornu anterior diteruskan ke menuju efektor sehingga

terjadi respon yang dikehendaki.

Impuls adekuat → reseptor serabut saraf sensorik/aferen lobus oksipitalis

area Brodman 17, 18, 19 → pusat penglihatan serabut saraf motorik/eferen

efektor → respon motorik.

/# * # )

Formatio retikularis adalah bagian dari otak yang berperan dalam pergerakan&

pergerakan stereotipik seperti berjalan, tidur, dan berbaring. Fungsi dari formatio

retikularis ini sangat esensial untuk kehidupan. Formatio retikularis secara

filogenetik merupakan salah satu bagian paling tua dari otak, adalah sel&sel otak

yang berdiferensiasi buruk sehingga tampak tidak beraturan, berkumpul dengan

padat di pons (Jouvet, 1969).

Bagian sistem aktivasi retikularis asenden $

) berhubungan dengan area di thalamus, hipotalamus, dan korteks serebri.

Sedangkan bagian sistem aktivasi retikularis desenden (

) berhubungan dengan serebelum dan saraf sensorik (Jouvet,

1969).

Pada manusia, formatio retikularis dianggap sebagai “pusat motivasi” dari

otak, yang tidak hanya mengatur kegiatan seperti tidur, tetapi juga berperan

(31)

19

macam aktivitas. Penelitian menunjukkan bahwa formatio retikularis mengontrol

kurang lebih 25 tingkah laku spesifik seperti tidur, berjalan, makan, proses miksi,

defekasi, dan aktivitas seksual (Jouvet, 1969).

Bagian sistem aktivasi retikularis terutama mengatur kewaspadaan,

kesiapsiagaan, irama bangun dan tidur. Adanya rangsang terhadap sistem aktivasi

retikularis menyebabkan manusia sadar dan waspada. Apabila terjadi

kerusakan dari sistem ini maka akan terjadi gangguan kesadaran dengan derajat

hilangnya seluruh kesadaran atau koma (Duus, 1996).

Formatio retikularis terdiri atas:

a) Pusat eksitasi

Terletak pada bagian atas formatio retikularis di batang otak. Apabila pusat

eksitasi ini terangsang akan menyebabkan kewaspadaan meningkat (Guyton &

Hall, 1997).

b) Pusat inhibisi

Terletak pada bagian bawah formatio retikularis. Bila terangsang akan

menyebabkan keadaan mengantuk dan menurunnya kewaspadaan (Guyton &

Hall, 1997).

/# # . # /# #. *

Fotoreseptor adalah sel khusus yang memulai proses berlangsungnya di mana

sinar cahaya diubah menjadi impuls saraf. Ada dua jenis fotoreseptor: sel batang

dan sel kerucut. Retina Masing&masing memiliki sekitar 6 juta sel kerucut dan 120

juta sel batang. Sel batang memungkinkan kita untuk melihat dalam cahaya redup,

seperti cahaya bulan karena sel batang tidak memberikan visi warna. Dalam

cahaya redup kita hanya dapat melihat warna hitam, putih, dan abu&abu di

antaranya. Lampu terang merangsang sel kerucut, yang menghasilkan penglihatan

warna. Tiga jenis sel kerucut yang hadir di retina: (1) kerucut biru, yang sensitif

terhadap cahaya biru, (2) kerucut hijau, yang sensitif terhadap cahaya hijau, dan

(3) kerucut merah, yang sensitif terhadap cahaya merah. Penglihatan warna

dihasilkan oleh stimulasi dari berbagai kombinasi dari tiga jenis sel kerucut

(32)

20

hilangnya sel kerucut akan menghasilkan kebutaan. Seseorang yang kehilangan

visi batang terutama akan mengalami kesulitan melihat dalam cahaya redup dan

dengan demikian tidak boleh menyetir di malam hari (Tortora, 2012).

- *+ " /# # . # 3 # # 4 5 6

Langkah pertama dalam transduksi visual ialah penyerapan cahaya oleh

fotopigmen, sebuah protein berwarna yang mengalami perubahan struktural ketika

menyerap cahaya, di segmen luar fotoreseptor.Penyerapan cahaya menginisiasi

peristiwa yang mengarah pada produksi potensial reseptor.Jenis tunggal

fotopigmen di batang adalah ( = , =berhubungan dengan

penglihatan). Tiga fotopigmen kerucut yang berbeda yang hadir di dalam retina,

satu di masing&masing dari tiga jenis kerucut. Hasil penglihatan warna dari warna

cahaya yang berbeda selektif mengaktifkan fotopigmen kerucut yang berbeda

(Tortora, 2012).

Semua fotopigmen terkait dengan visi mengandung dua bagian: glikoprotein

yang dikenal sebagai dan turunan dari vitamin A yang disebut .

Vitamin A derivatif terbentuk dari , pigmen tanaman yang memberikan

warna oranye wortel. Visi yang baik tergantung pada asupan diet yang cukup kaya

sayuran seperti wortel, bayam, brokoli, dan labu kuning, atau makanan

(33)

21

adalah bagian yang menyerap cahaya dari semua fotopigmen visual.

Pada retina manusia, ada empat yang berbeda, tiga di sel kerucut dan satu di

sel batang ( ). Variasi kecil dalam urutan asam amino dari yang

berbeda memungkinkan sel batang dan sel kerucut untuk menyerap warna yang

berbeda (panjang gelombang) dari cahaya yang masuk (Tortora, 2012).

- *+ $ ' .# # #. * . , 1 3/ # 4 8""6

) #*

Radiasi elektromagnetik adalah suatu energi yang berbentuk gelombang radiasi

yang berasal dari matahari. Ada berbagai macam tipe radiasi elektromanetik,

termasuk sinar gamma, sinar x, sinar UV, cahaya tampak, radiasi infra merah,

gelombang mikro, dan gelombang radio seperti yang terlihat pada gambar 2.7.

Rentang dari radiasi&radiasi elektromagnetik tersebut dikenal sebagai spektrum

elektromagnetik. Sedangkan jarak antara dua puncak gelombang yang berurutan

dari sebuah gelombang elektromagnetik disebut panjang gelombang seperti yang

terlihat pada gambar 2.8., misalnya, sinar gamma memiliki panjang gelombang

lebih kecil dari satu nanometer dan kebanyakan dari gelombang radio memiliki

(34)

22

untuk mendeteksi cahaya tampak, bagian dari spektrum elektromagnetik dengan

panjang gelombang berkisar dari sekitar 400 sampai 700 nm. Warna cahaya

tampak tergantung pada panjang gelombangnya, misalnya, cahaya yang memiliki

panjang gelombang 400 nm adalah ungu, dan cahaya yang memiliki panjang

gelombang 700 nm adalah merah. Sebuah obyek dapat menyerap panjang

gelombang tertentu dari cahaya tampak dan merefleksikannya, kemudian

memantulkannya (Tortora, 2012).

- *+ 9 #* . *3 # # 4 5 6

(35)

23

menentukan tombol yang akan memulai penghitungan waktu pengukuran

reaksi terhadap rangsangan, juga terdiri dari tombol (operator) yang

berfungsi untuk memberi rangsangan berupa sinar berwarna secara acak, tombol

(responden) yang berfungsi untuk menanggapi rangsangan yang diberikan

oleh operator, serta tombol untuk menghentikan semua rangsangan dan

mengembalikan penunjukan angka di ke 0.000.

' +1 .

Subyek penelitian ini diambil sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

Kriteria inklusi:

• Jenis kelamin pria dan wanita

• Usia 21 tahun

• Saat ini sebagai mahasiswa FK UKM angkatan 2008

• Sehat secara fisik dan mental

• Cukup istirahat

• Wanita tidak sedang menstruasi

• Bersedia secara sukarela menjadi subyek penelitian dari awal hingga akhir

(36)

24

#

Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental kuasi, bersifat komparatif

dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

; +

(# . # ; +

Variabel perlakuan : Variabel pelakuan dalam penelitian ini terdiri atas

dependen dan independen.

Dependen : Waktu reaksi

Independen : Jenis kelamin

Variabel respon : Waktu reaksi sederhana.

7. # ; +

Waktu reaksi sederhana untuk cahaya merah adalah waktu yang diperlukan

mulai dari rangsang cahaya warna merah diberikan sampai terjadinya respon

motorik berupa penekanan tombol stop oleh subjek penelitian. Waktu reaksi

sederhana ini diukur dalam milidetik.

' *.

Menurut Kemas Ali Hanafiah, (2005) untuk penelitian eksperimen dengan

rancangan acak lengkap, acak kelompok atau faktorial, secara sederhana dapat

dirumuskan :

(t&1) (r&1) ≥ 15

(2 &1) (r&1) ≥ 15

(r&1) ≥ 15

r≥ 16

(37)

25

Jadi, besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 16 orang

mahasiswa dan 16 orang mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Maranatha angkatan 2008 yang didasarkan pada jumlah sampel minimal.

! # (

2 . <

1. Terminal rangsangan dihubungkan dengan terminal dengan kabel

konektor untuk memilih konfigurasi yang diinginkan. Terminal rangsangan

menentukan jenis rangsangan yang akan muncul, sedangkan terminal

akan menentukan tombol yang akan mengaktifkan

rangsangan

2. Tombol / ""dinyalakan. Lampu LED akan menyala untuk menunjukkan

bahwa status rangsangan telah siap diberikan.

3. Tombol ditekan untuk menentukan rangsangan yang akan diberikan,

lalu tekan sakelar untuk menampilkan rangsangan tersebut pada orang yang

akan diuji.

4. Jika tombol sakelar ditekan, maka penghitungan waktu akan dimulai.

Penghitungan waktu akan berhenti setelah tombol ditekan oleh orang

yang diuji.

5. Waktu reaksi akan tertera pada LED (00:00:00:00:00).

6. Tombol berfungsi menghentikan setiap rangsangan dan

mengembalikan penunjukan angka di LED ke nol.

" 2 *

1. Penguji memilih konfigurasi rangsang yang diinginkan.

2. Orang yang diuji berada di tempat terpisah dengan menghadap ke lampu&

lampu dalam posisi duduk.

3. Selanjutnya penguji mengaktifkan rangsang yang diinginkan dan orang

yang diuji harus bereaksi dengan menekan tombol stop untuk menghentikan

(38)

26

4. Setiap rangsang diberikan sebanyak 5 kali dan dihitung rata&ratanya.

5. Proses pemberian rangsang dilakukan dengan cara yaitu rangsang diberi

tahu sebelumnya.

$ #

Data hasil pengukuran waktu reaksi pria dengan wanita dianalisis dengan uji

“t” tidak berpasangan dengan α = 0,05. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai

. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak komputer.

$ .# '

Perbedaan waktu reaksi pria dengan wanita:

H0 : Tidak terdapat perbedaan waktu reaksi antara pria dengan wanita.

H1 : Terdapat perbedaan waktu reaksi antara pria dengan wanita.

$ (

• Dengan membandingkan nilai p dengan α = 0,05

Jika < 0,05 maka H0 ditolak

Jika > 0,05 maka H0 diterima

9 .

Penelitian yang menggunakan orang percobaan ini akan memperoleh

(39)

27

;

'

'

!

Subyek penelitian adalah 32 orang yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok

yaitu pria dan wanita yang masing&masing berjumlah 16 orang. Pemeriksaan yang

dilakukan ialah mengukur waktu reaksi pria dengan wanita terhadap cahaya

merah serta membandingkannya.

Dari tabel 4.1, dapat terlihat bahwa waktu reaksi yang dihasilkan oleh

kelompok pria lebih cepat daripada waktu reaksi yang dihasilkan oleh kelompok

wanita terhadap cahaya merah. Terlihat dari rata&rata setelah pengukuran yang

dilakukan terhadap cahaya merah di mana masing&masing orang percobaan

diberikan perangsangan sebanyak 5 kali.

Berikut tabel rata&rata hasil penelitian perbandingan waktu reaksi antara pria

(40)

28

Dari 16 orang sampel pria, didapatkan hasil rata&rata waktu reaksi pria

menangkap cahaya merah adalah 0.35 detik dengan standar deviasi 0.187747.

Dari 16 orang sampel wanita, didapatkan hasil rata&rata waktu reaksi wanita

menangkap cahaya merah adalah 0.57 detik dengan standar deviasi 0.094581.

! '

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan waktu reaksi yang bermakna antara

pria dengan wanita terhadap cahaya merah, maka dilakukan uji t test tidak

Variances t&test for Equality of Means

F Sig. t df

(41)

29

! *+

Berdasarkan data penelitian didapatkan bahwa waktu reaksi pria (0.35313 detik)

lebih cepat daripada wanita (0.57875 detik). Pada uji statistik diperoleh nilai p <

0,001, dengan demikian terdapat perbedaan waktu reaksi yang sangat signifikan.

Berdasarkan penelitan sebelumnya, pada usia yang sama, pria memiliki waktu

reaksi yang lebih cepat dibandingkan wanita (Woodworth and Schloberg, 1968).

Dalam studinya yang melibatkan 7400 subyek didapatkan hasil bahwa waktu

reaksi rata&rata dalam respon penekanan tombol pada rangsang cahaya adalah 220

milidetik untuk laki&laki dan 260 milidetik untuk perempuan. Walaupun begitu

hal ini bisa saja terus berubah, dilaporkan bukti bahwa kelebihan laki&laki pada

waktu reaksi pada perangsangan cahaya semakin mengecil terutama di luar

Amerika, kemungkinan karena semakin banyak wanita yang mengemudi dan

berpartisipasi dalam olahraga yang memerlukan kecepatan. Barral dan Debu

(2004) menemukan bahwa laki&laki lebih cepat daripada perempuan dalam

membidik target, tetapi perempuan lebih tepat. Jevas dan Yan (2001) melaporkan

bahwa kemunduran waktu reaksi bagi laki&laki dan perempuan dalam

hubungannya dengan umur adalah sama (Kosinski, 2008).

! ! .#

Hipotesis penelitian untuk waktu reaksi:

H0: Tidak terdapat perbedaan waktu reaksi antara pria dan wanita terhadap

daripada waktu reaksi pada wanita (0,58 detik) diperoleh nilai p < 0,001. Dengan

(42)

30

Hal yang tidak mendukung :

Tidak ada.

Simpulan :

(43)

31

;

'

' )

" ' *.

Pada penelitian perbandingan waktu reaksi antara 16 orang pria dan 16 orang

wanita terhadap cahaya merah disimpulkan bahwa Waktu reaksi pria lebih cepat

daripada waktu reaksi wanita.

" '

Percobaan ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut

mengenai pengaruh perbedaan gender pada waktu reaksi terhadap cahaya warna

lainnya.

(44)

32

/

)

'

(

Caroline Hermans. 2002. The Smallest Momentum Possible.

http://www.du.ahk.nl/mijnsite/papers/reactiontime.html, diunduh 12 November 2011.

http://biae.clemson.edu/bpc/bp/lab/110/reaction.htm, diunduh 22

November 2011.

Marc Green. 2000. % .

http://www.visualexpert.com/Resources/reactiontime.html, diunduh 12 November 2011.

Saul Stenberg. 2004. % - .

http://psych.upenn.edu/~saul/rt.experimentation.pdf, diunduh 29

November 2011.

Schottelius BA, Schottelius DD. 1978. % - " ! . 18th ed. Saint Louis: The C. V. Mosby Company.

Tortora, GJ, Derrickson B. 2012. ! " ) ! , 13th

Edition. New york: Biological Science Textbooks, Inc.

Woodworth RS, Schlosberg H. 1968. - ! . New York:

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran umum penelitian kualitatif adalah dalam mencari pemecahan masalah, peneliti tidak menggunakan perantara sebagai transformasi, tetapi peneliti langsung

Pengertian citra sendiri sebenarnya abstrak dan tidak dapat diukur secara sistematis, tetapi wujudnya dapat dirasakan dari hasil penelitian, penerimaan kesadaran

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) diharapkan dapat menjadi bekal bagi mahasiswa sebagai wahana pembentukan tenaga kependidikan yang memiliki empat kompetensi yaitu

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA TERORISME MENURUT UNDANG-UNDANG. NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK

5. rancangan sistem penjaminan mutu internal yang baru; dan 6. rancangan susunan organisasi yang baru. akademi komunitas menyampaikan usul perubahan kepada Direktur Jenderal

XTEA ( Extended Tiny Encryption Algorithm ) merupakan algoritma enkripsi, dapat digunakan untuk mengamankan data di dalam folder agar tetap utuh dan aman. Pada

Pematangan buatan yang baik untuk pepaya dalam kondisi tersebut adalah ethephon konsentrasi 250 ppm dengan hasil pada hari ke dua dapat dikonsumsi sebagai buah

perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam