• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

HARIS 10540 2775 09

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2014

(2)

NAMA : Dra. Hj. A. SUMARNI NIP : 19601124 198303 2 012 JABATAN : KEPALA SEKOLAH

Menyatakan bahwa, mahasiswi di bawah ini:

NAMA : HARIS

NIM : 10540 2775 09

JURUSAN : PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Benar telah melakukan observasi awal di SD Negeri 4 Maroangin Kec.

Maiwa. Kab. Enrekang pada tanggal 11 Oktober 2013 di kelas IV dengan jumlah murid 21 orang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 11 orang perempuan, dengan hasil yang terlampir.

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagai mana mestinya.

Enrekang, 07 Januari 2014 Kepala Sekolah SDN 4 Maroangin. Kec. Maiwa Kab.

Enrekang.

Dra. Hj. A. SUMARNI 19601124 198303 2 012

(3)

1 ADE WAWAN 50 Tidak tuntas

2 ANDI KADAR 70 Tuntas

3 AFNAN 50 Tidak tuntas

4 A. DHIDIT RIYADI 50 Tidak tuntas

5 A. MUH. ILHAM RAMADHAN 45 Tidak tuntas

6 M. FADIL FAIZ 50 Tidak tuntas

7 M. FARHAN FAIZ 75 Tuntas

8 M. RAIHAN AL BAZAR 65 Tuntas

9 FADHIL SYAPUTRA 45 Tidak tuntas

10 MUH. AGUNG PERKASA 50 Tidak tuntas

11 AFRIDA PUSPA 75 Tuntas

12 A. PUTRI RESKIANA 70 Tuntas

13 A. AOLGA MAGFIRA 50 Tidak tuntas

14 ANDINI NURHUSNI 60 Tidak tuntas

15 FEBRIANTI 75 Tuntas

16 NURUL AZIZ 70 Tuntas

17 NURHALIZA 50 Tidak tuntas

18 FIONA KHAIRUNNISA 80 Tuntas

19 SITTI TSABITA T 55 Tidak tuntas

20 FITRI YUDIFA 80 Tuntas

21 ASTUTI DEWI 50 Tidak tuntas

JUMLAH 1260/21 60

Enrekang, 07 Januari 2014 Wali kelas IV SDN 4

Maroangin. Kec. Maiwa Kab.

Enrekang.

HASMIA AZIZ, S. Pd.

19601124 198503 2 013

(4)

vii

anda usaha, jadilah dirimu sendiri yakin akan kemampuanmu jangan pernah putus asa karena semuanya

akan indah pada waktunya ...

persembahan:

Dengan rasa bahagia...

“kupersembahkan karyaku ini kepada ayahanda dan ibunda

tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan

dalam setiap langkahku”.

(5)

viii

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan PGSDS1 Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Khaeruddin dan Sitti Fithriani Saleh.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika murid kelas V di SD Negeri 4 Maroangin Kabupaten Enrekang melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Subyek penelitian adalah murid kelas V SD Negeri 4 Maroangin Kabupaten Enrekang yang terdiri dari 9 laki-laki dan 10 perempuan.

Penelitian tindakan kelas ini berlangsung selama selama dua siklus yang yaitu siklus I berlangsung 4 kali pertemuan dan siklus II berlangsung 4 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri atas satu kali evaluasi belajar murid. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar ditandai dengan meningkatnya rata-rata keaktifan murid dalam proses pembelajaran sesuai dengan nilai rata-rata hasil siklus I adalah 69,47 meningkat 80 pada siklus II. Begitu juga dengan ketuntasan belajar dari siklus I adalah 68,42% meningkat 89,47% pada siklus II. Dengan demikian dapat meningkatkan hasil belajar murid dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

Kata kunci: Hasil Belajar, Numbered Head Together.

(6)

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan berbagai karunia dan nikmat yang tiada tara, kepada seluruh makhluk-Nya. Demikian pula salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW pembimbing seluruh ummat, besert

dan seluruh pengikutnya yang telah menyeruak kegelapan hati manusia dengan cahayanya. Sehingga

Matematika Melalui Penerapan Head Together (NHT) Pada

enrekang, dapat dirampung dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana pendidikan guru sekolah dasar fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

Ucapan terima kasih yang tulus saya haturkan kepada Ayahanda

Ibunda Farida yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tak ada ujungnya yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik, membiayai, dan memberikan semangat dan doa sehi

Dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tak terhingga, saya berikan kepada:

1. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

ix

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan berbagai karunia dan nikmat yang tiada tara, kepada seluruh Nya. Demikian pula salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW pembimbing seluruh ummat, beserta keluarganya, sahabatnya dan seluruh pengikutnya yang telah menyeruak kegelapan hati manusia dengan cahayanya. Sehingga skripsi yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numberd (NHT) Pada murid Kelas V SD Negeri 4 Maroangin Kabupaten , dapat dirampung dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana pendidikan guru sekolah dasar fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ucapan terima kasih yang tulus saya haturkan kepada Ayahanda

yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tak ada ujungnya yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik, membiayai, dan

dan doa sehingga saya dapat menyelesaikan studi.

Dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tak terhingga,

H. Irwan Akib, M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

Andi Sukri Syamsuri, M.Hum, Dekan Fakultas Keguruan Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan berbagai karunia dan nikmat yang tiada tara, kepada seluruh Nya. Demikian pula salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi a keluarganya, sahabatnya dan seluruh pengikutnya yang telah menyeruak kegelapan hati manusia dengan Meningkatkan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numberd Negeri 4 Maroangin Kabupaten , dapat dirampung dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana pendidikan guru sekolah dasar fakultas

Ucapan terima kasih yang tulus saya haturkan kepada Ayahanda Haba dan yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tak ada ujungnya yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik, membiayai, dan

aya dapat menyelesaikan studi.

Dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tak terhingga,

Hum, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

(7)

x

keikhlasan dalam memberikan segala saran, petunjuk dan bimbingan hingga terselesainya skripsi ini.

5. Sitti Fitriani Saleh, S.Pd., M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini hingga akhir.

6. Bapak dan Ibu Dosen fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan dengan baik.

7. Dra. Hj. Andi Sumarni, Kepala Sekolah SD Negeri 4 Maroangin Kabupaten Enrekang yang telah mengizinkan saya untuk mengadakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

8. Sunarti S.Pd, Guru kelas V SD Negeri 4 Maroangin Kabupaten Enrekang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di kelas tersebut

9. Sahabat-sahabat saya di UNISMUH Makassar: Risnawati, Yudistira, serta semua teman-teman kelas E , yang telah berjasa kepada saya. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan mereka.

Serangkaian rasa syukur dan ucapan terima kasih di atas rasanya lebih sempurna jika saya kembali menyadarkan diri bahwa hanya dengan perencanaan,

(8)

xi

kekurangan, karena keterbatasan dan kemampuan saya. Oleh karena itu, sangat diharapkan masukan dan kritik dari berbagai pihak untuk mencapai penyempurnaan penulisan berikutnya.

Semoga skripsi yang amat sederhana ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama bagi tenaga pendidik terlebih upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Semoga karya yang sederhana ini menjadi awal dari produktivitas pribadi saya. Saya sendiri masih dan tetap ingin terus belajar dengan optimis dan menatap masa depan yang lebih baik.

Makassar, Februari 2014

Penulis

(9)

xii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

SURAT PERJANJIAN ... vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN... vii

ABSRAK ... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7

A. Kajian Pustaka ... 7

1. Pengertian Belajar ... 7

2. Hasil Belajar Matematika ... 8

3. Pembelajaran Kooperatif ... 9

4. Pembelajaran Kooperatif dengan tipe NHT ... 14

5. Materi Ajar ... 19

B. Kerangka Pikir ... 24

(10)

xiii

B. Subjek Penelitian ... 27

C. Faktor Yang Diselidiki ... 27

D. Prosedur Penelitian ... 28

E. Instrumen ... 30

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

G. Teknik Analisis Data ... 32

H. Indikator Keberhasilan ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 47

BAB V PENUTUP ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(11)

xiv

2.1 Langkah-langkah dalam pembelajaran Kooperatif... 13

2.2 Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan NHT... 17

2.3 Skor tes pada pembelajaran Kooperatif ... 19

3.1 Teknik Kategori Standar Berdasarkan Depdiknas... 32

4.1 Hasil Observasi Sikap Murid Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus I... 37

4.2 Statistik Skor Hasil Belajar Murid Pada Tes Akhir Siklus I ... 38

4.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Hasil Kemampuan Murid Siklus I Kelas V SD Negeri 4 Maroangin... 39

4.4 Deskripsi Ketuntasan Belajar Matematika Siklus I ... 40

4.5 Hasil Observasi Sikap Murid Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus II ... 44

4.6 Statistik Skor Hasil Belajar Murid Pada Tes Akhir Siklus II... 45

4.7 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Hasil Kemampuan Murid Siklus II Kelas V SD Negeri 4 Maroangin... 46

4.8 Deskripsi Ketuntasan Belajar Matematika Siklus II ... 46

(12)

xv

2.1 Bagan kerangka pikir ... 25 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 28

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan juga semakin maju. Oleh karena itu, setiap ilmu pengetahuan perlu dikembangkan karena sarana yang digunakan semakin canggih dan modern sehingga sumber daya manusia harus mampu mengikuti perkembangan tersebut, dan salah satu bidang ilmu pengetahuan itu adalah matematika.

Matematika memegang peranan penting dalam pendidikan, hampir setiap hari kehidupan kita melibatkan kegiatan yang bersifat matematis, misalnya menghitung dan mengukur. Untuk itu diperlukan kecerdasan berpikir dan bersikap dalam memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi. Mempelajari matematika merupakan sarana berpikir ilmiah dan berpikir logis serta mempunyai peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Mengingat pentingnya matematika tersebut, maka pengajaran matematika di berbagai jenjang pendidikan formal perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Dengan demikian guru yang profesional dalam menjalankan tugas mengajar harus mampu menerapkan cara mengajar yang efektif agar tujuan pembelajaran dapat dilakukan secara optimal.

Pelaksanaan pembelajaran di kelas merupakan salah satu tugas utama guru.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan murid. Namun dalam proses pembelajaran masih sering

1

(14)

ditemukan adanya kecenderungan kurangnya keterlibatan murid. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan murid lebih banyak menunggu sajian guru dari pada menemukan sendiri, dan membangun pengetahuan serta keterampilan yang mereka butuhkan. Pada umumnya guru masih menggunakan konsep-konsep pembelajaran yang cenderung sesuai dengan buku teks, sehingga murid sulit untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Selama ini, proses pembelajaran matematika di SD Negeri 4 Maroangin bersifat konvensional (tradisional), dengan kata lain guru melakukan proses belajar mengajar di kelas hanya menggunakan metode mengajar yang monoton, akibatnya murid hanya mengikuti proses belajar mengajar saja di dalam kelas tanpa memahami materi yang diberikan oleh guru, sehingga hasil belajar murid khususnya pada bidang studi matematika masih tergolong rendah, hal ini terlihat pada hasil belajar semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014, dengan rata-rata nilai murid 60 (Sumber Data Sekunder SD Negeri 4 Maroangin Kab. Enrekang), yang masih di bawah Kritreria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.

Dalam proses pembelajaran matematika, yang diinginkan adalah pola pembelajaran yang dapat membuat matematika terasa mudah dan menyenangkan diterima murid, pembelajaran matematika hendaknya dikaitkan seoptimal mungkin dengan kehidupan dunia nyata dan alam pikiran murid, sehingga bermakna dalam kehidupan murid dan tidak terasa abstrak.

Untuk memperbaiki keadaan tersebut perlu ada suatu solusi untuk melakukan perubahan mendasar dalam meningkatkan hasil belajar matematika terutama dalam memilih model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran

(15)

yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika murid adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi murid dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagan (Ibrahim, 2000: 28) dengan melibatkan para murid dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Ibrahim (2000: 28) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe Numbered Head Together (NHT) yaitu:

1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja murid dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar murid dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial murid. Keterampilan yang dimaksud yaitu berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.

Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi murid untuk

(16)

memperoleh wawasan luas tentang konsep yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil balajarnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Murid Kelas V SD Negeri 4 Maroangin Kabupaten Enrekang”.

B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang terjadi yaitu:

a. Kurangnya keterlibatan murid dalam pembelajaran

b. Proses belajar mengajar matematika yang monoton dan masih bersifat konvesional (tradisional)

c. Murid hanya mengikuti proses belajar mengajar saja tanpa memahami materi yang diberikan oleh guru

d. Rendahnya hasil belajar matematika 2. Pemecahan Masalah

Masalah tentang rendahnya hasil belajar matematika akan dipecahkan dengan menggunakan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

(17)

Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika murid kelas V SD Negeri 4 Maroangin Kabupaten Enrekang?”

C. Tujuan Penelitian

Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah yang telah dikemukakan/dipaparkan di atas, adapun tujuan penelitian ini secara operasional adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) murid kelas V SD Negeri 4 Maroangin Kabupaten Enrekang.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi murid, dapat mengurangi rasa cemas terhadap matematika dan dapat menumbuhkan sikap saling bekerja sama dan saling menghargai murid lain yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda, serta memungkinkan murid lebih bersemangat belajar matematika sehingga diharapkan hasil belajar murid akan meningkat.

2. Bagi guru, untuk membantu dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif sebagai suatu alternatif menarik untuk memecahkan beberapa masalah yang dihadapi dalam upaya meningkatkan hasil belajar murid.

3. Bagi sekolah, sebagai informasi yang sangat berharga dalam rangka perbaikan pengajaran di tingkat SD dan upaya pengembangan mutu dan hasil pembelajaran yang indikasinya adalah semakin besarnya motivasi serta meningkatnya hasil belajar matematika murid.

(18)

4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian, serta memberikan informasi kepada peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang relevan.

(19)

A. Kajian Pustaka 1. Pengertian belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik.

Ada beberapa pandangan tentang belajar di antaranya menurut Slameto (1995: 2), “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Adapun definisi belajar menurut Sanjaya (2006: 110), belajar dianggap sebagai proses perubahan prilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.

Menurut definisi di atas seseorang mengalami proses belajar kalau ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dalam menguasai ilmu pengetahuan.

Belajar disini merupakan “suatu proses” di mana guru melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan.

Sedangkan menurut Mapposoro (2004: 2), “Belajar adalah aktivitas mental

7

(20)

yang terjadi karena adanya interaksi aktif antara individu dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relatif tetap dalam aspek- aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif”. Perubahan tersebut dapat berupa sesuatu yang sama sekali baru atau penyempurnaan/peningkatan dari hasil belajar yang telah diperoleh sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai akibat dari pengalaman dan latihan, dengan perubahan-perubahan yang dihasilkan bersifat relatif tetap.

2. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajar, Sudjana (Almaidah, 2011: 13). Jadi, hasil belajar merupakan hasil dari interaksi belajar mengajar. Bagi murid hasil belajar merupakan berakhirnya proses, bagi guru diakhiri dengan evaluasi hasil belajar.

Jika dikaitkan dengan matematika, maka hasil belajar matematika adalah suatu hasil yang dicapai atau diperoleh murid dalam menekuni dan mempelajari matematika atau yang terkait secara sadar sebagai hasil belajar dari interaksi.

Hasil belajar matematika dikatakan berhasil jika pemahaman konsep yang dicapai sudah mampu diaplikasikan dalam proses belajar untuk menyelesaikan soal pada mata pelajaran matematika.

Hasil belajar merupakan faktor yang menentukan dalam semua kegiatan proses belajar. Hasil belajar merupakan prestasi belajar yang dimiliki oleh murid.

Tinggi rendahnya hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai oleh seorang

(21)

murid dalam meningkatkan prestasi belajarnya atau mengusahakan sesuatu yang tidak baik menjadi sesuatu yang lebih baik.

Menurut Abdullah (Almaidah, 2011: 13), “Hasil belajar merupakan indikator kualitas pengetahuan yang dikuasai oleh anak. Tinggi rendahnya hasil belajar dapat menjadi indikator sedikit banyaknya pengetahuan yang dikuasai oleh murid dalam bidang studi atau kurikulum tertentu”.

Menurut Bloom (Almaidah, 2011: 13), “Hasil belajar yang dialami murid dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis, dan evaluasi murid yang berorientasi, memiliki harapan yang besar untuk berhasil dari pada yang takut akan kegagalan”.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sebagai suatu hasil usaha yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan kecakapan belajar murid. Hasil belajar murid adalah suatu kemampuan yang dicapai seorang murid dalam usaha memperoleh nilai dari sekolah. Oleh karena itu, motivasi atau semangat belajar yang sebaik mungkin sesuai dengan apa yang diharapkan baik oleh murid, orang tua maupun guru sebagai tenaga pendidik.

3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Ruang kelas merupakan suatu tempat yang sangat baik untuk kegiatan cooperative learning. Di dalam ruang kelas, murid dapat diberi kesempatan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah secara bersama, pembelajaran kooperatif dapat melatih murid untuk mendengar pendapat-pendapat orang lain dan merangkumnya.

(22)

Cooperative learning dalam matematika akan dapat membantu para murid meningkatkan sikap positif dalam matematika. Murid secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas yang dialaminya selama proses pembelajaran.

Komunikasi antar murid dalam kelompok kecil dan heterogen akan lebih bermakna, sehingga dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan menggunakan keterampilan kooperatif. Murid yang mengalami kesulitan harus aktif berpikir dan minta bantuan kepada teman kelompoknya yang lebih mampu.

Demikian juga murid yang lebih mampu harus berpikir untuk membantu teman kelompoknya yang kurang mampu.

Dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok model belajar ini dapat membuat murid menerima murid lain yang berkemampuan dan berlatar belakang yang berbeda. Murid menginginkan teman-teman dalam kelompoknya siap dan produktif di dalam kelas.

Cooperative Learning mencakup suatu kelompok murid yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Cooperative Learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antara sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.

Adapun unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif (Ibrahim, 2000: 6) adalah sebagai berikut :

(23)

1. Murid dalam kelompoknya haruslah berangggapan bahwa mereka “sehidup dan sepenanggungan bersama.”

2. Murid bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3. Murid harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4. Murid harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

5. Murid akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan digunakan untuk semua anggota kelompok.

6. Murid berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama dalam proses belajar bersamanya.

7. Murid akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Sedangkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif (Ibrahim, 2000: 6-7) adalah sebagai berikut:

1. Murid bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari murid yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bilamana mungkin angggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

(24)

Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin murid bekerja secara kooperatif. Hal-hal tersebut meliputi:

a. Pertama, para murid yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai.

b. Kedua, para murid yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu.

c. Ketiga, untuk mencapai hasil yang maksimum, murid yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Akhirnya murid yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan murid mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya.

Pada model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama.

Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

(25)

Tabel 2.1 Langkah-langkah Dalam Pembelajaran Kooperatif

FASE TINGKAH LAKU GURU

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan Memotivasi murid

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi murid belajar

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada murid dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase-3

Mengorganisasikan murid ke dalam kelompok-

kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada murid bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu dan kelompok

Sumber : Ibrahim dkk ( Trianto, 2011: 48-49)

Menurut Arends (Gerson, 2004: 132) bahwa model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan mencakup tiga tujuan yaitu:

a. Prestasi Akademik

Belajar kooperatif sangat menguntungkan baik bagi murid yang memiliki kemampuan tinggi maupun kemampuan rendah. Murid berkemampuan lebih tinggi dapat menjadi tutor bagi murid yang berkemampuan rendah. Dalam proses ini murid berkemampuan lebih tinggi secara akademis mendapat keuntungan, karena pengetahuannya dapat lebih mendalam.

b. Penerimaan akan Keanekaragaman

Belajar kooperatif menyajikan peluang bagi murid dari berbagai latar belakang dan kondisi sosial, untuk bekerja dan saling bergantung pada tugas-tugas

(26)

rutin, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif dapat belajar menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan Keterampilan Sosial

Belajar kooperatif bertujuan mengajarkan pada murid keterampilan- keterampilan kerjasama dan kolaborasi, ini adalah keterampilan-keterampilan yang penting dalam suatu masyarakat.

4. Pembelajaran kooperatif dengan tipe Numbered Head Together (NHT) Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) adalah salah satu pendekatan struktural, untuk melibatkan lebih banyak murid dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman murid terhadap isi materi pembelajaran tersebut. Menurut Ibrahim (2000: 28), ada 4 langkah dalam pendekatan struktural Numbered Head Together (NHT), yaitu:

a. Langkah-1 Numbering (pelabelan)

Guru membagi murid ke dalam kelompok-kelompok yang heterogen, setiap kelompok beranggotakan 4-6 murid. Untuk kelancaran kegiatan pembelajaran, maka pelabelan (penomoran) anggota dalam kelompok tidak diurut sesuai kemampuan akademiknya tetapi diacak.

b. Langkah-2 Questioning (mengajukan pertanyaan)

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada murid. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat Tanya.

(27)

c. Langkah-3 Head together (berpikir bersama)

Masing-masing murid berpikir dalam kelompoknya dan memadukan pendapatnya tentang jawaban pertanyaan serta meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Biasanya guru memberi waktu sekitar 10 menit untuk berpikir bersama (alokasi waktu untuk item soal yang lain menyesuaikan).

d. Langkah-4 Answering (menjawab)

Guru memanggil murid dengan label/nomor tertentu dari suatu kelompok, kemudian murid yang label dan kelompoknya terpanggil mengacungkan tangan dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Sedangkan murid lain yang berlabel sama dengan label murid yang terpanggil bersiap-siap untuk memberi tanggapan.

Dalam penelitian ini yang menjadi perhatian khusus adalah pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural berjenis Numbered Head Together (NHT). Penerapan pembelajaran ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengajarkan materi bilangan bulat, yang meliputi: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Selanjutnya untuk mengecek pemahaman murid dengan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural berjenis Numbered Head Together (NHT), tidak perlu menunjuk seluruh murid karena salah satu murid dengan label tertentu yang ditunjuk sudah mewakili beberapa murid dalam kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural Numbered Head Together (NHT) lebih efisien dari pada pendekatan Think Pair and Share (TPS), karena tidak terlalu banyak kelompok. Keheterogenan anggota kelompok dalam

(28)

pendekatan struktural Numbered Head Together (NHT) lebih besar dibandingkan pendekatan Think Pair and Share (TPS).

Berdasarkan empat langkah pembelajaran dengan pendekatan struktural Numbered Head Together (NHT) tersebut, maka peneliti memodifikasi langkah- langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan struktural Numbered Head Together (NHT) menjadi tiga bagian, yaitu: pendahuluan, kegiatan inti, dan diakhiri dengan penutup. Modifikasi tersebut disesuaikan dengan langkah-langkah pada pembelajaran kooperatif (langkah-1 sampai dengan langkah-6 pada Tabel 2.1). Pada pendahuluan mencakup langkah-1 (pelabelan) yang terdiri dari (a) pembagian kelompok dan pelabelan/penomoran, (b) penjelasan tentang materi prasyarat dan pendekatan pembelajaran, (c) penyampaian tujuan pembelajaran dan motivasi. Kegiatan inti meliputi langkah-2 (mengajukan pertanyaan), langkah-3 (berpikir bersama), dan langkah-4 (menjawab), yang terdiri dari (a) penjelasan materi, (b) pengajuan pertanyaan, (c) mengerjakan tugas dan diskusi murid dalam kelompok, (d) menjawab pertanyaan dan diskusi, (e) memberi pujian. Penutup terdiri dari (a) umpan balik, (b) kesimpulan dan pemberian PR (Pekerjaan Rumah), kuis, (c) memberi penghargaan

Berikut ini (Tabel 2.2) adalah langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural Numbered Head Together (NHT) yang telah dimodifikasi.

(29)

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktural Numbered Head Together (NHT)

Kegiatan Pembelajaran Langkah

NHT Pendahuluan

a. Diawali dengan membagi murid dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 murid. Setiap murid dalam kelompok diberi label 1 sampai dengan 5. Pembagian kelompok dan pelabelan anggota dilakukan oleh guru. Urutan pelabelan/penomoran murid tidak berdasarkan kemampuan akademik tetapi diacak (pada label 1 ada murid yang pandai, sedang, rendah, begitu juga dengan label 2 dan seterusnya.

Kemudian dilanjutkan dengan membagikan LKS untuk setiap murid dalam kelompaknya.

b. Menginformasikan materi yang akan dibahas dan menghubungkan dengan materi yang lalu.

c. Menjelaskan pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan dalam mempelajari materi tersebut dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah pembelajaran.

d. Memotivasi murid agar timbul rasa ingin tahu tentang materi yang akan dibahas. (urutan a, b,c, dan d boleh dibalik)

Kegiatan Inti

a. Menjelaskan materi yang ada di buku murid (BS) secara singkat sebagai pengantar.

b. Dilanjutkan dengan memberi pertanyaan.

c. Guru meminta murid untuk mengerjakan LKS secara kelompok dan masing-masing murid memikirkan pertanyaan yang diberikan.

d. Murid berdiskusi dalam kelompoknya untuk menyatukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan guru, dengan cara mengerjakan tugas. Setiap anggota dalam suatu kelompok harus dipastikan mengetahui jawabannya. Guru memberi waktu sekitar 10 menit untuk berpikir bersama (alokasi waktu untuk item soal yang lain menyesuaikan).

e. Guru memanggil salah satu murid yang berlabel tertentu secara acak.

f. Murid yang terpanggil mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan ditanggapi oleh murid pada kelompok lain dengan label yang sama.

g. Guru memimpin diskusi, mengarahkan jawaban dari diskusi kelas tersebut.

h. Guru memberikan pujian kepada murid/kelompok yang dapat

Langkah-1 (Pelabelan)

Langkah-2 (Mengajukan pertanyaan) Langkah-3 (Berpikir bersama)

Langkah-4 (Menjawab

(30)

menjawab pertanyaan dengan benar.

i. Memberi kesempatan kepada murid untuk mencatat jawaban yang benar.

Penutup

a. Guru memberikan umpan balik.

b. Guru memberikan bimbingan untuk menyimpulkan materi.

c. Guru memberikan Pekerjaan Rumah (PR) dan kuis yang dikerjakan secara individu.

d. Guru memberikan penghargaan*)

*) Penghargaan diberikan di luar jam pelajaran Sumber :Sulistyaningsih (2006: 39)

Dalam pemberian penghargaan, pendekatan struktural Numbered Head Together (NHT) mengacu seperti pada prosedur Student Teams Achievement Divisions (STAD). Penghargaan kelompok dilakukan dalam dua tahap perhitungan, yaitu:

a. Penghargaan Individu

Terdapat tiga langkah dalam menentukan penghargaan individu, meliputi : Langkah (1): menetapkan skor dasar

Setiap murid diberikan skor berdasarkan skor-skor yang lalu.

Langkah (2): menghitung skor kuis terkini

Murid memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini.

Langkah (3): menghitung skor perkembangan

Murid mendapat poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka. Perhitungan skor dengan menggunakan skala pada tabel di bawah ini.

(31)

Tabel 2.3 Skor Tes pada Pembelajaran Kooperatif

Skor Tes Nilai Perkembangan

 Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar.

 Di bawah skor dasar sampai 10 poin.

 Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar.

 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar.

 Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)

0 10 20 30 30 Sumber: Ibrahim, (2000: 57)

b. Penghargaan Kelompok

Penghargaan terhadap prestasi kelompok dikategorikan dalam empat tingkatan : 1) Kelompok biasa, jika kriteria skor rata-rata kelompok 0-5

2) Kelompok baik, jika kriteria skor rata-rata kelompok 6-14 3) Kelompok hebat, jika kriteria skor rata-rata kelompok 15-24 4) Kelompok super, jika kriteria skor rata-rata kelompok 25-30.

Kooperatif, dari pada penghargaan individual. Yang digunakan guru untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman murid terhadap isi tertentu adalah Think Pair and Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT).

5. Materi Ajar

PECAHAN

1) Mengubah pecahan biasa ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya a) Mengubah pecahan biasa menjadi decimal

Perhatikan gambar berikut:

(32)

bagian yang berwarna menunjukkan pecahan desimal 0,1 dan 0,3 0,1 dibaca nol koma satu atau satu persepuluh

0,3 dibaca nol koma tiga atau tiga persepuluh

Pecahan desimal dituliskan dengan menggunakan tanda koma (,)

Untuk mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal, lebih mudah jika kita mengubah penyebutnya menjadi 10, 100, 1000

Contoh:

1. 1 5

= …

Agar penyebutnya 10, maka pembilang dan penyebut dikalikan dengan bilangan yang sama yaitu 2.

1

5=1×25×2=102 = , Jadi, 1

5= , 2. 1

4

= ⋯

Agar penyebutnya 100, maka pembilang dan penyebut dikalikan dengan bilangan yang sama yaitu 25.

1

4=1×254×25=10025 = , Jadi, 1

4= , Kesimpulan:

Untuk mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal:

 Pecahan biasa diubah penyebutnya menjadi 10, 100, 1000.

 Persepuluh ditulis 1 angka di belakang koma.

(33)

 Perseratusan ditulis 2 angka di belakang koma.

 Perseribuan ditulis 3 angka di belakang koma.

b) Mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa Contoh:

1. 0,5 = … 0,5 = 5

10 5 ∶ 5 10 ∶ 5

=

12

Jadi, 0,5 = 1

2

(disederhanakan, pembilang dan penyebut dibagi dengan bilangan yang sama).

2. 0,06 = … 0,06 = 6

100 6∶2

100∶2=503 , Jadi, 0,06 = 3

50

3. 0,125 = … 0,125 = 125

1.000 125∶25

1.000∶25

=

405

=

18

Jadi, 0,125 = 1

8

c) Mengubah pecahan ke bentuk persen

Persen artinya per seratus. Penulisannya dengan menggunakan tanda persen (%).

Contoh:

2

100= % 1005 = , = %

76

100 , = %

Adakalanya untuk mengubah pecahan ke bentuk persen perlu mengubah dahulu penyebutnya ke bentuk perseratus.

(34)

Contoh:

1. 1

2= ⋯ %

1×50

2×50=10050 = % ,12= %

2. 0,2 = ... % , =102 =10×102×10 =10020 = %

, , = %

d) Mengubah bentuk persen ke bentuk pecahan biasa Contoh:

1. % =10025 =14 2. % =10050 =12 2) Operasi perkalian pecahan

a) Perkalian dua pecahan

Hasil perkalian dua pecahan didapat dari “perkalian pembilang dengan pembilang dibagi perkalian penyebut dengan penyebut”.

Perhatikan contoh berikut ini:

1. 2

3×25= ⋯ :

2

3×25=2×23×5=154 Jadi, 2

3×25=154

2. 1

2× 13= ⋯

(35)

Pertama ubah kedua pecahan menjadi pecahan biasa lalu dikalikan seperti berikut ini.

1

2× 13=32×73 =3×7

2×3

= 21

6 = 36= 12 Jadi, 1

2× 13= 12

b) Perkalian pecahan dengan bilangan asli

Hasil perkalian dua pecahan didapat dari “perkalian pembilang dengan pembilang dibagi perkalian penyebut dengan penyebut”.

Perhatikan contoh berikut ini:

1. ×29= ⋯ :

×29=41×29=89

c) Perkalian pecahan desimal

Perkalian pecahan desimal sama mudahnya dengan perkalian bilangan cacah.

Cara mengalikan pecahan desimal ada dua cara, yaitu:

1) Mengubah ke pecahan biasa dahulu, kemudian dikalikan.

2) Langsung mengalikan pecahan desimal.

Contoh:

Cara 1:

, × , =104 ×1210 =10048 = ,

Cara 2:

(36)

0,4 terdapat 1 angka di belakang tanda koma (,) 1,2 terdapat 1 angka di belakng tanda koma (,)

Pecahan desimal hasil perkaliannya mempunyai ( 1+1 ) angka di belakang tanda koma.

Perhatikan.

× =

, × , = ,

1 angka 2 angka 1 angka

B. Kerangka Pikir

Setiap guru pelajaran matematika tentu menginginkan agar semua murid dapat menguasai materi pelajaran dengan harapan murid memiliki hasil belajar yang baik. Akan tetapi keinginan atau harapan tersebut harus diikuti dengan kreativitas guru, di antaranya menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan materi pelajaran, dan karakteristik murid sehingga semua murid dapat mengikuti pelajaran dengan menekankan kepada keaktifan murid dalam belajar.

Salah satu model pembelajaran yang menekankan kepada keaktifan murid dalam mengikuti pelajaran yaitu model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Model ini merupakan salah satu pendekatan struktural, untuk melibatkan lebih banyak murid dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman murid terhadap isi materi pembelajaran tersebut. Melalui penerapan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat berlangsung efektif

(37)

dalam mencapai tujuan pembelajaran dan pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar murid. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memahami dan menerapkan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) secara benar agar kemampuan murid dalam penguasaan materi pelajaran matematika dapat optimal.

Kerangka pikir peningkatan hasil belajar matematika melalui model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Rendahnya Hasil

Belajar Matematika

Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

1. Numbering (pelabelan)

2. Questioning (mengajukan pertanyaan) 3. Head Together (berpikir bersama) 4. Answering (menjawab)

Hasil belajar matematika meningkat

(38)

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritik di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut “Jika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), maka dapat meningkatkan hasil belajar matematika murid kelas V SD Negeri 4 Maroangin Kabupaten Enrekang

(39)
(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas, yang erat kaitannya dengan murid dan proses belajar mengajar di kelas. Penelitian ini dilakukan bersiklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah murid kelas V SD Negeri 4 Maroangin Kabupaten Enrekang yang terdaftar pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014, sebanyak 19 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.

C. Fokus Penelitian

Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, ada beberapa faktor yang diamati yaitu:

1. Faktor proses, yaitu melihat keaktifan murid berinteraksi dengan guru dan sesama murid lainnya dalam proses belajar mengajar.

2. Faktor hasil, yaitu melihat hasil belajar matematika murid setelah tes akhir yang diberikan di setiap siklus

27

(41)

D. Prosedur Penelitian

Secara garis besar pelaksanaan penelitian tindakan kelas teridiri atas 4 tahap yaitu: 1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan, 3. Observasi/pengamatan, 4.

Refleksi. Model Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK) yang berdaur ulang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas.

Sumber: Arikunto, (2012:16)

Secara rinci prosedur pelaksanaan tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

a. Analisis kurikulum matematika SD kelas V

b. Membuat skenario pembelajaran untuk pelaksanaan tindakan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT).

PELAKSANAAN REFLEKSI

PENGAMATAN SIKLUS II PERENCANAAN

SIKLUS I PELAKSANAAN

PENGAMATAN REFLEKSI

PERENCANAAN

(42)

c. Membuat lembar observasi untuk mengamati dan mengidentifikasikan segala yang terjadi selama proses belajar mengajar berlansung: antara lain daftar hadir dan keaktifan murid di dalam proses belajar mengajar.

d. Guru mempersiapkan soal berupa soal essay yang dijadikan sebagai soal tugas yang diselesaikan secara kelompok dan perindividu setelah kelompok.

e. Membuat alat evaluasi untuk melihat kemampuan murid dalam menyelesaikan soal-soal berdasarkan materi yang diberikan.

2. Tahap Tindakan

a. Pada awal tatap muka, guru menjelaskan materi sesuai dengan rencana pengajaran pada pertemuan yang berlangsung secara klasikal selama kurang lebih 15 menit disertai dengan contoh-contoh soal dan melibatkan murid untuk menyelesaikan dipapan tulis.

b. Murid diarahkan untuk membentuk kelompok kecil yang pembagiannya telah disepakati bersama. Dengan kelompok yang dibentuk tersebut anggotanya heterogen (ada yang pintar, sedang, kurang) yang jumlahnya 5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

c. Kemudian guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. Setelah itu murid mengerjakannya, kemudian LKS tersebut dikumpul. Kemudian murid diberi tugas atau soal latihan dan diselesaikan secara kelompok.

Setelah itu guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian murid yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas kemudian murid diberi soal yang identik untuk diselesaikan secara perorangan.

(43)

d. Selama proses belajar mengajar berlangsung, setiap kelompok tetap diawasi, dikontrol dan diarahkan serta diberi bimbingan secara lansung pada kelompok yang mengalami kesulitan.

e. Lembar jawaban dari tiap kelompok atau tiap individu diperiksa kemudian dikembalikan.

3. Tahap Observasi

Observasi ini dilakukan pada saat guru melaksanakan proses belajar mengajar. Observer mencatat tentang situasi dan kondisi belajar murid berdasarkan lembar observasi yang sudah disiapkan dalam hal ini mengenai kehadiran murid, perhatian, dan keaktifan murid dalam mengikuti proses belajar mengajar. Pada akhir pembelajaran dilakukan evaluasi hasil belajar.

4. Tahap Refleksi

Merefleksi setiap hal yang diperoleh melalui lembar observasi, menilai dan mempelajari perkembangan hasil pekerjaan murid pada akhir. Hasil inilah yang selanjutnya dijadikan acuan bagi peneliti untuk merencanakan perbaikan dan penyempurnaan siklus berikutnya sehingga hasil yang dicapai lebih baik dari siklus sebelumnya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen berbentuk tes tertulis dan nontes. Tes tersebut bersumber dari materi yang telah dijelaskan oleh guru selama proses pembelajaran. Tes tersebut diberikan pada akhir setiap siklus. Selain itu, digunakan pula instrumen penelitian dalam bentuk

(44)

nontes berupa lembar observasi yang terdiri atas lembar observasi aktivitas murid dan lembar observasi aktivitas guru.

1. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas murid selama proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran matematika tipe Numbered Head Together (NHT).

2. Tes hasil belajar

Tes digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan murid terhadap materi pelajaran matematika yang telah diajarkan. Tes yang akan diberikan terlebih dahulu diperiksa oleh guru.

3. Angket respon murid

Angket respon murid digunakan untuk mengetahui tanggapan murid terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran matematika tipe Numbered Head Together (NHT).

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi dan tes.

Adapun cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

1. Data hasil belajar matematika diperoleh dengan memberikan tes pada setiap akhir siklus

2. Data aktivitas murid selama proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran matematika tipe Numbered Head Together (NHT) diperoleh dengan menggunakan lembar observasi

(45)

3. Data tentang respon murid terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran matematika tipe Numbered Head Together (NHT) diperoleh dengan memberikan lembar respon murid

G. Teknik Analisis Data

Data tentang aktivitas belajar murid dianalisis secara kualitatif dan data tentang hasil belajar dianalisis secara kuantitatif. Analisis kualitatif dilaksanakan sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada setiap siklus dengan melakukan penilaian secara verbal (aktivitas dan sikap yang diamati atau diambil dari data observasi).

Untuk analisis jenis data kualitatif akan digunakan kategori dengan skala lima berdasarkan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Teknik kategorisasi Standar Berdasarkan Ketetapan Depdiknas

Skor Kategori

0 – 54 55 – 64 65 – 89 90 – 100

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Sedangkan untuk mendeskripsikan skor data rata-rata dan persentase hasil belajar dianalisis secara kuantitatif. Dengan penekatan ini diharapkan hasil belajar murid dapat diketahui.

(46)

1. Rata-rata kelas

Untuk menghitung rata-rata kelas pada masing-masing siklus digunakan rumus:

(x) =

Keterangan : x = Rata-rata kelas

∑x = Jumlah seluruh skor n = Banyak murid

2. Ketuntasan Belajar

Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 Depdikbud (Basuni, 2013), yaitu seorang murid telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau Nilai 65, dan kelas tersebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai nilai KKM.

1) Untuk menghitung nilai perolehan murid, digunakan rumus

n = x 100

murid dikatakan telah tuntas belajar apabila mencapai ≥ 65, skor tersebut merupakan ketetapan dari sekolah tersebut.

2) Untuk menghitung persentase (%) ketuntasan, menggunakan rumus:

% ketuntasan = ≥65

x 100

3) Untuk menghitung persentase ketidaktuntasan, menggunakan rumus:

% ketidaktuntasan = <65

x 100

(47)

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya hasil belajar matematika dari siklus 1 ke siklus berikutnya dan minimal 85%

murid mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 65 dari skor ideal 100.

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dibahas hasil-hasil pelaksanaan penelitian mengenai peningkatan hasil belajar matematika murid Kelas V SD Negeri 4 Maroangin melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dari siklus I sampai siklus II dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu data tentang hasil pengamatan, sedangkan data tentang hasil belajar murid dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-rata, standar deviasi, frekuensi, dan persentase nilai terendah dan nilai tertinggi yang dicapai murid setiap siklus.

1. Deskripsi Siklus I

Tindakan Siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 18, 25, dan 28 Januari 2012. Masing-masing pertemuan adalah 3 x 35 menit. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan langkah-langkah untuk merencanakan pembelajaran materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut:

1) Menelaah kurikulum KTSP SD kelas V.

2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

35

(49)

3) Mempersiapkan buku dan media yang akan dipergunakan dalam pembelajaran.

4) Membuat lembar observasi.

5) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap ini guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya.

1) Pertemuan I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 januari 2014.

Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pada awal-awal pertemuan guru terlebih dahulu mengatur dan mengkondisikan kelas agar sesuai dengan skenario pembelajaran yang akan diterapkan. Kemudian guru memberikan informasi singkat kepada murid tentang apa saja yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Materi yang diajarkan pada pertemuan satu adalah mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal.

2) Pertemuan II

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari rabu tanggal 22 januari 2014.

Pada pertemuan kedua guru kembali mengulang materi pada pertemuan pertama secara sekilas. Kemudian guru kembali melanjutkan pada materi berikutnya yaitu mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa.

3) Pertemuan III

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 23 januari 2014.

Pertemuan ini merupakan pertemuan akhir sebelum diadakan evaluasi terhadap

(50)

hasil belajar murid selama siklus I berlangsung. Skenario pembelajaran pada pertemuan III sama halnya dengan skenario pembelajaran pada pertemuan I dan II. Pada pertemuan ketiga ini materi yang diajarkan adalah mengubah pecahan kebentuk persen.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi 1) Hasil Observasi

Data tentang sikap murid dalam mengikuti pembelajaran matematika diperoleh melalui lembar observasi. Adapun deskriptif tentang sikap murid selama mengikuti proses pembelajaran pada siklus I ditunjukan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1. Hasil observasi sikap murid selama mengikuti pembelajaran siklus I

No Komponen yang diamati Pertemuan ke-

I II III (%) 1. Jumlah murid yang hadir pada saat

kegiatan pembelajaran. 11 18 15

T E S S I K L U S I

77,21 2. Murid yang memperhatikan pada saat

proses pembelajaran. 8 12 15 61,40

3. Murid yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll).

6 6 5 29,84

4. Murid yang bertanya tentang materi

pelajaran yang belum dimengerti 4 3 5 21,05

5. Murid yang mengerjakan soal dengan

benar di papan tulis. 6 7 10 40,37

6. Murid yang masih perlu bimbingan

dalam mengerjakan soal. 11 10 8 77,21

7 Murid yang memperhatikan penjelasan guru dan mencatat pada saat pembelajaran.

8 10 9 47,37

8. Murid yang mengerjakan pekerjaan

rumah. - 7 10 44,73

Sumber: data diambil dari hasil observasi murid

(51)

Pada Tabel 4.1. diperoleh bahwa pada siklus I dari 19 murid, murid yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran sebanyak 77,21%, Murid yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran sebanyak 61,40%; Murid yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll) sebanyak 29,84%; Murid yang bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti adalah 21,05%; Murid yang mengerjakan soal dengan benar di papan tulis pada saat pembahasan mencapai 40,37%; Murid yang masih perlu bimbingan dalam mengerjakan soal sebanyak 77,21%, Murid yang memperhatikan penjelasan guru dan mencatat pada saat pemebelajaran 47,37%; dan Murid yang mengerjakan pekerjaan rumah sebanyak 44,73%.

2) Hasil Evaluasi

pada siklus ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk ulangan harian setelah penyajian materi selama tiga kali pertemuan. Adapun data hasil analisis deskriktif secara kuantitatif skor hasil belajar matematika murid pada akhir siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Statistik Skor hasil belajar murid Siklus I Kelas V SD Negeri 4 Maroangin

STATISTIK NILAI STATISTIK Subjek

Skor Ideal Skor Tertinggi Skor Terendah Rentang Skor

Median Skor Rata-rata Standar Deviasi

19 100 100 40 60 70 69,47 14,79

(52)

Tabel 4.2. menujukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar matematika murid pada siklus I adalah 69,47 dari skor ideal 100. Skor tertinggi 100 dan skor terendah adalah 40 dengan standar deviasi 14,79 dan dengan rentang skor 60 yang berarti hasil belajar matematika yang dicapai murid Kelas V SD Negeri 4 Maroangin tersebar dari skor terendah 40 sampai 100.

Apabila skor kemampuan murid dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi skor yang ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3. Distibusi Frekuensi dan Persentase Hasil Kemampuan Murid siklus I Kelas V SD Negeri 4 Maroangin.

No Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 1.

2.

3.

4.

5.

0 – 54 55 – 64 65 – 79 80 – 89 90 – 100

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

2 4 8 3 2

10,53 21,05 42,1 15,79 10,53

Jumlah 19 100%

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dikemukakan bahwa dari 19 murid Kelas V terdapat 8 murid atau sekitar 42,11% murid yang tingkat hasil belajar matematikanya pada kategori sedang, pada kategori tinggi ada 3 murid atau sekitar 15,79% dan sangat tinggi ada 2 murid atau 10,53%.

Apabila hasil tes akhir murid pada siklus I dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar murid tes akhir siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4.

(53)

Tabel. 4. 4. Deskripsi Ketuntasan Belajar Matematika Siklus I Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 0 – 64

65 – 100

Tidak Tuntas Tuntas

6 13

31,58 68,42

Jumlah 19 100

d. Refleksi

Pada pertemuan-pertemuan awal pelaksanaan siklus I semangat dan keaktifan murid mengikuti pelajaran yang diberikan hampir tidak mengalami perubahan yang berarti dibanding dengan sebelum pelaksanaan tindakan. Pada umumnya murid hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru tanpa ada pemahaman. Jika guru mengajukan pertanyaan murid tampak lebih berani untuk memberikan jawaban lisan secara bersama-sama. Namun, jika murid diminta untuk menjawab secara perorangan, maka hanya satu atau dua orang saja yang berani memberikan jawabannya.

Dari hasil pengamatan juga diketahui bahwa saat proses belajar mengajar berlangsung sebagian murid tidak memperhatikan pelajaran sehingga sangat sulit bagi murid untuk memahami pelajaran yang diberikan. Sebagian murid kurang aktif dalam kelompoknya dan murid belum dapat menyampaikan pendapatnya pada saat materi pelajaran di ajarkan atau pada saat murid mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal dalam LKS. Hal ini disebabkan karena murid merasa asing dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

(54)

Selain itu dalam siklus ini juga guru belum mampu mengelola waktu dengan baik akibatnya ada tahapan-tahapan dalam dalam skenario yang tidak terlaksana dengan baik karena kehabisan waktu. Aktivitas guru memotivasi murid dan memberikan umpan balik belum optimal. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesungguhan murid dalam mengikuti pembelajaran.

Menjelang pertemuan-pertemuan akhir pelaksanaan siklus I sudah nampak sedikit kemajuan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa orang yang berani mengajukan pertanyaan atau tanggapan pada saat proses belajar mengajar atau proses pembahasan materi pelajaran dan contoh-contoh soal. Namun pada umumnya murid-murid yang aktif tersebut hanya murid yang memperoleh nilai yang baik pada tugas-tugas sebelumnya, sedangkan murid yang lain hanya diam dan mencatat setiap materi yang diberikan. Berdasarkan hasil tes siklus hanya 68,42% murid yang tuntas belajar atau belum mencapai indikator keberhasilan yaitu minimal 85% dari 65 KKM. sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II.

Bimbingan terhadap murid yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan latihan perlu ditingkatkan, kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada tindakan siklus I akan diperbaiki pada pelaksanaan tindakan siklus II.

2. Deskripsi siklus II

Tindakan siklus II sama seperti tindakan pada siklus I yaitu dilaksanakan tiga kali pertemuan pada tanggal 01, 06, dan 08 Februari 2012. Masing-masing pertemuan adalah 3 x 35 menit. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:

(55)

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil observasi, evaluasi dan refleksi diri pada tindakan siklus I, maka peneliti bersama dengan guru merencanakan tindakan siklus II agar kekurangan-kekurangan pada tindakan siklus I dapat diperbaiki.

Adapun hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka memperbaiki tindakan siklus II adalah:

1) Guru harus lebih mengoptimalkan pemberian motivasi kepada siswa untuk meningkatkan kerjasama antar kelompok.

2) Guru harus lebih tegas menegur atau memberi sangsi kepada murid yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan tidak mau bekerja sama dengan kelompoknya.

3) Guru harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan kegiatan dalam skenario pembelajaran dapat terlaksana.

Selain hal-hal yang merupakan rencana perbaikan tindakan siklus I, peneliti harus mempersiapkan juga skenario pembelajaran seperti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan buku dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran, membuat lembar observasi, dan menyiapkan soal test setelah dilaksanakan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak sedikit ibu rumah tangga bahkan kita sendiri sering kali lupa mematikan kran bak mandi, hal ini mengakibatkan air akan terbuang sia-sia bahkan yang lebih buruk tagihan

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Mukri mengenai perilaku remaja dalam pelaksanaan ibadah sholat remaja skitar, yaitu “sudah terihat jelas bagaimana kondisi jama’ah

conversion in Indonesia, where the independent variable used in this study is also one of the variables used in the study. Farmers’ term of trade as a proxy for the

Tulisan ini merupakan bagian dari kegiatan Riset Kapasitas PEnangkapan Cantrang pada Perikanan Demersal di Laut Jawa Serta Pukat Cincin pada Perikanan Cakalang dan

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari program S-1 jurusan Akuntansi

Di Indonesia, permasalahan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) berkisar pada penyesuaian materi belajar, perbedaan kemampuan intelektual, keterbatasan waktu

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... Implementasi Sistem ... Implementasi Antarmuka ... Form Informasi Jadwal ...