• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KADAR BORON PADA TANAH DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER ULTRA VIOLET-VISIBLE (UV-VIS) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS)MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISA KADAR BORON PADA TANAH DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER ULTRA VIOLET-VISIBLE (UV-VIS) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS)MEDAN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KADAR BORON PADA TANAH DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

ULTRA VIOLET-VISIBLE (UV-VIS) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA

SAWIT (PPKS)MEDAN LAPORAN TUGAS AKHIR

FLADELA ANANDA SUCI 152401028

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

ANALISA KADAR BORON PADA TANAH DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

ULTRA VIOLET-VISIBLE (UV-VIS)DI PUSAT PENELITIAN KELAPA

SAWIT (PPKS)MEDAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

FLADELA ANANDA SUCI 152401028

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(3)
(4)

i

ANALISA KADAR BORON PADA TANAH DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER ULTRA VIOLET-VISIBLE (UV-VIS) DI PUSAT

PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2018

Fladela Ananda Suci 152401028

(5)

ii

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir ini dengan judul Analisa Kadar Boron Pada Tanah Dengan Menggunakan Spektrofotometer Ultra Violet-Visible (UV-Vis) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

Selama penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dari bergbagai pihak, baik berupa material, spiritual, informasi maupun sesi administrasi, oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Drs. Kerista Sebayang, M.S selaku Dekan Fakultas FMIPA USU

2. Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU 3. Dr. Minto Supeno, MS selaku ketua Jurusan/Program Studi D3 Kimia FMIPA

USU

4. Dra. Nurhaida Pasaribu, M.Si selaku Sekretaris Jurusan/Program Studi D3 Kimia FMIPA USU

5. Prof. Dr. Seri Bima Sembiring, M.Sc selaku Dosen Pembimbing 6. Seluruh staf pengajar dan pegawai kimia FMIPA USU

7. Pimpinan, Staf dan Karyawan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan 8. Teristimewa untuk keluarga penulis, kepada kedua orang tua tercinta dan

tersayang Suci Mulya Hardianto dan Nina Fiantiska serta kedua adik saya Muhammad Haikal dan Al-Ghitsa Febila yang selama ini memberikan bantuan dan dukungan yang diperlukan

9. Untuk seluruh rekan-rekan kuliah IMADIKA 2015 terkhusus Kelas A yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini

(6)

iii

10. Untuk seluruh adik-adik junior terkasih IMADIKA 2016 dan 2017 yang telah memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini

11. Untuk partner prakter kerja lapangan penulis, Amira Masrun, Ika Rahmayani, dan Nurun Nisa yang telah memberikan bantuan dan masukan kepada penulis selama melakukan penelitian dan menyelesaikan prakter kerja lapangan.

Walaupun penulis berupaya semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan yang ada pada penulis.Akhir kata penulis berharap laporn tugas akhir ini bergun bagi semua pihak yang memerlukannya khususnya bagi penulis.

Medan, Juni 2018

Penulis

(7)

iv

ANALISA KADAR BORON PADA TANAH DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER ULTRA VIOLET-VISIBLE (UV-VIS) DI PUSAT

PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar boron dalam tanah dari salah satu perkebunan kelapa sawit Kalimantan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan sebanyak 11 sampel dari nomor 353–362. Analisa dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer uv–visible pada panjang gelombang 430 nm. Dari hasil analisa kadar boron pada sampel no 353 didapatkan hasil sebesar44,52 ppm; untuk sampel no 354 didapatkan hasil sebesar 69,85 ppm; untuk sampel no 355 didapatkan hasil sebesar 66,74 ppm;

untuk sampel no 356 didapatkan hasil sebesar 66,76 ppm; untuk sampel no 357 didapatkan hasil sebesar 73,29 ppm; untuk sampel no 358 didapatkan hasil sebesar 7,88 ppm; untuk sampel no 359 didapatkan hasil sebesar 81,84 ppm; untuk sampel no 360 didapatkan hasil sebesar 90,32 ppm; untuk sampel no 361 didapatkan hasil sebesar 93,38 ppm; dan untuk sampel no 362 didapatkan hasil sebesar 101,97 ppm.

Kata kunci : boron (B), kelapa sawit, tanah, spektrofotometer UV-VIS

(8)

v

ANALYSIS OF BORON CONDITIONS IN LAND USING ULTRA VIOLET- VISIBLE (UV-VIS) SPECTRUMFOTOMETERS IN PALM OIL RESEARCH

CENTER (PPKS) MEDAN

ABSTRACT

The determination of boron content in the soil from one of the Kalimantan oil palm plantations at the Medan Palm Oil Research Center (PPKS) was 11 samples from 353-362. The analysis was done by using uv - visible spectrophotometer at 430 nm wavelength. From the results of the analysis of boron content in sample no 353 obtained results of 44.52 ppm; for sample no 354 obtained results of 69.85 ppm; for sample no 355 obtained result of 66,74 ppm; for sample no 356 got result of 66,76 ppm; for sample no 357 got result of equal to 73,29 ppm; for sample no 358 got the result of 7.88 ppm;

for sample no 359 obtained result of 81,84 ppm; for sample no 360 obtained results of 90.32 ppm; for sample no 361 obtained result of 93,38 ppm; and for sample no 362 obtained result of 101,97 ppm.

Keywords: boron (B), oil palm, soil, UV-VIS spectrophotometer

(9)

vi DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR SINGKATAN xi

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3. Tujuan 2

1.4. Manfaat 2

BAB 2.TINJAUAN PUSAKA 3

2.1. Kelapa Sawit 3

2.2. Tanah 4

2.2.1. Komponen Organik Tanah 6

2.2.2. Unsur Hara Tanah 7

2.3. Boron 8

2.3.1. Peranan Unsur Boron 9

2.3.2. Gejala Defisiensi Unsur Hara Boron 11

2.4. Spektrofotometri 12

BAB 3. BAHAN DAN METODE 16

3.1. Alat 16

3.2. Bahan 16

3.3. Prosedur Percobaan 17

3.3.1. Pembuatan Larutan CaCl2 17

3.3.2. Pembuatan Seri Standar 100 ppm Boron 1 ml 17

3.3.3. Pembuatan Larutan Seri Standar 0-0,5-1-2-3-4 ppm 17

Boron 1 ml 3.3.4. Pembuatan Larutan Buffer 17

3.3.5. Pembuatan Larutan Azomethine-H 17

3.3.6. Cara Kerja 18

3.3.6.1. Pengeringan Sampel Tannah 18

3.3.6.2. Analisa Sampel 18

(10)

vii

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19

4.1.Hasil 19

4.2. Perhitungan 20

4.3. Pembahasan 21

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 23

5.1. Kesimpulan 23

5.2. Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 25

(11)

viii DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

Tabel 4.1 Kurva Kalibrasi 19

Tabel 4.2 Data Analisa Boron 20

Tabel 4.3 Hasil Analisa Kadar Boron 21

Tabel 4.4 Tabel Hasil Analisa Kadar Boron 23

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

1.1 Kurva Kalibarasi 19

(13)

x

DAFTTAR SINGKATAN

BUMIL = Buruh Militer CPO = Crude Palm Oil

KTK = Kapasitas Tukar Kation PPKS = Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPM = Part Per Million

UV-VIS = Ultra Violet-Visible

(14)

1 BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi olehkesuburan tanahnya yakni kesuburan fisik, kesuburan kimia dan kesuburan biologis. Kalau kesuburan fisik lebih mengutamakan tentang keadaan fisik tanah yang banyak kaitannya dengan penyediaan air dan udara tanah, maka kesuburan kimia yang menyangkut dalam masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefenisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh-berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi senyawa organik ataupun anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain- lain, secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman. Dari unsur hara yang banyak diserap oleh tanaman, boronlah yang jumlahnya paling sedikit dibutuhkah bagi pertumbuhan tanaman. Tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman akan menimbulkan gejala yang cukup serius, seperti pada bagian daun terutama daun-daun yang masih muda terjadi klorosis di permukaan daun bagian bawah yang selanjutnya menjalarke bagian tepi-tepinya dan jaringan daun akan mati.

Boron pada tanaman berperan dalam metabolsime asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin.Disamping itu boron juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari.Kekurangan unsur boron pada tanaman kelapa sawit dapat menyebabkan pertumbuhan tajuk mengeriting atau membelok, ujung pelepah melingkar dan membuka, daun yang baru muncul bentuknya kerdil dan berkerut, kuncup daun muda sulit membuka dan pelayuannya cepat.Kelebihan unsur ini pun dapat menyebabkan racun pada tanaman.Boron dalamtanah terutama sebagai asam borat (H2BO3). Boron dalam

(15)

2 tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5% dari kadar total boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik.Dari penjelasan diatas maka dilakukanlah analisa kadarboron dalam tanah dengan menggunakan spektrofotometeruv-visibleuntuk mengetahui tingkat kesuburan tanah pada salah satu perkebunanKalimantan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

1.2. Permasalahan

Apakah kandungan boron pada perkebunan kelapa sawit di Kalimantan yang diperoleh sesuai dengan nilai optimum kadar boron yang telah ditetapkan untuk tanah perkebunan kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui kandungan boron pada perkebunan kelapa sawit di Kalimantan yang diperoleh sesuai dengan nilai optimum kadar boron yang telah ditetapkan untuk perkebunan kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

1.4. Manfaat

Manfaat dari analisa ini untuk memberikan informasi tentang kandungan unsur boron pada tanah kelapa sawit sehingga pada saat pemupukan tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik dan meningkatkan jumlah produksi kelapa sawit.

(16)

3 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848.Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor.Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911.Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrian Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika.Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawitdi Indonesia.Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.

Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh.Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara–negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton.

Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat.Indonesia menggeser dominasi ekspor negara Afrika pada waktu itu.Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidakdiikuti dengan peningkatan perekonomian nasional.Hasil perolehan ekspor minyak kelapa sawit hanya meningkatkan perekonomian negara asing termasuk Belanda.

Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran.Secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa sawit terhenti. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16 % dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawit Indonesia pun hanya mencapai 56.000 ton pada tahun1948/1949.

Padahal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak kelapa sawit.

Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun 1957, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan keamanan.Pemerintah menempatkan perwira-perwira militer di setiap jenjang manajemen perkebunan yang bertujuan mengamankan jalannya produksi.Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh

(17)

4 Militer) yang merupakan wadah kerjasama antara buruh perkebunan dengan militer.Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negeri yang kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit mengalami penurunan.Pada periode tersebut posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia.

Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sektor penghasil devisa negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan.Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton.Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat(Fauzi, dkk. 2008).

2.2 Tanah

Tanah adalah bahan mineral yang tidak padat (unconsolidated) terletak di permukaan bumi, yang telah dan akan tetap mengalami perlakuan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan lingkungan yang meliputi bahan induk, iklim (termasuk kelembapan dan suhu), organisme (makro dan mikro) dan topografi pada suatu periode waktu tertentu. Pengertian ini disebut sebagai definisi pedologis (pedo adalah gumpalan tanah) karena menurut Darmawijaya (1990) lebih menitikberatkan ilmu tanah sebagai ilmu pengetahuan alam murni dalam hal (1) asal mula dan pembentukan tanah yang tercakup dalam bidang kajian genesis tanah, dan (2) nama-nama, sistematik, sifat, kemampuan dan penyebaran berbagai jenis tanah yang tercakup dalam bidang kajian klasifikasi dan pemetaan tanah. Pemahaman tanah sebagai media tumbuh tanaman pertama kali dikemukakan oleh Dr. H.L. Jones dari Cornell University Inggris, yang mengkaji hubungan tanah pada tanaman tingkat untuk mendapatkan produksi pertanian yang seekonomis mungkin.Kajian tanah dari aspek ini disebut edaphologis(eddaphos adalah bahan tanah subur), namun pada realitasnya kedua definisi selalu terintegrasi.Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefinisikan sebagai, lapisan permukaan yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh berkembangnya perakran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air sdan udara.

(18)

5 Secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur essensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dll), dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyedianan hara tersebut dan zat-zat aditif pemacu tumbuh dan proteksi bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomasa dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan(Hanafish,K.A,2009).

Tanah,sebagai suatu sistem sifat-sifatnya sangat ditentukan oleh komponen penyusunnya. Tanah disusun oleh 4 komponen utama yaitu bahan mineral (±45% ) dan bahan organik (± 5 %) yang merupakan bagian padatan tanah, kemudian air (±25%) dan udara (±25%) yang menempati ruang pori tanah.

Mineral tanah dapat mengadsorpsi polutan organik dan anorganik serta mempercepat degradasinya menjadi bentuk yang non-toksik, menghambat perpindahan atau pergerakan polutan dalam tanah atau mencegahnya diserap oleh tanaman. Beberapa mineral juga merupakan bahan polutan dan dapat menyebabkan masalah lingkungan yang serius bila muncul ke permukaan tanah melalui hancuran iklim oleh aktivitas manusia.

Oleh Klein dan Hulbury (1993) dalam Schulze (2000) mendefinisikan mineral sebagai suatu bentukan alam yang homogen padat dengan komposisi kimia tertentu dan susunan atom yang tertentu pula. Biasanya terbentuk oleh proses inorganik. Komposisi dan susunan atom struktur merupakan penentu sifat mineral tersebut(Mukhlis, 2017).

Tanah sebagai medium tersusun atas bahan mineral (45%), bahan organik (5%), lengas (25%), dan udara (25%).Bahan mineral bahan organik adalah bahan padat tanah (solid material), merupakan sumber unsur hara essensial bagi tanaman. Unsur hara essensial yang dibutuhkan tanaman berjumlah 16 yaitu, C, H, O, N, P,K, S, Ca, Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo, dan Cl.

Unsur C, H, dan O dikenal unsur hara non mineral N, P, dan K disebut unsur hara mineral utama S, Ca, dan Mg digolongkan unsur hara mineral sekunder Fe, Mn, Cu, B, Mo, dan Cl disebut unsur hara mikro. Unsur hara non mineral dimaksudkan unsur hara yang bersumber dari bahan organik, udara, dan air.

(19)

6 Tanaman menyerap unsur hara esensial melalui akar atau daun.Tanah mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar, tetapi hanya sedikit unsur hara yang tersedia untuk tanaman.Misalnya, besi (Fe) total tanah >5000 ppm, Fe tanah yang tersedia <5ppm (Hodges, 2011).

Degradasi kimia akan menyebabkan tanah-tanah tropika mempunyai cadangan unsur hara rendah. Pemasaman tanah akan meningkatkan kadar Al dan besi oksida.

Keadaan ini berpengaruh pada terhadap fiksasi unsur hara P sehingga ketersediaan P akan rendah seperti pada tanah Andisols, Ultisols, Oxisols dan lain sebagainya. Keadaan sebaliknya ialah adanya pembentukan tanah-tanah dengan kadar garam tinggi (salinasi) dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk degradasi tanah (Nurmala et al., 2012).

2.2.1 Komponen Organik Tanah

Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secera fisika,kimia maupun dari segi biologi tanah. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman.

Disamping itu bahan organik merupakan sumber energi dari sebagian organisme tanah(Nurhajati dkk., 1986)

Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang lebih cepat hancur dibandingkan jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60- 90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang (60%), protein (10%), lignin (10-30%), dan lemak (1-8%). Ditinjau dari susunan unsur, karbon merupakan bagian yang terbesar (44%), disusul oleh oksigen (40%) hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman, kecuali C,H, dan O. Walaupun kadar abu hanya terdiri 8%, tetapi mereka memainkan peranan yang amat penting. Unsur-unsur C,H,O mendominasi bahan kering tanaman tidak dapat bereaksi tanpa adanya unsur N,P,K,Ca,Mg dan unsur-unsur mikro lainnya, karena itu pengaruh mereka harus mendapat perhatian.

(20)

7 Komponen organik tanah adalah residu tumbuhan dan hewan di dalam tanah pada berbagai tingkat dekomposisi. Kadarnya ±5% dari total volume tanah.

Konsentarasi C organik berkisar dari < 5 g C/kg tanah (0,5% C)hingga > 130 g C/kg tanah (13% C) di tanah humus alpin (Histosol dan Mollisol) pada lapisan 0-10 cm, pada lahan lempung padang pasir (Aridisol). Bahan organik terdiri atas organisme hidup (10%), akar tanaman (10%), dan humus (80%).Unsur penyusun utama dari bahan organik tanah adalah C (52-58%), O (34-39%), H (3,3-4,8%), dan N (3,7-4,1%).

2.2.2 Unsur Hara tanah

Tanah menyediakan unsur hara atau ion bagi tanaman melalui 3 cara, yaitu intersepsi, difusi, dan aliran masa. Intersepsi adalah proses penyerapan kation, akar tanaman mengambil kation, akar bersinggungan langsung dengan kation. Difusi adalah proses gerakan kation di dalam larutan tanah dari bagian konsentrasi tinggi ke bagian konsentrasi yang rendah. Aliran massa adalah gerakan kation di dalam tanah ke permukaan akar yang terangkut oleh aliran konvektif akibat penyerapan air oleh tanaman (Munawar,2011).

Sifat suatu unsur hara sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal adalah unsur hara itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah sumber, proses, iklim, dan makhluk hidup.Perilaku suatu unsur hara berkaitan dengan sifat unsur hara tersebut, misalnya nitrogen bersifat gas N2 atau NO dengan perilaku N2

atau NO sangat ringan sehingga mudah hilang ke atmosfir bumi. Perilaku unsur hara sangat menentukan ketersediaan unsur hara di dalam tanah.

Unsur hara essensial ialah unsur hara yang dibutuhkan mutlak untuk menyelesaikan siklus hidup tanaman, tanpa unsur hara ini tanaman tidak mampu melangsungkan siklus hidupnya. Fungsi unsur hara essensial tidak dapat digantikan oleh unsur hara yang lain, dan fungsinya sangat khusus(Prasad dan Power,1997).

Unsur hara essensial yang dikenal berjumlah 16. Unsur hara essensial sebagai berikut, karbon (C), Hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), belerang (S), kalsium (Ca), magnesium (Mg), semuanya disebut unsur hara makro. Besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), molybdenum (Mo), boron (B), dan khlor

(21)

8 (Cl), semuanya disebut unsur hara mikro. Selain unsur hara essensial, unsur hara yang bermanfaat bagi kehidupan jasad hidup adalah natrium (Na), dan silica (Si) (Rosmarkam,dkk,2002).

2.3 Boron

Boron dalam tanah terutama sebagai (H2BO3) dan kadarnya berkisar 7 – 80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion bort hidrat B(OH)4ˉ. Boron yang tersedia dalam tanaman hanya sekitar 5% dari kadar total boron dalam tanah. Analisis boron tersedia dalam tanah ditentukan dengan ekstraksi menggunakan aquades panas.Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proes aliran masa dan difusi. Selain itu boron terdapat dalam senyawa organik, boron juga terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi 9isomorfik dengan Al3+ dan Si4+ .ketersediaan boron dalam tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah, macam lempung, pH, bahan organik tanah, Al dan Fe Hidroksida, dan susunan ion dalam tanah. Hal yang terakhir disebabkan oleh antagonistik dengan unsur lain.

Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara adalah turmalin (H2MgNaAl3(BO)2Si4O2)O20 yang mengandung 3%-4% boron. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami metamorfosis.Mineral lain yang mengandung boron adalah Kernit (Na2B4O7.4H2O), Kolamit (Ca2B6O11.5H2O), Uleksit (NaCaB5O9.8H2O).Boron dalam tanaman diserap dalam bentuk B4O7ˉ, H2BO3ˉ, HBO3ˉ, atau BO3ˉ.Boron di dalam tanaman tidak dapat berpindah tempat dari jaringan tua ke jaringan muda yang kekurangan.

Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperan dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol, dan auksin. Disamping itu boron juga berperan dalam pembelahan sel, pemanjangan sel, diferensi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari,boron dalam tanah ada tiga bentuk, yaitu senyawa silikat, terikat mineral lempung, dan senyawa organik.Dalam silikat boron memiliki struktur inti melalui substitusi isoformik terhadap ion Al3⁺ dan Si4⁺ mula-mula boron terikat pada permukaan lempung kemudian masuk kedalam inti.boron dalam bentuk ini relatif resisten.

(22)

9 Boron yang terikat lempung dan sesquioksida penting karena umumnya tersedia untuk tanaman. Tempat terikatnya boron adalah patahan ikatan Si-O dal Al-O pada pinggiran mineral alumino silikat, pada lempung amorf hidrat, pada kluster Mg hidroksida, pada oksi dan hidroksi dari Fe dan Al. Boron seperti unsur mikro lainnya umumnya dipengaruhi oleh bahan organik tanah, tanah yang kadar organiknya tinggi umumnya kadar boronnya juga tinggi(Rosmarkam,dkk,2002).

2.3.1 Peranan Unsur Boron

Walaupun unsur boron hanya sedikit saja yang diperlukan tanaman bagi pertumbuhannya,tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman gejalanya cukup serius, seperti pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda terjadi klorosis, secara setempat–setempat pada permukaan daun bagian bawah, yang selanjutnya menjalar ke bagian tepi–tepinya. Jaringan–jaringan daun mati.Daun-daun yang baru yang masih kecil dapat berkembang, sehingga pertumbuhan selanjutnya kerdil.Kuncup–

kuncup yang mati berwarna hitam atau coklat. Fungsi boron dalam tanaman antara lain, berperan dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol, dan auksin.

Disamping itu boron juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari. Gejala defisiensi hara mikro ini antara lain: pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas rendah, dan biasanya akan sangat mudah terserang penyakit.

Selain itu peranan unsur hara boron ialah merismatik tanaman, sintesa gula dan karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein.Kekurangan boron menyebabkan ujung daun tidak normal, rapuh dan berwarna hijau gelap,daun yang baru tumbuh memendek sehingga bagian atas tanaman terlihat merata. Penyebab defisiensi boron antara lain adalah rendahnya boron tanah, tingginya aplikasi nitrogen, kalium dan kalsium. Pelepah memendek, malformasi anak daun, daun mengkerut boron dibutuhkan oleh tanaman, tetapi belum ditujukan adanya kebutuhan pada hewan.Suatu pengaruh mutu nutrisi dari penggunaan pupuk boron, atau dari variasi tingkat boron tersedia dalam tanah,bersifat tidak langsung.Boron yang ditambahkan pada tanah dengan kandungan boron rendah memungkinkan tanaman tumbuh dengan normal dan mensintesis

(23)

10 senyawa–senyawa organik yang penting bagi nutrisi manusia atau hewan.Meningkatnya konsentrasi karotena dalam akar dianggap disebabkan oleh meningkatnya translikasi karotena dari bagian atas dalam tanaman dengan kandungan boron cukup. Pengaruh lain dari boron pada konsentrasi karotena telah dicatat dalam hijauan makanan ternak dimana penggunaan pupuk boron memperbaiki klorosis pada daun. Natrium tetraborat merupakan sumber pupuk boron utama.Tingkat hidrasi diantara bahan–bahan yang tersedia menghasilkan konsentrasi boron yang berkisar dari 11 sampai 20%.Bentuk yang paling pekat terutama dirancang untuk semprotan daun.Boron dapat diberikan pada tanah maupun pada daun untuk mengoreksi kekahatan.Beberapa aplikasi daun dengan takaran rendah lebih efektif daripada suatu aplikasi tunggal dengan takaran yang lebih tinggi. Hal ini telah ditunjukkan dengan tanaman–tanaman lainnya dan tampaknya disebabkan oleh ketidakmobilan boron dalam jaringan daun (Engelstad,1997). Boron diperlukan untuk pembelahan sel, perkecambahan tepung sari, pembentukkan bunga, akar dan pengangkutan zat dalam tanah.Kekurangan boron mulai tampak dari pucuk.Daun pucuk menjadi kecil-kecil, tebal dan diikuti oleh mati pucuk.Kekurangan boron ini dapat diatasi dengan pemupukkan boraks. Sedangkan kelebihan boron akan tampak pada daun tua yang ditandai dengan bercak-bercak nekrosis pada daun berupa klorosis yang kemudian menjalar kearah tulang daun utama. Pada ujung dan tepi daun kemudian timbul nekrosis, akhirnya seluruh daun gugur sebelum waktunya.Akar-akar menjadi rusak dan mati.Keracunan boron dapat terjadi karena kemasaman tanah netral atau alkali, tanah yang dari irigasi berkadar boron tinggi, atau dikarenakan oleh pemupukkan boron yang terlalu berlebihan.

2.3.2 Gejala Defisiensi Unsur Hara Boron

Bila tanaman kekurangan unsur hara boron maka, dinding sel yang terbentuk sangat tipis, sel menjadi besar yang diikuti dengan penebalan suberin atau terbentuk ruang–ruang reksigen karena sel menjadi retak dan pecah akibat tidak terbentuk selulosa untuk mempertebal dinding sel. Pertumbuhan vegetatif akan terhambat karena boron berfungsi sebagai aktifator maupun inaktifator hormone auksin dalam pembelahan dan

(24)

11 pembesaran sel. Laju proses fotosintesis akan menurun. Hal ini disebabkan karena gula yang terbentuk dari karbohidrat hasil fotosintesis akan tertumpuk didaun.

Kekurangan unsur ini dapat berpengaruh pada kuncup–kuncup dipucuk yang tumbuh dan akibatnya dapat mematikan. Juga pertumbuhan dalam meristem akan terganggu, dapat menyebabkan terjadinya kelainan–kelainan dalam pembentukan berkas pembuluh. Pengangkutan makanan pun akan terganggu pula. Selain itu pembentukan tepung sarinya akan jelek. Menurut Tim Penulis PS (2007), gejala defisiensi unsur hara boron pada tanaman kelapa sawit adalah: 1. Pertumbuhan tajuk mengeriting atau membelok 2. Ujung pelepah melingkar dan membuka 3.Daun yang baru muncul bentuknya kerdil dan berkerut 4.Kuncup daun muda sulit membuka dan pelayuannya cepat (Mulyani dan Kartasapoetra, 1987).

Jika terjadi kekurangan boron, sel-sel tanaman tetap membelah, tetapi organ- organ struktural, seperti daun, cabang, atau bunga, gagal terbentuk. Peran boron di dalam tanaman adalah membantu sintesis protein, membantu metabolisme karbohidrat, mengatur kebutuhan air di dalam tanaman, membentuk serat dan biji, dan merangsang proses penuaan tanaman sehingga jumlah bunga dan hasil panen meningkat. Boron yang larut di dalam larutan tanah mudah hilang karena tercuci.Kondisi ini terjadi pada tanah masam (pH di bawah 5).Ketersediaan boron paling tinggi pada pH tanah 6-7 dan menurun pada tanah bertekstur liat yang ber-pH 7,5-8,5. Boron tidak dapat dipindahkan dari satu jaringan ke jaringan lain sehingga gejala awal akan terlihat pada jaringan muda, misalnya kematian pucuk. Kekurangan boron pada beberapa komoditas menunjukkan gejala yang jelas, misalnya warna buah yang pucat, kulit buahnya retak dan rasanya seperti gabus.Sangat disarankan aplikasi pupuk boron melalui tanah, kecuali untuk tanaman yang telah mendapatkan program penyemprotan secara rutin.Keracunan dapat menjadi masalah yang sangat serius jika jumlah boron terlalu berlebih(Novizan, 2005).

Walaupun unsur boron hanya sedikit saja yang diperlukan tanaman bagi pertumbuhannya, tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman gejalanya cukup serius, seperti antara lain: a. pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda terjadi klorosis secara setempat-setempat pada permukaan daun bagian bawah, yang selanjutnya menjalar ke bagian tepi-tepinya. Jaringan-jaringan daun mati.Daun-daun

(25)

12 baru yang masih kecil-kecil tidak dapat berkembang, sehingga pertumbuhan selanjutnya kerdil.Kuncup-kuncup yang mati berwarna hitam atau coklat b. pada bagian buah terjadi penggabusan, sedang pada tanaman yang menghasilkan umbi, umbi-umbinya kecil-kecil yang terkadang penuh dengan lubang-lubang kecil berwarna hitam, demikian pula denganbagianakar-akarnya(sutejo,1987).

2.4 Spektrophotometri

Pengukuran dengan alat spektrophotometer atau spektronik dilakukan terhadap bahan analit yang dapat berwarna. Beberapa unsur atau senyawa analit dapat menimbulkan warna bila direaksikan dengan bahan tertentu. Agar konsentrasi analit dapat diukur maka kepekatan warna yang yang ditimbulkannya yang di ukur, dengan menggunakan alat spektrophotometer.

Spektrophotometer pada hakekatnya mengukur besarnya absorbsi radiasi dari sinar yang melalui medium bewarna. Oleh hukum Beer-Lambert dinyatakan bahwa besarnya absorbsi radiasi berbanding lurus dengan konstrasi zat yang dilalui oleh radiasi.

Jika suatu larutan analit ingin di ukur, maka sebelumnya harus direaksikan dengan bahan tertentu sehungga menimbulkan warna yang spesifik, yang kepekatannya sebanding dengan konsentrasinya. Namun yang diperoleh adalah nilai absorbennya saja. Untuk mengetahui konsentrasi analitnya maka digunakan larutan standar, yaitu larutan yang telah ditetapkan konsentrasinya dan diberi bahan yang dapat memberikan warna yang sama. Kemudian diukur absorbennya di spektrophotometer. Bila konsentrasi larutan standar bertingkat maka dapat dibuat grafik hubungan antara absorben dengan konsentrasi. Besarnya konsentrasi analit dari bahan yang diukur dapat diketahui dengan menginterpolasikan nilai absorbennya ke garfik larutan standar( Mukhlis, 2014).

Komponen-komponen pokok spektrofotometer meliputi:

1. Sumber tenaga radiasi

Sumber radiasi yang ideal untuk pengukuran serapan harus menghasilkan spektrum kontinu dengan intensitas yang seragam pada keseluruhan kisaran panjang gelombang. Sumber radiasi sinar ultraviolet yang kebanyakan digunakan adalah lampu hidrogen dan lampu deuterium. Kedua lampu tersebut dari

(26)

13 sepasang elektroda yang terselubung dalam tabung gelas dan diisi gas hidrogen atau deuterium pada tekanan yang rendah,

Sumber radiasi sinar lihat dan radiasi sinar infra merah dekat yang biasa digunakan adalah lampu filamen tungsten. Filamen dipanaskan oleh sumber arus searah atau baterai. Filamen tungsten menghasilkan radiasi kontinu dalam daerah antara 350 dan 2500 nm.

2. Monokromator

Dalam spektrofotometer, radiasi yang polikromatik harus diubah menjadi radiasi monokromatik. Ada dua jenis alat yang digunakan untuk mengurai radiasi polikromatik menjadi monokromatik yaitu penyaring/filter dan monokromator.

Penyaring terbuat dari benda khusus yang hanya meneruskan radiasi pada daerah panjang gelombang tertentu dan menyerap radiasi panjang gelombang yang lain.

Monokromator merupakan serangkain alat optik yang menguraikan radiasi polikromatik menjadi jalur-jalur dengan panjang gelombang tunggal.

3. Tempat cuplikan

Cuplikan yang akan dianalisis pada daerah sinar ultraviolet atau sinar terlihat/tampak yang berwujud gas atau larutan ditempatkan dalam sel atau kuvet. Untuk analisis pada daerah ultraviolet lazim digunakan quartz atau sel dari silika yang dilebur, sedangkan untuk analisis daerah terlihat/tampak digunakan gelas biasa atau quartz. Sel yang digunakan untuk berwjud gas mempunyai panjang lintasan 0,1 hingga 100 nm, sedangkan sel untuk larutan mempunyai panjang lintasan tertentu dari 1 hinggs 10 cm.

4. Detektor

Detektor menyerap tenaga foton yang mengenainya dan mengubah tenaga tersebut untuk dapat diukur secara kuantitatif seperti sebagai arus listrik atau sebagai perubahan panas. Persyaratan paling penting untuk detektor meliputi:

1. Sensivitas yang tinggi hingga dapat mendeteksi tenaga cahaya yang memiliki tingkatan rendah sekaligus.

(27)

14 2. Waktu respon yang pendek

3. Stabilitas yang lama untuk menjamin respons secara kuantitatif dan 4. Sinyal elektronik yang mudah diperjelas.

Detektor yang digunakan dalam sinar ultraviolet dan terlihat disebut detektor fotolistrik (Sastrohamidjojo, 2013).

Pelarut yang dapat digunakan untuk spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak,dengan panjang gelombang transparan terendahnya adalah air (190nm), etanol (210nm), n-heksan (195nm), sikloheksan (210nm), benzen (280nm), dietil eter (210 nm), aseton (330nm), dan 1,4-dioksan (220 nm).

Analisis kualitatif, kegunaan spektrofotometri ultraviolet dan sinar tampak dalam analisis kualitatif sangat terbatas, karena rentang radiasi yang relatif sempat (500 nm) hanya dapat mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui, tidak memungkinkan.

Analisis kuantitatif, penggunaan utama spektroskopi ultraviolet-sinar tampak adalah dalam analisa kuantitatif. Apabila dalam alur radiasi spektrofotometer terdapat senyawa yang mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan radiasi yang mencapai detektor. Parameter kekuatan energi radiasi khas yang di absorbsi yang diabsorbsi oleh molekul adalah absorban (A) yang dalam batas konsentrasi rendah nilainya sebanding dengan banyaknya molekul yang mengabsorpsi radiasi dan merupakan dasar analisis kuantitatif. (Satiadarma dkk., 2004).

(28)

15 BAB 3

BAHAN DAN METODE 3.1. Alat-alat

 Erlenmeyer asa 250 ml

 Timbangan analitik

 Hot plate

 Botol plastik 100 ml

 Botol plastik 20 ml

 Corong plastik

 Spektrofotometer

 Pipet tetes

3.2. Bahan-bahan

 Larutan CaCl2

 Larutan seri standar 100 ppm B 1ml

 Larutan seri standar 0-0,5-1-2-3-4 ppm B 1ml

 Larutan buffer

 Larutan Azomethine-H

(29)

16 3.3 Prosedur percobaan

3.3.1 Pembuatan larutan CaCl2

Ditimbang 55 g CaCl2 dalam gelas piala, larutkan dengan aquadest dimasukkan kedalam labu ukur 1 liter

3.3.2 Pembuatan larutan seri standar 100 ppm boron 1ml

Dipipet 10 ml larutan standar 1000 ppm boron kemudian encerkan dengan aquadest dan masukkan kedalam labu ukur 100 ml

3.3.3 Pembuatan larutan seri standar 0-0,5-1-2-3-4 ppm boron 1ml

Dipipet larutan standar boron kedalam labu ukur 100 ml kedalam masing-masing 0- 0,5- 1- 2- 3- 4 ml, diencerkan sampai tanda batas dengan aquadest

3.3.4 Pembuatan larutan buffer

100 gram ammonium asetat + 2,68gram EDTA + 160 ml air aquadest + 50 ml asam asetat glasial + 2,4 ml asam thioglikolat aduk hingga merata. Biarkan 1 malam

3.3.5 Pembuatan larutan Azomethine- H

Timbang 0,9 gram Azomethin-H + 2 g Asam Askorbat ke gelas piala dilarutkan dengan aquadest dan masukkan kedalam labu ukur 100 ml (dibuat seperlunya karena tidak tahan lama).

(30)

17 3.3.6 Cara kerja

3.3.6.1 Pengeringan sampel tanah

Diletakkan sampel tanah pada wadah pengering sampel diletakkan di tempat pengeringan sampel selama 2-3 hari.Penghalusan sampel tanah dihaluskan sampel tanah yang kering menggunakan alu danlumpang disaring dengan ayakan 35 meshdimasukkan ke dalam botol sampel.

3.3.6.2 Analisa sampel

Ditimbang 10 gram sampel tanah gambut no 353 masukkan kedalam erlenmeyer asa 250 ml. Tambahkan 80 ml aquadest, tutup erlenmeyer dengan penutup kaca, panaskan diatas hot plate sampai mendidih (uap tidak boleh keluar dari penutup kaca), angkat sampel, buka penutup kaca dan tambahkan 3 tetes CaCl2, diaduk hingga merata kemudian disaring dengan kertas saring whatmann no.5 ke dalam botol plastik. Dipipet larutan standar 2 ml masukkan ke dalam botol plastik 20 ml, dipipet larutan blanko 2 ml masukkan kedalam botol plastik 20 ml, dipipet filtrat sampel 2 ml masukkan kedalam botol plastik, tambahkan 4 ml buffer dan 2 ml azometine-H, lalu kocok, kemudian ditutup selama 30 menit.Ukur absorbansi sampel tersebut dengan spektrofotometer.

Hal yang sama dilakukan untuk sampel no 354-362. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.2 dan 4.3.

(31)

18

y = 0,157557x + 0,006617 R² = 0,997499

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

0 1 2 3 4 5

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Sebelum menghitung kadar boron dalam tanah terlebih dahulu di buat kurva kalibrasi, kurva kalibrasi yang diperoleh sebagai berikut

Tabel 4.1 Kurva Kalibrasi Konsentrasi

seri standard Absorbansi seri standard

0 0.001

0.5 0.083

1 0.159

1.5 0.247

2 0.345

3 0.469

4 0.633

Konsentrasi (mg/L) Gambar 1.1 Kurva Kalibrasi A

b s o r b a n s i (%)

(32)

19 Berdasarkan kurva kalibrasi diatas diperoleh ppm kurva.Data analisa boron (B) yang tersedia dalam tanah di perkebunan Kalimantan terdapat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2Data Analisa Boron Absorbansi

No

sampel Sampel Blanko Sampel-

Blanko Ppm kurva (mg/L)

Berat sampel

basah (g)

Berat sampel

kering (g)

353 0,127 0,003 0,632 3,969 10,0000 7,1322

354 0,607 0,003 0,604 3,792 10,0000 4,3424

355 0,531 0,003 0,528 3,309 10,0000 3,9664

356 0,529 0,003 0,526 3,296 10,0000 3,9504

357 0,550 0,003 0,547 3,430 10,0000 3,7437

358 0,166 0,003 0,827 5,207 10,0000 5,3488

359 0,185 0,003 0,922 5,810 10,0000 5,6792

360 0,217 0,003 1,082 6,825 10,0000 6,0457

361 0,153 0,003 0,762 4,794 10,0000 4,1073

362 0,171 0,003 0,852 5,366 10,0000 4,2096

4.2 Perhitungan

Keterangan: ml ekstrak =80 ml Slope = 0,006617 Intersept= 0,157557

Ppm kurva = (sampel−blanko)− slope intersept

=(0,632)− 0.006617 0.157557

=3,969 mg/L

Kadar boron =ppm kurva x ml ekstrak1000 x 1000 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

= 3,969x (

80

1000)x 1000 7,1322

(33)

20

= 44,52 ppm

Dari hasil analisa seperti diatas di peroleh kadar boron seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Hasil Analisa Kadar Boron No sampel Kadar boron

(ppm)

353 44,52

354 69,85

355 66,74

356 66,76

357 73,29

358 77,88

359 81,84

360 90,32

361 93,38

362 101,97

4.3 Pembahasan

Dari hasil analisa kadar boron pada sampel no 353 didapatkan hasil sebesar44,52 ppm, untuk sampel no 354 didapatkan hasil sebesar 69,85 ppm, untuk sampel no 355 didapatkan hasil sebesar 66,74 ppm, untuk sampel no 356 didapatkan hasil sebesar 66,76 ppm, untuk sampel no 357 didapatkan hasil sebesar 73,29 ppm, untuk sampel no 358 didapatkan hasil sebesar 7,88 ppm, untuk sampel no 359 didapatkan hasil sebesar 81,84 ppm, untuk sampel no 360 didapatkan hasil sebesar 90,32 ppm, untuk sampel no 361 didapatkan hasil sebesar 93,38 ppm, dan untuk sampel no 362 didapatkan hasil sebesar 101,97 ppm. Maka, kadar boron yang diperoleh cukup tinggi mengingat kisaran unsur hara boron dalam tanah antara 2-270 ppm, akan dapat disimpulkan bahwa tanah perkebunan Kalimantan tersebut memiliki kandungan unsur hara boron yang cukup tinggi.

Pembahasan dalam analisis boron pengukuran dilakukan dengan instrumentasi.Pengukuran instrumentasi merupakan pengukuran yang dilakukan dengan

(34)

21 menggunakan alat instrumentasi analisis.Untuk menganalisa boron dalam tanah digunakan spektrofotometer UV-Visible.Pengukuran dengan alat spektrofotometer atau spektronik dilakukan terhadap bahan analit yang dapat berwarna.Beberapa unsur atau senyawa analit dapat menimbulkan warna bila direaksikan dengan bahan tertentu.Dalam hal ini digunakan pereaksi azomethine-H. Agar konsetrasi analit dapat diukur maka kepekatan warna yang ditimbulkannya yang selanjutnya akan diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer. Jika suatu larutan analit ingin diukur, maka sebelumnya harus direaksikan dengan bahan tertentu sehingga menimbulkan warna yang spesifik, yang kepekatannya sebanding dengan konsentrasinya.Namun yang diperoleh adalah nilai absorbennya saja.Untuk mengetahui konsentrasi analitnya maka digunakan larutan standart, yaitu larutan yang telah ditetapkan konsentrasinya dan diberi bahan yang dapat memberikan warna yang sama. Kemudian diukur absorbennya di spektrofotometer.Bila konsentrasi larutan standart bertingkat maka dapat dibuat grafik hubungan antara absorben dengan konsentrasi.Besarnya konsentrasi analit dari bahan yang diukur dapat diketahui dengan menginterpolasikan nilai absorbennya ke grafik larutan standart.Perhitungan dengan menggunakan spektrofotometer dilakukan dengan menginterpolasikan hasil pengukuran absorben larutan sampel ke kurva larutan standart atau kurva kalibrasi.Biasanya kurva kalibrasi dibuat pada kertas milimeter dan penginterpolasiannya dilakukan secara manual, tetapi sekarang dapat dilakukan dengan kalkulator atau komputer berdasarkan prinsip regresi linear.

(35)

22 BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

4.4 Tabel hasil analisa kadar boron Absorbansi

No sampel Sampel Blanko Sampel-

Blanko Ppm kurva (mg/L)

Berat sampel

basah (g)

Berat sampel

kering (g)

Kadar boron (ppm) 353 0,127 0,003 0,632 3,969 10,0000 7,1322 44,52 354 0,607 0,003 0,604 3,792 10,0000 4,3424 69,85 355 0,531 0,003 0,528 3,309 10,0000 3,9664 66,74 356 0,529 0,003 0,526 3,296 10,0000 3,9504 66,76 357 0,550 0,003 0,547 3,430 10,0000 3,7437 73,29 358 0,166 0,003 0,827 5,207 10,0000 5,3488 77,88 359 0,185 0,003 0,922 5,810 10,0000 5,6792 81,84 360 0,217 0,003 1,082 6,825 10,0000 6,0457 90,32 361 0,153 0,003 0,762 4,794 10,0000 4,1073 93,38 362 0,171 0,003 0,852 5,366 10,0000 4,2096 101,97 5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa kandungan kadar boron dalam tanah gambut adalah antara 44,52 – 101,97 ppm. Dengan baku mutu kadar boron dalam tanah yang baik adalah antara 2 – 270 ppm, sehingga tanah gambutpada salah satu perkebunan Kalimantan memiliki kadar boron yang baik.

5.2 Saran

Diharapkan agar melakukan analisa terhadap unsur hara lainnya seperti K, Ca, Na, Mg, N, P, Al, dan C-organik agar kualitas tanah perkebunan kelapa sawit dapat ditentukan secara menyeluruh. Sehingga defisiensi pada tanaman kelapa sawit dapat dihindarkan, dan pengaruh yang di hasilkan nantinya juga baik terhadap tandan buah segar kelapa sawit.

(36)

23 Daftar Pustaka

Foth,H.D.1984.Fundamentals Of Soil Science.7th eds.Jhon wiley&Sons.New York Hodges,S.C.2011.Soil Fertility basics NC Certified Crop Advisor Training Soil

SX.Extention.North Carolina State University Mukhlis,dkk.2017.Kimia Tanah.Usu Press : Medan

Munawar,A.2011.Kesuburan Tanah dan Nutrisi tanaman IPB Pres.Bogor Nurhajati,dkk.1986.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung : Lampung Nurmala,dkk.2012.Pengantar Ilmu Pertanian.Graha Ilmu:Yogyakarta

Novizan, 2005, Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Agromedia Pustaka, Jakarta.

Prasad,R.,Power,J.F.1997.Soil Fertility Management For Sustainable Agriculture.CRC Lewis Publ.New York

Riswandi,2007.AnalisisTanah,Air,danTanaman.Bukuajar.Fakultaspertanian,Universitas Bengkulu

Rosmarkam, A.,2002, Ilmu Kesuburan Tanah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sastrohamamidjojo,H.2013.Dasar-Dasar Spektroskopi.Gadjah Mada University Press:Yogyakarta

Sutejo, M.M.,1987, Pupuk dan Cara Pemupukan, Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

(37)

24

LAMPIRAN

(38)

25

(39)

26

(40)

27

Gambar

Tabel 4.1 Kurva Kalibrasi  Konsentrasi
Tabel 4.2Data  Analisa Boron  Absorbansi
Tabel 4.3 Hasil Analisa Kadar Boron   No sampel  Kadar boron

Referensi

Dokumen terkait

atau drag file peta tersebut lewat Arc Catalog menuju layer pada ArcMap.. Jika muncul peringatan Create Pyramid, kilik Yes untuk

Kesimpulan dari penelitian ini adalah suplementasi blok multinutrisi (BM) dalam pakan sapi belum memberikan pengaruh yang optimal terhadap performans (konsumsi pakan,

Suatu metode yang akurat yang dapat dijadikan pedoman didalam melihat respon suatu DAS terhadap bahaya banjir adalah dengan hidrograf satuan.. Saat ini belum ada

Status gizi anak usia sekolah, salah satu indikatornya stunting dapat... Menurut Onyango et

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri, lingkungan keluarga, minat berwirausaha siswa tergolong baik, efikasi diri dan lingkungan keluarga secara parsial

Saran dalam penelitian ini adalah (1) Sebaiknya pihak sekolah perlu lebih memperbanyak kerjasama lagi dengan pihak dunia industri yang sesuai dengan program keahlian yang

Gentian violet had been used to treat otomycosis as it is an aniline dye with effect as an antiseptic, antiinflamatory to reduce edema in auditory canal,

4. Rencana kerja dan laporan dibuat secara jelas dan rinci.. Metode ini dapat memberikan pengalaman belajar yang hampir setaraf dengan metode percobaan. Bedanya, dalam metode