• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

121

BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5

5.1 Konsep Umum Perencanaan dan Perancangan

Konsep yang diterapkan pada Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta terdiri dari dua macam yaitu konsep sistem pembinaan (non arsitektural) dan konsep arsitektural. Konsep sistem pembinaan merupakan asumsi penulis terhadap sistem pembinaan yang ideal di suatu Sekolah Sepak Bola. Sedangkan konsep arsitektural mengacu pada perancangan kompleks Sekolah Sepak Bola yang tidak hanya memiliki fasilitas yang lengkap, namun juga memiliki nilai estetika.

5.1.1 Konsep Sistem Pembinaan

Indonesia membutuhkan wadah pembinaan sepak bola usia muda yang representatif, baik dalam hal sistem pembinaan maupun fasilitasnya. Sekolah Sepak Bola pada proyek ini bertujuan untuk membina bibit-bibit pemain sepak bola Indonesia menggunakan sistem terbaik, agar mereka menjadi pemain profesional yang cerdas, tangguh, dan berkarakter. Pembinaan di usia muda sangatlah penting karena merupakan investasi untuk regenerasi tim nasional maupun klub profesional di masa mendatang. Dengan demikian diharapkan prestasi sepak bola Indonesia dapat meningkat.

Bagan 5.1 Langkah-langkah Pembinaan Usia Muda Sumber: Analisis Penulis

Menjadi pemain profesional Pembinaan

di tempat terbaik

Regenerasi timnas/

klub Seleksi

calon siswa SSB

Prestasi Indonesia meningkat

(2)

122 Sistem pembinaan yang ideal harus mengacu pada standar dan kurikulum yang sudah ditetapkan. Materi pelatihan sepak bola meliputi: fisik, teknik, taktik, dan mental. Selain itu, siswa juga harus menempuh pendidkan formal, tercukupi gizinya, terbentuk karakternya, dan tetap dapat berinteraksi dengan orang lain. Sistem pembinaan yang diterapkan juga harus sesuai dengan tingkat umur siswa dan dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan.

Bagan 5.2 Substansi Pembinaan Sepak Bola Usia Muda Sumber: Analisis Penulis

Perancangan Sekolah Sepak Bola yang bagus tentunya harus memahami bahwa pada hakikatnya siswa di Sekolah Sepak Bola merupakan individu yang berbeda dengan anak-anak lain seusianya. Siswa di Sekolah Sepak Bola dituntut menjalani perannya sebagai pelajar, atlet sepak bola, dan makhluk sosial.

Siswa Sekolah Sepak Bola sebagai pelajar memiliki kewajiban untuk menempuh pendidikan formal minimal sampai jenjang SMA. Kebutuhan pendidikan formal inilah yang membedakan pemain usia muda dengan pemain senior. Sebagai atlet sepak bola, siswa harus memperoleh pembinaan dan pelatihan sepak bola yang terencana, terstruktur, dan sistematis meliputi kemampuan fisik yang prima, teknik yang handal, taktik yang cerdas, dan mental yang kuat. Sementara sebagai

Gizi tercukupi Pendidikan

formal Teknik

Pembentu- kan karakter Fisik

Interaksi sosial Mental

Taktik Substansi

pembinaan sepak bola usia muda

Pembinaan sesuai umur

dan berjenjang

Tingkat mahir U15-U16 Tingkat

menengah U13-U14 Tingkat

dasar U9-U12 Tingkat

pemula U6-U8

(3)

123 makhluk sosial, siswa perlu berinteraksi dengan keluarga, staff pelatih, teman sebayanya, pemain yang lebih senior maupun junior, serta masyarakat umum.

Mereka juga membutuhkan hiburan agar tidak stress. Sebagai makhluk sosial mereka juga dituntut harus memiliki karakter yang baik karena di masa depan mereka akan menjadi role model bagi masyarakat Indonesia. Karakter yang baik juga akan berpengaruh positif pada profesionalisme pemain secara individu dan tim baik di dalam maupun di luar lapangan.

Untuk memenuhi tuntutan tersebut, Sekolah Sepak Bola idealnya dirancang sedemikian rupa sehingga mampu mengakomodasi kebutuhan pengguna dalam bentuk fasilitas ruang di dalam kompleks bangunan. Fasilitas- fasilitas tersebut dapat dikategorikan dalam tipologi bangunan yang berbeda yaitu tipologi bangunan olahraga untuk fasilitas pelatihan olahraga, pelatihan fisik, dan penanganan medis, tipologi bangunan pendidikan untuk fasilitas belajar, serta tipologi bangunan residensial untuk interaksi sosial dan pembentukan karakter pemain. Sementara sebagai pelengkap diperlukan bangunan pengelola untuk menunjang ketiga fungsi utama tersebut.

Bagan 5.3 Keterkaitan Peran dan Aktivitas Siswa terhadap Kebutuhan Ruang Sumber: Analisis Penulis

Pelajar Atlet sepak

bola

Makhluk sosial

Tipologi bangunan

olahraga

Tipologi bangunan Pendidikan

Tipologi bangunan residensial Bangunan penunjang

Peran siswa

Aktivitas belajar Pelatihan

sepak bola

Kebutuhan hidup dan

aktivitas sosial Aktivitas siswa

Kebutuhan ruang

(4)

124 5.1.2 Konsep Arsitektural

Seperti yang telah dijelaskan dalam sub bab sebelumnya bahwa aktivitas siswa yang beraneka ragam memerlukan fasilitas ruang yang beragam pula.

Sehingga akan ada beberapa tipologi bangunan untuk mewadahi aktivitas tersebut.

kegiatan pelatihan sepak bola memerlukan tipologi bangunan olahraga. Aktivitas belajar memerlukan tipologi bangunan pendidikan. Aktivitas sosial siswa sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial memerlukan tipologi bangunan residensial.

Selain itu, sebagai penunjang perlu ada fasilitas pengelola.

Dengan pertimbangan demikian, maka proyek Sekolah Sepak Bola ini dirancang sebagai kompleks Sekolah Sepak Bola yang mengorganisasikan tipologi bangunan olahraga, pendidikan, residensial, dan bangunan penunjang ke dalam tatanan kompleks bangunan yang tertata, menyatu, dan harmonis.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kenyataan bahwa arsitektur sangat erat kaitannya dengan bidang kehidupan lainnya seperti bidang sosial, budaya, dan ekonomi. Oleh karena itu, bangunan harus dapat “berkomunikasi” dengan aspek lingkungan sekitarnya. Salah satu caranya dengan menampilkan citra bangunan yang memunculkan rasa semangat belajar dan berprestasi.

Bagan 5.4 Konsep Arsitektural Sekolah Sepak Bola di Yogayakrta Sumber: Analisis Penulis

Tipologi bangunan

olahraga

Tipologi bangunan Pendidikan

Tipologi bangunan residensial Bangunan pengelola

+++ Citra bangunan Terorganisasi dalam tatanan kompleks Sekolah Sepak Bola

yang tertata, menyatu, dan harmonis

(5)

125 5.2 Konsep Organisasi Tipologi Bangunan

Cara mengornasisaikan tipologi-tipologi bangunan yang berbeda-beda karakternya bisa menggunakan metode pendekatan organisasi spasial menurut Francis D.K.Ching. Meliputi hubungan antar ruang, jenis-jenis organisasi spasial, dan prinsip-prinsip penyusunan seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya (sub bab 4.2.2).

5.2.1 Konsep Hubungan-hubungan Spasial

Hubungan spasial antar tipologi bangunan berbeda-beda. Tergantung pada fungsi, pencapaian, tingkat privasi, dan sifat ruang. Oleh sebab itu, ada tipologi yang letaknya berdekatan, tipologi yang dihubungkan oleh ruang bersama, tipologi ruangan yang saling mengunci. Berikut ini adalah penjelasannya.

1. Ruang ruang yang berdekatan

Untuk tipologi-tipologi yang perlu berdekatan karena fungsi yang berkaitan satu sama lain. Bidang yang membatasi bisa berupa dinding masif, dinding partisi, kolom, atau levelling lantai. Tipologi yang letaknya perlu berdekatan adalah pengelola dan pendidikan; pendidikan dan olahraga; lapangan dan olahraga, pendidikan, pengelola.

Tabel 5.1 Ruang-ruang yang Berdekatan di dalam Site Sumber: Pemikiran Penulis

Bangunan Olahraga

Bangunan Pendidikan

Bangunan Penunjang

(6)

126 Juga pada ruang-ruang di dalam masing-masing tipologi bangunan.

Bidang pembatasnya berupa dinding, kolom, atau levelling lantai.

Gambar 5.1 Ruang-ruang yang Berdekatan di dalam bangunan Sumber: Pemikiran Penulis

2. Ruang-ruang yang dihubungkan oleh sebuah ruang bersama

Untuk tipologi-tipologi bangunan yang sebaiknya berdekatan namun privasi dan ketenangan sehingga tidak berbagi batas secara langsung. Tipologi bangunan tersebut dihubungkan oleh ruang bersama seperti lobby, koridor, selasar, atau taman. Tipologi yang dihubungkan oleh ruang bersama adalah pengelola dan pendidikan; pendidikan dan olahraga.

Gambar 5.2 Ruang-ruang yang Dihubungkan Ruang Bersama (Plaza) Sumber: Pemikiran Penulis

Bangunan Olahraga

Bangunan Pendidikan

Bangunan Penunjang Bangunan

Residensial

(7)

127 Tipologi yang letaknya agak berjauhan sehingga dihubungkan oleh selasar seperti bangunan pengelola, pendidikan, olahraga dengan bangunan residensial

Gambar 5.3 Ruang-ruang yang Dihubungkan Ruang Bersama (Selasar) Sumber: Pemikiran Penulis

3. Ruang-ruang yang saling mengunci

Untuk tipologi bangunan yang sebagian ruangnya menyatu dengan bangunan tipologi lain. Bagian yang saling mengunci terbagi sama rata, salah satu lebih dominan, bagian yang saling mengunci membentuk ruang sendiri. Tipologi yang saling mengunci adalah tipologi yang membutuhkan kedekatan ruang secara vertikal yaitu Olahraga dan pendidikan

Gambar 5.4 Ruang-ruang yang Saling Mengunci Sumber: Analisis Penulis

Bangunan Olahraga

Bangunan Pendidikan

Bangunan Penunjang Bangunan

Residensial

Bangunan Olahraga

Bangunan Pendidikan

Bangunan Penunjang

(8)

128 5.2.2 Konsep Organisasi-organisasi Spasial

Sementara untuk organisasi spasial pada kompleks Sekolah Sepak Bola, tipologi bangunan ditata pada site dengan menggunakan beberapa cara organisasi spasial. Yaitu organisasi grid, dan organisasi klaster. Berikut ini penjelasannya.

1. Organisasi Grid

Organisasi grid dengan membuat grid pada site /bangunan sehingga ada kesinambungan antar bangunan/ruang yang satu dengan yang lain. Grid dibuat 10x10 meter sebagai patokan penataan massa bangunan.

Gambar 5.5 Organisasi Grid pada Site Sumber: Pemikiran Penulis 2. Organisasi Terklaster

Organisasi terklaster untuk mengelompokkan fasilitas ruang ke dalam salah satu massa bangunan, sesuai keterkaitan fungsinya. Peletakan ruang pada massa bangunan yang sesuai:

Gambar 5.6 Organisasi Terklaster pada Site Sumber: Pemikiran Penulis

 Fasilitas olahraga, latihan fisik, dan penangan medis = bangunan olahraga

 Fasilitas ruang kelas, perpustakaan &

komputer = bangunan pendidikan

 Fasilitas temat tinggal, interaksi sosial, hiburan = bangunan residensial

 Fasilitas penerima tamu, ruang kerja, ruang rapat = bangunan pengelola

(9)

129 5.2.3 Konsep Prinsip-prinsip Penyusunan

Selain itu perlu ada prinsip-prinsip penyusunan agar masing-masing ruang menjadi suatu kesatuan yang tertata, menyatu, dan harmonis. Prinsip penyusunan yang digunakan dalam desain Sekolah Sepak bola di Yogyakarta antara lain:

sumbu, hirarki, irama, dan transformasi.

1. Sumbu

Sumbu diperlukan untuk mengatur bentuk dan ruang. Sumbu bersifat imajiner. Kompleks Sekolah Sepak Bola pada proyek ini menggunakan sumbu vertikal dan horizontal pada site untuk mengatur peletakan muka bangunan, serta pada fasade bangunan.

Gambar 5.7 Pengaturan Sumbu pada Site Sumber: Pemikiran Penulis

(10)

130 2. Irama

Irama dalam bangunan diwujudkan dengan pengulangan elemen bangunan seperti kolom, fasade, bukaan, bentuk ruang, dan lain-lain.agar ada keharmonisan antara satu massa bangunan dengan massa bangunan lainnya.

Gambar 5.8 Pengulangan Elemen Bangunan pada Fasade Sumber: Pemikiran Penulis

3. Transformasi

Tranformasi bentuk bangunan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ruang, pengalaman ruang, dan pembentukan citra dinamis. Bentuk dasar pada masing-masing bangunan seragam, namun transformasi bentuknya bisa berbeda- beda. Sehingga tetap ada kesatuan tapi tidak monoton. Transformasi bentuk bisa dengan cara:

1) Transformasi subtraktif (pengurangan) 2) Transformasi aditif (penambahan) 3) Transformasi dimensional

Gambar 5.9 Transformasi Bentuk pada Massa Bangunan Sumber: Pemikiran Penulis

3

1

2

(11)

131 4. Hirarki

Hirarki adalah cara untuk memberikan penekanan visual untuk bentuk dan ruang yang penting. Pada Sekolah Sepak Bola ini, hirarki dilakukan pada massa bangunan pengelola karena massa bangunan ini merupakan bangunan yang akan dituju pertama kali oleh pengunjung. Sehingga desain bangunannya harus paling menonjol dibanding yang lain. Ada point of interest berupa ukuran massa yang lebih besar, keunikan bentuk, dan lokasi yang paling dekat dengan enntrance.

Gambar 5.10 Hirarki Massa Bangunan Penunjang Sumber: Pemikiran Penulis

5.3 Tata Ruang Luar 5.3.1 Tata Massa pada Site

Kompleks Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta seacara keseluruhan memiliki empat massa bangunan utama (bangunan olahraga, pendidikan, residensial, dan penunjang), area lapangan sepak bola outdoor dan indoor, area parkir, dan bangunan servis. Ruang-ruang dan massa bangunan diatur sedemikian rupa dalam site agar tertata, menyatu, dan harmonis meskipun berbeda-beda karakternya. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab konsep organisasi tipologi bangunan, maka tata massa pada site seperti berikut.

Bangunan Olahraga

Bangunan Pendidikan

Bangunan Penunjang

(12)

132 Gambar 5.11 Tata Massa Pada Site

Sumber: Pemikiran Penulis

Bangunan utama bersifat publik, bangunan olahraga dan bangunan pendidikan bersifat semi publik, dan bangunan asrama bersifat privat. Karena bangunan pengelola bersifat publik, maka diletakkan paling dekat dengan entrance. Kemudian di tengah adalah bangunan olahraga dan bangunan pendidikan yang bersifat semi privat. Sementara yang paling jauh adalah bangunan residensial yang bersifat privat.

Keterangan:

1. Lap. Sepak bola outdoor 2. Lap. Sepak bola indoor 3. Bangunan pengelola

1. Bangunan pendidikan 2. Bangunan olahraga 3. Bangunan residensial 4. Area parkir dan servis

2

5 4 3

1 1

7

7 6

(13)

133 Gambar 5.12 Perspektif Kompleks Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta

Sumber: Pemikiran Penulis

Gambar 5.13 Perspektif Kompleks Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta Sumber: Pemikiran Penulis

Keterangan:

4. Lap. Sepak bola outdoor 5. Lap. Sepak bola indoor 6. Bangunan pengelola

5. Bangunan pendidikan 6. Bangunan olahraga 7. Bangunan residensial 8. Area parkir dan servis

2 5

4

3 1

7 6

Bangunan Olahraga

Bangunan Pendidikan

Bangunan Penunjang Bangunan

Residensial

(14)

134 5.3.3 Tata Sirkulasi Ruang Luar

Tata sirkulasi ruang luar dipisahkan menjadi sirkulasi keluar masuk kendaraan, sirkulasi servis dan sirkulasi pejalan kaki di dalam kompleks. Untuk sirkulasi kendaraan, kendaraan masuk dari gerbang utara dan keluar melalui gerbang bagian selatan. Sementara jalur sirkulasi di dalam kompleks melalui pedestrian yang dirancang berhubungan antara satu fungsi kelompok bangunan dengan bangunan lainnya. Berikut adalah gambar sirkulasi ruang luar.

Keterangan:

= Sirkulasi kendaraan keluar masuk kompleks = Sirkulasi kendaraan servis

= Jalur sirkulasi pedestrian di dalam kompleks Gambar 5.14 Tata Sirkulasi Ruang Luar

Sumber: Pemikiran Penulis

(15)

135 5.3.4 Tata Lansekap

Tata lansekap pada Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta ini mengacu pada tata massa bangunan. Lahan kosong yang tidak dibangun ditanami pohon-pohon rindang dan taman sebagai ruang terbuka hijau. Karena lahan cukup luas, vegetasi yang ditanam juga cukup banyak sehingga memberikan suasana sejuk di dalam kompleks Sekolah sepakbola. Ada tanaman yang berfungsi sebagai buffering (pada batas luar site dan jalan raya), sebagai perindang (di sekitar lapangan sepak bola dan bangunan), sebagai penunjuk arah (sepanjang jalan menuju parkir dan bangunan), serta taman. Berikut ini adalah gambar penaataan lansekap pada Sekolah Sepak Bola.

Keterangan: = vegetasi = taman

Gambar 5.15 Tata Lansekap Sumber: Pemikiran Penulis

(16)

136 5.4 Tata Ruang Dalam

5.4.1 Tata Zonasi Ruang Dalam

Untuk penataan ruang-ruang didalam bangunan, ruang-ruang ditata berdasarkan kedekatan fungsi, tingkat privasi, sifat ruang, dan modul bangunan.

Analisis zonasi (publik, semi publik, privat) pada tiap-tiap kelompok massa bangunan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2 Zonasi Ruang Fasilitas Olahraga Fasilitas Pendidikan Fasilitas

Asrama Fasilitas Pengelola Lap. sepak bola

outdoor + tribun Perpustakaan Ruang tamu Lobby & galeri Lap. sepak bola

indoor + tribun Lab komputer Ruang komunal Resepsionis Kolam renang dan

hidroterapy Ruang kelas Ruang makan Ruang tunggu Gymnasium Kantor staff

pendidikan, pelatihan

Kantor pengawas

asrama Cafetaria

Ruang ganti Ruang servis Kamar tidur Minimarket / soccer shop

Ruang medis dan

terapis Kamar mandi Mushala

Gudang alat Dapur Ruang rapat

Ruang servis Laundry Ruang auditorium

Ruang servis Kantor pengelola sekolah

Kantor staff manajemen Ruang karyawan Dapur

Ruang servis Keterangan:

Ruang-ruang yang bersifat publik Ruang-ruang yang bersifat semi publik Ruang-ruang yang bersifat privat

Ruang-ruang yang bersifat sebagai servis

Catatan: Zonasi ini hanya berlaku di dalam masing-masing massa bangunan.

Sumber: Pemikiran Penulis

(17)

137 Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ruang yang bersifat publik adalah ruang yang dapat digunakan oleh pengguna umum, pencapaian sangat mudah, dan tidak membutuhkan privasi yang tinggi. Seperti lobby, galeri, resepsionis, ruang tunggu, cafetaria, minimarket/soccer shop, mushala, lapangan sepak bola outdoor maupun indoor, tribun penonton, dan ruang tamu asrama.

Ruang yang bersifat semi publik adalah ruang yang dapat digunakan oleh pengguna yang memiliki izin dan kepentingan untuk menggunakan ruangan tersebut, pencapaian cukup mudah, membutuhkan privasi yang sedang.

Kebanyakan ruang-ruang ini digunakan oleh beberapa jenis kelompok pengguna.

Seperti ruang rapat, ruang auditorium, kolam renang, hydroterapy, gymnasium, perpustakaan, laboratorium komputer, ruang komunal, dan ruang makan.

Sementara ruang yang bersifat privat adalah ruang yang digunakan oleh individu dari satu jenis kelompok pengguna, pencapaian paling tidak mudah, dan membutuhkan privasi yang tinggi. Seperti kantor pengelola, kantor staff manajemen, ruang karyawan, ruang ganti, ruang medis dan terapis, ruang kelas, kantor staff pendidikan dan peltihan, kantor pengawas asrama, kamar tidur, KM.

Terakhir adalah ruang yang berfungsi sebagai ruang servis. Ruang servis berfungsi untuk menunjang kebutuhan pengguna dan bangunan. Seperti toilet umum, RBS, gudang, dapur, laundry, ruang genset, dan ruang pompa.

5.4.2 Tata Fungsi Ruang Dalam

Penataan ruang disesuaikan dengan kedekatan fungsi ruang, pencapaian, dan tingkat privasi. Penataan secara horizontal, untuk ruang publik diletakkan dekat dengan entrance sehingga mudah dicapai, ruang semi publik diletakkan dekat dengan ruang publik, ruang privat diletakkan paling jauh dari entrance untuk menjaga privasi, dan ruang servis diletakkan paling belakang dan tersembunyi (kecuali untuk toilet umum). Sementara penataan secara vertikal, ruang publik diletakkan di tingkat paling bawah, ruang semi privat diletakkan di tingkat paling bawah dan tengah, ruang privat diletakkan paling atas, dan ruang servis diletakkan menyesuaikan kebutuhan tiap lantai.

(18)

138 5.4.2.1 Tata Fungsi Ruang Dalam pada Tipologi Bangunan Olahraga

Tata fungsi ruang dalam pada tipologi bangunan olahraga adalah sebagai berikut.

Bagan 5.5 Tata Fungsi Ruang pada Tipologi Bangunan Olahraga Sumber: Pemikiran Penulis

Pada tipologi banguna olahraga, massa bangunan menjadi pusat dari lapangan sepak bola karena lapangan sepak bola harus dekat dengan ruang ganti dan ruang medis. Sedangkan ruang medis dekat dengan fasilitas kebugaran seperti kolam renang, kolam terapis, dan gymnasium.

(19)

139 5.4.2.2 Tata Fungsi Ruang Dalam pada Tipologi Bangunan Pendidikan Tata fungsi ruang dalam pada tipologi bangunan olahraga adalah sebagai berikut.

Bagan 5.6 Tata Fungsi Ruang pada Tipologi Bangunan Pendidikan Sumber: Pemikiran Penulis

Pada tipologi bangunan pendidikan, entrance dari plaza (yang menyatu dengan bangunan penunjang. Pengguna masuk melali entrance menuju lobby.

Pengguna yang sebagian besar siswa dapat memilih menuju kelas untuk belajar dan kelas teori, atau ke perpustakaan dan laboratorium komputer. Sedangkan staff pendidikan dan pelatihan dapat menuju ke ruang kerja dahulu sebelum ke ruang kelas.

(20)

140 5.4.2.3 Tata Fungsi Ruang Dalam pada Tipologi Bangunan Residensial Tata fungsi ruang dalam pada tipologi bangunan olahraga adalah sebagai berikut.

Bagan 5.7 Tata Fungsi Ruang pada Tipologi Bangunan residensial Sumber: Pemikiran Penulis

Pada tipologi bangunan residensial terdapat tiga lantai. Entrance utama menuju lobby yang berdekatan dengan ruang tunggu dan kantor pengawas asrama. Untuk orang tua siswa dapat menemui siswa di ruang tunggu. Sedangkan siswa dapat menuju kamar tidur (yang terletak di lantai 1, lantai 2, atau lantai 3), dan melakukan aktivitas bersama di ruang komunal dan ruang makan (lantai 1).

Kamar lantai 1 untuk usia 15-16 tahun, lantai 2 untuk usia 17-18 tahun, lantai 3 untuk usia 19-20 tahun.

(21)

141 5.4.2.4 Tata Fungsi Ruang Dalam pada Bangunan Penunjang

Tata fungsi ruang dalam pada bangunan penunjang adalah sebagai berikut.

Bagan 5.8 Tata Fungsi Ruang pada Bangunan Penunjang Sumber: Pemikiran Penulis

Pada bangunan penunjang, entrance sebagai jalur masuk utama dekat dengan lobby, galeri, dan resepsionis sebagai tempat orientasi. Alur selanjutnya mengarah ke ruang tunggu, cafetaria, atau ke minimarket/soccer shop.

Pengunjung juga dapat menuju ruang rapat dan ruang auditorium (di lantai dua) untuk kegiatan pertemuan, atau ruang kerja pengelola (di lantai dua). Sedangkan pengelola menuju ruang kerja staff pengelola, staff manajemen, atau ruang karyawan yang sifatnya privat dan berada di lantai dua. Pengelola juga dapat melakukan kegiatan di ruang rapat atau ruang auditorium. Pada bangunan penunjang juga disediakan mushala dan toilet umum yang letaknya cukup dekat dengan lobby.

(22)

142 5.4.3 Tata Sirkulasi Ruang Dalam

Sirkulasi ruang dalam dapat berupa sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal. Sirkulai horizontal yang menghubungkan antar ruang dapat melalui plaza, lobby, koridor, maupun selasar. Khusus pada sirkulasi horizontal di dalam tipologi bangunan residensial, terdapat ruang transit pada setiap lantai untuk interaksi sosial siswa.

Gambar 5.16 Sirkulasi Horizontal di dalam Bangunan Sumber: Pemikiran Penulis

Sedangkan sirkulasi vertikal menggunakan tangga. Untuk sirkulasi vertikal tidak perlu lift karena tinggi bangunan tidak lebih dari tiga lantai.

Gambar 5.17 Sirkulasi Vertikal di dalam Bangunan Sumber: Pemikiran Penulis

(23)

143 5.5 Konsep Citra Bangunan

Proyek Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta selain mengutamakan tatanan antar tipologi bangunan, juga mengutamakan citra bangunan. Harapannya agar pengguna maupun masyarakat umum dapat memahami tujuan hakiki dari didirikannya bangunan tersebut sehingga akan muncul gejolak semangat dalam dari mereka untuk terus berlatih, belajar, dan berkontribusi demi memajukan prestasi sepak bola di Indonesia. Berdasarkan analisis sebelumnya, maka dapat disimpulkan citra bangunan untuk masing-masing tipologi sebagai berikut.

Tabel 5.3 Citra Bangunan pada Masing-masing Tipologi Bangunan Aspek

Perbandingan

Tipologi Bangunan

Olahraga Pendidikan Residensial Pengelola Citra

Bangunan

Dinamis;

Kuat;

Modern

Tenang;

Kreatif;

Inspiratif

Tenang;

Interaktif;

Menyenangkan

Terbuka;

Interaktif;

Atraktif Sumber: Pemikiran Penulis

Pengertian masing-masing sifat yang diharapkan sebagai citra bangunan dapat diartikan sebagai berikut ( KBBI):

1. Dinamis = penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan

2. Kuat = banyak tenaganya; tahan; tidak mudah goyah (terpengaruh); teguh 3. Modern = terbaru; mutakhir; sikap dan cara berpikir serta cara bertindak

sesuai dng tuntutan zaman

4. Tenang = tidak gelisah: tidak rusuh; tidak kacau; tidak ribut; aman, tenteram 5. Kreatif = memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan 6. Inspiratif = menginspirasi = menimbulkan inspirasi; mengilhami

7. Interaktif = bersifat saling melakukan aksi; antar-hubungan; saling aktif 8. Menyenangkan = membangkitkan rasa senang hati; memuaskan; menarik 9. Terbuka = tidak sengaja dibuka; tidak tertutup; tersingkap

10. Atraktif = mempunyai daya tarik; bersifat menyenangkan

(24)

144 Citra bangunan dapat diperoleh melalui fungsi ruang dan elemen-elemen pembentuk bangunan yang dapat dilihat secara visual, seperti bentuk bangunan, skala dan proporsi bangunan, warna, serta material bangunan. Aplikasi arsitektural untuk citra bangunan pada masing-masing tipologi dapat dijelaskan sebagai berikut. Tipologi bangunan olahraga menunjukkan citra kuat, dinamis, modern. Penjelasannya sebagai berikut.

Tabel 5.4 Citra Tipologi Bangunan Olahraga Elemen

Pencitraan

Aplikasi Citra

Bangunan 1. Fungsi

ruang

Tempat latihan sepak bola, latihan fisik, ruang medis, ruang ganti

Tempat latihan yang modern, penanganan medis dan kebugaran fisik yang modern

Kuat, dinamis

Modern

2. Bentuk Bentuk dasar: bujursangkar + lingkaran + segitiga

Transformasi bentuk  bentuk kubus dan lengkung, elemen-elemen fasade lengkung + segitiga (struktur baja)

Modern, Dinamis

3. Skala dan proporsi

Monumental lap. indoor, kolam renang Normal  ruang ganti, ruang medis

Modern, kuat

4. Warna Merah + putih/abu-abu  semangat nasionalisme  eksterior dan interior Orange/coklat/kuning  interior dan furniture

Kuat, dinamis

Dinamis, kuat

5. Material Beton, baja  struktur utama

Kaca, metal/polikarbonat  elemen fasade bangunan

Kuat, modern Dinamis, modern Sumber: Pemikiran Penulis

(25)

145 Tipologi bangunan pendidikan menunjukkan citra teang, kreatif, inspiratif.

Penjelasannya sebagai berikut.

Tabel 5.5 Citra Tipologi Bangunan Pendidikan Elemen

Pencitraan

Aplikasi Citra

Bangunan 1. Fungsi

ruang

Ruang kelas, ruang diskusi

Perpustakaan, lab komputer  sarana menambah pengetahuan terutama dari dunia luar

Ruang dan koridor bangunan yang menampilkan berbagai hal tentang sepak bola (sejarah, pemain, kejuaraan, prestasi, kata-kata motivasi, dll)

Ruang dan koridor bangunan yang menampilkan berbagai art work karya siswa

Tenang, kreatif, inspiratif, Tenang, Inspiratif

Inspiratif

Kreatif, inspiratif

2. Bentuk Bentuk dasar: bujursangkar + segitiga Transformasi bentuk  bentuk kubus, elemen-elemen fasade/struktur segitiga

Kreatif, inspiratif

3. Skala dan proporsi

Normal  untuk ruang-ruang kelas, perpustakaan, laboratorium komputer tidak perlu skala dan proporsi yang monumental

Tenang

4. Warna Dominasi hijau + abu-abu/putih (gradasi)

 eksterior dan interior (ruang kelas, perpustakaan, lab.komputer)

Warna-warna alami yang didapat dari material (hijau dari vegetasi, coklat dari kayu)  elemen eksterior dan interior

Tenang (konsentrasi, segar) Tenang

(26)

146 Sedikit elemen warna orange  furniture

>< kontras dengan warna hijau yang tenang

Inspiratif, kreatif

5. Material Beton  struktur utama

Kaca  fasade bangunan transparan sehingga dapat melihat suasana di luar Kayu  elemen fasade bangunan

Inspiratif

Tenang Sumber: Pemikiran Penulis

Tipologi bangunan residensial menunjukkan citra tenang, interaktif, menyenangkan. Penjelasannya sebagai berikut.

Tabel 5.6 Citra Tipologi Bangunan Residensial Elemen

Pencitraan

Aplikasi Citra

Bangunan 1. Fungsi

ruang

Ruang istirahat (kamar tidur)

Ruang komunal, ruang makan  sarana interaksi sosial

Ruang komunal  sarana hiburan

Tenang Interaktif

Menyenangkan 2. Bentuk Bentuk dasar: bujursangkar + segitiga

Transformasi bentuk  bentuk kubus, elemen-elemen fasade/struktur segitiga

Teang, interaktif

3. Skala dan proporsi

Intim  untuk kamar tidur

Normal  untuk ruang komunal, ruang makan, ruang tunggu

Tenang, Interaktif Interaktif, menyenangkan

(27)

147 4. Warna Dominasi biru + abu-abu (gradasi) 

eksterior dan interior

Warna-warna alami yang didapat dari material (hijau dari vegetasi, coklat dari kayu)  elemen eksterior dan interior Sedikit elemen warna merah 

furniture/aksen interior >< kontras dengan warna biru

Tenang

Tenang

Interaktif, menyenangkan

5. Material Beton  struktur utama

Kayu, batu alam  elemen fasade bangunan

Tenang

Sumber: Pemikiran Penulis

Bangunan pengelola menunjukkan citra terbuka, interaktif, atraktif.

Penjelasannya sebagai berikut.

Tabel 5.7 Citra Bangunan Pengelola Elemen

Pencitraan

Aplikasi Citra

Bangunan 1. Fungsi

ruang

Fasilitas penerima tamu: lobby + galeri, resepsionis, ruang tunggu

Ruang kerja, ruang rapat, ruang auditorium Plaza dan taman terbuka, sclupture

Terbuka, interaktif Interaktif Interaktif, atraktif 2. Bentuk Bentuk dasar: bujursangkar + lingkaran

Transformasi bentuk  bentuk kubus dan lengkung, elemen-elemen fasade lengkung

Terbuka, interaktif, atraktif

(28)

148 3. Skala dan

proporsi

Monumental  plaza, lobby dan galeri, auditorium

Normal  untuk ruang rapat, ruang kerja

Atraktif, terbuka Interaktif 4. Warna Merah + putih/abu-abu  semangat

nasionalisme  eksterior dan interior Orange/coklat/kuning  interior dan furniture

Atraktif, interaktif Interaktif

5. Material Beton  struktur utama Kaca  elemen fasade

Polikarbonat , metal  elemen fasade, sclupture

Terbuka Atraktif

Sumber: Pemikiran Penulis

Kesimpulan fungsi ruang, bentuk bangunan, proporsi dan skala, warna, dan material yang akan diterapkan dalam proyek Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta akan dijabarkan di bawah ini.

5.5.1 Konsep Bentuk Bangunan

Bentuk massa bangunan pada Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta mengunakan bentuk dasar bujursangkar yang ditransformasikan dengan gabungan bentuk dasar lingkaran atau segitiga. Elemen penyusun fasade juga dapat diolah.

Sehingga kesan yang didapatkan ada sisi kuat dan dinamis dalam bangunan namun tetap efisien.

Kompleks bangunan terdiri dari tiga massa yaitu: satu massa bangunan penunjang, satu massa bangunan pendidikan yang digabung dengan bangunan olahraga, dan satu massa bangunan residensial. Bangunan penunjang dihubungkan oleh plaza dengan bangunan pendidikan dan bangunan olahraga.

(29)

149 Untuk transformasi bentuk bangunan akan dijelaskan seperti di bawah ini:

Kompleks bangunan terdiri dari empat massa: Bangunan penunjang, tipologi bangunan pendidikan, olahraga, dan residensial.

Bangunan residensial dipisahkan karena membutuhkan privasi lebih. Sedangkan bangunan penunjang, pendidikan, dan olahraga dijadikan satu masa karena membutuhkan kedekatan fungsi.

Untuk menyesuaikan kebutuhan luas ruangan, maka beberapa massa dibuat bertingkat. Bangunan penunjang dan olahraga menjadi 2 lantai, sedangkan

1

2

3

(30)

150 Untuk menambah citra dinamis pada bangunan, maka massa ditransformasikan dengan bentuk lengkung.pada sisi-sisi-nya.

Gambar 5.18 Konsep Transformasi Bentuk pada Massa Bangunan Sumber: Pemikiran Penulis

Gambar 5.19 Alternatif (2) Konsep Bentuk pada Massa Bangunan Sumber: Pemikiran Penulis

Sedangkan pada lapangan sepak bola indoor menggunakan struktur atap baja lengkung seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 5.20 Alternatif (2) Konsep Bentuk pada Massa Bangunan Sumber: Pemikiran Penulis

4

(31)

151 5.5.2 Konsep Skala dan Proporsi Bangunan

Skala dan proporsi yang dipilih beraneka ragam. Konsep skala dan proporsi ini menyesuaikan dengan fungsi ruang dan citra yang ingin didapatkan.

Skala monumental digunakan pada ruang yang berfungsi untuk kepentingan massal dan ruang yang membutuhkan sirkulasi udara yang banyak seperti plaza, lobby dan galeri, ruang auditorium, lapangan sepak bola indoor, dan kolam renang. Skala intim digunakan pada ruang yang berfungsi untuk kegiatan privat dan interaksi antar personal seperti kamar tidur. Sedangkan ruangan lainnya menggunakan skala normal.

Gambar 5.21 Konsep Skala dan Proporsi Ruang (1) Skala Intim; (2) Skala Normal; (3) Skala Monumental

Sumber: Pemikiran Penulis

5.5.3 Konsep Warna Bangunan

Pengguan warna untuk eksterior, interior, dan furniture pada Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta sangat diperhatikan. Terlebih lagi penggunanya sebagian besar anak-anak yang masih suka bermain, ceria, dan belum stabil.

Sehingga bangunan didesain dengan beragam warna yang menyesuaikan dengan fungsi ruangnya. Warna-warna hangat dan ceria seperti merah, orange, kuning digunakan pada ruang-ruang yang berfungsi meningkatkan semangat siswa, kreativitas, dan interaksi sosial. Warna-warna dingin seperti biru, hijau, dan coklat digunakan pada ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan untuk beristirahat serta konsentrasi yang tinggi untuk belajar. Sementara hitam, abu-abu, dan putih digunakan sebagai variasi tone pada warna-warna panas maupun warna-warna dingin. Lebih jelasnya seperti pada tabel berikut ini.

(32)

152 Tabel 5.8 Konsep Penggunaan Warna pada Bangunan

Tipologi Bangunan

Eksterior Interior Furniture

Olahraga Dominasi merah dan putih/abu-abu

Merah dan putih/abu-abu

Coklat/orange/

kuning

Coklat/orange/

kuning

Pendidikan Dominasi hijau dan abu-abu/putih

Warna-warna alami yang didapat dari material

Dominasi hijau dan abu-abu/putih

Warna-warna alami yang didapat dari material

Hijau dan sedikit elemen warna orange

Residensial Dominasi biru dan abu-abu/putih

Warna-warna alami yang didapat dari material

Dominasi biru dan abu-abu/putih

Warna-warna alami yang didapat dari material

Biru dan sedikit elemen warna merah

Penunjang Dominasi merah dan putih/abu-abu

Merah dan putih/abu-abu

Coklat/orange/

kuning

Coklat/orange/

kuning

Sumber: Pemikiran Penulis

(33)

153 Berikut ini adalah alternatif variasi warna pada bangunan.

Gambar 5.22 Alternatif (1) Penggunaan Warna pada Bangunan Sumber: Pemikiran Penulis

Gambar 5.23 Alternatif (2) Penggunaan Warna pada Bangunan Sumber: Pemikiran Penulis

Gambar 5.24 Alternatif (3) Penggunaan Warna pada Bangunan Sumber: Pemikiran Penulis

(34)

154 5.5.4 Konsep Material Bangunan

Material yang digunakan pada Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta beraneka ragam. Untuk struktur utamanya dapat menggunakan beton atau baja karena memiliki kekuatan. Sementara untuk elemen pengisi fasade dan interior bangunan dapat berupa kombinasi material disesuaikan dengan fungsi dan citra ruang yang diinginkan. Kaca yang bersifat transparan dan terbuka digunakan pada ruang-ruang yang membutuhkan keterbukan dan akses pemandangan yang luas terhadap lingkungan luar. Kayu yang bersifat hangat dan alami digunakan pada elemen-elemen eksterior dan interior yang membutuhkan kehangatan dan ketenangan. Metal yang bersifat ringan dan modern maupun polikarbonat yang bersifat elastis dan dinamis digunakan pada elemen-elemen bangunan yang membutuhkan kedinamisan bentuk.

Tabel 5.9 Konsep Penggunaan Material pada Bangunan Tipologi

Bangunan

Struktur Utama Fasade

Olahraga Beton, Baja Kaca (Curtain Wall) PVC, metal Pendidikan Beton Kaca (Curtain Wall), kayu Residensial Beton Kayu, batu alam

Penunjang Beton Kaca (Curtain Wall), PVC, metal Sumber: Analisis Penulis

Gambar 5.25 Alternatif Penggunaan Material pada Bangunan Sumber: Pemikiran Penulis

Curtain Wall

Shading Kayu

PVC

Beton

(35)

155 5.5.5 Konsep Totalitas Sepak Bola dalam Desain

Untuk menambah kecintaan pengguna pada sepak bola dan menambah semangat mereka, biasanya di setiap pusat pelatihan sepak bola eksterior, interior, maupun detail furniture dirancang dengan nuansa sepak bola. Antara lain:

Sclupture di halaman depan berbetuk bola.

Pembatas pagar berbentuk sclupture pemain bola.

 Furniture seperti meja dan kursi berbentuk bola.

Wallpaper foto-foto pemain sepak bola nasional maupun internasional.

 Kalimat-kalimat yang memotivasi di dinding-dinding ruangan.

 Dinding-dinding ruangan yang didominasi warna merah dan putih.

 Galeri sepak bola yang berisi sejarah sepak bola Indonesia dan internasional, foto-foto tim nasional Indonesia dari masa ke masa, replika piala-piala kejuaran reginal dan internasional, jersey tim nasional Indonesia

(1) (2)

(3) (4)

Gambar 5.26 Contoh Desain Bernuansa Sepak Bola

(1) dan (2) Sclupture Bernuansa Sepak Bola; (3) Wallpaper Pemain Tim Nasional; (4) Kata-kata Motivasi di Dinding

Sumber: Pemikiran Penulis

(36)

156 5.6 Konsep Sistem Bangunan

Sistem bangunan merupakan hal yang penting untuk menunjang kegiatan dalam Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta. Sistem bangunan ini berupa utilitas bangunan yang terdiri dari sistem pencahayaan, sistem penghawaan, sistem elektrikal, sistem penanggulangan kebakaran, sistem penangkal petir, dan sistem drainase.

Sistem pencahayaan Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta menggunakan dua sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Pada siang hari diutamakan memanfaatkan cahaya matahari, sehingga bangunan didesain dengan bukaan kaca yang lebar namun diberi shading agar di dalam tidak terlalu panas.

Pencahayaan buatan digunakan pada malam hari dengan memakai lampu LED yang lebih hemat energi. Di lapangan olahrga juga disediakan lampu khusus stadion yang terletak di tepi lapangan.

Sistem penghawaan diupayakan sebisa mungkin memanfaatkan sirkulasi udara alami. Hal ini disebabkan karena lingkungan sekitar yang masih asri dan sejuk sehingga udaranya masih bersih dan bebas polusi. Untuk beberapa ruangan membutuhkan penghawaan buatan menggunakan AC unit seperti di ruang auditorium, ruang rapat, ruang kerja, perpustakaan, laboratorium komputer, minimarket/soccer shop. Exhaust fan digunakan pada dapur, kamar mandi, dan kamar ganti. Penghawaan buatan juga menggunakan kipas angin di asrama seperti pada ruang tamu, kamar tidur, ruang komunal, dan ruang makan.

Sistem pengadaan air bersih menggunakan sistem up-feed dengan sumber air berasal dari air sumur dan PDAM, dilengkapi pompa air dan upper tank.

Sistem pengolahan air kotor dibendakan menajdi air tinja, air sabun, dan air hujan.

Khusus sistem drainase pada lapangan, lapisan tanah area pertandingan dibagi dua, yaitu lapisan atas yang cepat menyerap air dengan lapisan bawah yang sulit menyerap air. Lapisan atas terdiri dari rumput dan tanah berpasir. sedangkan lapisan bawah adalah tanah. Prinsip utamanya adalah pada permukaan lapisan bawah dibuat miring 1% - 2% dari tengah menuju tepi lapangan sedangkan untuk lapisan atas permukaannya tetap rata.

(37)

157 Gambar 5.27 Sistem Drainase Lapangan

Sumber: Materi Kuliah Drainase Lapangan Olah Raga (Widiyanto)

Sistem elektrikal Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta memanfaatkan pasokan listrik dari PLN. Selain itu untuk jaga-jaga keadaan darurat juga disediakan genset sebanyak duah buah. Sistem jaringan telekomunikasi terdiri dari telepon, jaringan internet, dan jaringan TV kabel.

Sistem penangkal kebaran menggunakan fire extinguisher, hydrant, sprinkler, dan smoke detector. Sedangkan sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem Faraday.

Gambar

Tabel 5.1 Ruang-ruang yang Berdekatan di dalam Site  Sumber: Pemikiran Penulis
Gambar 5.1 Ruang-ruang yang Berdekatan di dalam bangunan  Sumber: Pemikiran Penulis
Gambar 5.3 Ruang-ruang yang Dihubungkan Ruang Bersama (Selasar)  Sumber: Pemikiran Penulis
Gambar 5.5 Organisasi Grid pada Site  Sumber: Pemikiran Penulis  2.  Organisasi Terklaster
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konsep rancangan museum yamaha motor indonesia inii,yang digunakan sebagai konsep dasar adalah Susuai dengan fungsi bangunan fasad akan dirancang dan

Permasalahan dalam perencanaan dan perancangan kompleks Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran di Kabupaten Bantul, DIY adalah sebagai sarana pemenuhan kegiatan rohani yang

Bentuk massa Bangunan berbentuk Pipih Memanjang, dengan Orientasi Bukaan massa bangunan ke arah Utara dan selatan sesuai dengan konsep pencahayaan dan penghawaan

dari Stadion Internasional Medan dapat didefinisikan sebagai berikut: sebuah bangunan tempat penyelenggaraan olahraga sepak bola yang berlokasi di Kota Medan

kesimpulan yang menjadi orientasi bangunan adalah bangunan berdasarkan arah bangunan terhadap jalan raya utama, karena merupakan arah Pandangan Terbesar dari pengamat ke Tapak.

Saya perlu mengikuti pembelajaran sepak bola dengan baik karena pembelajaran sepak bola tidak selamanya saya akan dapat di sekolah.. 3 Saya mengikuti pembelajaran sepak

Sistem penanggulangan kebakaran yang dipakai untuk bangunan gedung ini terdiri dari. • pengaturan blok bangunan sehingga pencapaian terhadap lokasi dapat diakses mobil

Air hujan yang jatuh di atap bangunan terutama pada bangunan fasilitas umum pengunjung ataupun bangunan untuk pengelola ditampung untuk kemudian digunakan kembali untuk