PEMBERIAN STRATEGI PELAKSANAAN 1 DAN 2 DI RUANG GATOTKACA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
Dr. ARIF ZAINUDDIN SURAKARTA
DI SUSUN OLEH :
ASTRID RISTIYANA PUTRI NIM.P14065
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2017
i
PEMBERIAN STRATEGI PELAKSANAAN 1 DAN 2 DI RUANG GATOTKACA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
Dr. ARIF ZAINUDDIN SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
ASTRID RISTIYANA PUTRI NIM.P14065
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2017
ii Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Astrid Ristiyana Putri
NIM : P14065
Program Studi : D3 Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah :Asuhan Keperawatan pada Sdr.R dan Sdr.F yang mengalami defisit perawatan diri dengan pemberian strategi pelaksanaan 1 dan 2 di Ruang Gatotkaca Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 4 Agustus 2017 Yang Membuat pernyataan
ASTRID RISTIYANA PUTRI NIM . P14065
iii
“Masa lalu adalah pelajaran untuk kedepannya, masa kini adalah kesempatan untuk mengukir & meraih prestasi dan masa depan adalah tempat menata harapan dan meraih kebahagiaan”
“Orang bijaksana tidak sesekali duduk meratapi kegagalan, tapi dengan lapang hati mencari jalan bagaimana memulihkan kembali kerugian yang dideritanya”
iv
A S U H A N K E PE R A W A T A N P A D A S d r . R D A N S d r . F Y A N G M E N G A L A M I DEFISIT PERAWATAN DIRI DENGAN PEMBERIAN STRATEGI PELAKSANAAN 1 DAN 2 DI RUANG
GATOTKACA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. ARIF ZAINUDDIN SURAKARTA
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep.)
Oleh :
ASTRID RISTIYANA PUTRI P14065
Surakarta, Juli 2017
Menyetujui, Pembimbing
Joko Kismanto S.Kep., Ns NIK. 200670020
v Telah Di Uji Pada Tanggal : 4 Agustus 2017
Dewan Penguji :
Penguji 1 :
1. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns., M.Kep ( ) NIK : 201185071
Penguji 2 :
2. Joko Kismanto S.Kep., Ns ( )
NIK : 200670020
vi Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Astrid Ristiyana Putri
Nim : P14065
Program Studi : D3 Keperawatan
Judul :Asuhan Keperawatan pada Sdr.R dan Sdr.F yang mengalami defisit perawatan diri dengan pemberian strategi pelaksanaan 1 dan 2 di Ruang Gatotkaca Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Kamis/ 10 Agustus 2017 DEWAN PENGUJI
Ketua :Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns., M.Kep ( ) NIK.201185071
Anggota : Joko Kismanto S.Kep., Ns ( )
NIK.200670020
Mengetahui
Ketua Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M. Kep NIK. 200981037
vii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Sdr.R dan Sdr.F yang mengalami defisit perawatan diri dengan pemberian strategi pelaksanaan 1 dan 2 di Ruang Gatotkaca Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua STIKes yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
4. Joko Kismanto S.Kep., Ns selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan- masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
viii serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orang tuaku yang selaku menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu- persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 4 Agustus 2017
Astrid Ristiyana Putri
ix
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYTAAN TIDAK PLAGIATISME ... ii
MOTTO ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ... v
LEMBAR PENGESAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 4
1.3 Rumusan Masalah ... 4
1.4 Tujuan ... 4
1.5 Manfaat ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri ... 7
2.1.1 Definisi ... 7
2.1.2 Tanda dan Gejala ... 7
2.1.3 Dampak ... 9
2.1.4 Etiologi ... 9
2.1.5 Patofisiologi ... 10
2.1.6 Pohon Masalah ... 11
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ... 11
2.2.1 Pengkajian ... 11
2.2.2 Diagnosis ... 14
2.2.3 Rencana Keperawatan ... 14
2.2.4 Implementasi Keperawatan ... 21
2.2.5 Evaluasi ... 26
x
3.3 Partisipan ... 27
3.4 Lokasi dan Waktu... 27
3.5 Pengumpulan Data ... 28
3.6 Uji Keabsahan Data ... 30
3.7 Analisa Data ... 30
BAB IV HASIL 4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data ... 32
4.2 Pengkajian ... 32
4.3 Analisa Data ... 41
4.4 Diagnosa Keperawatan ... 43
4.5 Perencanaan Keperawatan... 44
4.6 Implementasi Keperawatan ... 46
4.7 Evaluasi ... 48
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan ... 50
5.2 Diagnosa keperawatan... 59
5.3 Intervensi keperawatan ... 60
5.4 Implementasi keperawatan ... 61
5.5 Evaluasi keperawatan ... 65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 67
6.2 Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
Halaman 1. Gambar 1 Pohon Masalah ... 11
xii Lampiran 1. Lembar konsultasi
Lampiran 2. Daftar riwayat hidup Lampiran 3. Lembar jurnal
Lampiran 4. Asuhan keperawatan Lampiran 5. Lembar audiensi
1 1.1 Latar Belakang
World Health Organitation (WHO dalam Yusuf dkk, 2015),
menjelaskan kriteria orang yang sehat jiwa merupakan orang yang dapat melakukan, diantaranya menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk, merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan, memperoleh kepuasan dari usahanya dan perjuangan hidupnya, merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan, mempunyai daya kasih sayang yang besar, menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran dikemudian hari, mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
Orang dinyatakan memiliki jiwa yang sehat apabila mampu mengendalikan diri dalam menghadapi stressor di lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang mengarah pada kestabilan emosional (Rochmawati, 2013). Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan
keadaan orang lain (UU No 36 tahun 2009 dalam Dermawan, 2013).
Gangguan jiwa merupakan suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distres atau disabilitas (kerusakan pada satu atau 2 lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (Sheila, 2008). Sedangkan menurut (Yosep, 2007) Gangguan jiwa merupakan gejala-gejala patologok dominan berasal dari unsur psikis. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu.
Menurut WHO, sampai tahun 2011 tercatat penderita gangguan jiwa sebesar 542.700.000 jiwa atau 8,1% dari jumlah keseluruhan penduduk dunia yang berjumlah sekitar 6.700.000.000 jiwa sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Usia ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara usia 18-21 tahun. Menurut National Institute of Mental Health gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% ditahun 2030 (WHO dalam Rochmawati 2013 ) data tersebut menunjukan bahwa data pertahun di indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu meningkat, Pasien yang mengalami gangguan jiwa seringkali kurang mempedulikan perawatan diri.
Berdasarkan dari data yang diluncurkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 (Riskesdas, 2013) oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat
Jenderal Kementrian Kesehatan RI mengatakan, dari temuan di lapangan terlihat prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevelensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. Berdasarkan jumlah tersebut, ternyata 14,3% diantaranya atau sekitar 57.000 orang pernah atau sedang dipasung. Angka pemasungan dipedesaan adalah sebesar 18,2% Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka diperkotaan yaitu sekitar 10,7% (Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementrian Kesehatan RI, 2014)
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidak mampuan merawat kebersihan diri, makan secara 3 mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting, buang air besar/buang air kecil (Damaiyanti, 2008). Personal Hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor diantaranya : budaya, nilai sosial pada individu, atau kelurga, pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri (Hidayat, 2006).
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul karya tulis ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Sdr.R dan Sdr.F yang mengalami defisit perawatan diri dengan pemberian strategi pelaksanaan 1 dan 2 di ruang gatotkaca Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.
1.2 Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini di batasi pada Asuhan Keperawatan pada klien dengan prioritas masalah gangguan merawat kebersihan diri dan kurang mampu untuk berhias/berdandan, pada pasien dengan defisit perawatan diri merupakan gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri biasanya ditandai dengan keadaan fisik, psikologis dan sosial yang tidak terawat yang berdampak pada keadaan fisik dan psikososial sehingga harus ditingkatkan rasa kepercayaan diri dan membimbing klien untuk melakukan perawatan diri dengan menggunakan strategi pelaksanaan 1 dan 2 di ruang gatotkaca Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang dapat dirumuskan adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Sdr.R dan Sdr.F yang mengalami defisit perawatan diri dengan pemberian strategi pelaksanaan 1 dan 2 di ruang gatotkaca Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta?”
1.4 Tujuan Masalah 1.4.1 Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan Pada Sdr.R dan Sdr.F yang mengalami defisit perawatan diri dengan pemberian strategi pelaksanaan 1 dan 2 di ruang gatotkaca Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.
1.4.2Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Sdr.R dan Sdr.F yang mengalami gangguan defisit perawatan diri.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Sdr.R dan Sdr.F yang mengalami gangguan defisit perawatan diri.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Sdr.R dan Sdr.F yang mengalami gangguan defisit perawatan diri.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Sdr.R dan Sdr.F yang mengalami gangguan defisit perawatan diri
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Sdr.R dan Sdr.F yang mengalami gangguan defisit perawatan diri
1.5 Manfaat Penulisan 1. Manfaat teoritis
Hasil studi kasus ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep asuhan keperawatan terutama pada pasien dengan defisit perawatan diri gangguan merawat kebersihan diri dan kurang mampu untuk
berhias/berdandan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya bagi pasien yang mengalami gangguan defisit perawatan diri gangguan merawat kebersihan diri dan kurang mampu untuk berhias/berdandan.
b. Bagi Institusi akademi
Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan masukan pada perawat untuk melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien agar pasien dapat melakukan aktifitas perawatan diri secara mandiri
c. Bagi Perawat
Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien yang mengalami defisit perawatan diri dengan memberikan tindakan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien untuk memandirikan pasien agar mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
d. Bagi Penulis
Sebagai sarana ilmu untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan khusus nya pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri gangguan merawat kebersihan diri dan kurang mampu untuk berhias/berdandan.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan teori
2.1.1. Pengertian Defisit Perawatan Diri
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).
Defisit perawatan diri toileting adalah Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakain untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil (Keliat, 2010).
2.1.2. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri
Menurut Herman, (2011), tanda dan gejala seseorang yang mengalami gangguan defisit perawatan diri adalah
a. Mandi / hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu, atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar dari kamar mandi.
b. Berpakaian / berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian, meninggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi defisit perawatan diri makanan dalam mulut, mengambil makanan dalam wadah lalu memasukkannya dalam mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut cara yang diterima di masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. BAB / BAK
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB / BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
2.1.3 Dampak
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:
Wartonah (2006) 1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi social 2.1.4 Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah dalam Dermawan dan Rusdi (2013), penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
a. Kelelahan fisik.
b. Penurunan kesadaran
Menurut Depkes (2009), penyebab kurang perawatan diri adalah:
a) Faktor prediposisi
1. Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2. Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4. Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b) Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
2.1.5 Patofisiologi
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK) secara mandiri.
2.1.6 Pohon Masalah
Resiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Isolasi Sosial Defisit Perawatan Diri
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Mekanisme Koping : Tidak Efektif
( Damaiyanti,2013)
2.2 Asuhan keperawatan Defisit Perawatan Diri 2.2.1 Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008 ).
Data yang dikumpulkan bisa berupa data objektif yaitu data yang dapat secara nyata melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat. Sedangkan data subjektif yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarganya. Data ini didapat melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarganya (Keliat, 2007 )
Untuk dapat menyaring data yang diperlukan, umumnya yang dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Sistematika pengkajian menurut Keliat (2007) meliputi :
1) Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian nomor rekam medik, diagnosa medis dan identitas penanggung jawab.
2) Keluhan utama dan alasan masuk, tanyakan pada klien atau keluarga apa yang menyebabkan klien datang ke rumah sakit saat ini serta bagaimana hasil dari tindakan orang tersebut.
3) Faktor predisposisi, menanyakan kepada klien atau keluarganya
a) Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa atau tidak.
b) Apakah ya, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya.
c) Klien pernah melakukan, mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
d) Apakah anggota keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa.
e) Pengalaman klien yang tidak menyenangkan (kegagalan yang terulang lagi, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realitas) atau faktor lain, misalnya kurang mempunyai tanggung jawab personal.
4) Aspek fisik atau biologis, observasi tanda – tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan klien), ukur tinggi badan dan berat badan klien.
5) Psikososial, membuat genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dengan keluraga.
Masalah yang terkait dengan komunikasi pengambilan keputusan dan pola asuh.
6) Status mental meliputi pembicaraan, penampilan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, emosi, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
7) Kebutuhan persiapan pulang, kemampuan klien dalam makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, istirahat, tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas di dalam rumah dan di luar rumah.
8) Mekanisme koping, didapat melalui wawancara pada klien atau keluarga baik adaptif maupun maladaptif.
9) Masalah psikolosial dan lingkungan, didapat dari klien atau keluarga bagaimana tentang keadaan lingkungan klien, masalah pendidikan dan masalah pekerjaan.
10) Pengetahuan, apakah klien mengetahui tentang kesehatan jiwa.
11) Aspek medis, obat – obatan klien saat ini baik obat fisik, psikofarmako dan therapy lain.
12) Masalah Keperawatan Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari kelompok data yang dikumpulkan, kemungkinan kesimpulan adalah sebagai berikut:
a) Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, klien hanya memerlukan pemeliharaan kesehatan secara periodik karena tidak ada masalah.
b) Ada masalah dengan kemungkinan
1) Resiko terjadi masalah karena ada faktor yang dapat menimbulkan masalah.
2) Aktual terjadinya masalah disertai data pendukung 2.2.2 Diagnosa
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah 3. Isolasi sosial
2.2.3 Rencana Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Tujuan: klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi :
1) Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
2) Ekspresi wajah bersahabat.
3) Ada kontak mata.
4) Menunjukkan rasa senang.
5) Mau berjabat tangan.
6) Mau menjawab salam.
7) Klien mau duduk berdampingan.
8) Klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya.
a) Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanya nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan, jujur, dan menepati janji.
e) Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa adanya.
f) Beri perhatian pada klien.
2) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan tentang penyakit yang dideritanya.
3) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
4) Katakan pada klien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu mendorong dirinya sendiri.
Rasional: hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya.
b. Tujuan: klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi: klien mampu mempertahankan aspek yang positif.
Intervensi :
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dan diberi pujian atas kemampuan mengungkapkan perasaannya.
2) Saat bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negatif.
3) Utamakan memberi pujian yang realitis.
Rasional:
1) Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego sebagai dasar asuhan keperawatan.
2) Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri.
3) Pujian yang realistis tidak menyebabkan melakukan kegiatan hanya karna ingin mendapatkan pujian.
c. Tujuan: klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Kriteria Evaluasi :
1) Kebutuhan klien terpenuhi.
2) Klien dapat melakukan aktivitas terarah.
Intervensi :
1) Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat digunakan selama sakit.
2) Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di rumah nanti.
Rasional:
1) Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat untuk berubah.
2) Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri motivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya.
d. Tujuan: klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi :
1) klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.
2) klien mengikuti terapi aktivitas kelompok.
Intervensi :
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari setiap hari sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan total.
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
3) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
Rasional:
1) Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
2) Klien perlu bertindak secara realiatis dalam kehidupannya.
3) Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan.
e. Tujuan: klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Kriteria Evaluasi: klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.
Intervensi :
1) Beri kesempatan klien untuk mncoba kegiatan yang direncanakan.
2) Beri pujian atas keberhasilan klien.
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
Rasional:
1) Memberikan kesempatan klien mandiri dirumah.
2) Reinforcement positif dapat memotivasi klien dan keluarga serta dapat meningkatkan harga diri.
3) Memberi kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.
f. Tujuan: klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Kriteria Evaluasi: klien mampu melakukan apa yang diajarkan.
Intervensi :
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah.
2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
3) Bantu keluarga meniapkan lingkungan di rumah.
Rasional:
1) Mendorong keluarga untuk mampu untuk merawat klien dirumah.
2) Support system keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan.
3) Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien dirumah.
2. Isolasi sosial
Tujuan : Klien mampu berinteraksi dengan orang lain secara optimal
Kriteria evaluasi :
1) klien dapat menunjukan ekspresi wajah bersahabat 2) klien menunjukan rasa senang
3) klien ada kontak mata 4) klien mau berjabat tangan 5) klien mau menyebut nama 6) klien mau manjawab salam
7) klien mau duduk berdampingan dengan perawat 8) klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik
2) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal 3) Perkenalkan diri dengan sopan
Rasional:
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.
3. Defisit perawatan diri
Tujuan Umum :Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri kriteria evaluasi :
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri 2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik 3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri Intervensi :
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian b) Menyisir rambut c) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi : a) Berpakaian
b) Menyisir rambut c) Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik 4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
2.2.4 Implementasi Keperawatan
a) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri.
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, Anda dapat melakukan tahapan tindakan berikut :
1) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
4) Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri.
b) Melatih pasien berdandan/berhias.
Anda sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan.
Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita.
1) Untuk pasien laki-laki meliputi : a) Berpakaian
b) Menyisir rambut c) Bercukur
2) Untuk pasien wanita, latihannya meliputi : a) Berpakaian
b) Menyisir rambut c) Berhias
c) Melatih pasien makan secara mandiri.
Untuk melatih makan pasien, anda dapat melakukan tahapan sebagai berikut :
1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
2) Menjelaskan cara makan yang tertib.
3) Menjelaskan cara merapihkan makan setelah makan 4) Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
d) Pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri.
Anda dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut :
1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.
2.2.5 Evaluasi
1) Pasien dapat menyebutkan hal berikut.
a. Penyebab tidak merawat diri.
b. Manfaat menjaga perawatan diri.
c. Tanda-tanda bersih dan rapi.
d. Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan.
2) Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal berikut.
a. Kebersihan diri b. Berdandan c. Makan d. BAB/BAK
2.3 Strategi Pelaksanaan Komunikasi
2.3.1 Pengertian Strategi Pelaksanaan Komunikasi
Strategi pelaksanaan komunikasi merupakan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada klien dan keluarga klien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai panduan oleh seseorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien (Fitria, 2009).
2.3.2 Tujuan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut:
a. Pada Klien
1) Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2) Klien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.
3) Klien mampu melakukan makan dengan baik.
4) Klien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.
2.3.3 Pembagian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri Pembagian strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut:
1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)
Untuk melatih klien dalam menjaga kebersihan diri dapat melakukan tahapan tindakan yang meliputi:
a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
d) Melatih klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2)
Untuk melatih klien dalam berhias/ berdandan. Untuk pasien laki-laki harus dibedakan dengan wanita.
Untuk pasien laki-laki latihannya meliputi : a) Berpakaian
b) Menyisir rambut c) Bercukur
Untuk pasien wanita latihannya meliputi : a) Berpakaian
b) Menyisir rambut c) Berhias
3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3)
Untuk melatih klien dapat melakukan tahapan sebagai berikut:
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
b) Menjelaskan cara makan yang tertib.
c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan.
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP4)
Melatih klien BAB dan BAK secara mandiri sesuai tahapan berikut:
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK.
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.
2.4 Evaluasi Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri
Tanda- tanda strategi pelaksanaan komunikasi yang diberikan kepada klien kurang perawatan diri berhasil menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut:
a. Klien dapat menyebutkan:
1. Penyebab tidak merawat diri.
2. Manfaat menjaga perawatan diri.
3. Tanda-tanda bersih dan rapi.
4. Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan.
b. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal:
1. Kebersihan diri 2. Berdandan 3. Makan 4. BAB/BAK
c. Keluarga memberi dukungan dalam melakukan perawatan diri:
1. Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan diri.
2. Keluarga ikut seta mendampingi klien dalam perawatan diri.
3. Kemampuan Dalam Perawatan Diri
27 3.1. Desain Penelitian
Studi kasus ini adalah studi untuk mengeskplorasi masalah Asuhan Keperawatan Pada Sdr.R dan Sdr.F yang mengalami defisit perawatan diri dengan pemberian strategi pelaksanaan 1 dan 2 di ruang gatotkaca Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.
3.2. Batasan Istilah
Batasan istilah pada asuhan keperawatan pada Sdr.R dan Sdr.F yang mengalami gangguan defisit perawatan diri dengan pemberian strategi pelaksanaan 1 dan 2 di ruang gatotkaca di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta , maka penulis hanya menjabarkan konsep defisit perawatan diri beserta asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi yang disusun secara naratif.
3.3. Partisipan
Pada sub bab ini di deskripsikan tentang karakteristik partisipan/ unit dialysis / kasus yang akan diteliti unit partisipan. Unit partisipan dalam keperawatan pada umumnya adalah klien dan atau keluarganya. Subyek yang digunakan adalah 2 klien dengan masalah keperawatan dan diagnosis medis yang sama yaitu pada Sdr.R dan Sdr.F yang mengalami Gangguan Defisit Perawatan Diri
3.4. Lokasi dan Waktu
Lokasi studi kasus ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dan waktu pelaksanaan pada tanggal 22 Mei – 3 Juni 2017.
3.5. Pengumpulan Data
1. Data primer dengan cara :
a. Pemeriksaan fisik menurut (Handayani,2015)
1) Inspeksi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan, metode ini dilakukan untuk mendeterminasi ciri - ciri jaringan atau organ.
2) Auskultasi
Auskultasi adalah metode pengkajian yang menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran.
3) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya .
b. Wawancara
Menurut Hidayat (2014), bahwa wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung responden yang diteliti, sehingga metode ini memberikan hasil secara langsung.
Hal ini digunakan untuk hal-hal dari responden secara lebih mendalam. Pada kasus ini wawancara dilakukan pada pasien.
c. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode observasi ini instrument yang dapat digunakan, antara lain lembar observasi, panduan pengamatan observasi atau lembar checklist (Hidayat, 2014).
2. Data sekunder a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari dokumen asli, dokumen asli tersebut dapat berupa gambar, table, daftar pustaka dan film dokumenter (Hidayat, 2014). Pada kasus ini pendokumentasian tentang gangguan defisit perawatan diri diperoleh dari rekam medik di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
b. Studi Kepustakaan
Menurut Hidayat (2014), studi kepustakaan adalah kegiatan peneliti yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan peneliti. Pada kasus ini studi kepustakaan diperoleh dari buku-buku yang membahas tentang gangguan defisit perawatan diri dari tahun 2007 sampai tahun 2017.
3.6. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas
tinggi. Uji keabsahan mempunyai dua fungsi yaitu melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat dipercaya, dan memperlihatkan derajat kepercayaan hasil – hasil penemuan dengan jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti (Prastowo, 2011).
Uji keabsahan data dilakukan dengan: memperpanjang waktu pengamatan / tindakan, dan sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data yaitu klien, perawat, dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu pada pasien yang mengalami gangguan defisit perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
3.7. Analisis Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya di tuangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasikan dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisi adalah :
1. Pengumpulan data
Data dikumpulan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen ).
Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip ( catatan terstruktur).
2. Mereduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.
3. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari klien
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi . Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.
32 4.1 Gambaran lokasi pengambilan data
Pengambilan data dilakukan di rumah sakit dr. Arif Zainudin Surakarta, di bangsal Gatotkaca. Di dalam bangsal Gatotkaca terdapat 1 ruang perawat dan 4 ruang perawatan diantaranya: 2 untuk dewasa, 2 untuk anak dan remaja. Bangsal ini khusus untuk perawatan klien yang berjenis kelamin laki-laki.
4.2 Pengkajian
1. Identitas Klien
IDENTITAS KLIEN KLIEN 1 KLIEN 2
Inisial Umur Jenis Kelamin No. RM Ruang Rawat Tanggal Dirawat Tanggal Pengkajian Informan
Sdr. R 17 tahun Laki-laki 067xxx Gatotkaca 12 april 2017 23 mei 2017 Klien dan keluarga
Sdr.F 18 tahun Laki-laki 059xxx Gatotkaca 5 april 2017 23 mei 2017 Klien
2. Alasan Masuk
KLIEN 1 KLIEN 2
ALASAN MASUK Keluarga mengatakan klien dibawa ke rumah sakit jiwa karena saat pulang kerumah pasien tiba-tiba keadaannya bingung tidak tahu arah jalan pulang kerumahnya pasien juga sebelum dibawa kerumah sakit pasien melempar ibunya dengan gelas dan piring.
klien mengatakan dibawa ke rumah sakit karena pasien mengamuk memecahkan kaca jendela rumah dan merusak motor, pasien juga pernah memukul ayah,ibu dan adiknya karena jengkel.
3. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
KLIEN 1 KLIEN 2
Faktor predisposisi Klien belum pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu dan belum
pernah menjalani
pengobatan. Tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.
Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki trauma selama tumbuh kembang, kegagalan dalam sekolah maupun bekerja. Sebelum dibawa ke rumah sakit klien melempar ibunya dengan gelas dan piring dan mendobrak-dobrak papan yang ada di rumah.
Klien sudah pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya 1 kali dirawat di rumah sakit jiwa pada bulan januari lalu. Pengobatan klien sebelumnya kurang berhasil karena klien tidak rutin minum obat dan kontrol. Pasien mengatakan pernah memukul ayah, ibu dan adiknnya karena jengkel, pasien juga pernah mengalami aniaya fisik dari ayahnya karena sering mengamuk Tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.
Faktor presipitasi Faktor pancetus terjadinya gangguan jiwa yaitu klien di PHK dari tempat kerjanya.
Faktor pancetus terjadinya gangguan jiwa yaitu klien mengalami trauma akibat perceraian orang tuanya.
4. Fisik
FISIK KLIEN 1 KLIEN 2
1. TTV Nadi
Tekanan darah RR
Suhu 2. Ukur Tinggi badan Berat badan
3. Keluhan Fisik Masalah keperawatan
78x/ menit 120/80 mmhg 20x/ menit 36,3o C 146 cm 48 kg Tidak ada Tidak ada
83x/ menit 110/80 mmhg 21x/ menit 36o C 150 cm 55 kg Tidak ada Tidak ada
5. Psikososial
PSIKOSOSIAL KLIEN 1 KLIEN 2
1. Genogram
Penjelasan
Masalah keperawatan 2. Konsep diri
a. Gambaran diri
b. Identitas
c. Peran
d. Ideal diri
e. Harga diri
Masalah keperawatan
3. Hubungan sosial
Klien mengatakan tinggal serumah dengan kedua orang tua dan kakaknya. Klien merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara.
Tidak ada
Klien mengatakan tubuhnya kurus dan tidak memiliki tato di tubuhnya.
Klien adalah seorang laki-laki, sebelumnya klien pernah bekerja di tempat pemotongan ayam
Klien mengatakan klien berperan sebagai anak di dalam keluarganya, klien juga bekerja sebagai penjahit.
Klien berharap agar cepat sembuh dan cepat pulang, klien ingin bekerja lagi dan mendapat dukungan dari keluarganya
Klien mengatakan ingin segera pulang dan bekerja lagi serta diterima di masyarakat
Tidak ada
Klien mengatakan tinggal serumah dengan ibu dan
adiknya. Klien
merupakan anak pertama dari 2 bersaudara
Tidak ada
Klien mengatakan memiliki tubuh yang pendek.
Klien mengatakan pernah lulus SMP
Klien mengatakan di dalam rumah klien sebagai anak dan klien belum pernah bekerja.
Klien berharap agar cepat sembbuh mengatakan ingin di jenguk oleh keluarganya dan dibawa pulang .
Selama dirumah klien merasa malu karena orang lain menjauhinya, klien juga sering menyendiri, jarang berinteraksi dengan orang lain.
Harga diri rendah.
Masalah keperawatan 4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan.
b. Kegiatan ibadah.
Masalah keperawatan
Klien mengatakan orang terdekat dengannya yaitu ayahnya. Keluarga mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien tidak pernah ikut kerja bakti dan tidak berhubungan dengan masyarakat. Saat berinteraksi dengan orang lain pasien hanya mengucapkan 1 atau 2 kata saja dan lebih banyak diam. Klien mengatakan tidak mengenal teman sekamarnya.
Menarik diri, perubahan interaksi sosial.
Klien beragama islam.
Selama sakit klien rajin beribadah solat 5 waktu.
Tidak ada.
Klien mengatakan orang yang sering mengobrol denganya yaitu ibunya.
Klien mengatakan selama di rumah tidak pernah ikut kerja bakti. Saat berinteraksi dan berbincang-bincang lebih dalam mengenai diri pasien,pasien menangis teringat kedua orang tuanya
Tidak ada
Klien beragama islam.
Klien tidak pernah beribadah.
Hambatan religi.
6. Status Mental
STATUS MENTAL KLIEN 1 KLIEN 2
1. Penampilan
Masalah keperawatan 2. Pembicaraan
Masalah keperawatan
3. Aktivitas motorik
Masalah keperawatan
klien terlihat tidak rapi, pakaian yang dikenakan tidak pernah ganti, pasien tidak pernah kramas, gosok gigi hanya 1 kali sehari, pasien jarang menggunakan sabun untuk mandi, rambut acak-acakan, gigi kotor serta bau mulut.
Defisit perawatan diri klien berbicara dengan irama lambat dan nada pelan
Tidak ada
klien terlihat hanya diam dikamar, dan tidak berbincang dengan orang lain
isolasi sosial
klien terlihat tidak rapi, baju diganti jika diingatkan saja, kuku-kuku jari tangan dan
kaki kotor dan
panjang,rambut pasien acak- acakan,jarang gosok gigi, jika mandi jarang dikeringkan dengan handuk.
Defisit perawatan diri cara menjawab pertanyaan pasien hanya menggeleng kepala dan manggut- manggut saja`
tidak ada
Klien terlihat mondar- mandir jika sendirian dan lebih banyak didalam kamar.
Tidak ada
4. Alam perasaan
Masalah keperawatan 5. Afek
Masalah keperawatan
6. Interaksi selama wawancara
Masalah keperawatan
7. Persepsi
Masalah keperawatan
8. Proses pikir
Masalah keperawatan
9. Isi pikir dan Waham
Masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran dan Disorientasi
Masalah keperawatan
11. Memori
Klien mengatakan
perasaannya sedih karena ingin segera pulang dan berkumpul dengan keluarganya.
Tidak ada
Saat berbincang-bincang ekspresi wajah datar dan lebih banyak menunduk Tidak ada
Saat berinteraksi dengan klien,klien lebih banyak menunduk dan tidak mau menatap lawan bicara.
Tidak ada
Klien mengatakan tidak pernah mendengar suara- suara atau bisikan, dan tidak pernah melihat bayangan.
Klien tidak mengalami gangguan persepsi.
Tidak ada
Klien mengalami blocking yaitu saat berbicara tiba-tiba berhenti sejenak,namun kemudian dilanjutkan lagi
Tidak ada
Klien tidak pernah mempunyai pikiran yang aneh-aneh.
Tidak ada.
Klien mengatakan bahwa ia tidak tahu dimana sekarang ia dirawat
Gangguan memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang karena klien mampu
Klien mengatakan
perasaannya sedih karena jarang ditengok oleh keluarganya.
Tidak ada
Saat berbincang-bincang terkadang klien tiba-tiba pergi
Tidak ada
Saat berinteraksi dengan klien, klien terkadang menangis dan lebih banyak diam.
Tidak ada
Klien mengatakan tidak pernah mendengar suara- suara atau bisikan, dan tidak pernah melihat bayangan.
Klien tidak mengalami gangguan persepsi.
Tidak ada
Klien mengalami perseversi yaitu klien mengatakan ingin segera pulang dan di ucapkan berulang kali.
Tidak ada
Klien tidak pernah mempunyai pikiran yang aneh-aneh.
Tidak ada.
ketika diajak berbincang anggota tubuh klien terlihat kaku dan canggung.
Tidak ada.
Klien mengalami gangguan daya ingat jangka pendek, klien tidak mampu
Masalah keperawatan 12. Tingkat konsentrasi
dan berhitung Masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Masalah keperawatan 14. Daya tilik diri
Masalah keperawatan
menyebutka dimana dia bekerja 3 tahun lalu.
Tidak ada.
Klien mampu berhitung dengan angka sederhana.
Tidak ada.
klien mampu memilih berbincang dulu sebelum kekamar mandi atau kekamar mandi dulu sebelum berbincang.
Tidak ada.
Klien mengatakan sudah sehat dan tidak perlu dirawat lagi
Tidak ada
mengingat kejadian minggu lalu.
Tidak ada.
Klien mampu berhitung dan tidak mampu berkonsentrasi lama.
Tidak ada.
Klien mampu mengambil keputusan yang sederhana klien dapat memilih mandi dulu sebelum potong kuku atau potong kuku dulu sebelum mandi.
Tidak ada.
Klien tidak tahu apa yang dideritanya saat ini
Tidak ada.
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
Kebutuhan Persiapan Pulang
KLIEN 1 KLIEN 2
1. Makan
2. BAB/ BAK
3. Mandi
4. Berpakaian/
berhias
Klien makan 3x sehari dengan menu yang disediakan dari rumah sakit, klien mampu makan secara mandiri dan klien selalu mencuci piringnya setelah selesai makan.
Klien mampu melakukan BAB/ BAK secara mandiri.
klien membutuhkan bantuan minimal untuk di motivasi, menjaga kebersihan diri dan dekatkan alat-alat mandi klien agar mudah dijangkau, selesai mandi terkadang klien lupa dan malas untuk mengeringkan badannya dengan handuk.
klien membutuhkan bantuan minimal dalam berpakaian karena klien harus di motivasi untuk ganti baju yang rapi dan bersih, dan memotivasi klien untuk
Klien makan 3x sehari dengan menu yang disediakan dari rumah sakit, klien mampu makan secara mandiri dan klien selalu mencuci piringnya setelah selesai makan.
Klien mampu melakukan BAB/ BAK secara mandiri.
klien membutuhkan bantuan minimal untuk di motivasi, menjaga kebersihan diri dan dekatkan alat-alat mandi klien agar mudah dijangkau, selesai mandi terkadang klien lupa dan malas untuk mengeringkan badannya dengan handuk.
klien membutuhkan bantuan minimal dalam berpakaian karena klien harus di motivasi untuk ganti baju yang rapi dan bersih, dan memotivasi klien untuk
5. Istirahat dan tidur
6. Penggunaan obat
7. Pemeliharaan kesehatan dan sistem dukungan
8. Aktivitas di dalam rumah
9. Aktivitas di luar rumah
Masalah keperawatan
menyisir rambut dan memotong kuku.
Klien tidur siang selama 1-2 jam, tidur malam selama 7-8 jam, biasakan klien untuk membersihkan tempat tidur sebelum atau sesudah tidur.
Klien membutuhkan bantuan minimal yaitu klien harus diingatkan untuk meminum obatnya, klien diberi obat 2x sehari.
Setelah pulang nanti klien berusaha untuk rutin minum obat dan kontrol, klien mendapat dukungan penuh dari keluarga dalam proses penyenbuhannya.
Klien perlu latihan dan diajarkan untuk membantu aktifitas di dalam rumah, saat di rumah sakit klien juga selalu mencuci piring setelah selesai makan.
saat di rumah sakit, klien rajin mengikuti rehabilitasi setiap pagi, klien mengatakan jika sudah pulang ke rumah nanti klien ingin bekerja lagi.
Tidak ada.
menyisir rambut dan memotong kuku.
Klien tidur siang selama 1-2 jam, tidur malam selama 7-8 jam, tidak ada aktivitas khusus sebelum atau sesudah tidur.
Klien membutuhkan bantuan minimal yaitu klien harus diingatkan untuk meminum obatnya, klien diberi obat 2x sehari.
Setelah pulang nanti klien berusaha untuk rutin minum obat dan kontrol, klien mendapat dukungan penuh dari keluarga dalam proses penyembuhannya.
Saat di rumah sakit, klien selalu mencuci piring setelah selesai makan.
saat di rumah sakit klien jarang mengikuti rehabilitasi karena malas.
Tidak ada.
10. Mekanisme Koping
Mekanisme Koping KLIEN 1 KLIEN 2
Adaptif Maladaptif
Masalah keperawatan -
Klien jika berbicara dengan orang lain kontak mata kurang, sering menghindar dan reaksinya lambat.
Tidak ada
-
Klien mengatakan, jika merasa jengkel pasien
marah-marah dan
membanting barang yang ada didekatnya.
Koping individu tidak efektif, resiko perilaku kekerasan.
11. Masalah Psikososial dan Lingkungan
KLIEN 1 KLIEN 2
Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dengan lingkungan sekitar rumah, pasien ingin segera pulang berkumpul dengan keluarga dan ingin diterima lagi di lingkungan masyarakat.
1. Masalah dengan lingkungan, karena pasien tidak pernah bergaul dengan masyarakat
12. Pengetahuan Kurang Tentang
KLIEN 1 KLIEN 2
Pengetahuan Kurang Tentang
Masalah keperawatan
Klien tidak mengetahui tentang penyakit jiwa.
Kurang pengetahuan.
Klien tidak mengetahui tentang penyakit jiwa, koping dan obat-obatan.
Kurang pengetahuan.
13. Aspek Medik
ASPEK MEDIK KLIEN 1 KLIEN 2
Diagnosa medis Terapi medis
F20.3 Skizofrenia tak terinci Risperidon 2X2mg
Trihexyphenidyl (THP) 2x2mg
Chlorpromazine (CPZ) 2x100mg
F20.3 Skizofrenia tak terinci
Risperidon 2x2mg
Trihexyphenidyl (THP) 2x2mg
Chlorpromazine (CPZ) 1x100mg
14. Daftar Masalah Keperawatan