• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MEMAHAMKAN ASKING AND GIVING INFORMATION PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MEMAHAMKAN ASKING AND GIVING INFORMATION PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

E-ISSN: 2774-7360

44

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MEMAHAMKAN ASKING AND GIVING INFORMATION PADA SISWA

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Jumarto1

1Guru, SMP Negeri 2 Bondowoso

Naskah diterima: 19 Juli 2021|direvisi: 25 Juli 2021| 20 Agustus 2021 ABSTRACT

The current condition of Indonesia is so alarming, the emergence of Covid-19. This has caused the paralysis of various sectors, one of which is education. For this reason, the policy to answer these challenges is one of them with limited face-to-face learning (PTMT). PTMT must still involve students to be active in learning. Learning that gives active learners to build knowledge of English in a meaningful way can be realized in cooperative learning. The simplest cooperative learning is the Student Teams Achievement Divisions (STAD) type of cooperative learning. This research uses a qualitative approach with the type of research used is classroom action research (CAR) one cycle. The action implementation activity was carried out 8th grade of SMP Negeri 2 Bondowoso in the English subject of asking and giving information. The stages of implementing the action are in accordance with the STAD-type cooperative learning stages which include introduction, group learning, individual tests and group rewards. The results of this study are the implementation of STAD type cooperative learning has been carried out well according to the syntax and steps of STAD cooperative learning although there are some technical obstacles.

Keywords: Cooperative, English Languange, STAD ABSTRAK

Kondisi indonesia saat ini begitu memprihatinkan, munculnya Covid-19. menyebabkan lumpuhnya berbagai sektor, salah satunya adalah pendidikan. Untuk itu kebijkan untuk menjawab tantangan tersebut salah satunya dengan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT). PTMT harus tetap melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang memberikan pebelajar aktif membangun pengetahuan bahasa inggris secara bermakna dapat terwujud dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif yang paling sederhana adalah pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) satu siklus. Kegiatan pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 2 Bondowoso pada mata pelajaran bahasa inggris materi asking and giving information. Tahapan pelaksanaan tindakan sesuai dengan tahapan belajar kooperatif tipe STAD yang meliputi pendahuluan, belajar dalam kelompok, tes individual dan penghargaan kelompok. Hasil penelitian ini adalah implementasi pembelajaran kooperatif tipe STAD telah terlaksana dengan baik sesuai dengan sintaks dan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD meskipun terdapat beberapa kendala teknis.

Kata Kunci: Bahasa Inggris, Kooperatif, STAD

PENDAHULUAN

Kondisi indonesia saat ini begitu memprihatinkan, munculnya Covid-19 yang merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh severe acute

(2)

45 respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2) (Albertus, 2021), menyebabkan lumpuhnya berbagai sektor, salah satunya adalah pendidikan. Untuk itu kebijkan untuk menjawab tantangan tersebut salah satunya dengan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT). Hal ini dilakukan karena pembelajarn daring belum bisa maksimal, seperti yang diungkapkan Purwanto (2021) bahwa pembelajaran mode daring dengan memanfaatkan media web blog belum bisa maksimal. Meskipun begitu PTMT juga harus memperhatikan beberapa hal yaitu, (1) kondisi kelas, (2) jadwal pembelajaran, (3) perilaku wajib, (4) kantin, (5) kondisi medis warga sekolah, (6) kegiatan olahraga dan ekstrakurikuler, (7) kegiatan selain pembelajaran sekolah, dan (8) pembelajaran diluar lingkungan sekolah.

PTMT harus tetap melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Menurut Piaget (dalam Arend, 1998) pembelajaran yang baik itu harus melibatkan berbagai situasi anak bisa bereksperimen, artinya bisa mengujicobakan berbagai hal untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi benda-benda, simbol-simbol, melontarkan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, merelokalisasi apa yang ditemukannya pada suatu waktu dengan apa yang ditemukannya pada waktu yang lain, membandingkan temuannya dengan temuan anak-anak lain.

Pembelajaran yang memberikan pebelajar aktif membangun pengetahuan bahasa inggris secara bermakna dapat terwujud dalam pembelajaran kooperatif. Guru memainkan peranan yang menentukan dalam menerapkan cooperative learning yang efektif. Materi dan pengajarannya harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat bekerja untuk memberikan sumbangan pemikirannya kepada kelompoknya. Masalah yang disiapkan guru harus dibuat sedemikian rupa sehingga akan menimbulkan saling membutuhkan antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya dalam menyelesaikan masalah itu. Guru sebaiknya mengatur ruang kelas sehingga setiap anggota dalam satu kelompok dapat duduk saling berdekatan, sehingga dapat bekerja dengan cukup nyaman dan tidak perlu berbicara keras-keras.

Sedangkan jarak antara kelompok yang satu dan yang lainnya diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka merasa tidak saling terganggu satu dengan lainnya (Erman, 2021). Pembelajaran kooperatif yang paling sederhana adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Pembelajaran Kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif yang membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang bersifat heterogen dalam kemampuan akademik dan jenis kelamin. Secara garis besar langkah-langkah pembelajarannya adalah 1) penyajian informasi oleh guru, 2) diskusi kelompok, 3) pemberian tes yang dikerjakan secara individual, 4) pemberian penghargaan kelompok (Slavin, 2008).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena memenuhi ciri-ciri penelitian kualitatif yaitu: a) dilakukan dalam kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci, b) penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka, c) penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau outcome, d) penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif, e) penelitian kualitatif lebih menekankan makna (Sugiyono, 2008). Gay (2009) mengemukakan karakteristik dari penelitian kualitatif yaitu a) data berasal dari partisipan b) laporan yang di buat secara terperinci termasuk jika ada penyimpangan dalam penelitian.

(3)

46 Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) karena PTK dapat digunakan oleh guru untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas (Gay, 2009). Selain itu penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru atau seseorang tertentu di dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani, 2003).

Tahap-tahap penelitian yang dilaksanakan di dalam penelitian ini mencakup tahap pendahuluan dan tahap pelaksanaan kegiatan. Tahap pendahuluan dilakukan dengan menyusun istrumen penelitian. Tahap pelaksanaan untuk setiap tindakan dilakukan sesuai dengan model yang dikembangkan Kemmis dan Mc Tagart meliputi 4 langkah kegiatan yaitu 1) perencanaan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (action), 3) observasi (obsevation), 4) refleksi (reflection). Keempat langkah tersebut membentuk suatu siklus dan dalam pelaksanaannya direncanakan dalam satu siklus karena penelitian ini bertujuan untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran koopertif tipe STAD pada materi giving and asking information.

Agar terlaksana pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan diperlukan perangkat pembelajaran. Beberapa perangkat pembelajaran yang diperlukan adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan instrumen tes.

HASIL DAN DISKUSI

Kegiatan pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 2 Bondowoso. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti sendiri oleh karena itu peneliti dalam kegiatan pembelajaran bertindak sebagai pembelajar, sedangkan 3 orang guru SMP Negeri 2 Bondowoso yang sedang tidak mengajar bertindak sebagai observer. Tahapan pelaksanaan tindakan sesuai dengan tahapan belajar kooperatif tipe STAD yang meliputi pendahuluan, belajar dalam kelompok, tes individual dan penghargaan kelompok.

Pada tahap awal pelaksanaan pembelajaran tindakan yaitu pembelajaran giving and asking information terjadi kegaduhan dalam kelompok . Kegaduhan terjadi karena siswa belum terbiasa belajar kelompok, beberapa siswa saling berebut tempat duduk . Untuk mengatasi masalah ini guru memberi nasihat supaya siswa dapat membentuk kelompok dengan tertib dan tenang. Peran yang dilakukan guru ini adalah salah satu cara menciptakan situasi lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati (2006) yang menyatakan bahwa guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing dan pengendali ketertiban siswa dalam belajar bahasa inggris.

Pada tahap belajar kelompok siswa tidak belajar secara klasikal lagi tetapi belajar kooperatif dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa. Setiap kelompok bersifat heterogen terhadap kemampuan akademik dan jenis kelamin.

Dalam belajar kelompok ini pembelajaran dilakukan dengan menggunakan LKS supaya siswa lebih banyak mengerjakan bersama-sama dalam kelompok, sehingga siswa lebih banyak diberi kesempatan untuk memahami dan menemukan sendiri jawaban dari suatu pertanyaan. Informasi dan bimbingan dari guru diberikan pada saat siswa benar-benar mengalami kesulitan. Hal ini sejalan dengan pendapat Dimyati (2006), dalam menimbulkan wacana, salah satu peran guru adalah penggerak perjalanan belajar siswa. Sebagai fasilitator belajar, guru diharapkan memantau

(4)

47 tingkat kesukaran pengalaman belajar dan segera membantu menyelesaikan kesukaran siswa.

Kerja sama yang dilakukan dalam belajar kelompok dengan kemampuan berbeda sebenarnya lebih didorong oleh tanggung jawab mereka untuk menyelesaikan tugas kelompok. Tugas kelompok dapat diselesaikan dengan baik dan cepat jika antar kelompok terjalin kerja sama yang baik. Hal ini dapat terlihat dari pernyataan siswa bahwa kerja sama dalam kelompok dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat.

Dalam diskusi kelompok siswa saling bertanya kepada teman kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan . Mereka berdiskusi dalam kelompoknya, meyakinkan temannya yang lain serta mendengar dan menghargai pendapat siswa lain. Lie dalam Tamrin (2003) mengatakan bahwa keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengar dan kemampuan mereka dalam mengutarakan pendapat.

Dari hasil proses pembelajaran, pengamatan dan tes diperoleh data sebagai berikut,

Tabel 1. Data pada proses tindakan

Kel/Nama Skor Poin Peningkatan

Predikat

Tes 1 Tes 2 Individu Kelompok

A. Siswa 1 100 84 5

5 10

50  _

Siswa 2 100 76 5

Siswa 3 100 88 5

Siswa 4 90 64 5

Siswa 5 50 92 30

B. Siswa 6 100 92 10

5 10

50  _

Siswa 7 100 92 10

Siswa 8 100 78 5

Siswa 9 90 72 5

Siswa 10 80 88 20

C. Siswa 11 100 92 10

5 10

50  _

Siswa 12 100 82 5

Siswa 13 100 86 5

Siswa 14 80 78 10

Siswa 15 50 58 20

D. Siswa 16 100 88 5

5 20

100  Hebat

Siswa 17 100 68 5

Siswa 18 100 100 30

Siswa 19 80 100 30

Siswa 20 50 78 30

E. Siswa 21 100 100 30

5 14

70  _

Siswa 22 100 92 10

Siswa 23 100 94 10

Siswa 24 90 86 10

Siswa 25 70 64 10

F. Siswa 26 100 88 5

5 6

30  _

Siswa 27 100 88 5

Siswa 28 100 78 5

Siswa 29 90 64 5

Siswa 30 100 88 5

Rata-rata 90,33 84 11,7 11,7

Data peningkatan skor tes pada Tabel 1 menunjukkan rata-rata skor Tes 2 siswa adalah 84 . Dari data skor tes tersebut ada poin peningkatan individu maupun

(5)

48 kelompok sebesar 39 % . Artinya ada peningkatan pemahaman siswa sebesar 39% . Dari data perolehan skor Tes 2 di atas dapat dikatakan bahwa pada tindakan, tingkat penguasaan materi giving and asking information adalah 84%.

Rangkaian belajar kelompok tipe STAD diakhiri dengan pemberian penghargaan kepada yang mencapai kriteria poin peningkatan yang telah ditetapkan.

Dalam tahap penghargaan kelompok dihitung besar poin peningkatan baik poin peningkatan individual maupun kelompok.

Dari enam kelompok, hanya ada satu kelompok yang meraih penghargaan dengan predikat hebat yaitu kelompok D dengan rata-rata poin peningkatan 20.

Sehingga kelompok D mendapatkan predikat kelompok hebat, tepuk tangan yang meriah dari penulis dan semua siswa di kelas VII khusus untuk kelompok D. Dari hasil penghitungan poin peningkatan kelompok menunjukkan rata-rata poin peningkatannya adalah 11,7 dan persentase poin peningkatannya adalah 39%.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama kegiatan pembelajaran nampak bahwa siswa sangat senang dalam belajar kelompok. Mereka sangat aktif bekerja dalam kelompok masing-masing dan aktif dalam melakukan diskusi sehingga suasana kelas nampak ramai. Hasil observasi dari tiga orang observer terhadap pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berlangsung dengan baik.

Hasil observasi tiga orang observer terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Aktivitas Guru dalam Tindakan

Tahap Indikator Skor observer

1 2 3

Awal 1. Mempertahankan tujuan 4 4 4

2. Menentukan materi dan pentingnya materi 4 4 4

3. Membangkitkan pengetahuan awal 4 4 4

4. Membentuk kelompok 4 4 4

5. Menjelaskan tugas siswa dalam kelompok 4 4 3

6. Menjelaskan tanggung jawab kelompok 4 4 4

7. Memotivasi siswa 3 4 3

8. Menyediakan sarana dan prasarana yang

dibutuhkan 4 4 4

9. Melakukan aktifitas keseharian 4 4 4

Inti 1. Meminta siswa memahami LKS 4 4 3

2. Membantu siswa bekerja kooperatif 4 4 4

3. Membantu kelompok menyelesaikan tugas 4 4 4

Akhir 1. Melakukan evaluasi 3 3 3

2. Melakukan aktifitas keseharian 4 4 4

Jumlah 54 54 52

Rata-rata 53.3

Analisa data hasil observasi menggunakan analisis persentase. Skor yang diperoleh tiap indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor perolehan.

Selanjutnya di hitung % skor rata-rata dengan cara membagi jumlah skor perolehan dengan skor maksimum dikalikan 100%. Pada Tabel 2 ternyata skor rata-ratanya yaitu 53,3. Persentase aktivitas guru adalah 95%. Berdasarkan pengamatan ketiga observer terhadap aktivitas guru termasuk ketegori ” sangat baik”.

Hasil observasi tiga observer terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran pada tindakan dapat dilihat pada Tabel 3.

(6)

49 Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Tindakan 1

Tahap Indikator Skor observer

1 2 3

Awal

1. Mempertahankan tujuan 3 3 3

2. Menyimak penjelasan materi 3 3 3

3. Keterlibatan dalam membangkitkan

pengetahuan awal 2 4 3

4. Keterlibatan dalam pembagian kelompok 4 4 4

5. Memahami tugas 3 4 4

6. Melakukan aktifitas keseharian 4 4 4

Inti 1. Memahami lembaran kerja siswa 2 3 4

2. Keterlibatan menyelesaikan tugas kelompok 3 4 4 3. Aktifitas siswa yang berkemampuan tinggi 3 4 3

4. Aktifitas siswa berkemampuan sedang 3 4 3

5. Aktifitas siswa berkemampuan rendah 3 4 3

6. Bekerja secara kooperatif 4 3 4

Akhir Menanggapi evaluasi 4 3 4

Jumlah 41 47 46

Rata-rata 44,7

Analisa data hasil observasi menggunakan analisis persentase. Skor yang diperoleh tiap indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor perolehan.

Selanjutnya di hitung % skor rata-rata dengan cara membagi jumlah skor perolehan dengan skor maksimum dikalikan 100%. Pada Tabel 3 ternyata skor rata-ratanya yaitu 44,7. Persentase aktivitas siswa adalah 86%. Berdasarkan pengamatan ketiga observer terhadap aktivitas siswa termasuk ketegori ” sangat baik”.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran kooperatif tipe STAD telah terlaksana dengan baik sesuai dengan sintaks dan langkah- langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berapa kendala yang ditemui hanyalah bersifat teknis, seperti: 1) siswa ribut dalam pembentukan kelompok, 2) siswa berebut kelompok, 3) siswa berebut tempat duduk untuk kelompoknya, 4) waktu yang disediakan banyak terkuras oleh pembentukan kelompok. Meskipun terdapat kendala tetapi implementasi pembelajaran kooperatif tipe STAD telah terlaksana dengan baik.

TERIMA KASIH

Terima kasih saya sampaikan kepada kepala SMP Negeri 2 Bondowoso, Rekan guru SMP Negeri 2 Bondowoso khususnya 3 orang observer, siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bondowoso yang telah mendukung lancarnya penelitian ini.

BIBLIOGRAPHY

Albertus, A, dr. (2021). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), Retrieved 5 Juli, 2020, from https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/coronavirus-disease- 2019-covid-19

Arends,R.I. (1998). Classroom Instructional and Management. New York: Mc Grow-Hill.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.

Erman,dkk, Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA.

(7)

50 Gay,LR. (2009). Educational Research.Competencies for Analysis and Applications.

Upper Saddle River, New Jersey Columbus, Ohio.Pearson.

Purwanto, A.J. (2021). Pemanfaatan Web Blog Sebagai Media Pembelajaran Matematika di SMK Negeri 1 Pujer Tahun Pelajaran 2020/2021. Saintifika, [S.l.], v. 23, n. 1, p. 32-37.

Slavin,R.E. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Tamrin. (2003). Belajar Kooperatif Model Grup Investigasi untuk Pemahaman Phytagoras

pada Siswa Kelas II SLTP Negeri Donggala. Thesis, unpublished. UM Malang Wardani, I.G.A.K. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan

Universitas Terbuka.

Referensi

Dokumen terkait

Yang terakhir, yaitu membuat garis lentur, yang menghubungkan antara segitiga dengan lingkaran tidak beraturan, Cara yang yang sama, pilih menu Tools, pilih

2) Pada rumusan masalah yang kedua tentang keefektifan penggunaan media pembelajaran Haxazen (hanzi writing+mobizen) dalam pembelajaran menulis hanzi telah terjawab

Penulis menggunakan data flow diagram untuk merancang skema alur kerja sistem ini dan ERD untuk membuat hubungan relasi antar tabel.Hasil dari penelitian ini adalah membuat sistem

Dengan demikian disimpulkan bahwa suhu kamar balita, jenis dinding rumah, ventilasi kamar tidur, dan kelembaban kamar balita merupakan faktor risiko yang dominan terhadap

tidur dengan memori jangka pendek pada Lansia di Panti Werdha Griya St.. Populasi penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 27 Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kecamatan Kikim Timur, sekolah dasar yang memiliki jamban yang memenuhi syarat sebanyak 10

Evaluasi diartikan khusus berkaitan dengan evaluasi pendidikan yang di dalamnya juga mencakup evaluasi program yang digunakan untuk melakukan penilaian baik bagi

Rata-rata motivasi siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) yaitu 80,08 yang tergolong kategori tinggi dan rata-rata motivasi siswa