TERNAK SAPI BALI DI TIMOR, NUSA TENGGARA TIMOR .
PENDAHULUAN
Pulau Timor clan pulau-pulau kecil sekitarnya (ticlak termasuk Timor Timur) terdiri atas 4 Kabu- paten, yaitu Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara clan Belu dengan ke- padatan penducluk 60,84 orang/km2 yang umum- nya bermata-pencaharian utama sebagai petani .
Musim kemarau berlangsung 7 - 8 bulan lamanya (Tabel 1), mengakibatkan padang rumput mendominasi wilayah tersebut, terutama dataran yang ticlak memiliki sumber air musiman (2 - 3 bulan) . Sehingga dataran tandus yang luas di mu- sim kemarau clan hamparan rumput hijau di musim hujan merupakan pemandangan yang umum . Aneka jenis tanaman stepa lain turut mewarnai panorama di Timor.
Chalid Thalib clan Abdul Rahman Siregar Balai Penelitian Ternak, Bogor
Catatan : CH = Curah Hujan Rata-rata (mm) TTS = Timor Tengah Selatan . HH = Hari Hujan (hari) -
TTU = Timor Tengah Utara.
Sumber : Diolah dari NTT dalam Angka, 1981 (4).
Sempitnya areal untuk pertanian clan luasnya padang rumput mengakibatkan Timor sangat cocok untuk mengutamakan sektor peternakan dari sektor lainnya . Berdasarkan potensi ini, maka pada masa penjajahan Pemerintah Kolonial Be- landa tahun 1915, sapi Bali dimasukkan ke Timor dalam jumlah ratusan ekor.
Sapi Bali yang dimasukkan ke Timor ternyata dapat beraklimatisasi dengan lingkungan setempat clan sangat prolifik, sehingga tidak mengherankan bahwa dalam jangka waktu relatif singkat, ternak sapi tersebut mampu berkembang pesat di tengah- tengah alam Timor yang sangat kering akibat ke- marau panjang . Sampai saat sekarang pertambah- an populasi masih terus berlangsung walaupun Timor telah menjadi salah satu donatur daging clan bibit sapi hampir ke seluruh wilayah Indonesia .
Tabel 1 . Rata-rata Curah Hujan ICH) clan Hari Hujan (HH) di Timor diperinci per Kabupaten, 1981 .
Kabupaten Bulan hujan
Kupang
CH HH
TTS
CH HH
TTU
CH HH
Belu
CH HH
Januari 363 17 308 15 307 18 357 18
Februari 478 12 227 11 159 13 390 16
Maret 87 6 67 6 63 7 142 9
April 121 5 84 5 102 8 157 11
Mai 78 4 138 9 - - 46 5
Juni - - 25 2 - - 25 7
Juli - - 21 3 - - - -
Agustus - - 1 1 - - 7 2
September - - 7 1 - - 7 1
Oktober 71 4 7 2 - - 74 10
November 189 9 -
Desember 467 12 -
Total 1 .854 69 885 55 631 46 1 .205 79
PETERNAKAN SAPI DI TIMOR
Jenis ternak sapi di Timor seluruhnya terdiri dari sapi Bali murni, kemudian hasil persilangan sapi Bali dengan Bos tauruslBos indicus clan sapi FH milik misionaris katolik terdiri dari beberapa ekor, yang pemeliharaannya ditujukan untuk me- menuhi kebutuhan susu sendiri . Umumnya sapi- sapi Bali clan persilangannya dipelihara oleh rakyat dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki, baik lahan, tenaga, modal, pengetahuan clan ketrampil- an.
1 . Sistem Penggembalaan.
a. Cara pemeliharaan
Pemeliharaan dengan sistem penggembalaan berarti ternak-ternak sapi dilepas bebas di padang penggembalaan umum sepanjang hari . Para petani peternak yang menerapkan sistem tersebut adalah mereka yang memiliki ternak sapi dalam jumlah besar (minimal 10 ekor) .
Pemeliharaan secara ekstensif ini mengakibat- kan ternak-ternak menjadi liar. Apabila peternak menginginkan sapinya, barulah ditangkap sesuai dengan kebutuhan. Pemberian tanda (cap) pada ternak dilakukan 1 - 2 tahun sekali, hal ini ber- akibat sulitnya penangkapan clan bergabungnya ternak-ternak dari beberapa peternak di padang penggembalaan, sehingga peternak tidak tahu jumlah sebenarnya dari sapi yang dimiliki .
Sapi-sapi tersebut tidak disediakan kandang, pakan clan obat-obatan, sehingga sapi-sapi ini harus mampu mandiri untuk hidup clan berkem bang. Kandang yang disediakan hanya digunakan untuk menampung sapi-sapi yang akan dijual/di- cap. Kandang-kandang ini dibuat secara seder- hana, yaitu berupa pagar yang dibuat dari batu atau pelepah lontar (Borassus flabellifer) ataupun pelepah gebang (Corypha gebanga) ataupun kayu- kayu dari pohon di sekitarnya .
Sapi-sapi ini biasanya berfungsi sebagai he- wan potong atau sebagai ternak bakalan bagi da- erah penggemukan maupun sebagai hewan bibit bagi daerah lain .
b. Kondisi pakan
Pakan yang dikonsumsi oleh sapi-sapi pada pemeliharaan sistem penggembalaan berasal dari padang penggembalaan . Adapun padang peng gembalaan umum yang digunakan terdiri dari ane- ka jenis rumput clan legumes alam tropis (Gambar 1) . Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa rumput yang dominan adalah Hunkolkuna (Digita- ria sanguinalis), rumput komea (Sorghum nitidum) clan rumput panah (Heteropogon contortus) serta ilalang (lmperata cilindrica) dan aneka jenis rumput lain, legumes clan tanaman liar. Dari penelitian ter- dahulu diperoleh rumput yang dominan di bebe-
Gambar 1 . Padang penggembalaan alam diKecamatan Kupang Timur, Kabu- paten Kupang, Nusa Tenggara Timur.
rapa daerah pengamatan berbeda-beda, tetapi secara umum yang dominan adalah Themeda fron- dosa, Brachiaria repens, Paspalum sp . clan Digita- ria sp . (1) .
Ciri khas tanaman padang tropis ini serupa dengan tanaman tropis lainnya, yaitu cepat de- wasa, menua clan mati, sehingga nilai gizi yang baik dari padang penggembalaan hanya dalam waktu relatif singkat, jadi mudah dibayangkan rendahnya kualitas padang penggembalaan alam tersebut . Dari penelitian yang dilakukan pada bulan Januari (pertengahan musim hujan) 1969 dengan masa istirahat 10, 1 2 dan 14 minggu, di- dapatkan kapasitas tampung padang rumput alam tersebut berturut-turut : 0,68 ± 0,58; 0,59 ± 0,50 dan 0,56 ± 0,47 UT/ha/tahun (1) . Dari standar deviasi yang dimiliki kelihatan bahwa kapasitas tampung memiliki variasi yang besar.
Dari pengamatan pada puncak musim kemarau (Juli 1983) kelihatan bahwa rerumputan yang halus digunduli . Hal ini mungkin disebabkan oleh jauhnya sumber air dari padang penggembalaan, sehingga ternak " menghindar" dari rerumputan yang kasar .
Gambar 2.
WARTAZOA Vol. 1 No. 3, Januari 1984
2. Sistem Semi Intensif.
a. Cara pemeliharaan
Pada sistem pemeliharaan semi intensif, u- mumnya ternak dipelihara dengan cara diikat di bawah pohon yang rimbun dengan pemberian pakan secara "cut and carry" . Pada pemeliharaan ini, ternak sepenuhnya berada di bawah peng- awasan peternak terutama mengenai kebersihan, pakan dan obat-obatan (pencegahan dan peng- obatan) . Pemeliharaan ini ditujukan untuk pengge- mukan yang lebih dikenal dengan nama "sistem paron" .
Pada mulanya para peternak semi intensif mengusahakan penggemukan dengan sapi bakal- an sendiri yang dibeli dari para peternak sistem penggembalaan. Dengan adanya bantuan RCP (Rural Credit Project) dari Pemerintah akhir-akhir ini, yang khusus menangani pembibitan dengan sasaran utama para peternak semi intensif, maka peternak mulai mengusahakan pembibitan untuk menghasilkan sapi bakalan sendiri . Jika RCP di- tujukan untuk meningkatkan mutu sapi Bali, maka
harus cliberikan rangsangan yang menarik atau penghargaan bagi sapi-sapi bibit yang dihasilkan.
Sapi hasilpersilangan sapi Bali dengan Simental yang digemukan dengan lamtoro dan batang pisang di Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Umur3 tahun dengan
beratbadan 600 kg.
b . Kondisi pakan
Berbeda dengan padang penggembalaan yang berkualitas rendah, di daerah-daerah yang mene- rapkan sistem paron, sapi-sapi yang digemukan diberi lamtoro (Leucaena leucocephala) var. Aca- pulco yang tinggi nilai gizinya sebagai pakan uta- ma (Tabel 2), sedang pakan tambahan diberikan batang pisang (Musa sp.) (2, 9) (Gambar 2) . Pakan ini diberikan dalam keadaan segar. Penggemukan dengan cara ini menghasilkan kenaikan berat ba- dan minimal 0,45 kg/ekor/hari (3) (Gambar 3) .
1 . Perkembangan populasi
Kepadatan sapi Bali di Timor 0,1 7 UT/ha, tetapi kepadatan ternak besar secara keseluruhan (sapi, kerbau dan kuda) mencapai 0,21 UT/ha.
Tabel 2 . Komposisi Kimia Daun Lamtoro dan Batang Pisang . Kadar Prot. Serat
Janis Bahan Makanan.
Daun Lamtoro*) Batang Pi- sang**) Sumber :
Perkembangan populasi ternak di NTT tahun 1979, 1980 dan 1981 untuk sapi, kerbau dan kuda masing-masing 2,65%, 1,75% dan-0,98%
(4), khusus Kabupaten Kupang terjadi peningkatan populasi (5) .
Dengan adanya peningkatan populasi ternak besar, menunjukkan bahwa stocking rate mak- simal belum dicapai . Tetapi dengan penyebaran pemilikan ternak yang tidak merata dan kesukaan ternak terhadap tanaman padang rumput tidak sama, mengakibatkan terjadinya "over" dan
"under-grazing" pada suatu areal padang peng- gembalaan . Maka seharusnya ditempuh suatu langkah untuk menghindari perusakan lahan akibat penggembalaan .
Dinding
*) Analisa daun lamtoro dari Kupang pada laboratorium FAPET, IPB, Talib (1 11 .
* * 1 Hartadi dkk. (6).
-) Analisa dinding sel pada laboratorium BPT, Bogor, Rangkuti dan Djajanegara, (7) .
Gambar 3. Sapi Bali jantan murni yang digemukan dengan lamtoro dan ba- tang pisang di Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Umur 3 tahun dengan berat badan 400kg . air
(%) kasar
(%) kasar
(%) Abu
(%) Lemak BETN
(%) Ca
(%) P
(%) Sel
(%) Provit A mg/kg
9,20 8,62 22,99 14,39 4,47 40,33 2,25 0,2 37,1 - )
0,00 9,30 7,80 10,90 10,10 62,00 0,35 0,8 - 60,00
Kapasitas tampung areal penggembalaan harus diestimasi dan jumlah ternak yang digem- balakan harus diatur dan peternak perlu dituntun untuk menggunakan dan merawat, sehingga ke- lestarian padang penggembalaan dapat terjamin . Hal ini dapat dilakukan apabila Pemerintah mem- bantu dengan kredit jangka panjang .
Kepadatan ekonomis dan teknis per Kabupa- ten (Tabel 3) : kepadatan ekonomis tertinggi di- duduki oleh Kabupaten Kupang, sedangkan kepa- datan teknis oleh Kabupaten Timor Tengah Utara .
2. Performance Sapi Bali
Tabel 3. Populasi Ternak Besar & Kepadatannya Menurut Kabupaten dan Jenis Ternak di Timor, Tahun 1981 .
* 1 Ternak besar dalam UT/1000 penduduk .
* * 1 Ternak besar dalam UT/kmz . Sumber : NTT Dalam Angka, 1981 (4).
Informasi performance produksi sapi Bali di Timor sangat bervariasi, terutama sapi Bali yang hidup di padang penggembalaan . Angka pasti mengenai produktivitas sapi-sapi tersebut belum ada : Diduga bahwa rata-rata pertambahan berat badan sebesar 0,05 - 0,1 kg/ekor/hari yang di- dasarkan pada berat badan dan umur sapi saat dijual sebagai sapi bakalan untuk digemukan . Di- katakan bahwa berat badan sapi Bali yang di- gemukan dengan hijauan segar (lamtoro dan ba- tang pisang) mempunyai pertambahan berat badan rata-rata sebesar 0,45 ± 0,30 kg/ekor/hari (2), sedangkan pertambahan berat badan minimal 0,45 kg/ekor/hari (3) .
Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa performance reproduksi sapi Bali sebagai berikut :
1) Birahi pertama dialami usia 1,5 - 2 tahun dengan lama birahi 1 - 1,5 hari dan gejala birahi yang ditunjukkan berupa vulva menge luarkan cairan, betina mendekati pejantan serta sering kencing . Umur pertama kali mela- hirkan 2 1/2 - 3 tahun. Dikatakan oleh Sutedja dkk. (8), bahwa birahi pertama pada sapi Bali betina ialah pada usia 22,5 bulan dengan berat badan 176,79 kg dan lama birahi 25,583 jam.
WARTAZOA Voi. 1 No. 3, Januari 1984
2) Seekor induk dapat melahirkan dengan baik sampai 10 kali dan masih produktif dengan rata-rata berat lahir 15 kg . Kelahiran kembar belum pernah ditemui .
3) Pedet jantan yang cepat pertumbuhannya akan lebih dahulu dijadikan hewan potong .
4) Berat badan yang dicapai pada saat dijual
>275 kg, yaitu ketika berusia > 2,5 tahun se- telah digemukan selama 6 - 12 bulan.
5) Seleksi untuk calon induk dan pejantan umum- nya tidak diadakan, kecuali sapi-sapi calon RCP (Rural Credit Project) .
Suatu hal negatif yang harus segera diatasi, adalah penyerapan pedet unggul (calon pejantan) untuk menjadi hewan potong . Apabila hal ini ber langsung lama, maka semakin banyak calon-calon pejantan yang baik terkuras . Hal lain adalah tidak adanya seleksi untuk induk dan pejantan, serta kemungkinan berlangsungnya "inbreeding" sejak dahulu, maka besar dugaan ada penurunan pro- duktivitas sapi Bali di Timor.
PERBAIKAN PRODUKTIVITAS 1 . Lamtoronisasi
Di Timor telah terbukti sejak tahun-tahun yang lalu kemampuan lamtoro beradaptasi dengan ling- kungan dan pemanfaatan oleh sapi-sapi Bali . Oleh karena itu, lamtoro dimasukkan dalam program penghijauan oleh Pemerintah sebagai komponen utama, di samping tanaman lainnya seperti turi (Sesbania sp .), kaliandra (Calliandra sp.) dan ta- naman yang berfungsi sebagai tanaman penghijau- an, sekaligus sebagai pakan ternak sepertiAcacia sp. Beberapa keuntungan dari fungsi lamtoro, antara lain :
1 ) Dapat tumbuh baik pada tanah-tanah kritis . 2) Diintroduksi ke padang rumput, selain mening-
katkan kualitas padang, juga memberikan sum-
Kabupaten Sapi Jenis
Kerbau Ternak
Kuda Kepadatan *)
ekonomis Kepadatan**) teknis
Kupang 118 .912 25.308 24.935 130,29 16,64
TTS 95 .355 1 .531 10.883 81,18 18,73
TTU 74 .739 2.904 8 .010 66,83 32,69
Belu 8 .061 13.289 10.559 74,95 31,74
bangan N pada padang rumput dan mampu mengatasi dominasi alang-alang seperti yang terlihat di Kabupaten Kupang (Kecamatan Amarasi) .
3) Dapat memanfaatkan air tanah yang ada dalam tanah, karena sistem perakarannya yang da- 4) Sebagai pakan ternak .lam.
Dalam memanfaatkan lamtoro sebagai pakan ternak, yang perlu diperhatikan adalah menjaga keseimbangan antara kapasitas tampung dan
"stocking rate" dari suatu padang lamtoro, se- hingga terjamin kelestarian lingkungan .
2. Persilangan
Untuk meningkatkan produktivitas sapi Bali, maka pemerintah menempuh cara seleksi dan masukan darah baru berupa sperma Bos taurus dan Bos indicus. Seleksi yang dijalankan menga- lami banyak hambatan, karena pemilik sapi adalah petani miskin yang bersedia menjual ternaknya apabila membutuhkan uang . Akhirnya seleksi di- jalankan bersamaan dengan pemberian kredit RCP, yang khusus ditujukan pada sapi-sapi betina yang akan disilangkan dengan Bos taurus dan Bos indi- cus. Sperma yang digunakan berasal dari Hereford, Simental, Shorthorn Angus, Brahman dan FH.
Pengamatan di lapangan terhadap F, persilangan sapi Bali dengan sapi-sapi di atas memiliki bobot lahir dan pertumbuhan yang lebih baik dari sapi Bali murni (lihat Gambar 2 & 3). Di antara sapi-sapi persilangan tersebut, yang memiliki pertumbuhan terbaik adalah F, yang dihasilkan oleh Hereford dan Simental.
Di sini terlihat bahwa pada F, sudah terjadi peningkatan bobot lahir dan kesehatan pertum- buhan, selanjutnya dalam meningkatkan produk tivitas, seleksi harus ditujukan untuk memper- tahankan keunggulan sapi Bali, seperti " heat tolerance" yang tinggi, kemampuan memanfaat- kan pakan bernilai gizi dan temperamen tenang, sehingga dapat dihasilkan sapi-sapi yang memiliki keunggulan Bos taurus dan Bos sondaicus atau Bos indicus. Dalam periode yang panjang, perlu juga diadakan pengamatan intensif pada ferti-
litas masing-masing hasil persilangan dalam hu- bungannya dengan kondisi pakan yang dikon- sumsi, mengingat sperma masukan berasal dari sapi-sapi yang diternakan dalam kondisi optimal . Hal lain yang sangat perlu diperhatikan adalah masalah silangan sapi Bali dengan Bos taurus yang melahirkan jantan yang infertil (7) karena dalam jangka panjang yang tidak terencana hal ini adalah
cukup berbahaya.
3. Perkreditan
Petani peternak merupakan golongan ekonomi lemah. Dalam rangka meringankan beban petani peternak, pemerintah mengulurkan tangan dengan cara pemberian kredit bersyarat ringan. Kredit yang telah diberikan yaitu PUTP (Panca Usaha Ternak Potong) meliputi 2 bidang, yakni peng- gemukan dan pembibitan. RCP yang khusus me- nangani pembibitan dan penggaduhan ternak mencakup kedua aspek tersebut, baik pengge- mukan maupun pembibitan, dijalankan dengan sistem koppel.
Semua bentuk kredit di atas ditujukan untuk meningkatkan produktivitas ternak dengan obyek pokok ternak, tetapi satu hal belum diperhatikan dan mendasari kemampuan produksi ternak, yaitu pakan ternak. Pengembangan pakan ternak, ter- utama padang penggembalaan, dikelola secara kolektif oleh para peternak yang memerlukan kredit. Dalam pelaksanaan kredit ini, para peternak perlu dibekali pengetahuan mengenai pengelolaan padang rumput, sehingga bila dapat berjalan dengan baik, akan terjadi peningkatan produkti- vitas ternak dan terjaminnya kelestarian padang rumput secara sinkron. Pemberian kredit ini dapat dilakukan dengan pembentukan KUD yang dapat diandalkan oleh kelompok petani peternak.
4. Kesehatan Ternak .
Vaksinasi dan pengobatan merupakan faktor penunjang yang esensial bagi peningkatan pro- duksi ternak. Dalam pelaksanaan vaksinasi dan pengobatan, hambatan yang ditemui adalah akibat sistem pemeliharaan dengan cara penggembalaan, sehingga ternak menjadi liar dan sulit dikuasai, serta kurang tersedianya petugas lapangan . Sis- tem pembangunan padang rumput di atas akan menjadi lebih baik, apabila dapat dipadukan de- ngan perawatan kesehatan ternak dalam bentuk kredit, sehingga kedua pembatas dalam mema- syarakatkan vaksinasi dan pengobatan dapat di- tanggulangi .
5. Perbaikan Pemasaran.
Di seluruh wilayah NTT terdapat 3 buah pasar hewan, 2 buah terdapat di Timor (3) . Pasar hewan yang ada jelas tidak dapat menampung/melayani ternak-ternak yang akan dijual . Persoalannya bukan jumlah pasar hewan itu, tetapi pengetahuan masyarakat yang kurang, menyebabkan pasar hewan belum dimanfaatkan . Akibatnya, tengkulak tetap berperan bebas dan keuntungan yang diper- oleh produsen kecil.
Berdasarkan Inpres No. 2 tahun 1978, Guber- nur NTT menempuh kebijaksanaan membentuk KUD (Koperasi Unit Desa) untuk menanggulangi tengkulak di setiap kecamatan wilayah NTT.
Pedagang/pengusaha tidak diperkenankan ber- hubungan langsung dengan produsen tanpa me- lalui KUD (3) . Pembentukan koperasi merupakan hal baru, maka kejadian-kejadian yang menyim- pang masih ditemukan . Untuk memberantas pe- nyimpangan tersebut, yang dapat merugikan pro- dusen (petani peternak), dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang pentingnya koperasi secara luas di kalangan petani peternak dan secara ber- kesinambungan membuahi kemampuan KUD yang secara wajar dapat mengambil alih peranan teng- kulak .
KESIMPULAN
1 . Pemeliharaan sapi dengan sistem penggem- balaan sangat tergantung pada alam, akibat- nya ternak merumput mengikuti seleranya . Hal ini menimbulkan "over-grazing" di suatu tem- pat dan "under grazing" pada tempat lainnya . Pemeliharaan sistem paron yang semi intensif adalah suatu sistem "fattening" yang meman- faatkan hijauan segar berkualitas baik.
2 . Dengan adanya peningkatan populasi ternak besar menunjukkan bahwa stocking rate mak- simal belum dicapai, apalagi dengan pengelo laan padang penggembalaan yang baik pening- katan populasi masih dapat ditingkatkan . 3. Untuk meningkatkan produktivitas ternak se-
baiknya ditempuh melalui lamtoronisasi, per- silangan, perbaikan perkreditan, kesehatan dan pemasaran ternak .
DAFTAR PUSTAKA
1 . Anonymous, 1969 . Case Study Kapasitas Tampung di beberapa tempat di Pulau Timor. FAPET IPB dan Dirjenpet, Jakarta.
WARTAZOA Voi. 1 No. 3, Januari 1984
2 . Anonymous, 1980 . Survei Pertumbuhan Sapi-Sapi PUTP di Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. FAPET UNDANA, KUPANG (tidak dipublikasi) .
3 . Anonymous, 1982 . Laporan Tahunan Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur tahun 1981/1982 . Dinas Peternakan Dati 1, Kupang .
4. Anonymous, 1982 . Nusa Tenggara Timur Da- lam Angka 198 1 . Penerbit Kantor Statis- tik Propinsi NTT, Kupang .
5. Anonymous, 1983 . Laporan Tahunan Dinas Peternakan Dati 11 Kupang . Dinas Peter- nakan Dati 11, Kupang .
6. Hartadi, H ., L .C. Kearl, S . Reksohadiprodjo, L.E. Harris, S . Lebdosukojo, A .D. Tillman, 1980 . Tabel Komposisi Bahan Makanan Untuk Indonesia . Utah State University, Logan .
7 . Ma'sum Komaruddin . Evaluasi semen sapi tu- runan kedua (F2) hasil persilangan sapi
Bos taurus dengan sapi Bali . Laporan Khusus Hasil Kegiatan Penelitian Tahun 1982/1983 Sub BPT-Grati . Hal . 9 - 17 . 8 . Rangkuti M. dan A. Djajanegara, 1983 . Pala-
tabilitas Tepung Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) pada Domba dan Kambing .
llmu Petemakan 1 (3)81 - 84 .
9. Sutedja P., N . Sunjaya dan D . Darmaja, 1980 . Birahi pertama pada sapi Bali Betina, Bull . FKHP UNUD, Bali . 118 : 1 1 - 21 . 10. Talib Ch. Ab., 1981 . Pemanfaatan lamtoro
(Leucaena leucocephala do Wit) dalam peningkatan mutu hijauan makanan ter nak khususnya ternak Sapi di Indonesia .
Bull. Teknik dan Pengembangan Peter- nakan No. 3/111/81/82 . Hal . 1 1 - 30 . 11 . Talib Ch . Ab ., 1983 . Hasil Analisa Daun Lam-
toro dari Kupang di Lab. FAPET IPB .