KONTRIBUSI FASILITAS BELAJAR, KOMPETENSI GURU,
KETERAMPILAN PROSES SAINS, DAN SIKAP ILMIAH
TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI KOGNITIF
SISWA SMA DI KECAMATAN TELUKDALAM
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
ELENA MAYANTI NDURU
NIM: 8136173008
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
ABSTRAK
ELENA MAYANTI NDURU. Kontribusi Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru, Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah terhadap Hasil Belajar Biologi Kognitif Siswa SMA di Kecamatan Telukdalam. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kontribusi yang diberikan oleh fasilitas belajar, kompetensi guru, keterampilan proses sains, dan sikap ilmiah terhadap hasil belajar biologi kognitif siswa SMA baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto. Sampel diambil dengan 2 tahapan; pertama, secara cluster random sampling dan didapatkan enam kelas X program MIA dari tiga sekolah yang berbeda. Kedua, secara random dipilih satu dari dua kelas yang diperoleh dari tahap pertama di masing-masing sekolah sehingga jumlah total sampel yang didapat sebanyak 105 siswa. Data diambil dengan cara observasi, wawancara, angket persepsi siswa tentang fasilitas belajar, angket persepsi siswa tentang kompetensi guru biologi, tes keterampilan proses sains terintegrasi, angket sikap ilmiah dan dokumen hasil ujian akhir semester mata pelajaran biologi. Semua instrumen sudah divalidasi sebelum digunakan. Data dianalisis dengan analisis jalur menggunakan program software SPSS for windows 19.0. Nilai kontribusi dari masing-masing variabel tersebut diperoleh dari hasil analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Fasilitas belajar dan kompetensi guru secara simultan berkontribusi sebesar 47,0% dan berpengaruh signifikan terhadap keterampilan proses sains, (2) Fasilitas belajar dan kompetensi guru secara simultan berkontribusi sebesar 20,1% dan berpengaruh signifikan terhadap sikap ilmiah siswa, (3) Fasilitas belajar, kompetensi guru, keterampilan proses sains, dan sikap ilmiah secara simultan berkontribusi sebesar 61,5% dan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar biologi kognitif siswa, (4) Pengaruh tidak langsung fasilitas belajar melalui keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi kognitif siswa adalah signifikan, (5) Pengaruh tidak langsung kompetensi guru melalui keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi kognitif siswa tidak signifikan, (6) Pengaruh tidak langsung fasilitas belajar melalui sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar biologi kognitif siswa adalah signifikan, dan (7) Pengaruh tidak langsung kompetensi guru melalui sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar biologi kognitif siswa adalah signifikan.
iii
ABSTRACT
ELENA MAYANTI NDURU. Contributions of Learning Facilities, Teachers’ Competence, Science Process Skills and Attitudes Towards Science to Students’ Biological Cognitive Learning Outcomes of Secondary School in the District Telukdalam. PostGraduate Program, State University of Medan, 2015.
This study was aimed to determine contributions of learning facilities, teachers’ competence, science process skills, and attitudes towards science to students’ biological cognitive learning outcomes of secondary school, both directly and indirectly. This study was an ex-post facto. Sampling were carried out by two stage; the first by cluster random sampling and six classes of X grade science program were acquired from three different secondary schools in the District Telukdalam. The second stage by randomly drawn one class of two classes which were acquired on the first stage from each school and total sample were 105 students. Data were collected by observation, interview, students’ perception on learning facilities and teachers’ competence were derived from questionnaire, integrated science process skills test, students’ attitude toward science questionnaire and document of biological final examination output. All of the instruments were validated before used. The data were analysed by path analysis using software SPSS for windows 19.0. Contributions and the influence of these variables were derived from the regression analysis. The results showed that: (1) Learning facilities and teacher’s competence simultaneously given contributions as big as 47,0% and significantly influence to the science process skills, (2) Learning facilities and teacher’s competence simultaneously given contributions as big as 20,1% and significantly influence to the student’s attitude towards science, (3) Learning facilities, teacher’s competence, science process skills, and attitude towards science simultaneously given contributions as big as 61,5% and significantly influence on students’ biological cognitive learning outcomes, (4) Indirect effect of learning facilities through science process skills to the cognitive learning outcomes of biology is significant, (5) Indirect effect of teacher’s competence through science process skills to the cognitive learning outcomes of biology is not significant, (6) Indirect effect of learning facilities through attitudes towards science attitude to student’s cognitive learning outcomes of biology is significant, and (7) Indirect effect of teacher’s competence through attitudes towards science attitude to student’s cognitive learning outcomes of biology is significant.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Kontribusi Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA di Kecamatan Telukdalam”, dan kemudian direvisi berdasarkan saran dari tim penguji dan disetujui oleh tim pembimbing menjadi “Kontribusi Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru, Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Biologi Kognitif Siswa SMA di Kecamatan Telukdalam” yang disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Biologi dari Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini, terutama:
4. Bapak Dr. Hasruddin, M. Pd., selaku Ketua Prodi Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan dan dosen penguji
5. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M. Si., M. Sc., selaku dosen pembimbing I 6. Bapak Dr. Mufti Sudibyo, M. Si., selaku dosen pembimbing II
7. Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M. Si., selaku dosen penguji 8. Ibu Dr. Elly Djulia, M. Pd., selaku dosen penguji
9. Kak Siti Rohana selaku Pengelola Adm. Prodi Pendidikan Biologi 10.Kulianto Duha, suami tercinta yang selalu memberikan dukungan 11.Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan
12.Kedua orang tua mertua kami yang telah memberikan dukungan
13.Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Biologi yang telah membantu dalam banyak hal
Penulis menyadari dalam penyusunan tesis ini banyak terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.
Medan, Agustus 2015 Penulis,
v
2. 1. 1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ... 12
2. 1. 2. Hakikat Pembelajaran Biologi ... 14
2. 1. 3. Pengertian Fasilitas Belajar ... 16
2. 1. 4. Fungsi Laboratorium Dalam Pembelajaran Biologi ... 17
2. 1. 5. Fungsi Perpustakaan Dalam Pembelajaran Biologi ... 18
2. 1. 6. Peran Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran Biologi ... 19
2. 1. 7. Keterampilan Proses Sains ... 21
2. 1. 8. Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran Biologi ... 23
2. 1. 9. Hakikat Sikap Ilmiah ... 26
2. 2. Penelitian Yang Relevan ... 28
2. 3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 30
2. 3. 1. Kerangka Konseptual ... 30
2. 3. 2. Hipotesis Penelitian ... 31
BAB III. METODE PENELITIAN 33 3. 1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33
3. 2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
3. 3. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34
3. 4. Jenis dan Desain Penelitian ... 36
3. 5. Teknik Pengumpulan Data ... 37
vi
3. 6. 5. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 40
3. 6. 6. Dokumen …... 40
3. 7. Prosedur Penelitian ... 41
3. 7. 1. Tahap Persiapan ………. 41
3. 7. 2. Tahap Pelaksanaan ………. 42
3. 8. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 45 4. 1. Hasil Penelitian ………... 45
4. 1. 1. Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian………. 45
4. 1. 2. Analisis Statistik Inferensial ………... 49
4. 1. 2. 1. Pengujian Hipotesis Pertama ………... 49
4. 2. 1. Kontribusi Fasilitas Belajar dan Kompetensi Guru Terhadap Keterampilan Proses Sains ……….. 70
4. 2. 2. Kontribusi Fasilitas Belajar dan Kompetensi Guru Terhadap Sikap Ilmiah ………... 72
4. 2. 3. Kontribusi Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Biologi Kognitif Siswa ……….. 76
4. 2. 4. Pengaruh Tidak Langsung Fasilitas Belajar terhadap Hasil Belajar Biologi Kognitif Siswa Melalui Keterampilan Proses Sains Sebagai Variabel Antara ……… 80
4. 2. 5. Pengaruh Tidak Langsung Kompetensi Guru terhadap Hasil Belajar Biologi Kognitif Siswa Melalui Keterampilan Proses Sains Sebagai variabel Antara ……… 82
4. 2. 6. Pengaruh Tidak Langsung Fasilitas Belajar terhadap Hasil Belajar Biologi Kognitif Siswa Melalui Sikap Ilmiah Sebagai Variabel Antara ……… 84
vii
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 88
5. 1. Simpulan ………... 88 5. 2. Implikasi ………... 89
5. 3. Saran ……… 89
DAFTAR PUSTAKA 91
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Jumlah kelas X- MIA Sekolah Menengah Atas di Kecamatan
Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan ... 33
Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……….... 34
Tabel 3.3. Hubungan Antar Variabel ………... 36
Tabel 3.4. Kisi-kisi instrumen tes keterampilan proses sains ... 39
Tabel 3.5. Kisi-kisi angket sikap ilmiah siswa ... 40
Tabel 4.1. Statistik Deskrip …..………. 45
Tabel 4.2. Koefisien Korelasi Parsial Antara Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru, dan Keterampilan Proses Sains ………. 50
Tabel 4.3. Koefisien Korelasi Secara Simultan Antara Fasilitas Belajar dan Kompetensi Guru dengan Keterampilan Proses Sains ………… 51
Tabel 4. 4. Pengaruh Kontribusi Fasilitas Belajar dan Kompetensi Guru Terhadap Keterampilan Proses Sains ……….. 51
Tabel 4. 5. Koefisien Korelasi Parsial Antara Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru, dan Sikap Ilmiah ……… 54
Tabel 4. 6. Koefisien Korelasi Secara Simultan Antara Fasilitas Belajar dan Kompetensi Guru dengan Sikap Ilmiah ………... 55
Tabel 4. 7. Pengaruh Kontribusi Fasilitas Belajar dan Kompetensi Guru Terhadap Sikap Ilmiah ………. 55
Tabel 4. 8. Koefisien Korelasi Parsial Antara Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru, Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah dengan Hasil Belajar ………. 58
Tabel 4. 9. Koefisien Korelasi Secara Simultan Antara Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap Ilmiah Dengan Hasil Belajar ………... 59
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3. 1. Skema Prosedur Penelitian ... 43
Gambar 4. 1. Persentase rerata nilai keadaan, kelengkapan, dan Pemanfaatan Fasilitas Belajar di SMA Kecamatan
Telukdalam ……… 46
Gambar 4. 2. Persentase rerata nilai Kompetensi Guru Biologi di SMA
Kecamatan Telukdalam ………. 47
Gambar 4. 3. Persentase rerata nilai Keterampilan Proses Sains Siswa
SMA di Kecamatan Telukdalam ……… 48
Gambar 4. 4. Persentase rerata nilai Sikap Ilmiah Siswa SMA di
Kecamatan Telukdalam ……….. 48
Gambar 4. 5. Kontribusi Langsung Fasilitas Belajar dan Kompetensi Guru Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa (rantai kausal I) Pada: (a) SMA 1, (b) SMA 2, (c) SMA 3, dan (d) Total
Sampel ... 53
Gambar 4. 6. Kontribusi Langsung Fasilitas Belajar dan Kompetensi Guru Terhadap Sikap Ilmiah Siswa (rantai kausal II) Pada: (a) SMA 1, (b) SMA 2, (c) SMA 3, dan (d) Total
Sampel ……….... 57
Gambar 4. 7. Kontribusi Langsung Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap Ilmiah Siswa (rantai kausal III) pada: (a) SMA 1, (b) SMA 2, (c) SMA 3,dan
(d) Total Sampel ………. 61
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Standar Sarana, Rasio, Deskripsi Laboratorium
Biologi... 95
Lampiran 2. Standar Sarana, Rasio, Deskripsi Perpustakaan
Sekolah... 100
Lampiran 3. Lembar Observasi Laboratorium Biologi ... 102
Lampiran 4. Lembar Observasi Perpustakaan Sekolah... 103
Lampiran 5. Angket Persepsi Siswa Tentang Fasilitas Belajar di
Sekolah ………... 104
Lampiran 6. Angket Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru ………… 110
Lampiran 7. Tes Keterampilan Proses Sains Terpadu... 114
Lampiran 8. Kunci Jawaban Tes Keterampilan Proses Sains
Terpadu... 124
Lampiran 9. Angket Sikap Ilmiah Siswa... 125
Lampiran 10. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Guru... 129
Lampiran 11. Hasil Observasi Kelengkapan Sarana Laboratorium
Biologi SMA di Kecamatan Telukdalam……….. 130
Lampiran 12. Hasil Observasi Kelengkapan Sarana Perpustakaan
SMA di Kecamatan Telukdalam………... 132
Lampiran 13. Validitas Item Tes, indeks kesukaran, Daya Pembeda,
dan Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains Terintegrasi... 134
Lampiran 14. Uji Validitas Instrumen Tes Keterampilan Proses
Sains Terintegrasi ………. 135
Lampiran 15. Uji Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Proses Sains
Terintegrasi... 136
Lampiran 16. Uji Daya Pembeda Tes Keterampilan Proses Sains
xi
Lampiran 17. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains
Terintegrasi ………. 138
Lampiran 18a. Data Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru, Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Siswa SMA 1 Telukdalam…. 139 Lampiran 18b. Data Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru, Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Bintang Laut…. 140 Lampiran 18c. Data Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru, Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Kampus ……… 141
Lampiran 19. Deskripsi Statistik Fasilitas Belajar Pada Masing-masing Sekolah dan Total Sampel ………. 142
Lampiran 20. Deskripsi Statistik Kompetensi Guru Pada Masing-masing Sekolah dan Total Sampel ……….. 143
Lampiran 21. Deskripsi Statistik Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Masing-masing Sekolah dan Total Sampel ………... 144
Lampiran 22. Deskripsi Statistik Sikap Ilmiah Siswa Pada Masing-masing Sekolah dan Total Sampel ……….. 145
Lampiran 23. Deskripsi Statistik Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Masing-masing Sekolah dan Total Sampel ………... 146
Lampiran 24. Uji Asumsi Klasik Pada Hipotesis Pertama ………... 147
Lampiran 25. Uji Asumsi Klasik Pada Hipotesis Kedua……….. 149
Lampiran 26. Uji Asumsi Klasik Pada Hipotesis Ketiga ………..……… 151
Lampiran 27. Analisis Korelasi Parsial Antara Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru dan Keterampilan Proses Sains ………. 153
Lampiran 28. Analisis Korelasi dan Determinasi Antara Fasilitas Belajar dan Kompetensi Guru Terhadap Keterampilan Proses Sains … 154 Lampiran 29. Analisis Koefisien Regresi Secara Simultan Antara Fasilitas Belajar dan Kompetensi Guru Terhadap Keterampilan Proses Sains ……… 155
Lampiran 30. Analisis Koefisien Regresi Parsial Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru Terhadap Keterampilan Proses Sains ……… 156
xii
Lampiran 32. Analisis Korelasi dan Determinasi Antara Fasilitas Belajar
dan Kompetensi Guru Terhadap Sikap Ilmiah ……….. 158
Lampiran 33. Analisis Koefisien Regresi Secara Simultan Antara Fasilitas
Belajar dan Kompetensi Guru Terhadap Sikap Ilmiah ………... 159
Lampiran 34. Analisis Koefisien Regresi Parsial Fasilitas Belajar,
Kompetensi Guru Terhadap Sikap Ilmiah ……….. 160
Lampiran 35. Analisis Korelasi Parsial Antara Fasilitas Belajar,
Kompetensi Guru, Keterampilan Proses Sains, Sikap Ilmiah, dan Hasil Belajar ……… 161
Lampiran 36. Analisis Korelasi dan Determinasi Antara Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap
Ilmiah Terhadap Hasil Belajar ……… 163
Lampiran 37. Analisis Koefisien Regresi Secara Simultan Antara Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru, Keterampilan Proses Sains,
dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar ………... 164
Lampiran 38. Analisis Koefisien Regresi Secara Parsial Antara Fasilitas Belajar, Kompetensi Guru, Keterampilan Proses Sains,
dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar ………... 165
1 BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan sains dan teknologi saat ini telah menyebabkan perubahan
yang drastis dalam setiap aspek kehidupan. Perubahan ini menuntut kita untuk
dapat beradaptasi agar tidak ketinggalan jaman. Salah satu upaya agar dapat
beradaptasi dengan keadaan tersebut adalah membekali diri dengan pengetahuan
tentang sains dan teknologi sejak dini. Oleh karena itu, pendidikan khususnya
pendidikan sains memiliki peranan penting dalam membangun pengetahuan.
Secara umum, pendidikan sains memiliki tujuan untuk membantu siswa
dalam memahami pengetahuan sains dan mengembangkan kemampuan siswa
dalam menyelidiki suatu fenomena dengan menggunakan pendekatan saintifik
(Shahali & Halim, 2010). Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pelaksanaan
pembelajaran dalam pendidikan sains membutuhkan fasilitas belajar yang
memadai.
Fasilitas belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu baik berupa benda
bergerak atau tidak bergerak yang dapat mempermudah, memperlancar,
mengefektifkan serta mengefisienkan penyelenggaraan kegiatan belajar guna
mencapai tujuan belajar. Fasilitas belajar dapat berupa benda atau barang
perlengkapan sekolah seperti (perpustakaan, laboratorium, ruangan kelas, media
pembelajaran, dan sebagainya).
Keberadaan fasilitas belajar dapat membantu kelancaran proses
2
tujuan belajar tidak akan tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan
Mudjiono (2002) yang menyatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana
pembelajaran bukanlah jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik, namun
yang terpenting adalah pemanfaatan dan pengelolaannya. Penelitian yang
dilakukan oleh Owoeye & Yara (2011) juga menyatakan bahwa pemanfaatan
fasilitas belajar yang baik dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Selain fasilitas belajar, untuk mencapai tujuan pendidikan juga diperlukan
tenaga pengajar (guru) yang kompeten sesuai dengan bidang keahliannya. Hal ini
sesuai dengan Undang-undang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 yang
menyatakan bahwa “guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional” dan diperjelas dalam Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008. Akan tetapi dalam kenyataannya, masih banyak
guru yang belum memenuhi persyaratan tersebut. Berdasarkan hasil Uji
Kompetensi Awal tahun 2012 secara nasional, untuk pengampu mata pelajaran
biologi rata-rata yang dicapai sebesar 52,87 dengan nilai tertinggi 80,0 dan
standar deviasi 10,1.
Biologi merupakan salah satu bagian dari pendidikan sains yang
mempelajari tentang makhluk hidup. Seperti pendidikan sains lainnya, dalam
mempelajari biologi sangat dibutuhkan fasilitas belajar dan guru yang dapat
mendukung siswa untuk membentuk keterampilan proses sains dan sikap ilmiah
siswa agar siswa dapat lebih memahami, mengalami dan menemukan jawaban
3
Keterampilan proses sains dapat dianggap sebagai cara untuk belajar
berpikir kritis dan menggunakan informasi secara kreatif sehingga pada akhirnya
dapat digunakan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan
nyata. Informasi tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku,
laboratorium, internet, dan guru. Dengan menguasai keterampilan proses sains,
berarti siswa telah membangun pengetahuannya sendiri sehingga dapat
meningkatkan hasil belajarnya (Aktamis & Ergin, 2008)
Beberapa negara yang telah menerapkan keterampilan proses sains dalam
kurikulum pembelajaran sainsnya adalah Turki (Simsek & Kabapinar, 2010), dan
Malaysia (Shahali & Halim, 2010). Namun, dari hasil penelitian yang dilakukan
di kedua negara tersebut menunjukkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan
proses siswa masih termasuk kategori cukup dan belum memuaskan. Hal ini
terjadi karena penerapan keterampilan proses sains selama kegiatan pembelajaran
belum sepenuhnya terlaksana akibat beberapa kendala yang dihadapi oleh para
guru, seperti: (1) fasilitas belajar yang terbatas, (2) jumlah siswa yang banyak
dalam satu kelas, (3) alokasi waktu yang terbatas untuk melaksanakan pendekatan
saintifik dan inkuiri yang dianggap dapat menanamkan keterampilan proses sains
selama pembelajaran berlangsung, dan (4) guru belum sepenuhnya memahami
tentang keterampilan proses sains sehingga hanya melakukan kegiatan yang
dianjurkan oleh kurikulum (Aydinli et al, 2011; Rauf et al, 2013).
Indonesia juga telah berusaha menekankan keterampilan proses sains dalam
kurikulum pendidikannya sejak tahun 2004, yaitu Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), kemudian diteruskan pada kurikulum 2006 atau Kurikulum
4
2013). Meskipun demikian, masih banyak kendala yang dihadapi dalam
penerapan keterampilan proses sains, antara lain: (1) masih banyak guru yang
belum sepenuhnya paham tentang keterampilan proses sains, baik dari
pengetahuan tentang konsep maupun implementasinya di dalam kelas sehingga
guru hanya mengikuti kegiatan yang dianjurkan oleh kurikulum. Hal ini
disebabkan karena minimnya pembekalan tentang cara menerapkan keterampilan
proses sains dalam pembelajaran dan cara membuat alat penilaian selama berada
di perguruan tinggi almamaternya (Akbar, 2010). (2) keterbatasan fasilitas belajar
yang dibutuhkan untuk penerapan keterampilan proses sains dengan metode
eksperimen seperti alat-alat laboratorium (Rustaman, 2005), (3) siswa masih
kesulitan dalam menemukan sendiri konsep yang sedang dibelajarkan, sehingga
peran guru yang seharusnya hanya sebagai fasilitator belum tercapai sepenuhnya
karena masih harus membantu siswa dalam proses penemuan konsep (Saraswati
dalam Rustaman, 2005).
Selain penguasaan keterampilan proses sains, hal lain yang diharapkan
terbentuk selama belajar sains adalah sikap ilmiah siswa. Sikap ilmiah (Scientific
attitude) menurut Harlen (dalam Simatupang, 2011) mengandung dua makna, yaitu sikap yang berhubungan dengan sains (attitude toward science) dan sikap yang melekat setelah mempelajari sains (attitude of science). Menurut Osborne et
al (2003), sikap ilmiah dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: jenis kelamin, status sosial ekonomi, dukungan orang tua, teman sebaya, dan guru. Dengan
memiliki sikap ilmiah khususnya sikap yang berhubungan dengan sains, seperti
perasaan suka belajar sains, tertarik terhadap sains, kehidupan para ilmuwan, dan
5
mempelajari sains dengan sungguh-sungguh sehingga pada akhirnya akan
mempengaruhi hasil belajar siswa (Osborne et al, 2003; Ksheerasagar & Kavyakishore,2013).
Hasil belajar siswa hingga saat ini masih menjadi isu penting dalam dunia
pendidikan. Pendidikan bisa dikatakan berhasil jika hasil belajar siswanya baik.
Hasil belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi 3 ranah, yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor. Menurut Ali & Aswan (2013), hasil belajar dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti: tingkat kecemasan, status sosial ekonomi orang tua,
kepercayaan diri, jenis kelamin, tekanan orang tua, konsep diri, kemampuan
belajar siswa, lingkungan belajar, teman sebaya dan guru.
Telukdalam merupakan ibukota kecamatan sekaligus ibukota kabupaten di
Nias Selatan. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, penerapan
pembelajaran sains di daerah ini termasuk biologi selalu mengikuti kurikulum
yang berlaku secara nasional. Pelatihan-pelatihan terhadap penerapan kurikulum
berbasis keterampilan proses juga telah diberikan kepada guru-guru di sana.
Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan 3 orang guru biologi dari 3 SMA di
Kecamatan Teluk Dalam pada akhir semester genap T. P. 2013/2014 yang lalu
dan pengalaman peneliti sendiri sebagai salah seorang guru biologi SMA di
Kabupaten Nias Selatan diperoleh informasi bahwa seminar atau pelatihan tentang
penjelasan dan contoh konkret pelaksanaan penerapan keterampilan proses dalam
pembelajaran biologi masih belum diberikan sehingga guru-guru mengalami
kesulitan untuk membelajarkan keterampilan ini dan hanya melaksanakan
kegiatan yang dianjurkan di dalam kurikulum. Selain itu alokasi waktu yang
6
kebanyakan masih rendah serta fasilitas yang terbatas seperti minimnya koleksi
buku biologi di perpustakaan, alat dan bahan laboratorium, dan jaringan internet
yang tidak stabil menyebabkan keterampilan proses sains terasa sulit untuk
dibelajarkan selama pembelajaran berlangsung. Masalah lain yang dihadapi
adalah siswa belum dapat menemukan sendiri tentang konsep yang sedang
dibelajarkan dan selalu mengharapkan bantuan dari guru untuk menemukan
konsep. Hal ini terlihat dari seringnya para siswa merasa kesulitan dalam
melakukan praktikum jika tidak ada buku penuntun praktikum walaupun guru
sudah mengarahkan dan menjelaskan tentang prosedur kerjanya. Selain itu siswa
juga merasa kesulitan dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok atau hasil
praktikum, kebanyakan dari mereka hanya membaca kesimpulannya saja.
Studi dokumentasi yang dilakukan pada guru mata pelajaran biologi kelas X
SMA se-kecamatan Telukdalam saat observasi awal menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa dalam hal ini nilai ujian akhir semester murni siswa masih belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).
SMA Negeri 1 Telukdalam misalnya, nilai rata-rata ujian akhir semester
mata pelajaran biologi kelas X pada semester ganjil T.P. 2013-2014 adalah 68
sementara nilai KKM adalah 70. Semester genap pada tahun ajaran yang sama
juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, dimana nilai rata-rata siswa
adalah 70 sedangkan nilai KKM adalah 72. Di SMA Swasta Katolik Bintang
Laut, nilai rata-rata ujian akhir semester mata pelajaran biologi kelas X pada
semester ganjil T.P. 2013-2014 adalah 70 sementara nilai KKM adalah 72.
Semester genap pada tahun ajaran yang sama juga menunjukkan hasil yang
7
75. Keadaan di SMA Swasta Kampus Telukdalam juga tidak berbeda jauh, yaitu
nilai rata-rata ujian akhir semester mata pelajaran biologi kelas X pada semester
ganjil T.P. 2013-2014 adalah 68 sementara nilai KKM adalah 70. Semester genap
pada tahun ajaran yang sama juga menunjukkan hasil serupa, dimana nilai
rata-rata siswa adalah 68 sedangkan nilai KKM adalah 70.
Kondisi ini menurut ketiga guru tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti: (1) keterbatasan fasilitas belajar khususnya sumber belajar, (2)
keterbatasan kemampuan belajar siswa, dan (3) keterbatasan guru. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saritas & Akdemir (2009), Mushtaq
& Khan (2012), dan Kosgei et al (2013).
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dari kontribusi yang diberikan oleh fasilitas belajar,
kompetensi guru, keterampilan proses sains, dan sikap ilmiah terhadap hasil
belajar biologi kognitif siswa sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi
bagi instansi terkait demi perbaikan dan pengembangan kualitas pendidikan di
Kecamatan Telukdalam khususnya serta Kabupaten Nias Selatan pada umumnya.
1. 2. Identifikasi Masalah
Mencermati paparan dari latar belakang masalah di atas maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah yang berhubungan dengan pengaruh dari
kontribusi yang diberikan oleh fasilitas belajar, profil guru, keterampilan proses
sains dan sikap ilmiah terhadap hasil belajar biologi siswa SMA di kecamatan
Telukdalam, Kabupaten Nias Selatan antara lain:
8
2. Kemampuan guru untuk menerapkan pendekatan keterampilan proses sains
masih sangat rendah.
3. Fasilitas belajar (seperti: koleksi buku biologi di perpustakaan dan alat atau
bahan laboratorium) masih sangat terbatas, sehingga menyebabkan siswa
kekurangan informasi untuk belajar secara inkuiri.
4. Siswa belum mampu menemukan sendiri konsep yang sedang dibelajarkan
melalui kegiatan praktikum.
5. Hasil belajar biologi siswa yang ditunjukkan dalam rata-rata nilai ujian akhir
semester murni siswa kelas X pada mata pelajaran biologi di tiga SMA
kecamatan Telukdalam masih belum mencapai KKM.
1. 3. Batasan Masalah
Melihat bahwa masalah yang berhubungan dengan pengaruh dari
kontribusi yang diberikan oleh fasilitas belajar, kompetensi guru, keterampilan
proses sains dan sikap ilmiah terhadap hasil belajar biologi siswa SMA di
kecamatan Telukdalam, Kabupaten Nias Selatan ini cukup luas, maka masalah
dalam penelitian ini hanya dibatasi pada besaran nilai kontribusi dari pemanfaatan
fasilitas belajar yang berupa sumber belajar (seperti: perpustakaan dan
laboratorium biologi) di sekolah, kompetensi guru, keterampilan proses sains
terintegrasi dan sikap terhadap sains yang dimiliki siswa serta pegaruh nilai
kontribusi tersebut pada hasil belajar biologi siswa (nilai ujian akhir semester
gasal pada mata pelajaran biologi) kelas X SMA di Kecamatan Telukdalam,
9
1. 4. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah penelitian, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kontribusi fasilitas belajar dan kompetensi guru biologi secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap penguasaan keterampilan proses
sains siswa kelas X SMA di Kecamatan Telukdalam?
2. Apakah kontribusi fasilitas belajar dan kompetensi guru biologi secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap ilmiah siswa kelas X SMA di
Kecamatan Telukdalam?
3. Apakah kontribusi fasilitas belajar, kompetensi guru biologi, keterampilan
proses sains dan sikap ilmiah secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap hasil belajar biologi kognitif siswa kelas X SMA di Kecamatan
Telukdalam?
4. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung fasilitas belajar dan kompetensi
guru biologi terhadap hasil belajar biologi kognitif siswa kelas X SMA di
Kecamatan Telukdalam Kabupaten Nias Selatan melalui keterampilan proses
sains sebagai variabel antara?
5. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung fasilitas belajar dan kompetensi
guru biologi terhadap hasil belajar biologi kognitif siswa kelas X SMA di
Kecamatan Telukdalam Kabupaten Nias Selatan melalui sikap ilmiah sebagai
10
1. 5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengukur:
1. Nilai kontribusi dari fasilitas belajar dan kompetensi guru biologi serta
pengaruhnya terhadap penguasaan keterampilan proses sains siswa kelas X
SMA di Kecamatan Telukdalam.
2. Nilai kontribusi dari fasilitas belajar dan kompetensi guru biologi serta
pengaruhnya terhadap sikap ilmiah siswa kelas X SMA di Kecamatan
Telukdalam.
3. Nilai kontribusi dari fasilitas belajar, kompetensi guru biologi, keterampilan
proses sains dan sikap ilmiah serta pengaruhnya terhadap hasil belajar biologi
kognitif siswa kelas X SMA di Kecamatan Telukdalam.
4. Pengaruh tidak langsung fasilitas belajar terhadap hasil belajar biologi
kognitif siswa kelas X SMA di Kecamatan Telukdalam melalui keterampilan
proses sains sebagai variabel antara.
5. Pengaruh tidak langsung kompetensi guru biologi terhadap hasil belajar
biologi kognitif siswa kelas X SMA di Kecamatan Telukdalam melalui
keterampilan proses sains sebagai variabel antara.
6. Pengaruh tidak langsung fasilitas belajar terhadap hasil belajar biologi
kognitif siswa kelas X SMA di Kecamatan Telukdalam melalui sikap ilmiah
sebagai variabel antara.
7. Pengaruh tidak langsung kompetensi guru biologi terhadap hasil belajar
biologi kognitif siswa kelas X SMA di Kecamatan Telukdalam melalui sikap
11
1. 6. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian
untuk pengembangan ilmu yang berkaitan dengan masalah peningkatan hasil
belajar biologi di SMA khususnya dan dalam bidang kajian ilmu pendidikan pada
umumnya.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan berupa masukan tentang kontribusi fasilitas belajar, kompetensi guru,
keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa serta pengaruhnya terhadap hasil
belajar biologi siswa, seperti: (1) Memberikan gambaran dan informasi kepada
Kepala Sekolah, guru-guru biologi di SMA khususnya kecamatan Telukdalam dan
Dinas Pendidikan setempat tentang kontribusi fasilitas belajar, kompetensi guru,
keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa serta pengaruhnya terhadap hasil
belajar biologi siswa sehingga lebih memperhatikan faktor-faktor tersebut demi
peningkatan dan perbaikan kualitas pendidikan di kecamatan Telukdalam
khususnya dan di Kabupaten Nias Selatan pada umumnya. (2) Memberikan
informasi kepada guru-guru biologi di SMA khususnya kecamatan Telukdalam,
Kabupaten Nias Selatan tentang pentingnya penanaman keterampilan proses sains
88
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5. 1. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Fasilitas belajar dan kompetensi guru secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap keterampilan proses sains siswa dengan kontribusi sebesar 47,0%.
2. Fasilitas belajar dan kompetensi guru secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap sikap ilmiah siswa dengan kontribusi sebesar 20,1%.
3. Fasilitas belajar, kompetensi guru, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar biologi kognitif
siswa dengan kontribusi sebesar 61,5%.
4. Tidak terdapat pengaruh tidak langsung fasilitas belajar terhadap hasil belajar
biologi kognitif siswa melalui keterampilan proses sains.
5. Terdapat pengaruh tidak langsung kompetensi guru terhadap hasil belajar
biologi kognitif siswa melalui keterampilan proses sains.
6. Tidak terdapat pengaruh tidak langsung fasilitas belajar terhadap hasil belajar
biologi kognitif siswa melalui sikap ilmiah.
7. Terdapat pengaruh tidak langsung kompetensi guru terhadap hasil belajar
biologi kognitif siswa melalui sikap ilmiah.
5. 2. Implikasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan fasilitas belajar
khususnya laboratorium biologi di 3 SMA Kecamatan Telukdalam masih belum
maksimal sehingga diharapkan kepada para guru biologi untuk lebih
memanfaatkan fasilitas tersebut agar keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa
89
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, terlihat bahwa faktor yang paling
besar memberikan kontribusi secara langsung terhadap hasil belajar biologi
kognitif siswa adalah keterampilan proses sains bila dibandingkan dengan ketiga
faktor lain secara parsial. Namun secara simultan, keempat faktor tersebut dapat
memberikan kontribusi yang lebih berarti daripada secara parsial. Meskipun
keterampilan proses sains memberikan kontribusi terbesar, akan tetapi dari hasil
analisis deskriptif memperlihatkan bahwa penguasaan keterampilan proses sains
siswa SMA di kecamatan Telukdalam masih tergolong rendah dengan nilai
rata-rata (48,86 ± 13,59).
Temuan tersebut memberikan gambaran bagi sekolah dan para guru,
khususnya guru mata pelajaran biologi di kecamatan Telukdalam bahwa
penanaman keterampilan proses sains dalam pembelajaran biologi penting
dilakukan untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Rendahnya penguasaan
keterampilan proses sains siswa berimplikasi pada kemampuan siswa dalam
mengatasi masalah dalam kegiatan pembelajaran termasuk dalam pengerjaan
tugas atau pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran.
Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa kompetensi guru memberikan
kontribusi yang cukup besar dan berpengaruh signifikan terhadap penguasaan
keterampilan proses sains. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mendukung
guru dalam menanamkan keterampilan proses sains seperti: pelaksanaan kegiatan
pelatihan bagi para guru tentang penerapan pendekatan keterampilan proses,
pelaksanaan bimbingan dan pengawasan dalam menerapkan pendekatan
keterampilan proses selama pembelajaran di kelas dari pihak terkait (Pengawas
Dikmen dan Kepala sekolah).
5. 3. Saran
Sebagai tindak lanjut dari hasil temuan penelitian dan simpulan-simpulan
yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Untuk guru, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar biologi kognitif siswa
90
khususnya pada penguasaan keterampilan proses sains terintegrasi dalam
pembelajaran.
2. Bagi Kepala sekolah untuk mendukung guru dalam menerapkan pendekatan
keterampilan proses maka disarankan agar lebih memotivasi, membimbing
dan mengawasi guru selama melakukan kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Kepada dinas pendidikan kabupaten, disarankan untuk lebih sering
mengadakan pelatihan bagi para guru tentang penerapan pendekatan
keterampilan proses sains khususnya pada penguasaan keterampilan proses
sains terintegrasi di kelas.
4. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang hasil
belajar, keterampilan proses sains, sikap ilmiah, fasilitas belajar, dan
kompetensi guru disarankan agar dapat melaksanakan penelitian dalam
menggunakan data primer yang lebih objektif seperti pengamatan langsung
terhadap kondisi fasilitas belajar, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah,
Hasil tes uji kompetensi guru dari lembaga penjamin mutu pendidikan, serta
tes hasil belajar yang dikembangkan sendiri oleh peneliti. Selain itu,
menambah variabel penelitian dan memperpanjang waktu penelitian juga
disarankan agar hasil yang diperoleh lebih dapat dipercaya.
91
DAFTAR PUSTAKA
Adeyemo, S. A. 2012. The Influence of Teachers’ Supply and The Provision of Laboratory Facilities on Students’ Achievement in Physics. European Journal of Educational Studies, 4(3): 397-409
Akbar, B. 2010. Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru SD, Educatio Indonesiae Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Uhamka. 18 (1): 1-16. Aktamis, H., Ergin, O. 2008. The Effect of Scientific Process Skills Education on
Students’ Scientific Creativity, Science Attitudes, and Academic Achievement. Asia-Pasific forum on Science Learning and Teaching, 9 (1): 1-21.
Ali, M. S., Aswan. A. S. 2013. Attitude Toward Science and Its Relationship With Students’ Achievement in Science. Interdiciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 4 (10): 707-718.
Amin, M. 1988. Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum Pendidikan IPA Umum (General Science) Untuk Lembaga Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Ankarah-Dove, L. 1998. The deployment and training of teachers for remote rural schools in less developed countries. International Review of Education, 28 (1): 3-27
Anwer, M., Iqbal, H. M., Harrison, C. 2012. Student’s Attitude Toward Science: A Case Of Pakistan. Pakistan Journal of Social and Clinical Psychology, 10 (1): 3-9
Aydinli, E., Dokme, I., Unlu, Z. K., Ozturk, N., Demir, R., Benli, E. 2011. Turkish Elementary School Students’ Performance on Integrated Science Process Skills. Procedia Social and Behavioral Sciences, 15 (1): 3469– 3475.
Bilgins, I. 2006. The Effect of Hands-On Activities Incorporating A Cooperative Learning Approach On Eight Grade Students’ Science Process Skills and Attitudes Toward Science. Journal of Baltic Science Education, 1 (9): 27-37.
BNSP. 2006. Pengantar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Badan Nasional Standar Pendidikan.
Burns, J. C., Okey, J. R., Wise, K. C. 1985. Development of an integrated process skill test: TIPS II. Journal of Research in Science Teaching, 22 (1): 169-177.
92
Tentang Proses Belajar Mengajar Sains di Kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar). Disertasi Doktor. Bandung: Tidak diterbitkan.
Darmono. 2007. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo.
Dimyati, dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fraser, B. J. 1981. TOSRA (Test of Science Related Attitudes) Handbook. Victoria:
Australian Council for Educational Research.
Gagne, R. M., Driscoll, M. P. 1988. Essential of Learning for Instruction (2nd Edition). New Jersey: Prentice Hall Inc.
George, R., Kaplan, D. 1998. A Structural Model of Parent and Teacher Influences on Science Attitudes of Eighth Graders: Evidence from NELS: 88. Science Education, 82 : 93-109
Haladyna, T., & Shaughnessy, J. 1982 . Attitudes toward science: A quantitative synthesis. Science Education, 66: 547–563.
Hamalik, O. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Harlen, W. 1999. Purpose and procedures for assessing process skills. Assessment in Education, 6 (1): 129-135.
Iskandar, S. M., Hidayat, E. M. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud, 2013. Kurikulum 2013 dan Implikasinya. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Kosgei et al. 2013. Influence of Teacher Characteristics on Students’ Academic Achievement Among Secondary School. Journal of Education and Practice, 2 (3): 76-82
Ksheerasagar, S., Kavyakishore, P. B. 2013. Achievement in Science of Secondary School Students in Relation to Scientific Attitude. International Journal of Education and Phsycological Research (IJEPR), 2 (2): 61-65. Kumari, U. N., Rao, D. B. 2008. Science Process Skills of School Students. New
Delhi: Discovery Publishing House PVT. LTD.
Lubis, M. 1993. Pengelolaan Laboratorium IPA. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Mariana, I. M. A., Praginda, W. 2009. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).
93
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kretif dan Menyenangkan. Jakarta: Bumi Aksara
Mushtaq, I., Khan, S. N. 2012. Factors Affecting Students’ Academic Performance. Global Journal of Management and Business Research, 12 (9): 16-22.
Myers, B. E., Washburn, S.G., Dyer, J. E. 2004. Assesing Agriculture Teachers’ Capacity for Teaching Science Integrated Process Skills. Journal of Sourthern Agricultural Education Research, 54 (1): 74-85.
Ongosi, J. 2012. Instructional strategies and students' acquisition of science process skills in secondary schools in Kisii Central District of Nyanza Province, Kenya. Kenya: Kenyatta University. (Thesis tidak dipublikasikan) Osborne, J., Simon, S., Collins, S. 2003. Attitudes Towards Science: A Review of The Literature and Its Implications. International Journal Science Education, 25 (9): 1049-1079.
Owoeye, J. S., Yara, P. O. 2011. School Facilities and Academic Achievement of Secondary School Agricultural Science in Ekiti State, Nigeria. Asian Social Science, 7 (7): 64-74
Papanastasiou, C., Papanastasiou, E. C. 2004. Major Influences on Attitudes Towards Science. Educational Research and Evaluation, 10(3): 239-257 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 1996. Perpustakaan Sekolah:
Petunjuk Untuk Membina, Memakai dan Memelihara Perpustakaan di Sekolah. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Presiden Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia tentang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157.
Purwanto, N. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Radjijanti,. 2000. Model Pelatihan Keterampilan Proses dan Penerapannya
Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru-Guru IPA Sekolah Dasar. Tesis. Bandung: PPs UPI. Tidak diterbitkan.
Rauf, R. A., Rasul, M. S., Mansor, A. N., Othman, Z., Lyndon, N. 2013. Inculcation of Science Process Skills in a Science Classroom. Asian Sosial Science, 9 (8): 47-57.
Rustaman, N.Y. 2005. Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan Sains. Seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan Indonesia Bekerja Sama Dengan FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung, 22-23 Juli 2005.
94
Semiawan, C. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Shahali, E. H. M., Halim, L. 2010. Development and Validation of A Test of Integrated Science Process Skills. Procedia Social and Behavioral Sciences, 9 (1): 142-146.
Simatupang, R. 2011. Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dan Motivasi Berprestasi Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 17 Medan dalam Pembelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi Unimed, 1 (4): 317-335.
Simpson, R. D., & Oliver, J. S. (1990). A summary of major influences on attitude towards and achievement in science among adolescent students. Science Education, 74(1): 1-18.
Simsek, P., Kabapinar, F. 2010. The effects of inquiry-based learning on elementary students’ conceptual understanding of matter, scientific process skills and science attitudes. Procedia Social and Behavioral Sciences, 2 (1): 1190–1194.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Bandung: Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Strategi Pembelajaran. Cetakan keempat. Edisi Revisi. Bandung: Falah Production.
Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Tobin. 1995. Reference for Making Sense of Science Teaching. International
Journal of Science Education, 15 (3): 1993-1995.
Wikipedia, 2011. Hakikat Sains. //http: www.wikipedia.com.hakikat_sains. Tersedia Online (diakses pada 20 September 2014).
Yager. 1995. Instructional Outcomes Change With STS. Iowa Science Teacher Journal, 27 (1): 2-10.