• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH: DELVINA NOVA SIGALINGGING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JURNAL. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH: DELVINA NOVA SIGALINGGING"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA UNIT KEBUN AJAMU PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

DENGAN BASIS SERIKAT PEKERJA PERKEBUNAN (SPBUN)

JURNAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

DELVINA NOVA SIGALINGGING 140200124

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)

PKB (COORPERATIVE AGREEMENT) ON LEGAL PROTECTION FOR WORKERS BETWEEN THE UNIT PERKEBUNAN AJAMU OF PT. PERKEBUNAN NUSANTARA

IV AND SPBUN (PLANTATION TRADE UNION) ABSTRACT

Workers are the core of a company, with the presence of workers the company can run well. Workers will receive wages or imbalances from the results of their work. Law Number 13 of 2003 concerning Manpower and Collective Labor Agreement (PKB) that have been approved in each company. In every job the worker goes to requires from the company where they work.

Protection provided by the company to workers is very beneficial. Where the work accident experienced by workers is very detrimental to the workers themselves. The consequences of workplace accidents experienced by workers are people who are sick or disabled because of mental or physical. Workers who repair accidents while working and correct physical problems must get protection from companies that are approved not to hold talks conducted by employers such as layoffs.

This research is a descriptive study, which uses a normative juridical approach, namely by collecting the necessary literature in the form of books and legislation regarding PKB concerning labor law protection, corporate responsibility towards workers, then the next data is taken from the results of interviews with officers at PTPN IV Ajamu Garden Unit, Labuhanbatu Regency, North Sumatra Province.

This thesis discusses the legal protection of workers at PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Ajamu Unit. Workers at PTPN IV Ajamu Garden Unit need protection so workers can feel comfortable while carrying out their work. Regarding the protection of workers has been regulated in the book Collective Labor Agreement (PKB). The book has been regulated regarding the rights and obligations of each party.

Keywords: Labor Protection, Collective Labor Agreement (PKB), PT Perkebunan Nusantara IV

(4)

PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA UNIT KEBUN AJAMU PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV

DENGAN BASIS SERIKAT PEKERJA PERKEBUNAN (SPBUN) ABSTRAK

Pekerja merupakan inti dari suatu perusahaan, dengan adanya pekerja maka perusahaan dapat berjalan dengan baik. Pekerja akan menerima upah atau imbalan dari hasil pekerjaannya.

Yang mengatur mengenai tenaga kerja tercantum didalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan serta Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang telah disepakati di tiap-tiap perusahaan. Didalam setiap pekerjaan yang dijalani pekerja membutuhkan perlindungan dari perusahaan tempat mereka bekerja. Perlindungan yang diberikan perusahaan kepada pekerja sangat bermanfaat apabila pekerja mengalami kecelakaan kerja. Yang mana kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja itu sangat merugikan bagi diri pekerja itu sendiri. Akibat dari kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja itu adalah berupa sakit atau cacat berupa mental maupun fisik. Para pekerja yang mengalami kecelakaan saat bekerja dan mengalami cacat fisik haruslah mendapatkan perlindungan dari perusahaan supaya tidak terjadi diskriminasi yang dilakukan oleh pengusaha seperti PHK.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, yang menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yaitu dengan mengumpulkan literatur yang diperlukan berupa buku- buku dan peraturan perundang-undangan mengenai PKB tentang perlindungan hukum tenaga kerja, tanggung jawab perusahaan terhadap para pekerja, kemudian data selanjutnya di ambil dari hasil wawancara dengan petugas di PTPN IV Unit Kebun Ajamu, Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara.

Skripsi ini membahas mengenai perlindungan hukum terhadap tenaga kerja di PT.

Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Ajamu. Tenaga kerja di PTPN IV Unit Kebun Ajamu memerlukan perlindungan agar pekerja dapat merasakan kenyamanan saat sedang melaksanakan pekerjaannya. Mengenai perlindungan terhadap tenaga kerja telah diatur didalam buku Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Dalam buku tersebut telah diatur mengenai hak dan kewajiban masing- masing pihak.

Kata Kunci : Perlindungan Tenaga Kerja, Perjanjian Kerja Bersama (PKB), PT Perkebunan Nusantara IV

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penulisan ... 10

D. Manfaat Penulisan ... 11

E. Metode Penelitian ... 12

F. Keaslian Penulisan ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA DAN HUBUNGAN KERJA A. Kedudukan Tenaga Kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 18 1. Pengertian Tenaga Kerja ... 18

2. Macam-Macam Tenaga Kerja... 20

3. Perlindungan Hukum Ketenagakerjaan ... 23

B. Hubungan Kerja antara Pengusaha dan Pekerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ... 26

1. Perjanjian Kerja ... 29

(6)

a. Pengertian Perjanjian Kerja ... 29 b. Unsur-Unsur dan Syarat Sah Perjanjian Kerja 33 c. Jenis dan Jangka Waktu Perjanjian Kerja 42 d. Berakhirnya Perjanjian Kerja ... 46 2. Perjanjian Kerja Bersama ... 47 a. Pengertian Perjanjian Kerja Bersama ... 48 b. Tata Cara Pembuatan Perjanjin Kerja Bersama c. (PKB) ... 49 d. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Perjanjian Kerja

Bersama (PKB) ... 52 e. Jangka Waktu Berlakunya Perjanjian Kerja

Bersama (PKB) ... 54

BAB III KEDUDUKAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT KEBUN AJAMU DAN HUBUNGANNYA DENGAN SERIKAT PEKERJA PERKEBUNAN (SPBUN)

A. Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) ... 56 1. Letak Geogfaris ... 60 2. Maksud dan Tujuan PT. Perkebunan Nusantara IV

(Persero) ... 62 3. Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara IV

(Persero) ... 63

(7)

4. Risalah Tenaga Kerja ... 64 5. Konsesi ... 66 B. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV 67 C. Serikat Pekerja Perkebunan (SPBUN) PT. Perkebunan

Nusantara IV Unit Kebun Ajamu ... 70 1. Pendirian Serikat Pekerja Perkebunan (SPBUN)

PTPN IV Unit Kebun Ajamu ... 75 2. Hak dan Kewajiban Serikat Pekerja Perkebunan

PTPN IV Unit Kebun Ajamu ... 77 3. Peranan Serikat Pekerja Perkebunan PTPN IV

Unit Kebun Ajamu bagi Pekerja ... 79

BAB IV TANGGUNG JAWAB PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT KEBUN AJAMU TERHADAP TENAGA KERJA SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM

A. Hubungan Kesepakatan Kerja antara PTPN IV Unit Kebun Ajamu dengan Pekerja ... 81 B. Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara

PTPN IV Unit Kebun Ajamu dengan Serikat Pekerja Perkebunan (SPBUN) dalam Melindungi Hak-Hak dan Jaminan Sosial para Pekerja ...89/90 C. Tanggung Jawab PTPN IV Unit Kebun Ajamu

terhadap Pekerja yang mengalami Kecelakaan Kerja sampai menimbulkan Cacat Fisik... 103

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 113 B. Saran ... 115 DAFTAR PUSTAKA ... 116 Lampiran

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki era globalisasi khususnya di sektor ketenagakerjaan akan menghadapi tantangan yang cukup besar, persaingan antara dunia usaha akan semakin ketat dan penggunaan teknologi maju akan semakin mendapat perhatian sehingga pemilihan pekerja akan semakin selektif. Hanya pekerja yang memiliki kualitas diri yang baik, intelektual maupun derajat kesehatan yang tinggi yang pada akhirnya dapat meraih keberhasilan. Selain itu pemanfaatan pasar kerja internasional menuntut pula berbagai persyaratan serta kualifikasi dan hubungan antar manusia, serta keberhasilan pembinaan terhadap pekerja selama ini, akan meningkatkan kesadaran hukum mereka yang menyangkut hak dan kewajiban dalam hubungan industrial dan hal ini membuka peluang terjadinya perselisihan industrial baik yang menyangkut hak dan kepentingan termasuk kesejahteraan , keselamatan dan kesehatan kerja.

Pembangunan nasional dalam suatu negara tidak terlepas dari sektor perekonomian Negara itu sendiri, pada hakekatnya pembangunan nasional merupakan suatu cara atau dasar untuk memperkuat perekonomian negara yang bersangkutan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pembangunan itu harus benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai perbaikan tingkat hidup yang berkeadilan sosial.

Tidak dapat dipungkiri bahwa masalah ketenagakerjaan adalah bagian integral dari masalah ekonomi, sehingga masalah pembangunan ketenagakerjaan juga merupakan bagian dari

(10)

masalah pembangunan ekonomi. Dengan demikian, perencanaan ekonomi harus mencakup juga perencanaan ketenagakerjaan; atau dengan kata lain, perlu dibangun rencana tenaga kerja sebagai bagian dari rencana pembangunan ekonomi.

Perkembangan dunia bisnis di Indonesia sekarang ini, perusahaan dituntut untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas kerja dan kuantitas kerja pelayanannya. Hal ini dimaksud agar perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis, baik pada tingkat nasional maupun tingkat internasional. Salah satu bagian penting yang berperan dalam menentukan keberhasilan perusahaan adalah dengan pembinaan tenaga kerja yang potensial.

Perusahaan berusaha mencari dan membina keryawan dengan semangat tinggi, menciptakan dan memelihara keunggulan sumber daya manusia yang mampu bersaing. Sumber daya manusia inilah yang pada akhirnya menjadi tulang punggung bagi keberhasilan suatu perusahaan.

Sekarang ini perusahaan-perusahaan yang ada Indonesia lebih mementingkan segala jenis pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Akan tetapi yang terpenting dari itu adalah kualitas sumber daya manusianya atau tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Tenaga kerja (SDM) memegang peranan yang sangat penting, sebab jika tidak adanya tenaga kerja yang ahli dan handal dibidangnya, perusahaan tidak dapat melakukan fungsi operasional secara optimal meskipun semua peralatan modern yang diperlukan sudah dilengkapi oleh perusahaan tesebut.

Oleh karena sangat pentingnya peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia dan fungsinya sebagai tenaga operasional, maka karyawan diharapkan dapat bekerja lebih produktif dan profesional dengan didorong rasa aman dalam melakukan segala aktivitasnya. Tingkat kemampuan tenaga kerja merupakan faktor penentu kualitas hasil yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Semakin banyak tenaga kerja yang terdidik dan terlatih maka semakin tinggi pula

(11)

volume dan hasil produksi oleh perusahaan tesebut. Maka dapat dikatakan bahwa tenaga kerja merupakan aset terpenting dalam usaha untuk mencapai tujuan dari suatu perusahaan.

Sumber daya manusia mempunyai peranan penting dalam aktivitas perusahaan, karena bagaimana pun juga kemajuan dan keberhasilan suatu perusahaan tidak lepas dari peran dan kemampuan sumber daya manusia yang baik. Karyawan adalah orang-orang yang bekerja pada suatu perusahaan atau pada instansi pemerintah/badan usaha dan memperoleh upah atas jasanya tersebut.

Dalam suatu sistem operasional perusahaan, potensi sumber daya manusia pada hakikatnya merupakan salah satu modal dan memegang suatu peran yang paling penting dalam mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengelola sumber daya manusia sebaik mungkin.

Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama,dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yag bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang cacat.

Perusahaan harus memberikan hak dan kewajiban kepada tenaga kerja tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, warna kulit, dan aliran politik. Serta perusahaan juga harus memberikan perlindungan hukum kepada para tenaga kerja.

Salah satu bentuk perlindungan dan kepastian hukum terhadap tenaga kerja adalah melalui pelaksanaan dan penerapan perjanjian kerja serta dibentuknya serikat pekerja.

Perlindungan tenaga kerja dimaksud untuk menjamin hak-hak dasar pekerja atau buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tidak diskriminasi atas dasar apapun untuk

(12)

mewujudkan kesejahteraan pekerja atau buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. Pelaksanaanya dapat diterapkan melalui Perjanjian Kerja Bersama atau biasa disingkat dengan PKB, Oleh karena itu dengan adanya PKB tersebut maka para pengusaha atau para atasan di suatu perusahaan tidak bias memperlakukan para pekerja dengan sewenang-wenangnya.

Perjanjian Kerja Bersama atau PKB adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan (Depnaker) dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Pihak-pihak dalam Perjanjian Kerja Bersama adalah :

1. Pihak I ialah serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja yang tercatat (resmi), dan 2. Pihak II ialah pengusaha atau beberapa/perkumpulan pengusaha.

Peran penting PKB sebagai salah satu sarana dalam melaksanakan hubungan industrial bertujuan :

1. Mempertegas dan menjalankan hak dan kewajiban pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan;

2. Mempertegas dan menciptakan hubungan industrial yang harmonis dalamperusahaan;

3. Secara bersama-sama menetapkan syarat-syarat kerja dan atauhubungan ketenagakerjaan yang belum diatur dalam perundang-undangan;

4. Mengatur tata cara penyelesaian keluh kesah dan perbedaan pendapat antara pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh dengan pihak pengusaha;

(13)

5. Menciptakan ketenangan kerja bagi pekerja/buruh dan kepastian usaha pengusahakarena adanya peraturan hak dan kewajiban yang jelas bagi kedua belah pihak.

Perjanjian Kerja Bersama mempunyai manfaat yang besar bagi para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut. Hal ini hendaknya harus disadari karena perjanjian berja bersama yang dibuat dan diamati secara baik akan dapat menciptakan suatu ketenangan kerja, jaminan kepastian hak dan kewajibanbaik bagi pekerja maupun pengusaha. Akibat lebih jauh nantinya produktivitas akan semakin meningkat, sehingga pengusaha akan dapat mengembangkan perusahaannya dan lebih luas lagi dapat membuka lapangan kerja baru.

Perjanjian Kerja Bersama (PKB) harus menciptakan kesejahteraan dan kenyamanan dalam hubungan kerja dengan tetap menjalankan dan menaati setiap peraturan hak dan kewajiban yang tercantum dalam suatu Perjanjian Kerja Bersama (PKB), sehingga perjanjian kerja bersama (PKB) antara pengusaha dengan serikat pekerja/serikat buruh dapat menciptakan hubungan yang harmonis di suatu perusahaan.

PT. Perkebunan Nusantara IV atau biasa disingkat dengan PTPN IV adalah merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang usaha agroindustri. PT.

Perkebunan Nusantara IV merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang berasal dari dalam negeri. Oleh karena PT. Perkebunan Nusantara IV merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maka memerlukan lingkungan yang nyaman dan aman sehingga dapat meningkatkan produktifitas yang berdampak pula pada peningkatan pendapatan Negara.

PT. Perkebunan Nusantara IV sepakat membuat Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dengan Serikat Pekerja Perkebunan (SPBUN) setelah melalui proses kepada semangat kemitraan, saling percaya, saling menghormati, saling mengerti, saling menghargai. Untuk itu agar mengetahui

(14)

mengenai Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Ajamu dengan Serikat Pekerja Perkebunan (SPBUN).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Regulasi terkait Tenaga Kerja dan Hubungan Kerja menurut Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ?

2. Bagaimana Kedudukan PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Ajamu serta Hubungannya dengan Serikat Pekerja Perkebunan (SPBUN) ?

3. Bagaimana Tanggung Jawab PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Ajamu terhadap Tenaga Kerja sebagai bentuk Perlindungan Hukum?

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah merupakan langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh peneliti dalam rangka untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi pada data yang telah didapatkan tersebut. Metode penelitian memberikan gambaran rancangan penelitian yang meliputi prosedur dan langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan melalui langkah apa data-data tersebut dapat diperoleh dan kemudian diolah dan dianalisis.

Adapun metode yang dipakai adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah merupakan perpaduan antara penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris. Yang dimaksud dengan penelitian yuridis

(15)

normative yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang- undangan yang berhubungan dengan penelitian ini. Dan yang dimaksud dengan penelitian yuridis empiris yaitu penelitian yang dilakukan dengan melihat kenyataan yang ada dalam praktek dilapangan (penulis melakukan wawancara ke PT. Perkebunan Nusantara Unit Kebun Ajamu sesuai dengan riset tentang PKB antara PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Ajamu dengan Serikat Pekerja Perkebunan).

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam skripsi ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Ajamu sebagai salah satu PT di Labuhanbatu yang telah banyak mempekerjakan pekerja/buruh sehingga dapat dijadikan lokasi penelitian untuk penulisan skripsi oleh penulis.

3. Sumber Data

Dalam penulisan skripsi ini data yang dipergunakan yaitu : a. Data Primer

Menggunakan data-data dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Ajamu dan juga dilakukan wawancara terhadap beberapa Pekerja yang mengalami cacat fisik selama bekerja di Perusahaan terssebut. Wawancara yang dilakukan penulis merupakan perjanjian kerja bersama antara PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Ajamu dengan Serikat Pekerja Perkebunan dan juga Pertanggung jawaban Perusahaan terhadap Pekerja yang mengalami cacat fisik yang disebabkan oleh kecelakaan dalam bekerja.

b. Data Sekunder

(16)

Menggunakan dengan cara penelitian secara tidak langsung melalui media berupa buku-buku yang berkaitan dengan hukum, catatan mengenai hukum, makalah hukum, artikel-artikel tentang hukum di internet, dan dari sumber-sumber lainnya.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan

Dilakukan dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan hukum, catatan mengenai hukum, makalah hukum, artikel-artikel tentang hukum di internet dan bahan-bahan lainnya.

b. Studi Lapangan

Dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang ada di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Ajamu mengenai Perjanjian Kerja Bersama PT tersebut dengan para Serikat Pekerja Perkebunan.

5. Alat Pengumpulan Data

Penulis menggunakan Alat Pengumpulan data berupa wawancara dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Ajamu dan pedoman wawancara adalah yang berkaitan dengan Rumusan Masalah Penulis.

(17)

BAB II

TENAGA KERJA DAN HUBUNGAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

A. Kedudukan Tenaga Kerja menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

1. Pengertian Tenaga Kerja

Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terdapat 2 (dua) pengertian mengenai tenaga kerja, antara lain :

a. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pengertian tenaga kerja lebih luas dari pengertian pekerja/buruh karena pengertian tenaga kerja mencakup pekerja/buruh, yaitu tenaga kerja yang sedang terikat dalam suatu hubungan kerja dan tenaga kerja yang belum bekerja.

b. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan kata lain, pekerja/buruh adalah tenaga kerja yang sedang dalam ikatan hubungan kerja.

(18)

Secara menyeluruh penduduk disuatu Negara dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk yang tergolong dalam tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia tenaga kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun sampai dengan 64 tahun. Oleh karena itu, setiap orang yang mampu bekerja maka dapat dikatakan sebagai tenaga kerja.

Angkatan kerja adalah setiap penduduk yang berumur 15 tahun sampai dengan 64 tahun yang sedang bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Berikut ini adalah susunan penduduk menurut umurnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Penduduk produktif atau yang dikatakan dengan usia kerja, yaitu : berumur 15 tahun – 64 tahun.

b. Penduduk nonproduktif atau yang dikatakan dibawah usia kerja, yaitu : berumur 14 tahun kebawah.

c. Penduduk nonproduktif atau yang dikatakan diatas usia kerja, yaitu : berumur diatas 64 tahun.

2. Macam-macam Tenaga Kerja

Didalam dunia kerja ada dikenal macam-macam tenaga kerja, adapun macamannya yaitu seperti Tenaga kerja tetap (biasa disebut dengan Karyawan), Tenaga kerja lepas (biasa disebut dengan buruh harian lepas atau BHL), Tenaga kerja borongan, Tenaga kerja kontrak.

3. Perlindungan Hukum Ketenagakerjaan

Perlindungan tenaga kerja sangat mendapat perhatian dalam Hukum Ketenagakerjaan. Beberapa pasal dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, diantaranya mengatur mengenai hal itu :

(19)

a. Salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan (Pasal 4 huruf c);

b. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan (Pasal 5);

c. Setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha (Pasal 6);

d. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja (Pasal 11);

e. Setiap pekerja atau buruh memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya (Pasal 12 ayat (3));

f. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri (Pasal 31);

g. Setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama (Pasal 86 ayat (1));

h. Setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 99 ayat (1));

i. Setiap pekerja atau buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja atau serikat buruh (Pasal 104 ayat (1)).

(20)

B. Hubungan Kerja antara Pengusaha dan Pekerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Pengertian mengenai Hubungan Kerja dikemukakan oleh seorang pakar Hukum Perburuhan Indonesia, yaitu Bapak Soepomo, yang menerangkan bahwa perihal pengertian tentang hubungan kerja, beliau mengemukakan bahwa :

“Hubungan Kerja adalah suatu hubungan antara seorang buruh dengan seorang majikan, dimana hubungan kerja itu sendiri terjadi setelah adanya perjanjian kerja antara kedua belah pihak. Mereka terkait dalam suatu perjanjian, disatu pihak pekerja atau buruh bersedia bekerja dengan menerima upah dan pengusaha mempekerjakan pekerja atau buruh dengan memberi upah.”

Beberapa ahli berpendapat bahwa di dalam perjanjian kerja yang menjadi dasar hubungan kerja adalah 3 (tiga) unsur penting, yaitu sebagai berikut :

a. Adanya pekerjaan (Pasal 1601 a KUH Perdata dan Pasal 341 KUH Dagang);

b. Adanya perintah orang lain (Pasal 1603 b KUH Perdata);

c. Adanya Upah (Pasal 1602 a KUH Perdata).

1. Perjanjian Kerja

a) Pengertian Perjanjian Kerja

Jika berbicara mengenai Perjanjian Kerja maka ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui apa yang dimaksud dengan perjanjian. Pengertian Perjanjian diatur dalam KUHPerdata dalam Pasal 1313 yang berbunyi :

“Perjanjian adalah suatu perbuatan yang mana satu orang mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih.”

(21)

b) Unsur-unsur dan Syarat Sah Perjanjian Kerja

Sesuai dengan pengertian perjanjian kerja tersebut, maka dapat ditarik beberapa unsur dari perjanjian kerja, antara lain sebagai berikut :

1) Adanya unsur work atau pekerjaan;

2) Adanya unsur service atau pelayanan;

3) Adanya unsur time atau waktu tertentu;

4) Adanya unsur pay atau upah.

Adapun syarat sahnya suatu perjanjian atau persetujuan telah ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, dan juga ketentuan ini ada didalam Pasal 52 ayat (1) UUK yang menyatakan bahwa perjanjian kerja tersebut dibuat atas dasar :

a) Sepakat mereka yang mengikatkan diri;

b) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;

c) Suatu hal tertentu;

d) Suatu sebab halal.

c) Jenis dan Jangka Waktu Perjanjian Kerja

a) Di dalam suatu perjanjian kerja terdapat jenis-jenis perjanjian kerja, ada 2 (dua) jenis perjanjian kerja, antara lain :

a) Menurut Bentuknya;

Sesuai dengan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang berbunyi :

“Perjanjian kerja dibuat secara tertulis dan/atau lisan.”

b) Menurut Waktu Berakhirnya

(22)

Di dalam waktu berakhirnya suatu perjanjian kerja maka terdapat 2 (dua) macam bentuk dari bentuk dari berakhirnya suatu perjanjian kerja tersebut, yakni sebagai berikut :

1) Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT);

2) Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).

d. Berakhirnya Perjanjian Kerja

Berikut adalah hal-hal yang menyebabkan perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja/buruh berakhir, antara lain :

a) Pekerja/buruh meninggal;

b) Berakhirnya jangka waktu yang ditentukan dalam perjanjian (apabila PKWT)

c) Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan/penetapan lembaga PPHI yang inkracht; dan

d) Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang (telah) tercantum dalam PK, PP, atau PKB yang menyebutkan berkhirnya hubungan kerja.

Berikut adalah hal-hal yang membuat perjanjian kerja tidak akan berakhir (hubungan kerja tetap berlanjut), antara lain :

a) Meninggalnya pengusaha; dan

b) Beralihnya hak atas perusahaan menurut pasal 163 ayat (1) yang berbunyi :

“perubahan kepemilikan dari pengusaha (pemilik) lama ke pengusaha (pemilik) baru karena : penjualan (take over/akuisisi/divestasi), pewarisan, hibah.

(23)

2. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

Berikut ini adalah beberapa dasar hukum bagi Perjanjian Kerja Bersama (PKB), antara lain ssebagai berikut :

a) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

b) Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

c) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : KEP-48/MEN/IV/2004 tanggal 8 April 2004 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.

a. Pengertian Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

Perjanjian kerja bersama (PKB) adalah merupakan istilah baru dari kesepakatan kerja bersama (KKB). Perjanjian kerja bersama adalah merupakan pengganti dari istilah kesepakatan kerja bersama, akan tetapi istilah awal yang dipakai sebelum dipakainya kesepakatan kerja bersama tersebut adalah perjanjian perburuhan.

b. Tata Cara Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

Untuk mengetahui tata cara pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yaitu sebagai berikut :

a) Salah satu pihak (serikat pekerja/serikat buruh atau pengusaha) menagajukan pembuatan perjanjian kerja bersama (PKB) secara tertulis, disertai konsep perjanjian kerja bersama (PKB);

(24)

b) Minimal keanggotaan serikat pekerja/ serikat buruh 50% (lima puluh persen) dari jumlah pekerja/buruh yang ada pada saat pertama pembuatan perjanjian kerja bersama (PKB);

c) Perundingan dimulai paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan tertulis;

d) Pihak-pihak yang berunding adalah pengurus serikat pekerja/serikat buruh dan pimpinan perusahaan yang bersangkutan dengan membawa surat kuasa masing- masing;

e) Perundingan dilaksanakan oleh tim perundingdari kedua belah pihak masing-masing 5 (lima) orang;

f) Batas waktu perundingan bipartite 30 (tiga puluh) hari sejak hari pertama dimulainya perundingan;

g) Selama proses perundingan masing-masing pihak; (a) dapat berkonsultasi kepada pejabat Depnaker, (b) wajib merahasiakan hal-hal yang sifatnya belum final sebagai keputusan perundingan;

h) Bila sudah 30 (tiga puluh) hari perundingan bipartite tidak menyelesaikan pembuatan perjanjian kerja bersama (PKB), salah satu pihak wajib melaporkan kepada Kantor Depnaker untuk diperantarai atau dapat melalui Lembaga Arbitrase;

i) Batas waktu pemerantaraan atau penyelesaian arbitrase maksimal 30 (tiga puluh) hari;

j) Bila 30 (tiga puluh) hari pemerantaraan atau penyelesaian arbitrase tidak berhasil, maka pegawai perantara harus melaporkan kepada Menteri Tenaga Kerja;

k) Menteri Tenaga Kerja menempuh berbagai upaya untuk menetapkan langkah-langkah penyelesaian pembuatan perjanjian kerja bersama (PKB) maksimal 30 (tiga puluh) hari;

(25)

l) Sejak ditandatangani oleh wakil kedua belah pihak, perjanjian kerja bersama (PKB) sah dan resmiberlaku serta mengikat kedua belah pihak dan anggotanya; dan

m) Setelah disepakati dan ditandatangani perjanjian kerja bersama (PKB) tersebut wajib didaftarkan kepada Depnaker.

c. Fungsi, Tujuan dan Manfaat Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

Adapun fungsi dari perjanjian kerja bersama (PKB), sebagai berikut :

a) Sebagai pedoman induk mengenai hak dan kewajiban bagi para pekerja dan pengusaha, sehingga dapat dihadirkan adanya perbedaan-perbedaan pendapat yang tidak perlu antara pekerja dengan pihak pengusaha;

b) Sebagai sarana untuk menciptakan ketenangan kerja bagi pekerja dan kelangsungan usaha bagi pengusaha; dan

c) Merupakan partisipasi pekerja dalam penentuan atau pembuatan kebijakan dalam perusahaan.

d. Jangka Waktu Berlakunya Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

Sesuai dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 123 ayat (1) terdapat masa berlakunya perjanjian kerja bersama (PKB) yaitu maksimal 2 (dua) tahun sejak ditandatanganinya perjanjian kerja bersama tersebut oleh kedua belah pihak (serikat pekerja dan pengusaha).

(26)

BAB III

KEDUDUKAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT KEBUN AJAMU DAN HUBUNGANNYA DENGAN SERIKAT PEKERJA PERKEBUNAN (SPBUN)

A. Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang Perkebunan yang berkedudukan di Sumatera Utara. Pada umumnya perusahaan-perusahaan perkebunan yang berada di Sumatera Utara memiliki sejarah yang panjang sejak Zaman Penjajahan Belanda.

Pada Tahun 1996 sampai dengan Tahun 2000 terjadi Peleburan perusahaan yaitu menjadi PT. Perkebunan VI, VII dan VIII yang merupakan cikal pendirian PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Setelah itu Perusahaan memulai menyusun langkah-langkah strategis dan melakukan transformasi bisnis untuk meningkatkan produktivitas agar dapat bersaing.

PT. Perkebunan Nusantara IV adalah merupakan perusahaan yang bergerak dibidang usaha agroindustri. PTPN IV mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup areal tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman yang menghasilkan, pengolahan komoditas yang dihasilkan dan pendukung lainnya.

(27)

Pada Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2010 Perusahaan melakukan yang namanya Pembentukan Direktorat, yang dimaksud dengan Pembentukan Direktorat disini adalah membentuk Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha dengan mengganti Direktorat Pemasaran menjadi Direktorat Keuangan. Perusahaan mulai melakukan pengembangan areal kelapa sawit di Kab. Labuhan Batu dan Mandailing Natal dan Membentuk Unit Proyek Pemgembangan Batang laping, Timur, Panai Jaya.

B. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Ajamu

Struktur organisasi yang terdapat di dalam PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Ajamu tentu berbeda dengan struktur organisasi yang berada didalam perusahaan lainnya.

Semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin lengkap pula struktur organisasinya. Di dalam suatu perusahaan sangat dibutuhkan yang namanya struktur organisasi ini, karena dengan adanya struktur organisasi ini maka akan lebih mudah dalam proses pembagian tugas serta tanggung jawab oleh setiap karyawan.

Dengan adanya struktur organisasi yang baik maka memiliki manfaat : Pertama, memberi batasan yang tegas antara satu karyawan dengan karyawan yang lain. Kedua, dengan adanya struktur organisasi yang baik maka setiap karyawan dapat mengetahui kepada siapa dia dapat mempertanggungjawabkan tugas yang diterimanya tersebut. Ketiga, tiap-tiap karyawan yang bertugas di perusahaan tersebut dapat mengetahui tugas serta tanggung jawab yang diembannya tersebut sesuai dengan posisi jabatan yang diterimanya di perusahaan serta setiap karyawan memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya disebabkan adanya pendelegasian wewenang tersebut.

(28)

C. Serikat Pekerja Perkebunan (SPBUN) PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Ajamu

Gerakan Serikat Pekerja (SP) pertama kali terbentuk di Indonesia pada abad ke 19, diawali dengan lahirnya Nederland Indische Onderwys Genootschap (NIOG) atau Serikat Pekerja Guru Hindia Belanda pada tahun 1879 yang dipenuhi oleh pergerakan sosial democrat di Belanda, Setelah itu lahir beberapa SP lainnya seperti; Pos Bond (Serikat Pekerja Pos) 1905, Cultuur Bond dan Zuiker Bond (Serikat Pekerja Perkebunan dan Pekerja Gula) 1906, Serikat Pekerja Pemerintah 1907, serta Spoor Bond (Serikat Pekerja Kereta Api) 1913 organisasi ini berkembang menjadi militan, ketika berada di bawah pimpinan Semaun dan Sneevliet. Kedua tokoh itu tercatat sebagai tokoh gerakan Radikal di Jawa pada masa selanjutnya, dan sampai tahun 1920-an, nama mereka masih sering terdengar di kalangan pergerakan. Organisasi- organisasi buruh di Indonesia sendiri, pada saat itu terutama berakar pada sektor transportasi dan perkebunan. Mereka memerankan bagian penting dalam serangkaian babak perjuangan kemerdekaan negeri yang penuh kekerasan. Organisasi-organisasi buruh ini mendahului partai- partai politik dan beragam organisasi massa lain.

Hubungan industrial yang harmonis merupakan kunci strategis agar ketenangan kerja dan berkembangnya perusahaan terwujud (industrial harmony and economic development), ada tiga sisi penting yang dapat dijadikan indicator menuju kondisi hubungan industrial yabg harmonis di perusahaan, yaitu sebagai berikut :

1. Kepatuhan perusahaan dalam menjalankan peraturan perundang-undangan. Adanya kepastian dan kejelasan antara hak dan kewajiban pihak-pihak dalam hubungan kerja seperti upah, status kerja, jam kerja, tata tertib kerja, peraturan perusahaan atau dalam perjanjian kerja bersama;

(29)

2. Tersedianya sarana dan fasilitas kerja yang aman dan memadai. Sarana dan fasilitas seperti masker, sarung tangan, helm, sepatu, pengangkutan/transport, klinik, dan lain- lain;

3. Kontrol dan mekanisme organisasi produksi. Adanya mekanisme yang jelas dalam menyelesaikan perselisihan di perusahaan dan terjadinya dengan baik komunikasi dua arah antara pekerja dan/ atau serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha serta pemberian perintah dan informasi jelas dan transparansi dalam menentukan kebijaksanaan ketenagakerjaan di perusahaan.

1. Pendirian Serikat Pekerja Perkebunan (SPBUN) PTPN IV Unit Kebun Ajamu

SPBUN (Serikat Pekerja Perkebunan) basis Ajamu didirikan pada tanggal 02 Februari 1999 berkedudukan di Kebun Ajamu yang saat ini dijabat oleh ketua II Bapak Erison Sormin.

2. Hak dan Kewajiban Serikat Pekerja Perkebunan PTPN IV Unit Kebun Ajamu

Sesuai dengan buku pedoman perjanjian kerja bersama PTPN IV Unit Kebun Ajamu maka terdapat lah hak dan kewajiban para pikah, antara lain :

a) Para pihak berkewajiban memberikan penjelasan dan proaktif mensosialisasikan kepada anggotanya baik isi, makna, pengertian yang ada dalam PKB ataupun yang berhubungan dengan pelaksanaannya;

b) Para pihak bertanggung jawab atas terpenuhinya serta ditaatinya semua kewajiban;

c) Disamping hal yang diatur dalam PKB Direksi/Pengusaha maupun SPBUN mempunyai lainnya sesuai dengan yang diatur di dalam perundang-undangan maupun peraturan pemerintah dan peraturan perusahaan yang berlaku.

3. Peranan Serikat Pekerja Perkebunan PTPN IV Unit Kebun Ajamu bagi Pekerja

(30)

Peranan SPBUN bagi para pekerja adalah :

a) Sebagai pihak dalam pembuatan PKB dan penyelesaian Perselisihan Industrian;

b) Sebagai wakil pekerja buruh dalam lembaga kerja bersama dibidang Ketenaga Kerjaan sasuai tingkatannya;

c) Sebagai sarana menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis dan berkeadilan sesuai dengan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku;

d) Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentiongan anggota;

e) Sebagai perencana, pelaksanaan dan penanggung jawab, pemogokan pekerja/buruh sesuai dengan Peraturan Perundangan – undangan yang berlaku;

f) Sebagai tempat penyalur aspirasi setiap pekerja.

(31)

BAB IV

TANGGUNG JAWAB PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT KEBUN

AJAMU TERHADAP TENAGA KERJA SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN

HUKUM

A. Hubungan Kesepakatan Kerja antara PTPN IV Unit Kebun Ajamu dengan Pekerja

Hubungan kerja yang terjalin antara PTPN IV Unit Kebun Ajamu dengan pekerja adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha, dan hubungan tersebut akan sah terjalin apabila sudah memiliki perjanjian kerja yang telah di tanda tangani dan di setujui oleh kedua belah pihak. Pekerja akan mengikatkan dirinya ke perusahaan (pengusaha) dan akan mendapat imbalan berupa upah/gaji.

Perjanjian kerja yang akan ditetapkan oleh buruh dan majikan tidak boleh bertentangan dengan perjanjian perburuhan yang telah di buat oleh majikan dengan serikat buruh yang ada pada perusahaannya. Demikian pula perjanjian kerja itu tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan yang dibuat oleh pengusaha.

Hubungan kerja antara PTPN IV dengan serikat pekerja perkebunan melalui bidang kemitraan antara lain :

(32)

a. Dalam melaksanakan hubungan industrial, perusahaan dan serikat pekerja perkebunan mempunyai fungsi menciptakan kemitraan yang dapat dituangkan dalam bentuk Memorandum of Understanding (Nota Kesepahaman);

b. Perusahaan memberikan pembinaan kepada forum komunikasi lembaga kerjasama bipartit, baik tingkat Unit Kerja maupun tingkat perusahaan 2 (dua) kali dalam setahun.

B. Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara PTPN IV Unit Kebun Ajamu dengan Serikat Pekerja Perkebunan (SPBUN) dalam Melindungi Hak-Hak dan Jaminan Sosial para Pekerja

Perjanjian kerja bersama (PKB) antara PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Ajamu dengan Serikat Pekerja Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Ajamu ini bertujuan sebagai pedoman pelaksanaan Komitmen bersama dalam rangka upaya perlindungan hak dan kewajiban masing-masing pekerjanya.

PKB yang dibuat oleh PTPN IV Unit Kebun Ajamu dengan SPBUN Unit Kebun Ajamu dibuat secara bersama-sama dan ditandatangani oleh masing-masing pihak yang terlibat.

Perjanjian Kerja Bersama ini dilakukan dengan itikad baik masing-masing pihak dan prinsip PTPN IV Unit Kebun Ajamu akan mendukung peningkatan kinerja untuk kesejahteraan karyawan.

PKB yang ada di PTPN IV dengan Serikat Pekerja Perkebunan PTPN IV ditanda tangani oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 09 Februari 2018, masa Perjanjian Kerja Bersama PTPN IV berlaku selama 2 (dua) tahun yang terhitung sejak tanggal 01 Januari 2018. Didaftar dengan Nomor : 3/DFT/PKB/6/SU/II/2018.

(33)

C. Tanggung Jawab PTPN IV Unit Kebun Ajamu Terhadap Pekerja yang Mengalami Kecelakaan Kerja Sampai Menimbulkan Cacat Fisik

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Kewajiban pengusaha sehubungan dengan Jaminan Kecelakaan Kerja ini adalah sebagai berikut:

a. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan bagi tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan;

b. Melaporkan setiap kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerjanya kepada kantor Depnaker dan badan penyelenggara setempat atau terdekat, sebagai laporan kecelakaan kerja tahap I dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan;

c. Melaporkan akibat kecelakaan kerja kepada kantor Depnaker dan badan penyelenggara setempat atau terdekat, sebagai laporan kecelakaan kerja tahap II dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam setelah ada surat keterangan dokter pemeriksa atau dokter penasehat yang menyatakan bahwa tenaga kerja tersebut :

1) Sementara tidak mampu bekerja telah berakhir;

2) Cacat sebagian untuk selama-lamanya;

(34)

3) Cacat total untuk selama-lamanya, baik fisik maupun mental;

4) Meninggal dunia.

d. Melaporkan penyakit yang timbul karena hubungan kerja dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam setelah ada hasil diagnosis dari dokter pemeriksa.

Bagi pengusaha yang tidak memenuhi kewajibannya tersebut di atas walaupun telah diberi peringatan, dikanakan sanksi berupa pencabutan izin usaha (pasal 47 PP No. 14 Tahun 1993);

e. Mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja kepada badan penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya. Barangsiapa yang tidak memenuhi kewajiban melaporkan kecelakaan kerja, melaporkan kesembuhan, cacat atau meninggal dunianya tenaga kerja yang kecelakaan tersebut atau tidak mengurus hak tenaga kerja yang kecelakaan tersebut kepada badan penyelenggara, diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000.000.- (lima puluh juta rupiah) (pasal 29 UU No. 3 Tahun 1992).

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian di PTPN IV Unit Kebun Ajamu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hubungan Kesepakatan Kerja antara PTPN IV Unit Kebun Ajamu dengan Pekerja adalah merupakan Hubungan Pengusaha dengan Pekerja dan hubungan tersebut akan sah terjalin apabila sudah memiliki perjanjian kerja yang telah di tanda tangani dan di setujui oleh kedua belah pihak. Si pekerja akan mengikatkan dirinya ke perusahaan (pengusaha) dan akan mendapat imbalan berupa upah/gaji.

Dengan adanya hubungan tersebut maka kedua belah pihak tersebut memerlukan yang namanya Perjanjian Kerja Bersama (PKB), karena dengan adanya PKB tersebut maka para pihak dapat menyampaikan apa-apa saja yang menjadi hak dan kewajiban dari masing- masing pihak. Pembuatan PKB dilakukan dengan adanya musyawarah mufakat antara pengusaha dengan serikat pekerja perkebunan (SPBUN). Hubungan kerja yang terjalin antara PTPN IV Unit Kebun Ajamu dengan pekerja adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha, dan Hubungan

(36)

kerja antara PTPN IV dengan serikat pekerja perkebunan melalui bidang kemitraan antara lain :

a. Dalam melaksanakan hubungan industrial, perusahaan dan serikat pekerja perkebunan mempunyai fungsi menciptakan kemitraan yang dapat dituangkan dalam bentuk Memorandum of Understanding (Nota Kesepahaman);

b. Perusahaan memberikan pembinaan kepada forum komunikasi lembaga kerjasama bipartit, baik tingkat Unit Kerja maupun tingkat perusahaan 2 (dua) kali dalam setahun.

2. Pelaksanaa Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara PTPN IV Unit Kebun Ajamu dengan Serikat Pekerja Perkebunan (SPBUN) sudah Melindungi Hak-hak dan Jaminan Sosial para Pekerja. Hal ini terbukti dengan tidak adanya keluhan dari SPBUN serta Pengusaha juga memberikan kepada Pekerja yaitu Pertama, Penerapan mengenai Hari Kerja dan Jam Kerja. Kedua, Penetapan mengenai Pembebasan dari Kewajiban untuk Bekerja. Ketiga, Penetapan mengenai Golongan, Pengupahan, Tunjangan, dan Santunan. Keempat, Penetapan mengenai Perawatan Kesehatan dan Pengobatan. Kelima, Penetapan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta Perlengkapannya. PTPN IV Unit Kebun Ajamu juga tidak pernah menerima keluhan mengenai kurang terpenuhinya hak-hak dan jaminan sosial para pekerja.

3. Tanggung Jawab PTPN IV Unit Kebun Ajamu Terhadap Pekerja yang Mengalami Kecelakaan Kerja Sampai Menimbulkan Cacat Fisik adalah PTPN IV Unit Kebun Ajamu memberikan pertanggung jawaban penuh terhadap Karyawan/Pekerja nya yang mengalami kecelakaan kerja. Akan tetapi Perusahaan hanya mau

(37)

mempertanggung jawabkan Kecelekaan kerja yang dialami oleh Karyawannya yang pada saat kejadian kecelakaan kerja tersebut harus berhubungan dengan pekerjaan atau pekerjaan yang di tugaskan tersebut adalah untuk kepentingan perusahaan. Maka kecelakaan kerja yang diluar dari kepentingan perusahaan itu merupakan tanggung jawab dari si karyawan itu sendiri.

B. Saran

1. Untuk mengurangi masalah mengenai hubungan kesepakatan kerja yang mungkin akan timbul dikemudian hari antara PTPN IV Unit Kebun Ajamu dengan Pekerja maka perlu adanya pemahaman dari masing-masing pihak mengenai hak dan tanggung jawabnya sesuai dengan yang tercantum pada buku Perjanjian Kerja Bersama yang telah disepakati secara bersama-sama. Diperlukan adanya Komunikasi yang terbuka dan pentingnya pemahaman adalah salah satu cara untuk meminimalisir terjadinya perselisihan hubungan industrial.

2. Diperlukan adanya pemerhatian lebih mengenai hak-hak pekerja serta Jaminan Sosial.

Dengan adanya pemenuhan hak-hak dan Jaminan Sosial yang diberikan pengusaha kepada pekerja maka pekerja juga akan lebih bertanggung jawab lagi dalam pemenuhan segala kewajiban-kewajiban yang diterimanya. Dengan harmonisnya hubungan antara pengusaha dengan pekerja maka akan lebih mudah untuk mencapai tujuannya, yaitu untuk kesejahteraan Perusahaan.

3. Kepada PTPN IV Unit Kebun Ajamu, perlu memaksimalkan pelatihan keselamatan kerja bagi semua Karyawan yang bekerja di Perusahaan. Dengan adanya pelatihan keselamatan kerja yang diberikan oleh perusahaan maka akan meminimalisir kecelakaan kerja yang akan dialami oleh karyawan di kemudian hari. Dan juga perlu

(38)

diakan penindakan hukum yang setimpal kepada pelaku penganiayaan, seperti kasus yang dialami oleh Bapak Japaris.

DAFTAR PUSTAKA Buku Literatur

Kartasapoetra, Gunawi, 1982, Pokok-Pokok Hukum Perburuhan, Cetakan I, Armico, Bandung.

Sutedi, Adrian, 2009, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta.

Rusli,Hardijan, 2004, Hukum Ketenagakerjaan 2003, Ghalia Indonesia, Jakarta.

2005, Buku Pedoman Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Direktorat Persyaratan Kerja, Direktorat Jendral Pembinaan Hubungan Industrial Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Jakarta.

Naning, Ramdlon, 1983, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta.

2018-2019, Buku Pedoman PTPN IV Unit Usaha Kebun Ajamu, Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Medan.

M Hadjon, Philipus, 1983, Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya.

Asikin, H Zainal ,et.al., 1993, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Wahyudi, Eko, et.al., 2016, Hukum Ketenagakerjaan, Sinar Grafika, Jakarta.

Rusli, Hardijan, 2004, Hukum Ketenagakerjaan 2003, Ghalia Indonesia, Jakarta.

(39)

2016, Tim Visi Yustisia, Hak dan Kewajiban Pekerja Kontrak, PT Visimedia Pustaka, Jakarta.

Subekti, R, 2001, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramitha, Jakarta.

Kadir Muhammad, Abdul, 1982, Hukum Perikatan, Alumni Bandung.

Djumanji, 2002, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Djumialdji, 1977, Perjanjian Kerja, Bina Aksara, Jakarta.

Darus Badrulzaman, Mariam, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Soepomo, Imam, 1968, Hukum Perburuhan bagian Pertama Hubungan Kerja, PPAKRI Bhayangkara, Jakarta.

Khakim, Abdul, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Husni, Lalu, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Raja Grafindo Persada, edisi revisi, Jakarta.

Ningsih, Suria, 2015, Mengenal Hukum Ketenagakerjaan, USU Pers, Medan.

2019, Dokumentasi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Kebun Ajamu.

Kartonegoro, Sentanoe, 2001, Gerakan Serikat Pekerja, Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta.

Asikin, H Zainal, et.al., 1993, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Rajawali Pers, Jakarta.

(40)

Uwiyono, Prof. Dr. Aloysius, et.al., 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Surayin, Tanya Jawab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Bandung,Yrama Widia, 2004.

Pasal 127 dan Pasal 128 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Pasal 1 angka 2

Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-03/MEN/1994 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial

Republik Indonesia, Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993, tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja., Pasal 50 ayat 1

Artikel Internet

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tenaga_kerja diakses tanggal 9 November 2018, Pukul 23.02 WIB

https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/serikat-pekerja/perundingan-pkb, diakses tanggal 12 Februari 2019, Pukul 06.26 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Dari data hasil penelitian pada siklus I pertemuan ke 2 dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pengajaran berbasis proyek/tugas diperoleh nilai rata-rata

Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Tarkalil sebagai Kepala Bagian Humas yang dilaksanakan pada 28 Oktober 2019 dan data

Orang berdosa itu harus datang dan percaya pada karya Kristus yang sudah genap dan percaya bahwa hanya di dalam Kristus urusan dosa bisa diampuni dan orang

Dari uraian di atas dapatlah ditarik kesimpul- an, bahwa keragaan reproduksi kerbau di Indone- sia menunjukkan hasil yang masih rendah yaitu umur berahi pertama, umur beranak

Pada domba betina umur 18 bulan, penciri utama ukuran tubuh diketiga lokasi penelitian berbeda-beda yaitu lebar pangkal ekor di Palu Timur, tinggi pinggul domba di Palu Selatan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyelesaian kredit yang mengalami kemacetan pada Kredit Usaha Rakyat di PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai

Menimbang, bahwa terhadap pembelaan yang disampaikan oleh Terdakwa dan Penasehat Hukumnya, yang mana sebagimana pertimbangan Majelis Hakim tersebut di atas dimana

Meskipun Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan adalah Koperasi yang masih menimbulkan faktor kekeluargaan, Koperasi Harapan Kita Kota Medan lebih ,mengambil