• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK (STUDI KASUS : LAPANGAN MERDEKA MEDAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK (STUDI KASUS : LAPANGAN MERDEKA MEDAN)"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK (STUDI KASUS : LAPANGAN MERDEKA MEDAN)

TESIS

OLEH

FRIZA KINANTI RAMBE 187020006 / AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

(2)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK (STUDI KASUS : LAPANGAN MERDEKA MEDAN)

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

FRIZA KINANTI RAMBE 187020006 / AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

(3)

PERNYATAAN

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK

(STUDI KASUS : LAPANGAN MERDEKA MEDAN)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 31 Maret 2021

(Friza Kinanti Rambe)

(4)

MERDEKA MEDAN)

NAMA MAHASISWA : FRIZA KINANTI RAMBE

NIM : 187020006

PROGRAM STUDI : TEKNIK ARSITEKTUR

BIDANG KEKHUSUSAN : MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Achmad Delianur Nasution,ST,MT,IAI,AA) (Dr. Imam Faisal Pane,ST,MT,IPM) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM) (Ir. Seri Maulina, M.Si., Ph.D)

Tanggal Lulus : 31 Maret 2021

(5)

Telah Di Uji Pada : 2021

Panitia Penguji Tesis

Ketua Komisi Penguji : Dr. Achmad Delianur Nasution,ST,MT,IAI,AA Anggota Komisi Penguji : 1. Dr. Imam Faisal Pane,ST,MT,IPM

2. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM 3. Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia M.Sc, PhD, IPM 4. Amy Marisa, ST, M.Sc, PhD

(6)

kehidupan sehari-hari maupun kesempatan khusus. Ruang terbuka memiliki beberapa kriteria yaitu dapat memberikan arti bagi masyarakat, dapat mengkomodasi kebutuhan dan kegiatan pengguna, serta dapat menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat tanpa diskriminasi.Sejalan dengan pesatnya laju pertumbuhan ekonomi dan sosial penyebabkan pola penggunaan dan kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka publik mengalami perubahan. Perubahan pemanfaatan dan fisik ruang terbuka publik memberi pengaruh pada persepsi masyarakat. Persepsi masyarakat dipengaruhi beberapa faktor seperti latar belakang sosial budaya, sejarah, serta fisik tempat. Salah satu ruang terbuka publik di pusat kota yang telah mengalami perubahan pemanfaatan dan fisik adalah Lapangan Merdeka Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap perubahan bentuk fisik dan pemanfaatan ruang pada Lapangan Merdeka Medan. Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif yang akan dilakukan dengan observasi, pembagian kuesioner dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisa untuk menghasilkan temuan bahwa telah terjadi perubahan persepsi masyarakat yang dipengaruhi perubahan fisik Lapangan Merdeka Medan, kemudian menghasilkan pula kesimpulan dan saran perlu dilakukan penataan ulang atribut fisik Lapangan Merdeka serta edukasi kepada masyarakat agar dapat mengembalikan apresiasi masyarakat terhadap nilai sejarah lapangan Merdeka Medan .

Kata Kunci : Persepsi Masyarakat, Ruang Terbuka Publik, Lapangan Merdeka Medan

(7)

Public open spaces in the city center are co-owned spaces, where people perform functional activities in a community bond, both daily life and special occasions. Open space has several criteria that can provide meaning for the community, can accommodate the needs and activities of users, and can accept the presence of various levels of society without discrimination. In line with the rapid pace of economic and social growth causes the pattern of use and the need for public open space to change. Changes in the utilization and physicality of public open spaces influence public perception. People's perception is influenced by several factors such as socio-cultural background, history, and physical place. One of the public open spaces in the city center that has changed utilization and physical is Lapangan Merdeka Medan. This research aims to find out people's perception of changes in physical form and utilization of space in Lapangan Merdeka Medan. The research method used in this study is a qualitative and quantitative method that will be done by observation, questionnaire distribution, and interview. The data obtained were then analyzed to produce findings that there has been a change in public perception influenced by physical changes in Lapangan Merdeka Medan, then also produced conclusions and suggestions need to be reorganized physical attributes of Merdeka Square and education to the community to restore public appreciation to the historical value of Merdeka Medan field.

Keywords: Community Perception, Public Open Space, Medan Merdeka Square

(8)

penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tanpa suatu hambatan berarti. Adapun tesis yang berjudul “PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK (STUDI KASUS : LAPANGAN MERDEKA MEDAN)” disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Arsitektur jurusan Manajemen Pembangunan Kota pada Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Dengan ini pula, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada Ketua dan sekretaris Program studi Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara serta sekretaris Program studi Magister Teknik Arsitektur. Terimakasih kepada Pembimbing I, bapak Dr. Achmad Delianur nasution, ST, MT, IAI, AA dan Pembimbing II, bapak Dr.

Imam Faisal Pane, ST, MT, IPM serta kepada dosen penguji, Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM, Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini, MSc, serta Ibu Amy Marisa, ST., M.Sc., PhD, yang telah banyak memberikan masukan, arahan serta ikut membantu dalam penyusunan hasil laporan penelitian hingga selesai pada waktu yang telah ditetapkan.

Serta ucapan terimakasih saya ucapkan kepada Bapak/ibu Dosen civitas akademika yang ada di Program Magister Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang memberikan pembekalan ilmu arsitektur, khususnya pada bidang Manajemen Pembangunan Kota.

(9)

abang saya, Drs. Muhammad Rizaldi Rambe, Ir. Jefrizal Leonard Rambe, MM, dan Ir. Afriansyah Rambe, MM, kakak ipar saya Ir. Candra Priwasningrum, dan keponakan-keponakan, serta teristimewa kepada kedua puteri kecil saya Alysha Kiara dan Alitha Kayla yang selalu tanpa henti memberikan dukungan dan doa bagi saya.

Tak lupa pula saya ucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabat saya, Ulia Safitri, ST, MT, Suci Ananda Puteri Tarigan, ST, MT, Selly Veronica, ST, MT dan Syahidullah Habibie Lubis, ST, dr. OK Ilham A. Irsyam, SpOT, serta seluruh teman- teman pada jurusan Manajemen Pembanganan Kota angkatan 2018, yang telah memberi dukungan dan membantu saya dalam proses menyelesaikan tesis saya ini.

Penulis menyadari masih adanya kekurangan dalam penulisan laporan penelitian ini. Akhir kata, penulis mengharapkan kiranya laporan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri, dapat memberikan manfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya, serta dapat menjadi kritik dan saran yang membangun bagi semua pihak.

Medan, April 2021

Friza Kinanti Rambe

(10)

Nama : Friza Kinanti Rambe

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Februari 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kompleks Taman Setia Budi Indah 1 Blok.B No.8, Medan

Golongan Darah : O

PEKERJAAN

Desainer Interior

PENDIDIKAN

1. SD NEGERI 112143 RANTAU PRAPAT 2. SMP SWASTA HARAPAN 1 MEDAN 3. SMA NEGERI 1 MEDAN

4. UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 5. UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA

(11)

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR TABEL... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Batasan Penelitian... 4

1.5 Manfaat Penelitian... 4

1.6 Kerangka Berfikir... 5

1.7 Sistematika Pembahasan... 7

BAB II KAJIAN TEORI... 8

2.1 Ruang Terbuka Publik... 8

(12)

2.4 Rangkuman Teori Penelitian... 17

2.5 Kerangka Teori Penelitian... 22

2.6 Rangkuman Kajian Teori Penelitian... 24

2.7 Penelitian Sejenis... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 31

3.1 Pendekatan Penelitian... 31

3.2 Metode Penentuan Lokasi Penelitian... 32

3.3 Metode Penentuan Variabel... 33

3.4 Metode Pengumpulan Data... 33

3.4.1 Observasi Lapangan... 35

3.4.2 Wawancara... 36

3.2.3 Penyebaran Kuesioner... 39

3.5 Populasi dan Sampel... 44

3.6 Metode Analisa... 46

BAB IV KAWASAN PENELITIAN... 49

4.1 Kota Medan... 49

(13)

4.2.1 Lapangan Merdeka Sebagai Saksi Sejarah Kota

Medan... 54 4.2.2 Perubahan Fisik pada Lapangan Merdeka Medan

dari Waktu ke Waktu... 61 4.2.3 Lapangan Merdeka Sebagai Tempat Interaksi

Sosial Budaya Msyarakat Kota Medan... 68 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 73

5.1 Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Sejarah

Lapangan Merdeka Medan... 73 5.2 Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Atribut Fisik

pada Lapangan Merdeka Medan... 81 5.3 Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Sosial

Budaya pada Lapangan Merdeka Medan... 90 5.4 Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Bentuk

Fisik dan Pemanfaatan Ruang Pada Lapangan Merdeka

Medan... 98 5.5 Rangkuman Hasil Wawancara Narasumber Kunci... 100 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 106

(14)

Lampiran... 118

(15)

1.1 Kerangka Berfikir... 6

2.1 Kerangka Teori... 23

3.1 Template Kuesioner Yang Disebarkan Kepada Responden Melalui Google Form... 39

3.2 Kerangka Metode Analisa... 47

4.1 Peta Kota Medan... 48

4.2 Perkebunan Tembakau di Deli tahun 1865 - 1892... 50

4.3 Medan of Medanpoetri (1873)... 50

14.4 Jalur Perkotaan Medan Era Deli Spoorweg Tahun 1893... 51

4.5 Peta Penguasaan Lahan di Medan Setelah Berubah Status Menjadi Kota... 52

4.6 Lokasi Lapangan Merdeka Medan... 53

4.7 Esplanade Tahun 1895... 55

4.8 Pesawat Pertama yang Mendarat di Medan... 56

4.9 Pidato Mohammad Hatta tahun 1949 di Medan... 58

4.10 Parade Militer RI pada Peringatan Hari Proklamasi Tahun 1950 di Lapangan Merdeka Medan... 59

(16)

1945... 60

4.13 Suasana Merdeka Walk di Malam Hari... 61

4.14 Peta Perubahan Kawasan Sekitar Lapangan Merdeka Medan... 62

4.15 Suasana Lapangan Merdeka pada Tahun 1880-an... 63

4.16 Suasana Lapangan Merdeka pada Tahun 1905... 63

4.17 Foto Udara Lapangan Merdeka pada Tahun 1930 Oleh EMF Eijsberg- Klasser... 63

4.18 Monumen Tamiang pada Tahun 1910... 64

4.19 Foto Jambur Lige pada tahun 1948 Oleh Capt. George S. White... 64

4.20 Foto Monumen Perjuangan Kemerdekaan Nasional Indonesia... 66

4.21 Deretan Kios Pasar Buku Bekas... 67

4.22 Suasana Merdeka Walk... 67

4.23 Suasana Espalanade Tahun 1893... 68

4.24 Pasar Malam di Esplanade Tahun 1923... 69

(17)

5.1 Proses Meratakan Altar Sisi Timur Monumen Proklamasi... 71 5.2 Kondisi Sisi Timur Monumen Proklamasi... 71

(18)

2.1 Aspek Pembentuk Ruang Terbuka Kota... 9

2.2 Aspek Kriteria Ruang Terbuka Kota... 11

2.3 Aspek Yang Membentuk Identitas Suatu Tempat... 14

2.4 Aspek Yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Terhadap Suatu Tempat... 16

2.5 Rangkuman Landasan Teori... 17

2.6 Indikator Sejarah... 19

2.7 Indikator Atribut Fisik... 20

2.8 Indikator Sosial Budaya... 22

2.9 Rangkuman Teori Variabel Penelitian... 24

2.10 Penelitian Terdahulu... 29

3.1 Variabel dan Indikator Penelitian... 33

3.2 Metode Pengumpulan Data Primer... 34

3.3 Data Yang Diperlukan Dalam Observasi Lapangan... 35

3.4 Kategori Narasumber Kunci... 37

3.5 Daftar Pertanyaan Wawancara... 38

3.6 Karakteristik Responden... 40

(19)

5.1 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Sejarah Dengan Indikator Nilai Tempat... 69 5.2 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Sejarah Dengan Indikator

Pengalaman... 72 5.3 Nilai Rata-rata Total Kuesioner Terkait Aspek Sejarah Dengan

Indikator Nilai Tempat dan Pengalaman... 73 5.4 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Atribut Fisik Dengan Indikator

Bentuk Fisik...,... 76 5.5 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Atribut Fisik Dengan Indikator

Fasilitas... 79 5.6 Nilai Rata-rata Total Kuesioner Terkait Aspek Atribut Fisik Dengan

Indikator Bentuk Fisik dan Fasilitas... 81 5.7 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Sosial Budaya Dengan

Indikator Aktivitas... 85 5.8 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Sosial Budaya Dengan

Indikator Interaksi... 87 5.6 Nilai Rata-rata Total Kuesioner Terkait Aspek Sosial Busaya Dengan

Indikator Aktivitas dan Interaksi... 89

(20)
(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ruang terbuka publik adalah ruang milik bersama, tempat masyarakat melakukan aktivitas fungsional dalam suatu ikatan komunitas, baik kehidupan sehari- hari maupun kesempatan khusus. Ruang terbuka memiliki beberapa kriteria yaitu dapat memberikan arti bagi masyarakat, dapat mengakomodasi kebutuhan dan kegiatan pengguna, serta dapat menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat tanpa diskriminasi (Stephen Carr, 1992). Salah satu ruang terbuka publik yang dimiliki kota Medan yaitu Lapangan Merdeka Medan. Lapangan Merdeka Medan selain menjadi ruang terbuka publik di pusat kota, juga menjadi saksi rekam jejak sejarah perkembangan kota Medan sejak masa kolonial Belanda.

Pada tahun 1880an, Belanda membuat satu lapangan yang disebut Esplanade di daerah Kesawan sebagai titik sumbu seluruh bangunan administrasi di sekelilingnya yang merupakan upaya mengembangkan infrastuktur untuk menunjang seluruh aktivitas perkebunan yang mereka kembangkan di Sumatera. Esplanade pada masa kolonial dijadikan dan dianggap sebagai pusat interaksi sosial masyarakat serta sebagai simbol kemajuan dan keberadaban suatu budaya (dalam hal ini Belanda).

Pada tahun 1942, nama Esplanade berubah menjadi Fukuraido yang juga bermakna

“Lapangan di tengah kota”. Di era pendudukan Jepang, fungsi lapangan ini tidak jauh

(22)

berbeda, yaitu hanya dipergunakan sebagai tempat dilangsungkannya upacara- upacara resmi pemerintahan Jepang. Dengan takluknya Jepang pada 15 Agustus 1945, para pemimpin di kota Medan berkeinginan untuk menyuarakan berita kemerdekaan Republik Indonesia (Proklamasi) di depan seluruh masyarakat kota Medan. Pembacaan proklamasi pada Oktober 1945 menjadi momentum untuk mengubah nama lapangan Fukuraido menjadi Lapangan Merdeka Medan. Peralihan nama menjadi Lapangan Merdeka dilakukan dan disahkan Walikota Medan saat itu, Luat Siregar pada 9 Oktober 1945. Selama masa pasca kemerdekaan atau sering disebut Masa Orde Lama, Lapangan Merdeka difungsikan sebagai alun-alun kota dan merupakan titik nol dari kota Medan. Pada masa Orde Baru, Lapangan Merdeka tidak mengalami perubahan fungsi signifikan, namun melalui penelitian dalam suatu Tesis Desain (Nasution, 2000) Lapangan Merdeka Medan terdefinisi belum berfungsi secara optimal berdasarkan indikator waktu operasional, sebagai ruang terbuka publik di pusat kota. Sejalan dengan pesatnya laju pertumbuhan ekonomi dan sosial di Indonesia khususnya di kota Medan menyebabkan pola penggunaan dan kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka publik mengalami perubahan. Perubahan ini dipengaruhi oleh kekuatan politik, ekonomi, sosial, lingkungan serta teknologi.

Keberadaan ruang terbuka publik adalah saksi dari perubahan kebutuhan manusia dari waktu ke waktu untuk menemukan kembali fakta fisik suatu komunitas di pusat kota (Spiro Kostof, 2005, 172). Pada masa Reformasi, Lapangan Merdeka mengalami perubahan / penambahan fungsi. Diawali pada tahun 2002 didirikan bangunan

(23)

permanen sebagai Pasar Buku di sisi Timur Lapangan Merdeka yang merupakan relokasi para pedagang buku bekas yang sebelumnya berjualan di titi gantung, kemudian pada tahun 2004 walikota Medan saat itu memprakarsai pembangunan pusat kuliner yang diberi nama Merdeka Walk. Kontrak yang disepakati dengan pihak investor berbentuk hak konsesi, yang mana pada saat masa perjanjian kerja sama berakhir maka aset dan bangunan yang berupa bangunan-bangunan permanen, akan diserahkan kepada Pemko Medan. Dengan adanya fungsi-fungsi ini luas Lapangan Merdeka yang kini masih tersisa -- berdasarkan catatan Koaliasi Masyarakat Sipil Peduli Kota Medan -- adalah seluas 28.800 m2 atau 2,88 Ha yang pada awalnya Lapangan Merdeka memiliki luas 48.877 m2 atau 4,88 Ha (Sakeh, Choking Susilo. Kemerdekaan Lapangan Merdeka. Medan Merdeka, 2019.

http://www.medanmerdeka.com).

Berdasarkan penjelasan mengenai perjalanan sejarah Lapangan Merdeka Medan yang telah dipaparkan di atas, diketahui bahwasanya terjadi perubahan dalam bentuk dan pemanfaatan Lapangan Merdeka. Perubahan ini dipengaruhi oleh kekuatan politik, ekonomi, sosial, lingkungan serta teknologi (Nasution, 2000).

Perubahan wujud fisik pada ruang terbuka publik mempengaruhi persepsi masyarakat selaku penghuni kota, sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Stephen Carr (1992) yang mana berkenaan pula dengan faktor-faktor sejarah, sosial budaya dan aktivitas pengguna seperti diungkapkan oleh Darmawan (2009), sehingga dalam hal ini perlu

(24)

diketahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan ruang pada Lapangan Merdeka Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana persepsi masyarakat terhadap perubahan bentuk fisik dan pemanfaatan ruang yang terjadi pada Lapangan Merdeka Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Menemukan perspepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan Lapangan Merdeka Medan.

1.4 Batasan Penelitian

Adapun yang menjadi batasan pada penelitian ini adalah :

Batasan pada penelitian ini hanya berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan Lapangan Merdeka Medan

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa :

(25)

1. Secara akademis, sebagai referensi bagi penulisan-penulisan sejenis di masa akan datang, serta menjadi pelengkap bagi penelitian sebelumnya mengenai perepsi masyarakat terhadap ruang terbuka publik di pusat kota.

2. Secara praktis, sebagai acuan pemerintah dan stakeholder untuk melakukan konservasi dan revitalisasi Lapangan Merdeka Medan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat kota Medan.

1.6 Kerangka Berfikir

Proses berpikir peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini diawali dengan pengamatan awal dan menghubungkanya kepada teori-teori yang berkaitan, dalam rangka menemukan kerangka pemikiran yang siap untuk dikembangkan, peneliti membuat beberapa variabel yang kemudian dihubungkan dengan beberapa pendekatan sehingga ditemukannya Hipotesa-Hipotesa penelitian yang siap untuk diuji. Pendekatan yang diambil dalam penyusunan penelitian ini meliputi serangkaian kegiatan yang saling terkait, seperti yang digambarkan dalam diagram kerangka berfikir, Gambar 1.1.

(26)

Latar Belakang

Perubahan Pemanfaatan Lapangan Merdeka dari waktu ke waktu

Masalah Penelitian Persepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan Lapangan

Merdeka Medan

Tujuan Penelitian Menemukan persepsi

masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan Lapangan Merdeka Medan

Landasan Teori

❖ Stephen Carr (1992) melihat ruang terbuka publik sebagai ruang milik bersama yang memiliki beberapa kriteria yang secara esensial dibagi tiga, yaitu Meaningful, Responsive,

& Democratic

❖ Sejarah memiliki peran dalam membentuk identitas suatu tempat (Ernawati, 2011)

❖ Persepsi dipengaruhi situasi dan kondisi dari suatu objek yang di interpretasi (Kartikasari, Wahyono, 2014)

Analisis dan Hasil

❖ Mengkaji proses perubahan pemanfaatan Lapangan Merdeka Medan per-periode.

❖ Mengkaji persepsi masyarakat terhadap perubahan

pemanfaatan Lapangan Merdeka Medan.

Metode Penelitian Metode campuran yaitu kualitatif dam kuantitatif

❖ Kuantitatif : Wawancara, Penyebaran Kuesioner &

Observasional

❖ Kualitatif : Studi Literatur &

Penelitian Sebelumnya

Data

❖ Identifikasi perubahan pemanfaatan Lapangan Merdeka per-periode.

❖ Identifikasi pandangan masyarakat terhadap proses perubahan yang terjadi di Lapangan Merdeka.

PENEMUAN

KESIMPULAN

(27)

1.7 Sistematika Pembahasan

Adapun urutan pembahasan yang digunakan dalam menerangkan penelitian ini menggunakan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

BAB I Pendahuluan berisi Latar Belakang, Permasalahan penelitian, Tujuan Penelitian, Batasan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Berfikir serta Sistematika Pembahasan.

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka mengemukakan dasar teori yang menjadi landasan kajian yang digunakan peneliti dalam proses meneliti.

BAB III Metodologi Penelitian

BAB III Metodologi Penelitian menjelaskan mengenai metode yang dipakai dalam proses penelitian.

BAB IV Kawasan Penelitian

BAB IV Kawasan Penelitian memaparkan tentang gambaran umum lokus penelitian.

BAB V Hasil dan Pembahasan

BAB V Hasil dan Pembahasan berisikan hasil kajian dan analisa terhadap landasan teori dan rumusan temuan penelitian.

BAB VI Kesimpulan

BAB VI beriski kesimpulan dan saran yang didapat dari pembahasan pada tahap- tahapsebelumnya.

(28)
(29)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Ruang Terbuka Publik

Ruang terbuka publik menurut Darmawan (2009) adalah merupakan suatu ruang yang berfungsi untuk kegiatan-kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan budaya, serta fungsi politik, ideologi dan estetika. Ruang terbuka publik adalah ruang tidak terbangun dalam kota yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas estetika, lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks historis dan perkembangan budaya, ruang terbuka publik pada suatu kota merupakan sebuah pusat kegiatan sosial sebagai ruang interaksi sosial budaya yang kemudian oleh pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah diformalkan menjadi ruang publik sekaligus ruang terbuka kota yang menjadi ikon kota. Carr (1992) melihat ruang terbuka publik sebagai ruang milik bersama yang memiliki beberapa kriteria yang secara esensial dibagi tiga, yaitu Meaningful yang mana ruang terbuka memiliki makna bagi masyarakat, Responsive yang artinya ruang terbuka harus dapat digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan, serta Democratic yaitu ruang terbuka publik dapat dimanfaatkan berbagai lapisan masyarakat tanpa batasan sosial, ekonomi dan budaya, bahkan aksesibel bagi masyarakat dengan berbagai kondisi fisik maupun usia. Carr (1995) mengemukakan pemenuhan terhadap kebutuhan (needs)

(30)

menunjukkan bahwa ruang telah berfungsi sebagai wadah aktivitas pengguna serta tersedianya fasilitas (fisik), pemenuhan terhadap hak (rights) menunjukkan adanya pengakuan terhadap kebebasan beraktivitas, dengan demikian ruang terbuka yang baik bermuara kepada tiga aspek dasar yaitu fisik, aktivitas, dan makna. Ruang Terbuka Publik di pusat kota digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya akan tempat untuk melakukan kediatan sosial-budaya, ekonomi dan politik (Nasution, 2000), (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Aspek Pembentuk Ruang Terbuka Kota

No. Referensi Aspek

1. Darmawan

(2009)

a. Sejarah b. Sosial Budaya c. Aktivitas

2. Carr

(1995)

a. Makna Tempat b. Aktivitas c. Fungsi Ruang d. Fisik

3. Nasution

(2000)

a. Sosial b. Budaya c...Ekonomi d. Politik

2.1.1 Kriteria Ruang Terbuka Publik

Berdasarkan beberapa kriteria yang dipaparkan Carr (1992), ruang terbuka publik harus memiliki makna bagi masyarakat. Makna tempat terbentuk dari ikatan emosi individu terhadap suatu tempat (Ujang, 2015). Makna tempat merupakan gambaran pemikiran individu terhadap suatu tempat yang mencerminkan karakteristik fisik serta interaksi sosial yang dialami individu pada tempat tersebut (Wynveen, Kyle dan Sutton, 2012), dapat dikatakan makna tempat timbul dari adanya

(31)

pengalaman yang terjadi ketika individu berada pada suatu tempat (Park, 2005).

Makna pada ruang terbuka publik dapat berupa aspek fisik, serta non fisik seperti keterkaitan sejarah, sosial politik dan budaya, hubungan individu, hubungan kelompok dalam masyarakat serta meliputi berbagai kepentingan (Prihastoto, 2003).

Selain memiliki makna, ruang terbuka publik juga dikatakan harus bersifat responsif yaitu dapat mengakomodir berbagai kegiatan bagi masyarakat. Ruang terbuka publik dikatakan berhasil apabila ruang terbuka publik tersebut dapat membuat pengunjung tinggal lebih lama dengan berbagai pilihan aktivitas yang dapat dilakukan masyarakat di tempat tersebut (Gehl, 1996) serta dapat memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat ketika berada pada tempat tersebut (Kallus, 2001), berupa kenyamanan, relaksasi, aktivitas aktif, aktivitas pasif serta pengalaman (Prihastoto, 2003). Kenyamanan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kelengkapan fasilitas, aksesibilitas, sirkulasi, iklim, kebisingan dan aroma, keamanan, kebersihan, keindahan serta keleluasaan dalam menikmati ruang terbuka publik (Hakim, 2003). Lalu kriteria terakhir yang dipaparkan Carr adalah Demokratis, yang mana ruang terbuka publik berfungsi untuk masyarakat umum melakukan berbagai aagai kondisi fisik termasuk orang dengan keterbatasan fisik (cacat) serta lansia (Gehl, 2011), dengan adanya kemudahan akses untuk bergerak (Prihastoto, 2003), (Tabel 2.2).

(32)
(33)

Tabel 2.2 Aspek Kriteria Ruang Terbuka Kota

No. Referensi Aspek

1. Makna Tempat : (Ujang, 2015;

Wynveen, Kyle &

Sutton, 2012; Park, 2005; Prihastoto, 2003)

a. Ikatan Emosi b. Fisik Tempat c. Interaksi d. Pengalaman e. Sejarah f. Sosial Budaya 2. Responsif :

(Gehl, 1996; Kallus, 2001; Prihastoto, 2003;

Hakim, 2003)

a. Aktivitas b. Fasilitas c. Aksesibilitas d. Sirkulai 3. Demokratis :

(Azzaki & Suwandono, 2013; Gehl, 2011;

Prihastoto, 2003)

a. Aktivitas b. Fasilitas c. Aksesibilitas

Ruang terbuka publik yang keberadaannya ada di pusat kota lama akan selalu menjadi ruang yang mengikat masyarakat untuk menggunakannya sebagai tempat bersosialisasi. Masyarakat akan merasakan ruang terbuka publik sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari penghuni kota. Transformasi yang terjadi dalam suatu wujud fisik pada ruang terbuka publik pada kota lama tentunya akan mempengaruhi karakteristiknya. Perubahan wujud fisik pada ruang terbuka publik kota lama, tentunya juga akan mempengaruhi persepsi masyarakat selaku penghuni kota.

2.2 Identitas Suatu Tempat

Tempat adalah suatu ruang yang memiliki makna tertentu bagi penghuni atau penggunanya. Konsep “tempat” (place) didasarkan pada interaksi antara seseorang,

(34)

fisik, dan aktivitas yang terjadi pada lokasi tersebut (Ruback, Pandey & Kohli, 2008).

Place sebagai suatu lokasi spasial yang diberi arti serta nilai oleh individu atau masyarakat yang menempatinya. Berbeda dengan Space (ruang) yang bersifat abstrak dan universal, Place bersifat spesifik dan memiliki nilai dari pangalaman yang dialami individu atau masyarakat yang menempatinya. Beberapa tempat dapat pula dianggap lebih bernilai tinggi dibandingkan tempat lainnya dikarenakan atribut- atribut fisik yang dimilikinya dan jenis-jenis kegiatan yang mungkin dilakukan atau terjadi pada tempat tersebut. Identitas suatu tempat terbentuk dari atribut fisik yang dimiliki tempat tersebut dan aktivitas yang terjadi di tempat tersebut dari masa lalu hingga masa sekarang sehinga menimbulkan keterikatan (Ernawati, 2011). Menurut Prihastoto (2003) terdapat tiga komponen pembentuk identitas tempat yaitu fisik tempat, aktivitas atau fungsi, serta makna tempat. Pembentukan identitas tempat membutuhkan waktu yang panjang serta melewati berbagai ritme sejarah. Adapun faktor yang mempengaruhi perubahan identitas dari suatu tempat diantaranya adalah organisasi ruang yang berdampak pada perubahan fisik, serta keberbedaan jeni-jenis aktivitas (Adrian & Setioko, 2017). Lalli (1992) mengemukakan lima aspek identitas suatu tempat dalam konteks perkotaan, yaitu continuity atau keberlanjutan dengan masa lalu individu, attachment atau kelekatan hubungan dengan suatu tempat, familiarity yang diasumsikan sebagai dampak pengalaman sehari-hari individu, commitment yang mengacu pada signifikansi yang dirasakan seseorang untuk tetap tinggal di suatu tempat, dan external evaluation yang berasal dari lingkungan luar diri individu. Berdasarkan kelima aspek diatas, dapat dikatakan bahwa identitas suatu

(35)

tempat terbentuk dari pengalaman yang pernah dilalui seseorang, yang menimbulkan rasa keterikatan ketika pengalaman tersebut berulang menjadi pengalaman sehari- hari, sehingga menimbulkan rasa nyaman dan komitmen untuk tetap tinggal di kota tersebut dan menjadikan kota tersebut dinilai memiliki karakter khusus ketika dibandingkan dengan kota lain. Salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya identitas suatu tempat menurut Lalli, yaitu Faktor Lingkungan Fisik (External Evaluation). Bangunan, artefak, dan objek-objek budaya yang memiliki cerita sejarah tertentu dari suatu tempat, memberikan kenangan tersendiri bagi masyarakat (Zerubavel, 1996). Faktor lingkungan fisik yang paling dominan adalah peninggalan bersejarah atau warisan budaya. Kenangan yang diberikan oleh artefak yang memiliki nilai sejarah bagi masyarakat pada suatu kota, tentunya akan menjadikan keberbedaan dari kota-kota lainnya. Keberadaan baik bangunan bersejarah maupun objek budaya pada suatu kota selain menciptakan keberbedaan, juga dapat menimbulkan perasaan bangga pada masyarakat kota tersebut akan keunikan kotanya yang bisa jadi tidak dimiliki oleh kota lain. Sejarah terbentuknya sebuah kota dapat menjadi gambaran perubahan citra pada sebuah tempat. Identitas sebuah tempat adalah proses pengenalan terhadap suatu objek yang menimbulkan makna yang merupakan hasil persepsi seseorang terhadap citra tempat tersebut. (Nugroho, 2018). Pada tempat bersejarah, perasaan nyaman bagi pengunjung yang memunculkan interaksi dengan kawasan sekitarnya akan dapat membentuk identitas tempat (Pane, Harisdani, 2013).

Perasaan nyaman yang dirasakan pengunjung pada sebuah tempat akan memunculkan rasa keterikatan serta apresiasi terhadap tempat tersebut, (Tabel 2.3).

(36)

Tabel 2.3 Aspek yang Membentuk Identitas Suatu Tempat

No. Referensi Aspek

1. Ruback et all (2008)

a. Fisik Tempat b. Aktivitas

2. Ernawati

(2011)

a. Atribut Fisik b. Aktivitas 3. Prihastoto

(2003)

a. Fisik Tempat b. Aktivitas c. Makna Tempat 4. Adrian, Setioko

(2017)

a. Sejarah b. Fisik Tempat c. Aktivitas

5. Lalli

(1992)

a. Pengalaman b. Lingkungan Fisik

6. Zerubavel

(1996)

a. Sejarah b. Pengalaman

7. Nugroho

(2018)

Sejarah

8. Pane, Harisdani (2013)

a. Interaksi b. Kenyamanan

2.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Suatu Tempat

Persepsi masyarakat adalah sebuah proses dimana sekelompok orang/individu yang hidup dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu, kemudian memberikan penilaian atau menginterpretasikan suatu objek yang dianggap menarik berdasarkan pengalaman mereka. Proses penafsiran atau penilaian suatu objek dipengaruhi beberapa faktor seperti pengamat, objek, dan situasi. Penilaian dan pemahaman tiap-

(37)

tiap individu terhadap suatu objek dapat berbeda satu dengan lainnya. Situasi dan kondisi memiliki pengaruh kuat terhadap persepsi masyarakat untuk menginterpretasikan suatu objek tertentu (Kartikasari, & Wahyono, 2014).

Bagaimana seseorang berpikir dan kemudian memberikan penilaian tentunya berbeda antar individu satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut tidak hanya timbul dari perbedaan latar belakang individu, namun juga dari perbedaan kepentingan, rasa kedekatan dan kepuasan akan suatu tempat baik secara fisik dan psikologis tentunya tidak sama antar individu, beberapa orang cenderung lebih mengutamakan keadaan fisik suatu tempat dan yang lainnya lebih mengutamakan dampak psikologis yang ditimbulkan dari tempat tersebut, hal-hal ini kemudian yang menjadi beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat dari suatu tempat.

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi, Faktor Psikologis, mencakup Ingatan individu, pengetahuan dan nilai-nilai yang dianggap penting, Faktor Fisik, meliputi apa yang dilihat dan dirasakan, citra yang terbentuk (Horovitz, 2000). Berdasarkan teori diatas, salah satu faktor penting pembentuk persepsi selain faktor psikologis adalah faktor fisik. Faktor fisik yang dimaksud disini adalah bentuk yang tentunya akan berkaitan dengan fungsi. Kecenderungan dari berubahnya bentuk fisik suatu tempat juga diikuti perubahan fungsi dari tempat tersebut. Dari perubahan tersebut tentunya akan mempengaruhi apa yang dilihat dan dirasakan individu atau masyarakat terhadap tempat yang mengalami perubahan. Pengalaman terhadap perubahan situasi sosial dan fisik suatu objek mempengaruhi persepsi (Bintari, 2011).

(38)

Interpretasi dan kesan yang muncul setelah seseorang berinteraksi dengan suatu tempat, akan menimbulkan beberapa implikasi atas pengalaman orang tersebut (Tabata, 1992). Implikasi yang timbul dapat berbeda-beda dari setiap individu.

Implikasi positif akan membentuk citra positif, sebaliknya implikasi negatif akan membentuk citra negatif. Citra positif terhadap suatu tempat akan menjadi motivasi untuk mengunjungi tempat tersebut. Citra yang terbentuk dari suatu tempat berkaitan erat dengan rasa dan persepsi seseorang terhadap fisik tempat serta peristiwa yang dialami pada tempat tersebut (Nugroho, 2018), (Tabel 2.4).

Tabel 2.4 Aspek yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Terhadap Suatu Tempat

No. Referensi Aspek

1. Kartikasari; Wahyono (2014)

a. Latar Belakang Individu b. Fisik Tempat

2. Horovitz

(2000)

a. Pengalaman b. Fisik Tempat c. Citra Tempat

3. Bintari

(2011)

a. Pengalaman b. FisikTempat

4. Tabata

(1992)

Pengalaman

5. Nugroho

(2018)

a. Fisik Tempat b. Pengalaman

(39)

2.1 Rangkuman Teori Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian, peneliti merangkum teori (Tabel 2.5).

Tabel 2.5 Rangkuman Landasan Teori

No. Ruang Terbuka Publik Aspek

1. Darmawan

(2009)

a. Sejarah b. Sosial Budaya c. Aktivitas

2. Carr

(1992 & 1995)

a. Makna Tempat b. Aktivitas c. Fungsi Ruang d. Fisik

3. Nasution

(2000)

a. Sosial b. Budaya c. Politik d. Ekonomi

No. Kriteria Ruang Terbuka Publik Aspek

1. Makna Tempat :

(Ujang, 2015; Wynveen, Kyle & Sutton, 2012; Park, 2005; Prihastoto, 2003)

a. Ikatan Emosi b. Fisik Tempat c. Interaksi d. Pengalaman e. Ingatan Individu f. Sejarah

g. Sosial Budaya

2. Responsif :

(Gehl, 1996; Kallus, 2001; Prihastoto, 2003)

a. Aktivitas b. Fasilitas

3. Demokratis :

(Azzaki & Suwandono, 2013; Gehl, 2011;

Prihastoto, 2003)

a. Aktifitas b. Fasilitas c. Aksesibilitas

No. Identitas Suatu Tempat Aspek

1. Ruback et all

(2008)

a. Fisik Tempat b. Aktivitas

2. Ernawati

(2011)

a. Atribut Fisik b. Aktivitas

3. Prihastoto

(2003)

a. Fisik Tempat b. Aktivitas c. Makna Tempat

4. Adrian, Setioko

(2017)

a. Sejarah b. Fisik Tempat c. Aktivitas

5. Lalli

(1992)

a. Pengalaman b. Lingkungan fisik

6. Zerubavel

(1996)

a. Sejarah

b. Ingatan Individu

7. Nugraha

(2018)

Sejarah

(40)

Tabel 2.5 (lanjutan)

No. Identitas Suatu Tempat Aspek

8. Pane, Harisdani

(2013)

a. Interaksi b. Kenyamanan No. Persepsi Masyarakat Terhadap Suatu Tempat Aspek

1. Kartikasari; Wahyono

(2014)

a. Latar Belakang Individu b. Fisik Tempat

2. Horovitz

(2000)

a. Ingatan Individu b. Fisik Tempat c. Citra Tempat

3. Bintari

(2011)

a. Pengalaman b. Fisik tempat

4. Tabata

(1992)

Pengalaman

5. Nugraha

(2018)

a. Fisik tempat b. Sejarah

Berdasarkan rangkuman faktor-faktor yang Membangun Persepsi Terhadap Suatu Tempat diatas, peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang dominan. Faktor- faktor tersebut yaitu: (1) Faktor Sejarah, (2) Faktor Atribut Fisik, (3) Faktor Sosial Budaya.

a. Faktor Sejarah

Menurut Powell (1994), bangunan-bangunan lama merupakan suatu warisan yang mempunyai nilai sejarah serta mempunyai nilai yang saling berkaitan dengan tata cara hidup masyarakat dan secara tidak langsung membentuk lingkungan yang memiliki arti dari segi fungsi fisik dan kepentingan kebudayaan masyarakat setempat pada kurun waktu tertentu. Ahmad (2010) berpendapat bahwa bangunan lama dapat berfungsi sebagai penanda suatu masa atau peristiwa bersejarah yang terjadi pada

(41)

suatu tatanan masyarakat. Adapaun ciri-ciri bangunan Bersejarah menurut Tonapa, Rondonuwu, Tungka (2015) adalah memiliki arti dan fungsi khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan yang dapat menjadi cerminan kepribadian masyarakat. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, indikator pada faktor sejarah yaitu : Nilai Tempat, dan Pengalaman,(Tabel 2.6).

Tabel 2.6 Indikator Sejarah

No. Sejarah Indikator

1. Powell

(1994)

b. Nilai Tempat c. Fungsi Tempat d. Pengalaman

2. Ahmad

(2010)

a. Nilai Tempat b. Pengalaman

3. Tonapa, at all (2015)

a. Nilai Tempat b. Fungsi Tempat c. Pengalaman

b. Faktor Atribut Fisik

Atribut fisik dari suatu tempat seperti arsitektur bangunan, simbol-simbol, artefak sejarah, maupun lanskap kawasan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung (Jenkins, & Pigram, 2006). Suatu tempat yang memiliki atribut fisik berbeda dari tempat lain menjadikan tempat tersebut memiliki nilai lebih sehingga menjadikan tempat tersebut menarik untuk dikunjungi. Bentuk fisik yang secara visual dapat menggambarkan fungsi ruang dari suatu tempat merupakan daya tarik bagi pengunjung, selain bentuk fisik atribut tersebut dapat pula berupa fasilitas yang mendukung pengunjung dalam melakukan beragam aktivitas pada tempat tersebut

(42)

(Oktavia, & Mahendra, 2016). Pada ruang terbuka publik, atribut fisik pada ruang tersebut harus dapat menimbulkan rasa nyaman dan aman yang didapat dari adanya fasilitas fisik buatan, perasaan tenang yang didapat dari adanya elemen natural seperti pepohonan dan elemen air, memungkinkan tidak hanya dilakukan aktivitas langsung namun juga memungkinkan pengunjung untuk melakukan aktivitas pasif seperti berhenti bergerak untuk mengamati lingkungan, hingga dapat menghasilkan pengalaman yang beragam bagi para pengunjung (Carmora et all, 2010). Kualitas ruang terbuka publik dapat dilihat dari dua aspek yaitu fungsi yang berkaitan dengan latar belakang masyarakat dan kegiatan yang dilakukan di ruang terbuka publik, serta bentuk fisik (Nasution, & Zahrah, 2014). Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, indikator pada faktor atribut fisik yaitu : Bentuk Fisik, dan Fasilitas, (Tabel 2.7).

Tabel 2.7 Indikator Atribut Fisik No. Atribut Fisik Indikator

1. Jenkins & Pigram (2006) a. Bentuk Fisik b. Lanskap 2. Oktavia & Mahendra

(2016)

a. Fasilitas b. Bentuk Fisik 3. Carmora et all

(2010)

a. Fasilitas b. Bentuk Fisik c. Lanskap 4. Nasution & Zahrah

(2014)

a. Fasilitas b. Bentuk Fisik

(43)

c. Faktor Sosial Budaya

Budaya sebagai suatu perpaduan dari gagasan dan pikiran manusia yang terwujud melalui pandangan hidup, nilai-nilai dalam bersosialisasi dan berinteraksi, cara hidup, dan aktivitas (Rapoport, 2009). Budaya memiliki nilai-nilai yang senantiasa diwariskan, ditafsirkan dan dilaksanakan seiring dengan proses perubahan sosial kemasyarakatan. Joesoef (2004: 47) menyebutkan bahwa ketika manusia memberikan nilai budaya pada suatu monumen, hal ini menandakan bahwa manusia telah menganggap monumen tersebut sebagai sebuah saksi tentang perkembangan budaya serta aktivitas dan interaksi sosial, baik secara pribadi maupun kolektif. Pada sebuah ruang terbuka publik, selain bentuk fisik salah satu faktor penarik bagi masyarakat untuk berkunjung adalah adanya aktivitas khusus yang dapat dilakukan secara bersama-sama (Nasution, & Zahrah, 2011). Pada ruang terbuka di pusat kota terdapat aspek sosial budaya yang memiliki nilai sosial, nilai budaya, nilai ekonomi, nilai religius dan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan adanya nilai kesehatan dan olah raga, yang menjadi ciri utama ruang terbuka di pusat kota adalah ruang terbuka di pusat kota memiliki nilai politik (Delianur, 2000). Nilai sosial budaya pada sebuah ruang terbuka publik di pusat kota dapat dilihat dari terjadinya kegiatan sosial, interaksi antara pengunjung baik individu maupun kelompok, serta adanya interaksi antara pengunjung dengan lingkungan sekitar. Whyte (1989 : 17), Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, indikator pada faktor sosial budaya yaitu : Interaksi, dan Aktivitas, (Tabel 2.8).

(44)

Tabel 2.8 Indikator Sosial Budaya

No. Sosial Budaya Indikator

1. Rapoport

(2009)

a. Pandangan Hidup b. Interaksi

c. Aktivitas

2. Joesoef

(2004: 47)

a. Aktivitas b. Interaksi 3. Nasution dan Zahrah

(2011)

a. Aktivitas b. Interaksi

4. Delianur

(2000)

a. Nilai Sosial b. Nilai Budaya c. Nilai Religi d. Nilai Jasmani e. Nilai Politik

5. Whyte

(1980)

a. Interaksi b. Aktivitas

2.5 Kerangka Teori Penelitian

Kerangka teori yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Ruang Terbuka Kota (Studi Kasus : Lapangan Merdeka Medan) dapat dilihat pada skema berikut (Gambar 1.2).

(45)

Persepsi Masyarakat Terhadap Ruang Terbuka Kota

Ruang Terbuka Publik : Meaningful Responsive Democratic

Identitas Tempat Persepsi Masyarakat

Sejarah

Nilai Tempat

Pengalaman

Atribut Fisik

Bentuk Fisik Fasilitas

Sosial Budaya

Interaksi Aktivitas

HASIL

KESIMPULAN

SARAN

(46)

2.6 Rangkuman Kajian Teori Variabel Penelitian

Berdasarkan kajian teori, peneliti membuat rangkuman teori dari variabel penelitian, (Tabel 2. 9)

Tabel 2.9 Rangkuman Teori Variabel Penelitian

No. Variabel Penelitian

Landasan Teori Kajian Teori

1. Sejarah Menurut Powell (1994), bangunan-bangunan lama merupakan suatu warisan yang mempunyai nilai sejarah serta mempunyai nilai yang saling berkaitan dengan tata cara hidup masyarakat dan secara tidak langsung membentuk lingkungan yang memiliki arti dari segi fungsi fisik dan kepentingan kebudayaan masyarakat setempat pada kurun waktu tertentu. Ahmad (2010) berpendapat bahwa bangunan lama dapat berfungsi sebagai penanda suatu masa atau peristiwa bersejarah yang terjadi pada suatu tatanan masyarakat. Adapaun ciri-ciri bangunan Bersejarah menurut Tonapa, Rondonuwu, Tungka (2015) adalah memiliki arti dan fungsi khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan yang dapat menjadi cerminan kepribadian masyarakat.

Berdasarkan kajian yang telah

diuraikan, indikator pada

faktor sejarah yaitu: Nilai Tempat, dan Pengalaman.

2. Atribut Fisik Atribut fisik dari suatu tempat seperti arsitektur bangunan, simbol-simbol, artefak sejarah, maupun lanskap kawasan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung (Jenkins, & Pigram, 2006). Suatu tempat yang memiliki atribut fisik berbeda dari tempat lain menjadikan tempat tersebut memiliki nilai lebih sehingga menjadikan tempat tersebut menarik untuk dikunjungi. Bentuk fisik yang secara visual dapat menggambarkan fungsi ruang dari suatu tempat merupakan daya tarik bagi pengunjung, selain bentuk fisik atribut tersebut dapat pula berupa fasilitas yang mendukung pengunjung dalam melakukan beragam aktivitas pada tempat tersebut (Oktavia, & Mahendra, 2016). Pada ruang terbuka publik, atribut fisik pada ruang tersebut harus dapat menimbulkan rasa nyaman dan aman yang didapat dari adanya fasilitas fisik buatan, perasaan tenang yang didapat dari adanya elemen natural seperti pepohonan dan elemen air, memungkinkan tidak hanya dilakukan aktivitas langsung namun juga memungkinkan pengunjung untuk melakukan aktivitas pasif seperti berhenti bergerak untuk mengamati lingkungan, hingga dapat

Berdasarkan kajian yang telah

diuraikan, indikator pada faktor atribut fisik

yaitu : Bentuk Fisik, dan

Fasilitas.

(47)

Tabel 2.9 (lanjutan) No. Variabel

Penelitian

Landasan Teori Kajian Teori

menghasilkan pengalaman yang beragam bagi para pengunjung (Carmora et all, 2010). Kualitas ruang terbuka publik dapat dilihat dari dua aspek yaitu fungsi yang berkaitan dengan latar belakang masyarakat dan kegiatan yang dilakukan di ruang terbuka publik, serta bentuk fisik (Nasution, & Zahrah, 2014).

3. Sosial Budaya Budaya sebagai suatu perpaduan dari gagasan dan pikiran manusia yang terwujud melalui pandangan hidup, nilai-nilai dalam bersosialisasi dan berinteraksi, cara hidup, dan aktivitas (Rapoport, 2009). Budaya memiliki nilai-nilai yang senantiasa diwariskan, ditafsirkan dan dilaksanakan seiring dengan proses perubahan sosial kemasyarakatan. Joesoef (2004: 47) menyebutkan bahwa ketika manusia memberikan nilai budaya pada suatu monumen, hal ini menandakan bahwa manusia telah menganggap monumen tersebut sebagai sebuah saksi tentang perkembangan budaya serta aktivitas dan interaksi sosial, baik secara pribadi maupun kolektif. Pada sebuah ruang terbuka publik, selain bentuk fisik salah satu faktor penarik bagi masyarakat untuk berkunjung adalah adanya aktivitas khusus yang dapat dilakukan secara bersama-sama (Nasution, & Zahrah, 2011). Pada ruang terbuka di pusat kota terdapat aspek sosial budaya yang memiliki nilai sosial, nilai budaya, nilai ekonomi, nilai religius dan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan adanya nilai kesehatan dan olah raga, yang menjadi ciri utama ruang terbuka di pusat kota adalah ruang terbuka di pusat kota memiliki nilai politik (Delianur, 2000). Nilai sosial budaya pada sebuah ruang terbuka publik di pusat kota dapat dilihat dari terjadinya kegiatan sosial, interaksi antara pengunjung baik individu maupun kelompok, serta adanya interaksi antara pengunjung dengan lingkungan sekitar. Whyte (1989 : 17).

Berdasarkan kajian yang telah

diuraikan, indikator pada

faktor sosial budaya yaitu :

Interaksi, dan Aktivitas.

(48)

2.7 Penelitian Sejenis

Untuk melengkapi tinjauan pustaka, dikemukakan juga beberapa penelitian berupa tesis yaitu (Citra Lapangan Merdeka Medan Menurut Apresiasi Perempuan) dan (Perancangan Kawasan Lapangan Merdeka di Medan) yang terkait dengan topik kajian penelitian dalam tesis ini.

Tesis yang berjudul “Citra Lapangan Merdeka Medan Menurut Apresiasi Perempuan” ini disusun oleh Anna Lucy Rahmawati pada tahun 2010 sebagai syarat penyelesaian Program Magister Teknik Arsitektur pada Program Pasca sarjana Universitas Sumatera Utara. Tesis ini dilatarbelakangi oleh citra dan identitas Lapangan Merdeka Medan yang memiliki beberapa kriteria kualitas ruang terbuka di pusat kota, diantaranya dapat memenuhi kebutuhan perempuan baik dari segi fisik tempat maupun segi psikologis, dan menemukan penilaian serta apresiai perempuan terhadap citra Lapangan Merdeka Medan. Tesis Penelitian ini merumuskan dua permasalahan yaitu: (1) Bagaimana penilaian dan apresiasi perempuan terhadap Lapangan Merdeka Medan saat ini, (2) Berdasarkan penilaian dan apresiasi tersebut, bagaimana Citra Lapangan Merdeka saat ini. Adapun kajian teoritis yang dilakukan meliputi: (1) Citra Tempat, (2) Ruang Terbuka Publik, (3) Persepsi dan Apresiasi, serta, (4) Issue Gender Dalam Konteks Ruang Terbuka Publik. Dari hasil kajian teoritis diperoleh temuan sebagai berikut: (1) Citra ruang terbuka publik adalah hasil dua arah antara pengamat dan objek yang diamati dalam hal ini Lapangan Merdeka, (2) Citra suatu tempat dapat bervariasi tergantung penilaian pengamat.

Dalam penelitian ini juga dikemukakan bahwa perubahan fisik dan sosial dari ruang

(49)

publik berperan dalam pembentukan budaya masyarakat. Terdapat 3 aspek ruang publik yang esential yaitu: (1) Meaningful, (2) Responsive, dan (3) Democratic.

Selain itu kualitas ruang terbuka publik dari segi kegiatan juga terbagi atas: (1) Necessary activities, (2) Optional Activities, dan (3) Social Activities. Pada tesis ini menghasilkan penemuan yaitu : (1) Ditemukannya indikator keberhasilan suatu ruang tebuka publik di pusat kot yang ditemukan pada lapangan merdeka berupa : (a) Kehadiran pengunjung dari segala lapisan dan latar belakang, (b) Waktu operasional yang optimal, (c) Dapat memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat, dan (d) Terdapat kegiatan komersial, (2) Lapangan Merdeka memiliki citra cukup positif pada dimensi aktifitas, menurut apresiasi perempuan. Tesis ini memberi beberapa rekomendasi yang berguna untuk peningkatan kualitas Lapangan Merdeka Medan yaitu : (1) Ruang personal dan batas teritorial penting bagi perempuan, (2) Sistem pengelolaan yang terpadu dibutuhkan untuk menciptakan karakter dan identitas kawasan Lapangan Merdeka Medan sebagai aset kota, (3) Bentuk-bentuk pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan sangat dibutuhkan.

Tesis Desain yang disusun oleh Achmad Delianur Nasution pada tahun 2000 dan berjudul “Perancangan Kawasan Lapangan Merdeka di Medan” ini disusun sebagai syarat menyelesaikan Program Magister Teknik Arsitektur pada Program Pasca Sarjana ITB. Latar belakang tesis ini berdasarkan belum optimalnya keberadaan Lapangan Merdeka Medan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat kota terhadap ruang terbuka publik di pusat kota. Terdapat dua permasalahan sebagai dasar kajian pada tesis ini yaitu : (1) Bagaimana Lapangan Merdeka Medan sebagai

(50)

suatu ruang terbuka publik di pusat kota dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pemakainya, dan (2) Apakah yang menjadi tolok ukur suatu ruang terbuka publik dapat dikatakan telah memenuhi kebutuhan masyarakat pemakainya. Adapun kajian teoritis yang dilakukan pada tesis ini mencakup : (1) Pengertian ruang terbuka di pusat kota, (2) perkembangan kebutuhan masyarakat terhadap ruang terbuka publik, (3) unsur fisik ruang terbuka publik di pusat kota, serta melakukan studi banding pada objek Union Square - San Francisco dan Dataran Merdeka - Kuala Lumpur. Dari kajian teoritis didapat temuan sebagai berikut: (1) Kebutuhan masyarakat di ruang terbuka publik selalu berubah, (2) Ruang terbuka publik sering menjadi simbol kota, negara, kekuasaan, dan politik, (3) Aktifitas ekonomi didorong oleh berkumpulnya masyarakat pada suatu tempat, (4) Pendefinisian ruang terbuka publik dipusat kota ditandai dengan adanya : (a) Fasade bangunan yang menerus, (b) Pusat perhatian berupa monumen, patung, air mancur atau pohon, (c) Bangunan monumental berupa istana, balai kota, keraton, gereja atau mesjid. Analisis dan temuan dari tesis ini adalah ditemukannya masalah utama pada kawasan Lapangan Merdeka Medan yaitu kurang atau tidak adanya aktifitas publik yang berkesinambungan, hal ini disebabkan kurangnya generator aktifitas publik. Dengan pengembangan potensi bangunan, tanaman dan aktifitas, Lapangan Merdeka dapat digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya akan tempat untuk melakukan kediatan sosial-budaya, ekonomi dan politik. Tesis ini menghasilkan solusi berupa konsep dan strategi perancangan yang bertemakan: Ruang Terbuka Publik di Pusat Kota yang Memenuhi Kebutuhan Masyarakat, (Tabel 2.10).

(51)

Tabel 2.10 Penelitian Terdahulu No

.

Judul Penelitian

Latar Belakang

Permasalahan Kajian Teoritis

Rekomendasi 1. Citra

Lapangan Merdeka

Medan Menurut Apresiasi Perempuan.

(Anna Lucy Rahmawati,

2010)

Citra dan identitas Lapangan

Merdeka Medan yang

memiliki beberapa kriteria kualitas diantaranya

dapat memenuhi kebutuhan perempuan baik dari segi

fisik tempat maupun segi

psikologis, dan menemukan

penilaian serta apresiai

perempuan terhadap citra

Lapangan Merdeka

Medan.

Bagaimana penilaian dan

apresiasi perempuan

terhadap Lapangan Merdeka Medan

saat ini, Berdasarkan penilaian dan

apresiasi tersebut, bagaimana Citra

Lapangan Merdeka saat ini.

Citra Tempat, Ruang Terbuka

Publik, Persepsi dan

Apresiasi, serta, Issue Gender Dalam Konteks Ruang Terbuka

Publik.

Ruang personal dan batas teritorial penting bagi perempuan,

Sistem pengelolaan yang

terpadu dibutuhkan untuk

menciptakan karakter dan identitas kawasan

Lapangan Merdeka Medan sebagai aset kota,

Bentuk-bentuk pelibatan masyarakat dalam

proses perencanaan

sangat dibutuhkan

(52)

Tabel 2.10 (lanjutan) No

.

Judul Penelitian

Latar Belakang

Permasalahan Kajian Teoritis

Rekomendasi 2. Peran-

cangan Kawasan Lapangan Merdeka di

Medan (Achmad

Delianur Nasution,

2000)

Belum optimalnya keberadaan Lapangan

Merdeka Medan dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat kota terhadap ruang terbuka

publik di pusat kota.

Bagaimana Lapangan Merdeka Medan

sebagai suatu ruang terbuka publik di pusat

kota dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pemakai-nya.

Apakah yang menjadi tolok ukur suatu ruang

terbuka publik dapat dikatakan telah memenuhi

kebutuhan masyarakat pemakainya.

Pengertian ruang terbuka

di pusat kota, perkembangan

kebutuhan masyarakat

terhadap ruang terbuka

publik, unsur fisik ruang terbuka publik di pusat

kota, serta melakukan studi banding

pada objek Union Square -

San Francisco dan Dataran Merdeka Kuala

Lumpur.

Konsep dan strategi perancangan yang

bertemakan:

Ruang Terbuka Publik di Pusat

Kota yang Memenuhi Kebutuhan Masyarakat.

(53)
(54)
(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Dalam menganalisa persepsi masyarakat terhadap proses perubahan pemanfaatan ruang Lapangan Merdeka Medan, peneliti melakukan kajian terhadap perubahan fungsi dan bentuk fisik Lapangan Merdeka Medan dimulai pada saat periode Kolonial Belanda sampai dengan masa sekarang periode Pasca Reformasi.

Data yang didapat sebagai dasar kajian adalah bersumber dari hasil wawancara narasumber kunci, dan dihubungkan dengan data hasil observasi dan kuesioner responden. Proses perubahan yang diamati secara fisik diinterpretasi dan dianalisa berdasarkan teori perubahan suatu tempat dalam konteks area yang berperan sebagai cikal bakal berdirinya suatu kota, kemudian dijabarkan secara deskriptif kualitatif, yang mana bertujuan menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas tersebut kepermukaan (Bungin, 2009), yang kemudian dikaitkan dengan teori yang dikemukakan Carr (1992) bahwanya ruang terbuka memiliki beberapa kriteria yaitu Meaningful, Responsive, & Democratic.

(56)

3.2 Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan permasalahan yang diangkat pada penelitian ini, dihadapkan pada jumlah sampling lokasi yang ada di kota Medan terkait permasalahan yang ada, maka peneliti dalam menentukan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :

a. Lokasi penelitian harus mempunyai peranan penting sebagai cikal bakal berdirinya kota Medan.

b. Lokasi penelitian mempunyai identitas yang kuat di mata masyarakat kota Medan.

c. Lokasi penelitian mengalami proses perubahan pemanfaatan ruang yang berdampak pada persepsi masyarakat kota Medan.

3.3. Metode Penentuan Variabel

Berdasarkan permasalahan penelitian dan Landasan Teori yang akan dipakai peneliti untuk melakukan penelitian, maka peneliti menentukan 3 variabel penelitian yaitu 1) Sejarah, dengan Indikator Nilai Tempat dan Pengalaman, 2) Atribut Fisik, dengn Indikator Bentuk Fisik dan Fasilitas, serta 3) Sosial Budaya, dengan Indikator Interaksi dan Aktivitas. Indikator yang digunakan peneliti dalam penelitian ini merupakan simpulan dari indikator-indikator yang didapat melalui kajian literatur, (Tabel 3.1).

(57)

Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Penelitian

No. Variabel Indikator

1. Sejarah a. Nilai Tempat

b. Pengalaman

2. Atribut Fisik a. Bentuk Fisik b. Fasilitas

3. Sosial Budaya a. Interaksi b. Aktivitas

3.4. Metode Pengumpulan data

Dalam menyelesaikan penelitian ini, data yang digunakan peneliti terdiri dari data primer dan data sekunder dimana data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti berupa data kualitatif dan data kuantitafit. Data kualitatif yang dikumpulkan peneliti adalah berupa wawancara dengan narasumber kunci (W) yang bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan ruang pada Lapangan Merdeka perperiode, dan observasi lapangan untuk mendapatkan foto keadaan aktual Lapangan merdeka Medan (O), sedangkan data kuantitatif didapatkan melalui penyebaran kuesioner kepada 100 responden untuk mendapatkan data persepsi masyarakat terhadap keadaan aktual Lapangan Merdeka Medan (K). Data sekunder yang merupakan data-data pendukung dikumpulkan peneliti melalui kajian literatur, peta-peta lama dan foto-foto yang berkaitan dengan perubahan Lapangan Merdeka Medan per-periode dimulai dari periode kota Medan menjadi Gementee. Adapun yang dijadikan parameter pengumpulan data primer pada

Gambar

Tabel 3.2 Metode pengumpulan data primer
Gambar 3.1 Template Kuesioner Yang Disebarkan Kepada Responden Melalui  Google Form
Tabel 3.8 Skala Penilaian Persepsi Masyarakat
Gambar 4.1 Peta Kota Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena itu dalam pandangan „Alî H { arb, tidak ada bedanya antara teks al-Qur‟an atau hadis dengan teks-teks lain, karena sama-sama berbentuk bahasa yang disusun dalam realitas

Dengan alasan ini maka penulis ingin membagi pengetahuan tentang aplikasi penjualan obat yang menggunakan Microsoft Access 2000 yang memudahkan pengontrolan, pengerjaan dan

Furthermore, the meeting also sought the possibility of establishing a regional organisation with the modalities among others as follow: based on human rights

Direktur mempunyai tugas memimpin, mengendalikan dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam menyelenggarakan sebagian

Sesuai dengan masalah penelitian deskriptif correlation dengan pendekatan Cross Sectional dan tujuan penelitian ini guna menjelaskan penelitian dengan bermacam –

1) Diperlukan dukungan pemerintah (pemda atau pihak lain) untuk mempercepat keluarnya izin PIRT, sehingga produk bisa dijual di tempat yang bisa dikun- jungi

pertentangan. Mendahukan hal-hal yang bersifat primer dari hal-hal yang bersifat sekunder ataupun tersier. Hal ini telah dipraktekkan pada masa awal perkembangan

Rasa saling percaya bukan sesuatu hal yang sifatnya mandatori, dapat diharuskan atau dikomando, Ada jaringan pengikat rasa saling percaya, yang diawali dengan kedekatan dan