• Tidak ada hasil yang ditemukan

Available online at : Jurnal Kesehatan. ISSN (Print) ISSN (Online)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Available online at : Jurnal Kesehatan. ISSN (Print) ISSN (Online)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Available online at : http://ejurnal.stikesprimanusantara.ac.id/

Jurnal Kesehatan

| ISSN (Print) 2085-7098 | ISSN (Online) 2657-1366 |

DOI: http://dx.doi.org/10.35730/jk.v12i2.405 Jurnal Kesehatan is licensed under CC BY-SA 4.0

© Jurnal Kesehatan Artikel Penelitian

DURASI PENGGUNAAN GADGET TERHADAP INTERAKSI SOSIAL ANAK PRA SEKOLAH

Oryza Intan Suri

1

, Dewi Anggraini

2

, Wieke Fitriani

3

1 STIKes Ichsan Medical Centre Bintaro, Tanggerang, Indonesia

INFORMASI ARTIKEL A B S T R A K

Received: May 01, 2021 Revised: May 15, 2021 Accpeted: June 25, 2021 Available online: July 30, 2021

Latar Belakang Masalah: Pada era globalisasi gadget sangat mudah untuk dijumpai, gadget pada masa kini sangat disukai anak-anak. Sebab gadget saat ini telah berevolusi menjadi barang yang menarik serta penyajian aplikasi yang beragam ini tak ayal membuat anak sangat senang berlama-lama didepan gadget mereka. Penggunaan gadget secara berlebihan dan tidak tepat akan menjadikan seseorang bersikap tidak peduli pada lingkungannya baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan durasi penggunaan gadget terhadap interaksi sosial pada anak usia pra sekolah di RW 015 Kelurahan Sukabakti Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang.

Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian cross sectional teknik sampling yang digunakan yaitu quota sampling dengan 80 responden.

Hasil: Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah terdapat hubungan antara durasi penggunaan gadget terhadap interaksi sosial pada anak usia pra sekolah di RW 015 Kelurahan Sukabakti dengan hasil signifikasi 0,000 < 0,05.

Simpulan: Diharapkan orangtua agar membatasi pemberian gadget pada anak. Serta mengawasi anak dalam menggunakan gadget agar tidak berdampak negatif terutama penurunan dalam interaksi sosial anak.

Background: In the era of globalization, gadgets are very easy to find, in the present gadgets are very popular with children. Because gadgets now have evolved into interesting items and the presentation of a variety of applications, no doubt makes children very happy to linger in front of their gadgets.

Use of gadgets excessively and inappropriate will make someone indifferent to their environment, both in the family and society.

Purpose : This study aims to determine the relationship between the duration of use of gadgets and social interaction among preschool aged children in RW 015, Sukabakti, Curug District, Tangerang Regency.

Methods: This study used a quantitative approach with research methods, cross sectional the sampling technique used was quota sampling with 80 respondents.

Results: The results obtained from this study are: There is a relationship between the duration of use of gadgets on social interactions among pre-school aged children in RW 015, Sukabakti Village and the significance results 0.000 < 0.05.

Conclusion: For this reason, parents are expected to limit the provision of gadgets to children. As well as supervising children in using gadgets so as not to have a negative impact, especially a decrease in children's social interactions.

KATA KUNCI

Durasi Penggunaan Gadget; Interaksi Sosial;

Pra Sekolah

KORESPONDENSI Oryza Intan Suri

E-mail: surioryzaintan@gmail.com

PENDAHULUAN

Pada era globalisasi seperti ini, media banyak digunakan seseorang untuk melakukan sebuah interaksi sosial, khususnya untuk melakukan kontak sosial maupun berkomunikasi satu dengan lainnya tidaklah susah, hanya dengan menggunakan gadget seseorang dapat berinteraksi satu dengan yang lainnya (Effendi dalam Munisa, 2020) [5].

Tidak salah memang gadget pada masa kini sangat disukai anak-anak. Sebab gadget saat ini telah berevolusi menjadi barang yang menarik serta menggunakan teknologi touchscreen. Selain itu

gadget masa kini telah terisi dengan berbagai macam aplikasi seperti games sampai pelajaran. Lalu, penyajian setiap aplikasi yang beraneka ragam warna dan karakter. Penyajian aplikasi yang beragam ini tak ayal membuat seseorang sangat senang berlama- lama didepan gadget mereka. Penggunaan gadget secara berlebihan dan tidak tepat akan menjadikan seseorang bersikap tidak peduli pada lingkungannya baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. [5]

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten menyebutkan 70,60% warga Banten atau sekitar 8.615.422 jiwa memiliki telepon selular (handphone) selama kurun tiga bulan

(2)

terakhir pada 2017. Angka tersebut merujuk pada jumlah penduduk Banten pada 2016 yang mencapai 12.203.148 jiwa. Kota Tangerang Selatan menjadi wilayah yang penduduknya memiliki handphone terbanyak yakni mencapai 82,81%, disusul Kota Cilegon 78,66%, kemudian Kota Tangerang 78,20%, sebaliknya Lebak dan Pendeglang menjadi wilayah yang penduduknya memiliki sedikit handphone. 94,46% warga Banten mengakses internet dari handphone. BPS juga merilis tingkat aksesbilitas internet warga Banten yang mencapai 37,46% atau sekitar 4.571.299 jiwa, yang hampir seluruhnya yakni 94,46% mengakses internet melalui handphone, 23,20% dengan menggunakan laptop/notebook, dan 17,10% yang menggunakan PC/desktop. Dari jumlah pengguna internet 80,45% dipergunakan hanya untuk aktivitas media sosial, 66,90% untuk mencari informasi atau berita, 23,39% untuk mengirim atau menerima email[2].

Dalam penelitian baru yang dirilis badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO), lama waktu menatap layar bagi balita tidak boleh lebih dari 1 jam. Alasannya, anak usia balita harus lebih banyak bergerak dan beraktivitas untuk perkembangan fisik dan motoriknya. Apabila anak lebih banyak menonton tayangan video melalui gadget, maka ia tidak akan banyak bergerak dan cenderung berada diposisi yang sama lebih lama. Menurut WHO kebiasaan ini akan menyebabkan kurang tidur dan kurangnya aktivitas fisik. WHO membagi lama durasi menatap layar gadget menjadi tiga kategori usia anak. Pertama, untuk bayi dibawah usia 1 tahun, disarankan untuk tidak menatap layar sama sekali. Bayi dalam usia ini harus lebih banyak aktif bermain dilantai. Kedua, bayi usia 1 tahun masih tidak direkomendasikan untuk menonton layar gadget. WHO menyarankan anak berumur 2 tahun baru boleh menatap layar gadget tapi itupun harus kurang dari 1 jam. Ketiga, anak usia 3-4 tahun yang juga tidak boleh menonton layar gadget lebih dari 1 jam. Sama seperti usia 1-2 tahun, anak usia 3-4 tahun masih perlu memperbanyak aktivitas fisik sehari-hari [15].

ASHA (American Speech- Language- Hearing Association) mengklasifikasikan durasi maksimal penggunaan gadget berdasarkan kelompok usia. Yang pertama anak balita berusia 0 – 2 tahun tidak diperbolehkan menggunakan gadget kecuali untuk video call. Itupun harus dalam pengawasan dan tetap harus dibatasi. Kemudian yang kedua untuk balita berusia dua hingga tiga tahun hanya diperbolehkan menggunakan gadget selama maksimum setengah jam per hari. Dan untuk balita usia 3-4 tahun silakan beri batasan memakai gadget selama 1 jam per hari.

Terakhir, balita berusia 4 – 5 harus dibatasi penggunaan gadgetnya hanya 60-90 menit per harinya [4].

Sedangkan menurut Asosiasi Dokter Anak Amerika dan Canada, anak usia 0-2 tahun alangkah lebih baik apabila tidak terpapar oleh gadget, sedangkan anak usia 3-5 tahun diberikan

batasan durasi bermain gadget sekitar 1 jam per hari, dan 2 jam per hari untuk anak usia 6-18 tahun. Akan tetapi, faktanya di Indonesia masih banyak anak-anak yang menggunakan gadget 4–5 kali lebih banyak dari jumlah yang direkomendasikan [8]. Pemakaian gadget yang terlalu lama dapat berdampak bagi kesehatan anak, selain radiasinya yang berbahaya, penggunaan gadget yang terlalu lama dapat mempengaruhi tingkat agresif pada anak. Anak akan cenderung malas bergerak dan lebih memilih duduk atau terbaring sambil menikmati camilan yang nantinya dapat menyebabkan anak kegemukan atau berat badan bertambah secara berlebihan. Selain itu, anak menjadi tidak peka terhadap lingkungan di sekelilingnya.

Anak yang terlalu asyik dengan gadgetnya berakibat lupa untuk berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan orang sekitar maupun keluarga dan itu akan bedampak sangat buruk apabila dibiarkan secara terus menerus [5].

Dewasa ini sering sekali kita menemukan pemanfaatan gadget menjadi salah satu jalan pintas orang tua dalam pendamping sebagai pengasuh bagi anaknya. Dengan berbagai fitur dan aplikasi yag menarik mereka memanfaatkannya untuk menemani anak agar orang tua dapat menjalankan aktifitas dengan tenang, tanpa khawatir anaknya keluyuran, bermain kotor, berantakin rumah, yang akhirnya membuat rewel dan mengganggu aktifitas orang tua.

Anak dengan lihai dapat mengoperasikan gadget dan fokus pada game atau aplikasi lainnya [14]. Orang tua belakangan ini banyak yang beranggapan gadget mampu menjadi teman bermain yang aman dan mudah dalam pengawasan. Sehingga peran orang tua sekarang sudah tergantikan oleh gadget yang seharusnya menjadi teman bermain [9].

Perilaku anak dalam menggunakan gadget memiliki dampak positif maupun negatif. Dampak positif dari menggunakan gadget antara lain untuk mempermudah seorang anak dalam mengasah kreativitas dan kecerdasan anak. Penggunaan gadget juga memiliki dampak negatif yang cukup besar bagi anak dengan adanya kemudahan mengakses berbagai media informasi dan teknologi menyebabkan anak-anak menjadi malas untuk bergerak dan beraktivitas [13]. Mereka lebih memilih duduk dan menikmati dunia yang ada didalam gadget tersebut. Mereka lambat laun telah melupakan kesenangan bermain dengan teman-teman seumuran mereka maupun dengan anggota-anggota keluarganya. Selain itu, terlalu lama menghabiskan waktu didepan layar gadget membuat interaksi sosial anak juga mengalami gangguan [5].

METODE

Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini ditujukan untuk anak usia 4-6 tahun yang

(3)

tinggal di RW 015 Kelurahan Sukabakti Kabupaten Tangerang.

Studi pendahuluan telah dilakukan pada bulan Agustus 2020, penelitian Telah dilaksanakan pada bulan November 2020 di RW 015 Kelurahan Sukabakti Kabupaten Tangerang. Populasi anak usia 4-6 tahun yang tinggal di RW 015 Kelurahan Sukabakti Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang yaitu berjumlah 101 anak.

jumlah sampel secara keseluruhan pada penelitian ini adalah 80 sampel. Peneliti menggunakan metode quota sampling yaitu dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah. Kriteria pemilihan sampel terdiri dari kriteria penerimaan (Inklusi) dan penolakan (eksklusi), kriteria penerimaan (inklusi): (1) Orangtua yang memiliki anak usia 4-6 tahun yang sehat jasmani dan rohani. (2) Orangtua yang memiliki anak yang menggunakan gadget. (3) Orangtua yang dapat membaca dan menulis untuk keperluan kuesioner.

Kriteria penolakan (eksklusi): (1) Orangtua yang tidak hadir atau tidak ada saat penelitian (2) Orangtua yang tidak bersedia menjadi responden.

Proses penelitian ini diawali dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara dengan responden dan disajikan secara deskriptif, sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan cara observasi lapangan dan telaah dokumen, kebijakan, panduan dan peraturan terkait dengan penelitian. Kedua data diperlukan untuk tujuan triangulasi sumber untuk memperkuat hasil data yang diperoleh. Setelah data terkumpul dilakukan pengcodingan untuk mempermudah proses pengolahan data. Data yang terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dan dianalisis terhadap data primer dan data sekunder. Diharapkan dengan data ini didapatkan hasil yang objektif dan saling mendukung.

HASIL DAN PEMBAHASAN DURASI PENGGUNAAN GADGET

Hasil analisis menunjukan bahwa 47 dari 80 anak yang bermain gadget dengan penggunaan durasi tinggi, terdapat 41 anak dari 47 anak yang memiliki interaksi sosial yang buruk dan 6 anak memiliki interaksi sosial baik. Selain itu terdapat 33 anak yang bermain gadget dengan penggunaan durasi rendah, 29 anak diantaranya memiliki interaksi sosial yang baik dan 4 anak memiliki interaksi sosial yang buruk. Setelah dilakukan penghitungan statistik dengan uji chi square, didapatkan hasil p value sebesar 0,000 maka p value < 0,05 dapat diambil kesimpulan Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada hubungan durasi penggunaan gadget terhadap interaksi sosial pada anak usia pra sekolah di RW 015 Kelurahan Sukabakti.

Hasil Penelitian yang dilakukan kepada 80 orang responden menunjukan bahwa sebagian besar anak usia pra sekolah di RW 015 Kelurahan Sukabakti Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang memiliki kebiasaan bermain gadget dengan rentang waktu lebih dari 2 jam atau dalam kategori tinggi dalam setiap harinya. Hal tersebut dapat dilihat dari presentasi hasil penelitian yang menunjukan bahwa sebanyak 58,8% atau 47 dari 80 orang responden mengatakan bahwa anak mereka memiliki kebiasaan menggunakan gadget lebih dari 2 jam atau dalam kategori tinggi dalam setiap harinya. Menurut peneliti sebelumnya, yang dilakukan oleh Munisa [1] mengatakan bahwa semakin tinggi penggunaan gadget maka akan mempengaruhi interaksi sosial, Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Novitasari dan Khotimah (2016) [5]

bahwa penggunaan gadget memberikan dampak terhadap interaksi sosial anak.

Pada era globalisasi ini keberadaan gadget semakin berkembang dan memberikan dampak yang positif maupun negatif bagi penggunanya. Baik pengguna dewasa ataupun anak-anak.

Menurut penelitian yang dilakukan [6] didapatkan hasil bahwa terdapat anak usia 2 sampai 4 tahun telah menghabiskan waktunya di depan layar selama 1 jam 58 menit perharinya dan anak usia 5 hingga 8 tahun menghabiskan waktu di depan layar selama 2 jam 21 menit setiap harinya. Official Jurnal of The American Academy of Pediatrics merekomendasikan durasi penggunaan gadget atau media berbasis layar untuk anak tidak lebih dari 1 sampai 2 jam per hari [6].

Banyak faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan anak tertarik untuk bermain gadget menurut [6] bahwa kebanyakan berawal dari bentuk penglihatan iklan yang terpapar, menampilkan fitur-fitur menarik, kecanggihan yang terdapat didalam gadget tersebut, lingkungan, budaya, faktor sosial dan faktor pribadi.

Sedangkan menurut [8] bahwa ada hubungan antara durasi penggunaan dengan interaksi sosial, kurangnya waktu orangtua untuk bercengkrama dan menemani anak bermain akan menyebabkan tingginya durasi penggunaan gadget dan kurangnya interaksi sosial anak. Berdasarkan penelitian hasil menunjukan bahwa ibu yang bekerja sebanyak 25 orang, jenis pekerjaan ibu yaitu wiraswasta 3 orang (3,75%), PNS 3 orang (3,75%) dan pekerja swasta sebanyak 19 orang (23,75%) dari keseluruhan responden jenis pekerjaan tersebut menyita waktu orangtua karena tidak sepenuhnya bisa menemani anak untuk bercengkrama dan berinteraksi bersama. Semakin sibuk pekerjaan orangtua maka akan semakin sedikit waktu untuk menemani dan mendidik anak. Faktor lingkungan anak juga sangat mempengaruhi [10] mengemukakan bahwa perkembangan interaksi sosial anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh orangtua, lingkungan dan teman sebaya. Menurut hasil penelitian, didapatkan bahwa hasil usia anak yang paling banyak

(4)

ditemukan pada data karakteristik responden di RW 015 Kelurahan Sukabakti adalah anak usia 6 tahun merupakan usia dimana perkembangan sosial anak sudah tampak jelas karena mereka sudah mulai aktif dengan teman-teman sebayanya.

Pada bagian hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa terdapat selisih jumlah yang sangat sedikit antara anak-anak yang sering menggunakan gadget dalam durasi tinggi dengan anak yang bermain gadget dalam batas durasi normal atau rendah. Hal ini dikarenakan 4 dari 10 orangtua sudah mengerti akan bahayanya penggunaan gadget yang terlalu lama pada anak, sehingga orang tua cenderung membatasi durasi penggunaan gadget agar tidak terlalu lama. Selain itu dari data karakteristik responden diperoleh hasil bahwa pekerjaan orangtua sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 55 orang (68,75%). Hal tersebut membuat waktu orangtua untuk menemani dan mengawasi anak semakin banyak, sehingga waktu anak untuk bermain gadget juga dapat lebih terkontrol atau terpantau.

INTERAKSI SOSIAL

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hasil interaksi sosial pada anak usia pra sekolah di RW 015 Kelurahan Sukabakti, sebagian besar interaksi sosial anak dengan kategori yang buruk sebanyak 45 dari 80 anak (56,2%). Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban kuesioner yang telah diisi oleh responden, sebagian besar reponden menyatakan setuju bahwa semenjak mengenal gadget anak lebih suka main sendiri dirumah, anak mereka akan marah dan menangis apabila tidak diizinkan bermain gadget, anak akan marah apabila diganggu ketika bermain gadget, anak akan marah apabila gadget yang dimainkannya diminta oleh orangtuanya meskipun dengan alasan dan penjelasan yang baik dari orangtua, mereka juga setuju dengan pernyataan bahwa anak selalu ingin terlihat pandai dalam hal bermain gadget dibandingkan teman-temannya, anak juga pernah berselisih dengan keluarga, teman atau saudara seusianya karena berebut gadget.

Pada anak usia dini interaksi sosial memanglah sangat dibutuhkan karena anak nantinya akan diajarkan bagaimana hidup bermasyarakat, lalu anak juga akan diajarkan berbagai peran yang nantinya akan menjadi identifikasi dirinya, selain itu pula saat melakukan interaksi sosial anak akan memperoleh berbagai informasi yang ada disekitarnya. Anak-anak mulai beradaptasi dengan teman sebaya dan lingkungannya untuk mencapai perkembangan sosial yang optimal [10].

Idealnya, anak usia dini yang berada pada masa prasekolah memerlukan kemampuan interaksi sosial yang baik agar dapat menyesuaikan diri dan mengembangkan diri secara optimal. Pada kenyataannya, tidak semua anak mampu berinteraksi sosial dengan baik, karena setiap anak memiliki kesiapan fisik dan mental yang

beragam untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga ada kalanya anak-anak memiliki hambatan selama proses pengembangan diri pada masa prasekolah. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anak bagaimana menerapkan norma- norma ini dalam kehidupan sehari-hari [11].

Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan interaksi sosial anak, salah satunya yaitu pola asuh dan bimbingan dari orangtua. [11] mengatakan bahwa pola asuh orangtua dan penggunaan gadget secara bersama-sama berperan terhadap interaksi sosial anak pra sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh [12]

dalam penelitiannya yang mengatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara pendidikan orangtua terhadap pola asuh. Hal tersebut juga didukung oleh [8] yang memaparkan bahwa orangtua yang memiliki pendidikan tinggi akan membantu terbentuknya pola asuh yang semestinya. Didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan [3] menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, resiko perkembangan interaksi sosial anak akan semakin rendah. Orangtua dengan latar belakang tingkat pendidikan tinggi mempunyai pemikiran yang terbuka dan dapat menerima informasi yang baru serta menyaring informasi.

Sehingga dapat memilih hal-hal yang terbaik untuk anaknya dan tidak mengganggu perkembangan interaksi sosial anak. Pada penelitian ini diperoleh data karakteristik bahwa sebagian besar responden yang merupakan orangtua dari anak usia pra sekolah di RW 015 Kelurahan Sukabakti memiliki riwayat pendidikan akhir lulusan SMA/SMK sebanyak 37,5%. Hal tersebut mengakibatkan hampir setengah orangtua memiliki pekerjaan sebagai swasta sehingga tidak seutuh waktunya bisa memantau perkembangan interaksi sosial anaknya.

HUBUNGAN DURASI PENGGUNAAN GADGET TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RW 015

Analisa data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji chi square pada tabel 2x2 dengan tingkat kesalahan (alpa) 5%

atau 0,5. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan hasil chi square (p=0,000) yang berati p value < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada hubungan durasi penggunaan gadget terhadap interaksi sosial pada anak usia pra sekolah di RW 015 Kelurahan Sukabakti.

Hasil penelitian ini sesuai dengan peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh [1] mengenai pengaruh penggunaan gadget terhadap interaksi sosial anak di TK Panca Budi Medan. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa semakin tinggi penggunaan gadget maka akan semakin rendah interaksi sosial anak [13]. Hasil penelitian tersebut

(5)

dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi atau semakin lama penggunaan gadget, maka akan semakin rendah atau buruk pula hubungan interaksi sosial anak. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Pada anak usia dini interaksi sosial memanglah sangat dibutuhkan karena anak nantinya akan diajarkan bagaimana hidup bermasyarakat, lalu anak juga akan diajarkan berbagai peran yang nantinya akan menjadi identifikasi dirinya, selain itu pula saat melakukan interaksi sosial anak akan memperoleh berbagai informasi yang ada disekitarnya.

Anak-anak mulai beradaptasi dengan teman sebaya dan lingkungannya untuk mencapai perkembangan sosial yang optimal.

Idealnya, anak yang berada pada masa prasekolah memerlukan kemampuan interaksi sosial yang baik agar dapat menyesuaikan diri dan mengembangkan diri secara optimal [11].

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar anak yang mengalami interaksi sosial yang buruk adalah anak yang memiliki kebiasaan bermain gadget lebih dari 2 jam dalam setiap harinya, yaitu sebanyak 47 anak (58,8%). Hal tersebut dikarenakan pemakaian gadget yang terlalu lama dapat berdampak bagi kesehatan anak. Selain terpapar radiasi yang berbahaya, penggunaan gadget yang terlalu lama dapat mempengaruhi tingkat agresif pada anak. Selain itu juga anak menjadi tidak peka terhadap lingkugan disekitarnya. Anak yang terlalu asik dengan gadgetnya cenderung akan malas bergerak dan lebih memilih duduk atau berbaring bahkan lupa untuk berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan orang sekitar maupun keluarga, itu akan berdampak buruk bagi perkembangan interaksi sosial anak apabila dibiarkan terus menerus.

Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa 7 dari 40 anak yang sering bermain gadget memiliki interaksi sosial yang baik. Hal tersebut dikarenakan perkembangan interaksi sosial dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya dari stimulasi penggunaan gadget saja. [4] mengemukakan bahwa perkembangan sosial anak sangat tergantung pada individu anak, peran orang tua, serta lingkungan yang ada di sekitar anak. Masing-masing orang tua memiliki cara tersendiri dalam mendidik dan membimbing anak. Selain pengalaman yang dimiliki, faktor lain yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan cara mendidik anak adalah pendidikan terakhir. Pendidikan akhir orang tua akan mempengaruhi bagaimana cara seseorang dalam memberikan bimbingan dan pengajaran pada anak. Pada penelitian ini, terdapat 11,2% orang tua yang berpendidikan akhir SD, 20% yang berpendidikan akhir SMP, 37,5% yang berpendidikan akhir SMA dan sisanya 31,2% memiliki pendidikan akhir perguruan tinggi.

Berkaitan dengan hubungan durasi penggunaan gadget terhadap interaksi sosial anak pada usia pra sekolah ternyata

memberikan dampak negatif bagi interaksi sosial anak. Seringnya anak berinteraksi dengan gadget mempengaruhi interaksi sosial yang mana anak perlahan akan melupakan kesenangan bermain dengan teman-teman seumuran mereka maupun dengan anggota keluarganya. Gadget juga membuat anak kurang peka bahkan cenderung tidak peduli dengan lingkungannya. Terlalu lama menghabiskan wantu didepan layar gadget membuat interaksi sosial mengalami gangguan bahkan bisa membuat anak berkembang ke arah pribadi yang anti sosial [14].

Penting untuk memahami dampak dari penggunaan teknologi pada perkembangan otak dan tubuh anak di abad ke-21 dengan panduan kebijakan penggunaan yang aman dan efektif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa penggunaan gadget pada anak usia 2-7 tahun memerlukan aturan dan pendampingan oleh orang tua agar anak terhindar dari dampak negatif gadget dan tentunya orang tua perlu memiliki pengetahuan mengenai dampak positif dan negatif gadget serta cara dan waktu yang tepat memberikan anak kepada akses gadget [9].

SIMPULAN

Hasil uji statistik diperoleh hasil signifikasi 0,000 < 0,05.

maka dapat disimpulkan dari hasil yang diperoleh penelitian terdapat hubungan antara durasi penggunaan gadget terhadap interaksi sosial pada anak usia pra sekolah di RW 015 Kelurahan Sukabakti Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang. Dari hasil penelitian ini diharapkan orangtua agar membatasi pemberian gadget pada anak. Serta mengawasi anak dalam menggunakan gadget agar tidak berdampak negatif terutama penurunan dalam interaksi sosial anak. Dan untuk peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat memberikan acuan bagi peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan untuk untuk dilakukan penelitian mengenai faktor yang terkait penggunaan gadget pada anak pra sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Al-Ayuby, M. H. (2017). Dampak Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Dini. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

[2] Agustin, Ririn P. (2019). Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Perkembangan Emosional Pada Anak Usia Preschool. Surabaya: STIKes Hang Tuah Surabaya [3] Ariani, & Yosoprawoto, M. (2012). Usia Anak dan

Pendidikan Ibu sebagai Faktor Risiko Gangguan Perkembangan Anak. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 27 (2) Agustus. ISSN: 2338-0772.

[4] Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. (2017). Statistik Kepemilikan Telepon Seluler.

(6)

[5] Indian S (2018). Pengawasan Orang Tua Terhadap Dampak Penggunaan Gadget Pada Anak. Jurnal Kajian Ilmiah Prolemba Kesehatan Vol.3 No.3.

[6] Kharmina N. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Orientasi Pola Asuh Anak Usia Dini.

Semarang; 2011.

[7] Mayar F. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Sebagai Bibit Untuk Masa Depan Bangsa. Jurnal Al-Ta'lim. 1. (6).

h:459-464. Padang; 2013.

[8] Munisa. (2020). Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Interaksi Sosial Anak Usia Dini Di TK Panca Budi Medan. Jurnal ISSN: 1979-5408

[9] Novitasari, Wahyu. (2016). Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 Tahun.

Jurnal PAUD Teratai. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016, 182-186

[10] Sahriana, Nanang & Yuli Kurniawati Sugiyo Pranoto.

2018. Perception of Preschoolers (3-7 years) on Usage

of YouTube in Semarang. Prociding 4th International Conference on Early Childhood Education. Semarang Early Childhood Research and Education Talks (SECRET), 27-33.

[11] Rideout V. Zero to eight: Electronic Media Inthe Lives Of Infants, Toddlers And Preschoolers. Common Sense Media Research Study; 2013. School of parenting.

(2019).

[12] Sujanti, (2018). Hubungan Lama Dan Frekuensi Penggunaan Gadget Dengan Perkembangan Sosial Pra Sekolah di TK Islam Al Irsyad 01 Cilacap.

[13] Ria, (2020). Penggunaan Gadget pada Anak Usia Dini;

Tantangan Baru Orang Tua Milenial. Jurnal Obsesi ISSN; 2549-8989

[14] Viandarid, Kadek. & Susilawati, Kadek. (2019). Peran Pola Asuh Orangtua Dan Penggunaan Gadget Terhadap Interaksi Sosial Anak Prasekolah. Jurnal Psikologi Udayana e-ISSN: 2654 4024

[15] World Health Organitation (WHO). (2019). Batas Penggunaan Gadget Oleh Balita Maksimal 1 Jam.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar optimum abu dasar yang dapat digunakan sebagai bahan pengganti agregat halus pada pencampuran beton

Satu-satunya obat yang disetujui Badan obat dan makanan (FDA) Amerika Serikat untuk pengobatan pneumonia virus pada orang dewasa adalah inhibitor neuraminidase

Penelitian yang dilakukan oleh [6] yang menggunakan antikoagulan UFH, enoxaparin dan bivalirudin pada pasien yang akan menjalani PCI untuk mengamati outcome rumah

Pada tabel 3 menunjukan bahwa hasil penilitian bivariat menunjukan selisih rata-rata nyeri dismenorea sebelum dan sesudah diberikan coklat hitam jus wortel yaitu 2.8 dengan

3.9 Perbandingan Hasil Sifat Briket Arang Kualitas briket arang yang memenuhi SNI 01-6235-2000 adalah nilai kalor serta kerapatan, kadar karbon terikat dan keteguhan

Wanita dengan pernikahan yang tidak diinginkan, maka tidak memiliki bijaksana atau kurang memiliki prinsip dalam menjalankan rumah tangganya sehingga menyumbang

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendistribusian kapsul vitamin A sebelum adanya pandemi covid- 19 di Kota Pekanbaru berjalan dengan baik walaupun

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dari beberapa informan, dan observasi tentang faktor-faktor penyebab kedisiplinan dan ketidakdisiplinan PNS terhadap absensi