• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mematikan yang lebih dikenal dengan nama Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mematikan yang lebih dikenal dengan nama Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) di"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di penghujung tahun 2019, lebih tepatnya di akhir Agustus, muncul virus mematikan yang lebih dikenal dengan nama Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) di Wuhan China. Covid-19 adalah virus yang belum ditemukan obatnya, atau penangkalnya. Jika penyebaran sangat cepat, maka dapat menyebabkan perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat, dan juga dapat memperngaruhi hukum yang berlaku di masyarakat itu sendiri. Contoh masalah yang muncul selama pandemic Covid-19 adalah PHK besar-besaran, yang meningkatkan kemiskinan dan pengangguran, serta berujung pada meningkatnya kriminalitas.

Bahkan sejumlah korban masyarakat biasa dan tenaga medis akibat COV2 atau virus SARS yang dikenal dengan Covid19. Cicero berkata : “Salus populi sprema lex esto”, keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi negara, pemerintah melakukan ini dan tidak tinggal diam, menurut kementrian keuangan, telah di gelontorkan Rp 405,1 triliun untuk memerangi wabah (kemenkeu, 2020), dan tentunya dana darurat untuk penanganan Covid19. Covid19 adalah singkatan dari Corona (CO), Virus (VI), dan Disease (D, Disease) yang ditemukan pada tahun 2019.1

Dalam undang-undang Kesehatan dan Karantina Nomor 6 Tahun 2018, khususnya psl 93, telah mengatur tentang palanggaran pambatasan sosial berskala besar selain psl 218 KUHP pemerintah kemudian mengeluarkan PP No 21 Thn 2020 Ttg Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), oleh karena itu, setelah keputusan pemerintah resmi di undangkan, polisi mengambil tindakan tegas untuk menegakan

1 Erwin Ubwarin & Patrick Corputty, “ PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM KEADAAN DARURAT BENCANA COVID-19, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 9 Nomor 1 Juni 2020, hal 1, Tersedia di https://ejournal.uniska-kediri.ac.id di akes pada tanggal 2 april 2021, pukul 13.22

(2)

2 hukum terhadap pelanggar sesuai dengan perintah presiden. Dalam keterangan Kapolri pada 2 Maret 2020 terkait kepatuhan terhadap imbauan pemerintah untuk memerangi penyebaran virus corona, polisi mengambil langkah untuk memastikan keselamatan mereka yang tidak hadir dalam seruan PSBB tersebut, meski sebagian besar dari mereka melakukanya kemudian dilepaskan namun tentu saja, jika ketegasan ini dipertahankan, banyak orang yang melanggar hukum akan menjadi tawanan, kemudian diadili dan dipenjarakan, untuk kepentingan masyarakat. 2

Dengan situasi terakhir, Indonesia harus hati-hati terhadap Covid-19, bahkan apabila salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah adalah menyetujui PP No 21 Thn 2020 dan mempercepat respons terhadap Covid-19 terkait pembatasan Sosial Berskala Besar.3

Pemerintah menegaskan pada konsiderans PP No 21 Thn 2020 bahwa dalam menghadapi penyebaran Covid-19 telah ditetapkan kebijakan pemabatasn sosial secara ekstensif, jumlah kasus dan/atau jumlah kematian dan/atau penyebaran. Dalam situasi tertentu (kedaruratan kesehatan masyarakat) di semua wilayah dan semua negara, oleh karena itu perlu dilakukan tindakan tanggap tentang PSBB4

Akan tetapi permasalahan yang di risaukan oleh masyarakat adalah penerepannya, walaupun peraturan ini sudah disahkan oleh pemerintah masih banyak masyarakat yang tetap tidak mengikuti peraturan tersebut contoh dalam psl 4 (1) PP No 21 Thn 2020 mengatur Pembatasan Sosial Berskala Besar paling sedikt meliputi :

2 Nur Rohim Yunus, “Kebijakan Covid-19, Bebaskan Narapidana dan Pidanakan Pelanggar PSBB”, Jurnal ADALAH, VOL 4, No 1 (2020): Coronavirus Covid-19, Hal 4 – 5, Tersedia di http://jurnal.uinjkt.ac.id/index.php/adalah/article/view/15262/7096 di akses pada tanggal 2 April 2021 Pukul 13.46

3 PP No 21 Thn 2020 Ttg Percepatan Covid-19

4 Prianter Jaya Hairi, “IMPLIKASI HUKUM PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR TERKAIT PENCEGAHAN COVID-19”, KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS, Vol. XII, No.7/l/Puslit/April/2020, Hal 3, tersedia di http://berkas.dpr.go/puslit/files/info%20singkat-Xll-7-l-P3DI-April- 2020-240.pdf di akses pada tanggal 17 maret 2021, pukul 13.53

(3)

3 c. batasi aktivistas di tempat atau fasilitas umum5. Pada kenyataanya pembatasan ini hanya sebatas aturan yanng tertulis saja masih banyak kegiatan di fasilitas umum oleh masyarakat.

Selain itu ada langkah – langkah yang lain yang di gunakan oleh pemerintah dengan mengunakan pasal 212 KUHP yang dimana jika terdapa rakyat yang membandel, nir mengindahkan perintah personel yang bertugas, maka akan bakal di proses hukum dalam psl 212 kitab undang-undang hukum pidana yang menjelaskan,

“Barang siapa dengan kekerasan melawan seorang pejabat yang sedang menjalankan tugas yang sah, atau orang yang menurut kewajian undang-undang atau atas permintaan pejabat memberi pertolongan kepadanya, diancam kareana melawan pejabat dengan pidana penjar paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empak ribu lima ratus rupiah”

Serta di tambahkan psl 216 ayat (1) yang menjelaskan,

“Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa.dengan sengaja mencegah, menghalang- halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan undang- undang yang dilakukan oleh salah seorang pejabat tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah “

dan psl 218 kitab undang-undang hukum pidana yang mejelaskan,

“Barang siapa pada waktu rakyat datang berkerumun dengan sengaja tidak segera pergi setelah diperintah tiga kali oleh atau atas nama penguasa yang berwenang, diancam karena ikut serta perkelompokan dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah”

Satjipto Raharjo beropini bahwa penegakan aturan itu bukan adalah suatu tindakan yang jelas, yaitu menerapkan suatu tindakan yang jelas yaitu menerapkan

5 Psl 4 ayat (1) huruf C PP No 21 Thn 2020 Ttg Percepatan Covid-19

(4)

4 aturan terhadap suatu kejadian, yang bisa dapat diibaratkan menarik garis lurus antara 2 titik6

Mengingat Kompleksnya fungsi kepolisian di masa pandemic Covid-19, Psl 13 UU No 2 Thn 2002 Ttg Kepolisian Negara Republik Indonesia mengatur bahwa tugas pokok Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melaksanakan, melindungi, dan untuk melindungi masyarakat dan untuk melayani masyarakat. Terkait hal itu, di masa pandemic Covid-19, Kapolri mengirimkan beberapa telegram untuk menegaskan kembali tugas pokok Polri, antara lain :

1. Surat No ST/1098/Lv/HUK. 1/2020 Tentang Pembatasan Potensi Kejahatan (PSBB) dalam berbagai kendala sosial, memberikan pedoman bagi aparat penegak hukum untuk melakukan tindakan hukum.

2. Surat No ST/1101/lV.HUK Tentang menetapkan kemungkinan dalam masa penerapan melaksanakan PSBB.

Menurut beberapa telegram Kapolri, setidaknya Polri memilki dua peran penting di masa pandemic Covid-19, Pertama Polri memainkan peran kunci dalam menerapkan prosedur kesehatan terkait penyebaran penyakit, kedua dari sisi penegakan hukum, pori dapat memainkan peran kunci dalam mencegah dan membrantas kejahatan tertentu selama pandemi.7

Sedangkan saat menegakan aturan terdapat 3 unsur yang selalu aturan, kemanfaatan, & keadilan. Dalam menegakan aturan kompromi antara ketiga unsur tersebut , ketiga unsur tersebut itu wajib menerima perhatian secara proporsional

6 Satjipto Raharjo, 2002, Sosiologi Hukum : Perkembangan Metode Dan Pilihan Masalah, Sinar Grafik, Yogyakarta, hal.190

7 Budhi Suria Wardhana, “ Kompleksitas Tugas Kepolisian pada Masa Pandemi Covid-19 “ Jurnal Ilmu Kepolisian, Volume 14/ Nomor 2/ Agustus 2020, hal 85 86, Tersedia di http://main.jurnalptik.id/indek.php/JIK/article/view.252, di akse pada tanggal 17 Maret 2021, Pukul 17.53

(5)

5 seimbang, namun pada prakteknya nir selalu gampang mengusahakan kompromi secara proporsional seimbang antara ketiga unsur tersebut.8

Memang benar orang tersebut harus menjalankan tugasnya secara profesional agar tidak terjadi kesalahan yang menghambat proses penuntutan. Profesionalisme aparat penegak penegakan hukum sepenuhnya tercemin dalam proses penegakan hukum, karena kesalahan kecil dari aparat penegak hukum, karena kesalahan kecil dari aparat penegak hukum yang tidak professional, proses penegakan hukum berjalan lancer dan tanpa hambatan. 9

Ambil contoh kejadian di Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara pada 27 Maret 2013 lalu. Pukul 20.00 WIB, Polsek Dolok Pardameya menangkap seorang pengedar togel illegal di kawasan Dusun Rajanihut Nagar Buttu Bayu Paneraj. Penduduk setempat di tangkap oleh polisi karena dicurugaui melakukan jual beli pedagang, dan mereka melawan dengan melakukan tindak penganiayaan terhadap petugas yang berakibat kematian salah satu polisi.10.

Disini merupakan salah satu contoh perlawanan yang di lakukan oleh masyarakat sebelum pandemi Covid – 19 melanda Indonesia ya itu dengan melakukan penganiyaaan, sedangkan saat ini selama pandemi Covid-19 permasalahan hukum muncul, yang mana masalah tersebut adalah perlawanan terhadap penegak hukum yang memberikan perintah atau himbauwan terhadap masyarakat untuk tidak berkumpul di suatu tempat di tengah pandemi Covid – 19 ini.

8 Sudikno Mertokusumo, Mengenai Hukum, Libery Yogyakarta, 2005, hlm 160

9 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Pt. Raja Garfindo Pers Jakarta, 2008, hlm 12

10 Prima Rianto Hutagaol, “PENEGAKAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA MELAWAN APARAT YANG SEDANG BERTUGAS OLEH KEPOLISIAN RESORT SIMALUNGGUN” Jurnal Inline Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Hukum, Vol lll Nomor 2, Oktober 2016, hal 2, Tersedia di https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFHUKUM/article/view/16649/16074, di akses pada tanggal 2 Agustus 2021 Pukul 21.51

(6)

6 Bahkan pemerintah telah mengeluarkan surat keputusan untuk melaksanakan kesepakatan kesehatan Covid-19. Jendral Idham Azis baru saja merilis telegram tenatang penerapan protokol kesehatan Covid-19. Telegram ST / 3220 / Xl / KES ./2020 tanggal 16 November 2020 ditandatangani oleh kabareskrim Comien Listyo Sigit Prabowo, Salah satu perintah yang dikeluarkan oleh kembes Polri Idham Aziz dalam suarat tersebut adalah agar polisi menegakkan hukum tanpa pandang bulu, menindak perjanjian kesehatan yang melanggar keselamatan publik, dan menetapkan ketika mereka mencoba untuk menyangkal, tidak mematuhi, atau upaya lain untuk menyebabkan publik gangguan dan mengganggu ketertiban , dan kemudian tindakan penegakan hukum yang ketat diambil terhadap semua orang.11

Dalam menekan angka Covid – 19 negara mengambil peranan penting untuk menjaga dan menjamin kesehatan serta keselamatan masyarakat oleh kareana itu negara mengeluarkan kebijakan – kebijikaan untuk menekan angka penyebaran Covid – 19 yang harus di taati masyarakat. Namun dalam implementasi penerapan kebijakan tersebut terdapat tidak terintegrasinya masyarakat dan negera dalam menjalankan protokol kesehatan, bukan hanya pelanggarn yang di lakukan oleh masyarakat tetapi masuk kedalam klasifikasi perlawanan terhadap petugas khususnya di wilayah kota Batu.

Berdasarkan apa yang sudah diuraikan latar belakang, maka penulis akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan judul “ BENTUK PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA MELAWAN APARAT YANG SEDANG BERTUGAS DALAM PENANGGULANGAN PANDEMI COVID – 19 ”

11 Kontan.co.id, “Ancaman Pidana Bagi Mereka Yang Melanggar Protokol Kesehatan Covid-19”

(https://nasional.kontan.co.id/news/ancaman-pidana-bagi-mereka-yang-melanggar-protokol-kesehatancovid-19) diakses pada tanggal 14 Maret 2021 pukul 13.30.

(7)

7 B. RUMUSAN MASALAH

1. Bentuk Tindak Pidana Perlawanan Terhadap Aparat Penegak Hukum Dalam Upaya Penaggulangan Pandemi Covid – 19 Di Wilayah Kota Batu ?

2. Faktor – Faktor penyebab Tindak Pidana Melawan Aparat Yang Sedang Bertugas Dalam Upaya Penanggulangan Pandemi Covid – 19 Di Wilayah Kota Batu ? 3. Bentuk Upaya Tindakan Perlawanan Terhadap Aparat Penegak Hukum Dalam

Upaya Penanggulangan Covid – 19 Di Wilayah Kota Batu ?

C. TUJUAN PENULISAN

Sebagaimana rumusan masalah diatas, tujuan melakukan penelitian ini adalah:

1. Agar mengetahui tingkat kesadaran hukum masyarakat selama pandemi Covid – 19.

2. Untuk mengetahui penerapan pasal 212, 216 dan 218 KUHP di tengah pandemi Covid – 19.

3. Untuk mengetahui upaya penegakan hukum mengenai tindak pidana melawan petugas dalam menjalankan protokol kesehatan yang di lakukan oleh aparat penegak hukum guna menanggulangi Pandemi Covid – 19

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaatnya khususnya kepada penulis dan memperdalam ilmu hukum terutama di tengah pandemi Covid – 19

(8)

8 2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini di harapkan juga mampu bermanfaat bagi pemerintah kota batu sebagai pembuat dan dan pelasana kebijakan. Serta menjadi acuan dalam menjalankan kegiatan keseharian selama pandemic Covid-19

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan juga bermanfaat pula bagi masyarakat pada umumnya serta dapat memberikan manfaat dan informasi kepada masyarakat agar bisa menjalankan hukum yang tepat selama pandemi Covid – 19.

E. KEGUNAAN PENELITIAN 1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan dan menambah ilmu pengetahuan dibidang ilmu hukum terutama selama pandemi Covid – 19.

2. Bagi Masyarakat

Bagi Masyarakat dari penelitian ini di harapkan bisa lebih patuh terhadap aturan hukum di tengah pandemi Covid – 19 ini.

3. Bagi Pemerintah / Negara

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi tolak ukur untuk pemerintah agar bisa membuat aturan hukum yang tepat bagi masyarakat di tengah pandemi Covid – 19.

(9)

9 F. METODE PENULISAN

1. Jenis Penelitian

Tulisan ini menggunakan metode penelitian Hukum Empiris yang mana teknik empiris yaitu suatu metode penelitian atauran yang memakai keterangan – keterangan realitas yang diambil berdasarkan perilaku manusia baik berdasarkan wawancara yang konkret yang dilakukan melalui pengamatan langsung. Penelitian empiris juga dipakai untuk mengamati peninggalan fisik juga arsip. Guna mempelajari peneliti meneliti Bentuk Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Melawan Aparat Yang Sedang Bertugas Dalam Penanggulangan Pandemi Covid – 19 yang di lakukan oleh Kepolisian Resort Kota Batu, Metode ini di terapkan dengan cara melihat kondisi lapang yang ada di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota Batu yang di lakukan oleh Aparat Penegak Hukum wilayah Kota Batu, serta juga turut mewawancarai Aparat Penegak hukum mengenai permasalahan tindak pidana melawan petugas wilayah Kota Batu.

2. Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penulisan deskriptif dan juga akan menggunkan penelitian yuridis empiris, Tujuan penulisan deskripstif adalah untuk menyediakan dan menginterpretasikan data.

3. Jenis Data a) Data Primer

Data dalam penelitian ini adalah data mentah, dan data mentah dikumpulkan langsung di tempat melalui kuesioner atau wawancara

b) Data Sekunder

(10)

10 Data pada penelitian ini merupakan data sekunder yang mana data sekunder ini adalah bahan pustakan & perundang – undangan menjadi acuan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Studi dokumen dilakukan dengan meneliti kasus melawan petugas selama pandemic Covid-19 yang di miliki oleh Kepolisian Resort Kota Batu yang berada di wilayah kota batu.

b. Wawancara dilakukan peneliti kepada pelaksana kebijakan penegakan hukum bertempat di POLRES BATU, selain itu wawancara juga dilakukan pula kepada kantor Satpol PP kota batu. Narasumber dalam penelitian ini yaitu AKP Jeifson Sitorus, S.H., S.I.K., M.H selaku KASAT RESKRIM POLRES BATU dan IPTU Anton Hendry S,S.H selaku KAUR BINOPS POLRES BATU serta Ariek Dwi Utami selaku KASI OPERASI DAN PENGENDALIAN PADA BIDANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM KOTA BATU.

c. Studi Pustaka dipergunakan peneliti dengan mengumpulkan bahan atau refrensi berupa buku, peraturan perundangan dan penelitian terkait lainya.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis deksriptif kualitatif yang lakukan dengan menlaah data yang di peroleh oleh penelitian melalui teknik pengumpulan data. Kemudian data dianalisis secara kualaitatif dengan melihat fenomena yang terjadi dalam praktek serta dihubungan

(11)

11 dengan peraturan perundang-undangan. Yaitu psl 212 KUHP, 216 ayat (1) KUHP dan 218 KUHP, diharapkan mampu memberikan data yang konkrit dan jelas serta menunjukan efektifitas berlakunya hukum di masyarakat.

G. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Didalam bab I ini berisi tentang permasalahan dan isu hukum yang melatar belakangi pemilihan topic penelitian, selain itu juga berisi pengantar secara umum agar penulisan hukum lebih mudah dipahami maka akan diuraikan secara lebih jelas mulai dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kajian teori dan pandangan para ahli hukumn yang berkaitan dengan topic pembahasan penelitian. Tujuan penenulisan bab 2 ini adalah memberikan bangunan teori yang memperkuat dan digunakan sebaga analisi unntuk penulisan pembahasan dalab bab selanjutnya.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Merupakan hasil penelitian yang diperoleh peneliti yang kemudian disajikan dan dianalisis berdasarkan kajian teori yang telah dibahas sebelumnya. Hasil penelitian dan pembahasan meliputi bentuk penegakan dalam perlawan terhadap petugas selama pandemic Covid-19, Faktor penyebab melawan petugas, dan Upaya yang dilakukan petugas dalam tindakan melawan petugas.

(12)

12 Merupakan jawaban dari rumusan masalah yang di uraikan dai bab 1 sebelumnya.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab 4 ini akan membahas akhir dari penelitian hukum yang terdiri atas kesimpulan dan saran yang ditarik dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumya. Selain itu ditulis pula saran dan rekomendasi untuk mendukung hasil yang lebih baik lagi.

Referensi

Dokumen terkait

Sumber: Kajian Penulis, 2020.. Dapat dilihat dari beberapa media online di antaranya, seperti Detiknews dan Kompas.com yang menjadi media online pemberitaan dengan topik

Mewabahnya Covid-19 membuat masyarakat melakukan pencegahan agar tidak terinfeksi, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mencuci tangan menggunakan sabun

Guru meminta siswa menjelaskan alasan alat tubuh yang tersisa dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya evolusi.. Kegiatan Akhir (waktu:

Kedua stasiun tersebut juga akan menjadi bagian dari jaringan pedestrian bawah tanah kota Singapura yang merupakan sebuah rangkaian jalur lintas bawah tanah yang

Kriteria yang digunakan dalam pengujian ini adalah probability value (sig), apabila probability value dalam hasil pengujian lebih kecil dari 0,05, maka dapat

Terdapat 3 media komunikasi yang dapat digunakan untuk proses pengambilan data meter yaitu melalui komunikasi antara PC/Laptop dengan meter menggunakan media

Gerak nasti adalah gerak sebagian tubuh tumbuhan dan tidak dipengaruhi oleh arah datangnya rangsang.. Fotonasti, gerak nasti yang dipengaruhi

Berdasarkan hasil kajian diatas salah satu penyebab low back pain adalah posisi duduk yang kurang ergonomis seperti posisi duduk membungkuk dan tegak seperti