• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP – CAKAP PADA KELOMPOK B Upaya Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi Anak Melalui Metode Bercakap – Cakap Pada Kelompok B Di Ra Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011 / 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP – CAKAP PADA KELOMPOK B Upaya Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi Anak Melalui Metode Bercakap – Cakap Pada Kelompok B Di Ra Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011 / 2012"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP – CAKAP PADA KELOMPOK B

DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2011 / 2012

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Sarjana S- 1 Pendidikan Anak Usia Dini

DEWI RAHAYU A 520 080 087

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

UPAYA PENING

MELALUI METOD

NURUL HIKMAH

Tel

1. Dra. Darsinah, S

2. Drs. HaryonoY

3. Drs. Ilham Suna

F

PENGESAHAN

GKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIK

ODE BERCAKAP-CAKAP PADA KELOM

RINGINHARJO SRAGEN TAHUN AJAR

Diajukan Oleh

DEWI RAHAYU A520080087

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji

Pada Tanggal :

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

nah, SE, M.Si (

onoYuwono,SE (

Sunaryo, M.Pd (

Surakarta

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dekan

Drs. H. Sofyan Anif, M. Si NIK. 547

IKASI ANAK

MPOK B DI RA

JARAN 2011/2012

)

)

(3)

ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUIMETODE BERCAKAP-CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012

Dewi Rahayu, A520080087, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2012, 85halaman

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011/2012. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah siswa kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011/2012 sejumlah 20 anak. Data variabel kemampuan berkomunikasi dan data pelaksanaan bercakap-cakap. Data kemampuan berkomunikasi dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan catatan lapangan sedangkan data pelaksanaan bercakap-cakap dikumpulkan melalui observasi yang berupa

checklist. Data kemampuan berkomunikasi dianalisis menggunakan analisis

komparatif dan data pelaksanaan bercakap-cakap dianalisis menggunakan analisis interaktif. Hasil analisis data menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan prosentase kemampuan berkomunikasi dari prasiklus sampai dengan siklus III, yakni rata-rata kemampuan berkomunikasi anak pada prasiklus 45,04%, pada siklus I mencapai 55,08%, pada siklus II mencapai 65%, dan pada siklus III mencapai 75,12%. Dengan demikian metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011/2012.

Kata kunci : Kemampuan berkomunikasi, Metode Bercakap-cakap

Pendahuluan

(4)

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Pendidikan RA merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan keagamaan islam bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun.Dimasa Kanak-Kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa. Karena pada masa ini sering disebut masa “ golden age ” dimana anak sangat peka mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik, intelektual, sosial, emosi maupun bahasa.

Menurut Guilford (Hildebrand, 1986:216), untuk membantu perkembangan kognitif anak perlu memperoleh pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan mengobservasi dan mendengarkan secara tepat.Berbicara sebagai suatu proses komunikasi, proses perubahan wujud ujaran atau bunyi bahasa yang bermakna, yang disampaikan kepada orang lain. Berbicara merupakan suatu peristiwa penyampaian maksud(ide, pikiran, perasaan)seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan. Menurut Elizabeth Hurlock (1995:176), bahwa bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Begitu banyak peranan berbicara pada aspek perkembangan anak. Selain berperan pada kemampuan individunya, anak yang memiliki kemampuan berbicara ini pun berpengaruh pada penyesuaian diri dengan lingkungan sebaya, agar dapat diterima sebagai anggota kelompok. Kemampuan berbicara anak juga akan berdampak pula pada kecerdasan. Biasanya anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi akan belajar berbicara dengan mudah, cepat memahami pembicaraan orang lain dan mempunyai kosa kata yang lebih banyak. Namun, kemampuan untuk menguasai keterampilan berbicara ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses pembelajaran dan stimulus dari lingkungan terdekat anak dapat dipahami orang lain.Sebagaimana yang dikemukakan oleh Isah Cahyani (2004:65), bahwa "Anak belajar berbicara dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya, selain itu lingkungan memberikan pelajaran pula terhadap tingkah-laku, ekspresi, dan menambah perbendaharaan kata.Menurut Berelson dan Stainer(Fajar,2009:32)Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan symbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.

Moeslichatoen (2004:91) menuliskan bahwa bercakap-cakap merupakan salah satu metode pembelajaran di taman kanak-kanak yang dilaksanakan dengan cara saling mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara verbal serta mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif.

(5)

Manfaat penelitian ini adalah secara teoritis adalah supaya menemukan pengetahuan baru tentang upaya meningkatkan kemampuan berkomunikasi melalui metode bercakap-cakap dan memperluas wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak. Sedangkan manfaat praktisnya yaitu anak didik dapat merasakan betapa besar pengaruh metode bercakap-cakap dalam upaya peningkatan kemampuan berkomunikasi, bagi guru dapat memberikan masukan bagi guru bahwa metode bercakap-cakap sangat membantu dalam rangka peningkatan kemampuan berkomunikasi dalam kegiatan belajar mengajar, bagi sekolah dapat meningkatkan kualitas pendidikan untuk anak didiknya serta memberikan motivasi yang positif terhadap kemajuan pembelajaran disekolah.

Landasan Teori

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena disamping berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain juga sekaligus sebagai alat untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain.Menurut Webster New Collogiate Dictionary (Fajar, 2009:27) menjelaskan bahwa komunikasi adalah “ suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui system lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku”.Sedangkan menurut Berelson & Steiner (Fajar, 2009:27) Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan symbol-symbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain.Kemampuan dapat diartikan sebagai potensi seseorang yang dapat melakukan dan menyelesaikan suatu hal dengan baik. Menurut Wijaya (1992:8), kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang diisyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Secara umum Kemampuan berkomunikasi dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984/1985:7).Kemampuan berkomunikasi tidak akan lepas dari keterampilan berbicara. Guntur Tarigan (1981:51) mengemukakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengeskresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.Sejalan dengan pendapat diatas, Djago Tarigan (1990:149) menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi atau berbicara itu lebih dari sekedar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata, melainkan suatu alat untuk menginformasikan gagasan, ide, perasaan yang dapat disusun dan dikembangkan sesuai kebutuhan. Anak-anak yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya.

(6)

dalam penelitian ini adalah (1) Menunjukkan beberapa gambar yang diminta,(2) Bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri, (3) Berbicara lancar dengan menggunakan kalimat yang komplek terdiri dari 5-6 kata, (4) Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara runtut, (5) Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri 4-6 gambar.

Menurut Vygotsky (Moeslichatoen, 2004:18) ada tiga tahap perkembangan komunikasi pada anak yang menentukan tingkat perkembangan berpikir dengan bahasa (1) t ahap pert ama, t ahap ekst ernal m erupakan t ahap berpikir dengan bahasa yang di sebut berkom unikasi secara ekst ernal. M aksudnya, sum ber berpikir anak dat ang dari luar dirinya. Sum ber it u dat ang dari orang t ua at au orang dew asa yang m em beri pengarahan anak dengan cara t ert ent u (2) t ahap kedua, t ahap egosent ris merupakan t ahap dim ana pem bicaraan orang dew asa t idak lagi m enjadi persyarat an. Dengan suara khas anak berbicara sepert i jalan pikiranya. (3) t ahap ket iga, t ahap berbicara int ernal. Disini anak menghayat i sepenuhnya proses berpikir. Tahap ini anak m em proses pikiranya dengan pem ikiranya sendiri.Dari t iga t ahapan diat as anak usia TK berada pada t ahap pert am a. Perkem bangan kom unikasi anak TK pada um um nya m asih banyak dipengaruhi oleh fakt or ekst ernal, art inya anak m asih banyak m em but uhkan cont oh dan arahan dari orang disekit arnya.

Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa mereka juga meningkat dalam kuantitas, keluasan, dan kerumitanya. Anak usia dini biasanya telah mampu mengembangkan ketrampilan bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog, dan bernyanyi. Pengalaman dan situasi yang dihadapi juga akan berarti jika anak mampu mengguanakan kata-kata untuk menjelaskanya. Oleh karena itu berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan anak.Fakt or-fakt or yang mem pengaruhi kemam puan berkom unikasi anak yait u int ervensi keluarga, int ervensi lingkungan (sekolah), gizi, baik gizi fisik m aupun gizi m ent al, dalam Nurlaila, Tienje, dan Iskandar (2004:25),Dari ket iga fakt or t ersebut dapat disim pulkan bahw a fakt or ut ama yang m em pengaruhi kemam puan berkom unikasi adalah fakt or lingkungan sekolah, beberapa kom ponen yang t erdapat disekolah ant ara lain guru, sisw a, bahan ajar, m edia pem belajaran dan m et ode belajar. Hal ini saling berkait an sert a sangat berpengaruh t erhadap pengalam an-pengalam an anak selama belajar disekolah.Woolfolk (1995:58) m engem ukakan bahw a, anak dapat belajar bahasa m elalui inst ruct ional conversat ion, yait u sit uasi dimana anak belajar melalui int eraksi dengan guru at au sisw a lainya. Di TK, bercakap-cakap dapat dikat egorikan sebagai inst ruct ional conversat ion. Belajar bahasa bagi anak akan lebih m udah apabila m ereka m emiliki lingkungan yang baik sert a m endapat st im ulasi yang t epat .

(7)

penyampaian bahan pengembangan yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya-jawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak.

Menurut Moeslichatoen (2004:92) menuliskan bahwa bercakap-cakap dapat berarti komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan dialog.Sedangkan menurut Hilderbrand 1986 (Moeslichatoen R, 2004:26) bercakap-cakap berarti saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif. Lain pula menurut Gordon & Browne 1985 ( Moeslichatoen R, 2004:26) Mengatakan bahwa becakap-cakap dapat pula diartikan sebagai dialog atau sebagai perwujudan bahasa reseptif dan ekspresif dalam suatu situasi.

Moeslichatoen dalam buku metode pengajaran di TK (2004:91) mengatakan “Bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi. Berkomunikasi merupakan proses dua arah. Untuk terjadinya komunikasi dalam percakapan diperlukan keterampilan mendengar dan keterampilan berbicara. Kesimpulannya, pengertian metode bercakap-cakap adalah suatu cara penyampaian bahan pengembangan bahasa yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk Tanya jawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak, yang dikomunikasikan secara lisan dan merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi, dimana satu dengan yang lainnya saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau kemampuan mewujudkan bahasa yang reseptif dan ekspresif dalam suatu dialog yang terjadi dalam suatu situasi.

Moeslichatoen R, (2004:26) menyatakan makna penting bagi perkembangan anak Taman Kanak-kanak karena bercakap-cakap dapat (1) Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain,(2) Meningkatkan keterampilan dalam melakukan kegiatan bersama, (3) Meningkatkan keterampilan menyatakan perasaan, serta menyatakan gagasan pendapat secara verbal, (4) Membantu perkembangan dimensi sosial, emosional dan kognitif, terutama bahasa.

Menurut Nurbiana Dhieni,dkk (2007:7.7) Kelebihan dari metode bercakap-cakap antara lain (1) Anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan ide-ide dan pendapatnya, (2) Anak mendapat kesempatan untuk menyumbangkan gagasannya, (3) Hasil belajar dengan metode bercakap-cakap bersifat fungsional karena topik/tema yang menjadi bahan percakapan terdapat dalam keseharian dan lingkungan anak, (4) Mengembangkan cara berfikir kritis dan sikap hormat atau menghargai pendapat orang lain, (5) Anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan belajarnya pada taraf yang lebih tinggi.

Menurut Nurbiana Dhieni, dkk (2007:7.8) Kelemahan dari metode bercakap-cakap antara lain (1) Membutuhkan waktu yang cukup lama, (2) Memerlukan ketajaman dalam menangkap inti pembicaraan, (3) Dalam prakteknya, percakapan akan selalu didominasi oleh beberapa orang saja.

(8)

menurut pokok bahasan adalah kegiatan percakapan antara guru dengan anak didik, dengan pokok bahasan yang telah ditetapkan, (3) Bercakap-cakap Berdasarkan Gambar Seri, Bercakap-cakap berdasarkan gambar seri adalah suatu kegiatan percakapan yang dilakukan guru kepada anak dengan bantuan buku bergambar yang ceritanya berseri, biasanya terdiri dari 4 seri. Gambar seri 1 sampai dengan ke 4 tersebut saling berkaitan dan merupakan rangkaian sebuah cerita atau sebuah informasi.

Depdikbud 1998 (Nurbiana Dhieni,dkk 2007:7.17) Bercakap-cakap dengan gambar seri memiliki tujuan secara khusus yaitu memupuk kesanggupan meletakkan antara tanggapan-tanggapan dan menarik kesimpulan.Bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk komunikasi antarpribadi yang saling mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara verbal. Sebelum bercakap-cakap guru memberikan kesempatan dengan anak untuk; (1) menetapkan tujuan dan tema kegiatan dengan menggunakan metode bercakap-cakap; (2) menetapkan bentuk percakapan yang dipilih yaitu monolog atau dialog; (3) menetapkan bahan dan alat yang diperlukan.Setelah guru bermusyawarah dengan anak kemudian guru menyusun langkah selanjutnya.

Prosedur-prosedur pelaksanaan kegiatan bercakap-cakap yaitu; (1) guru menarik perhatian dan minat siswa dalam kegiatan bercakap-cakap; (2) mengkomunikasikan tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan bercakap-cakap; (3) melaksanakan kegiatan bercakap-cakap dibawah bimbingan guru dan pengaturan lalu lintas percakapan; (4) guru menutup percakapan.Dari pernyataan diatas bercakap-cakap dapat mngeksplorasi berbagai potensi yang dimiliki anak, sebagaimana mengarah pada indikator pencapaian dalam penelitian ini sebagai berikut; (1) menunjukkan beberapa gambar yang diminta; (2) bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri dengan urut dan bahasa yang jelas; (3) berbicara lancar dengan menggunakan kalimat yang komplek terdiri dari 5-6 kata; (4) mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara runtut; (5) mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri 4-6 gambar.

Kerangka Pemikiran

(9)

bercakap-cakap merupakan metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak. Karena dengan bercakap-cakap anak dapat mengaktualisasikan diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara ekspresif,sehingga akan terjalin percakapan yang baik.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap dapat dijadikan jawaban dari suatu permasalahan yang timbul. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka diperoleh hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu “penggunaan metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak pada kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011-2012”.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menurut Wardani, dkk (2004:13) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga prestasi hasil belajar siswa meningkat. Sedangkan menurut Kemmis (1993:3) penelitian tindakan kelas adalah sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam pendidikan dengan maksud meningkatkan kemantapan rasionalitas dari pratek-praktek social maupun pendidikan, pemahaman terhadap praktek tersebut, situasi pelaksanaan praktek-praktek pembelajaran.Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat refleksif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.Penelitian dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru tetap, dan peneliti. Hal ini dilakukan untuk menyamakan pemahaman, kesepakatan, tentang permasalahan , pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan. Guru dan kepala sekolah bekerjasama menyatakan pendapat serta berusaha bersama-sama memperbaiki proses pembelajaran yang sejalan guna memperbaiki proses pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya. Kreatifitas guru sangat berperan dalam menentukan keberhasilan penyampaian materi pembelajaran kepada anak untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Instrumen Penelitian

(10)

instrumen pedoman observasi adalah sebagai berikut (a) Menentukan indikator yang akan digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berkomunikasipada anak, (b)Menjabarkan indikator ke dalam butir-butir amatan yang menunjukkan pencapaian indikator yang dapat dilakukan anak ketika melaksanakan kegiatan, (c) Menentukan deskriptor butir amatan dengan pemberian skor, (d) Menuliskan indikator dan diskriptor ke dalam format pedoman observasi yang terdiri dari nama anak, tema, subtema, kelompok, semester, butir amatan, deskriptor butir amatan, jumlah deskriptor amatan, tempat dan tanggal pengamatan, (e) Melakukan pencatatan hasil observasi dengan memberi tanda checklist. (2) Catatan Lapangan, catatan lapangan adalah pengematan yang berupa pengamatan tentang semua peristiwa yang dialami dalam penelitian. Catatan lapangan ini digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode bercakap-cakap yang di evaluasi pada saat refleksi.

Indikator Penelitian

Penelitian ini dianggap berhasil jika memenuhi indikator yang ditetapkan. Adapun indikator pencapaian setiap siklus adalah jika rata-rata kemampuan berkomunikasi anak mencapai 55% pada siklus I, 65% pada siklus II, 75% pada siklus III.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis komparatif dan teknik analisis interaktif. Teknik analisis komparatif yaitu membandingkan rata-rata pencapaian kemampuan berkomunikasi persiklus dengan indikator kemampuan berkomunikasi setiap siklus. Sedangkan teknik analisis interaktif dilakukan dengan melihat pedoman kemudian diambil kesimpulan. Dari kesimpulan diambil kelebihan dan kekurangannya. Hasil ini kemudian dijadikan pedoman untuk melakukan tindakan selanjutnya.Adapun langkah-langkah untuk mendapatkan data hasil observasi anak adalah sebagai berikut (1) Memberikan nilai atau skor pada setiap descriptor, (2) Membuat tabulasi nilai observasi kemampuan berkomunikasi anak, (3) Menghitung prosentase pencapaian kemampuan berkomunikasi setiap anak, (4) Menghitung rata-rata prosentase kemampuan berkomunikasi dalam satu kelas.

Hasil Penelitian

Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian, peneliti melakukan observasi pra siklus yaitu dengan melakukan pengamatan untuk mengetahui kemampuan komunikasi anak sebelum dilaksanakan tindakan. dengan menerapkan metode bercakap-cakap.

Penelitian tindakan ini laksanakan pada kelompok B dengan jumlah murid 20 anak. Hasil pengamatan sebelum tindakan diperoleh rata-rata prosentase kemampuan komunikasi anak diperoleh 45,04%.

(11)

kemampuan dari skor maksimal yang ditargetkan peneliti pada pelaksanaan siklus I yaitu ≥ 55%. Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi anak tidak merata. Tujuh anak yang belum mencapai kemampuan dan 13 anak sudah mencapai kemampuan sesuai dengan skor maksimal yang ditentukan peneliti. Oleh karena itu perlu adanya tindakan untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut dalam rangka meningkatkan kemampuan komunikasi anak. Karena merasa target penelitian belum tercapai, peneliti melanjutkan melaksanakan siklus II.

Berdasarkan hasil tabulasi (lihat lampiran 8) diperoleh rata-rata prosentase peningkatan kemampuan komunikasi anak dalam 1 kelas sebesar 65%. Prosentase tersebut telah mencapai hasil kemampuan dari skor maksimal yang ditargetkan peneliti pada pelaksanaan siklus II yaitu ≥65%.Anak yang belum mampu mencapai target yang ditentukan peneliti yaitu 65% masih ada 5 anak. Komunikasi anak sudah baik dan mampu mencapai butir amatan yang mencapai skor sesuai yang ditargetkan peneliti.

Berdasarkan hasil tabulasi (lihat lampiran 9) diperoleh rata-rata prosentase peningkatan kemampuan komunikasi anak dalam 1 kelas sebesar 75,12%. Prosentase tersebut telah mencapai hasil kemampuan dari skor maksimal yang ditargetkan peneliti pada pelaksanaan siklus III yaitu ≥75%.Pada siklus III ini dalam melakukan kegiatan anak-anak terlihat sangat senang mengikuti kegiatan pembelajaran, karena sebisa mungkin guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menarik bagi anak.

Walaupun masih ada beberapa anak yang belum memperhatikan penjelasan dari guru. Anak yang belum mampu mencapai target yang ditentukan peneliti yaitu 75% masih ada 2 anak. Prosentase terendah yang dicapai pada siklus III adalah 83%, sedangkan prosentase tertinggi yang dicapai anak adalah 92%. Prosentase pembelajaran bercakap-cakap pada siklus III ini sudah meningkat, yaitu mencapai 75,12%. Hasil prosentase ini sudah dikatakan meningkat 20,04% dibandingkan dengan siklus I yang baru mencapai 55,08%. Sehingga kemampuan berkomunikasi anak sudah baik dan mampu mencapai butir amatan yang mencapai skor sesuai dengan yang ditargetkan peneliti.

Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat

diketahui bahwa kemampuan berkomunikasi anak mengalami

peningkatan.Prosentase kemampuan berkomunikasi dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan hanya sebesar 10,04%, hal ini dikarenakan pada siklus I anak masih dalam proses pengenalan metode, alat dan media yang digunakan di siklus I, komunikasi anak dalam bercakap-cakap belum maksimal, masih kurang berani mengungkapkan ide dan gagasan sendiri.

(12)

berbicara lancar, anak mampu mendengarkan, menceritakan dan mampu mengurutkan isi gambar seri.

Prosentase kemampuan berkomunikasi anak dari siklus II ke siklus III mengalami penurunan yaitu hanya mengalami peningkatan sebesar 10,04%, hal ini dikarenakan anak-anak sudah mulai merasa jenuh dengan kegiatan yang diberikan sehingga daya konsentrasi anak sudah menurun, ramai sendiri, dan beberapa anak kurang memperhatikan guru.Peningkatan yang ditunjukkan disetiap siklusnya tidak menunjukkan suatu kestabilan. Prosentase peningkatan sebelum tindakan sampai dengan siklus I peningkatannya hanya mencapai 10,04%. Hal ini disebabkan karena anak belum terbiasa menggunakan metode bercakap-cakap, dimana sebelumnya jarang sekali diberikan kegiatan bercakap-cakap menggunakan gambar seri. Pada siklus III peneliti mentargetkan tingkat pencapaian prosentase ≥75%. Hal ini sudah bisa dikatakan meningkat karena prosentase rata-rata kelas melebihi yang ditargetkan yaitu sebesar 75,12%.Siklus I sampai dengan siklus II peningkatan prosentase mencapai 10,08%, ini terjadi karena pada siklus II anak mulai senang mengikuti kegiatan bercakap-cakap, serta adanya reward untuk setiap anak. Pada siklus II ini peneliti mentargetkan tingkat pencapaian prosentase ≥65%.

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa kemampuan berkomunikasi setiap anak dalam kegiatan bercakap-cakap tidak sama. Hal ini dibuktikan masih ada beberapa anak yang sampai pada siklus II belum mampu memcapai prosentase yang ditentukan oleh peneliti. Adapun jumlah anak yang belum mampu mencapai target yang ditentukan peneliti sebanyak 2 anak. Namun hal ini tidak menjadi masalah mengingat kemampuan anak berbeda-beda. Selain itu rata-rata prosentase dalam 1 kelas sudah meningkat yaitu sebesar 75,12%.

(13)

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011/2012.

Kesimpulan

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dan guru kelas kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen tahun ajaran 2011/2012, dengan guru melakukan perbaikan pembelajaran antara lain proses kegiatan pembelajaran dipusatkan kepada siswa, siswa terlibat aktif dalam kegiatan, guru bertindak sebagai fasilitator dan tidak mendominasi dalam kegiatan pembelajaran.Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prosentase kemampuan berkomunikasi pada setiap siklusnya yaitu Prosentase kemampuan berkomunikasi anak sebelum tindakan adalah 45,04%, Prosentase kemampuan berkomunkiasi anak setelah tindakan pada siklus I meningkat menjadi 55,08%, Prosentase kemampuan berkomunikas anak pada siklus II setelah tindakan meningkat menjadi 65%, Prosentase kemampuan berkomunikasi anak pada siklus III setelah tindakan meningkat menjadi 75,12%.Bertolak dari uraian tersebut diatas, dapatdisimpulkan bahwa hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya.

Dengan demikian penggunaan metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011/2012.

Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini menyimpulkan bahwa metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak, maka guru pendidik diharapkan member kebebasan pada anak dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran, salah satunya yaitu metode bercakap-cakap.

Saran

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara _______________, 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara

________________, 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktekn(Edisi

Revisi IV). Jakarta: Rineka Cipta

Dhieni, Nurbiana, dkk, 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta :Universitas Terbuka.

Fajar Marhaeni, 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu

Hadisetyo. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak Didik Melalui Metode Bercerita pada Kelompok B di Taman Kanak Kanak Aisyiyah VII Purnamandala Kecamatan Wonosobo Kabupaten

Wonosobo. Penelitian Tindakan Kelas.

http://hadistyo.wordpress.com/2009/11/14/penelitian-tindakan-kelas- meningkatkan-kemampuan-berbahasa-lisan-anak-didik-melalui-metode-

bercerita-pada-kelompok-b-di-taman-kanak-kanak-aisyiyah-vii-purnamandala-kecamatan-wonosobo-kabupaten-wonosobo/.Diakses tanggal 10 Desember 2012

Marzuki, 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE – UII

Masitoh, dkk, 2004. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka. Moeslichatoen R, 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak – Kanak. Jakarta :

PT Rineka Cipta.

Muslich, Masnur, 2009. Melaksanakan PTK itu mudah ( Classroom Action

Research ). Jakarta: Bumi Aksara

Nana Syaodih Sukmadinata, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Karya.

Nasution, 2003. Metode Research(Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara. Nur Aeni, 2000. Metode Pengembangan Kemampuan Bahasa. Jakarta :

Departemen Pendidikan Nasional.

Rakhmat, Jalaluddin, 2011. Psikologi Komunikasi . Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Sanjaya. Wina, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Predana Media Group. Santrock, 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfa Beta.

Sukardi Dewa Ketut, 2004. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Tadzirotun, Musfiroh, 2008. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

pendekatan terhadap siswa, sehingga problematika siswa lebih mudah diketahui; (3) mencari referensi yang memadai dan mengikuti pelatihan; (4) niat yang kuat, sarana, dan

Hasil penelitian menunjukkan: (1) CSR perusahaan telah mempunyai konsep keberadaan planet, people dan profit yang sudah terpadu (2) Perusahaan telah membentuk satu

The research finding is elaborat ed into the students’ capability in answering multiple choice questions of reading passage, the problem faced by the ninth grade students,

Hasil isolasi diperoleh lima isolat bakteri yang mampu menghasilkan enzim lipase ditandai dengan adanya koloni berwarna merah muda pada media Rhodamine B dan berpendar

(3) Apakah pembelajaran e-learning berbasis goesmart efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa ranah pengolah informasi untuk produktivitas pada mata

Sementara perbedaan aktivitas antibakteri yang signifikan antara sampel N1 dan N4 disebabkan karena pada sampel N1 kain Nylon 6,6 mempunyai kandungan

Dari hasil analisis jadi dapat disimpulkan bahwa: ada pengaruh dari motivasi belajar terhadap peningkatan prestasi belajar matematika dengan sumbangan sebesar 27,8% sedangkan

huruf a dan huruf c Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2OI2 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Negeri.. Malang