• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP ANAK DALAM TAFSIR AL-MIŞBĀḤ DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DALAM KELUARGA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP ANAK DALAM TAFSIR AL-MIŞBĀḤ DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DALAM KELUARGA."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 2119/UN. 40. 2.6.1/ PL/ 2014

KONSEP ANAK DALAM TAFSIR AL-MIŞBĀḤ

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk

memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh :

Siti Rohmah NIM: 1000922

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

KONSEP ANAK DALAM TAFSIR AL-MIŞBĀḤ

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

Oleh

Siti Rohmah

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Siti Rohmah 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI SITI ROHMAH

1000922

KONSEP ANAK DALAM TAFSĪR AL-MIŞBĀḤ

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. H. Aam Abdusalam, M.Pd.

NIP. 19570402 198601 1 001

Pembimbing II,

Dr. Edi Suresman, M.Ag.

NIP. 19601124 198803 1 001

Mengetahui,

Ketua Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag.

(4)

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari, tanggal : Kamis, 30 Oktober 2014

Tempat : Gedung FPIPS UPI

Panitia Ujian :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 001

3. Penguji :

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 001

Drs. A. Toto Suryana, Af. M.Pd. NIP. 19570303 198803 1 001

(5)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

KONSEP ANAK DALAM TAFSIR AL-MIŞB

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

Oleh : Siti Rohmah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya kekerasan yang dilakukan terhadap anak ataupun kenakalan yang dilakukan oleh anak karena ketidakhadiran keluarga dalam mendidik anak.Al-Qur n sebagai pedoman hidup, memberikan perhatian khusus perihal anak dan pendidikannya dalam keluarga. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang konsep anak yang merujuk pada tafsir al-Mişb ,alasan pemilihan tafsir al-Mişb karena telah diakui oleh para ahli baik secara nasional maupun internasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengertian, kedudukan, hak dan kewajiban anak dalam keluarga, serta mengetahui implikasinya terhadap pendidikan anak dalam keluarga. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Adapun metode yang digunakan adalah metode tafsir mauḍū`i, teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah dil laħ dan mun sabaħ. Data yang diperoleh dari al-Qur n

sebagai sumber utama juga dilengkapi dengan tafsir lainnya beserta buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah penelitian sebagai sumber sekunder. Dari hasil penelitian ditemukan kata anak dalam al-Qur n meliputi aṭf l (ṭifl), Ṣabī,

ad’iy ’akum, asb ṭ, nasl, ibn, gul m, awl d ,żurriyaħ dan rab ib. Dalam

penelitian ini kata anak yang dipilih hanya awl d ,żurriyaħ, aṭf l, banūn dan

bunayya yang barakar dari kata ibn, dengan alasan lima kata tersebut memiliki kandungan baik secara tersurat maupun tersirat tentang pendidikan anak dalam keluarga, kemudian dihasilkan konsep anak dalam tafsir al-Mişb yang meliputi pengertian bahwa anak merupakan keturunan dan generasi penerus orang tuanya sebagai amanah dari Allah yang harus dididik, diperhatikan, dan dijaga sekalipun sudah mencapai usia baligh agar ia berkembang sebagai anak yang diharapkan oleh orang tua, agama, dan bangsa. Kedudukan anak bagi orang tuanya sebagai

żurriyaħ(keturunan orang tua), fitnaħ (ujian dan cobaan), zīnaħ(perhiasan dunia), dan Qurraħa’yun (penyejuk hati). Dalam penelitian ini juga ditemukan hak anak yakni mendapatkan pendidikan yang baik dan pemenuhan kebutuhannya baik secara jasmani maupun rohani, adapun kewajiban anak yakni berbakti kepada kedua orang tuanya, selama perintahnya itu tidak bertentangan dengan aturan Allah. Konsep anak ini memiliki implikasi terhadap pendidikan keluarga yakni prinsip, materi, metode, tujuan, fungsi pendidikan dalam keluarga dan komunikasi dalam keluarga.

(6)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

THE CONCEPT OF CHILDREN IN TAFSIRAL-MIŞB

AND ITS IMPLICATIONS ON FAMILY EDUCATION By:

Siti Rohmah

The background to the research was the increasing case of violence against children as well as juvenile delinquency caused by the absence of families in educating and protecting children. Al-Qur n as guidance for life pays special attention to children and their education in family. In this research, a discussion of the concept of children referencing tafsir al-Mişb (interpretation) will be presented; the reason for selecting this exegesis is based on a consideration that it has been well-acknowledged by both national and international experts. The research aimed to find the concept of children and its implicationseducation in family. Theapproach used in this research was qualitative. Furthermore, the method employed was mauḍū`i interpretation method, and techniques of data analysis consisted of dil laħ and mun sabaħ. The data obtained from al-Qur n as the primary source are also complimented with other interpretations as well as books relevant to the research problem as secondary data. From the research results, it is found that the word children in al-Qur n consists of aṭf l (ṭifl), Ṣabī,

ad’iy akum, asb ṭ, nasl, ibn, gul m, awl d ,żurriyaħ and rab ib. For the purpose

of this research, the words denoting children selected are awl d ,żurriyaħ, aṭf l,

banūn and bunayya from the root word of ibn, with a consideration that the five

words have both explicit and implicit contents of child education in family. Then, the concept of children in Tafsiral-Mişb is found, constituting the definition that children are the offspring and heirs to their parents as trusted to them by Allah, who have to be educated, taken care of, and protected although they have reached the age of balig(havecome of age religiously and are duty bound), so that they will grow to meet the expectations of their parents, religion, and nation.For their parents, children serve as ẓurriyaħ (parents’ offspring), fitnaħ (test and trial),

zīnaħ (world’s jewel), and Qurraħa’yun (comfort of the eyes). In this research,

children’s rights are also found, namely the rights for gaining education and getting their needs fulfilled, physically and spiritually, whereas children’s obligation is to be dutiful to their parents as long as their commands are not against Allah’s rules. The concept of children has an implication on family education, there are principles, materials, methods, purpose, function on family education and communication in family.

(7)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACK ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang Penelitian ... 1 B. Identifikasi Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 9 F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Konsep Anak ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Anak ... Error! Bookmark not defined.

2. Kedudukan Anak ... Error! Bookmark not defined.

3. Perkembangan Anak ... Error! Bookmark not defined.

4. Kewajiban Anak dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

5. Hak Anak dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

B. Pendidikan Dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

3. Kedudukan Anggota Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

4. Fungsi Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

5. Tujuan Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

6. Pola Asuh Anak dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

7. Komunikasi Dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

8. Prinsip Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

9. Materi Pendidikan dalam Keluarga... Error! Bookmark not defined.

10. Metode Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

11. Deskripsi Tafsir Al- Mişbāḥ ... Error! Bookmark not defined.

a. Kelebihan Tafsir al-Mişbāḥ ... Error! Bookmark not defined.

b. Kekurangan Tafsir al-Mişbāḥ ... Error! Bookmark not defined.

12. Penelitian Terdahulu yang Relevan dengan Pokok BahasanError! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.

(8)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Jenis dan Sumber Data ... Error! Bookmark not defined.

F. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

G. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

A. HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Anak dalam Tafsir Al-Miṣbāḥ ... Error! Bookmark not defined.

2. Kedudukan Anak dalam Tafsir Al-Mişbāḥ ... Error! Bookmark not defined.

3. Kewajiban Dan Hak Anak dalam Tafsir Al-MişbāḥError! Bookmark not defined.

4. Implikasi Konsep Anak dalam Tafsir Al-Mişbāḥ Terhadap Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

B. PEMBAHASAN HASIL ANALISIS DATA ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Anak ... Error! Bookmark not defined.

2. Kedudukan Anak ... Error! Bookmark not defined.

3. Kewajiban dan Hak Anak ... Error! Bookmark not defined.

4. Implikasi Konsep Anak terhadap Pendidikan dalam KeluargaError! Bookmark not defined.

a. Prinsip Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

b. Metode Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

c. Materi Mendidik anak dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

d. Tujuan Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

e. Fungsi Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

f. Komunikasi dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

(9)

1

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Islam merupakan agama yang universal, hal ini terbukti dengan ajaran

Islam yang mampu menjawab dan memberikan solusi terbaik dengan

berdasar kepada al-Qurān dan ḥadī terhadap setiap problematika dan perkembangan peradaban manusia.Sebagai ajaran yang universal, Islam

merupakan agama yang sangat memperhatikan seluruh aspek kehidupan

manusia, termasuk mengenai pendidikan anak dalam keluarga.

Sebagaimana kita ketahui semua, bahwa nikmat Allah tidak terhitung dan

karunia-Nya pun tidak terbilang. Dan diantara nikmat yang besar dan yang

paling berharga ini adalah nikmat berupa anak-anak. Disamping sebagai

amanah dari Allah, anak dapat menjadi penenang hati dan juga kebanggaan

keluarga.

Sebagaimana menurut al-Ghazali (dalam Rachman 2011, hlm. 5) bahwa

anak itu amanat dari Allah yang dipertaruhkan kepada kedua orangtua. Jiwa

anak yang suci murni itu bagai permata indah yang sangat sederhana, yang

belum dibentuk. Ia menerima segala bentuk rupa.

Dalam hal ini, keluarga merupakan lingkungan pertama yang anak kenal

dan bertanggung jawab dalam pendidikan anak, karena lingkungan keluarga

merupakan fase awal yang dilewati anak dalam kehidupannya.

Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat yang terdiri

dari bapak, ibu dan anak. Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat,

tidak akan ada masyarakat bila tidak ada keluarga, dengan kata lain

masyarakat merupakan kumpulan-kumpulan keluarga (Subhan, 2004, hlm. 3).

Pernyataan diatas senada dengan yang diungkapkan oleh Djumhana, dkk.

(2003, hlm.197) bahwa keluarga diartikan sebagai suatu satuan terkecil yang

(10)

2

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

saling mengisi, saling pengertian, saling menghargai dan saling memiliki

(11)

3

Pemikiran sosial modern dalam Islam juga sepakat bahwa keluarga itu

adalah unit pertama dan institusi pertama dalam masyarakat dimana

hubungan-hubungan yang terdapat didalamnya, sebagian besar bersifat

hubungan langsung. Disitulah berkembangnya individu dan terbentuknya

tahap awal proses sosialisasi dan melalui interaksi didalamnya ia memperoleh

pengetahuan, keterampilan, minat, nilai-nilai,emosi dan sikapnya dalam

hidup, memperoleh ketentraman dan ketenangan (Djumhana, dkk. 2003, hlm.

200).

Mengenai pendidikan anak dalam keluarga, khususnya orangtua yang

bertanggung jawab dalam pendidikan anaknya dalam keluarga, dengan

pendidikan yang baik berdasarkan nilai-nilai akhlak dan spritual yang luhur.

Seperti pendapatnya Mujib & Mudzakkir (2008, hlm. 88) orang tualah yang

pertama menjadi pendidik bagi anak sebagaimana dikemukakan bahwa:

Pendidik pertama dan utama adalah orang tua sendiri. Orang tualah yang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan anaknya karena sukses tidaknya anak tergantung pengasuhan, perhatian dan pendidikannya.

Oleh karena itu, tentunya keberadaan ayah dan ibu sangatlah berpengaruh

terhadap anak, sebagaimana dikemukakan oleh Daradjat (1970, hlm. 35)

bahwa sejak seorang anak lahir, ibunya yang selalu ada disampingnya. Oleh

karenanya ia meniru perangai ibunya. Ibu orang yang mula-mula dikenal,

anak yang mula-mula menjadi temannya dan mula-mula dipercayainya.

Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Di mata anaknya ia seorang

terpandai diantara orang-orang yang dikenalnya. Cara ayah melakukan

pekerjaannya sehari-hari berpengaruh pada cara pekerjaan anaknya. Ayah

merupakan penolong utama.

Namun sayangnya, tidak semua orang tua dapat melakukannya. Buktinya

dalam kehidupan di masyarakat sering ditemukan anak-anak nakal dengan

sikap dan prilaku jahiliyaħ yang tidak hanya terlibat dalam perkelahian, tetapi juga terlibat dalam pergaulan bebas, perjudian, pencurian, narkoba dan

(12)

4

Selain hal itu juga dalam keluarga tertentu sering ditemukan sikap dan

prilaku orang tua yang memarahi, menghardik, mencela atau memberi

hukuman fisik yang tidak wajar kepada anaknya jika anaknya melakukan

kesalahan. Padahal penggunaan cara-cara seperti di atas dapat mengakibatkan

efek negatif bagi perkembangan jiwa anak, seperti akan menimbulkan gejala

takut dan cemas, terkadang hal itu akan mendorong untuk bunuh diri atau

mungkin membunuh kedua orang tuanya, atau akhirnya akan meninggalkan

rumah untuk membebaskan diri dari situasi kekerasan yang zalim dan

perlakukan yang menyakitkan.

Permasalahan yang muncul diatas salah satunya bisa disebabkan karena

banyak orang tua yang kurang memperhatikan tumbuh kembang anaknya dan

tidak mengerti cara yang tepat untuk mendidik anak karena keterbatasan

pengetahuan dan kemampuan, kemudian alasan kesibukan dan keterbatasan

waktu untuk mendidik anak.

Seiring berkembangnya zaman pun banyak perubahan yang telah terjadi,

permasalahan lainnya pun muncul yang akhirnya berpengaruh juga terhadap

anak dan perkembangannya diantaranya adalah ikatan dengan keluarga yang

lebih renggang dan kontak antara anggota keluarga yang berkurang, anak

lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, perceraian, perpisahan

dan pernikahan kedua atau ketiga kali semakin meningkat, sering terdapat

pengasuh lain yang bukan orang tua, mobilitas pekerjaan dan sosial

meningkat, lebih banyak interaksi dengan orang luar daripada dengan

orangtua atau anggota keluarga lainnya (Djumhana, dkk, 2003. hlm. 197).

Permasalahan di atas pada akhirnya berimbas pada kenakalan

remaja.Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007)

menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah

penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa.Hal ini tentunya dapat menjadi aset

bangsa jika remaja dapat menunjukkan potensi diri yang positif sebaliknya

akan menjadi petaka jika remaja tersebut menunjukkan perilaku yang negatif

bahkan sampai terlibat dalam kenakalan remaja. Namun ternyata kondisi

(13)

5

digambarkan dengan sex pra nikah dan kehamilan tidak dinginkan, aborsi 2,4

jt dan 700-800 ribu pelakunya adalah remaja, HIV/AIDS: 1283 kasus,

diperkirakan 52.000 terinfeksi dan 70% nyadiderita oleh remaja, kemudian

penyalahgunaan miras dan narkoba(BKKBN, 2012).

Lanjutnya, Polda Metro Jaya mengungkapkan tahun 2012 kasus

kenakalan remaja tersebut mengalami peningkatan cukup signifikan, yaitu

sebesar 36,66 % (Beritasatu, 2012).

Maraknya kasus kenakalan pada remaja hal ini menunjukkan

ketidakhadiran keluarga, masyarakat dan negara dalam melindungi dan

memperhatikan anak. Namun ketidakhadiran keluarga khususnya, bukan saja

berimbas pada kenakalan remaja, tetapi akhir-akhir ini kita sering dikejutkan

dengan maraknya pemberitaan yang semakin terus mencuat ke ranah media

tentang kasus kekerasan pada anak bahkan kekerasan seksual yang dilakukan

pada anak dibawah umur.

Kekerasan seksual pada anak di Indonesia semakin hari kian mengerikan.

Informasi terakhir bahkan menyebut ada 200 paedofil yang masuk ke

Indonesia tahun ini, seperti halnya kasus kekerasan seksual pada anak di

bawah umur yang terjadi di Jakarta Internasional School yang disingkat JIS

yang menimbulkan efek trauma psikologis terhadap korban (Kompas, 2014).

Tidak berselang lama dari kasus di atas, Pusat Pelayanan Terpadu

Perlindungan Perempuan dan Anak Jawa Barat, mencatat ada sedikitnya 108

anak yang menjadi korban kekerasan seksual yang rata-rata usianya lima

sampai 13 tahun. Selain itu juga ditambah dengan informasi dari pihak Polres

kota Sukabumi saat ini sudah ada 52 anak yang menjadi korban kekerasan

seksual yang dilakukan oleh tersangka berinisial AS, jika ditambahkan

jumlah totalnya mencapai 108 anak (Abdullah, 2014).

Selain itu, ditambah juga dengandata dari Komisi Perlindungan Anak

Indonesia (KPAI) mencatat Pada tahun 2013 ada 3.023 kasus kekerasan

terhadap anak dan 58 persen merupakan kasus kejahatan seksual (meningkat

lebih dari 60 persen dibanding 2012). Sementara hingga April 2014 ini telah

(14)

6

Berkaitan dengan hal di atas, Aziz (1990, hlm. 82) mengungkapkanpada

hakikatnya seorang anak itu setelah dewasa nanti dapat menjadi penolong

bagi kedua orang tua atau sebaliknya menjadi musuh yang buruk, ataupun

bisa menjadi ujian dan musibah bagi kedua orang tuanya, hal ini tergantung

pendidikan dan perlindungan yang diberikan oleh kedua orang tuanya sendiri,

sebab anak bagi orang tuanya adalah amanat Allah yang harus dirawat serta

diasuh dengan penuh tanggung jawab.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Gymnastiar (2006, hlm. 102), sejalan

dengan bertambahnya usia sang anak, muncul persoalan baru yang tiada

kunjung habisnya. Ketika beranjak dewasa anak dapat menampakkan wajah

manis dan santun, penuh bakti kepada orang tua, berprestasi di sekolah,

bergaul dengan baik dengan lingkungan masyarakatnya. Akan tetapi, di sisi

lain dapat pula sebaliknya, perilakunya semakin tidak terkendali, bentuk

kenakalan berubah menjadi kejahatan, dan orang tua pun selalu cemas

memikirkannya. Hal tersebut tergantung pada pendidikan dan perlindungan

yang diberikan pada anak.

Mengenai hal di atas,Imam Al-Ghazali (dalam Rachman 2011, hlm. 5)

mengungkapkan bahwa yang harus dilalui dalam mendidik anak yakni

menyelamatkan anak-anak dari neraka dunia dan neraka akhirat.Karena itu

anak yang masih murni jika kita biasakan ke jalan kebajikan, tentu sampai

dewasa ia akan selamat. Sebaliknya jika anak-anak kita dibiasakan ke jalan

kejahatan dan melengahkan pendidikannya sebagai pendidikan binatang,

celaka dan sesatlah akhirnya. Kesalahan itu menjadi tanggung jawab ayah dan

ibunya.

Maka anak harus dibina, dijaga, dipelihara dan dididik secara seksama

serta sempurna agar kelak menjadi insān kamīl atau manusia sempurna, berguna bagi agama, bangsa dan negara, karena semua harapan positif

terhadap anak tersebut tidaklah dapat terpenuhi tanpa adanya bimbingan,

pendidikan yang tepat dan memadai.

Sebagaimana menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23,

(15)

7

Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan dikriminasi, eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan, ketidakadilan serta perlakuan salah lainnya.

Mengingat betapa pentingnya posisi anak dalam keluarga, maka Islam

pun menyerukan agar mengelola potensi anak dengan sungguh-sungguh.

Seruan ini untuk menghindarkan agar jangan sampai anak ditelantarkan

sehingga tumbuh menjadi manusia yang lemah dalam segala hal.

Untuk itu,sebagai solusi terbaik dan pedoman hidup, al-Qurān tentunya juga memuat lengkap tentang manusia termasuk pembinaan dan

pendidikannya, meskipun tidak disebutkan secara tersurat tentu al-Qurān juga memuat pendidikan anak dalam keluarga,. Sehingga dalam al-Qurān banyak dibahas tentang anak.

Dalam al-Qurān juga dijelaskan mengenai tanggungjawab wali terhadap pemeliharaan anak-anak dan kerabat-kerabatnya yang berada

dibawah tanggungannya dan juga memberi mereka pendidikan yang baik

yang dapat menjadikan mereka individu-individu yang āliḥ dalam

keluarga-keluarga yang āliḥ pula pada masa yang akan datang.

Sehingga sudah selayaknya orang tua dan para pendidik menjadikan

al-Qurānsebagai pedoman untuk menghantarkan anaknya menuju kebaikan dan memelihara serta meningkatkan potensi mereka. Sebagaimana telah

disinggung sebelumnya, al-Qurān menggariskan bahwa anak merupakan karunia sekaligus amanah Allah sumber kebahagiaan keluarga dan penerus

garis keturunan orang tuanya. Hal tersebut tergambar dari tafsir atau makna

kata anak dalam al-Qurān yang tentunya sangat memungkinkan dikembangakan serta diterapkan dalam proses pendidikan keluarga.

Sebagaiman hasil penelusuran, kata anak dalam al-Qurān cukup banyakdan disebut berulang kali dengan berbagai derivasi kata yang cukup

beragam, yakni kata anak disebut dengan aṭfālyang berakar kata dari ṭifl, abī, ad’iyāakum, asbāṭ, nasl, ibn, gulām, awlādyang berakar kata dari

(16)

8

Maka, dalam penelitian ini akan dibahas tentang konsep anak dalam a

al-Qurān yang merujuk pada tafsir al-Mişbāḥ1, alasan pemilihan tafsir tersebut karena telah diakui oleh para ahli baik secara nasional maupun internasional

kemudian tafsir al-Mi bāḥ banyak mengemukakan uraian penjelas terhadap sejumlah mufasir ternama sehingga menjadi referensi yang mumpuni,

informatif, dan argumentatif, selain itu gaya bahasa penulisan yang mudah

dipahamisemua kalangan, dari mulai akademisi hingga masyarakat luas.

Berdasarkan latar belakang di ataslah penulis tertarik untuk meneliti lebih

dalam serta menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Konsep

Anak dalam Tafsir Al-Mişbāḥdan Implikasinya terhadap Pendidikan dalam

Keluarga” Penelitian ini sangatlah penting untuk memberikan kontribusi bagi para orang tua dan pendidik umumnya mengenai bagaimana cara mendidik

anak berdasarkan pada al-Qurān.

A. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan di atas,

bahwa melihat kondisi fakta di lapangan maraknya kekerasan yang dilakukan

terhadap anak ataupun kenakalan yang dilakukan oleh anak itu sendiri, hal ini

menunjukkan ketidakhadiran keluarga, masyarakat dan negara dalam

melindungi anak dari ancaman kekerasan, karena pada hakikatnya seorang

anak itu setelah dewasa nanti dapat menjadi penolong bagi kedua orang tua

atau sebaliknya menjadi musuh yang buruk bagi kedua orang tuanya, ataupun

bisa menjadi ujian dan musibah bagi kedua orang tuanya, tergantung

pendidikan dan perlindungan yang diberikan oleh kedua orang tuanya sendiri,

sebab anak bagi orang tuanya adalah amanat Allah yang harus dirawat serta

dididik dengan penuh tanggung jawab.

Selain itu, permasalahan yang muncul di atas juga bisa disebabkan

karena banyak orang tua yang kurang memperhatikan tumbuh kembang

anaknya dan tidak mengerti cara yang tepat untuk mendidik anak karena

keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, kemudian alasan kesibukan dan

keterbatasan waktu untuk mendidik anak.

1

(17)

9

Al-Qurān sebagai solusi terbaik dan pedoman hidup yang lengkap tentang manusia termasuk pembinaan dan pendidikannya, tentu memuat juga

pendidikan anak dalam keluarga. Sehingga dalam al-Qurān banyak dibahas tentang anak.

Adapun dalam penelitian ini akan dibahas tentang konsep anak dalam

tafsir al-Mişbāḥ,alasan pemilihan tafsir tersebut karena banyak mengemukakan uraian penjelas terhadap sejumlah mufasir ternama sehingga

menjadi referensi yang mumpuni, informatif, dan argumentatif, selain itu

gaya bahasa penulisan yang mudah dipahamisemua kalangan, dari mulai

akademisi hingga masyarakat luas. Maka fokus masalah dalam penelitian ini

adalah : “Bagaimana Konsep Anak dalam Tafsir Al-Mişbāḥdan Implikasinya

terhadap Pendidikan dalam Keluarga.” B. Rumusan Masalah Penelitian

Dari identifikasi masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengertiananak dalam tafsir al-Mişbāḥ? 2. Bagaimana kedudukananak dalam tafsir al-Mişbāḥ?

3. Bagaimana hak dan kewajiban anak dalam tafsir al-Mişbāḥ?

4. Bagaimana implikasi konsep anak dalam tafsir al-Mişbāḥterhadap pendidikan dalam keluarga?

C. TujuanPenelitian

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan memperolah gambaran mengenai Konsep Anak dalam Tafsir

Al-Mişbāḥdan Implikasinya terhadap Pendidikan Keluarga. Adapun tujuan secara khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahuipengertiananak dalam tafsir al-Mişbāḥ; 2. Mengetahuikedudukananak dalam tafsir al-Mişbāḥ;

3. Mengetahui hak dan kewajiban anak dalam tafsir al-Mişbāḥ;

(18)

10

D. Manfaat/SignifikansiPenelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini terbagi kepada dua, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif, berupa gambaran mengenai konsep anak dalam tafsir al-Mişbāḥdan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga. Dengan adanya

pengetahuan tersebut semoga pendidik, baik pendidik di lingkungan formal,

informal maupun nonformal dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam

kehidupan sehari-hari, khususnya dalam mendidik anak.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak terutama orang-orang yang berhubungan dengan dunia pendidikan

seperti:

a. Bagi Civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian

ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan temuan

mengenai konsep anak dalam tafsir al-Mişbāḥdan implikasinya terhadap pendidikan keluarga. Dan mudah-mudahan memberikan kontribusi yang

positif bagi dunia pendidikan.

b. Bagi Prodi IPAI, diharapkan bisa menambah khazanah keilmuan tentang

ilmu mendidik anak khususnya,dan bisa diterapkan dalam perkuliahan

untuk memberi bekal mahasiswa pada saat nanti mengajar di Sekolah.

c. Bagi orang tua, diharapkan dapat menambah wawasan, rujukan dan

pengetahuan, terutama bagi orang tua sebagai pedoman untuk mendidik

anak dalam keluarga dengan baik sesuai dengan ajaran Islam

d. Bagi penulis, penelitian ini sebagai acuan untuk memperluas pemikiran

dan pengalaman penulisan karya ilmiah sekaligus menjadi acuan untuk

bekal dalam mendidik anak.

E. StrukturOrganisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini, sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan.Dalam bab ini diuraikan mengenai latar

(19)

11

masalah,tujuan penelitian,manfaat/signifikansi penelitian, dan

organisasi penulisan.

BAB II : Kajian pustaka. Pada bab ini berupa ringkasan atau rangkuman

dan teori yang ditemukan dari sumber bacaan (literatur) yang

ada kaitannya tema yang akan diangkat dalam penelitian.

BAB IV : Pembahasan dan hasil penelitian. Dalam bab ini terdiri dari

beberapa sub pembahasan yaitu pertama, hasil penelitian yang

meliputi pengertian,kedudukan, hak dan kewajiban anak

sertaimplikasinya terhadap pendidikan keluargadalam tafsir

al-Mişbāḥ. Kedua, pembahasan yang meliputipengertian, kedudukan, hak dan kewajiban anak serta implikasinya

terhadap pendidikan dalam keluarga yang meliputi prinsip,

materi, tujuan, dan fungsi pendidikan keluarga serta

komunikasi dalam keluarga.

BAB V : Kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis memberikan

kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan

permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam

(20)

70

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Mendesain berarti melakukan perencanaan sehingga desain merupakan

suatu proses dalam rangka pengambilan keputusan sebelum pekerjaan tiba

waktunya untuk dilaksanakan dan proses antisispasi agar kondisi sesuatu

dapat terkendali.

Desain penelitian merupakan rencana untuk memilih sumber-sumber

daya dan data yang akan dipakai untuk diolah dalam rangka menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian(Umar, 2004, hlm. 6).

Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Umar, Hasan (2002, hlm.

31) juga mengungkapkan bahwa desain penelitianadalah keseluruhan proses

yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, sehingga

pertanyaan-pertanyaan yang ada dapat dijawab.

Menurut Nasution (2009, hlm. 37) adapun kegunaan dari desain penelitian

adalah memberi pegangan tentang cara pelaksanaan penelitian, menentukan

batas-batas penelitian dan memberi gambaran tentang apa yang akan

dilakukan serta kesulitan yang akan dihadapi.

Desain penelitianini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan

kualitatif merupakan suatu pendekatan penelitianyang diarahkan pada

memahami fenomena sosial dari perspektif partisipan. Karena

penelitiankualitatif menggunakan strategi multi metode, dengan metode

utama interviu, observasi dan studi dokumenter. Dalam pelaksanaan

penelitianpeneliti menyatu dengan situasi yang diteliti.

Umar (2004, hlm.4) mengungkapkan bahwa penelitiankualitatif

dimaksudkan untuk memproduksi ilmu-ilmu lunak yang esensinya sebagai

sebuah metode pemahaman atas suatu keunikan dan dinamika lingkungan

(21)

71

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(22)

71

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memerankan dirinya secara aktif dalam keseluruhan proses studi. Oleh

karena itu temuan dalam studi kualitatif dipengaruhi oleh nilai dan persepsi

peneliti. Penelitiankualitatif dilaksanakan untuk membangun pengetahuan

melalui pemahaman dan penemuan.

Menurut Komariah, dkk. (2010, hlm.199) Pendekatan kualitatif atau

disebut juga pendekatan naturalistik adalah pendekatan penelitianyang

bertujuan menjawab permasalahan penelitiannya memerlukan pemahaman

secara mendalam dan menyeluruh mengenai objek yang diteliti, untuk

menghasilkan kesimpulan-kesimpulan penelitiandalam konteks waktu dan

situasi yang bersangkutan. Noor (2013, hlm. 34) pendekatan kualitatif

sebagai suatu proses penelitiandan pemahaman yang berdasarkan pada

metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.

Oleh karena itu desain pada penelitiankualitatif bersifat fleksibel dan terbuka.

Sehingga pendekatan yang digunakan dalam penelitianini adalah

pendekatan penelitiankualitatif, karena kajian yang akan dibahas mengenai

konsep anak dalam tafsiral-Mişbāḥ dan implikasinya terhadap pendidikan dalam kelurga.

B. Metode Penelitian

Izzan (2011, hlm. 97) mengungkapkan bahwa kata metode berasal dari

bahasa Yunani, methodos yang berarti cara atau jalan. Dalam bahasa Inggris, kata ini ditulis method, sedangkan dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan

ţariqaħ dan manhaj. Dalam bahasa Indonesia, kata tersebut mengandung arti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu

pengetahuan dan sebagainnya). Cara kerja yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai suatu yang

ditentukan. Jadi, metode merupakan salah satu sarana yang teramat penting

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun menurut Syahidin (2009, hlm. 43) metode adalah alat yang dapat

(23)

72

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fungsi metode penelitianmutlak sangat dibutuhkan, agar peneliti dapat

mengukapkan maksud-maksud dari penelitiannya. Sukmadinata (2011, hlm.

52) mengungkapkan bahwa metode penelitianmerupakan rangkaian cara atau

kegiatan pelaksanaan penelitianyang didasari oleh asumsi-asumsi dasar,

pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi.

Dalam kaitan penelitianini, studi tafsir al-Qurān tidak bisa dilepaskan dari metode, yakni cara yang teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai

pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksud Allah dalam ayat-ayat al-Quran yang diturunkan kepada nabī Muḥammad Saw(Izzan, 2011, hal. 97).

Dalam prosedur pelaksanaannya, penelitianini menggunakan metode

tafsir mauḍū’i (tematik), metode tafsir mauḍū’i (tematik) sebagaimana diutarakan Syekh Syaltut merupakan sebuah metode yang dapat

mengantarkan manusia pada macam-macam petunjuk al-Qurān. Harus diketahui oleh siapa saja bahwa tema-tema al-Quran bukanlah teori semata-mata yang tidak menyentuh persoalan-persoalan manusia (Anwar, 2000, hlm.

161).

Menurut Shihab (2007, hlm. 69) metode tafsir mauḍū’i yaitu metode yang ditempuh oleh seorang mufassir dengan cara menghimpun seluruh

ayat-ayat al-Qur’ān yang berbicara tentang suatu tema serta mengarahkan kepada satu pengertian dan satu tujuan, sekalipun ayat itu turun secara berbeda,

tersebar pada berbagai surat dalam al-Qur'ān dan berbeda waktu dan tempat turunnya.

Hal senada diungkapkan oleh Musthafa Muslim (dalam Izzan, 2011,

hlm. 114) bahwa tafsir mauḍū’i ialah tafsir yang membahas tentang masalah-masalah al-Qurānkarīm yang memiliki kesatuan makna atau tujuan dengan cara menghimpun ayat-ayatnya yang bisa juga disebut metode tauḥīdi

(kesatuan) untuk kemudian melakukan penalaran (analisis) terhadap isi

kandungannya menurut cara-cara tertentu, dan berdasarkan syarat-syarat

(24)

unsur-73

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

unsurnya, serta menghubung-hubungkan antara yang satu dan lainnya dengan

korelasi yang bersifat komperehensif.

Adapun langkah-langkah tafsir mauḍū’iyang ditempuh oleh peneliti berdsakan Abd al-Hayy al-Farmawi dan Musthafa Muslim (dalam Izzan,

2011, hlm. 115) , sebagai berikut:

1. Memilih dan menetapkan topik (objek) kajian yang akan dibahas

berdasarkan ayat-ayat al-Qurān. Topik (objek) kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ayat tentang anak dalam tafsir al-Mi bāḥ.

2. Mengumpulkan atau menghimpun ayat-ayat al-Qurān yang membahas topik atau objek tersebut. Peneliti terlebih dahulu menghimpun seluruh

ayat tentang anak dalam al-Qurān dengan menggunakan al-mu’jam al -muhfaros li al-fāz al-Qurān al-Karīm dan konkordansi al-Qurān, maka dari hasil penelusuran tersebut ditemukan kata anak dalam al-Qurān

yakni meliputi aṭfāl (ṭifl), abī, ad’iyā’akum, asbāṭ, nasl, ibn, gulām,

awlād ,żurriyaħ dan rabāib dengan berbagai derivasinya. Namun ayat-ayat yang dipilih untuk dikaji oleh peneliti merupakan ayat-ayat-ayat-ayat tentang

anak yang memberikan implikasi terhadap pendidikan dalam keluarga

yang penulis mencoba menghimpun dalam sebelas ayat sebagai berikut QS. Furqān [25]: 74, QS. Luqmān [31]: 13, 16 dan 17, QS. Ibrāhīm [14] : 37, QS. al-Aḥqāf [46] : 15, QS. al-Kahfi [18] : 46, QS. al-Baqaraħ [2] :

233, QS. al-Anfāl [8] : 28, QS. al-Nisā` [4] : 9, serta QS. al-Nūr [31]:

59.

3. Mengurutkan tertib turunnya ayat-ayat itu berdasarkan waktu atau masa

penurunannya, disertai pengetahuan tentang asbāb al-nuzūl. Peneliti menyusun ayat-ayat berdasarkan turunnya surat (tartību surah).

4. Mempelajari penafsiran ayat-ayat yang telah dihimpun itu dengan

penafsiran yang memadai dan mengacu pada kitab-kitab tafsir yang ada

dengan mengindahkan ilmu munāsabaħ dan ḥadī .

(25)

74

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengistimbathkan unsur-unsur asasi darinya.

6. Membahas unsur-unsur dan makna-makna ayat untuk mengkaitkannya

sedemikian rupa berdasarkan metode ilmiah yang benar-benar sistematis.

7. Memaparkan kesimpulan tentang hakikat jawaban al-Qurān terhadap topik atau permasalahan tersebut.

C. Definisi Operasional

Supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman dan multitafsir dalam

memahami istilah-istilah esensial yang ada dalam penelitianini, maka peneliti

akan menjelaskan istilah-istilah esensial tersebut untuk menyamakan persepsi

yang sama terhadap istilah-istilah esensial tersebut. Adapun istilah-istilah

esensial yang peneliti definisikan secara operasional dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008, hlm. 725)

konsep berarti ide/pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkrit.

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga

dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena dengan ciri atau

kekhasan yang sama

2. Pendidikan Keluarga

Pendidikan keluarga adalah proses transformasi perilaku dan sikap di

dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga

merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan

norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting

bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

Dalam kaitannya dengan pendidikan keluarga, Undang-Undang

Republik Indonesia, Nomor 20, 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa:

(26)

75

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan.

D. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada

alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitianbiasanya dinamakan

instrumen penelitian. Instrumen penelitianadalah suatu alat yang digunakan

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2012, hlm.

102).

Hal serupa juga diungkapkan oleh Hasan (2002, hlm. 76) instrumen

penelitianadalah alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran, dalam

hal ini untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian.

Karena pada umumnya penelitianakan berhasil apabila banyak

menggunakan instrumen, untuk itu instrumen sebagai pengumpul data harus

betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan

data empiris sebagaimana adanya (Margono, 2004, hlm. 155).

Menurut Moleong (dalam Komariah, dkk. 2010, hlm. 61) instrumen

dalam penelitiankualitatif adalah yang melakukan penelitian itu sendiri yaitu

peneliti, peneliti dalam penelitiankualitatif merupakan orang yang membuka

kunci, menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat, tertib dan

leluasa atau juga disebut sebagai key instrument.

Selanjutnya Sugiyono (2011, hlm. 13) menambahkan bahwa sebagai alat

instrumen, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas

sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkontruksi

situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.Dalam penelitian

ini, peneliti menjadi instrumen utama penelitian. Maka dalam penelitianini,

peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data dan

penafsir data.

Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen

(27)

76

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan sesuai dengan rumusan serta tujuan yang telah ditetapkan. Peneliti

memulai mengumpulkan ayat yang mengandung kata anak yang ada dalam

al-Qurān kemudian membatasi ayat yang mengandung kata anak tersebut yang memiliki implikasi terhadap pendidikan dalam keluarga dilihat

berdasarkan tafsir al-Mişbāḥ.

E. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitianini adalah data kualitatif

yang bersifat tekstual atau konsep-konsep, karena penelitianini termasuk ke

dalam jenis studi literatur.

Adapun untuk data-data yang disiapkan dalam penelitianini bersumber

dari literatur yaitu dengan mengadakan riset pustaka (library research), hal ini bertujuan untuk mengumpulkan data informasi dengan bantuan

bermacam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan.

Penelitiankepustakaan adalah suatu penelitianyang dilakukan di ruang

kepustakaan untuk menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari

perpustakaan.

Dalam penelitian ini peneliti merujuk pendapat Azwar (2012, 91) yakni

ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitianini, yakni data primer dan

data sekunder.

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung

dari sumbernya, yaitu teksal-Qurān dan terjemah al-Qurān beserta uraian penjelasannya yang bersumber dari tafsir al-Mi bāḥ. Dari sumber data ini dicari dan dikumpulkan ayat-ayat al-Qurān yang mengandung kata anak. Adapun ayat-ayat yang dipilih dalam penelitianini sebagai data primer adalah QS. Furqān [25]: 74, QS. Luqmān [31]: 13, 16 dan 17, QS. Ibrāhīm [14] : 37, QS. al-Aḥqāf [46] : 15, QS. al-Kahfi [18] : 46, QS. al-Baqaraħ [2] : 233, QS.

(28)

77

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terkumpul, kemudian peneliti mengklasifikasikannya berdasarkan rumusan

yang sesuai dengan tujuan penelitianini.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak

langsung. Data sekunder ini berfungsi sebagai pelengkap data primer yang

digunakan dalam penelitianini.

Adapun sumber data sekunder dalam penelitianini adalah tafsir-tafsir

yang digunakan sebagai acuan dan rujukan utama adalah tafsir Al-Mişbāḥ, kemudian ditunjang dengan buku-buku dan tafsir-tafsir lainnya untuk

memperkaya hasil pembahasan serta sebagai pembanding dalam penelitianini

adalah sebagai berikut:

a) Tafsir Fī Ẓilālil Qurān1 karya Sayyid Quthb

b) Tafsir Al-Azhār2karya Abd al-Malik Karim Amr Allah (Hamka) c) Tafsir Al-Marāgī3karya Ahmad Mustafa al-Maragi

d) Tafsir Ibnu Ka ir4 karya Ibnu Katsir

e) Tafsir al- Qurṭubi5karya Syaikh Imam al-Qurthubi

f) Tafsir al-Qurān Majīd al-nūr 6 karya Teuku Hasby Muhammad Ash-Shiddieqy

g) Tafsir Jalālain7karya Jalālain al-Mahalli

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian,untuk memperoleh data yang objektif diperlukan alat

pengumpulan data dan teknik pengumpulan data yang relevan. Teknik

pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan

untuk menjawab rumusan masalah penelitian(Noor, 2013, hlm. 138). Adapun

1Nama asli tafsir ini sebelum ditransliterasi adalah tafsir Fi Zhilalil Qur’an 2

Nama asli tafsir ini sebelum ditransliterasi adalah tafsir Al-Azhar 3

Nama asli tafsir ini sebelum ditransliterasi adalah tafsir Al-Maragi 4

Nama asli tafsir ini sebelum ditransliterasi adalah tafsir Ibnu Katsir 5

Nama asli tafsir ini sebelum ditransliterasi adalah tafsir Al-Qurthubi 6

Nama asli tafsir ini sebelum ditransliterasi adalah tafsir Al-Qur’an Majid an-Nur 7

(29)

78

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitianini adalah Studi

pustaka

Dalam studi pustaka ini literatur yang dipergunakan tidak terbatas hanya

pada buku, tetapi dapat juga berupa bahan-bahan dokumentasi,

majalah-majalah, koran dan lain-lain. Dari literatur tersebut dapat ditemukan berbagai

teori, hukum, dalil, prinsip, pendapat, gagasan dan lain-lain yang dapat

dipergunakan untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang diselidiki.

Jadi, penelitianperpustakaan bertujuan mengumpulkan data dan informasi

dengan bantuan macam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan,

misalnya berupa buku-buku, majalah, naskah-naskah catatan kisah sejarah,

dokumen-dokumen, dan lain-lain. Pada hakikatnya data yang dipeoleh

dengan jalan penelitianperpustakaan tersebut dijadikan dasar dan alat utama

bagi praktik penelitiandi tengah lapangan (Wirartha, hlm. 2006: 150).

G. Analisis Data

Dalam hal analisis data kualitatif Sugiyono (2010, hlm. 335) menyatakan

analisi data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, angket, observasi, dokumentasi, dan studi

pustaka/literasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Dalam penelitianini dilakukan analisis isi kandungan ayat-ayat yang sudah dipilih meliputi QS. Furqān [25]: 74, QS. Luqmān [31]: 13, 16 dan 17, QS. Ibrāhīm [14] : 37, QS. al-Aḥqāf [46] : 15, QS. al-Kahfi [18] : 46, QS. al-Baqaraħ [2] : 233, QS. al-Anfāl [8] : 28, QS. al-Nisā` [4] : 9, serta QS. al-Nūr [31]: 59.

Analisis data ini dilakukan agar data yang telah diperoleh dapat

dianalisis sehingga menjadi lebih bermakna dan mudah difahami.

(30)

79

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menurutr Sugiyono (2008, hlm. 247-252)yang terdiri dari tiga alur kegiatan

yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, interpretasi data, serta

penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi Data

Setelah memperoleh data yang jumlahnya cukup banyak, peneliti

kemudian mencatat secara teliti, rinci mengenai hal-hal yang pokokdan

penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan.

Dalam proses reduksi ini, peneliti melakukan pemilihan data untuk

memilih data yang relevan yang mengarah pada pemecahan masalah,

penemuan, serta untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Data yang telah diperoleh dari al-Qur’ān mengenai anak sangatlah banyak. Hal ini terlihat dari ayat-ayat al-Qur’ānyang menyebutkan kata anak dengan beragam istilah yakni aṭfāl (ṭifl), abī, ad’iyāakum, asbāṭ, nasl, ibn,

gulām, awlād,żurriyaħ dan rabāib beserta derivasinya. Selanjutnya peneliti mereduksi dan memfokuskan analisis ke dalam beberapa ayat yang meliputi

QS. Furqān [25]: 74, QS. Luqmān [31]: 13, 16 dan 17, QS. Ibrāhīm [14] : 37,

QS. al-Aḥqāf [46] : 15, QS. al-Kahfi [18] : 46, QS. al-Baqaraħ [2] : 233, QS.

al-Anfāl [8] : 28, QS. al-Nisā` [4] : 9, serta QS. al-Nūr [31]: 59. Ayat-ayat

tersebut dipilih dalam rangka mendapatkan nilai-nilai pendidikan khususnya

pendidikan anak dalam keluarga, sehingga tidak semua kata anak itu dikaji

dan dianalisis.

2. Interpretasi Data

Setelah data yang diperoleh direduksi, kemudian dilakukan proses

interpretasi data, yaitu menyajikan data melalui deskripsi yang jelas dan

bermakna. Sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan Hubermen (dalam

(31)

80

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

for qualitative research data in the past has been narrative text”. Artinya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitiankualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Adapun data dianalisis dari segi sumber, yakni dengan menganalis data primer yang meliputi QS. Furqān [25]: 74, QS. Luqmān [31]: 13, 16 dan 17, QS. Ibrāhīm [14] : 37, QS. al-Aḥqāf [46] : 15, QS. al-Kahfi [18] : 46, QS. al-Baqaraħ [2] : 233, QS. al-Anfāl [8] : 28, QS. al-Nisā` [4] : 9, serta QS. al-Nūr [31]: 59, kemudian peneliti memberikan penjelasan terhadap data sesuai dengan penafsiran yang telah dikemukakan dalam tafsir Al-Mişbāḥ yang digunakan dalam penelitianini. Setelah itu, menganalisis ayat dari beberapa

penafsiran lainnya dan ayat-ayat al-Qurān lain maupun ḥadī yang berkaitan serta data dianalisis melalui pendekatan paedagogi yang terdapat pada bab 2

yang merupakan bagian dari skripsi ini. untuk itu peneliti membutuhkan

kaidah dilālaħ dan munāsabaħuntuk mendapatkan makna dalam ayat-ayat

yang dipilih tersebut.

Munāsabaħ dalam pengertian bahasa berarti cocok, sedangkan secara istilah menurut Manna Khalil al-Khatan, munasabaħberarti segi-segi hubungan antara satu kata dan kata lainnya dalam satu ayat, anatara satu ayat

dengan ayat lainnya, atau antara satu surat dan surat lainnya. Jadi

munāsabaħadalah ilmu yang membahas tentang hikmah korelasi urutan ayat

al-Qurān atau usaha pemikiran manusia untuk menggali rahasia hubungan antara ayat atau surat yang dapat diterima oleh akal (Izzan, 2011, hal. 190).

Sedangkan dilālah adalah memahami sesuatu dari sesuatu yang lain,

sesuatu yang pertama disebut al-madlūl dan segala sesuatu yang kedua disebut al-dall (petunjuk, penerang atau yang memberi dalil)(Yusuf, 2012, hlm. 96).

Selanjutnya hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk tabel yang

kemudian diuraikan agar memberikan penjelasan yang lebih mudah untuk

(32)

81

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan

Setelah data direduksi dan diinterpretasi, tahapan akhir dari teknik

analisis data dalam penelitian ini adalah verifikasi atau penarikan

kesimpulan. Verifikasi dilakukan dengan mengambil kesimpulan mengenai

data yang telah direduksi dan diinterpretasi yakni QS. Furqān [25]: 74, QS. Luqmān [31]: 13, 16 dan 17, QS. Ibrāhīm [14] : 37, QS. al-Aḥqāf [46] : 15, QS. al-Kahfi [18] : 46, QS. al-Baqaraħ [2] : 233, QS. al-Anfāl [8] : 28, QS.

al-Nisā` [4] : 9, serta QS. al-Nūr [31]: 59, kemudian dihubungkan dengan

teori-teori konsep anak dan pendidikan dalam keluarga yang telah dibahas

(33)

154

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulannya sebagai

berikut bahwa kata anak dalam al-Qurān disebut dengan berbagai istilah yakni kata aṭfāl (ṭifl), abī, ad’iyāakum, asbāṭ, nasl, ibn, gulām, awlād ,żurriyaħ dan rabāib. Namun, dalam penelitian ini tidak semua kata anak

digunakan. konsep anak dalam tafsir al-Mişbāḥmerujuk pada kata anak yang meliputi kata żurriyaħ, aṭfālyang berakar kata dari ṭifl, bunayyadan

banūnyang berakar kata dari ibn serta awlād yang berakar kata dari walad, adapun alasan pemilihan lima kata tersebut karena memiliki kandungan baik

secara tersurat maupun tersirat tentang pendidikan anak dalam keluarga.

Adapun dari hasil pembahasan tentang konsep anak dalam tafsir al-Mişbāḥyang diperkaya dengan tafsir-tafsir lainnya juga sebagai pembanding, tidak adanya perbedaan antara tafsir al-Mişbāḥdengan tafsir lainnya, semuanya satu pemikiran yang sama hanya beda redaksi kata saja dalam

pengungkapan setiap kandungan ayat. Akan tetapi pembahasan ayat-ayat

yang mengandung kata anak yang ditinjau dalam tafsir al-Mişbāḥpenjelasannya lebih komperehensip dan lebih detail.

Ayat-ayat yang mengandung kata anak yang sudah dibatasi dan

dianalisis dalam pembahasan ini adalah QS. Furqān [25]: 74, QS. Luqmān [31]: 13, 17,dan 16, QS. Ibrāhīm [14] : 37, QS. al-Aḥqāf [46] : 15, QS. al-Kahfi [18]: 46, QS. al-Baqaraħ [2]: 233, QS. al-Anfāl [8]: 28, QS. al-Nisā`

[4]: 9 dan QS. al-Nūr [31]: 59. Dari semua ayat tersebut mengandung

pengertian, kedudukan, dan kewajiban serta hak anak.

Kata żurriyaħ berati keturunan yang berasal dari keduaorang tua,

keturunan merupakan bagian yang penting dalam melanjutkan misi

(34)

155

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(35)

155

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dijaga agar berkembang sebagai anak yang diharapkan oleh orang tuanya,

sedangkan dari kata aṭfāl yakni menandakan anak baik laki-laki ataupun perempuan yang telah memasuki usia sudah baligh dan kata bunayya yang berakar dari kata ibn berarti anak yang sudah dewasa.

Dari berbagai pengertian tentang anak yang sudah disebutkan di atas, hal

yang paling mendasar dalam pembahasan seputar anak tentu tentang

kedudukan anak agar dapat dijadikan acuan oleh orang tua untuk

menghantarkan mereka menuju kebaikan dan memelihara serta meningkatkan

potensi mereka. Adapun kedudukan anak bagi orang tuanya yakni anak

sebagai żurriyaħ (generasi penerus orang tua), anak sebagai zīnah (perhiasan

dunia), anak sebagai fitnaħ (cobaan), dan anak sebagai qurraħ a’yun

(penyenang hati).

Dalam pembahasan ini pun dipaparkan kewajiban dan hak anak. Dalam

ayat yang dianalisis yakni anak berkewajiban untuk berbakti kepada kedua

orang tuanya. Dan hak anak yakni mendapatkan perawatan sejak lahir dari

orang tuanya khususnya ibu yakni memberikan ASI (Air Susu Ibu) agar

pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa baik, kemudian kewajiban ayah

memeberikan nafkah yang layak kepada kepada anak dan istrinya untuk

kelangsungan hidup mereka dan orang melaksanakan fungsi keluarga salah

satunya fungsi penyelamatan, yaitu agar senantiasa memperhatikan kualitas

generasi berikutnya, jangan sampai meninggalkan generasi lemah (dari segi

akidah, fisik, mental, pengetahuan, ekonomi dan sebagainya).

Selain itu, tentunya orang tua mempunyai kewajiban untuk mendidik

anaknya sebagaimana yang dicontohkan oleh Luqmān sebagaimana diabadikan dalam QS. Luqmān [31]: 13 bahwa orang tua hendaknya memeberikan nasihat kepada anaknya tentang perlunya menghindari

syirik/mempersekutukan Allah. Larangan ini sekaligus mengandung

pengajaran tentang wujud dan keesaan Tuhan. Adapun dalam QS. Luqmān

(36)

156

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

baik ataupun buruk meskipun hanya sebesar biji sawi, dan sekalipun berada

di tempat yang paling tersembunyi Allah kelak akan menghisabnya. Dan

dalam QS. Luqmān [31]: 17 bahwa orang tua juga harus menasihati

anaknyaagar melaksanakan amal-amal alāħ yang puncaknya adalah alāħ

serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar ma’rūf nahī munkar

juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan,

yaitu sabar dan tabah.

Konsep anak tersebut memiliki implikasi terhadappendidikan dalam

keluarga yang meliputi prinsip, metode, materi, tujuan, fungsi pendidikan

dalam keluarga dan komunikasi pendidikan dalam keluarga.

Prinsip pendidikan dalam keluarga meliputi prinsip ketauhidan

merupakan prinsip dasar yang utama dalam proses pendidikan yang

menempatkan Allah sebagai sentral, yakni semuanya berpusat pada Allah.

Selanjutnya prinsip kasih sayang yakni segala upaya dan tindakan pendidikan

semuanya harus dilaksanakan dengan mengedepankan rasa kasih sayang,

karena dengan kasih sayang akan tumbuh generasi yang berkualitas

sebagaimana yang dicita-citakan oleh orang tuanya.Dan prinsip

keseimbangan yakni antara peran individu dan sosial, yaitu hubungan

individu dengan Allah, hubungan dengan sesama manusia serta hubungan

individu dengan dirinya sendiri, idak memisahkan antara urusan dunia dan

akhirat.

Kemudian, adapun metode pendidikan dalam keluarga meliputi metode

ḥiwār yakni percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai satu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu

tujuan yang dikehendaki. Metode mauiẓaħ adalah adalah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.

Ada juga metode am āl yakni mengumpamakan sesuatu yang abstrak dengan yang lain yang lebih konkrit untuk mencapai tujuan dan atau manfaat dari

(37)

157

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada

peserta didik (anak), baik dalam ucapan maupundalam perbuatan.

Selanjutnya, materi pendidikan dalam keluarga yang meliputi materi

pendidikan akidah yakni larangan untuk berbuat syirik kepada Allah.

Kemudian perintah salat yang masuk dalam materi pendidikan ibadah dan

materi muamalah yakni amr ma’rūf nahī munkar.

Kemudian implikasi terhadap tujuan pendidikan dalam keluarga yakni

mendidik dan membina anak sebagi keturunan dan penerus orang tuanya

menjadi manusia dewasa yang memiliki mentalitas dan moralitas yang luhur

bertanggungjawab baik secara moral, agama, maupun sosial kemasyarakatan,

dan menjadi anak yang saleh yang kelak anak dapat membela dan membatu

serta menjadi penenang hati orang tuanya agar mendatangkan kebahagiaan di

akhirat nanti, bukan menjadi cobaan yang dapat melalaikan orang tuanya

untuk mengingat Allah.

Dan yang terakhir implikasinya terhadap komunikasi pendidikan dalam

keluarga yakni dengan qaulān sadīdān (perkataan yang benar/lurus). Qaulān sadīdān yakni berkata benar berarti berkata jujur. Orang yang jujur adalah orang yang dapat dipercaya. Setiap perkataannya selalu mengandung

kebenaran. Berkata benar memberikan efek spikologis yang positif terhadap

jiwa anak. Anak akan selalu berkata benar adalah orang yang sehat jiwanya.

B. Saran

1. Saran bagi Program Studi IPAI

Untuk saat ini penelitian terhadap kajian al-Qurān yang berusaha menggali konsep-konsep untuk memberikan sumbangan terhadap pendidikan

dirasa masih sangat sedikit. Oleh karena itu, harapannya Program Studi IPAI

menganjurkan kepada para Mahasiswa untuk lebih banyak melakukan

(38)

158

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Orang tua hendaknya memahami terlebih dahulu dengan baik tentang

kedudukan anak serta mengenai kewajibannya terhadap anak sebagai

amānaħ(titipan) dari Allah agar dibina dan dididik ke arah kedewasaan dan hidup mandiri dengan penuh tanggung jawab serta berakhlak mulia.

Selanjutnya, orang tua juga hendaknya menerapkan prinsip, metode dan

materi dalam mendidik anak dalam proses pendidikannya dalam keluarga,

sebagaimana yang telah dipaparkan dalam pembahasan, supaya anak tumbuh

menjadi insān kamīl.

3. Saran bagi Bidang Kurikulum Pendidikan Formal

Dalam hasil penelitian ini ditemukan prinsip, metode dan materi

pendidikan yang di dalamnya menyangkut masalah-masalah pokok dalam

kehidupan. Oleh karena itu, harapannya dalam pendidikan formal bisa

diterapkan dan dikembangkan lagi.

4. Saran bagi peneliti selanjutnya

Adapun yang terakhir ditujukan kepada peneliti selanjutnya, yang

hendak meneliti perihal konsep anak dalam al-Qurān. Dalam penelitian ini, dari ayat-ayat yang mengandung kata anak, penulis menemukan adanya

komunikasi edukatif antara orang tua dan anak, salah satunya yang tercermin

melalui interaksi/dialog pendidikan antara nabī Ibrāhīm dengan nabī Ismāīl, kemudian nabī Nūh dengan anaknya Kan’an. Sehingga harapannya peneliti

selanjutnya bisa meneliti mengenai hal tersebut, agar memperkaya khazanah

(39)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

_______. (2002). Alqur’an dan Terjemahannya. Penerjemah: Tim Penerjemah Departemen Agama RI. Jakarta: CV Darus Sunnah

Abdullah. (2014, Mei 5). 108 Anak di Jabar Jadi Korban Kekerasan Seksual. Dipetik Juni 16, 2014, dari Liputan 6: http://health.liputan6.com

Aedy, H. (2009). Kubangun Rumah Tanggaku dengan Modal Akhlak Mulia.

Bandung: Alfabeta.

Ahmad, M. A. (2008). Meto

Referensi

Dokumen terkait

Kata kunci: Danau Toba, Geopark, Pariwisata, Desa Tongging Kabupaten Karo, Hotel Resort, Arsitektur Vernakular. Universitas

dalam menanamkan kedisiplinan pada anak, maka jika permasalah ini terus dibiarkan maka akan berdampak pada perilaku anak yang kurang kedisiplinan, kedisiplinan sangat erat

Untuk mendapat status gizi yang baik selama kehamilan maka ibu dalam keadaan hamil harus cukup mendapatkan makanan bagi dirinya sendiri maupun janinnya, makanan

dilaksanakan, lama pengalaman kerja, profesi/keahlian sesuai dengan Surat Keterangan Ahli/Surat Keterangan Terampil dan tahun penerbitan sertifikat/ijazah dari setiap tenaga

Pemanfaatan Modal Sosial dan Kekuasaan Dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa Bahapal Raya. Universitas

perempuan lebih besar nilainya dibandingkan siswa laki-laki, pada indikator berpikir. luwes siswa laki-laki lebih besar nilainya dari pada siswa

Hasil pengolahan data penelitian diperoleh bahwa program pendidikan layanan khusus bagi anak berhadapan dengan hukum di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II

merupakan salah satu jenis ikan kakap yang banyak dicari oleh konsumen. sebagai bahan konsumsi masyarakat yaitu sebagai lauk-pauk harian