Engkos Koswara, 2013
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME
TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PEMBENTUKAN KERJASAMA
DAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BERMAIN FUTSAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dari Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Kependidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh
ENGKOS KOSWARA
0807729
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
Engkos Koswara, 2013
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TEAM GAME
TOURNAMENT
(TGT) TERHADAP PEMBENTUKAN KERJASAMA
DAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN
BERMAIN FUTSAL
Oleh
Engkos Koswara
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Engkos Koswara 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Engkos Koswara, 2013
ENGKOS KOSWARA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME
TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PEMBENTUKAN KERJASAMA
DAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BERMAIN FUTSAL
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Dr. Nuryadi, M.Pd
NIP.197101171998021001
Pembimbing II
Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd
NIP. 196807071992032001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Universitas Pendidikan Indonesia
Engkos Koswara, 2013
ABSTRAK
Engkos Koswara, 0807729. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) Terhadap Pembentukan Kerjasama dan Hasil Belajar Keterampilan Bermain Futsal. Pembimbing 1 Dr. Nuryadi, M.Pd. Pembimbing II Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kerjasama siswa dan kurangnya keterampilan bermain siswa dalam pembelajaran futsal di SMA Negeri 2 Majalengka. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pembentukan kerjasama siswa dan hasil belajar keterampilan bermain futsal di SMA Negeri 2 Majalengka. Pelaksanaan penelitiannya yaitu dengan mengujicobakan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) pada pembelajaran futsal.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan desain One Group Pretest-Posttest Design. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel purposive yaitu sebanyak 30 orang siswa. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi. Adapun instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi.
Dari hasil data penelitian diperoleh hasil tes awal sebelum menggunakan model pembelajaran koopertif Tipe Team Game Tournament (TGT) dari hasil hipotesis pada pembentukan kerjasama thitung ttabel, yaitu 5,01 > 1,699 maka hipotesis kerja (Ha) diterima dan Hipotesis nol (Ho) ditolak, sementara keterampilan bermain thitung ttabel yaitu 8,78 > 1,699, bisa disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Ha) diterima dan Hipotesis nol (Ho) ditolak, untuk hipotesis gabungan dari pembentukan kerjasama dan hasil belajar keterampilan bermain futsal thitung > ttabel , yaitu 10,78 > 1,699, bisa disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Ha) diterima dan Hipotesis nol (Ho) ditolak.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan kerjasama siswa, keterampilan bermain futsal, dan gabungan dari keduanya yaitu pembentukan kerjasama siswa dan hasil belajar keterampilan bermain futsal di SMA Negeri 2 Majalengka.
Engkos Koswara, 2013
ABSTRACT
Engkos Koswara, 0807729. The Influence of Cooperative Learning Type Team Game Tournament (TGT) towards Cooperation Building and Learning Output of Futsal Skill. Main Supervisor Dr. Nuryadi, M.Pd. Secon Supervisor Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd.
Referring to the background of the research explained about the low of students cooperation and playing ability in learning of futsal at SMA Negeri 2 Majalengka. The purpose of this research to increase formation of students cooperation and the result learning of futsal ability at SMA Negeri 2 Majalengka. In the implementation, the writer used of cooperative learning, type Team Game Tournament (TGT) in learning of futsal.
Research method used an experimental design. The data were obtained through a pretest and posttest. In the research, the writer used sample of purposive technique, in which there were 30 students to be participant. Techinique of this research used observation. The instrument used observation sheet.
The result of the data analysis showed that before implementing of cooperative learning model type Team Game Tournament (TGT) from hypothesis on cooperation formation thitung > ttabel is 5.01 > 1.699, so the alternative hypothesis (Ha) is accepted and null hypothesis (Ho) is rejected. Meanwhile, playing ability thitung > ttable is 8.78 > 1.699, so it can be concluded that alternative hypothesis (Ha) is accepted and null hypothesis (Ho) is rejected, and the overall hypothesis thitung > ttable, which is 10.78 > 1,699, so it is inferred that alternative hypothesis (Ha) is accepted and null hypothesis (Ho) is rejected.
Based on the results of the research, it showed that cooperative learning model type Team Games Tournament (TGT) have a significant influence on the formation of student cooperation, playing ability futsal, and a combination of both there are the formation of students cooperation and the result learning of futsal abilitiy at SMA Negeri 2 Majalengka.
Engkos Koswara, 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Batasan Penelitian ... 8
G. Anggapan Dasar ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka ... 12
1. Model Pembelajaran ... 12
2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 17
3. Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) ... 20
4. Hakikat Kerjasama ... 23
5. Hasil Belajar ... 27
6. Futsal ... 29
B. Kerangka Pemikiran ... 40
1. Pengaruh Model Team Game Tournament (TGT) terhadap Kerjasama Dalam Bermain Futsal ... 40
Engkos Koswara, 2013
3. Pengaruh Kerjasama dan Keterampilan
dalam Bermain Futsal ... 42
C. Hipotesis ... 45
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 46
B. Populasi dan Sampel ... 48
C. Desain dan Langkah Penelitian ... 49
D. Paradigma Penelitian ... 51
D. Instrumen Penelitian ... 51
E. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 54
F. Teknik Analisis Data ... 56
BAB VI HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 60
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 61
1. Uji Normalitas ... 61
2. Uji Homogenitas ... 62
3. Uji Hipotesis ... 63
C. Diskusi Penemuan ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Engkos Koswara, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Kooperatif Secara Umum ... 19
Tabel 2.2 Penghargaan Tim ... 22
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 50
Tabel 3.2 Kategori Pemberian Skor ... 54
Tabel 4.1 Penghitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku pada Pembentukan Kerjasama dan Keterampilan Bermain ... 60
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas pada Pembentukan Kerjasama dan Keterampilan Bermain ... 62
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas pada Pembentukan Kerjasama dan Keterampilan Bermain ... 62
Engkos Koswara, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teknik Dasar Mengumpan ... 32
Gambar 2.2 Teknik Dasar Menahan Bola ... 34
Gambar 2.3 Teknik Dasar Mengumpan Lambung ... 35
Gambar 2.4 Teknik Dasar Menggiring Bola ... 37
Gambar 2.5 Teknik Dasar Menembak dengan punggung kaki ... 39
Gambar 2.5 Teknik Dasar Menembak dengan ujung kaki ... 40
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian... 50
Engkos Koswara, 2013
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Kemampuan Rata-Rata Siswa
Engkos Koswara, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani tidak dapat dipisahkan dari
unsur permainan maupun bermain. Sesuai dengan keadaan Pendidikan Jasmani
pada masa sekarang, Pendidikan Jasmani lebih diarahkan pada pemberian
kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa
untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai serta
keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di
masyarakat. Pendidikan Jasmani seyogyanya harus bisa membentuk
karakter-karakter positif pada diri siswa, dan bisa merangsang motivasi siswa untuk
berbuat lebih baik dalam kehidupan sehari-harinya maupun ketika dalam proses
pembelajaran di sekolah. Setiap materi pembelajaran Pendidikan Jasmani harus
diselaraskan dengan karakter yang akan dibentuk melalui proses pembelajaran
tersebut dan tujuannya adalah sesuai dengan kurikulum yang telah ada.
Pada dasarnya Pendidikan Jasmani merupakan aktivitas fisik yang
dilakukan melalui pembelajaran yang diarahkan dan mendorong kepada pendidik
agar seluruh potensi peserta didik tumbuh dan berkembang untuk mencapai suatu
tujuan secara utuh dan menyeluruh. Hal ini sesuai dengan apa yang tertuang
dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengungkapkan bahwa :
Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai
(sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk
2
Engkos Koswara, 2013
Berdasarkan uraian tersebut Pendidikan Jasmani mempunyai peranan yang
sangat penting dan berbeda yang menjadi ciri khas dibandingkan bidang studi
lainnya, karena Pendidikan Jasmani tidak hanya mementingkan pengembangan
intelektual tetapi pengembangan diri baik dari segi keterampilan menjadi hal yang
dikembangkan dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani. Hal ini menjadi
kelebihan Pendidikan Jasmani itu sendiri, jika mata pelajaran lain lebih
mementingkan pengembangan intelektual, maka melalui Pendidikan Jasmani akan
terbina aspek-aspek atau ranah-ranah pendidikan jasmani yang menjadi ciri khas
pendidikan diantaranya aspek kognitif, afektif, psikomotor maupun aspek sosial.
Peranan Guru Pendidikan Jasmani dalam hal ini harus dapat mengarahkan
siswa ke arah tujuan yang sesuai dengan tujuan kurikulum yang telah diterapkan.
Salah satu cara yang ditempuh guru untuk membiasakan siswa terlibat dalam
kegiatan belajar yang kondusif sesuai dengan pemaparan di atas adalah
menggunakan model-model pembelajaran maupun metode-metode pengajaran
yang bisa merangsang siswa untuk lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan
belajar juga bisa membawa hasil yang diharapkan oleh kurikulum. Pemahaman
maupun pengetahuan siswa di zaman sekarang ini sangat dimudahkan dengan
adanya tekhnologi yang serba cepat dan canggih, siswa bisa setiap saat mengakses
berbagai informasi yang ada. Hal ini mengakibatkan rasa keingintahuan siswa
menjadi lebih besar. Dalam hal ini guru harus bisa lebih variatif lagi mencari
sumber pembelajaran agar rasa keingintahuan dan motivasi yang besar untuk
belajar pada diri siswa dapat mudah dipahami oleh guru. Dengan keadaan guru
yang kreatif dalam pembelajaran memberikan aura yang positif pada kondisi
pembelajaran itu sendiri, agar tujuan pembelajaran yang disampaikan tercapai dan
mudah dipahami oleh siswa. Guru harus bisa memahami dan menguasai berbagai
strategi, metode, media pembelajaran, pendekatan dan model-model pembelajaran
yang menunjang untuk berlangsungnya kegiatan pembelajaran di sekolah.
Permasalahan-permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, salah
satunya ditemukan penulis dalam pembelajaran permainan futsal di SMA Negeri
2 Majalengka. Futsal merupakan salah satu permainan yang hampir sama dengan
3
Engkos Koswara, 2013
jumlah pemain dan peraturan permainan. Futsal merupakan permainan yang
mengandalkan kolektifitas dan kerjasama dalam permainannya. Futsal adalah
permainan yang sangat cepat dan dinamis (Lhaksana, 2011:7). Dari segi lapangan
yang relatif kecil, hampir tidak ada ruangan untuk membuat kesalahan. Jadi futsal
adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing
beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukan bola ke gawang lawan,
dengan memanipulasi bola dengan kaki. Dalam permainan futsal banyak
aspek-aspek karakter yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti
halnya Pendidikan Jasmani itu sendiri. Aspek tersebut meliputi kerjasama,
disiplin, saling menghargai lawan maupun kawan dan masih banyak aspek-aspek
positif yang terkandung dalam permainan futsal.
Berdasarkan apa yang di lihat dan dirasakan di lapangan ternyata banyak
masalah-masalah yang ditemui dalam kegiatan pembelajaran permainan futsal itu
sendiri. Salah satu masalah yang muncul adalah keinginan para siswa untuk
langsung melakukan permainan futsal secara langsung atau langsung ke kegiatan
permainan (game), kurangnya kerjasama siswa dalam pembelajaran permainan
futsal. Hal ini tidak didukung dengan keterampilan bermain siswa itu sendiri
(kemampuan individu) , banyak siswa dalam pembelajaran permainan futsal di
SMA Negeri 2 Majalengka yang kurang menguasai keterampilan-keterampilan
dalam bermain futsal. Seperti contoh, dalam melakukan operan bola (passing)
masih banyak siswa yang kurang bisa melakukannya dengan efektif, masih
banyak dari siswa ketika melakukan passing masih melenceng dan tidak
mengarah pada temannya. ketika siswa sedang menggiring bola (dribbling) bola
mudah direbut oleh lawan begitupun ketika siswa melakukan tembakan (shooting)
ke arah gawang arah bola jauh dari sasaran dan terkadang melambung jauh di atas
gawang. Sedangkan dalam permainan futsal itu sendiri ada beberapa aspek
keterampilan yang harus diajarkan terlebih dahulu. Menurut Lhaksana (2011:29)
dalam permainan futsal diperlukan kemampuan menguasai teknik dasar bermain
futsal, diantaranya :
1) teknik dasar mengumpan (passing)
4
Engkos Koswara, 2013
3) teknik dasar mengumpan lambung (chipping)
4) teknik dasar menggiring bola (dribbling)
5) teknik dasar menembak (shooting)
Dengan menguasai berbagai keterampilan tersebut diharapkan ketika
bermain dalam permainan futsal siswa mampu menjalankan perintah maupun
arahan yang diberikan oleh guru ataupun pelatih, sehingga ketika bermain apa
yang diharapkan seorang pelatih atau guru dapat dijalankan dengan baik oleh
siswa. Tetapi pada kenyataan di lapangan banyak siswa yang masih belum
menguasai keterampilan tersebut, sehingga ketika game berjalan permainan yang
dilaksanakan tidak sesuai yang diharapkan. Dengan keadaan tersebut sudah
merupakan suatu keharusan dalam permainan futsal menguasai terlebih dahulu
keterampilan bermain tersebut. Dapat disimpulkan bahwa dengan menguasai
keterampilan bermain futsal yang efektif pengaruh dalam permainan itu sendiri
sangat besar dan permainan pun akan berjalan dengan baik.
Hal lain yang menjadi permasalahan utama dalam pembelajaran futsal di
SMA Negeri 2 Majalengka adalah kurangnya kerjasama siswa ketika bermain
futsal, sementara hasil yang diharapkan dalam kompetensi dasar adalah nilai-nilai
kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat dan percaya diri. Kurangnya rasa
kerjasama siswa dalam pembelajaran terlihat ketika permainan berlangsung para
siswa kurang bisa bekerjasama dengan siswa lainnya, siswa masih bermain secara
sendiri-sendiri dan rasa egoisme siswa cukup tinggi sehingga ketika permainan
berlangsung tidak ada rasa kerjasama dalam permainan tersebut. Hal ini
merupakan suatu masalah yang serius karena dalam permainan futsal kerjasama
merupakan hal yang utama dan hal yang harus diperhatikan ketika permainan
berlangsung, tanpa adanya kolektifitas dalam bermain maka hasil yang diharapkan
dalam proses pembelajaran tersebut sangat kurang. Jika dalam proses
pembelajaran, keterampilan bermain futsal dan rasa kerjasama siswa dalam
bermain kurang baik, maka dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap hasil
belajar, yang dalam hal ini adalah hasil belajar dan kerjasama dalam bermain
5
Engkos Koswara, 2013
diperhatikan adalah keterampilan individu dan kemampuan kerjasama siswa
dalam pembelajaran, agar hasil pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam lingkup peningkatan efektivitas pembelajaran di sekolah ,
sumbangan yang paling mungkin atau nyata adalah guru sebagai ujung tombak
dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Peranan guru yang bisa langsung
dirasakan dalam kegiatan belajar adalah penggunaan model pembelajaran, strategi
mengajar, media pembelajaran, metode-metode pengajaran ataupun gaya
mengajar yang digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan hal ini
diharapkan siswa termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Penerapan
model pembelajaran dalam pendidikan jasmani diharapkan dapat meningkatkan
perhatian siswa dan memotivasi siswa untuk melakukan suatu kegiatan dalam
proses pembelajaran pendidikan jasmani.
Bentuk model pembelajaran pendidikan jasmani terhitung banyak salah
satunya adalah model pembelajaran Team Game Tournament (TGT), model ini
merupakan salah satu tipe dari pembelajaran cooperatif atau pembelajaran
kelompok. Menurut Rusman (2010:203) “ Model pembelajaran kooperatif yaitu
strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam satu kelompok kecil untuk
saling berinteraksi ”. Pada pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja
sama pada suatu tugas bersama dan mereka mengkoordinasikan usahanya untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Dengan menggunakan model Team
Game Tournament (TGT) pada proses kegiatan belajar mengajar diharapkan
siswa lebih termotivasi dan kegiatan yang dilakukan lebih menarik sehingga hasil
belajar dan motivasi siswa lebih meningkat sesuai yang diharapkan. Pembelajaran
dengan model Team Game Tournament (TGT) merupakan model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus
ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcment. Selain itu, dengan adanya bentuk
kerjasama dalam kegiatan pembelajaran tercipta karakter-karakter siswa yang bisa
bekerjasama dalam kelompok. Keterampilan ini sangat dibutuhkan, untuk nanti
6
Engkos Koswara, 2013
Dari persoalan-persoalan di lapangan yang telah dijelaskan, penulis
mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game
Tournament (TGT) dengan sistem penilaian mengacu pada kinerja kelompok dan
kinerja individu dalam konstribusinya terhadap kinerja kelompok. Untuk melihat
pengaruhnya terhadap hasil belajar dan kerjasama dalam bermain futsal. Maka
berdasarkan uraian permasalahan tersebut, membuat penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Team Game Tournament (TGT) Terhadap Pembentukan Kerjasama dan Hasil
Belajar Keterampilan Bermain Futsal”.
B. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian adanya identifikasi masalah sangatlah penting untuk
memperjelas permasalahan yang timbul dalam penelitian. Masalah dalam
penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, diantaranya yaitu kurangnya
keterampilan bermain siswa dan kurangnya kerjasama siswa ketika berada dalam
kegiatan pembelajaran futsal yang berakibat pada rendahnya hasil belajar
keterampilan bermain futsal. Maka dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi
masalah yang muncul dalam penelitian yaitu :
1. Kurangnya keterampilan bermain siswa dalam pembelajaran permainan
bermain futsal,
2. Kurangnya kerjasama siswa dalam pembelajaran permainan bermain
futsal.
3. Kurangnya hasil belajar siswa dalam bermain futsal
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kurangnya keterampilan
bermain futsal dan kurangnya kerjasama siswa dalam proses pembelajaran
menjadi hal yang berpengaruh pada rendahnya kualitas hasil belajar siswa
tersebut. Hal ini menjadi permasalahan-permasalahan yang muncul dan akan
7
Engkos Koswara, 2013
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah diatas, penulis menarik suatu rumusan masalah
yang menjadi fokus dalam pertanyaan penelitian ini, yaitu :
1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team
Game Tournament (TGT) terhadap pembentukan kerjasama siswa dalam
bermain futsal?
2. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team
Game Tournament (TGT) terhadap hasil belajar keterampilan bermain
futsal?
3. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team
Game Tournament (TGT) terhadap pembentukan kerjasama siswa dan
hasil belajar keterampilan bermain futsal?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team
Game Tournament (TGT) terhadap pembentukan kerjasama siswa dalam
bermain futsal
2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team
Game Tournament (TGT) terhadap hasil belajar keterampilan bermain
futsal
3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team
Game Tournament (TGT) terhadap pembentukan kerjasama siswa dan
hasil belajar keterampilan bermain futsal
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi siswa, bagi guru dan
bagi lembaga pendidikan berupa manfaat teoritis sekaligus manfaat praktis, antara
8
Engkos Koswara, 2013
1. Bagi Siswa
1) Meningkatkan pembelajaran anak
2) Meningkatkan rasa percaya diri dan rasa senang terhadap proses
pendidikan jasmani
3) Merasakan suasana kompetitif dalam pembelajaran
4) Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, pemikiran konsep belajar
melalui model pembelajaran kooperatif
2. Bagi Guru
1) Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan model
pembelajaran pada siswa
2) Meningkatkan pemahaman tentang penerapan model-model
pembelajaran
3) Mengembangkan kemampuan dalam penerapan model-model
pembelajaran dalam pendidikan jasmani
3. Bagi Sekolah
1) Memberikan konstribusi bagi sekolah dalam mengembangkan
pembelajaran
2) Mendorong siswa untuk berprestasi melalui pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efisien, dan Menyenangkan (PAIKEM)
3) Mampu mengembangkan pendekatan pembelajaran sesuai dengan
tuntutan lingkungan
F. Batasan Penelitian
Untuk menghindari timbulnya penafsiran yang salah dan untuk menghindari
penyimpangan pembahasan permasalahan dan tujuan penelitian dalam penelitian
ini, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan
ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ruang lingkup penelitian ini hanya pada pengaruh model pembelajaran
9
Engkos Koswara, 2013
kerjasama dan hasil belajar keterampilan bermain futsal dalam
pembelajaran futsal pada siswa SMA Negeri 2 Majalengka,
2. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) dan variabel
terikatnya adalah kerjasama siswa dan hasil belajar keterampilan bermain
futsal
3. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen,
4. Sampel penelitian ini adalah siswa yang aktif mengikuti ekstrakurikuler
futsal di SMA Negeri 2 Majalengka sebanyak 30 orang.
5. Instrumen yang digunakan adalah Lembar observasi. Untuk mengukur
kerjasama siswa, indikator dari kerjasama penulis mengacu dari berbagai
gabungan pendapat yang dikemukakan beberapa ahli, diantaranya
Soekanto (2012:66), Suherman (2001:86), Joe Lansberger (2009) dalam
situs http://www.stdudygs.net/melayumanado/cooplearn.htm, H. Kusnadi
(2009) dalam situs http://id.shoovng.com/1943506-pengertian-kerja-sama,
sedangkan untuk tes keterampilan bermain Penulis mengacu dari Griffin,
Mitchell, dan Oslin (1997) yaitu Game Performance Assesment Instrument
(GPAI) yang telah di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia yang menjadi
Instrumen Penilaian Penampilan Bermain (IPPB).
G. Anggapan Dasar
Menurut Winaryo Surachmad yang dikutip dalam Arikunto (2006:60)
anggapan dasar yaitu satu titik tolak pemikiran yang keasliannya diterima oleh
peneliti. Yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini yaitu, pembelajaran
keterampilan dasar bermain futsal bisa efektif jika didukung dengan model
pembelajaran yang sesuai dan relevan. Dalam hal ini model pembelajaran
kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) salah satu model pembelajaran
yang sesuai dengan pembelajaran keterampilan bermain futsal karena model
pembelajaran kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) memberikan
kesempatan pada siswa untuk bekerjasama dalam suatu kelompok sehingga
10
Engkos Koswara, 2013
yang dijelaskan oleh Rusman (2010:224) bahwa “ Team Game Tournament
(TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa
yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda”.
Dengan demikian siswa berada dalam satu kelompok yang berbeda karakteristik
dan dimaksudkan agar siswa bisa memahami berbagai karakteristik dan perbedaan
dari teman satu kelompok tersebut, sehingga bisa bekerjasama tanpa memandang
perbedaan apapun. Sehingga ketika pembelajaran yang dilakukan lebih efektif dan
hasil yang diharakan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan belajar di sekolah hasil belajar adalah kemampuan
atau keterampilan seseorang yang diperoleh siswa atas usahanya dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah. Selanjutnya mengenai hasil belajar menurut Sudjana
(2009:22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia (2001:895) “Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran lazimnya ditunjukan
dengan nilai yang diberikan oleh guru”.
Sudjana (2009:22) membagi klasifikasi tentang hasil belajar, yaitu sebagai
berikut:
Hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afekti, ranah psikomotoris.
1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetehuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, ykni gerakan refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpreatif.
Berdasarkan definisi hasil belajar yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
11
Engkos Koswara, 2013
diperoleh setiap individu atas usahanya yang telah dilakukan di sekolah melalui
hasil tes baik berupa nilai yang dinyatakan dalam angka maupun berupa
perubahan sikap yang lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Rusman (2010:134) Belajar adalah proses perubahan tingkah laku
individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Dalam setiap proses pembelajaran pasti mempunyai tujuan pembelajaran yang
harus dicapai oleh siswa. Tujuan pembelajaran tersebut yang akan dijadikan
patokan terhadap keberhasilan belajar siswa. Bisa dikategorikan apabila siswa
bisa mencapai tujuan pembelajaran tersebut, hasil belejar siswa bisa dikatakan
bagus, tapi sebaliknya apabila siswa belum bisa mencapai apa yang menjadi
tujuan pembelajaran tersebut maka hasil belajar siswa bisa dikatakan kurang.
keberhasilan siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh cara belajar siswa
terhadap pembelajaran tersebut. seperti yang sudah dibahas pada pembahasan
sebelumnya, model merupakan pedoman yang digunakan oleh guru dan siswa
supaya pembelajaran yang diberikan bisa menyenangkan dan siswa pun bisa lebih
aktif dengan didukung oleh model pembelajaran yang sesuai. Model TGT
merupakan model yang sesuai dalam pembelajaran keterampilan dasar futsal.
Dengan belajar berkelompok yang didukung oleh turnamen akademik dalam
model ini, bisa mengaktifkan siswa dalam pembelajaran keterampilan bermain
futsal dan bisa lebih menyenangkan, sehingga hasil belajar siswa dalam
pembelajaran keterampilan bermain futsal bisa memuaskan dan bisa mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan model TGT siswa bisa saling
membantu dan bekerja sama dengan sesama tim nya agar pencapaian skor
Engkos Koswara, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau cara yang ditempuh
untuk memperoleh data. Metode adalah langkah-langkah yang diambil untuk
memudahkan penelitian. Setiap penelitian terlebih dahulu harus memutuskan
metode apa yang akan digunakan dalam penelitian tersebut. Hal ini dilakukan
karena metode merupakan cara yang akan menentukan berhasil atau tidaknya
tujuan yang akan dicapai. Surakhmad (1998:131) menjelaskan bahwa :
Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.
Sementara itu Sudjana (2005:52) mengungkapkan bahwa “Metode penelitian
merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh
asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan idiologis, pertanyaan
dan isu-isu yang dihadapi.” Karena kegiatan tersebut dilakukan setiap
melaksanakan penelitian, maka beberapa ahli menyebutnya sebagai tradisi
penelitian (research traditions).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian merupakan suatu hal yang berkaitan dengan prosedur, alat, serta desain
penelitian yang digunakan, sehingga dihasilkan penelitian yang benar-benar
ilmiah atas permasalahan-permasalahan penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian harus sesuai dengan permasalahan
yang akan diteliti, guna menentukan keberhasilan penelitian tersebut. Hal ini
mengandung arti bahwa metode yang digunakan dalam suatu penelitian sangat
penting dalam pengumpulan data penelitian dan analisis data penelitian.
Disamping itu, penggunaan metode tergantung kepada permasalahan yang akan
47
Engkos Koswara, 2013
efektifitasnya, efesiensinya, dan relevansinya metode tersebut. Suatu metode
dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perubahan
positif menuju tujuan yang diharapkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2011:109) adalah sebagai berikut:
Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian kuantitatif.
Selanjutnya Sugiyono (2011:11) mengemukakan bahwa, “ Metode penelitian
eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
treatment tertentu (perlakuan) dalam kondisi yang terkontrol (laboratorium).”
Metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan
dengan tujuan untuk menyelidiki suatu masalah sehingga diperoleh hasil. Jadi
dalam metode ini harus ada faktor yang dicobakan adalah variabel bebas yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) untuk
diketahui pengaruh atau dampaknya terhadap variabel terikat yaitu pembentukan
kerjasama siswa dalam bermain futsal dan hasil belajar keterampilan bermain
futsal.
Dalam penelitian ini sampel diberikan tes awal (pretest) menggunakan lembar
observasi untuk diketahui kondisi sejauh mana kerjasama siswa dan keterampilan
dasar bermain futsal sebelum diberikan perlakuan (treatment). Setelah data awal
terkumpul maka selanjutnya diberikan treatment melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) sebanyak 16 kali pertemuan
selama 1,5 bulan, setelah itu diberikan tes akhir (posttest) menggunakan lembar
observasi tentang tentang kerjasama siswa dan keterampilan dasar bermain futsal.
Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui pengaruh atau dampak yang
ditimbulkan oleh model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament
(TGT) terhadap pembentukan kerjasama siswa dalam bermain futsal dan
48
Engkos Koswara, 2013
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Setiap penelitian pasti membutuhkan suatu data dan sumber yang terpercaya
untuk menjawab permasalahan dalam penelitian dan untuk mengajab hipotesis.
Sugiyono (2012:117) mengatakan populasi adalah:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam
lain. Populasi juga buka hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek
atau obyek itu.
Sedangkan Arikunto (2010 :172) menjelaskan bahwa yang dimaksud populasi
adalah : "keseluruhan subjek penelitian"
Berdasarkan pendapat dua ahli diatas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud populasi adalah keseluruhan subjek dan sumber data yang sudah
ditetapkan untuk dipelajari sifat-sifatnya. Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuer futsal di SMA
Negeri 2 Majalengka yang berjumlah 50 orang.
2. Sampel
Setelah mengetahui populasi yang akan diteliti, langkah selanjutnya adalah
menentukan sampel dari populasi tersebut. Sugiyono (2012:118) mengatakan
bahwa sampel adalah:
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi.
Dalam proses penelitian ini, penulis mengambil sebagian dari populasi untuk
dijadikan sampel. Tentang jumlah sampel penelitian penulis berpedoman kepada
49
Engkos Koswara, 2013
untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Sejalan dengan pendapat tersebut, maka penarikan sampel yang digunakan
adalah non probability sampling dengan teknik sampling purposive. Menurut
Sugiyono (2012:120) “non probability sampling adalah teknik tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel”. Sedangkan sampling purposive adalah “teknik penentuan
ampel dengan pertimbangan tertentu” dengan kriteria yaitu siswa yang rajin
mengikuti ekstrakurikuler, yang terdiri dari siswa SMAN 2 Majalengka yang
mengikuti pembelajaran futsal dengan jumlah 30 orang.
C. Desain dan Langkah Penelitian
Desain penelitian sangat dibutuhkan dalam suatu penelitian, hal ini
mempunyai tujuan untuk memberikan arah dan jalan terhadap keberhasilan suatu
penelitian. Nasution (2004:40) menyatakan bahwa: ”Desain penelitian merupakan
suatu rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data sesuai dengan
tujuan penelitian”. Untuk memetukan suatu desain penelitian biasanya disesuaikan dengan metode yang akan digunakan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen. Sedangkan desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Pre-test and Post-test Group Design. Adapun bentuk
50
Engkos Koswara, 2013
Tabel 3.1
One Group Pretest and Posttest Group Design
O1 X O2
(Sumber : Sugiyono (20011:10)
Keterangan :
O1 : Pretest, yaitu tes awal
X : Perlakuan atau treatmen (Perlakuan atau pembelajaran menggunakan model TGT)
O2 : Posttest, yaitu tes akhir (Observasi setelah perlakuan dengan menggunakan model TGT)
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian Populasi
Sampel
Tes Awal sebelum menggunakan model TGT
Tes akhir setelah menggunakan model TGT
Pengolahan dan Analisis data
Kesimpulan
51
Engkos Koswara, 2013
D. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian yang dipakai adalah paradigma ganda dengan dua
variabel dependen.
Gambar 3.2 Paradigma Penelitian
Keterangan :
X = Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Game Tournament
(TGT)
Y1 = Pembentukan Kerjasama
Y2 = Hasil belajar keterampilan bermain
Y1+Y2 = Gabungan pembentukan kerjasama dengan hasil belajar
keterampilan bermain
E. Instrumen Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus mempersiapkan terlebih dahulu
instrumen yang akan digunakan. Sugiyono (2010:146) menjelaskan bahwa
“instrumen penelitiaan adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Untuk memperoleh data secara objektif, diperlukan instrumen yang tepat sehingga masalah yang diteliti akan
terlefleksi dengan baik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaiu
lembar observasi.
X
Y1+Y2
52
Engkos Koswara, 2013
Lembar observasi yang digunakan untuk mengukur kerjasama siswa dalam
bermain futsal, Adapun yang diobservasi adalah kerjasama siswa dalam bermain
futsal, untuk indikator dari kerjasama penulis mengacu dari berbagai gabungan
pendapat yang dikemukakan beberapa ahli, diantaranya Soekanto (2012:66),
menjelaskan bahwa:
kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut.
Sedangkan, Suherman (2001:86) menyebutkan unsur penting dalam
kerjasama adalah:
1) Mengikuti aturan
2) Membantu teman yang belum bisa 3) Ingin semua teman bermain dan berhasil 4) Memotivasi orang lain
5) Bekerjakeras menerapkan skill 6) Hormat terhadap orang lain 7) Mengendalikan tempramen
8) Memperhatikan perasaan orang lain 9) Kerjasama meraih tujuan
10)Menerima pendapat orang lain 11)Bermain secara terkendali
Sementara itu Joe Landsberger (2009) dalam situs
http://www.stdudygs.net/melayumanado/cooplearn.htm menjelaskan bahwa:
Kerjasama adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat. Kerjasama adalah saling mempengaruhi sebagai anggota tim, anda: 1) Membangun dan membagi suatu tujuan yang lumrah
2) Sumbangkan pemahamanmu tentang permasalahan: pertanyaan, wawasan, dan pemecahan
53
Engkos Koswara, 2013
4) Setiap anggota memperkuat yang lain untuk berbicara dan berpartisipasi, dan menentukan kontribusi (sumbangan) mereka
5) Bertanggung jawab terhadap orang lain, dan mereka bertanggung jawab pada anda
6) Bergantung pada yang lain, dan mereka bergantung pada anda.
Selanjutnya H. Kusnadi (2009) dalam situs
http://id.shoovng.com/1943506-pengertian-kerja-sama menjelaskan bahwa ”Kerjasama adalah dua orang atau
lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang
diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu”. Tujuan yang dicapai tersebut
merupakan tujuan bersama atau kelompok untuk kepentingan bersama.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, maka diambil kesimpulan bahwa
indikator kerjasama siswa adalah:
1. Mengikuti aturan
2. Membantu teman yang belum bisa
3. Memotivasi orang lain
4. Hormat pada orang lain
5. Menerima pendapat orang lain
6. Mengendalikan tempramen
7. Memperhatikan perasaan orang lain
8. Kerjasama meraih tujuan
Sedangkan untuk mengukur keterampilan bermain siswa dalam bermain
futsal instrumen yang digunakan adalah mengacu pada Griffin, Mitchell, dan
Oslin (1997) Instrumen penilaian yang diberi nama Game Performance
Assessment Instrument (GPAI) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi Instrumen Penilaian Penampilan Bermain (IPPB). Tujuannya
unuk membantu para guru dan pelatih dalam mengobservasi dan mendata perilaku
pemain sewaktu permainan berlangsung.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan langkah-langkah untuk
memperoleh data sebagai berikut:
54
Engkos Koswara, 2013
2. Membuat dan menyusun skala penilaian dari lembar observasi.
Dari tabel kisi-kisi lembar observasi tersebut, terdapat beberapa aspek yang
akan di nilai. Setiap aspek diberikan bobot skor dengan menggunakan skala likert.
Sugiono (2012:133) mengemukakan:
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepi seseorang atau sekelompok orang entang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikatos tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Kategori penyekoran atau kriteria pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kategori Pemberian Skor
Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban
Sangat Baik 5
Baik 4
Cukup 3
Kurang 2
Sangat Kurang 1
(Sumber: Sugiyono, 2012:135)
Ket : Pedoman dan Kisi-Kisi Observasi terlampir
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Adapun jadwal pelaksanaan eksperimen yang penulis laksanakan adalah
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan tes awal. Pelaksanaan tes awal dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum dilakukan perlakuan (Treatment). Tes
55
Engkos Koswara, 2013
2. Pelaksanaan eksperimen. Pelaksanaan perlakuan (treatment) dilakukan
sebanyak 16 kali pertemuan. Dalam satu kinggu dilakukan 3 kali
pertemuan, yaitu ari Senin, Rabu dan Jumat.
3. Pelaksanaan Pembelajaran. Dalam pelaksanaan eksprimen atau perlakuan,
pembelajaran yang dilakukan terbagi dalam tiga bagian, yaitu pemanasan,
kegiatan inti, dan penutup. Adapun uraian pembelajarannya adalah
sebagai berikut :
1) Pemanasan (10 menit)
Pemanasan dilakukan dengan pemanasan statis maupun dinamis
mengelilingi lapangan 3 kali keliling, dan bentuk pemanasan dinamis
lainnya.
2) Pembelajaran inti (40 menit)
Pada kegiatan inti pembelajaran dilakukan sesuai program
pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti, yaitu :
a. Menggiring bola dengan cepat dalam permainan secara
berkelompok melewati rute yang ditentukan dengan kerjasama
team, disiplin, kerja keras dan kejujuran.
b. Melakukan passing dalam permainan dengan peraturan yang
dimodifikasi, kerjasama, saling menghargai, menjungjung tinggi
sportifitas, disiplin, kerja keras, tanggung jawab dan percaya diri.
c. Melakukan shooting dengan tepat ke arah sasaran melalui
peraturan yang dimodifikasi, kerjasama, saling menghargai,
menjunjung tinggi sportifitas, disiplin, kerja keras tanggung jawab
dan percaya diri.
d. Melakukan aktifitas permainan dan olahraga dengan peraturan
yang dimodifikasi, bekerjasama, saling menghargai, menjunjung
tinggi sportifitas disiplin kerja keras dan percaya diri
e. Melakukan aktifitas permainan dan olahraga dengan peraturan
yang sebenarnya, bekerjasama, saling menghargai, menjunjung
tinggi sportifitas disiplin kerja keras dan percaya diri
56
Engkos Koswara, 2013
Penutup dilakukan setelah melakukan pembelajaran inti dengan
evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian siswa
melakukan pendinginan sesuai arahan peneliti.
4. Pelaksanaan tes akhir. Pelaksanaan tes akhir dilaksanakan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa setelah pembelajaran dilaksanakan
perlakuan selama 16 pertemuan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT).
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya diolah dengan
menggunakan cara-cara statistika agar diperoleh suatu akhir atau kesimpulan yang
benar. Adapun rumus-rumus statistika yang digunakan untuk mengolah data
teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kesamaan
rata-rata dengan uji t . Langkah-langkah pengolahan data tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Mencari nilai rata-rata (x ) dari setiap kelompok
x = ∑xi
57
Engkos Koswara, 2013
3. Uji kenormalan secara parametrik dengan uji liliefors, dimana prosedur
pengujiannya adalah sebagai berikut:
f. Untuk menolak atau menerima hipotesis, membandingkan L0 dengan
nilia kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih.
Apabila hipotesis nol ditolak jika L0 yang diperoleh lebih besar dari
S = Varians dari kelompok lebih besar
2 2
S = Varians dari kelompok kecil
58
Engkos Koswara, 2013
Kriteria pengujian homogenitas adalah terima hipotesis jika Fhitung lebih kecil
dari Ftabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1.V2) dengan α = 0,05
5. Pengujian Signifikan
Pengujian signifikansi menggambarkan bahwa terdapat pengaruh atau
tidak suatu model pembelajaran terhadap objek penelitian , dengan sebagai
berikut:
Hipotesis
Uji signifikan pada hipotesis ini menggunakan uji kesamaan rata-rata dengan
satu pihak atau uji t satu arah dengan dengan rumus:
t =
Melihat perolehan hasil dari thitung, dengan menggunakan derajat kebebasan
(dk) = n-2; dan taraf signifikansi (α) = 0,05. Apabila thitung>ttabel maka H0 ditolak,
dan begitu pula sebaliknya.
Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t kesamaan rata-rata 1 pihak,
dengan hipotesis statistik sebagai berikut:
1. Pembentukan Kerjasama:
H0 : μ1 = 0, Model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament
(TGT) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pembentukan kerjasama siswa dalam bermain futsal.
Ha : μ1 > 0, Model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament
(TGT) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pembentukan kerjasama siswa dalam bermain futsal.
2. Hasil belajar keterampilan bermain
H0 : μ1 = 0, Model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament
(TGT) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
59
Engkos Koswara, 2013
Ha : μ1 > 0, Model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament
(TGT) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil
belajar keterampilan bermain futsal.
3. Gabunngan pembentukan kerjasama dan hasil belajar keterampilan
bermain futsal
H0 : μ1 = 0, Model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament
(TGT) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pembentukan kerjasama dan hasil belajar keterampilan
bermain futsal.
Ha : μ1 > 0, Model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament
(TGT) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pembentukan kerjasama dan hasil belajar keterampilan
Engkos Koswara, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) terhadap pembentukan kerjasama
dan hasil belajar keterampilan bermain futsal di SMA Negeri 2 Majalengka, maka
peneliti sampaikan pada kesimpulan akhir dari penelitian yang telah dilakukan,
menyatakan bahwa:
1. Model pembelajaran Kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT)
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan kerjasama
siswa dalam pembelajaran futsal di SMA Negeri 2 Majalengka
2. Model pembelajaran Kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT)
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan
bermain futsal di SMA Negeri 2 Majalengka
3. Model pembelajaran Kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT)
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan kerjasama
dan hasil belajar keterampilan bermain futsal di SMA Negeri 2
Majalengka
B. Saran
Sehubungan dengan penelitian yang telah penulis lakukan di SMA Negeri 2
Majalengka, maka penulis ingin mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Bagi guru, khususnya guru pendidikan jasmani dengan banyaknya ragam
model pembelajaran dalam pendidikan jasmani harus mampu memberikan
sumbangsih yang besar untuk perkembangan pendidikan jasmani itu
sendiri, dengan banyaknya model guru bisa memilih model mana saja dan
mengembangkannya untuk digunakan dalam pembelajaran agar kegiatan
pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pendidikan.
2. Bagi para siswa agar tetap melakukan proses pembelajaran sebagaimana
71
Engkos Koswara, 2013
yang dimilikinya serta menerima hal-hal baru yang dilakukan oleh guru
atau sumber belajar lainnya.
3. Bagi pihak sekolah diharapkan hasil penelitian ini menjadi sumbangan
ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat bagi para pengajar di SMA
Negeri 2 Majalengka, khususnya guru pendidikan jasmani.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar dapat menyempurnakan
penelitian dengan wawasan dan cakupan yang lebih luas, karena penulis
masih merasa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini oleh karena
Engkos Koswara, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2009. Guru Dan Pembelajaran Bermutu. Bandung: Rizqy.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bambang dan Jajat. (2010). Statistika dalam Penjas. Bandung : FPOK UPI.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Griffin, Mitchell, Oslin.1997. Teaching Sport Concepts and Skill: A tactical
Games Approach, Human Kinetikcs
Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta
Juliantine. T., Subroto.T., dan Yudiana.Y. 2011. Model-Model Pembelajaran
Pendidikan Jasmani.Bandung: Prodi PJKR UPI
Lhaksana, Justinus. 2011. Taktik dan Strategi Futsal Modern. Jakarta: Be Champion.
Margono, S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Metzler, M.W. 2000. Instructional Models for Physical Education.Boston: Allyn and Bacon
Mielke, Danny. 2007. Dasar-Dasar Sepakbola. Bandung: Pakar Raya
Narbuko, Cholid. Abu Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta:Bumi Aksara.
Nasution, S. 2009. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahman. 2007. Model Mengajar Dan Bahan Pembelajaran.Bandung: Alqa Prisma Interdelta.
Engkos Koswara, 2013
dan Kesehatan.Bandung: Alfabeta
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Scheuneman, Timo. 2009. Futsal for Winner. Malang: Dioma Publishing
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Soekatamsi. 1989. Taktik Dasar Bermain Sepakbola. Surakarta: Tiga Serangkai
Subarjah, Herman. (2009) Hubungan Antara Tingkat Kebugaran Jasmani Dan
Motivasi Dengan Hasil Belajar Siswa. FPOK
Sucipto, dkk. 2001. Sepakbola. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Suherman, Adang. 2001. Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga
Suherman, Adang. 1998. Revitalisasi Pendidikan Keterlantaran Pengajaran
dalam Pendidikan Jasmani.Bandung: IKIP Press
Sukmadinata, Nana S. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya
Supandi. 1992. Belajar Mengajar Penjas.
Surakhmad, Winarno. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metoda Teknik. Bandung: Tarsito.
Taniredja, Tukiran, Efi Miftah Faridli, spk. 2011. Model-Model Pembelajaran
Inovatif. Bandung: Alfabeta.
Engkos Koswara, 2013
Zaidan.2008. Bisnis Futsal. Yogyakarta: Ayyana
http://www.stdudygs.net/melayumanado/cooplearn.htm