Penerapan Model Membaca Interaktif dalam Pembelajaran Chuukyuu
Dokkai
(Penelitian Eksperimen pada Mahasiswa Semester 3 Pendidikan Bahasa
Jepang UPI)
Tesis
Diajukan sebagai Syarat Kelulusan Program Magister
Oleh: Annisa Prihandari
1009528
Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini berisi tentang penelitian eksperimen berupa penerapan membaca pemahaman dengan model interaktif dalam pembelajaran chuukyuu dokkai pada mahasiswa semester tiga pendidikan bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia.
Semoga semua hal yang tertuang di dalam tesis ini bisa bermanfaat bagi penulis sendiri, pembelajar bahasa Jepang, dan bagi pembaca skripsi ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam melaksanakan penelitian dan penulisan tesis ini, yaitu kepada:
1. Kedua orang tuaku, Mama dan Papa atas semua pengorbanan dan doanya, serta semua dukungan dan pompaan semangatnya selama ini.
2. Saudara-saudaraku Amrina Syarif, Afdillah Syarif, dan Alfadhli Syarif, terimakasih atas doa dan semangatnya.
3. Uda Romi A. Yulisef yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang sangat berarti.
Jepang Pascasarjana UPI dan selaku pembimbing II
6. Seluruh dosen dan staf jurusan pendidikan bahasa Jepang UPI dan SPs UPI 7. Teman-teman seperjuangan, Rita Agustina, Safitrie Indraningrum, dan
Floriana Gandi.
Penerapan Model Membaca Pemahaman Interaktif dalam Pembelajaran
Chukyuu Dokkai
ABSTRAK
Membaca pemahaman merupakan kemampuan yang tidak hanya
membutuhkan pengetahuan tata bahasa atau kosakata, namun pembelajar juga
harus memiliki pengetahuan tentang konteks sosial, budaya, atau hal yang
dibicarakan oleh penulis di dalam sebuah teks tersebut. Model interaktif dalam
membaca pemahaman mencoba untuk menggabungkan kedua aspek tersebut, agar
pembelajar mampu memahami teks yang dibacanya.
Penelitian ini dilakukan dengan penelitian eksperimen murni, penulis akan
mengambil dua kelas sampel, satu kelas sebagai kelas eksperimen dimana metode
ajar ini akan diterapkan, sedangkan kelas lainnya menjadi kelas kontrol sebagai
pembanding hasil belajar yang didapatkan oleh siswa kelas eksperimen, yang biasa
disebut rancangan secara acak dengan tes awal dan tes akhir dengan kelompok
kontrol (the randomized pretest-posttest control group design).
Berdasarkan data hasil pretest dan posttest siswa serta hasil analisis angket,
yang diperoleh setelah dilakukannya penelitian eksperimen, didapatkan hasil
bahwa model interaktif ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami isi teks secara signifikan. Selain itu siswa juga berpendapat bahwa
model ini menarik dan dapat meningkatkan komunikasi antara guru dan siswa
dalam proses belajar mengajar.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ………
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ………
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ………..
1. Tujuan Penelitian ………
2. Manfaat Penelitian ………
D. Definisi Operasional ………..
E. Sistematika Penulisan ………
BAB II. Kerangka Teori
F. Langkah-Langkah Pembelajaran Membaca berdasarkan Model
A. Metode Penelitian ……….
B. Teknik Pengumpulan Data ………
C. Teknik Pengolahan Data ………...
D. Populasi dan Sampel ……….……….
E. Prosedur Penelitian ……….………
BAB IV. Analisis Data dan Pembahasan
A. Pelaksanaan Kegiatan Eksperimen ……….……..
B. Hasil Analisis Data ………..………...
C. Pembahasan ……….………...
BAB V. Kesimpulan dan Saran
Tabel 3.1 Interpretasi korelasi koefisien validitas
Tabel 3.2 Interpretasi Tingkat Kesukaran Soal
Tabel 3.3 Interpretasi analisis daya pembeda
Tabel 3.4 Kriteria efektifitas pembelajaran
Tabel 4.1 Statistik deskriptif hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 4.2 Hasil uji normalitas nilai pretest kelas eksperimen dan kelas
kontrol
Tabel 4.3 Hasil uji homogenitas pretest kelas eksperimen
Tabel 4.4 Hasil uji homogenitas pretest kelas kontrol
Tabel 4.5 Hasil uji normalitas nilai posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol
Tabel 4.6 Hasil uji homogenitas posttest kelas eksperimen
Tabel 4.7 Hasil uji homogenitas posttest kelas kontrol
Tabel 4.9 Hasil uji -t nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 4.10 Hasil angket siswa kelas eksperimen 1
Tabel 4.11 Hasil angket siswa kelas eksperimen 2
Tabel 4.12 Hasil angket siswa kelas eksperimen 3
Tabel 4.13 Hasil angket siswa kelas eksperimen 4
Tabel 4.14 Hasil angket siswa kelas eksperimen 5
Tabel 4.15 Hasil angket siswa kelas eksperimen 6
Tabel 4.16 Kriteria efektifitas pembelajaran
76
77
79
81
83
84
86
Gambar 2.1 Proses Model Bottom-Up dan Top-down
Gambar 2.2 Proses Model Interaktif
Gambar 3.1 The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design
Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan Penelitian
Gambar 4.1 Deskripsi statistik hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol
Gambar 4.2 Standar deviasi hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol
19
24
41
49
64
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembelajaran bahasa asing, keterampilan berbahasa yang harus
dikuasai oleh pembelajar meliputi 4 keterampilan, yaitu keterampilan mendengar
(listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca
(reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan ini
saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam hal pemerolehan bahasa.
Keterampilan membaca didapat dari kemampuan pembelajar untuk
mengenal huruf (decoding). Namun, pembelajar tidak hanya dituntut untuk dapat
membaca sebuah wacana atau teks, melainkan juga mampu memahami isi dan
makna yang disampaikan oleh penulis. Kemampuan ini disebut dengan membaca
pemahaman (comprehensive skill) yang dianggap sebagai kemampuan tertinggi dalam
keterampilan membaca. Membaca pemahaman merupakan kemampuan yang
kompleks yang tidak hanya membutuhkan pengetahuan tata bahasa atau kosakata,
namun pembelajar juga harus memiliki pengetahuan tentang konteks sosial,
budaya, atau hal yang dibicarakan oleh penulis di dalam sebuah teks tersebut.
Model interaktif dalam membaca pemahaman mencoba untuk
yang dibacanya. Tidak hanya membuat siswa mampu menerjemahkan teks, tetapi
lebih kepada kemampuan pembelajar untuk memahami dan menemukan makna
yang tersurat dan tersirat yang disampaikan penulis.
Ahli pendidikan bahasa asing, salah satunya Stanovich (dalam Ghazali,
2010:208) berpendapat bahwa pembacaan bahasa kedua secara efisien dapat
dilakukan dengan menggunakan model interaktif ini untuk merangsang siswa
berpikir, bernalar, dan memecahkan masalah dalam memahami sebuah teks.
Karena itu model interaktif ini dianggap tepat dalam pembelajaran membaca
pemahaman atau yang biasa disebut dokkai dalam pembelajaran bahasa Jepang di
UPI.
Karena hal itulah penulis mencoba mengangkat tema penerapan model
membaca interaktif dalam pembelajaran chuukyuu dokkai (Penelitian eksperimen
pada mahasiswa semester 3 pendidikan bahasa Jepang UPI) sebagai tema
penelitian ini.
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis akan mencoba merumuskan masalah sebagai
a. Bagaimana kemampuan pemahaman teks berbahasa Jepang mahasiswa
semester 3 pendidikan bahasa Jepang UPI sebelum dan sesudah penerapan
membaca pemahaman dengan model interaktif ?
b. Adakah perbedaan signifikan dalam pemahaman siswa terhadap teks
berbahasa Jepang setelah penerapan membaca pemahaman dengan model
interaktif?
c. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan membaca pemahaman
dengan model interaktif?
d. Apakah membaca pemahaman dengan model interaktif efektif
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu teks?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis akan melakukan pembatasan
masalah yang akan diteliti pada penelitian tentang penerapan membaca
pemahaman dengan model interaktif pada pembelajaran chukyuu dokkai yang
diajarkan pada mahasiswa pendidikan bahasa Jepang UPI semester 3, yaitu:
a. Peningkatan signifikan dalam pemahaman siswa terhadap teks berbahasa
Jepang setelah penerapan membaca pemahaman dengan model interaktif.
b. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan membaca pemahaman
dengan model interaktif?
c. Efektifkah membaca pemahaman dengan model interaktif meningkatkan
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa semester 3 pendidikan
bahasa Jepang UPI terhadap teks berbahasa Jepang setelah penerapan
membaca pemahaman dengan model interaktif.
b. Untuk mengetahui tanggapan siswa semester 3 pendidikan bahasa Jepang
UPI terhadap penerapan membaca pemahaman dengan model interaktif.
c. Untuk mengetahui efektifitas membaca pemahaman dengan model
interaktif dalam meningkatkan pemahaman wacana siswa semester 3
pendidikan bahasa Jepang UPI .
2. Manfaat penelitian
Bagi pengajar bahasa Jepang
1) Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pengajar bahasa Jepang
dalam mencari model pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan dokkai
2) Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi pertimbangan penerapan
Bagi pendidikan bahasa Jepang
1) Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian lanjutan
tentang membaca pemahaman dengan model interaktif.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman terhadap judul dan hasil
penelitian ini, penulis mencoba untuk menjelaskan definisi operasional terhadap
masing-masing variabel penelitian yang direpresentasikan oleh judul penelitian.
Adapun definisi operasional tersebut adalah sebagai berikut.
1. Membaca
Menurut Hodgson (dalam Tarigan, 1979:7), membaca adalah suatu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu
proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan
dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan tersirat tidak
dapat tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan
Spache dan Spache (dalam Kasiyanto, 2009:14) berpendapat bahwa
membaca adalah pengenalan kembali lambang-lambang tertulis yang merupakan
stimulus untuk memahami arti bacaan yang dibentuk lewat pengalaman pada masa
lampau; sedangkan proses membaca itu melibatkan pemahaman tentang apa yang
dimaksud penulis dan kemudian mengadakan interpretasi dan refleksi.
2. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman adalah suatu proses dimana pembaca menyaring
pemahaman melalui pengetahuan, motivasi, kemampuan kognitif dan pengalaman
mereka. Pembaca yang efektif memiliki tujuan untuk membaca, dan menggunakan
latar belakang pengetahuan dan pengalaman mereka untuk berhubungan dengan
teks, pembaca tidak akan memahami makna teks kecuali mereka menarik
hubungan antara apa yang mereka baca dan pengetahuan mereka. (Tankersley
dalam May, 2010:7) Selanjutnya, Pang et.al (dalam May, 2010:7) menggambarkan
membaca pemahaman sebagai proses aktif pembaca untuk membangun makna dari
teks. Proses tersebut terdiri dari interaksi antara pengetahuan sebelumnya, dan
menarik kesimpulan dari berbagai kata dan ungkapan yang digunakan penulis,
dalam rangka untuk memahami informasi, gagasan, dan sudut pandangnya. Smith
(dalam May, 2010:7) juga berpendapat bahwa membaca pemahaman melibatkan
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya yang berinteraksi dengan apa dibaca,
Goodman (dalam Kasiyanto, 2009:15) mengemukakan bahwa membaca
pemahaman merupakan rekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca.
Proses rekonstruksi pesan menurut Goodman berlapis, interaktif, dan proses
pembentukan serta pengujian hipotesis. Pesan digali melalui lapisan-lapisan makna
yang terdapat di dalam teks; berinteraksi dengan makna yang terdapat dalam teks
tersebut pembaca membuat dan menguji hipotesis, hasil pengujian hipotesis itu
dipakai sebagai dasar untuk menarik inferensi bagi pembaca mengenai pesan yang
dimaksud dan ingin disampaikan oleh penulis.
3. Model Membaca Interaktif
Model ini pertama kali dikemukakan oleh Rumelhart. Ia menyatakan
bahwa pemahaman bacaan bergantung kepada informasi grafis serta pengetahuan
yang dimiliki pembaca. Rumelhart mengemukakan bahwa membaca adalah hasil
interaksi antara persepsi terhadap simbol-simbol grafis, kemampuan bahasa, dan
latar belakang pengetahuan pembaca.
Untuk memperoleh makna dalam membaca, respon intelektual merupakan
hal yang penting. Dalam proses memperoleh makna itu pembaca secara aktif
berpikir, bernalar, memilih, menilai, serta memecahkan masalah. Proses membaca
E. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini nantinya akan ditulis dalam 5 bab, yaitu bab
pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, pembahasan, dan penutup.
Bab I sebagai pendahuluan di dalamnya terdiri dari uraian tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta metode
penelitian secara garis besar. Bab II adalah landasan teori berisi tentang referensi
dari berbagai sumber yang nantinya akan digunakan penulis sebagai landasan
dalam melakukan penelitian. Bab III model penelitian menjabarkan lebih rinci
model dan pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian yang garis
besarnya telah dibahas pada bab pendahuluan. Pembahasan masalah serta hasil
penelitian nantinya akan ditulis dalam bab pembahasan. Pada dasarnya bab ini
terdiri dari dua hal utama, yaitu pengolahan/analisis data untuk menghasilkan
temuan dan pembahasan /analisis temuan. Serta yang terakhir adalah bab IV
penutup, berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dimana penulis melakukan
eksperimen penerapan sebuah metode ajar, dalam hal ini adalah membaca
pemahaman dengan metode interaktif dalam mata kuliah chukyuu dokkai pada
mahasiswa tingkat 2 pendidikan bahasa Jepang UPI. Hal ini sejalan dengan
pendapat Danim yang menyatakan bahwa penelitian dengan pendekatan
percobaan atau eksperimen dimaksudkan untuk menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu
atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen.
Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai
perlakuan. (Syamsuddin dan Damaianti, 2007:150)
Penelitian eksperimen memiliki karakteristik yang berbeda dengan model
penelitian lainnya, Danim mendeskripsikan karakteristik penelitian eksperimental,
yaitu:
1. Variabel-variabel penelitian dan kondisi eksperimental diatur secara tertib
ketat (rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol, manipulasi
2. Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan
dengan kelompok eksperimental.
3. Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk
memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis
penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin
mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di
samping itu, penelitian eksperimental juga meminimalkan variansi
kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya
pemilihan dan penentuan sebjek, serta penempatan subjek dalam
kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
4. Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan
penelitian eksperimental, untuk mengetahui apakah manipulasi
eksperimental yang dilakukan pada saat study memang benar-benar
menimbulkan perbedaan.
5. Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana
kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan
penggeneralisasian pada kondisi yang sama.
6. Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan
yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
Dengan mempertimbangkan karakteristik penelitian eksperimen menurut
Danim di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan penelitian eksperimen murni,
penulis akan mengambil 2 kelas sampel, 1 kelas sebagai kelas eksperimen dimana
metode ajar ini akan diterapkan, sedangkan kelas lainnya menjadi kelas kontrol
sebagai pembanding hasil belajar yang didapatkan oleh siswa kelas eksperimen,
yang biasa disebut rancangan secara acak dengan tes awal dan tes akhir dengan
kelompok kontrol (the randomized pretest-posttest control group design).
R O1 X1 O2
R O3 O4
Gambar 3.1
The randomized pretest-posttest control group design (Syamsuddin dan Damaianti, 2007:160)
Keterangan:
R : Sampel yang dipilih secara random
O : Pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
X : Treatment yang diberikan di kelas eksperimen berupa penerapan membaca
pemahaman dengan model interaktif.
Sebelum diberikan treatment di kelas eksperimen, dilaksanakan pretest di
Kemudian setelah diberikan treatment dilaksanakan posttest untuk mengetahui
perbedaan kemampuan siswa kelas eksperimen yang diberikan treatment dan kelas
kontrol yang tidak diberikan treatment.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan tes dan angket. Tes terdiri atas pretest dan posttest yang dilakukan pada
kedua kelas eksperimen dan kontrol. Pretest dilakukan sebelum diberikannya
treatment di kelas eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Kemudian setelah diberikan treatment di kelas eksperimen barulah dilakukan posttest
untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Hasil pretest dan posttest ini kemudian
digunakan untuk membandingkan kemampuan siswa kedua kelas, dan juga
digunakan untuk mengetahui apakah penerapan membaca pemahaman dengan
model interaktif ini efektif atau tidak dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam memahami isi teks.
Sedangkan angket digunakan untuk mengetahui bagaimana tanggapan
siswa tentang penerapan membaca pemahaman dengan metode interaktif dalam
1. Tes Kemampuan Siswa
a. Analisis validitas tes
Menurut Purwanto (2010:137), validitas (kesahihan) adalah kualitas yang
menunjukkan hubungan antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau
tujuan kriteria belajar atau tingkah laku. Suatu teknik evaluasi dikatakan
mempunyai validitas yang tinggi (valid) jika teknik evaluasi atau tes itu dapat
mengukur apa yang sebenarnya akan diukur.
Selanjutnya Purwanto (2010:139) menjabarkan bahwa validitas suatu tes
dinyatakan dengan angka korelasi koefisien (r). Kriteria korelasi koefisien adalah
sebagai berikut
Table 3.1
Interpretasi korelasi koefisien validitas
Korelasi koefisien Interpretasi
0.90 – 1.00 korelasi sangat tinggi (sempurna)
0.70 – 0.90 korelasi tinggi
0.40 – 0.70 korelasi cukup
0.20 – 0.40 korelasi rendah
Menghitung validitas suatu tes dapat dilakukan dengan beberapa rumus
berikut:
1) Dengan product moment correlation (metode Pearson)
2) Dengan rank method of correlation (metode Spearman)
b. Analisis reliabilitas tes
Perangkat tes dikatakan memiliki reliabilitas jika dapat mengukur secara
ajeg, artinya meskipun berkali-kali tes tersebut digunakan pada sample yang sama
dengan waktu yang tidak terlalu lama, akan menghasilkan data yang sama pula.
(Sutedi, 2009:184)
Terdapat beberapa cara untuk menghitung reliabilitas tes, salah satunya
adalah dengan KR20 dan KR21. Cara ini dilakukan dengan membandingkan skor
1) Menganalisis jawaban benar dan jawaban salah dari tiap butir soal untuk
tiap sampel (siswa), dengan cara jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban
salah diberi skor 0.
2) Menghitung jawaban benar persampel (secara horisontal), sehingga
nantinya menjadi bahan untuk mengetahui besarnya mean dan standar
deviasi
3) Menghitung jawaban benar perbutir soal (secara vertikal), dari data ini bisa
dihitung proporsi jawaban benar (p) dan jawaban salah (q). Nilai (p) bisa
diari dengan cara jumlah jawaban benar dibagi jumlah sampel (siswa),
sedangkan nilai (q) diperoleh dengan rumus “l-p”. Kemudian antara (p) dan (q) dikalikan sehingga diperoleh ∑pq. (Sutedi, 2009:186)
Rumus untuk mencari nilai KR20
Rumus untuk menari nilai KR21
Keterangan:
r : koefisien reliabilitas tes
p : proporsi jawaban benar (∑B:sampel)
q : proporsi jawaban salah (1-p)
St2 : varians total
M : Mean
Untuk menguji reliabilitas soal bentuk esai dapat digunakan rumus
koefisiensi Alpha Cronbach (Sutedi, 2009:198). Rumus yang dapat digunakan
sebagai berikut:
Keterangan:
r : koefisien reliabilitas tes
k : jumlah butir soal
p : proporsi jawaban benar (∑B: sampel)
q : proposi jawaban salah (1-p)
St2 : varians total
c. Analisis tingkat kesukaran soal
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dari suatu tes digunakan rumus
berikut:
Keterangan:
TK : tingkat kesukaran
BA : jumlah jawaban benar kelompok atas
BB : jumlah jawaban benar kelompok bawah
N : jumlah sampel kelompok atas dan kelompok bawah
Setelah didapatkan hasil tingkat kesukarannya, maka digunakan kriteria
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Interpretasi Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat Kesukaran Interpretasi
0.76 – 1.00 Sukar
0.26 – 0.75 Sedang
d. Analisis daya pembeda
Menurut Purwanto (2010: 120) yang dimaksud dengan daya pembeda suatu
soal tes adalah bagaimana kemampuan soal itu untuk membedakan siswa-siswa
yang termasuk kelompok pandai (upper class) dengan siswa-siswa yang termasuk
kelompok kurang (lower class). Untuk mengetahui daya pembeda tiap soal
digunakan rumus berikut:
Keterangan:
DP : Daya pembeda
BA : Jumlah jawaban benar kelompok atas
BB : Jumlah jawaban benar kelompok bawah
n : jumlah sampel kelompok atas dan kelompok bawah
Setelah didapatkan hasil daya pembeda, dilakukan interpretasi
Tabel 3.3
Interpretasi analisis daya pembeda
Daya Pembeda Interpretasi
0.76 – 1.00 tinggi
0.26 – 0.75 sedang
0.00 – 0.25 rendah
C. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang akan penulis gunakan adalah statistik
komparasional, yaitu membandingkan hasil tes yang didapat oleh kelas kontrol dan
kelas eksperimen setelah penerapan analisis wacana. Jika hasil yang diperoleh oleh
kelas eksperimen lebih tinggi, dapat diartikan bahwa teknik pembelajaran membaca
pemahaman dengan metode interaktif lebih baik dibandingkan dengan metode
yang digunakan di kelas kontrol.
Untuk memudahkan dalam pengolahan data, penulis menggunakan SPSS
21 dan windows excel dalam perhitungan. Adapun pengolahan data yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Standar deviasi. Standar deviasi digunakan untuk mencari tahu penyebaran
kemampuan siswa dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol dilihat dari hasil yang
2. Uji normalitas. Uji normalitas ditujukan untuk mencari tahu apakah nilai pretest
dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi secara normal.
Pengujian ini dilakukan sebagai salah satu input data dalam menghitung uji-t.
Uji normalitas dinyatakan dengan 2 hipotesis, yaitu:
H0: Data berdistribusi normal
H1: Data berdistribusi tidak normal
Untuk menguji normalitas data pretest dan posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol digunakan uji normalitas Kolmogorov_Smirnov melalui SPSS 21
dengan nilai signifikansi α=0.05. Dimana jika nilai uji normalitas pretest dan
posttest memiliki skor di atas 0.05 maka nilai pretest dan posttest dianggap
berdistribusi secara normal. Sebaliknya jika uji normalitas memiliki skor dibawah
0.05 maka nilai pretest dan posttest dianggap tidak berdistribusi secara normal.
3. Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah hasil pretest dan posttest yang
didapat kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen atau tidak, dan apakah
sampel kelas eksperimen dan posttest ini berasal dari populasi yang memiliki
variansi yang sama.
Penulis menggunakan bantuan SPSS 21 untuk menghitung homogenitas
signifikansi α=0.05. Jika hasil uji homogenitas >0.05 maka hasil pretest dan
posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dinyatakan homogen, namun jika hasil
uji homogenitas <0.05 maka hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol dinyatakan tidak homogen. Uji homogenitas dinyatakan dengan dua
hipotesis, yaitu:
H0: Variansi pada tiap kelompok sama (homogen)
H1: Variansi pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen)
4. Uji –t. Uji –t dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan
dalam peningkatan kemampuan siswa setelah dilakukannya treatment.
Penulis menggunakan bantuan SPSS 21 untuk menghitung uji-t ini dengan
taraf signifikansi α=0.05. Hipotesanya adalah:
H0= Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan
posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
H1= Terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest
kelas eksperimen dan kelas kontrol
Jika hasil perhitungan dari uji –t memiliki skor <α maka hipotesa H0 ditolak,
5. Analisis gain. Analisis gain atau normalized gain digunakan untuk mengetahui
apakah model pengajaran yang diterapkan efektif atau tidak dalam meningkatkan
kemampuan siswa. Analisa ini menggunakan peningkatan skor posttest siswa
dibandingkan dengan skor pretest.
Tingkat keefektifan membaca pemahaman dengan model interaktif dapat
kita lihat dengan membandingkan skor yang didapat dengan tabel kriteria di bawah
ini.
Tabel 3.4
Kriteria efektifitas pembelajaran
Rentang Normalized Gain Kriteria Efektivitas
0,71-1,00 Sangat Efektif
0,41-0,70 Efektif
0,01-0,40 Kurang Efektif
6. Pengolahan data angket. Pengolahan data angket dilakukan dengan
penghitungan frekwensi jawaban siswa pada setiap pertanyaan yang diberikan.
D. Populasi dan Sampel
Siswa yang menjadi objek penelitian ini adalah mahasiswa jurusan bahasa
diutamakan juga yang memiliki pengetahuan umum tentang kebudayaan dan
kebiasaan hidup masyarakat Jepang. Kemampuan membaca huruf ini
dimaksudkan agar pada saat pemberian treatment, pembelajaran berfokus pada
peningkatan kemampuan pemahaman siswa terhadap isi teks bukan pada kegiatan
yang bersifat pemecahan cara baca huruf, sedangkan pengetahuan umum yang
dimiliki oleh siswa dapat memudahkan saat dilakukannya diskusi dan language
experience activities, yaitu kegiatan dimana guru dan siswa berbagi pengalaman atau
pengetahuan yang mereka miliki tentang tema teks.
Dengan pertimbangan tersebut, tidak mungkin bagi peneliti untuk
mengambil sampel dari mahasiswa semester 1 yang masih pada tahap untuk
mempelajari huruf dan yomikata. Sehingga penulis memutuskan bahwa populasi
dari penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan bahasa Jepang UPI semester 3.
Mahasiswa semester 3 pendidikan bahasa Jepang UPI terbagi ke dalam 2 kelas
yang masing-masing kelas terdiri dari 40 siswa. Sedangkan sampel diambil secara
random terdiri dari 20 siswa sebagai kelas eksperimen dan 20 siswa lagi sebagai
E. Prosedur Penelitian Validasi instrumen tes hasil belajar
Kelas eksperimen Pretest
Kelas kontrol
Pembelajaran dokkai dengan model interaktif reading Pembelajaran dokkai dengan metode yang
diterapkan saat ini (honyakuhou)
Posttest
Pengumpulan angket Pengolahan data dan analisis data
Pembahasan
Pelaporan hasil penelitian
Gambar 3.2
2. Tahap pendahuluan
a. Perumusan masalah. Perumusan masalah dilakukan untuk memfokuskan
penelitian pada masalah tertentu.
b. Studi literatur/kajian teori yang berkaitan dengan membaca, membaca
pemahaman, dan model membaca interaktif.
3. Tahap persiapan
a. Penyusunan instrumen tes hasil belajar. Instrumen berupa tes dan angket.
b. Validasi instrumen tes hasil belajar
c. Penyusunan instrumen pengajaran di kelas. Instrumen pengajaran di kelas
berupa materi pengajaran, prosedur pengajaran, rancangan SAP, dan
sebagainya.
d. Validasi instrumen pengajaran di kelas. Sebelum diterapkan dalam
pengajaran di kelas, instrumen yang telah disusun oleh penulis akan
4. Tahap pelaksanaan
a. Pelaksanaan pretest. Pretest dilakukan guna mengumpulkan gambaran awal
tentang kemampuan siswa di kedua kelas kontrol dan kelas eksperimen
sebelum diterapkannya membaca pemahaman dengan model interaktif.
b. Pemberian treatment berupa penerapan membaca pemahaman dengan model
interaktif pada kelas eksperimen
c. Posttest. Posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah
penerapan membaca interaktif dengan model interaktif untuk kemudian
dibandingkan dengan kemampuan siswa setelah penerapan model
pengajaran yang diterapkan saat ini.
d. Pengumpulan data melalui angket. Angket digunakan untuk mengetahui
pendapat siswa tentang kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan
model interaktif dan kemudian dibandingkan dengan model pengajaran
yang digunakan oleh dosen mata kuliah chukyuu dokkai.
5. Tahap penyelesaian
a. Analisis dan pengolahan data
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil pretest dan posttest siswa serta hasil analisis angket,
yang diperoleh setelah dilakukannya penelitian eksperimen berupa penerapan
membaca pemahaman dengan model interaktif pada mata kuliah chuukyuu dokkai
pada mahasiswa semester 3 pendidikan bahasa Jepang UPI didapatkan kesimpulan
seperti berikut:
1. Setelah penerapan membaca pemahaman dengan model interaktif diketahui
bahwa kemampuan pemahaman teks berbahasa Jepang mahasiswa semester
3 pendidikan bahasa Jepang UPI mengalami peningkatan dibanding
sebelum penerapan model ini. Hal ini ditandai dengan terdapatnya
peningkatan terhadap skor yang mereka dapatkan dalam posttest setelah
treatment dibandingkan dengan skor pretest yang dilakukan sebelum
pemberian treatment.
2. Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa kelas eksperimen,
mereka berpendapat bahwa penerapan membaca pemahaman dengan
model interaktif cukup menarik. Language experience activities yang berupa
guru dan siswa merupakan kegiatan belajar yang menyenangkan bagi siswa,
mereka sangat bersemangat dalam menyampaikan ide dan pengetahuan
yang mereka miliki. Selain itu, mereka juga berpendapat bahwa model
interaktif ini merangsang mereka untuk mengeksplorasi pengetahuan yang
mereka miliki dalam memahami isi teks, dan merangsang mereka untuk
dapat belajar mandiri dalam memahami isi teks.
3. Berdasarkan hasil uji gain ternormalisasi terhadap data skor pretest dan
posttest yang diperoleh oleh siswa kelas eksperimen didapatkan hasil bahwa
membaca pemahaman dengan model interaktif cukup efektif dalam
meningkatkan kemampuan siswa memahami isi teks.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian eksperimen berupa penerapan membaca
pemahaman dengan model interaktif, penulis mendapatkan hasil bahwa model
interaktif ini cukup efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi teks.
selain itu berdasarkan data yang dikumpulkan melalui angket juga didapatkan hasil
bahwa tanggapan siswa cukup bagus terhadap model ini. Sehingga penulis
menyarankan bagi peneliti berikutnya untuk menerapkan model pengajaran
membaca ini dengan sampel dan populasi lain untuk mencari tahu apakah model
ini juga efektif digunakan pada populasi yang memiliki perbedaan dalam
menyarankan untuk menerapkan model ini dalam pembelajaran teks panjang,
DAFTAR PUSTAKA
Barretine, Shelby. 1996. Engaging with Reading Through Interactive Read-Alouds.
Dalam jurnal The Reading Teacher. 50, (1), 36-43.
Boothe, Ken dan Walter, Leah B. What is An Interactive Reading Model. [Online].
Tersedia:
http://www.sil.org/lingualinks/literacy/referencematerials/glossaryofliteracyterm
s/whatisaninteractivereadingmode.htm [20 Agustus 2012]
---,---. What is A Top-Down Reading Model. [Online]. Tersedia:
http://www.sil.org/lingualinks/literacy/referencematerials/glossaryofliteracyterm
s/WhatIsATopDownReadingModel.htm [20 Agustus 2012]
---,---. What is A Bottom-Up Reading Model. [Online]. Tersedia:
http://www.sil.org/lingualinks/literacy/referencematerials/glossaryofliteracyterm
s/WhatIsABottomUpReadingModel.htm [20 Agustus 2012]
---,---. What are Reading Skill. [Online]. Tersedia:
http://www.sil.org/lingualinks/literacy/referencematerials/glossaryofliteracyterm
---,---. What are Comprehension Skills. [Online]. Tersedia:
http://www.sil.org/lingualinks/literacy/referencematerials/glossaryofliteracyterm
s/WhatAreComprehensionSkills.htm [20 Agustus 2012]
Danasasmita, Wawan. 2009. Metodologi Pembelajaran Bahasa Jepang. Bandung:
Rizqi Press
Djajasudarma, Fatimah. 2010. Wacana: pemahaman dan Hubungan Antarunsur.
Bandung: Refika Aditama
Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan
Komunikatif-Interaktif. Bandung: Refika Aditama
Karlysokolowski, Parsley. [Online]. Barret’s Taxonomy of Reading Comprehension.
Tersedia:
http://teacherpages.nhcs.net/schools/parsley/karlysokolowski/Documents/Readi
ngComprehension/Barrett's%20Taxonomy%20of%20Reading%20Comprehension.
pdf [20 Agustus 2012]
Kasiyanto. 2009. Efektivitas Membaca Pemahaman Melalui Model Interaktif dengan
Latihan Menjawab Pertanyaan dan Meringkas di SMAN 2 Serui Papua. Tesis Magister
pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan
Machida, Sayuki. [Online]. A Step Forward to Using Translation to Teach a
Foreign/Second Language. Tersedia: http://e-flt.nus.edu.sg/v5sp12008/machida.htm
May, Chamseddine. 2010. Explicit Instruction of Reading Strategies That Enable EFL
Learners to Achieve Comprehension in Reading : The Case of Third Year Lycée Learners.
Thesis Master pada Department of English Mentouri University-Constantine
Aljazair: tidak diterbitkan
Mehta, Naveen. [Online]. English Language Teaching Through the Translation Method.
Tersedia: http://www.bokorlang.com/journal/51mongolian.htm [25 September 2012]
Mina, Kobayashi. 1998. Yokuwakaru kyojuhou. Tokyo: Space alc
Muneo, Kimura. 1988. Kyojuhuo Nyumon. Tokyo: Bohjinsha
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: Rosda
Rumelhart, David.E dan McClelland, James.L. 1981. Interactive Processing Through
Spreading Activation, dalam Lesgold, Alan dan Perfetti, Charles (Eds), Interactive
Processes in Reading (pp 37-60). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisher
Setiadi, Riswanda dan Piyakun, Araya. 2012. Understanding: The Process of Reading
in Teaching Literacy. Bandung: Rizqi
Sutedi, Dedi. 2009. Pengantar Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung:
Humaniora
Syamsuddin, dan Damaianti, Vismaia. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.