DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Asumsi dan Hipotesis ... 6
1.5.1 Asumsi ... 6
1.5.2 Hipotesis ... 7
BAB II TEKNIK PERMAINAN MYSTERY BAG UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA DALAM KETERAMPILAN MENULIS BAHASA PERANCIS ... 8
2.1.1 Pendekatan Pembelajaran ... 9
2.1.2 Metode Pembelajaran ... 11
2.1.3 Teknik Pembelajaran ... 13
2.2 Kosakata ... 16
2.2.1 Definisi Kosakata ... 16
2.2.2 Jenis-Jenis Kata Bahasa Perancis ... 17
2.2.3 Penguasaan Kosakata ... 22
2.2.4 Macam-Macam Penguasaan Kosakata ... 23
2.2.5 Manfaat Penguasaan Kosakata ... 24
2.2.6 Tes Penguasaan Kosakata ... 25
2.2.7 Teknik Pembelajaran Kosakata ... 27
2.3 Keterampilan Menulis dalam Bahasa Perancis ... 31
2.3.1 Definisi Menulis ... 31
2.3.2 Standar Kemampuan Menulis Bahasa Perancis ... 32
2.3.3 Penguasaan Kosakata dalam Keterampilan Menulis Bahasa Perancis ... 35
2.4 Teknik Permainan dalam Pembelajaran Kosakata ... 36
2.4.1 Definisi Permainan ... 36
2.4.2 Jenis-Jenis Permainan ... 37
2.4.3 Permainan Mystery Bag ... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43
3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 43
3.1.1 Metode Penelitian ... 43
3.1.2 Desain Penelitian ... 44
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 46
3.2.1 Populasi Penelitian ... 46
3.2.2 Sampel Penelitian ... 46
3.3 Lokasi Penelitian ... 47
3.4 Variabel Penelitian ... 47
3.5 Definisi Operasional ... 49
3.6 Instrumen Penelitian ... 53
3.7 Validitas ... 56
3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 57
3.9 Prosedur Penelitian ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
4.1 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 67
4.2 Deskripsi Data Penelitian ... 73
4.2.1 Deskripsi dan Analisis Data Penelitian Hasil Pretest ... 73
4.2.2 Deskripsi dan Analisis Data Penelitian Hasil Posttest ... 74
4.3.1 Pengolahan Data Penelitian ... 77
4.3.2 Pengujian Hipotesis ... 80
4.4 Analisis Angket ... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96
5.1 Kesimpulan ... 96
5.2 Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 100
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam
kehidupan manusia, selain itu bahasa juga berfungsi sebagai alat untuk
mengidentifikasikan diri, alat untuk berintegrasi dan beradaptasi sosial,
dan sebagai alat kontrol sosial. Bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi sehari-hari oleh masyarakat pada umumnya adalah bahasa
ibu yang sudah mereka peroleh sejak mereka mulai tumbuh berkembang.
Namun seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat tidak hanya
menggunakan bahasa ibu sebagai alat berkomunikasi tetapi juga
menggunakan bahasa asing.
Bahasa asing akan mudah dipelajari apabila pembelajar bahasa asing
tersebut memahami struktur kebahasaannya dan menguasai kosakatanya
dengan baik. Namun apabila pembelajar bahasa asing tersebut hanya
memahami struktur kebahasaannya saja tanpa diikuti dengan penguasaan
kosakata yang memadai, maka kualitas kemampuan bahasa asingnya
dinilai rendah dan begitu juga sebaliknya.
Dari penjelasan tersebut terlihat jelas bahwa stuktur bahasa dan
kosakata berperan penting dalam menentukan kualitas kemampuan
berbahasa asing seseorang. Pembelajar bahasa asing atau siswa pada
2
kehidupan sehari-hari, tak hanya itu mereka mengingat kosakata yang
telah dikuasainya dalam kurun waktu yang singkat dan bersifat sementara.
Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah
monotonnya teknik pembelajaran kosakata bahasa asing yang didapatkan
para siswa tersebut pada saat pembelajaran, sehingga membuat siswa
menjadi jenuh dan mudah lupa.
Proses belajar mengajar dapat disampaikan secara lebih menarik
melalui metode pembelajaran yang baik dengan menggunakan teknik
permainan sederhana maupun dengan media pembelajaran yang menarik.
Oleh karena itu, pengajar dituntut untuk lebih kreatif dalam
menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan teknik dan
media yang menarik agar siswa dapat lebih termotivasi dalam belajar.
Teknik permainan merupakan salah satu teknik pembelajaran bahasa
yang dapat digunakan oleh pengajar agar siswa tersebut tidak mudah
jenuh. Dalam pembelajaran itu sendiri teknik permainan dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu permainan kosakata,
permainan mengeja, permainan struktur bahasa, permainan aritmatika, dan
sebagainya. Penelitian Puspitasari (2010) yang berjudul “Efektivitas
Teknik Permainan Mystery Bag dalam Meningkatkan Penguasaan
Kosakata Bahasa Jepang” membuktikan bahwa teknik permainan mystery
bag ini efektif membantu siswa dalam menguasai kosakata bahasa Jepang
3
Teknik permainan Mystery Bag ini termasuk ke dalam teknik
permainan kosakata atau yang lebih sering dikenal sebagai Vocabulary
Games. Teknik permainan ini sangatlah sederhana dan mudah untuk
dimainkan. Caranya adalah dengan menebak benda-benda yang berada di
dalam sebuah tas tanpa melihat, mencium, dan merasakan. Pemain hanya
diperbolehkan meraba benda tersebut.
Berdasarkan sudut pandang tersebut, peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai penguasaan kosakata dalam keterampilan
menulis bahasa Perancis dengan menggunakan teknik permainan Mystery
Bag, sehingga penelitian ini diberi judul “Efektivitas Teknik Permainan
Mystery Bag untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata dalam
Keterampilan Menulis Bahasa Perancis (Studi Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Sandhy Putra
Bandung Tahun Ajaran 2012/2013).”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penguasaan kosakata dalam keterampilan menulis
bahasa Perancis siswa SMA Sandhy Putra sebelum dan sesudah
4
2. Bagaimanakah penerapan teknik permainan Mystery Bag terhadap
upaya peningkatan penguasaan kosakata dalam keterampilan menulis
bahasa Perancis siswa SMA Sandhy Putra ?
3. Apakah teknik permainan Mystery Bag efektif untuk meningkatkan
penguasaan kosakata dalam keterampilan menulis siswa SMA Sandhy
Putra ?
4. Apa pendapat siswa SMA Sandhy Putra tentang penggunaan teknik
permainan Mystery Bag terhadap upaya peningkatan penguasaan
kosakata dalam keterampilan menulis bahasa Perancis ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan tingkat kemampuan penguasaan kosakata dalam
keterampilan menulis bahasa Perancis siswa SMA Sandhy Putra
sebelum dan sesudah menggunakan teknik permainan Mystery Bag.
2. Mendeskripsikan penerapan teknik permainan Mystery Bag terhadap
upaya peningkatan kemampuan penguasaan kosakata dalam
keterampilan menulis bahasa Perancis siswa SMA Sandhy Putra.
3. Menganalisis tingkat efektivitas teknik permainan Mystery Bag untuk
meningkatkan kemampuan penguasaan kosakata dalam keterampilan
5
4. Mendeskripsikan pendapat siswa SMA Sandhy Putra tentang
penggunaan teknik permainan Mystery Bag terhadap upaya
peningkatan kemampuan kosakata dalam keterampilan menulis bahasa
Perancis.
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam setiap penelitian yang dilakukan tentunya memiliki manfaat
yang diharapkan dapat berguna bagi seluruh pihak, baik itu bagi peneliti
maupun bagi orang lain. Berikut adalah manfaat dari penelitian ini :
1. Pendidik
a. Teknik permainan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif dan solusi bagi pengajar untuk membuat suasana
kelas menjadi hidup atau tidak monoton sehingga siswa tidak
merasa bosan.
b. Teknik permainan ini diharapkan dapat mempermudah pendidik
dalam menyampaikan materi pelajaran.
2. Peserta didik
a. Teknik permainan ini diharapkan dapat mempermudah dan
memotivasi siswa untuk menguasai kosakata dalam keterampilan
menulis bahasa Perancis.
3. Peneliti sendiri
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti
6
b. Penelitian ini diharapkan dapat membekali peneliti dalam
menyampaikan materi pembelajaran yang baik.
4. Para peneliti lainnya
a. Penelitian ini diharapkan menjadi rujukan atau referensi bagi para
peneliti lainnya.
1.5 Asumsi dan Hipotesis 1.5.1 Asumsi
Asumsi adalah sebuah anggapan dasar. Pernyataan tersebut
dipertegas oleh Kamus Bahasa Indonesia online yang beralamatkan
http://kamusbahasaindonesia.org/ yang menyebutkan bahwa “asumsi
adalah dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berpikir yang
dianggap benar”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka asumsi dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Teknik pengajaran adalah suatu teknik yang mendatangkan
keuntungan dalam proses belajar mengajar, yaitu membantu
pengajar menyampaikan materi pembelajaran, membantu siswa
menguasai kosakata bahasa Perancis dengan cara yang
menyenangkan, dan memotivasi siswa dalam belajar.
2. Menguasai kosakata dengan baik akan meningkatkan kemampuan
7
1.5.2 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang perlu diketahui
kebenarannya, di mana dugaan itu dapat terbukti benar maupun salah.
Pengertian tersebut diperkuat dengan adanya penjelasan yang dipaparkan
dalam situs http://lenterakecil.com/pengertian-hipotesis-dalam-penelitian/,
bahwa “hipotesis adalah suatu dugaan yang perlu diketahui kebenarannya,
yang berarti dugaan itu mungkin benar dan mungkin salah”. Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini yaitu, teknik
permainan Mystery Bag efektif digunakan dalam pembelajaran kosakata,
khususnya keterampilan menulis bahasa Perancis dan dapat memotivasi
BAB II
EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN MYSTERY BAG DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA PERANCIS
2.1 Pembelajaran Bahasa
2.1.1 Definisi Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri
seseorang baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, maupun berbuat
melalui sebuah interaksi antara individu dan lingkungan di mana individu
tersebut tinggal. Witherington (1952) dalam buku Kurikulum dan
Pembelajaran karya Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan
Pembelajaran menyebutkan bahwa „Belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang
berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan, atau pemahaman (2006
: 92)‟. Sedangkan definisi belajar yang ditemukan dalam buku Strategi
Pembelajaran Bahasa karya Iskandarwassid dan Suhendar (2008)
menyebutkan bahwa “Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan di mana ia hidup”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa hal
yang berhubungan dengan pengertian belajar adalah sebagai berikut :
1. Belajar merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan yang
2. Belajar merupakan sebuah interaksi dengan lingkungan sekitar
yang membawa perubahan terhadap setiap individu.
3. Dalam belajar terjadi perubahan tingkah laku yang menyangkut
kepribadian individu ke arah yang positif dan bersifat cenderung
permanen.
4. Terdapatnya aspek-aspek yang mendukung peranan kepribadian
setiap individu dalam proses belajar, yaitu motivasi, emosional,
sikap, pola pikir, cara bertindak, dan sebagainya.
5. Dapat terjadi tanpa guru, tanpa kegiatan mengajar dan
pembelajaran.
Mengajar adalah proses menyampaikan informasi yang bertujuan
untuk mendidik dengan dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan dan
pengalaman hidup. Sanusi (1998) dalam buku Strategi Pembelajaran
Bahasa karya Iskandarwassid dan Suhendar (2008) menyebutkan bahwa :
mengajar diartikan sebagai proses mendidik atau membelajarkan peserta didik yang diasumsikan mempunyai beberapa fungsi, antara lain membantu menumbuhkan dan mentransformasikan nilai-nilai positif
sambil memberdayakan serta mengembangkan potensi-potensi
kepribadian peserta didik.
2.1.2 Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam
kehidupan manusia, selain itu bahasa juga berfungsi sebagai alat untuk
sebagai alat kontrol sosial. Menurut sumber internet yang beralamatkan
http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-pelajaran-bahasa-indonesia mengatakan bahwa
“Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter (tidak ada hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja
sama, dan identifikasi diri”.
Bahasa memiliki banyak fungsi, yaitu bahasa berfungsi sebagai
ekspresi, informasi, eksplorasi, persuasi, dan penghibur. Dari fungsi-fungsi
tersebut dapat dilihat betapa pentingya keberadaan sebuah bahasa dalam
kehidupan sehari-hari. Bahasa sendiri dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
bahasa ibu atau bahasa asli dan bahasa asing. Bahasa ibu merupakan
bahasa yang didapatkan sejak seseorang dilahirkan dan pada saat mulai
tumbuh berkembang. Sedangkan bahasa asing merupakan bahasa yang
dipelajari serta dikuasai oleh seseorang selain bahasa ibu. Pemerolehan
bahasa asing atau bahasa kedua ini biasanya didapatkan dengan secara
tidak sengaja atau karena suatu kebutuhan. Dalam proses pembelajaran
bahasa itu sendiri terdapat unsur yang saling menunjang, yaitu
keterampilan dan komponen.
2.1.3 Keterampilan Berbahasa
Dalam pembelajaran bahasa terdapat 4 aspek keterampilan
berbahasa, yaitu keterampilan menulis, membaca, mendengarkan dan
berbicara. Pembelajaran bahasa asing terutama bahasa Perancis pun
dikenal dengan istilah production écrite, membaca dikenal dengan istilah
compréhension écrite, mendengarkan dikenal dengan istilah
compréhension orale, dan berbicara dikenal dengan production orale.
Aspek keterampilan membaca merupakan keterampilan untuk
memahami informasi yang diungkapkan oleh penulis melalui tulisan.
Aspek keterampilan menulis merupakan keterampilan mengekspresikan
gagasan pikiran ke dalam sebuah tulisan. Keterampilan ini tergolong ke
dalam keterampilan aktif, karena siswa atau penulis dituntut aktif dalam
menyampaikan informasi atau gagasan pikiran yang ingin disampaikan
kepada pembaca.
Aspek keterampilan mendengar (menyimak) merupakan
keterampilan untuk memahami informasi yang disampaikan oleh
pembicara melalui ucapan atau bunyi. Aspek keterampilan berbicara
merupakan keterampilan yang mengekspresikan pikiran atau ide memalui
ucapan atau bunyi.
2.1.4 Komponen Berbahasa
Pada dasarnya komponen bahasa terdiri dari tiga komponen, yaitu
tatabahasa atau disebut Grammaire dalam bahasa Perancis, kosakata atau
disebut Vocabulaire dalam bahasa Perancis, dan pelafalan atau disebut
Pronounciation dalam bahasa Perancis.
Tatabahasa (Gramaire) merupakan suatu pola dan aturan yang
dikatakan mahir dalam berbahasa jika orang tersebut memahami dan
mengikuti tatabahasa yang berlaku pada bahasa tersebut.
Kosakata (Vocabulaire) merupakan himpunan kata yang dimiliki
atau diketahui oleh seseorang. Dalam tatabahasa, kelas kata dibagi menjadi
beberapa kategori, yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan,
kata ganti, kata bilangan, dan kata tugas.
Pelafalan (Pronounciation) merupakan cara pengucapan kata dalam
suatu bahasa. Dalam pelafalan ini pengguna bahasa mempelajari mengenai
intonasi dan penekanan ucapan pada suku kata bahasa tertentu.
2.2 Pendekatan dan Metode Pembelajaran Bahasa 2.2.1 Pendekatan Pembelajaran Bahasa
Pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam memandang
permasalahan atau kajian yang terjadi di dalam proses pembelajaran.
Iskandarwassid dan Sunendar menyebutkan bahwa “Pendekatan
merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu, yang biasanya
merupakan asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berkaitan”
(Iskandarwassid dan Sunendar, 2008 : 40). Pendekatan pembelajaran
terdiri dari berbagai jenis, berikut jenis-jenis pendekatan pembelajaran.
1. Pendekatan Formal
Dalam pembelajaran bahasa pendekatan formal merupakan
pendekatan tradisional. Pembelajaran yang dilakukan oleh pendekatan ini
sekitar, karena pendekatan ini cenderung mengikuti cara-cara yang telah
biasa dilakukan pada sebelum-sebelumnya. Maka dari itu, pendekatan ini
tidak memiliki latar belakang yang teoretis. Menurut Semi (1993) dalam
buku Strategi Pembelajaran Bahasa, pembelajaran pada umumnya dimulai
dengan rumusan teoretis yang kemudian diaplikasikan dengan
contoh-contoh pemakaiannya dan dengan jalan menjabarkannya. Pendekatan ini
cenderung menyampaikan informasi mengenai bahasa tanpa
memperhatikan kemampuan berbahasa. Oleh karena itu, pendekatana ini
pun dikenal sebagai pendekatan informatif.
Pendekatan formal biasanya diterapkan ke dalam dua metode, yaitu
metode terjemahan dan metode membaca.
2. Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional cenderung menyarankan mempelajari bahasa
dengan terjun langsung ke masyarakat untuk melakukan komunikasi.
Tujuan dari pendekatan ini adalah membiarkan para pembelajar bahasa
merasakan fungsi dari bahasa dan memahami tatabahasa itu sendiri.
Pendekatan ini memunculkan metode pembelajar bahasa seperti metode
langsung, metode audiolingual, metode linguistik, metode intensif dan
metode pembatasan.
3. Pendekatan Integral
Pendekatan integral menyebutkan bahwa pengajaran bahasa
merupakan sesuatu yang bersifat multidimensional, di mana banyak faktor
bersifat fleksibel dan menggunakan metode yang terbuka, misalnya :
metode eksperimen dan metode kerja lapangan.
4. Pendekatan Sosiolinguistik
Pendekatan Sosiolinguistik mempelajari hubungan masyarakat
dengan bahasa. Pendekatan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa
merupakan sebuah identas kelompok dan sebagai alat komunikasi. Bahasa
memiliki sitem yang bervariasi, yang mana setiap ragam tersebut memiliki
peranan, fungsi dan kawasan pemakaian yang tertentu.
5. Pendekatan Psikologi
Pendekatan psikologi ini merupakan pendekatan pembelajaran yang
berkaitan dengan mengamati kepribadian, kebiasaan belajar dari siswa dan
respon siswa terhadap pembelajaran. Dengan mengamati tingkah laku
siswa, pengajar dapat memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh
siswa tersebut agar penyampaian informasi dalam proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik.
6. Pendekatan Psikolinguistik
Pendekatan psikolinguistik inimerupakan pendekatan yang
mempelajari latar belakang kemampuan siswa dalam berbahasa.
Pendekatan ini menganggap bahwa keberhasilan belajar siswa ditentukan
oleh faktor eksternal.
Pendekatan ini menyebutkan bahwa segala tingkah laku ataupun
kegiatan siswa dalam pembelajaran merupakan respon terhadap adanya
stimulus yang diserapnya.
8. Pendekatan Pengelolaan Kelas
Pendekatan pengelolaan kelas ini terdiri dari berbagai macam
pendekatan, yaitu pendekatan otoriter, pendekatan permisif, pendekatan
pengubahan perilaku, dan pendekatan iklim sosio-emosional. Setiap
pendekatan tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan
suasana kelas yang kondusif dengan cara menciptakan dan
mempertahankan ketertiban kelas, memberikan kebebasan kepada siswa
untuk melakukan sesuatu, serta menjaga hubungan yang baik antara
pengajar dan siswa.
9. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif ini merupakan pendekatan yang sering
digunakan dalam pembelajaran bahasa. Pendekatan komunikatif
merupakan pendekatan pembelajaran yang dilandasi oleh teori komunikasi
dan fungsi bahasa yang bertujuan mengembangkan kemampuan
komunikatif dan meningkatkan kemampuan keterampilan berbahasa siswa.
2.2.2 Metode Pembelajaran Bahasa
Menurut KBBI (1995) dalam buku Strategi Pembelajaran Bahasa
metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
Sunendar, 2008:56). Metode pembelajaran terdiri dari berbagai macam,
yaitu :
1. Metode Terjemahan
Metode terjemahan tatabahasa biasa dikenal dengan metode
tradisional. Metode ini berkembang sekitar akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20. Prinsip dari metode ini adalah siswa dituntut untuk mampu
menerjemahkan bahasa ibu ke bahasa sasaran, begitu juga sebaliknya.
Ciri-ciri dari metode ini adalah :
1) Kaidah tatabahasa dan kosakata dipelajari dengan seksama.
2) Tatabahasa diajarkan secara deduktif.
3) Cara penerjemahan diterangkan secara terperinci.
4) Hanya fokus pada 2 keterampilan berbahasa, yaitu membaca
dan menulis.
5) Tujuan pembelajarannya adalah untuk mengalihkan bahasa
ibu ke dalam bahasa sasaran, begitu juga sebaliknya.
6) Bahasa ibu dan bahasa sasaran dibandingkan secara konstan.
7) Pemahaman kaidah dan bahan bacaan diuji melalui
terjemahan.
2. Metode Langsung
Metode langsung ini lebih menekankan pada bahasa lisan dan
memperhatikan ucapan. Metode ini sudah mulai mengurangi metode
terjemahan. Ciri-ciri dari metode ini adalah :
2) Menggunakan kosakata sehari-hari dan kalimat wacana yang
sederhana.
3) Keterampilan berkomunikasi secara tanya-jawab dilakukan
secara intensif.
4) Aspek berbicara dan menyimak mendapatkan perhatian yang
baik.
5) Ketepatan ucapan dan tatabahasa sangat diperhatikan dan
diutamakan.
3. Metode Audiolingual
Metode audio-lingual ini berfokus pada lafal kata dan pelatihan pola
kalimat yang dilakukan secara berulang-ulang secara intensif. Ciri-ciri dari
metode ini adalah :
1) Pemisahan keterampilan bahasa-menyimak, berbicara,
membaca, menulis, dan pengulangan audiolingual secara
grafik.
2) Penggunaan “dialog” sebagai sarana utama penyajian bahasa.
3) Penekanan pada teknik praktik tertentu.
4) Pemantapan teori linguistik dan teori psikologis sebagai dasar
bagi metode pengajaran bahasa.
5) Penggunaan laboratorium bahasa.
4. Metode Pembelajaran Bahasa Masyarakat
Metode pembelajaran bahasa masyarakat merupakan metode yang
Dalam hal ini, siswa mendapatkan perhatian dan bimbingan bimbingan
agar siswa dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Metode Responsi Fisik Total
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode ini,
pengajar diwajibkan untuk dapat berperan sebagai pengarah dari setiap
tingkah laku siswa. Siswa harus menyimak pengajar dengan baik agar
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
6. Metode Cara Diam (Silent Way)
Metode cara diam atau yang lebih sering dikenal dengan silent way
adalah salah satu metode pembelajaran bahasa yang merupakan bagian
dari pendekatan pedagogi. Metode ini menerangkan bahwa aspek kognitif
cenderung lebih dominan daripada aspek affektif dalam membantu
keberhasilan mempelajari bahasa, frase, dan kalimat. Pada metode ini
pengajar dituntut untuk lebih diam dan membiarkan siswa menjadi lebih
aktif, mandiri dan lebih peka terhadap suasana pembelajaran. Stevick
dalam buku Pengajaran Pemerolehan Bahasa menyebutkan ciri-ciri utama
dari metode ini adalah :
1) Mengajar haruslah merupakan bawahan (atau subordinasi)
belajar.
2) Belajar bukanlah secara primer yang merupakan tiruan atau
latihan.
3) Dalam belaajr, pikiran memperlengakapi dirinya dengan
yang disengaja, menunda keputusan, dan memperbaiki
kesimpulan.
4) Dalam pelaksanaannya, pikiran menarik atau mengambil
segala sesuatu yang sudah pernah diperolehnya, terutama
pengalaman dalam belajar bahasa ibu atau bahasa asli.
5) Jika aktivitas guru merupakan bawahan atau subordinasi bagi
pembelajar, maka guru harus berhenti mencoba mencampuri
dan mengalihkan kegitan tersebut.
7. Metode Sugestopedia
Metode sugestopedia ini dapat membantu siswa dalam
berkonsentrasi dalam memahami tatabahasa dan kosakata yang dipelajari.
Suasana belajar mengajar yang menyenangkan, menyejukkan, dan nyaman
dapat memberikan sugesti kepada para siswa, misalnya dengan
mendekorasi ruang kelas dengan semenarik mungkin, tempat duduk yang
nyaman, ruangan yang bersih, dan sebagainya.
2.3 Teknik dan Media Pembelajaran Bahasa 2.3.1 Teknik Pembelajaran Bahasa
Secara umum pengertian teknik adalah suatu cara, sistem, langkah
untuk mengerjakan dan menyelesaikan sesuatu. Sedangkan teknik
pembelajaran adalah suatu cara sistematis yang digunakan dalam proses
belajar mengajar yang bertujuan membantu pengajar dalam
diberikan. Pernyataan tersebut diperkuat dengan sebuah pernyataan yang
terdapat dalam situs internet yang berlamatkan
http://sditalihsan.sch.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=57 yang
menyebutkan bahwa “teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang
dipakai saat proses pembelajaran berlangsung”. Dalam penggunaan teknik
pembelajaran, guru dapat menggunakan berbagai macam teknik dalam
satu metode yang sama. Teknik itu sendiri terdiri dari berbagai macam
bentuk, berikut adalah macam-macam bentuk teknik pembelajaran.
1. Teknik Diskusi
Teknik diskusi ini melibatkan banyak orang, minimal dilakukan 2
orang karena teknik ini membutuhkan kerjasama dan komunikasi. Teknik
ini menciptakan suasana yang aktif diantara para siswa. Jika teknik ini
diterapkan di dalam kelas, pengajar harus bekerja ekstra mengatur jalannya
teknik diskusi ini.
2. Teknik Sumbang Saran atau Percambahan (Brainstroming)
Teknik sumbang saran ini menghidupkan komunikasi antara
pengajar dan siswa. Pengajar harus aktif melontarkan permasalahan dari
materi yang diberikannnya, yang mana masalah tersebut harus dijawab
atau ditanggapi oleh siswa sehingga masalah tersebut berkembang dan
menjadi masalah baru.
Teknik inquiry ini menuntun siswa untuk mandiri karena teknik ini
membiarkan siswa mencari jawaban sendiri, sumber belajar sendiri, dan
belajar bersama dengan teman-temannya untuk menyelesaikan tugasnya.
4. Teknik Simulasi
Teknik simulasi ini membuat para siswa aktif dalam berperan sesuai
yang dikehendaki oleh siswa tersebut. Biasanya bentuk teknik
pembelajaran ini berupa sosiodrama, psikodrama, permainan simulasi, dan
bermain peran.
5. Teknik Ceramah
Teknik ceramah ini merupakan teknik tradisional. Teknik ini secara
tidak langsung mengandung unsur paksaan, karena siswa harus
memperhatikan, mendengarkan, dan mencatat apa yang diterangkan oleh
pengajar tanpa berkomentar. Teknik ini dapat dipadupadankan dengan
teknik tanya jawab atau dialog sehingga teknik ini menjadi hidup.
6. Teknik Permainan
Teknik permainan merupakan teknik yang paling menyenangkan
sehingga dapat menghidupkan suasana kelas. Teknik ini dapat
memberikan kesan yang tersendiri sehingga dapat memotivasi para siswa.
Dalam pembelajaran bahasa teknik permainan dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu permainan kosakata, permainan tatabahasa, permainan
mengeja dan sebagainya.
Dalam penggunaan teknik ini, siswa mengerjakan tugas atau
menyelesaikan masalah dengan cara bersama-sama. Pengajar membagi
siswa ke dalam beberapa kelompok, biasanya terdiri dari 3 – 10 siswa
tergantung dari tugas yang akan diberikan.
8. Teknik Kerja Lapangan
Teknik pembelajaran kerja lapangan ini membawa siswa ke luar
sekolah untuk mengadakan observasi dengan terjun langsung ke
lapangan. Selain itu, siswa juga berpartisipasi ke dalam dunia kerja
sehingga siswa dapat menghayati dan dapat beradaptasi dengan
lingkungan sekitar.
9. Teknik Eksperimen
Teknik pembelajaran membuat aktif para siswa dengan cara
melakukan percobaan mengenai suatu hal, kemudian siswa mengamati
proses yang tejadi dan membuat laporannya.
2.3.2 Media Pembelajaran
Secara umum media adalah sebuah perantara atau pengantar pesan.
Media pembelajaran merupakan sarana yang digunakan pada proses
belajar mengajar yang dapat membantu merangsang daya pikir, perhatian,
motivasi, dan emosi siswa dalam belajar. Media pembelajaran terdiri dari
beberapa jenis, yaitu media grafis, media tiga dimensi, dan media
proyeksi.
Menurut Webster dalam buku media pengajaran menyebutkan
bahwa “Graphics merupakan seni atau ilmu menggambar, terutama
penggambaran mekanik (sudjana dan Rivai,2010:27)”. Di lihat dari
definisinya media grafis merupakan sebuah media pengajaran yang
berupa sketsa, grafik, poster, bagan, kartun, diagram, dan komik.
Media grafis berupa bagan terdiri dari berbagai macam, yaitu
bagan pohon, bagan alir, bagan arus, dan bagan tabel. Sedangkan
media grafis berupa grafik terdiri dari grafik garis, grafik batang,
grafik lingkaran, grafik wilayah, dan grafik gambar.
Media grafis berupa sketsa, kartun, poster, dan komik memiliki
persamaan, yaitu sama-sama menggunakan gambar di dalamnya.
2. Media Tiga Dimensi
Menurut Sudjana dan Rivai model media tiga dimensi dibagi
menjadi enam kategori, yaitu model padat, model penampang, model
susun, model kerja, mock-up dan diorama. Model padat dapat berupa
boneka, patung, alat tulis, anatomi tubuh, globe, dan sebagainya.
Model penampang bersifat menampakkan susunan dari sebuah
objek, seperti anatomi tubuh yang dapat dilihat susunan bagiannya
ataupun penggambaran lapisan bumi yang biasa digunakan pada
pelajaran ilmu bumi atau geografi. Model susun ini hampir mirip
bagian-bagian yang tersusun pada objek tersebut, seperti anatomi tubuh,
mesin, pompa, dan sebagainya.
Model kerja merupakan sebuah tiruan sistem kerja dari suatu
objek, seperti sistem perputaran tata surya, neraca, katrol, alat ukur
yang biasa digunakan dalam bidang ilmu pasti, microscope, dan
sebagainya. Mock-up merupakan penyederhanaan dari suatu objek
yang berfungsi sebagai simulasi, seperti jaringan listrik, sistem
telepon, sistem peredaran darah, dan sebagainya. Diorama adalah
sebuah objek tiga dimensi yang bertujuan menggambarkan keindahan
suatu objek, seperti lukisan tiga dimensi, maket, dan sebagainya.
3. Media Proyeksi
Media proyeksi terdiri dari slide, film stripe, film, penggunaan
OHP dan sebagainya.
4. Media Audio
Pengertian media audio untuk pembelajaran menurut Sudjana
dan Rivai adalah “sebagai bahan yang mengandung pesan dalam
bentuk auditif (pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga terjadi
proses belajar-mengajar (Sudjana dan Rivai, 2010:129)”. Alat yang
biasanya digunakan dalam media audio adalah radio, DVD, CD, kaset,
Dilihat dari definisi dan alat yang digunakan, media audio ini
berfungsi untuk melatih keterampilan mendengar atau menyimak.
Kecakapan-kacakapan yang bisa dicapai siswa dengan menggunakan
media audio ini, di antaranya :
1) Kecakapan dalam memusatkan perhatian siswa.
2) Kecakapan dalam mengikuti suatu pengarahan yang
didengarkan oleh siswa.
3) Kecakapan dalam menganalisis suatu permasalah yang
didengarkan oleh siswa.
4) Kecakapan siswa dalam memisahkan kata-kata atau
informasi yang relevan dengan yang tidak relevan.
5) Kecakapan dalam mengingat dan mengungkapkan
kembali mengenai informasi yang didengarkan oleh
siswa.
6) Kecakapan dalam memperoleh arti dari suatu konteks.
2.4 Permainan Mystery Bag 2.4.1 Definisi Permainan
Berdasarkan situs online yang beralamatkan
http://id.wikipedia.org/wiki/Permainan menjelaskan bahwa permainan
merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenang-senang,
mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Adapun definisi lainnya
http://www.artikata.com/arti-371318-permainan.html menyatakan bahwa permainan adalah sesuatu
yang digunakan untuk bermain, barang ata sesuatu yang dipermainkan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
permainan merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan membuat
orang menjadi rileks. Tujuan penggunaan permainan dalam proses
pembelajaran adalah meringankan daya pikir siswa dalam mencerna materi
atau bahan ajar yang disampaikan. Tak hanya itu tujuan penggunaan
permainan dalam proses belajara mengajar adalah memotivasi siswa untuk
mempelajari pelajaran tersebut.
2.4.2 Cara Penggunaan Permainan Mystery Bag
Permainan Mystery Bag merupakan sebuah permainan yang dapat
diterapkan pada proses pembelajaran bahasa. Permainan ini tergolong ke
dalam teknik permainan kosakata. Permainan ini peneliti temukan pada
buku yang berjudul be smart and fun with english games karya Ayu Rini,
youtube dan skripsi karya Rianny seorang mahasiswa bahasa Jepang.
Permainan mystery bag adalah sebuah permainan individu yang
diperuntukkan untuk tingkat dasar. Permainan ini membutuhkan sebuah
tas dan benda-benda yang akan dimasukkan kedalam tas tersebut.
Cara menggunakan permainan ini adalah semua pemain mengelilingi
pemimpin permainan tersebut. Kemudian pemimpin permainan tersebut
duduk di tengah lingkaran dengan membawa sebuah tas yang berisi aneka
benda-benda apa saja yang disembunyikan di dalam tas tersebut. Namun, perlu
dicatat, pemimpin sebaiknya memasukkan benda-benda yang sudah
dikenal oleh semua pemain. Kemudian para pemain secara bergilir maju
ke depan mendekati pemimpin permainan. Pemain 1 memasukkan
tangannya ke dalam tas dan mengambil sebuah benda, tapi benda itu tetap
dipegang dalam kantong. Lalu pemain meraba benda tersebut dengan
tangannya. Setelah merasa yakin akan jawabannya maka pemain 1 akan
menyebutkan nama benda tersebut. Jika jawaban dari pemain 1 benar
maka pemain masih diperbolehkan main namun jika salah pemain 1 akan
dikeluarkan dari permainan.
2.4.3 Kekurangan dan Kelebihan Permainan Mystery Bag
Kelebihan dari permainan ini adalah sederhana, mudah dilakukan
dan menggunakan alat peraga yang sederhana. Tak hanya itu permainan
ini pun memotivasi siswa dalam belajar dan dengan adanya permainan ini
suasana pembelajaran menjdai tidak monoton. Namun kekurangan dari
permainan ini adalah tidak dapat menggunakan semua benda sebagai objek
permainan, karena tas yang dipergunakan adalah tas kecil atau berukuran
sedang sehingga benda besar seperti papan tulis tidak dapat dimasukkkan
ke dalam tas tersebut.
2.5 Hasil Temuan Penelitian Terdahulu
Teknik permainan mystery bag ini sebelumnya sudah pernah diteliti
oleh mahasiswi jurusan bahasa Jepang yang bernama Puspitasari (2010)
yang berjudul “Efektivitas Teknik Permainan Mistery Bag dalam
Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang”. Peneliti tersebut
melakukan eksperimen murni dengan menggunakan kelas kontrol dan
kelas ekperimen dari kelompok yang berbeda. Hasil penelitian tersebut
menyebutkan bahwa permainan mystery bag mempermudah siswa dalam
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti mencoba menganalisis data dari hasil
penelitian yang telah dilakukan di SMA Sandhy Putra pada siswa kelas X
tahun ajaran 2012/2013. Data tersebut berupa pretest (tes awal) dan
posttest (tes akhir) mengenai penguasaan kosakata bahasa Perancis yang
bertemakan lingkungan sekolah, serta data hasil angket yang diberikan
guna mengetahui pendapat siswa tentang penggunaan teknik permainan
Mystery Bag dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis. Berikut ini
penjelasan pelaksanaan penelitian, hasil analisis data pretest, posttest, dan
angket penelitian tersebut.
4.1 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian eksperimen semu ini dilakukan secara
bertahap, mulai dari tahap pretest, perlakuan dan terakhir tahap posttest.
1. Pretest (tes awal)
Pretest dilaksanakan sebanyak satu kali, yakni pada tanggal 13
Oktober 2012 dengan memberikan 20 soal berbentuk isian singkat.
Pretest ini dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
penguasaan kosakata sebelum diberikan treatment yaitu penggunaan
68
2. Treatment (Perlakuan)
Treatment atau perlakuan dilaksanakan pada pertemuan
selanjutnya, yakni tanggal 20 Oktober 2012 dalam satu kali pertemuan
dengan alokasi waktu 1x50 menit (±1 jam pelajaran). Peneliti
memberikan perlakuan berupa penerapan teknik permainan Mystery
Bag dalam proses pembelajaran kosakata bahasa Perancis. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Siswa menyaksikan dan mengamati tayangan berupa video
mengenai Les Fournitures Scolaires yang sesuai dengan pokok
bahasan yang diberikan.
b. Siswa mengamati bentuk tulisan dan cara pelafalannya dalam
bahasa Perancis.
c. Siswa mempraktekkan hasil pengamatannya dengan cara
melafalkan kembali kosakata yang terdapat didalam video
tersebut.
d. Siswa melakukan teknik permainan Mystery Bag guna
memperdalam pengingatan dan pemahamannya terhadap kosakata
bahasa Perancis yang telah diberikan.
Dalam pelaksanaannya, peneliti menayangkan video mengenai Les
Fournitures Scolaires yang bertemakan lingkungan sekolah yang
berfungsi sebagai alat bantu pengajaran. Sementara itu siswa
memperhatikan dengan seksama tulisan, pelafalan, serta gambar yang
69
mengucapkan kembali kosakata bahasa Perancis yang terdapat pada
video tersebut.
Setelah peneliti memberikan bahan ajar kepada siswa, selanjutnya
peneliti menerapkan teknik permainan Mystery Bag guna membantu
siswa dalam mengingat materi yang diberikan dari segi penulisan,
pengucapan, dan arti dari kosakata tersebut. Adapun langkah-langkah
teknik permainan Mystery Bag tersebut sebagai berikut :
a. peneliti mempersiapkan benda dan tas yang akan dipergunakan
dalam permainan Mystery Bag;
b. mengkondisikan siswa dengan membentuk sebuah kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa;
c. peneliti menjelaskan cara penggunaan teknik permainan Mystery
Bag kepada siswa;
d. peneliti menghampiri kelompok pertama, kemudian
masing-masing siswa dari kelompok tersebut memasukkan tangannya ke
dalam tas untuk meraba benda tersebut,
e. masing-masing siswa diberikan kesempatan 30 detik untuk meraba
benda di dalam tas;
f. kemudian siswa mengingat dan menuliskan kata benda yang telah
diraba pada lembar kerja, dan kegiatan ini pun diterapkan pada
kelompok selanjutnya;
g. hasil kerja dari masing-masing kelompok tersebut ditulis ulang di
70
Adapun foto yang menggambarkan proses berlangsungnya
kegiatan teknik permainan Mystery Bag sebagai berikut :
Gambar 4.1
Penjelasan Teknik Permainan Mystery Bag
Gambar 4.2
71
Gambar 4.3
Penerapan Teknik Permainan Mystery Bag
Gambar 4.4
Penerapan Teknik Permainan Mystery Bag
Peneliti juga memberikan lembar observasi kepada observator
72
Bag. Dari hasil lembar observasi tersebut diketahui bahwa siswa
antusias terhadap teknik permainan Mystery Bag dan respons yang
diberikan pun dinilai posistif. Siswa pun fokus menyimak dan
memperhatikan instruksi permainan yang diberikan oleh peneliti
sehingga siswa mengerti dan tidak mengalami kesulitan dalam
memainkan permainan tersebut. Dalam penerapannya siswa terlihat
senang dan menyukai teknik permainan Mystery Bag sehingga siswa
termotivasi untuk meningkatkan penguasaan kosakata dalam
keterampilan menulis.
3. Posttest (tes akhir)
Posttest dilaksanakan pada waktu yang bersamaan dengan
pelaksanaan pemberian treatment, yaitu tanggal 20 Oktober 2012.
Bentuk dan materi tes sama seperti pada saat pretest yakni berbentuk
isian singkat, tetapi dengan soal tes yang berbeda. Posttest ini
dilakukan untuk mengukur penguasaan kosakata siswa setelah
diberikan treatment berupa teknik permainan Mystery Bag. Selain itu,
peneliti juga memberikan angket guna mengetahui pendapat siswa
73
4.2 Deskripsi Data Penelitian
4.2.1 Deskripsi dan Analisis Data Penelitian Hasil Pretest
Data pertama yang diperoleh oleh peneliti merupakan data hasil
kegiatan pretest yang telah dilakukan. Dari hasil pretest tersebut dapat
diketahui tingkat kemampuan penguasaan kosakata bahasa Perancis siswa
sebelum menggunakan teknik permainan Mystery Bag. Berikut adalah
paparan nilai yang didapatkan dari pretest (tes awal).
Tabel 4.1
Data Nilai Pretest (Tes Awal)
No Responden Nilai Pretest
74
Dari data tabel di atas terlihat bahwa hasil yang dicapai para siswa
dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis sebelum menggunakan
teknik permainan mystery bag terhitung rendah. Hal tersebut dapat dilihat
dari banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah 7. Nilai terkecil yang
didapatkan oleh siswa adalah 3 dan niai terbesar yang didapatkan siswa
adalah 8,5.
4.2.2 Deskripsi dan Analisis Data Penelitian Hasil Posttest
Data kedua yang diperoleh oleh peneliti berasal dari hasil kegiatan
posttest. Dari hasil tersebut dapat diketahui tingkat kemampuan
penguasaan kosakata siswa setelah menggunakan teknik permainan
mystery bag. Berikut adalah paparan nilai yang didapatkan dari hasil
posttest (tes akhir).
Tabel 4.2
Data Nilai Posttest (Tes Akhir)
No Responden Nilai Posttest
75
Dari data tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil nilai
posttest siswa dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis dengan
menggunakan teknik permainan Mystery Bag. Hal tersebut terlihat dari
nilai siswa yang mengalami peningkatan yang signifikan jika
dibandingkan dengan hasil nilai pretest. Tabel di atas menunjukkan
banyak siswa yang mendapatkan nilai di atas 7. Nilai terkecil yang
didapatkan siswa adalah 5,5 dan nilai terbesar adalah 9.
4.2.3 Distribusi Data Penelitian Hasil Pretest dan Posttest
Setelah hasil pretest dan posttest diketahui, peneliti akan melakukan
distribusi data guna mendapatkan selisih atau gain (d) dari kedua hasil tes
tersebut. Berikut adalah tabel distribusi hasil nilai pretest dan posttest.
13. 013 6,5
14. 014 6
15. 015 8,5
16. 016 8,5
17. 017 6
18. 018 6,5
19. 019 8
76
Tabel 4.3
Distribusi Data Penelitian Hasil Pretest dan Posttest
No Responden Pretest Posttest Gain (d)
jumlah gain (d) yaitu selisih yang didapatkan dari kedua variabel tersebut.
Jumlah variabel x (∑ ) adalah 127,5, jumlah variabel y (∑ ) adalah 148,
77
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini, data yang telah diperoleh peneliti akan diolah untuk
menghasilkan suatu kesimpulan mengenai perbedaan atau selisih yang
terjadi di antara variabel x (pretest) maupun variabel y (posttest), yang
mana kesimpulan tersebut berfungsi untuk mengetahui tingkat efektifitas
yang diteliti oleh peneliti.
4.3.1 Pengolahan Data Penelitian
Pengolahan data dimulai dari perhitungan nilai rata-rata (mean) dari
setiap variabel yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan taraf
signifikasi antara kedua variabel tersebut. Berikut adalah paparan yang
dijelaskan secara rinci.
1) Nilai rata-rata pretest (T1)
= ∑ = , = 6,375
2) Nilai rata-rata posttest (T2)
= ∑ = = 7,4
Dari hasil nilai rata-rata (mean) pada setiap variabel tersebut
menunjukkan bahwa kenaikan nilai dari selisih mean antara pretest dan
posttest adalah sebesar 1,025 poin.
3) Analisis taraf signifikasi antara nilai rata-rata (mean) pretest dan nilai
78
Analisis taraf signifikasi dilakukan guna mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara mean pretest dan
posttest. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
�
=
�∑��
( − )
Langkah pertama adalah mencari mean deviasi (��), rumus
yang digunakan adalah :
�= ∑ � = , = 1,025
Langkah berikutnya adalah mencari jumlah kuadrat deviasi (∑ d2).
Berikut adalah penjelasan yang dituangkan ke dalam tabel.
79
Hasil perhitungan di atas merupakan upaya untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan atau tidak di antara kedua nilai rata-rata pretest
dan posttest. Untuk mengetahui terjadinya perbedaan tersebut, nilai thitung
yang telah didapatkan tersebut dibandingkan dengan daftar nilai ttabel.
Kemudian dianalisis dengan menggunakan kriteria hipotesa untuk
membuktikan keberhasilan. Apabila hasil hipotesis menunjukkan thitung >
ttabel, maka penelitian ini dikatakan berhasil.
Taraf signifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah taraf
signifikasi 5%. Setelah diketahui derajat kebebasan (d.b.), dengan
80
d.b. = N-1
= 20-1
= 19
Maka, taraf signifikasi 5% dengan derajat kebebasan 19
menghasilkan ttabel sebesar 2,09. Nilai thitung di dalam penelitian ini adalah
5,21 yang berarti nilai thitung lebih besar dari ttabel. Hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara nilai rata-rata pretest
dengan posttest yang signifikan dengan perbedaan yang terjadi antara thitung
dengan ttabel sebesar 3,12.
4.3.2 Pengujian Hipotesis
Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk membuktikan
hipotesis dari penelitian ini, yaitu :
a. Hipotesis kerja (Hk) apabila thitung > ttabel, artinya adalah Hipotesis
nol (H0) ditolak dan Hipotesis kerja (Hk) diterima. Dengan kata
lain, terdapat perbedaan antara nilai rata-rata pretest dengan nilai
rata-rata posttest.
b. Hipotesis nol (H0) apabila thitung < ttabel, artinya adalah Hipotesis nol
(H0) diterima dan Hipotesis kerja (Hk) ditolak. Dengan kata lain,
tidak terdapat perbedaan antara nilai rata-rata pretest dengan nilai
81
Berdasarkan perhitungan data pada bagian sebelumnya, peneliti
memperoleh thitung sebesar 5,21. Taraf signifikasi yang digunakan adalah
5% dengan derajat kebebasan (d.b.) sebesar 19, maka diperoleh ttabel
sebesar 2,09. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa thitung > ttabel :
5,21 > 2,09. Hal tersebut menyebutkan bahwa Hipotesis kerja (Hk)
diterima dan Hipotesis nol (H0) ditolak.
4.4 Analisis Angket
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan angket guna mengetahui
respon siswa terhadap penggunaan teknik permainan Mystery Bag dalam
kemampuan penguasaan kosakata bahasa Perancis siswa. Proses analisis
angket penelitian ini merujuk pada kisi-kisi atau kategori yang digunakan
peneliti. Berikut penjelasan secara terperinci.
Tabel 4.5
Ketertarikan terhadap Bahasa Perancis Pertanyaan : 1. Saya menyukai bahasa Perancis
82
Dari paparan tabel di atas, dapat diketahui bahwa banyak siswa yang
menyukai bahasa Perancis. Hal terlihat dari banyaknya siswa yang
menyetujui (65%) pernyataan jika mereka menyukai bahasa Perancis.
Hanya sebagaian kecil saja yang menjawab ragu (30%) dan tidak setuju
(5%).
Tabel 4.6
Pendapat Siswa terhadap Bahasa Perancis
Pertanyaan : 2. Bahasa Perancis mudah ditemui di berbagai sumber (film, lagu, buku, dsb)
Tabel di atas menunjukkan bahwa bahasa Perancis mudah ditemui di
berbagai sumber, seperti di dalam film, lagu, buku, dan sebagainya. Hal
tersebut terlihat dari banyaknya siswa yang menjawab setuju (35%),
namun sebagian siswa lainnya meragukan (35%) pernyataan tersebut.
Kemudian sisnya (30%) menjawab tidak setuju jika bahasa Perancis itu
83
Tabel 4.7
Pendapat Siswa terhadap Bahasa Perancis
T
Tabel di atas menunjukkan bahwa bahasa Perancis bukan bahasa yang
mudah untuk dipelajari, terlihat dari banyaknya siswa yang meragukan
(45%) bahkan cenderung tidak setuju (40%) jika bahasa Perancis
dikatakan sebagai bahasa yang mudah untuk dipelajari. Hanya 10% siswa
yang setuju bahwa bahasa Perancis mudah untuk dipelajari.
Tabel 4.8
Kemampuan Bahasa Perancis Siswa
Pertanyaan : 4. Saya dapat berbahasa Perancis secara tertulis
Jawaban F %
Tabel di atas menunjukkan tingkat kemampuan bahasa Perancis Pertanyaan : 3. Bahasa Perancis merupakan bahasa yang mudah untuk
84
berbahasa Perancis secara tertulis dan sebagian siswa lainnya (40%) ragu
akan kemampuan yang dimilikinya. Kemudian 20% siswa tidak dapat
berbahasa Perancis.
Tabel 4.9
Kemampuan Bahasa Perancis Siswa Pertanyaan : 5. Saya dapat berbahasa Perancis secara lisan
Jawaban F %
Tabel di atas menunjukkan tingkat kemampuan bahasa Perancis
yang dimiliki oleh para siswa secara lisan. Sebanyak 60% siswa ragu jika
mereka mampu berbahasa Perancis secara lisan. Kemudian 20% siswa
dapat berbahasa Perancis secara lisan dan 20% lainnya menyebutkan tidak
dapat berbahasa Perancis secara lisan. Namun berdasarkan pengamatan
peneliti ketika berada di kelas, para siswa cenderung pandai berbahasa
Perancis secara lisan daripada secara tertulis, terbukti dari cara mereka
85
Tabel 4.10
Pengalaman dan Pendapat Siswa mengenai Kosakata Bahasa Perancis Pertanyaan : 6. Kosakata bahasa Perancis mudah untuk dimengerti,
dipahami dan diingat
Tabel di atas menjelaskan mengenai pendapat siswa terhadap
kosakata bahasa Perancis. Dari hasil jajak pendapat, banyak siswa yang
ragu (45%) bahkan cenderung menyetujui (30%) bahwa kosakata bahasa
Perancis itu sulit untuk dimengerti, dipahami, dan diingat. Sedangkan
siswa lainnya (25%) setuju jika bahasa Perancis mudah untuk dimengerti,
dipahami, dan diingat.
Tabel 4.11
Penunjang Belajar Bahasa Perancis Siswa Pertanyaan : 7. Saya memiliki buku pelajaran bahasa Perancis
86
Tabel di atas menjelaskan mengenai alat penunjang belajar yang
dimiliki oleh siswa berupa buku pelajaran. Dari hasil angket tersebut
diketahui bahwa sebagian besar siswa (70%) memiliki buku pelajaran
bahasa Perancis dan hanya sebagaian kecil siswa (15%) yang tidak
memiliki buku pelajaran bahasa Perancis.
Tabel 4.12
Penunjang Belajar Bahasa Perancis Siswa Pertanyaan : 8. Saya memiliki kamus bahasa Perancis
Jawaban F %
Tabel di atas menunjukkan mengenai alat penunjang belajar yang
dimiliki oleh siswa berupa kamus bahasa Perancis. Dari hasil angket
tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa (60%) tidak memiliki
kamus bahasa Perancis dan hanya sebagaian kecil siswa (20%) yang tidak
memiliki kamus bahasa Perancis. Kemudian sekitar 20% siswa meragukan
87
Tabel 4.13
Ketertarikan Belajar Kosakata Bahasa Perancis Pertanyaan : 9. Saya rajin belajar bahasa Perancis untuk menambah
kosakata
Tabel di atas menunjukkan mengenai ketertarikan belajar kosakata
bahasa Perancis siswa. Dari hasil tabel di atas dapat dijelaskan bahwa
sebagian besar siswa (70%) ragu jika mereka rajin belajar untuk
memperkaya kosakata. Hanya sekitar 20% siswa yang rajin belajar untuk
menambah kosakata. Kemudian sisanya sebesar 10% siswa tidak rajin
belajar untuk menambah kosakata.
Tabel 4.14
Ketertarikan Belajar Kosakata Bahasa Perancis
88
Tabel di atas menunjukkan mengenai ketertarikan belajar kosakata
bahasa Perancis siswa. Dari hasil tabel di atas dapat dijelaskan bahwa
sekitar 35% siswa rajin melatih kemampuan kosakata bahasa Perancis
mereka dan sekitar 20% siswa tidak rajin melatih kemampuan kosakata
bahasa Perancis siswa. Kemudian sebagian besar siswa (45%) ragu jika
mereka rajin melatih kemampuan kosakata bahasa Perancis yang mereka
miliki.
Tabel 4.15
Kemampuan Bahasa Perancis Siswa Pertanyaan : 11. Saya kaya akan kosakata bahasa Perancis
Jawaban F %
Tabel di atas menjelaskan mengenai kemampuan kosakata bahasa
Perancis yang dimiliki oleh siswa. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
sebagian besar siswa (55%) meragukan kemampuan kosakata yang
dimiliki oleh mereka dan sisanya sekitar 45% siswa tidak kaya akan
89
Tabel 4.16
Pendapat Siswa mengenai Kegiatan Belajar Bahasa Perancis di Kelas
Pertanyaan : 12. Belajar bahasa Perancis sangat membosankan
Jawaban F %
Tabel di atas menunjukkan pendapat siswa mengenai kegiatan
belajar bahasa Perancis pada saat di kelas. Dari tabel di atas dapat dilihat
bahwa sebagian besar siswa (65%) berpendapat bahwa kegiatan belajar
bahasa Perancis yang mereka lakukan pada saat di kelas itu menyenangkan
dan sisanya sekitar 35% siswa berpendapat jika kegiatan belajar bahasa
Perancis yang mereka lakukan itu membosankan.
Tabel 4.17
Pendapat Siswa mengenai Kegiatan Belajar Bahasa Perancis di Kelas Pertanyaan : 13. Sejauh ini, belajar bahasa Perancis di dalam kelas terlalu monoton
Jawaban F %
90
diketahui bahwa sebagian besar siswa (50%) meragukan jika pelajaran
bahasa Perancis yang mereka dapatkan di kelas bersifat monoton.
Kemudian sisanya 25% siswa tidak berpendapat bahwa pelajaran bahasa
Perancis yang mereka dapatkan itu bersifat monoton dan 25% siswa
lainnya berpendapat bahwa pelajaran bahasa Perancis yang mereka
dapatkan itu bersifat monoton.
Tabel 4.18
Pengetahuan Siswa terhadap Teknik Permainan Mystery Bag
Pertanyaan : 14. Sebelumnya saya tidak mengetahui teknik permainan Mystery Bag
Jawaban F %
Tabel di atas menjelaskan mengenai pengetahuan siswa terhadap
teknik permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
sebagian besar siswa (65%) sebelumnya tidak mengetahui teknik
permainan Mystery Bag dan sebagian kecil siswa (5%) sebelumnya sudah
mengetahui teknik permainan Mystery Bag. Kemudian sisanya sekitar 30%
siswa ragu jika mereka sebelumnya tidak mengetahui teknik permainan
91
Tabel 4.19
Pengalaman Siswa terhadap Teknik Permainan Mystery Bag
Pertanyaan : 15. Teknik permainan Mystery Bag sangat menarik dan menyenangkan
Jawaban F %
Tabel di atas menunjukkan mengenai pengalaman siswa terhadap
teknik permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
sebagian besar siswa (75%) berpendapat bahwa teknik permainan Mystery
Bag itu sangat menarik dan menyenangkan dan sebagian kecil siswa (25%)
ragu jika teknik permainan Mystery Bag itu sangat menarik dan
menyenangkan.
Tabel 4.20
Pengalaman Siswa terhadap Teknik Permainan Mystery Bag
Pertanyaan : 16. Teknik permainan Mystery Bag membuat saya mudah memahami kosakata bahasa Perancis
92
sebagian besar siswa (75%) menyebutkan bahwa teknik permainan
Mystery Bag itu memudahkan mereka untuk memahami pelajaran kosakata
bahasa Perancis yang diberikan dan sebagian kecil siswa (25%) ragu jika
teknik permainan Mystery Bag itu dapat memudahkan mereka dalam
memahami pelajaran kosakata bahasa Perancis yang diberikan.
Tabel 4.21
Pengalaman Siswa terhadap Teknik Permainan Mystery Bag
Pertanyaan : 17. Teknik permainan Mystery Bag memudahkan saya dalam mengingat kosakata bahasa Perancis
Tabel di atas menunjukkan mengenai pengalaman siswa terhadap
teknik permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
sebagian besar siswa (95%) menyebutkan bahwa teknik permainan
Mystery Bag itu memudahkan mereka dalam mengingat kosakata bahasa
Perancis yang diberikan dan hanya sebagian kecil siswa (5%) ragu jika
teknik permainan Mystery Bag itu dapat memudahkan mereka dalam
93
Tabel 4.22
Pendapat Siswa mengenai Teknik Permainan Mystery Bag Pertanyaan : 18. Teknik permainan Mystery Bag sangat mudah dilakukan
Jawaban F %
Tabel di atas menjelaskan mengenai pendapat siswa terhadap teknik
permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian
besar siswa (85%) berpendapat jika teknik permainan Mystery Bag itu
sangat mudah untuk dilakukan dan sebagian kecil siswa (10%) ragu jika
teknik permainan Mystery Bag itu mudah untuk dilakukan. Kemudian
sisanya sekitar 5% siswa tidak menjawab pertanyaan angket yang telah
diberikan.
Tabel 4.23
Pendapat Siswa mengenai Teknik Permainan Mystery Bag
94
Tabel di atas menjelaskan mengenai pendapat siswa terhadap teknik
permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian
besar siswa (95%) berpendapat bahwa teknik permainan Mystery Bag itu
bermanfaat bagi pembelajaran kosakata bahasa Perancis dan hanya
sebagian kecil siswa (5%) yang ragu jika teknik permainan Mystery Bag
itu bermanfaat bagi pembelajaran kosakata bahasa Perancis.
Tabel 4.24
Pendapat Siswa mengenai Teknik Permainan Mystery Bag
Pertanyaan : 20. Teknik permainan Mystery Bag dibutuhkan dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis
Tabel di atas menjelaskan mengenai pendapat siswa mengenai teknik
permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat diketahui jika sebagian
besar siswa (90%) berpendapat bahwa teknik permainan Mystery Bag itu
dibutuhkan dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis dan hanya
sebagian kecil siswa (10%) yang ragu jika teknik permainan Mystery Bag
itu dibutuhkan dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis
Berdasarkan hasil keseluruhan angket yang terkumpul dapat
disimpulkan para siswa pada dasarnya menyukai pelajaran bahasa
95
mereka miliki. Tidak hanya itu, menurut mereka belajar bahasa Perancis
itu tidak membosankan terutama jika menggunakan teknik permainan
Mystery Bag. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang
berpendapat bahwa teknik permainan Mystery Bag ini sangat menarik,
menyenangkan dan mudah untuk digunakan dalam pembelajaran
keterampilan menulis bahasa Perancis. Pernyataan tersebut juga didukung
dari hasil lembar observasi yang menunjukkan nilai positif terhadap teknik
100
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Atar, Semi N. (1989). Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bandung : Angkasa.
Badudu, Js. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan.
Bescerelle. (1990). La Grammaire pour Tous. Paris : HATIER
Chauvet et al. (2008). Référentiel pour le Cadre Européen Commun. Paris : CLE
International
Depdikbud. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Dubois, Jean dan Rène Lagane. (1973). Comment Apprendre Le Vocabulaire
Niveau 3. Paris : Larouse.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung : PT. Rosdakarya.
Ghazali, Syukur. (2010). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan
Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Jakarta : PT. Retika Aditama.
Hidayat. (1986). Pengertian efektivitas. [Online]. Tersedia :
101
Hardhono, Sartinah. (1988). Psikologi Belajar Mengajar Bahasa Asing. Jakarta :
Depdikbud.
Irfan. (2010). Pengaruh Permainan Tonda-Tonda Roba terhadap Pengajaran
Kosakata Bahasa Jepang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung : tidak
diterbitkan.
Sugono, D. et al. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. (1996). Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Keraf, Gorys. (1998). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Novarita, Paulina. (2009). Efektivitas Penggunaan Metode Bermain Peran dalam
Pembelajaran Bahasa Perancis Siswa SMA Plus Pariwisata. Skripsi pada
FPBS UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Nurgiantoro, Burhan. (1995). Penilaian dalam Bahasa dan Sastra. Yogyakarta :
BPFE.
Parera, J. D. (1993). Leksikon Istilah Pembelajaran Bahasa. Jakarta : PT.