• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN MYSTERY BAG UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA DALAM KETERAMPILAN MENULIS BAHASA PERANCIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN MYSTERY BAG UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA DALAM KETERAMPILAN MENULIS BAHASA PERANCIS."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Asumsi dan Hipotesis ... 6

1.5.1 Asumsi ... 6

1.5.2 Hipotesis ... 7

BAB II TEKNIK PERMAINAN MYSTERY BAG UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA DALAM KETERAMPILAN MENULIS BAHASA PERANCIS ... 8

(2)

2.1.1 Pendekatan Pembelajaran ... 9

2.1.2 Metode Pembelajaran ... 11

2.1.3 Teknik Pembelajaran ... 13

2.2 Kosakata ... 16

2.2.1 Definisi Kosakata ... 16

2.2.2 Jenis-Jenis Kata Bahasa Perancis ... 17

2.2.3 Penguasaan Kosakata ... 22

2.2.4 Macam-Macam Penguasaan Kosakata ... 23

2.2.5 Manfaat Penguasaan Kosakata ... 24

2.2.6 Tes Penguasaan Kosakata ... 25

2.2.7 Teknik Pembelajaran Kosakata ... 27

2.3 Keterampilan Menulis dalam Bahasa Perancis ... 31

2.3.1 Definisi Menulis ... 31

2.3.2 Standar Kemampuan Menulis Bahasa Perancis ... 32

2.3.3 Penguasaan Kosakata dalam Keterampilan Menulis Bahasa Perancis ... 35

2.4 Teknik Permainan dalam Pembelajaran Kosakata ... 36

2.4.1 Definisi Permainan ... 36

2.4.2 Jenis-Jenis Permainan ... 37

2.4.3 Permainan Mystery Bag ... 39

(3)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 43

3.1.1 Metode Penelitian ... 43

3.1.2 Desain Penelitian ... 44

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

3.2.1 Populasi Penelitian ... 46

3.2.2 Sampel Penelitian ... 46

3.3 Lokasi Penelitian ... 47

3.4 Variabel Penelitian ... 47

3.5 Definisi Operasional ... 49

3.6 Instrumen Penelitian ... 53

3.7 Validitas ... 56

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.9 Prosedur Penelitian ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

4.1 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 67

4.2 Deskripsi Data Penelitian ... 73

4.2.1 Deskripsi dan Analisis Data Penelitian Hasil Pretest ... 73

4.2.2 Deskripsi dan Analisis Data Penelitian Hasil Posttest ... 74

(4)

4.3.1 Pengolahan Data Penelitian ... 77

4.3.2 Pengujian Hipotesis ... 80

4.4 Analisis Angket ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100

LAMPIRAN

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam

kehidupan manusia, selain itu bahasa juga berfungsi sebagai alat untuk

mengidentifikasikan diri, alat untuk berintegrasi dan beradaptasi sosial,

dan sebagai alat kontrol sosial. Bahasa yang digunakan untuk

berkomunikasi sehari-hari oleh masyarakat pada umumnya adalah bahasa

ibu yang sudah mereka peroleh sejak mereka mulai tumbuh berkembang.

Namun seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat tidak hanya

menggunakan bahasa ibu sebagai alat berkomunikasi tetapi juga

menggunakan bahasa asing.

Bahasa asing akan mudah dipelajari apabila pembelajar bahasa asing

tersebut memahami struktur kebahasaannya dan menguasai kosakatanya

dengan baik. Namun apabila pembelajar bahasa asing tersebut hanya

memahami struktur kebahasaannya saja tanpa diikuti dengan penguasaan

kosakata yang memadai, maka kualitas kemampuan bahasa asingnya

dinilai rendah dan begitu juga sebaliknya.

Dari penjelasan tersebut terlihat jelas bahwa stuktur bahasa dan

kosakata berperan penting dalam menentukan kualitas kemampuan

berbahasa asing seseorang. Pembelajar bahasa asing atau siswa pada

(6)

2

kehidupan sehari-hari, tak hanya itu mereka mengingat kosakata yang

telah dikuasainya dalam kurun waktu yang singkat dan bersifat sementara.

Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah

monotonnya teknik pembelajaran kosakata bahasa asing yang didapatkan

para siswa tersebut pada saat pembelajaran, sehingga membuat siswa

menjadi jenuh dan mudah lupa.

Proses belajar mengajar dapat disampaikan secara lebih menarik

melalui metode pembelajaran yang baik dengan menggunakan teknik

permainan sederhana maupun dengan media pembelajaran yang menarik.

Oleh karena itu, pengajar dituntut untuk lebih kreatif dalam

menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan teknik dan

media yang menarik agar siswa dapat lebih termotivasi dalam belajar.

Teknik permainan merupakan salah satu teknik pembelajaran bahasa

yang dapat digunakan oleh pengajar agar siswa tersebut tidak mudah

jenuh. Dalam pembelajaran itu sendiri teknik permainan dapat

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu permainan kosakata,

permainan mengeja, permainan struktur bahasa, permainan aritmatika, dan

sebagainya. Penelitian Puspitasari (2010) yang berjudul “Efektivitas

Teknik Permainan Mystery Bag dalam Meningkatkan Penguasaan

Kosakata Bahasa Jepang” membuktikan bahwa teknik permainan mystery

bag ini efektif membantu siswa dalam menguasai kosakata bahasa Jepang

(7)

3

Teknik permainan Mystery Bag ini termasuk ke dalam teknik

permainan kosakata atau yang lebih sering dikenal sebagai Vocabulary

Games. Teknik permainan ini sangatlah sederhana dan mudah untuk

dimainkan. Caranya adalah dengan menebak benda-benda yang berada di

dalam sebuah tas tanpa melihat, mencium, dan merasakan. Pemain hanya

diperbolehkan meraba benda tersebut.

Berdasarkan sudut pandang tersebut, peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai penguasaan kosakata dalam keterampilan

menulis bahasa Perancis dengan menggunakan teknik permainan Mystery

Bag, sehingga penelitian ini diberi judul “Efektivitas Teknik Permainan

Mystery Bag untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata dalam

Keterampilan Menulis Bahasa Perancis (Studi Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Sandhy Putra

Bandung Tahun Ajaran 2012/2013).”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penguasaan kosakata dalam keterampilan menulis

bahasa Perancis siswa SMA Sandhy Putra sebelum dan sesudah

(8)

4

2. Bagaimanakah penerapan teknik permainan Mystery Bag terhadap

upaya peningkatan penguasaan kosakata dalam keterampilan menulis

bahasa Perancis siswa SMA Sandhy Putra ?

3. Apakah teknik permainan Mystery Bag efektif untuk meningkatkan

penguasaan kosakata dalam keterampilan menulis siswa SMA Sandhy

Putra ?

4. Apa pendapat siswa SMA Sandhy Putra tentang penggunaan teknik

permainan Mystery Bag terhadap upaya peningkatan penguasaan

kosakata dalam keterampilan menulis bahasa Perancis ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan tingkat kemampuan penguasaan kosakata dalam

keterampilan menulis bahasa Perancis siswa SMA Sandhy Putra

sebelum dan sesudah menggunakan teknik permainan Mystery Bag.

2. Mendeskripsikan penerapan teknik permainan Mystery Bag terhadap

upaya peningkatan kemampuan penguasaan kosakata dalam

keterampilan menulis bahasa Perancis siswa SMA Sandhy Putra.

3. Menganalisis tingkat efektivitas teknik permainan Mystery Bag untuk

meningkatkan kemampuan penguasaan kosakata dalam keterampilan

(9)

5

4. Mendeskripsikan pendapat siswa SMA Sandhy Putra tentang

penggunaan teknik permainan Mystery Bag terhadap upaya

peningkatan kemampuan kosakata dalam keterampilan menulis bahasa

Perancis.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian yang dilakukan tentunya memiliki manfaat

yang diharapkan dapat berguna bagi seluruh pihak, baik itu bagi peneliti

maupun bagi orang lain. Berikut adalah manfaat dari penelitian ini :

1. Pendidik

a. Teknik permainan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah

satu alternatif dan solusi bagi pengajar untuk membuat suasana

kelas menjadi hidup atau tidak monoton sehingga siswa tidak

merasa bosan.

b. Teknik permainan ini diharapkan dapat mempermudah pendidik

dalam menyampaikan materi pelajaran.

2. Peserta didik

a. Teknik permainan ini diharapkan dapat mempermudah dan

memotivasi siswa untuk menguasai kosakata dalam keterampilan

menulis bahasa Perancis.

3. Peneliti sendiri

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti

(10)

6

b. Penelitian ini diharapkan dapat membekali peneliti dalam

menyampaikan materi pembelajaran yang baik.

4. Para peneliti lainnya

a. Penelitian ini diharapkan menjadi rujukan atau referensi bagi para

peneliti lainnya.

1.5 Asumsi dan Hipotesis 1.5.1 Asumsi

Asumsi adalah sebuah anggapan dasar. Pernyataan tersebut

dipertegas oleh Kamus Bahasa Indonesia online yang beralamatkan

http://kamusbahasaindonesia.org/ yang menyebutkan bahwa “asumsi

adalah dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berpikir yang

dianggap benar”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka asumsi dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teknik pengajaran adalah suatu teknik yang mendatangkan

keuntungan dalam proses belajar mengajar, yaitu membantu

pengajar menyampaikan materi pembelajaran, membantu siswa

menguasai kosakata bahasa Perancis dengan cara yang

menyenangkan, dan memotivasi siswa dalam belajar.

2. Menguasai kosakata dengan baik akan meningkatkan kemampuan

(11)

7

1.5.2 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang perlu diketahui

kebenarannya, di mana dugaan itu dapat terbukti benar maupun salah.

Pengertian tersebut diperkuat dengan adanya penjelasan yang dipaparkan

dalam situs http://lenterakecil.com/pengertian-hipotesis-dalam-penelitian/,

bahwa “hipotesis adalah suatu dugaan yang perlu diketahui kebenarannya,

yang berarti dugaan itu mungkin benar dan mungkin salah”. Berdasarkan

penjelasan tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini yaitu, teknik

permainan Mystery Bag efektif digunakan dalam pembelajaran kosakata,

khususnya keterampilan menulis bahasa Perancis dan dapat memotivasi

(12)

BAB II

EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN MYSTERY BAG DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA PERANCIS

2.1 Pembelajaran Bahasa

2.1.1 Definisi Pembelajaran

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri

seseorang baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, maupun berbuat

melalui sebuah interaksi antara individu dan lingkungan di mana individu

tersebut tinggal. Witherington (1952) dalam buku Kurikulum dan

Pembelajaran karya Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan

Pembelajaran menyebutkan bahwa „Belajar merupakan perubahan dalam

kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang

berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan, atau pemahaman (2006

: 92)‟. Sedangkan definisi belajar yang ditemukan dalam buku Strategi

Pembelajaran Bahasa karya Iskandarwassid dan Suhendar (2008)

menyebutkan bahwa “Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah

laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan di mana ia hidup”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa hal

yang berhubungan dengan pengertian belajar adalah sebagai berikut :

1. Belajar merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan yang

(13)

2. Belajar merupakan sebuah interaksi dengan lingkungan sekitar

yang membawa perubahan terhadap setiap individu.

3. Dalam belajar terjadi perubahan tingkah laku yang menyangkut

kepribadian individu ke arah yang positif dan bersifat cenderung

permanen.

4. Terdapatnya aspek-aspek yang mendukung peranan kepribadian

setiap individu dalam proses belajar, yaitu motivasi, emosional,

sikap, pola pikir, cara bertindak, dan sebagainya.

5. Dapat terjadi tanpa guru, tanpa kegiatan mengajar dan

pembelajaran.

Mengajar adalah proses menyampaikan informasi yang bertujuan

untuk mendidik dengan dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan dan

pengalaman hidup. Sanusi (1998) dalam buku Strategi Pembelajaran

Bahasa karya Iskandarwassid dan Suhendar (2008) menyebutkan bahwa :

mengajar diartikan sebagai proses mendidik atau membelajarkan peserta didik yang diasumsikan mempunyai beberapa fungsi, antara lain membantu menumbuhkan dan mentransformasikan nilai-nilai positif

sambil memberdayakan serta mengembangkan potensi-potensi

kepribadian peserta didik.

2.1.2 Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam

kehidupan manusia, selain itu bahasa juga berfungsi sebagai alat untuk

(14)

sebagai alat kontrol sosial. Menurut sumber internet yang beralamatkan

http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-pelajaran-bahasa-indonesia mengatakan bahwa

“Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter (tidak ada hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja

sama, dan identifikasi diri”.

Bahasa memiliki banyak fungsi, yaitu bahasa berfungsi sebagai

ekspresi, informasi, eksplorasi, persuasi, dan penghibur. Dari fungsi-fungsi

tersebut dapat dilihat betapa pentingya keberadaan sebuah bahasa dalam

kehidupan sehari-hari. Bahasa sendiri dibedakan menjadi 2 macam, yaitu

bahasa ibu atau bahasa asli dan bahasa asing. Bahasa ibu merupakan

bahasa yang didapatkan sejak seseorang dilahirkan dan pada saat mulai

tumbuh berkembang. Sedangkan bahasa asing merupakan bahasa yang

dipelajari serta dikuasai oleh seseorang selain bahasa ibu. Pemerolehan

bahasa asing atau bahasa kedua ini biasanya didapatkan dengan secara

tidak sengaja atau karena suatu kebutuhan. Dalam proses pembelajaran

bahasa itu sendiri terdapat unsur yang saling menunjang, yaitu

keterampilan dan komponen.

2.1.3 Keterampilan Berbahasa

Dalam pembelajaran bahasa terdapat 4 aspek keterampilan

berbahasa, yaitu keterampilan menulis, membaca, mendengarkan dan

berbicara. Pembelajaran bahasa asing terutama bahasa Perancis pun

(15)

dikenal dengan istilah production écrite, membaca dikenal dengan istilah

compréhension écrite, mendengarkan dikenal dengan istilah

compréhension orale, dan berbicara dikenal dengan production orale.

Aspek keterampilan membaca merupakan keterampilan untuk

memahami informasi yang diungkapkan oleh penulis melalui tulisan.

Aspek keterampilan menulis merupakan keterampilan mengekspresikan

gagasan pikiran ke dalam sebuah tulisan. Keterampilan ini tergolong ke

dalam keterampilan aktif, karena siswa atau penulis dituntut aktif dalam

menyampaikan informasi atau gagasan pikiran yang ingin disampaikan

kepada pembaca.

Aspek keterampilan mendengar (menyimak) merupakan

keterampilan untuk memahami informasi yang disampaikan oleh

pembicara melalui ucapan atau bunyi. Aspek keterampilan berbicara

merupakan keterampilan yang mengekspresikan pikiran atau ide memalui

ucapan atau bunyi.

2.1.4 Komponen Berbahasa

Pada dasarnya komponen bahasa terdiri dari tiga komponen, yaitu

tatabahasa atau disebut Grammaire dalam bahasa Perancis, kosakata atau

disebut Vocabulaire dalam bahasa Perancis, dan pelafalan atau disebut

Pronounciation dalam bahasa Perancis.

Tatabahasa (Gramaire) merupakan suatu pola dan aturan yang

(16)

dikatakan mahir dalam berbahasa jika orang tersebut memahami dan

mengikuti tatabahasa yang berlaku pada bahasa tersebut.

Kosakata (Vocabulaire) merupakan himpunan kata yang dimiliki

atau diketahui oleh seseorang. Dalam tatabahasa, kelas kata dibagi menjadi

beberapa kategori, yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan,

kata ganti, kata bilangan, dan kata tugas.

Pelafalan (Pronounciation) merupakan cara pengucapan kata dalam

suatu bahasa. Dalam pelafalan ini pengguna bahasa mempelajari mengenai

intonasi dan penekanan ucapan pada suku kata bahasa tertentu.

2.2 Pendekatan dan Metode Pembelajaran Bahasa 2.2.1 Pendekatan Pembelajaran Bahasa

Pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam memandang

permasalahan atau kajian yang terjadi di dalam proses pembelajaran.

Iskandarwassid dan Sunendar menyebutkan bahwa “Pendekatan

merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu, yang biasanya

merupakan asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berkaitan”

(Iskandarwassid dan Sunendar, 2008 : 40). Pendekatan pembelajaran

terdiri dari berbagai jenis, berikut jenis-jenis pendekatan pembelajaran.

1. Pendekatan Formal

Dalam pembelajaran bahasa pendekatan formal merupakan

pendekatan tradisional. Pembelajaran yang dilakukan oleh pendekatan ini

(17)

sekitar, karena pendekatan ini cenderung mengikuti cara-cara yang telah

biasa dilakukan pada sebelum-sebelumnya. Maka dari itu, pendekatan ini

tidak memiliki latar belakang yang teoretis. Menurut Semi (1993) dalam

buku Strategi Pembelajaran Bahasa, pembelajaran pada umumnya dimulai

dengan rumusan teoretis yang kemudian diaplikasikan dengan

contoh-contoh pemakaiannya dan dengan jalan menjabarkannya. Pendekatan ini

cenderung menyampaikan informasi mengenai bahasa tanpa

memperhatikan kemampuan berbahasa. Oleh karena itu, pendekatana ini

pun dikenal sebagai pendekatan informatif.

Pendekatan formal biasanya diterapkan ke dalam dua metode, yaitu

metode terjemahan dan metode membaca.

2. Pendekatan Fungsional

Pendekatan fungsional cenderung menyarankan mempelajari bahasa

dengan terjun langsung ke masyarakat untuk melakukan komunikasi.

Tujuan dari pendekatan ini adalah membiarkan para pembelajar bahasa

merasakan fungsi dari bahasa dan memahami tatabahasa itu sendiri.

Pendekatan ini memunculkan metode pembelajar bahasa seperti metode

langsung, metode audiolingual, metode linguistik, metode intensif dan

metode pembatasan.

3. Pendekatan Integral

Pendekatan integral menyebutkan bahwa pengajaran bahasa

merupakan sesuatu yang bersifat multidimensional, di mana banyak faktor

(18)

bersifat fleksibel dan menggunakan metode yang terbuka, misalnya :

metode eksperimen dan metode kerja lapangan.

4. Pendekatan Sosiolinguistik

Pendekatan Sosiolinguistik mempelajari hubungan masyarakat

dengan bahasa. Pendekatan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa

merupakan sebuah identas kelompok dan sebagai alat komunikasi. Bahasa

memiliki sitem yang bervariasi, yang mana setiap ragam tersebut memiliki

peranan, fungsi dan kawasan pemakaian yang tertentu.

5. Pendekatan Psikologi

Pendekatan psikologi ini merupakan pendekatan pembelajaran yang

berkaitan dengan mengamati kepribadian, kebiasaan belajar dari siswa dan

respon siswa terhadap pembelajaran. Dengan mengamati tingkah laku

siswa, pengajar dapat memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh

siswa tersebut agar penyampaian informasi dalam proses pembelajaran

dapat berjalan dengan baik.

6. Pendekatan Psikolinguistik

Pendekatan psikolinguistik inimerupakan pendekatan yang

mempelajari latar belakang kemampuan siswa dalam berbahasa.

Pendekatan ini menganggap bahwa keberhasilan belajar siswa ditentukan

oleh faktor eksternal.

(19)

Pendekatan ini menyebutkan bahwa segala tingkah laku ataupun

kegiatan siswa dalam pembelajaran merupakan respon terhadap adanya

stimulus yang diserapnya.

8. Pendekatan Pengelolaan Kelas

Pendekatan pengelolaan kelas ini terdiri dari berbagai macam

pendekatan, yaitu pendekatan otoriter, pendekatan permisif, pendekatan

pengubahan perilaku, dan pendekatan iklim sosio-emosional. Setiap

pendekatan tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan

suasana kelas yang kondusif dengan cara menciptakan dan

mempertahankan ketertiban kelas, memberikan kebebasan kepada siswa

untuk melakukan sesuatu, serta menjaga hubungan yang baik antara

pengajar dan siswa.

9. Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif ini merupakan pendekatan yang sering

digunakan dalam pembelajaran bahasa. Pendekatan komunikatif

merupakan pendekatan pembelajaran yang dilandasi oleh teori komunikasi

dan fungsi bahasa yang bertujuan mengembangkan kemampuan

komunikatif dan meningkatkan kemampuan keterampilan berbahasa siswa.

2.2.2 Metode Pembelajaran Bahasa

Menurut KBBI (1995) dalam buku Strategi Pembelajaran Bahasa

metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

(20)

Sunendar, 2008:56). Metode pembelajaran terdiri dari berbagai macam,

yaitu :

1. Metode Terjemahan

Metode terjemahan tatabahasa biasa dikenal dengan metode

tradisional. Metode ini berkembang sekitar akhir abad ke-19 dan awal

abad ke-20. Prinsip dari metode ini adalah siswa dituntut untuk mampu

menerjemahkan bahasa ibu ke bahasa sasaran, begitu juga sebaliknya.

Ciri-ciri dari metode ini adalah :

1) Kaidah tatabahasa dan kosakata dipelajari dengan seksama.

2) Tatabahasa diajarkan secara deduktif.

3) Cara penerjemahan diterangkan secara terperinci.

4) Hanya fokus pada 2 keterampilan berbahasa, yaitu membaca

dan menulis.

5) Tujuan pembelajarannya adalah untuk mengalihkan bahasa

ibu ke dalam bahasa sasaran, begitu juga sebaliknya.

6) Bahasa ibu dan bahasa sasaran dibandingkan secara konstan.

7) Pemahaman kaidah dan bahan bacaan diuji melalui

terjemahan.

2. Metode Langsung

Metode langsung ini lebih menekankan pada bahasa lisan dan

memperhatikan ucapan. Metode ini sudah mulai mengurangi metode

terjemahan. Ciri-ciri dari metode ini adalah :

(21)

2) Menggunakan kosakata sehari-hari dan kalimat wacana yang

sederhana.

3) Keterampilan berkomunikasi secara tanya-jawab dilakukan

secara intensif.

4) Aspek berbicara dan menyimak mendapatkan perhatian yang

baik.

5) Ketepatan ucapan dan tatabahasa sangat diperhatikan dan

diutamakan.

3. Metode Audiolingual

Metode audio-lingual ini berfokus pada lafal kata dan pelatihan pola

kalimat yang dilakukan secara berulang-ulang secara intensif. Ciri-ciri dari

metode ini adalah :

1) Pemisahan keterampilan bahasa-menyimak, berbicara,

membaca, menulis, dan pengulangan audiolingual secara

grafik.

2) Penggunaan “dialog” sebagai sarana utama penyajian bahasa.

3) Penekanan pada teknik praktik tertentu.

4) Pemantapan teori linguistik dan teori psikologis sebagai dasar

bagi metode pengajaran bahasa.

5) Penggunaan laboratorium bahasa.

4. Metode Pembelajaran Bahasa Masyarakat

Metode pembelajaran bahasa masyarakat merupakan metode yang

(22)

Dalam hal ini, siswa mendapatkan perhatian dan bimbingan bimbingan

agar siswa dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

5. Metode Responsi Fisik Total

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode ini,

pengajar diwajibkan untuk dapat berperan sebagai pengarah dari setiap

tingkah laku siswa. Siswa harus menyimak pengajar dengan baik agar

dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

6. Metode Cara Diam (Silent Way)

Metode cara diam atau yang lebih sering dikenal dengan silent way

adalah salah satu metode pembelajaran bahasa yang merupakan bagian

dari pendekatan pedagogi. Metode ini menerangkan bahwa aspek kognitif

cenderung lebih dominan daripada aspek affektif dalam membantu

keberhasilan mempelajari bahasa, frase, dan kalimat. Pada metode ini

pengajar dituntut untuk lebih diam dan membiarkan siswa menjadi lebih

aktif, mandiri dan lebih peka terhadap suasana pembelajaran. Stevick

dalam buku Pengajaran Pemerolehan Bahasa menyebutkan ciri-ciri utama

dari metode ini adalah :

1) Mengajar haruslah merupakan bawahan (atau subordinasi)

belajar.

2) Belajar bukanlah secara primer yang merupakan tiruan atau

latihan.

3) Dalam belaajr, pikiran memperlengakapi dirinya dengan

(23)

yang disengaja, menunda keputusan, dan memperbaiki

kesimpulan.

4) Dalam pelaksanaannya, pikiran menarik atau mengambil

segala sesuatu yang sudah pernah diperolehnya, terutama

pengalaman dalam belajar bahasa ibu atau bahasa asli.

5) Jika aktivitas guru merupakan bawahan atau subordinasi bagi

pembelajar, maka guru harus berhenti mencoba mencampuri

dan mengalihkan kegitan tersebut.

7. Metode Sugestopedia

Metode sugestopedia ini dapat membantu siswa dalam

berkonsentrasi dalam memahami tatabahasa dan kosakata yang dipelajari.

Suasana belajar mengajar yang menyenangkan, menyejukkan, dan nyaman

dapat memberikan sugesti kepada para siswa, misalnya dengan

mendekorasi ruang kelas dengan semenarik mungkin, tempat duduk yang

nyaman, ruangan yang bersih, dan sebagainya.

2.3 Teknik dan Media Pembelajaran Bahasa 2.3.1 Teknik Pembelajaran Bahasa

Secara umum pengertian teknik adalah suatu cara, sistem, langkah

untuk mengerjakan dan menyelesaikan sesuatu. Sedangkan teknik

pembelajaran adalah suatu cara sistematis yang digunakan dalam proses

belajar mengajar yang bertujuan membantu pengajar dalam

(24)

diberikan. Pernyataan tersebut diperkuat dengan sebuah pernyataan yang

terdapat dalam situs internet yang berlamatkan

http://sditalihsan.sch.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=57 yang

menyebutkan bahwa “teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang

dipakai saat proses pembelajaran berlangsung”. Dalam penggunaan teknik

pembelajaran, guru dapat menggunakan berbagai macam teknik dalam

satu metode yang sama. Teknik itu sendiri terdiri dari berbagai macam

bentuk, berikut adalah macam-macam bentuk teknik pembelajaran.

1. Teknik Diskusi

Teknik diskusi ini melibatkan banyak orang, minimal dilakukan 2

orang karena teknik ini membutuhkan kerjasama dan komunikasi. Teknik

ini menciptakan suasana yang aktif diantara para siswa. Jika teknik ini

diterapkan di dalam kelas, pengajar harus bekerja ekstra mengatur jalannya

teknik diskusi ini.

2. Teknik Sumbang Saran atau Percambahan (Brainstroming)

Teknik sumbang saran ini menghidupkan komunikasi antara

pengajar dan siswa. Pengajar harus aktif melontarkan permasalahan dari

materi yang diberikannnya, yang mana masalah tersebut harus dijawab

atau ditanggapi oleh siswa sehingga masalah tersebut berkembang dan

menjadi masalah baru.

(25)

Teknik inquiry ini menuntun siswa untuk mandiri karena teknik ini

membiarkan siswa mencari jawaban sendiri, sumber belajar sendiri, dan

belajar bersama dengan teman-temannya untuk menyelesaikan tugasnya.

4. Teknik Simulasi

Teknik simulasi ini membuat para siswa aktif dalam berperan sesuai

yang dikehendaki oleh siswa tersebut. Biasanya bentuk teknik

pembelajaran ini berupa sosiodrama, psikodrama, permainan simulasi, dan

bermain peran.

5. Teknik Ceramah

Teknik ceramah ini merupakan teknik tradisional. Teknik ini secara

tidak langsung mengandung unsur paksaan, karena siswa harus

memperhatikan, mendengarkan, dan mencatat apa yang diterangkan oleh

pengajar tanpa berkomentar. Teknik ini dapat dipadupadankan dengan

teknik tanya jawab atau dialog sehingga teknik ini menjadi hidup.

6. Teknik Permainan

Teknik permainan merupakan teknik yang paling menyenangkan

sehingga dapat menghidupkan suasana kelas. Teknik ini dapat

memberikan kesan yang tersendiri sehingga dapat memotivasi para siswa.

Dalam pembelajaran bahasa teknik permainan dibagi menjadi beberapa

bagian, yaitu permainan kosakata, permainan tatabahasa, permainan

mengeja dan sebagainya.

(26)

Dalam penggunaan teknik ini, siswa mengerjakan tugas atau

menyelesaikan masalah dengan cara bersama-sama. Pengajar membagi

siswa ke dalam beberapa kelompok, biasanya terdiri dari 3 – 10 siswa

tergantung dari tugas yang akan diberikan.

8. Teknik Kerja Lapangan

Teknik pembelajaran kerja lapangan ini membawa siswa ke luar

sekolah untuk mengadakan observasi dengan terjun langsung ke

lapangan. Selain itu, siswa juga berpartisipasi ke dalam dunia kerja

sehingga siswa dapat menghayati dan dapat beradaptasi dengan

lingkungan sekitar.

9. Teknik Eksperimen

Teknik pembelajaran membuat aktif para siswa dengan cara

melakukan percobaan mengenai suatu hal, kemudian siswa mengamati

proses yang tejadi dan membuat laporannya.

2.3.2 Media Pembelajaran

Secara umum media adalah sebuah perantara atau pengantar pesan.

Media pembelajaran merupakan sarana yang digunakan pada proses

belajar mengajar yang dapat membantu merangsang daya pikir, perhatian,

motivasi, dan emosi siswa dalam belajar. Media pembelajaran terdiri dari

beberapa jenis, yaitu media grafis, media tiga dimensi, dan media

proyeksi.

(27)

Menurut Webster dalam buku media pengajaran menyebutkan

bahwa “Graphics merupakan seni atau ilmu menggambar, terutama

penggambaran mekanik (sudjana dan Rivai,2010:27)”. Di lihat dari

definisinya media grafis merupakan sebuah media pengajaran yang

berupa sketsa, grafik, poster, bagan, kartun, diagram, dan komik.

Media grafis berupa bagan terdiri dari berbagai macam, yaitu

bagan pohon, bagan alir, bagan arus, dan bagan tabel. Sedangkan

media grafis berupa grafik terdiri dari grafik garis, grafik batang,

grafik lingkaran, grafik wilayah, dan grafik gambar.

Media grafis berupa sketsa, kartun, poster, dan komik memiliki

persamaan, yaitu sama-sama menggunakan gambar di dalamnya.

2. Media Tiga Dimensi

Menurut Sudjana dan Rivai model media tiga dimensi dibagi

menjadi enam kategori, yaitu model padat, model penampang, model

susun, model kerja, mock-up dan diorama. Model padat dapat berupa

boneka, patung, alat tulis, anatomi tubuh, globe, dan sebagainya.

Model penampang bersifat menampakkan susunan dari sebuah

objek, seperti anatomi tubuh yang dapat dilihat susunan bagiannya

ataupun penggambaran lapisan bumi yang biasa digunakan pada

pelajaran ilmu bumi atau geografi. Model susun ini hampir mirip

(28)

bagian-bagian yang tersusun pada objek tersebut, seperti anatomi tubuh,

mesin, pompa, dan sebagainya.

Model kerja merupakan sebuah tiruan sistem kerja dari suatu

objek, seperti sistem perputaran tata surya, neraca, katrol, alat ukur

yang biasa digunakan dalam bidang ilmu pasti, microscope, dan

sebagainya. Mock-up merupakan penyederhanaan dari suatu objek

yang berfungsi sebagai simulasi, seperti jaringan listrik, sistem

telepon, sistem peredaran darah, dan sebagainya. Diorama adalah

sebuah objek tiga dimensi yang bertujuan menggambarkan keindahan

suatu objek, seperti lukisan tiga dimensi, maket, dan sebagainya.

3. Media Proyeksi

Media proyeksi terdiri dari slide, film stripe, film, penggunaan

OHP dan sebagainya.

4. Media Audio

Pengertian media audio untuk pembelajaran menurut Sudjana

dan Rivai adalah “sebagai bahan yang mengandung pesan dalam

bentuk auditif (pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga terjadi

proses belajar-mengajar (Sudjana dan Rivai, 2010:129)”. Alat yang

biasanya digunakan dalam media audio adalah radio, DVD, CD, kaset,

(29)

Dilihat dari definisi dan alat yang digunakan, media audio ini

berfungsi untuk melatih keterampilan mendengar atau menyimak.

Kecakapan-kacakapan yang bisa dicapai siswa dengan menggunakan

media audio ini, di antaranya :

1) Kecakapan dalam memusatkan perhatian siswa.

2) Kecakapan dalam mengikuti suatu pengarahan yang

didengarkan oleh siswa.

3) Kecakapan dalam menganalisis suatu permasalah yang

didengarkan oleh siswa.

4) Kecakapan siswa dalam memisahkan kata-kata atau

informasi yang relevan dengan yang tidak relevan.

5) Kecakapan dalam mengingat dan mengungkapkan

kembali mengenai informasi yang didengarkan oleh

siswa.

6) Kecakapan dalam memperoleh arti dari suatu konteks.

2.4 Permainan Mystery Bag 2.4.1 Definisi Permainan

Berdasarkan situs online yang beralamatkan

http://id.wikipedia.org/wiki/Permainan menjelaskan bahwa permainan

merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenang-senang,

mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Adapun definisi lainnya

(30)

http://www.artikata.com/arti-371318-permainan.html menyatakan bahwa permainan adalah sesuatu

yang digunakan untuk bermain, barang ata sesuatu yang dipermainkan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

permainan merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan membuat

orang menjadi rileks. Tujuan penggunaan permainan dalam proses

pembelajaran adalah meringankan daya pikir siswa dalam mencerna materi

atau bahan ajar yang disampaikan. Tak hanya itu tujuan penggunaan

permainan dalam proses belajara mengajar adalah memotivasi siswa untuk

mempelajari pelajaran tersebut.

2.4.2 Cara Penggunaan Permainan Mystery Bag

Permainan Mystery Bag merupakan sebuah permainan yang dapat

diterapkan pada proses pembelajaran bahasa. Permainan ini tergolong ke

dalam teknik permainan kosakata. Permainan ini peneliti temukan pada

buku yang berjudul be smart and fun with english games karya Ayu Rini,

youtube dan skripsi karya Rianny seorang mahasiswa bahasa Jepang.

Permainan mystery bag adalah sebuah permainan individu yang

diperuntukkan untuk tingkat dasar. Permainan ini membutuhkan sebuah

tas dan benda-benda yang akan dimasukkan kedalam tas tersebut.

Cara menggunakan permainan ini adalah semua pemain mengelilingi

pemimpin permainan tersebut. Kemudian pemimpin permainan tersebut

duduk di tengah lingkaran dengan membawa sebuah tas yang berisi aneka

(31)

benda-benda apa saja yang disembunyikan di dalam tas tersebut. Namun, perlu

dicatat, pemimpin sebaiknya memasukkan benda-benda yang sudah

dikenal oleh semua pemain. Kemudian para pemain secara bergilir maju

ke depan mendekati pemimpin permainan. Pemain 1 memasukkan

tangannya ke dalam tas dan mengambil sebuah benda, tapi benda itu tetap

dipegang dalam kantong. Lalu pemain meraba benda tersebut dengan

tangannya. Setelah merasa yakin akan jawabannya maka pemain 1 akan

menyebutkan nama benda tersebut. Jika jawaban dari pemain 1 benar

maka pemain masih diperbolehkan main namun jika salah pemain 1 akan

dikeluarkan dari permainan.

2.4.3 Kekurangan dan Kelebihan Permainan Mystery Bag

Kelebihan dari permainan ini adalah sederhana, mudah dilakukan

dan menggunakan alat peraga yang sederhana. Tak hanya itu permainan

ini pun memotivasi siswa dalam belajar dan dengan adanya permainan ini

suasana pembelajaran menjdai tidak monoton. Namun kekurangan dari

permainan ini adalah tidak dapat menggunakan semua benda sebagai objek

permainan, karena tas yang dipergunakan adalah tas kecil atau berukuran

sedang sehingga benda besar seperti papan tulis tidak dapat dimasukkkan

ke dalam tas tersebut.

(32)

2.5 Hasil Temuan Penelitian Terdahulu

Teknik permainan mystery bag ini sebelumnya sudah pernah diteliti

oleh mahasiswi jurusan bahasa Jepang yang bernama Puspitasari (2010)

yang berjudul “Efektivitas Teknik Permainan Mistery Bag dalam

Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang”. Peneliti tersebut

melakukan eksperimen murni dengan menggunakan kelas kontrol dan

kelas ekperimen dari kelompok yang berbeda. Hasil penelitian tersebut

menyebutkan bahwa permainan mystery bag mempermudah siswa dalam

(33)

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti mencoba menganalisis data dari hasil

penelitian yang telah dilakukan di SMA Sandhy Putra pada siswa kelas X

tahun ajaran 2012/2013. Data tersebut berupa pretest (tes awal) dan

posttest (tes akhir) mengenai penguasaan kosakata bahasa Perancis yang

bertemakan lingkungan sekolah, serta data hasil angket yang diberikan

guna mengetahui pendapat siswa tentang penggunaan teknik permainan

Mystery Bag dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis. Berikut ini

penjelasan pelaksanaan penelitian, hasil analisis data pretest, posttest, dan

angket penelitian tersebut.

4.1 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian eksperimen semu ini dilakukan secara

bertahap, mulai dari tahap pretest, perlakuan dan terakhir tahap posttest.

1. Pretest (tes awal)

Pretest dilaksanakan sebanyak satu kali, yakni pada tanggal 13

Oktober 2012 dengan memberikan 20 soal berbentuk isian singkat.

Pretest ini dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam

penguasaan kosakata sebelum diberikan treatment yaitu penggunaan

(34)

68

2. Treatment (Perlakuan)

Treatment atau perlakuan dilaksanakan pada pertemuan

selanjutnya, yakni tanggal 20 Oktober 2012 dalam satu kali pertemuan

dengan alokasi waktu 1x50 menit (±1 jam pelajaran). Peneliti

memberikan perlakuan berupa penerapan teknik permainan Mystery

Bag dalam proses pembelajaran kosakata bahasa Perancis. Adapun

langkah-langkahnya sebagai berikut :

a. Siswa menyaksikan dan mengamati tayangan berupa video

mengenai Les Fournitures Scolaires yang sesuai dengan pokok

bahasan yang diberikan.

b. Siswa mengamati bentuk tulisan dan cara pelafalannya dalam

bahasa Perancis.

c. Siswa mempraktekkan hasil pengamatannya dengan cara

melafalkan kembali kosakata yang terdapat didalam video

tersebut.

d. Siswa melakukan teknik permainan Mystery Bag guna

memperdalam pengingatan dan pemahamannya terhadap kosakata

bahasa Perancis yang telah diberikan.

Dalam pelaksanaannya, peneliti menayangkan video mengenai Les

Fournitures Scolaires yang bertemakan lingkungan sekolah yang

berfungsi sebagai alat bantu pengajaran. Sementara itu siswa

memperhatikan dengan seksama tulisan, pelafalan, serta gambar yang

(35)

69

mengucapkan kembali kosakata bahasa Perancis yang terdapat pada

video tersebut.

Setelah peneliti memberikan bahan ajar kepada siswa, selanjutnya

peneliti menerapkan teknik permainan Mystery Bag guna membantu

siswa dalam mengingat materi yang diberikan dari segi penulisan,

pengucapan, dan arti dari kosakata tersebut. Adapun langkah-langkah

teknik permainan Mystery Bag tersebut sebagai berikut :

a. peneliti mempersiapkan benda dan tas yang akan dipergunakan

dalam permainan Mystery Bag;

b. mengkondisikan siswa dengan membentuk sebuah kelompok yang

masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa;

c. peneliti menjelaskan cara penggunaan teknik permainan Mystery

Bag kepada siswa;

d. peneliti menghampiri kelompok pertama, kemudian

masing-masing siswa dari kelompok tersebut memasukkan tangannya ke

dalam tas untuk meraba benda tersebut,

e. masing-masing siswa diberikan kesempatan 30 detik untuk meraba

benda di dalam tas;

f. kemudian siswa mengingat dan menuliskan kata benda yang telah

diraba pada lembar kerja, dan kegiatan ini pun diterapkan pada

kelompok selanjutnya;

g. hasil kerja dari masing-masing kelompok tersebut ditulis ulang di

(36)

70

Adapun foto yang menggambarkan proses berlangsungnya

kegiatan teknik permainan Mystery Bag sebagai berikut :

Gambar 4.1

Penjelasan Teknik Permainan Mystery Bag

Gambar 4.2

(37)

71

Gambar 4.3

Penerapan Teknik Permainan Mystery Bag

Gambar 4.4

Penerapan Teknik Permainan Mystery Bag

Peneliti juga memberikan lembar observasi kepada observator

(38)

72

Bag. Dari hasil lembar observasi tersebut diketahui bahwa siswa

antusias terhadap teknik permainan Mystery Bag dan respons yang

diberikan pun dinilai posistif. Siswa pun fokus menyimak dan

memperhatikan instruksi permainan yang diberikan oleh peneliti

sehingga siswa mengerti dan tidak mengalami kesulitan dalam

memainkan permainan tersebut. Dalam penerapannya siswa terlihat

senang dan menyukai teknik permainan Mystery Bag sehingga siswa

termotivasi untuk meningkatkan penguasaan kosakata dalam

keterampilan menulis.

3. Posttest (tes akhir)

Posttest dilaksanakan pada waktu yang bersamaan dengan

pelaksanaan pemberian treatment, yaitu tanggal 20 Oktober 2012.

Bentuk dan materi tes sama seperti pada saat pretest yakni berbentuk

isian singkat, tetapi dengan soal tes yang berbeda. Posttest ini

dilakukan untuk mengukur penguasaan kosakata siswa setelah

diberikan treatment berupa teknik permainan Mystery Bag. Selain itu,

peneliti juga memberikan angket guna mengetahui pendapat siswa

(39)

73

4.2 Deskripsi Data Penelitian

4.2.1 Deskripsi dan Analisis Data Penelitian Hasil Pretest

Data pertama yang diperoleh oleh peneliti merupakan data hasil

kegiatan pretest yang telah dilakukan. Dari hasil pretest tersebut dapat

diketahui tingkat kemampuan penguasaan kosakata bahasa Perancis siswa

sebelum menggunakan teknik permainan Mystery Bag. Berikut adalah

paparan nilai yang didapatkan dari pretest (tes awal).

Tabel 4.1

Data Nilai Pretest (Tes Awal)

No Responden Nilai Pretest

(40)

74

Dari data tabel di atas terlihat bahwa hasil yang dicapai para siswa

dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis sebelum menggunakan

teknik permainan mystery bag terhitung rendah. Hal tersebut dapat dilihat

dari banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah 7. Nilai terkecil yang

didapatkan oleh siswa adalah 3 dan niai terbesar yang didapatkan siswa

adalah 8,5.

4.2.2 Deskripsi dan Analisis Data Penelitian Hasil Posttest

Data kedua yang diperoleh oleh peneliti berasal dari hasil kegiatan

posttest. Dari hasil tersebut dapat diketahui tingkat kemampuan

penguasaan kosakata siswa setelah menggunakan teknik permainan

mystery bag. Berikut adalah paparan nilai yang didapatkan dari hasil

posttest (tes akhir).

Tabel 4.2

Data Nilai Posttest (Tes Akhir)

No Responden Nilai Posttest

(41)

75

Dari data tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil nilai

posttest siswa dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis dengan

menggunakan teknik permainan Mystery Bag. Hal tersebut terlihat dari

nilai siswa yang mengalami peningkatan yang signifikan jika

dibandingkan dengan hasil nilai pretest. Tabel di atas menunjukkan

banyak siswa yang mendapatkan nilai di atas 7. Nilai terkecil yang

didapatkan siswa adalah 5,5 dan nilai terbesar adalah 9.

4.2.3 Distribusi Data Penelitian Hasil Pretest dan Posttest

Setelah hasil pretest dan posttest diketahui, peneliti akan melakukan

distribusi data guna mendapatkan selisih atau gain (d) dari kedua hasil tes

tersebut. Berikut adalah tabel distribusi hasil nilai pretest dan posttest.

13. 013 6,5

14. 014 6

15. 015 8,5

16. 016 8,5

17. 017 6

18. 018 6,5

19. 019 8

(42)

76

Tabel 4.3

Distribusi Data Penelitian Hasil Pretest dan Posttest

No Responden Pretest Posttest Gain (d)

jumlah gain (d) yaitu selisih yang didapatkan dari kedua variabel tersebut.

Jumlah variabel x () adalah 127,5, jumlah variabel y (∑ ) adalah 148,

(43)

77

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini, data yang telah diperoleh peneliti akan diolah untuk

menghasilkan suatu kesimpulan mengenai perbedaan atau selisih yang

terjadi di antara variabel x (pretest) maupun variabel y (posttest), yang

mana kesimpulan tersebut berfungsi untuk mengetahui tingkat efektifitas

yang diteliti oleh peneliti.

4.3.1 Pengolahan Data Penelitian

Pengolahan data dimulai dari perhitungan nilai rata-rata (mean) dari

setiap variabel yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan taraf

signifikasi antara kedua variabel tersebut. Berikut adalah paparan yang

dijelaskan secara rinci.

1) Nilai rata-rata pretest (T1)

= = , = 6,375

2) Nilai rata-rata posttest (T2)

= = = 7,4

Dari hasil nilai rata-rata (mean) pada setiap variabel tersebut

menunjukkan bahwa kenaikan nilai dari selisih mean antara pretest dan

posttest adalah sebesar 1,025 poin.

3) Analisis taraf signifikasi antara nilai rata-rata (mean) pretest dan nilai

(44)

78

Analisis taraf signifikasi dilakukan guna mengetahui apakah

terdapat perbedaan yang signifikan antara mean pretest dan

posttest. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

=

∑��

( − )

Langkah pertama adalah mencari mean deviasi (�), rumus

yang digunakan adalah :

= ∑ � = , = 1,025

Langkah berikutnya adalah mencari jumlah kuadrat deviasi (∑ d2).

Berikut adalah penjelasan yang dituangkan ke dalam tabel.

(45)

79

Hasil perhitungan di atas merupakan upaya untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan atau tidak di antara kedua nilai rata-rata pretest

dan posttest. Untuk mengetahui terjadinya perbedaan tersebut, nilai thitung

yang telah didapatkan tersebut dibandingkan dengan daftar nilai ttabel.

Kemudian dianalisis dengan menggunakan kriteria hipotesa untuk

membuktikan keberhasilan. Apabila hasil hipotesis menunjukkan thitung >

ttabel, maka penelitian ini dikatakan berhasil.

Taraf signifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah taraf

signifikasi 5%. Setelah diketahui derajat kebebasan (d.b.), dengan

(46)

80

d.b. = N-1

= 20-1

= 19

Maka, taraf signifikasi 5% dengan derajat kebebasan 19

menghasilkan ttabel sebesar 2,09. Nilai thitung di dalam penelitian ini adalah

5,21 yang berarti nilai thitung lebih besar dari ttabel. Hal tersebut

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara nilai rata-rata pretest

dengan posttest yang signifikan dengan perbedaan yang terjadi antara thitung

dengan ttabel sebesar 3,12.

4.3.2 Pengujian Hipotesis

Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk membuktikan

hipotesis dari penelitian ini, yaitu :

a. Hipotesis kerja (Hk) apabila thitung > ttabel, artinya adalah Hipotesis

nol (H0) ditolak dan Hipotesis kerja (Hk) diterima. Dengan kata

lain, terdapat perbedaan antara nilai rata-rata pretest dengan nilai

rata-rata posttest.

b. Hipotesis nol (H0) apabila thitung < ttabel, artinya adalah Hipotesis nol

(H0) diterima dan Hipotesis kerja (Hk) ditolak. Dengan kata lain,

tidak terdapat perbedaan antara nilai rata-rata pretest dengan nilai

(47)

81

Berdasarkan perhitungan data pada bagian sebelumnya, peneliti

memperoleh thitung sebesar 5,21. Taraf signifikasi yang digunakan adalah

5% dengan derajat kebebasan (d.b.) sebesar 19, maka diperoleh ttabel

sebesar 2,09. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa thitung > ttabel :

5,21 > 2,09. Hal tersebut menyebutkan bahwa Hipotesis kerja (Hk)

diterima dan Hipotesis nol (H0) ditolak.

4.4 Analisis Angket

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan angket guna mengetahui

respon siswa terhadap penggunaan teknik permainan Mystery Bag dalam

kemampuan penguasaan kosakata bahasa Perancis siswa. Proses analisis

angket penelitian ini merujuk pada kisi-kisi atau kategori yang digunakan

peneliti. Berikut penjelasan secara terperinci.

Tabel 4.5

Ketertarikan terhadap Bahasa Perancis Pertanyaan : 1. Saya menyukai bahasa Perancis

(48)

82

Dari paparan tabel di atas, dapat diketahui bahwa banyak siswa yang

menyukai bahasa Perancis. Hal terlihat dari banyaknya siswa yang

menyetujui (65%) pernyataan jika mereka menyukai bahasa Perancis.

Hanya sebagaian kecil saja yang menjawab ragu (30%) dan tidak setuju

(5%).

Tabel 4.6

Pendapat Siswa terhadap Bahasa Perancis

Pertanyaan : 2. Bahasa Perancis mudah ditemui di berbagai sumber (film, lagu, buku, dsb)

Tabel di atas menunjukkan bahwa bahasa Perancis mudah ditemui di

berbagai sumber, seperti di dalam film, lagu, buku, dan sebagainya. Hal

tersebut terlihat dari banyaknya siswa yang menjawab setuju (35%),

namun sebagian siswa lainnya meragukan (35%) pernyataan tersebut.

Kemudian sisnya (30%) menjawab tidak setuju jika bahasa Perancis itu

(49)

83

Tabel 4.7

Pendapat Siswa terhadap Bahasa Perancis

T

Tabel di atas menunjukkan bahwa bahasa Perancis bukan bahasa yang

mudah untuk dipelajari, terlihat dari banyaknya siswa yang meragukan

(45%) bahkan cenderung tidak setuju (40%) jika bahasa Perancis

dikatakan sebagai bahasa yang mudah untuk dipelajari. Hanya 10% siswa

yang setuju bahwa bahasa Perancis mudah untuk dipelajari.

Tabel 4.8

Kemampuan Bahasa Perancis Siswa

Pertanyaan : 4. Saya dapat berbahasa Perancis secara tertulis

Jawaban F %

Tabel di atas menunjukkan tingkat kemampuan bahasa Perancis Pertanyaan : 3. Bahasa Perancis merupakan bahasa yang mudah untuk

(50)

84

berbahasa Perancis secara tertulis dan sebagian siswa lainnya (40%) ragu

akan kemampuan yang dimilikinya. Kemudian 20% siswa tidak dapat

berbahasa Perancis.

Tabel 4.9

Kemampuan Bahasa Perancis Siswa Pertanyaan : 5. Saya dapat berbahasa Perancis secara lisan

Jawaban F %

Tabel di atas menunjukkan tingkat kemampuan bahasa Perancis

yang dimiliki oleh para siswa secara lisan. Sebanyak 60% siswa ragu jika

mereka mampu berbahasa Perancis secara lisan. Kemudian 20% siswa

dapat berbahasa Perancis secara lisan dan 20% lainnya menyebutkan tidak

dapat berbahasa Perancis secara lisan. Namun berdasarkan pengamatan

peneliti ketika berada di kelas, para siswa cenderung pandai berbahasa

Perancis secara lisan daripada secara tertulis, terbukti dari cara mereka

(51)

85

Tabel 4.10

Pengalaman dan Pendapat Siswa mengenai Kosakata Bahasa Perancis Pertanyaan : 6. Kosakata bahasa Perancis mudah untuk dimengerti,

dipahami dan diingat

Tabel di atas menjelaskan mengenai pendapat siswa terhadap

kosakata bahasa Perancis. Dari hasil jajak pendapat, banyak siswa yang

ragu (45%) bahkan cenderung menyetujui (30%) bahwa kosakata bahasa

Perancis itu sulit untuk dimengerti, dipahami, dan diingat. Sedangkan

siswa lainnya (25%) setuju jika bahasa Perancis mudah untuk dimengerti,

dipahami, dan diingat.

Tabel 4.11

Penunjang Belajar Bahasa Perancis Siswa Pertanyaan : 7. Saya memiliki buku pelajaran bahasa Perancis

(52)

86

Tabel di atas menjelaskan mengenai alat penunjang belajar yang

dimiliki oleh siswa berupa buku pelajaran. Dari hasil angket tersebut

diketahui bahwa sebagian besar siswa (70%) memiliki buku pelajaran

bahasa Perancis dan hanya sebagaian kecil siswa (15%) yang tidak

memiliki buku pelajaran bahasa Perancis.

Tabel 4.12

Penunjang Belajar Bahasa Perancis Siswa Pertanyaan : 8. Saya memiliki kamus bahasa Perancis

Jawaban F %

Tabel di atas menunjukkan mengenai alat penunjang belajar yang

dimiliki oleh siswa berupa kamus bahasa Perancis. Dari hasil angket

tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa (60%) tidak memiliki

kamus bahasa Perancis dan hanya sebagaian kecil siswa (20%) yang tidak

memiliki kamus bahasa Perancis. Kemudian sekitar 20% siswa meragukan

(53)

87

Tabel 4.13

Ketertarikan Belajar Kosakata Bahasa Perancis Pertanyaan : 9. Saya rajin belajar bahasa Perancis untuk menambah

kosakata

Tabel di atas menunjukkan mengenai ketertarikan belajar kosakata

bahasa Perancis siswa. Dari hasil tabel di atas dapat dijelaskan bahwa

sebagian besar siswa (70%) ragu jika mereka rajin belajar untuk

memperkaya kosakata. Hanya sekitar 20% siswa yang rajin belajar untuk

menambah kosakata. Kemudian sisanya sebesar 10% siswa tidak rajin

belajar untuk menambah kosakata.

Tabel 4.14

Ketertarikan Belajar Kosakata Bahasa Perancis

(54)

88

Tabel di atas menunjukkan mengenai ketertarikan belajar kosakata

bahasa Perancis siswa. Dari hasil tabel di atas dapat dijelaskan bahwa

sekitar 35% siswa rajin melatih kemampuan kosakata bahasa Perancis

mereka dan sekitar 20% siswa tidak rajin melatih kemampuan kosakata

bahasa Perancis siswa. Kemudian sebagian besar siswa (45%) ragu jika

mereka rajin melatih kemampuan kosakata bahasa Perancis yang mereka

miliki.

Tabel 4.15

Kemampuan Bahasa Perancis Siswa Pertanyaan : 11. Saya kaya akan kosakata bahasa Perancis

Jawaban F %

Tabel di atas menjelaskan mengenai kemampuan kosakata bahasa

Perancis yang dimiliki oleh siswa. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa

sebagian besar siswa (55%) meragukan kemampuan kosakata yang

dimiliki oleh mereka dan sisanya sekitar 45% siswa tidak kaya akan

(55)

89

Tabel 4.16

Pendapat Siswa mengenai Kegiatan Belajar Bahasa Perancis di Kelas

Pertanyaan : 12. Belajar bahasa Perancis sangat membosankan

Jawaban F %

Tabel di atas menunjukkan pendapat siswa mengenai kegiatan

belajar bahasa Perancis pada saat di kelas. Dari tabel di atas dapat dilihat

bahwa sebagian besar siswa (65%) berpendapat bahwa kegiatan belajar

bahasa Perancis yang mereka lakukan pada saat di kelas itu menyenangkan

dan sisanya sekitar 35% siswa berpendapat jika kegiatan belajar bahasa

Perancis yang mereka lakukan itu membosankan.

Tabel 4.17

Pendapat Siswa mengenai Kegiatan Belajar Bahasa Perancis di Kelas Pertanyaan : 13. Sejauh ini, belajar bahasa Perancis di dalam kelas terlalu monoton

Jawaban F %

(56)

90

diketahui bahwa sebagian besar siswa (50%) meragukan jika pelajaran

bahasa Perancis yang mereka dapatkan di kelas bersifat monoton.

Kemudian sisanya 25% siswa tidak berpendapat bahwa pelajaran bahasa

Perancis yang mereka dapatkan itu bersifat monoton dan 25% siswa

lainnya berpendapat bahwa pelajaran bahasa Perancis yang mereka

dapatkan itu bersifat monoton.

Tabel 4.18

Pengetahuan Siswa terhadap Teknik Permainan Mystery Bag

Pertanyaan : 14. Sebelumnya saya tidak mengetahui teknik permainan Mystery Bag

Jawaban F %

Tabel di atas menjelaskan mengenai pengetahuan siswa terhadap

teknik permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa

sebagian besar siswa (65%) sebelumnya tidak mengetahui teknik

permainan Mystery Bag dan sebagian kecil siswa (5%) sebelumnya sudah

mengetahui teknik permainan Mystery Bag. Kemudian sisanya sekitar 30%

siswa ragu jika mereka sebelumnya tidak mengetahui teknik permainan

(57)

91

Tabel 4.19

Pengalaman Siswa terhadap Teknik Permainan Mystery Bag

Pertanyaan : 15. Teknik permainan Mystery Bag sangat menarik dan menyenangkan

Jawaban F %

Tabel di atas menunjukkan mengenai pengalaman siswa terhadap

teknik permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa

sebagian besar siswa (75%) berpendapat bahwa teknik permainan Mystery

Bag itu sangat menarik dan menyenangkan dan sebagian kecil siswa (25%)

ragu jika teknik permainan Mystery Bag itu sangat menarik dan

menyenangkan.

Tabel 4.20

Pengalaman Siswa terhadap Teknik Permainan Mystery Bag

Pertanyaan : 16. Teknik permainan Mystery Bag membuat saya mudah memahami kosakata bahasa Perancis

(58)

92

sebagian besar siswa (75%) menyebutkan bahwa teknik permainan

Mystery Bag itu memudahkan mereka untuk memahami pelajaran kosakata

bahasa Perancis yang diberikan dan sebagian kecil siswa (25%) ragu jika

teknik permainan Mystery Bag itu dapat memudahkan mereka dalam

memahami pelajaran kosakata bahasa Perancis yang diberikan.

Tabel 4.21

Pengalaman Siswa terhadap Teknik Permainan Mystery Bag

Pertanyaan : 17. Teknik permainan Mystery Bag memudahkan saya dalam mengingat kosakata bahasa Perancis

Tabel di atas menunjukkan mengenai pengalaman siswa terhadap

teknik permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa

sebagian besar siswa (95%) menyebutkan bahwa teknik permainan

Mystery Bag itu memudahkan mereka dalam mengingat kosakata bahasa

Perancis yang diberikan dan hanya sebagian kecil siswa (5%) ragu jika

teknik permainan Mystery Bag itu dapat memudahkan mereka dalam

(59)

93

Tabel 4.22

Pendapat Siswa mengenai Teknik Permainan Mystery Bag Pertanyaan : 18. Teknik permainan Mystery Bag sangat mudah dilakukan

Jawaban F %

Tabel di atas menjelaskan mengenai pendapat siswa terhadap teknik

permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian

besar siswa (85%) berpendapat jika teknik permainan Mystery Bag itu

sangat mudah untuk dilakukan dan sebagian kecil siswa (10%) ragu jika

teknik permainan Mystery Bag itu mudah untuk dilakukan. Kemudian

sisanya sekitar 5% siswa tidak menjawab pertanyaan angket yang telah

diberikan.

Tabel 4.23

Pendapat Siswa mengenai Teknik Permainan Mystery Bag

(60)

94

Tabel di atas menjelaskan mengenai pendapat siswa terhadap teknik

permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian

besar siswa (95%) berpendapat bahwa teknik permainan Mystery Bag itu

bermanfaat bagi pembelajaran kosakata bahasa Perancis dan hanya

sebagian kecil siswa (5%) yang ragu jika teknik permainan Mystery Bag

itu bermanfaat bagi pembelajaran kosakata bahasa Perancis.

Tabel 4.24

Pendapat Siswa mengenai Teknik Permainan Mystery Bag

Pertanyaan : 20. Teknik permainan Mystery Bag dibutuhkan dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis

Tabel di atas menjelaskan mengenai pendapat siswa mengenai teknik

permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat diketahui jika sebagian

besar siswa (90%) berpendapat bahwa teknik permainan Mystery Bag itu

dibutuhkan dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis dan hanya

sebagian kecil siswa (10%) yang ragu jika teknik permainan Mystery Bag

itu dibutuhkan dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis

Berdasarkan hasil keseluruhan angket yang terkumpul dapat

disimpulkan para siswa pada dasarnya menyukai pelajaran bahasa

(61)

95

mereka miliki. Tidak hanya itu, menurut mereka belajar bahasa Perancis

itu tidak membosankan terutama jika menggunakan teknik permainan

Mystery Bag. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang

berpendapat bahwa teknik permainan Mystery Bag ini sangat menarik,

menyenangkan dan mudah untuk digunakan dalam pembelajaran

keterampilan menulis bahasa Perancis. Pernyataan tersebut juga didukung

dari hasil lembar observasi yang menunjukkan nilai positif terhadap teknik

(62)

100

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.

Atar, Semi N. (1989). Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bandung : Angkasa.

Badudu, Js. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta :

Pustaka Sinar Harapan.

Bescerelle. (1990). La Grammaire pour Tous. Paris : HATIER

Chauvet et al. (2008). Référentiel pour le Cadre Européen Commun. Paris : CLE

International

Depdikbud. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Dubois, Jean dan Rène Lagane. (1973). Comment Apprendre Le Vocabulaire

Niveau 3. Paris : Larouse.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung : PT. Rosdakarya.

Ghazali, Syukur. (2010). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan

Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Jakarta : PT. Retika Aditama.

Hidayat. (1986). Pengertian efektivitas. [Online]. Tersedia :

(63)

101

Hardhono, Sartinah. (1988). Psikologi Belajar Mengajar Bahasa Asing. Jakarta :

Depdikbud.

Irfan. (2010). Pengaruh Permainan Tonda-Tonda Roba terhadap Pengajaran

Kosakata Bahasa Jepang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung : tidak

diterbitkan.

Sugono, D. et al. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Balai Pustaka.

Keraf, Gorys. (1996). Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Keraf, Gorys. (1998). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Novarita, Paulina. (2009). Efektivitas Penggunaan Metode Bermain Peran dalam

Pembelajaran Bahasa Perancis Siswa SMA Plus Pariwisata. Skripsi pada

FPBS UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Nurgiantoro, Burhan. (1995). Penilaian dalam Bahasa dan Sastra. Yogyakarta :

BPFE.

Parera, J. D. (1993). Leksikon Istilah Pembelajaran Bahasa. Jakarta : PT.

Gambar

2)grafik.  Penggunaan “dialog” sebagai sarana utama penyajian bahasa.
grafik lingkaran, grafik wilayah, dan grafik gambar.
Penjelasan Teknik Permainan Gambar 4.1 Mystery Bag
Penerapan Teknik Permainan Gambar 4.4 Mystery Bag
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA.. (S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN

[r]

sekunder adalah data yang tidak didapat secara langsung dari objek penelitian. Data sekunder yang dipergunakan diantaranya adalah sebagai berikut:. a. Bahan hukum primer,

Perjanjian bernama atau khusus adalah perjanjian yang telah diatur dengan. ketentuan khusus dalam KUHPerdata Buku ke tiga Bab V

memecahkan masalah dalam penelitian digunakan suatu metode yang sesuai dengan.. permasalahan yang dihadapi, tujuan yang hendak dicapai dan merupakan jalan

PENINGKATAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR PASSING DAN DRIBBLING MELALUI PELATIHAN BALL MASTERY.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Ubah bobot (dari 1-10) untuk setiap niche terhadap setiap kriteria pada baris yang berwarna abu-abu 1.. Minat : seberapa berminat dan antusias anda terhadap

menunya pendaftaran peserta, tapi kalau secara online itu harus bener-bener yang belum pernah mendaftar datang ke kantor kita ataupun dari perusahaan dan dia