• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN BUKIT SEPULUHRIBU (PASIR SALAKSA)SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP : Studi Kuasi- Eksperimen di SMAN 6 Tasikmalaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN BUKIT SEPULUHRIBU (PASIR SALAKSA)SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP : Studi Kuasi- Eksperimen di SMAN 6 Tasikmalaya."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN BUKIT SEPULUHRIBU

(PASIR SALAKSA) SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

(Studi Kuasi-Eksperimen di SMAN 6 Tasikmalaya)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Geografi

Oleh : YAYU RAHAYU

1101125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENGARUH PENGGUNAAN BUKIT SEPULUHRIBU

(PASIR SALAKSA) SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

(Studi Kuasi-Eksperimen di SMAN 6 Tasikmalaya)

Oleh

YAYU RAHAYU, S.Pd IKIP BANDUNG 1995

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Geografi pada Sekolah Pascasarjana

© Yayu Rahayu, 2013

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

HALAMAN PENGESAHAN TESIS

PENGARUH PENGGUNAAN BUKIT SEPULUHRIBU

(PASIR SALAKSA) SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN

LINGKUNGAN HIDUP

(Studi Kuasi-Eksperimen di SMAN 6 Tasikmalaya)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH :

Penguji I Penguji II

Prof.Dr. Awan Mutakin, M.Pd. Prof. Dr.Dede Rohmat, Ir. M.T. NIP 130176976 NIP 19640603 198903 1 001

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Hj. Enok Maryani, M.S. Prof.Dr. Wanjat Kastolani,M.Pd. NIP 19600121 198503 2 001 NIP 19620512 198703 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Geografi SPs UPI Bandung

(4)

ABSTRAKS

PENGARUH PENGGUNAAN BUKIT SEPULUHRIBU

(PASIR SALAKSA)SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN DAN

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kuasi- Eksperimen di SMAN 6 Tasikmalaya)

Oleh :

Yayu Rahayu (1101125), 2013.

Pembimbing : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S. &Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya degradasi lingkungan akibat penambangan Bukit Sepuluhribu di Tasikmalaya yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya bukit bagi kehidupan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan yaitu melalui implementasi pembelajaran dengan menggunakan fenomena Pasir Salaksa sebagai sumber belajar kepada peserta didik di SMAN 6 Tasikmalayasebagai bagian masyarakat perbukitan tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan lingkungan (Bukit Sepuluhribu) sebagai sumber belajar terhadap pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup melalui metode Field Trip dan media foto.Penelitian dilakukan kepada peserta didik kelas XI IS dengan sampel penelitian masing-masing 19 orang dari kelas eksperimen dan kontrol yang setara kemampuan akademik dan jenis kelaminnya. Kelas eksperimen diberi perlakuan melalui metode Field Trip, sedangkan kelas kontrol menggunakan foto-foto fenomena bukit. Masing-masing kelas diberi tiga kali perlakuan.

Hasil eksperimen menunjukkan bahwa penggunaan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar di kelas yang menggunakan metode Field Tripdapatmeningkatkan pemahaman konsep rata-rata sebesar 31,73%.Berdasarkan nilai Gain dan prosentase kenaikan skor, didapatkan bahwa peningkatan skor tertinggi diraih oleh peserta didik dengan kemampuan akademik awal rendah. Hal ini menunjukkan dengan menggunakan metode Field Trip, segala potensi yang terdapat pada peserta didik berakademik rendah dapat dioptimalkan. Hal ini juga terjadi pada kelas yang menggunakan media foto dengan peningkatan pemahaman konsep rata-rata sebesar 16,8%.

Hasil penelitian ini merekomendasikan agar guru tidak ragu untuk menggunakan lingkungan sebagai sumber pembelajaran terutama untuk meningkatkan prestasi belajar pada peserta didik berakademik rendah, karena selain dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, juga sebagai upaya menyadarkan mereka untuk memanfaatkan dan melestarikan lingkungannya dengan bijak.

Kata kunci: Lingkungan, sumber belajar, pemahaman, pemanfaatan lingkungan,

(5)

ABSTRACTS

THE INFLUENCE OF USING THE TEN THOUSAND HILLS (PASIR SALAKSA) AS A SOURCE OF GEOGRAPHY LEARNING TOWARD UNDERSTANDING OF

EXPLOITATION AND CONSERVATION OF LIVING SPACE CONCEPT

(Study of Quasi Experiment in SMAN 6 Tasikmalaya)

By :

Yayu Rahayu (1101125), 2013

Mentor : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S. &Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M. Pd.

The background of this research is by an environment degradation which is caused by activity of mining in The Ten Thousand Hills in Tasikmalaya, and it’s also caused by the less of people’s knowledge to the important of hill for living. One of the ways which can be done is the learning implementation by using the phenomenon of Bukit Salaksa as a learning source to the students in SMAN 6 Tasikmalaya as a part of people in that hill.

The aim of this research is for knowing the influence of using environment ( The Ten Thousand Hills) as a learning source toward the understanding of exploitation and conservation of living space concept through Field Trip method and photos. The research done to the student of class IX IS with a sample of each research is 19 students for experiment class and control class which balance with their academic skills and genders. Experiment class uses Field Trip method, while control class uses phenomenon photos of hills. Each class is given three times test.

The experimental results showed that the use of Bukit ten thousand as a source of learning in the classroom using the Field Trip Method can increase understanding of the concept of an average of 31.73%. According to Gain value and the percentage increase in score, it was found that an increase in the highest score achieved by students with low academic skills early. This suggests using Field Trip Method, all potential learners who are at low academic skills can be optimized. It also occurs in a class that uses media images with an improved understanding of the concept of an average of 16.8%.

The result of research’s recomendation is for making the teacher not to doubt for using environment as a learning source,cause beside it can increase concept’s understanding and learning motivation, it is also as an effort for awaring students to exploit and to conservate their environment wisely.

(6)

DAFTAR ISI

C. Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup ... 16

1.Pengertian Pemahaman Konsep ... 16

2.Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup ... 17

D. Bukit Sepuluhribu dan Pemanfaatannya sebagai Sumber Pemebelajaran Geografi ... 21

1. Bukit Sepuluhribu (The Ten Thousand Hills) ... 21

2. Langkah-langkah Penggunaan Bukit Sepuluhribu E. Kerangka Pikir Penelitian ... 31

F. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN... 33

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

B. Desain Penelitian ... 35

C. Prosedur Penelitian ... 37

D. Definisi Operasional ... 42

1. Lingkungansebagai Sumber Belajar ... 42

(7)

E. Instrumen Penelitian ... 45

1. Soal Tes ... 45

2. Lembar Observasi ... 47

3. Angket ... 47

4. Lembar Kerja Siswa ... 47

F. Proses Pengembangan Instrumen... 47

1.Validitas Butir Soal ... 48

2.Reliabilitas Soal Tes ... 50

3.Tingkat Kesukaran Soal Tes ... 51

4.Daya Pembeda ... 53

5.Kualitas Soal Tes ... 54

G. Pengolahan Data Hasil Pemahaman Konsep ... 56

H. Tehnik Pengumpulan Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 61

B. Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Penelitian ... 63

1. Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian 2. Lingkungan Hidup ... 68

a. Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup di Kelas Eksperimen ... 69

b. Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup di Kelas Kontrol ... 73

c. Perbedaan Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 77

d. Peningkatan Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian lingkungan hidup di kelas penelitian 80

3. Tanggapan Peserta Didik terhadap Penggunaan Bukit Sepuluhribu sebagai Sumber Belajar melalui Metode Field Trip ... 88

4. Kendala-kendala Pembelajaran dengan Menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai Sumber Belajar ... 91

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

3.1. Daftar Nilai Ulangan Harian XI IS Semester 2 TP 2012/2013 34

3.2. Daftar Nama Sampel Penelitian di Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol... 35

3.3. Desain Kuasi Eksperimne (Non-Equivalent Control Group

Design)... 36

3.4. Operasionalisasi Pemahaman Konsep Pemnafaatan dan

Pelestarian Lingkungan Hidup... 44

3.5. Kisi-kisi Soal Tes Obyektif Pemahaman Konsep Pemanfaatan

dan Pelestarian Lingkungan Hidup... 46

3.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Pemahaman Konsep

Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup... 49

3.7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pilihan Ganda Soal Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup... 51

3.8. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Soal Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup... 52

3.9. Hasil Uji Daya Beda Instrumen Soal Pemahaman Konsep

Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup... 53

3.10. Kualitas Soal Tes Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup ... 55

3.11. Kriteria Kategori Gain yang Dinormalisasi ... 57

4.1. Mata Pencaharian Orangtua Peserta Didik Kelas Penelitian... 62

4.2 Hasil Pre Tes dan Post Tes Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup di Kelas Eksperimen... 63

4.3. Uji T Pre TesKelas Eksperimen dan Pre Tes Kelas Kontrol... 66

4.4 Hasil Pre dan Post Tes Pemahaman Konsep

Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup... 69

(9)

4.6. Hasil Uji Homogenitas Data Pre dan Post Tes Kelas Eksperimen 72

4.7. Hasil Uji-t Data Pre dan Post Tes Kelas Eksperimen... 73

4.8. Hasil Pre dan Post Tes Kelas Kontrol... 74

4.9. Perbandingan Hasil Pre dan Post Tes Pemahaman Konsep

Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup... 74

4.10. Hasil Uji Homogenitas Pre dan Post Tes di Kelas Kontrol... 76

4.11. Hasil Post Tes antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 78

4.12 PerbandinganHasil Post Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 78

4.13. Hasil Uji-t Data Post Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.... .. 80

4.14 Peningkatan Pemahaman Konep Pemanfaatan dan Pelestarian

Lingkungan Hidup di Kelas Eksperimen... ... 81

4.15 Peningkatan Pemahaman Konep Pemanfaatan dan Pelestarian

Lingkungan Hidup di Kelas Eksperimen... ... 84

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal.

2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale... 12

2.2. Foto Satelit Perbukitan Sepuluhribu... 22

2.3. Diagram Kerangka Pikir Penelitian... 31

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal.

4.1. Perbandingan Nilai Pre dan Post Tes Pemahaman Konsep

Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan di Kelas eksperimen 64

4.2. Hasil Uji Normalitas Data Pre Tes Kelas Eksperimen... 65

4.3. Hasil Uji Normalitas Data Pre Tes Kelas Kontrol... . 65

4.4. Perbandingan Nilai Pre dan Post Tes Kelas Eksperimen... 70

4.5. Hasil Uji Normalitas Data Post Tes Kelas Eksperimen... 72

4.6. Perbandingan Nilai Pre dan Post Tes di Kelas Kontrol... 74

4.7. Hasil Uji Normalitas Data Post Tes Kelas Kontrol... 76

4.8. Perbandingan Hasil Post Tes Kelas Eksperimen dan Kontrol.... 79

4.9. Peningkatan Pemahaman Konsep Berdasarkan Nilai Gain di Kelas Eksperimen... 82

4.10. Peningkatan Pemahaman Konsep Berdasarkan Prosentase Kenaikan di Kelas Eksperimen... 83

4.11. Peningkatan Pemahaman Konsep Berdasarkan Nilai Gain di Kelas Kontrol... 85

4.12. Peningkatan Pemahaman Konsep Berdasarkan Prosentase Kenaikan di kelas Kontrol... 86

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal.

A.1 Rancangan Instrumen Penelitian ... 105

A.2 Soal Uji Instrumen ... 106

A.3 Tabulasi Data Hasil Uji Coba Soal ... 113

A.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Uji Coba ... 115

A.5 Kisi-kisi Soal Tes Pemahaman Konsep PPLH ... 118

B.1 Silabus ... 126

B.2 RPP untuk Kelas Eksperimen ... 130

B.3 RPP untuk Kelas Kontrol ... 146

C.1 Angket Tanggapan Peserta Didik di Kelas Eksperimen... 166

C.2 Tabulasi Skor Angket ... 168

D.1 Format Observasi Aktivitas Guru di Kelas Eksperimen ... 169

D.2 Format Observasi Aktivitas Guru di Kelas Kontrol ... 172

E.1 Foto Kegiatan Tes Soal Uji Coba... 175

E.2 Foto KBM di Kelas Eksperimen... 176

E.3 Foto KBM di Kelas Kontrol... ... 183

F.1. Tabulasi Data Pre Tes ... 187

F.2 Tabulasi Data Post Tes... 189

G.1 Hasil Homogenitas ... 191

G.2 Hasil Uji Normalitas... 195

G.3. Hasil Uji T (Uji Hipotesis) ... 197

H Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 201

I.1 Surat Izin Penelitian dari SPs UPI... 202

I.2 Surat Keterangan Penelitian dari SMAN 6 Tasikmalaya ... 203

I.3 Surat Pernyataan Penelitian dari SMAN 1 Singaparna ... 204

I.4 Surat Rekomendasi Penelitian dari Lurah Bungursari ... 205

J. Angket Studi Pendahuluan... ... 206

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak lahir manusia tinggal, berinteraksi dan memanfaatkan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai manusia, maka pemanfaatan lingkungan hidup melebihi daya dukung yang berdampak pada degradasi lingkungan. Hal ini dikemukakan oleh Maryani (2006:12) “...dengan adanya perkembangan manusia secara cepat baik secara jumlah maupun kualitas menyebabkan timbulnya kerusakan-kerusakan ekologi manusia dan mahluk hidup lainnya”. Kerusakan ini terutama terjadi di negara berkembang seperti data yang diberikan oleh World Resources Institute (Setiawan, 2008:9), bahwa antara tahun 1980-1995 negara berkembang kehilangan hutannya seluas 200 juta hektar yang memicu punahnya 85% jenis burung, 83% mamalia, dan 91% tumbuhan. Kerusakan lingkungan juga bisa disebabkan oleh adanya perkembangan industri yang mengeksploitasi persediaan air tanah sehingga berdampak pada menyusutnya persediaan air bersih sebesar 20% di perkotaan. Kemajuan di bidang teknologi transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil berdampak pada penambahan kadar CFC di muka bumi yang menimbulkan Global Warming, dimana Global Warming ini telah mencairkan es di Kutub Utara sebesar 20% sejak tahun 1979. Selain itu, berdasarkan hasil deteksi NOAA NASA tanggal 21-30 tahun 2006 terjadi kebocoran lapisan ozon seluas 10,6 juta mil persegi di kutub.

(14)

tumbuhan. Selain itu, penebangan hutan untuk pengambilan kayu, pembakaran hutan untuk dijadikan lahan pertanian dengan pola pertanian yang salah, serta alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian palawija dan pemukiman menimbulkan berbagai bencana banjir bandang dan longsor. Beberapa fakta bencana dari laporan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN), yang dilansir dari kalaedoskop bencana tahun 2012 menyatakan bahwa bencana banjir yang melanda sejumlah daerah di Provinsi Banten, Jumat (13/1) hingga Minggu (14/1) diakibatkan oleh pembalakan liar di hutan milik Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), hutan lindung dan hutan masyarakat. Kemudian, banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Garut Jawa Barat diduga akibat kerusakan hutan lindung di hulu Sungai Cimanuk. Kerusakan di sana terjadi akibat pembukaan lahan puncak Gunung Gede oleh masyarakat yang mencapai kurang lebih 200 hektar.

Memperhatikan fakta-fakta di atas dapat disimpulkan bahwa bencana alam atau degradasi lingkungan disebabkan oleh dominasi manusia yang mengeksploitasi sumber daya alam tanpa memperhatikan keseimbangan lingkungan. Hal ini diantaranya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mereka dalam memanfaatkan dan memelihara keseimbangan lingkungan hidup dengan benar.

(15)

mumundingan dan kini-kini. Kerusakan yang sangat dirasakan langsung oleh masyarakat adalah rusaknya prasarana lalulintas akibat hilir mudiknya truk pengangkut pasir dan batu yang membawa beban melebihi kapasitas kemampuan jalan. Semua kerusakan lingkungan di atas sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya. Sya (2004) menambahkan bahwa penambangan bukit ini antara lain disebabkan oleh: 1) pertumbuhan penduduk; 2) perencanaan pembangunan yang tidak beraturan; 3) bisnis yang menggiurkan dari hasil penambangan batu / pasir bukit; 4) kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya pelestarian alam.

Memperhatikan salah satu penyebab penambangan Bukit Sepuluhribu yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya fungsi bukit bagi kehidupannya, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pemahaman konsep tentang cara memanfaatkan dan melestarikan lingkungan hidup dengan bijak kepada masyarakat. Melalui pemahaman konsep di atas, diharapkan terjadi penyadaran dan dan perubahan perilaku dalam menjaga kualitas lingkungan bukit karena pemahaman konsep dan nilai terhadap lingkungan dapat berpengaruh pada penyadaran dan perubahan perilaku melestarikan lingkungan seperti dikemukakan Setiawan (2008: 21), “Keterampilan dan sikap yang baik terhadap lingkungan memerlukan proses pengenalan nilai dan konsep tentang hubungan manusia dan lingkungan….”. Pengenalan nilai dan konsep tentang hubungan manusia dan lingkungan dapat dilakukan melalui pendidikan tentang lingkungan seperti dikemukakan UNESCO tahun 1983 (Setiawan, 2009 : 3) sebagai berikut: “Environmental education is the process of recognizing values and clarifying concept in order to development skill and attitude necessary to understand and appreciated the interrelatedness among men, his culture, and his biological surroundings”

(16)

kepada pengusaha atau penambang. Melalui peserta didik juga, diharapkan pemerintah setempat selektif dalam memberikan ijin penambangan bahan galian C ini. Selain itu masyarakat diharapkan akan secara sukarela memanfaatkan dan melestarikan bukit-bukit ini dengan bijak.

Penanaman konsep tentang pemanfaatan dan pelestarian lingkungan sangat efektif bila diberikan kepada peserta didik di sekolah melalui pembelajaran Geografi, karena konsep interaksi manusia dengan lingkungan serta keterampilan manusia dalam mengelola lingkungan merupakan ruang lingkup pengajaran Geografi. Hal ini dikemukakan Sumaatmadja (1996:13):

Ruang lingkup pengajaran Geografi meliputi: (a) alam lingkungan yang menjadi sumber kehidupan manusia; (b) penyebaran manusia dengan variasi kehidupannya; (c) interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang memberikan variasi terhadap ciri khas tempat-tempat di permukaan bumi; (d) kesatuan regional yang merupakan perpaduan matra darat, perairan, dan udara;

Selain itu, dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Geografi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) 2006 disebutkan bahwa tujuan mata pelajaran Geografi adalah berusaha mengembangkan pemahaman siswa tentang organisasi spatial, masyarakat, tempat-tempat, dan lingkungan pada muka bumi. Siswa didorong untuk memahami proses-proses fisik yang membentuk pola-pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial dan dimotivasi secara aktif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah dengan demikian diharapkan memiliki kepedulian kepada keadilan sosial, proses demokratis dan kelestarian ekologis yang pada gilirannya dapat mendorong peserta didik untuk meningkatkan kualitas kehidupan di lingkungannya pada masa kini dan masa depan.

(17)

(1) Pelajaran Geografi seringkali terjebak dalam aspek kognitif tingkat rendah yaitu menghapal nama-nama tempat, sungai dan gunung atau sejumlah fakta lainnya; (2) Sering dikaitkan sebagai ilmu yang hanya membuat peta; (3) Hanya menggambarkan perjalan manusia di permukaan bumi; (4) Proses pembelajaran Geografi sering bersifat verbal, kurang melibatkan fakta-fakta aktual, tidak menggunakan media konkrit dan teknologi mutakhir; (5) kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini.

Kelima faktor di atas menyebabkan pembelajaran Geografi menjadi tidak menarik dan kurang dipahami oleh peserta didik. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini dengan memberikan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan peristiwa atau keadaan yang terjadi di sekeliling peserta didik. Menurut hasil penelitian Dewey tahun 1916 (Ningrum, 2008 : 12 ) Siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajarinya terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi di sekelilingnya’. Pembelajaran seperti itu dikenal dengan pembelajaran kontekstual yaitu pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dengan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu, keluarga, masyarakat dan bangsa (Rosalin, 2008:26). Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang disinyalir dapat memberikan pembelajaran bermakna sehingga penguasaan konsep dapat mudah diserap anak, karena pendekatan ini memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: mengutamakan pengalaman nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, dan kreatif, pengetahuan bermakna dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata, perubahan perilaku, siswa praktik bukan menghapal, learning bukan teaching, pembentukan manusia, memecahkan masalah, siswa aktif guru mengarahkan, hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan dengan tes (Rosalin, 2008:29).

(18)

diminimalisir melalui pembelajaran kontekstual, karena pembelajaran ini mengutamakan keaktifan siswa serta pemecahan masalah melalui pengalaman langsung dengan melihat fenomena di sekitar peserta didik. Pengalaman langsung dapat memberi pemahaman yang baik akan suatu konsep. Hal ini dikemukakan Suleiman (1981: 13-14).

Tidak seperti pengalaman dengan kata-kata, pengalaman nyata sangat efektif untuk mendapatkan suatu pengertian, karena pengalaman nyata itu mengikutsertakan semua indera dan akal. Pengalaman nyata ini adalah cara yang wajar dan memuaskan dalam proses belajar. Kalau semua orang bisa mendapat pengalaman nyata dan mempunyai kecerdasan yang dapat menyerap pengertian yang menyeluruh dari segala segi tentang semua pengalaman itu, ia akan sanggup mengembangkan pengertian yang sebaik-baiknya tentang semua yang dialaminya itu.

Salah satu jenis proses pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa yaitu dengan menggunakan lingkungan sekitar peserta didik sebagai sumber belajar. Keuntungan yang didapat dari penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar menurut Hernawan (1977) sebagai berikut:

Nilai-nilai dan keuntungan yang diperoleh dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, antara lain:

1. Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari siswa, memperkaya wawasan, tidak terbatas oleh empat dinding kelas, dan kebenarannya lebih akurat;

2. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik, tidak membosankan dan menumbuhkan antusiasme siswa untuk lebih giat belajar;

3. Belajar akan lebih bermakna (meaningful learing), sebab siswa dihadapkan dengan keadaan yang sebenarnya;

4. Aktivitas siswa akan lebih meningkat dengan meningkatkan berbagai cara, seperti proses mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan sesuatu, menguji fakta dan sebagainya;

5. Dengan memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, dapat dimungkinkan terjadinya proses pembentukan pribadi para siswa, seperti cinta akan lingkungan.

(19)

kontekstual untuk memberi pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup, maka peneliti akan mencoba menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Menurut Nasution (1985: 125), “cara memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yaitu dengan dua cara: (1) dengan membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas, dan (2) dengan membawa siswa ke lingkungan”. Berdasarkan hal itu, maka peneliti akan mencoba membandingkan keefektifan penggunaan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar dalam menanamkan konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan dengan membawa peserta didik kelas eksperimen langsung ke Bukit Sepuluhribu melalui metode Field Trip dan menggunakan foto-foto perubahan lansekap Bukit Sepuluhribu sebagai media pembelajaran di kelas kontrol.

Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Penggunaan Bukit Sepuluhribu (Pasir Salaksa) sebagai Sumber Pembelajaran Geografi terhadap Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup ( Studi Kuasi - Eksperimen di SMAN 6 Tasikmalaya)”.

B. Rumusan Masalah

Salah satu upaya mengatasi degradasi lingkungan akibat penambangan Bukit Sepuluhribu yaitu melalui penanaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup dengan menjadikan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar. Penggunaan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar dilakukan melalui metode Filed Trip dan media foto Bukit Sepuluhribu. Untuk mengetahui keefektifan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui kedua jenis implementasi pembelajaran di atas terhadap pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

(20)

menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip sebelum dan sesudah perlakuan ?

2. Apakah ada perbedaan hasil tes pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup pada peserta didik yang menggunakan media foto Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar sebelum dan sesudah perlakuan ?

3. Apakah ada perbedaan pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup antara peserta didik di kelas yang menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip dengan peserta didik yang menggunakan media foto Bukit Sepuluhribu sesudah perlakuan?

4. Bagaimana peningkatan hasil tes pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup peserta didik di kelas penelitian dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar sesudah perlakuan?

5. Bagaimana tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran di kelas yang menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip?

6. Kendala apa saja yang dihadapi guru dalam pembelajaran dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan hasil tes pemahaman konsep pemanfatan dan pelestarian lingkungan hidup pada peserta didik di kelas yang menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip sebelum dan sesudah perlakuan.

(21)

foto Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar sebelum dan sesudah perlakuan.

3. Perbedaan pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup antara peserta didik di kelas yang menggunakan Bukit Sepuluhribu melalui metode Field Trip dengan peserta didik yang menggunakan media foto Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar sesudah perlakuan.

4. Peningkatan pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar di kelas penelitian sesudah perlakuan.

5. Tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu melalui metode Field Trip sebagai sumber belajar. 6. Kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran dengan menggunakan

Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Peserta didik; dapat meningkatkan pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup melalui penggunaan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar.

2. Guru Geografi; masukan untuk mencoba memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran dalam mengajarkan konsep abstrak kepada peserta didik.

3. Sekolah : sebagai masukan dalam menyusun KTSP yang adaptif sehingga hasil pembelajaran lebih aplikatif.

4. Pemerintah Daerah: membantu upaya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya Bukit Sepuluhribu bagi kehidupan penduduk di sekitarnya dan diharapkan berdampak pada pembuatan peraturan yang dapat menjaga kelestarian Bukit Sepuluhribu.

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian.

Penelitian dilakukan di SMAN 6 Tasikmalaya, dengan alasan bahwa nilai rata-rata peserta didik yang didapatkan dari daftar nilai guru Geografi kelas XI IS untuk Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang didapatkan hanya peserta didik kelas XI IS tersebut hanya 69,53 padahal KKM untuk mata pelajaran Geografi di kelas XI IS yaitu 73.

Selain itu, sekolah tersebut berada pada wilayah Bukit Sepuluhribu yang sedang mengalami perubahan lansekap sehingga sangat cocok bila pembelajaran Geografi dilaksanakan secara kontekstual karena peserta didik akan mudah menghubungkan materi pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup dengan permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Pertimbangan lain yaitu bahwa yang menjadi peserta didik di SMAN 6 Tasikmalaya ini sebagian besar tinggal di wilayah perbukitan Sepuluhribu yang sedang intensif ditambang sehingga dengan penanaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup melalui penggunaan Bukit Sepuluhribu tersebut sebagai sumber belajar diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna dan konsep-konsepnya dapat diaplikasikan dalam memanfaatkan dan melestarikan lingkungan hidup di tempat tinggal mereka sehingga degradasi lingkungan di wilayah ini dapat dikendalikan.

(23)

lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan serta KD 3.2 Menganalisis pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.

Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas dari empat kelas XI IS yang setara. Kesetaraan dilihat dari kemampuan akademik yang diambil dari rata-rata nilai hasil ulangan pertama pada semester dua (2) yang tercantum dalam daftar nilai guru mata pelajaran Geografi kelas XI IS, jumlah peserta didik

Nilai Ulangan Harian Geografi Kelas XI IS Semester 2 TP 2012/2013

Kelas Jumlah siswa Nilai

Sumber : Daftar Nilai Geografi Kelas XI

(24)

penelitian dari kedua kelas ini berjumlah 19 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Daftar Nama Sampel Penelitian di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Nilai Ulangan

Sumber: Daftar Nilai Geografi Kelas XI-IS TP 2012/2013

B. Desain Penelitian

(25)

Desain Quasi-eksperiment yang digunakan adalah model Non-equivalent Control Group Design. Desain ini hampir sama dengan Pretest-Posttest Control Group Design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Pemilihan kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol berdasarkan kesetaraan kemampuan akademik dari hasil ulangan harian yang terdapat pada daftar nilai guru mata pelajaran Geografi di kelas XI IS, juga dari jumlah peserta didik yang tertera pada daftar nama peserta didik tiap kelas sehingga syarat-syarat untuk menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dipenuhi.

Desain penelitian ini memiliki dua variable yaitu Variabel Treatmen dan Variabel Hasil. Variabel Treatmen yaitu pembelajaran dengan menggunakan lingkungan (Bukit Sepuluhribu) sebagai sumber belajar baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Treatmen pada kelas eksperimen penggunaan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip, sedangkan pada kelas kontrol berupa pembelajaran dengan menggunakan media foto Bukit Sepuluhribu di kelas. Variabel Hasil dalam penelitian ini berupa hasil tes pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup sebagai hasil treatmen dengan menganalisis perbedaan nilai hasil pre dan post tes kelas eksperimen dan kelas kontrol, juga membandingkan hasil post tes kedua kelas tersebut. Desain penelitian digambarkan oleh tabel berikut:

Tabel 3.3.

Desain Kuasi Eksperimen (Non-Equivalent Control Group Design)

Treatment Group Eksperimen O1 X1 O2 Treatment Group Control O1 X2 O2

Sumber : diadaftasi dari Ruseffendi (1998; 45) Keterangan : O1 = Pre tes

O2 = Pos Tes

(26)

C.Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan, yaitu: 1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan yang dilaksanakan berupa observasi ke lokasi perbukitan Sepuluhribu yang sedang mengalami perubahan lansekap akibat kegiatan penambangan dan dampaknya, analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) mata pelajaran Geografi di SMA kelas XI yang sesuai dengan permasalahan lingkungan, serta mengidentifikasi daftar nilai Geografi di SMAN 6 Tasikmalaya. Kemudian menyebarkan angket kepada 60 peserta didik SMA di wilayah perbukitan Sepuluhribu tentang pilihan tempat belajar untuk materi pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup serta alasannya. Hasilnya ternyata 57 peserta didik menginginkan untuk belajar di luar kelas dengan alasan lebih menarik, tidak jenuh serta dapat melihat permasalahan lingkungan secara nyata. Sementara tiga orang memilih di kelas dengan alasan lebih bersih dan terhindar dari pengaruh cuaca (panas dan hujan).

2. Merumuskan Masalah Penelitian

Masalah penelitian dirumuskan dengan memperhatikan degradasi lingkungan akibat penambangan perbukitan Sepuluhribu dan salah satu upaya mengatasinya dikaitkan dengan keberadaan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di SMA kelas XI IS serta keinginan peserta didik SMA tentang tempat belajarnya.

3. Studi Literatur

(27)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar yang berhubungan dengan konsep-konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup.

4. Merencanakan Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran disusun berdasarkan hasil sharing dengan guru mata pelajaran Geografi (Guru Mitra) di sekolah yang menjadi lokasi penelitian baik proses pembelajaran Outdoor Study melalui metode Field Trip ke perbukitan Sepuluhribu langsung maupun dengan Indoor Study melalui penggunaan media foto Bukit Sepuluhribu yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

5. Merancang Instrumen

(28)

6. Uji Coba Soal

Soal-soal uji coba dalam bentuk pilihan ganda yang telah disusun sebanyak 40 buah soal kemudian diujicobakan di sekolah lain sehingga kerahasiaan soal dapat dijamin. Uji coba soal dilaksanakan di SMA Negeri 1 Singaparna kelas XI IS-1, dengan pertimbangan sekolah ini masih berada pada wilayah perbukitan Sepuluhribu. Pengambilan XI.IS-1 didasarkan karena jadwal Geografi di kelas XI IS-1 SMA tersebut sama dengan jadwal Geografi di kelas eksperimen dan kelas kontrol lokasi penelitian.

Uji coba soal bertujuan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda tiap butir soal yang akan dijadikan alat ukur pemahaman konsep di kelas penelitian sehingga akan didapatkan soal-soal yang reliabel dan valid. Setelah diujicobakan, hasilnya kemudian diolah dengan menggunakan program Exel dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16.0.

7. Melakukan Tes Awal (Pre-tes)

Pre Tes atau tes awal dilakukan untuk mendapatkan gambaran pemahaman awal peserta didik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol tentang konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup sebelum mendapatkan perlakuan .

8. Melaksanakan Perlakuan

Treatment atau perlakuan dilakukan pada kelas penelitian baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Perlakuan untuk kelas eksperimen dan kontrol masing-masing dilakukan sebanyak tiga kali. Pada kelas eksperimen, guru melaksanakan Outdoor Study dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip sedangkan pada kelas kontrol melakukan Indoor-Study dengan menggunakan foto-foto perubahan lansekap dan aktivitas penduduk di Bukit Sepuluhribu sebagai media pembelajaran.

9. Observasi

(29)

yang dibuat oleh guru. Sementara observasi yang dilakukan observer selama kegiatan pembelajaran ditujukan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru selama pembelajaran dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar baik melalui metode Field Trip di kelas eksperimen maupun penggunaan foto-foto Bukit Sepuluhribu di kelas kontrol .

10. Melakukan Tes Akhir

Tes akhir atau post test dilakukan untuk mengetahui besaran perbedaan pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup di masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan, juga mengetahui ada tidaknya perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol setelah perlakuan yang berbeda.

11. Membagikan angket kepada peserta didik di kelas eksperimen untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap pembelajaran dengan menggunakan bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar Geografi melalui metode Field Trip.

12. Menganalisis data yang terkumpul, baik hasil tes, hasil observasi maupun angket.

(30)

Prosedur pelaksanaan penelitian tadi digambarkan dengan diagram berikut ini:

.

Gambar 3.1 Diagram Prosedur Penelitian

Studi Pendahuluan

Perumusan masalah

Studi Literatur

Rencana Proses Pembelajaran Rencana Instrumen

Uji coba

Tes awal

Proses Pembelajaran dengan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode

Field Trip (kelas eksperimen)

Proses pembelajaran dengan media foto Bukit Sepuluhribu (kelas kontrol)

Tes akhir

Observasi Observasi

Analisis Data

(31)

D.Definisi Operasional

Penelitian ini memiliki dua variabel yang perlu didefinisikan secara operasional sehingga diperoleh kesamaaan persepsi dan memudahkan pengukuran, yaitu:

1. Lingkungan sebagai Sumber Belajar

Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup mendefinisikan lingkungan hidup sebagai “Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup yang termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.”

Sumber belajar menurut Rohani (1997: 102) adalah “segala macam sumber yang ada di luar diri siswa yang keberadaannya memudahkan terjadinya proses belajar”. Lingkungan sebagai sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di luar peserta didik baik berupa benda mati maupun benda hidup yang digunakan oleh guru dan peserta didik yang memudahkan terjadinya proses belajar untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

Lingkungan yang dijadikan sumber belajar dalam penelitian ini adalah lingkungan alam berupa Bukit Sepuluhribu yang berada di sekitar SMA Negeri 6 Tasikmalaya dengan lansekap yang berbeda yaitu bukit yang masih lestari, bukit yang sedang ditambang dan bukit yang sudah direboisasi.

Bukit yang masih lestari sangat cocok untuk memberikan gambaran dampak positif dari pelestarian bukit bagi kondisi lingkungan di sekitarnya serta daya dukungnya bagi mahluk hidup di dalam dan sekitarnya.

Bukit yang sedang ditambang untuk memberikan contoh ril dampak negatif dari pemanfaatan bukit yang kurang bijak.

Sementara bukit yang sudah direboisasi sangat penting untuk memberikan contoh ril kepada peserta didik tentang cara merehabilitasi bukit yang sudah ditambang , baik jenis kayu, cara serta dampak positif yang ditimbulkannya.

(32)

2. Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup

Pemahaman merupakan kemampuan menangkap makna dari suatu informasi. Menurut Anderson (Sudjana 2005), pemahaman dibagi menjadi tiga aspek yaitu translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi, sehingga pemahaman konsep dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan siswa dalam translasi, interpretasi dan ekstrapolasi terhadap konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup yang diukur dengan pelaksanaan tes pemahaman konsep tersebut, baik sebelum maupun sesudah perlakuan.

Adapun konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup yang disajikan dalam penelitian ini dengan memanfaatkan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar meliputi: 1) Definisi: lingkungan hidup, daya dukung lingkungan, pemanfaatan lingkungan hidup, pelestarian lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan; 2) Komponen lingkungan hidup; 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi daya dukung lingkungan: 4) Prinsip-prinsip pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup; 5) Contoh penerapan prinsip-prinsip pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup serta bentuk pembangunan berkelanjutan, 6) Bentuk-bentuk kerusakan lingkungan, 7) ciri-ciri daya dukung lingkungan; 8) Dampak positif dan negatif dari pemanfaatan lingkungan hidup; 9) Contoh upaya pemanfaatan / pelestarian lingkungan hidup yang bijaksana; dan 10) Alasan perlunya pembangunan berkelanjutan.

Operasionalisasi pemanfaatan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar dalam pengukuran pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup dipaparkan dalam tabel 3.4 berikut:

(33)

Tabel 3.4.

Operasionalisasi Penggunaan Bukit Sepuluhribu sebagai Sumber Belajar pada Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup

Pemahaman

a. Mendefinisikan lingkungan bukit, daya dukung bukit, pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup.

b. Merinci tiga jenis lingkungan dalam lingkungan hidup manusia.

c. Merinci prinsip-prinsip pemanfaatan lingkungan hidup

d. Mengidentifikasi komponen budaya, biotik dan abiotik yang terdapat dalam lingkungan bukit. e. Mengidentifikasi bentuk kerusakan lingkungan

bukit.

a. Menafsirkan ciri-ciri daya dukung lingkungan. b. Membedakan prinsip-prinsip pemanfaatan

lingkungan hidup.

c. Memberi contoh penerapan prinsip pemanfaatan lingkungan hidup pada lingkungan bukit.

d. Membedakan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan hidup.

e. Memberi contoh penerapan prinsip-prinsip pemanfaatan dan pelestarian lingkungan bukit. f. Memberi contoh pemanfaatan dan pelestarian

bukit yang bijaksana.

g. Memberi contoh bentuk pembangunan berkelanjutan di lingkungan bukit.

h. Menyimpulkan penyebab utama degradasi lingkungan bukit.

i. Menginterpretasi makna pembangunan berkelanjutan.

a. Memprediksi dampak negatif dari eksploitasi/penambangan bukit.

b. Memperkirakan dampak positif dari pelestarian bukit

(34)

sebab akibat) d. Menjelaskan alasan perlunya pembangunan berkelanjutan

E.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Soal Tes

Webster’s Collegiate (Arikunto, 1995:29) menyatakan bahwa “Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup.

Untuk mendapatkan nilai pre tes dan post tes, peneliti membuat 40 soal pilihan ganda sesuai sumber belajar yang telah dioperasionalkan ke dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pada konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup. Soal-soal tersebut sebelumnya diujicobakan pada peserta didiki SMA lain untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda. Uji validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS versi 16.0 for windows, sementara untuk tingkat kesukaran dan daya pembeda menggunakan program exel.

(35)

Tabel 3.5

Kisi-kisi Soal Tes Objektif Pemahaman Konsep Pemanfaatan Pelestarian Lingkungan Hidup

Variabel Dimensi Indikator No

Soal

Pemaha-man Konsep

Translasi - Menjelaskan pengertian lingkungan hidup - Merinci jenis lingkungan

- Mengidentifikasi komponen budaya, biotik dan abiotic dalam lingkungan hidup.

-Mengidentifikasi faktor geografis dan sosial budaya yang mempengaruhi daya dukung lingkungan

-Menjelaskan pengertian daya dukung lingkungan dengan kata-kata sendiri.

-Mengidentifikasi ciri-ciri adanya daya dukung lingkungan.

-Mendefinisikan pemanfaatan lingkungan hidup -mengidentifikasi bentuk kerusakan di

lingkungan bukit.

Interpretasi -Memberi contoh cara memanfaatakan lingkungan yang bijak

- Membedakan azas-azas pemanfaatan lingkungan hidup yang benar.

-Memberi contoh penerapan azas-azas pemanfaatan lingkungan hidup.

- Memberi contoh penerapan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan hidup

-Menginterpretasi pembangunan berwawasan lingkungan

-Memberi contoh bentuk pembangunan berwawasan lingkungan

Ekstrapolasi - Memprediksi dampak negatif dari penambangan bukit.

-Menyimpulkan penyebab kerusakan lingkungan bukit

-Memprediksi dampak positif dari pelestarian bukit.

-Menjelaskan alasan perlunya pembangunan berkelanjutan

17,18

19

21

(36)

2. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan yaitu lembar observasi yang diisi peserta didik dan lembar observasi yang diisi oleh observer.

Lembar observasi yang diisi oleh peserta didik berupa lembar pengamatan yang akan diisi oleh peserta didik pada saat proses pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu melalui metode Field Trip untuk menggali beberapa konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup. Lembar observasi kedua berupa lembar pengamatan yang diisi oleh observer untuk mengetahui kendala dalam proses pembelajaran di kelas eksperimen serta aktivitas peserta didik di kelas kontrol yang menggunakan foto-foto perubahan lansekap dan aktivitas penduduk di Bukit Sepuluhribu.

3. Angket

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tanggapan peserta didik di kelas eksperimen terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode Field Trip. Setiap peserta didik diminta menanggapi pernyataan-pernyataan dengan menceklist (v) salah satu alternatif jawaban pada lembar angket dengan pilihan sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing jawaban diberi skor secara kuantitatif sebagai berikut: SS=5, S=4, KS=3, TS=2 dan STS=1.

4. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat untuk digunakan di kelas kontrol sebagai panduan menggali konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan melalui foto-foto perubahan lansekap dan aktivitas penduduk di Bukit Sepuluhribu, dalam LKS ini ada beberapa pertanyaan atau isian yang harus diselesaikan peserta didik dengan diskusi dalam kelompoknya.

.

(37)

Instrumen untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup berupa soal tes. Setelah pre dan post tes dilakukan, skor pre dan post tes diolah melalui beberapa pengujian sehingga diperoleh beberapa informasi untuk pengambilan kesimpulan.

Pengujian untuk butir soal tes digunakan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda yang secara rinci pengembangan instrumen ini dipaparkan sebagai berikut:

1. Validitas Butir Soal

Menurut Arikunto (2006: 168), validitas butir soal merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan butir soal. Soal yang valid adalah soal yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Uji validitas soal pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi dari tiap item yang terkoreksi dengan menggunakan software SPSS 16,0 for window. Adapun interpretasi dari koefisien korelasinya adalah sebagai berikut:

>0,4 = Butir soal sangat baik 0,3 - 0,39 = Butir soal baik

0,2 - 0,29 = Butir soal harus direvisi/ diperbaiki < 0,19 = Butir soal jelek / jangan digunakan

(38)

Tabel 3.6.

Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Uji Coba

(39)

VAR38 21.3636 45.864 .275 .847 Jelek -

VAR39 21.3939 43.621 .628 .838 Sangat Baik dipakai

VAR40 21.3939 44.496 .490 .842 Sangat Baik dipakai

Sumber : Pengolahan data primer, 2013

Berdasarkan hasil uji validitas soal pilihan ganda pada tabel di atas, dari 40 soal yang diujicobakan, terdapat 26 soal yang valid untuk dijadikan alat ukur pemahaman konsep pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, akan tetapi untuk mempermudah penghitungan skor atau nilai, peneliti menggurangi soal satu buah sehingga berjumlah 25 butir soal yang mewakili dimensi translasi, interpretasi dan ektrapolasi juga mewakili indikator yang telah ditetapkan. Soal-soal ini yang dijadikan sebagai alat/ instrumen untuk mengukup pemahaman konsep peserta didik di kelas penelitian baik pada waktu pre tes maupun post tes.

2. Reliabilitas Soal Tes

Perangkat tes yang baik merupakan perangkat yang menghasilkan skor yang tidak berubah-ubah atau ajeg dalam arti memiliki taraf kepercayaan yang tinggi dan memberikan hasil yang tetap. Koefisien reliabilitas soal tes pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup diketahui melalui nilai cronbach’s alpha yang dihitung menggunakan SPSS 16.0.

Kriteria yang digunakan untuk mengetahui tingkat reliabel tidaknya soal, yaitu kriteria dari Guilford 1956 (Rosnenty, 2010: 72) sebagai berikut:

>0,20 = sangat tidak reliabel 0,20 - <0,40 = tidak reliabel 0,40 - <0,70 = cukup reliabel 0,70 - <0,90 = reliable 0,90 - < 1,00 = sangat reliabel 1,00 = sangat sempurna

(40)

Tabel 3.7.

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Pilihan Ganda

Soal Pemahaman Konsep Pemanfaatan Dan Pelestaran Lingkungan Hidup

Sumber: Pengolahan data primer, 2013

3. Tingkat Kesukaran Soal Tes

Tingkat kesukaran soal tes dapat diketahui melalui uji tingkat kesukaran. Uji ini dilakukan agar soal tidak didominasi oleh soal mudah atau sukar saja, sehingga soal yang diberikan kepada peserta didik seimbang. Melalui uji tingkat kesukaran, akan diketahui indeks kesukaran atau difficulty index (Arikunto,1991:210).

Rumus tingkat kesukaran soal menurut menurut Nitko (BSNP, 2009 : 9)

adalah

:

Keterangan:

Kriteria tingkat kesukaran biasanya dibedakan menjadi 3 kategori yaitu : 0,00 ≤ TK ≤ 0,30 = sukar

0,30 ≤ TK ≤ 0,70 = sedang 0,70 ≤ TK ≤ 1,00 = Mudah

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items Keterangan

(41)

Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran instrument soal pilihan ganda yang digunakan pada saat ujicoba soal berdasarkan rumus di atas disajikan dalam tabel 3.8.

Tabel 3.8.

Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Soal Pilihan Ganda

Nomor Soal Tingkat Kesukaran Kategori

(42)

37 0.515 Sedang

Untuk mengetahui daya pembeda soal, rumus yang digunakan sebagai

berikut :

Adapun kriteria kategori daya pembeda adalah sebagai berikut: 0,00 < D < 0,20 = Jelek

Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup

Nomor Soal Daya beda Kategori

(43)

11 0.404 baik

Nomor Soal Daya beda Kategori

(44)

sehingga dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup di kelas eksperimen dan kelas kontrol baik pre maupun post tes. Deskripsi kualitas ke-25 soal tersebut dipaparkan pada tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10

Deskripsi Kualitas Soal Tes Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup

Nomor Soal

Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda

(45)

Tingkat kesukaran soal untuk menguji konsep persebarannya proporsional dimana soal mudah berjumlah enam buah (24%), soal sedang 13 buah (52%) dan soal sukar enam buah (24%). Selain itu, daya pembeda dari tiap soal yang valid berkategori cukup dan baik. Kesimpulannya, ke-25 soal untuk mengukur pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup memenuhi syarat dan dapat digunakan untuk soal pre dan post tes di kelas penelitian.

G. Pengolahan Data Hasil Tes Pemahaman Konsep

Data primer hasil tes pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup berupa skor hasil pre tes sebelum mendapatkan perlakuan maupun skor hasil post tes setelah perlakuan kemudian dianalisis dengan membandingkan skor awal dan skor akhir, sehingga diketahui perbedaan dan peningkatannya. Perbedaan antara hasil pre dan post tes, dideskripsikan dan dianalisis dengan statistika deskriptif melalui SPSS 16,0, grafik perbandingan dengan exel, dan signifikasi perbedaan melalui uji t dimana sebelumnya data-data pre dan post tes diuji normalitas dan validitasnya melalui software minitab 16. Sementara untuk mengetahui peningkatan nilai setelah perlakuanmenggunakan nilai Gain dan prosentase kenaikan untuk setiap sampel penelitian yang telah mewakili populasi. Prosentase kenaikan didapatkan dari selisih antara pre dan post tes dibagi nilai pre tes menggunakan exel. Sementara nilai gain dihitung dengan menggunakan rumus faktor g (N-gain) dimana selisih antara pre dan post tes dibagi selisih antara nilai

maksimum yang dicapai di kelas penelitian dengan nilai pre tes setiap sampel. Rumus nilai Gaintadi dikembangkan oleh Hake tahun 1999 (Samsudin, 2008: 88) sebagai berikut:

g = S post S pre S maks-S pre Keterangan : S post = skor tes akhir S pre = skor tes awal S maks = skor maksimum

(46)

dibuat lima kategori peningkatan pemahaman konsep yang didasarkan pada hasil penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.11

. Kriteria Kategori Gain yang Dinormalisasi

g

Kriteria

1 > 0,8 0,6 < 0,8 0,4 < 0,6 0,2 < 0,4

g < 0,2

Sangat tinggi Tinggi Cukup/sedang

Rendah Sangat rendah

Penilaian kemampuan pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan dalam penelitian ini diukur dengan memberi skor 4 untuk tiap jawaban soal pilihan ganda yang benar sehingga skor total ideal yang akan didapatkan100 karena jumlah soalnya sebanyak 25 buah.

Untuk mengetahui pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup secara mendalam setelah perlakuan baik pada peserta didik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol seyogyanya diukur dari penjumlahan hasil tes hasil pembelajaran yang berupa skor tes objektif pilihan ganda maupun skor proses pembelajaran berupa skor hasil observasi / LKS dan presentasi tiap kelompok. Namun, mengingat penskorannya sangat heterogen maka uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis penelitian hanya dilakukan pada data hasil tes obyektif soal pilihan ganda saja.

1. Uji Normalitas

(47)

kontrol. Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan Software Minitab versi 16.

Uji normalitas dengan menggunakan Tes of Normality Kolmogorav- Smirnov pada minitab 16 menghasilkan dua jenis keluaran yaitu grafik persebaran skor juga kotak yang berisi mean, standar deviasi, jumlah data dan P- value. Kedua keluaran ini memiliki makna sebagai berikut:

a. Data berdistribusi normal, bila titik-titik merah pada grafik tersebar mengikuti garis biru.

b. Jika P-value lebih besar daripada taraf signifikansi uji yang telah ditentukan ( α = 0,05) maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. c. Jika P-value lebih kecil daripada taraf signifikansi uji yang telah ditentukan

( α = 0,05) maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi- variansi sampel yang digunakan homogen atau tidak. Pada penelitian ini uji homogenitas variansi populasi dilakukan dengan menggunakan Software Minitab 16.0.

Uji homogenitas dengan menggunakan F Test dan Lavene’s Test pada minitab 16 menghasilkan dua jenis keluaran yaitu berupa dua boxsplot dan data hasil perhitungan F test juga Lavene’s Test.

Kedua keluaran ini memiliki makna sebagai berikut:

a. Boxsplot-boxsplot menunjukkan variansi skor sampel. Grup dengan skor tinggi akan berada pada posisi sebelah kanan boxspot untuk grup sampel dengan skor rendah.

(48)

c. Jika nilai F test dan Lavene’s Test P-value lebih kecil daripada taraf signifikansi uji yang telah ditentukan ( α = 0,05) maka sampel bukan berasal dari populasi yang homogen.

3. Uji Hipotesis (Uji-t)

Uji hipotesis data dilakukan dengan uji t apabila data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen. Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak.

Apabila data tidak homogen dan tidak normal, maka data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan uji non parametrik yaitu uji Mann- Whitney & Wicolson. Untuk memudahkan analisis data, dalam penelitian pengolahan data menggunakan bantuan Software Minitab versi 16. Kriteria diterima tidaknya hipotesis penelitian dari hasil uji statistik ditentukan berdasarkan taraf signifikansi sebesar 0,05.

H.Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik Pengumpulan data yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah tehnik tes, tehnik dokumentasi, observasi dan angket.

1. Tehnik Tes

Tehnik tes digunakan pada saat ujicoba soal, pre-tes dan post-tes. Hasil ujicoba soal dianalisis reliabilitas dan validitasnya untuk mendapatkan soal yang memenuhi syarat sebagai alat tes pada kelas penelitian. Nilai yang didapatkan dari pre-test merupakan indikator pemahaman awal peserta didik tentang konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup sebelum perlakuan. Sementara nilai hasil post-test sebagai indikasi berubah tidaknya pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup peserta didik setelah mendapatkan perlakuan atau pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar Bukit Sepuluhribu melalui metode Field Trip di kelas eksperimen dan pembelajaran dengan indoor-study melalui media foto di kelas kontrol.

(49)

Data yang akan diambil melalui tehnik dokumentasi adalah data-data dari dokumen- dokumen berupa: daftar nilai ulangan harian Geografi kelas XI untuk mengetahui kesetaraan kemampuan akademik kelas eksperimen dan kelas kontrol, jumlah peserta didik pada masing-masing kelas, juga daftar nama peserta didik tiap kelas XI- IS. Leger kelas XI IS untuk mengetahui latar belakang sosial ekonomi kelas penelitian dan tehnik dokumentasi lain yang dilakukan yaitu mengambil foto-foto lansekap Bukit Sepuluhribu oleh kamera untuk dijadikan media pembelajaran pada kelas kontrol dan sebagai bukti pelaksanaan penelitian.

3. Tehnik Observasi

Tehnik observasi digunakan oleh peserta didik maupun observer. Peserta didik menggunakan tehnik observasi pada saat mengamati fakta-fakta di perbukitan Sepuluhribu untuk mengisi lembar pengamatan yang ditugaskan guru. Sementara observasi yang dilakukan observer dilaksanakan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dan peserta didik pada proses pembelajaran dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip.

4. Tehnik Angket

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini antara lain,

1. Terdapat perbedaan hasil tes pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup pada peserta didik di kelas yang menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field trip sebelum dan sesudah perlakuan.

2. Terdapat perbedaan hasil tes pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup di kelas yang menggunakan foto Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar sebelum dan sesudah perlakuan.. 3. Terdapat perbedaan hasil tes pemahaman konsep pemanfaatan dan

pelestarian lingkungan hidup antara peserta didik di kelas yang menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field trip dengan peserta didik yang menggunakan foto Bukit Sepuluhribu setelah perlakuan.

Pembelajaran dengan menggunakan lingkungan (Bukit Sepuluhribu) sebagai sumber belajar melalui metode Field trip memberi pengaruh lebih tinggi dibanding pembelajaran dengan menggunakan foto-foto lingkungan (Bukit Sepuluhribu) terhadap pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup.

4. Terjadi peningkatan pemahaman konsep pada peserta didik di kelas penelitian baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, terutama pada kelompok berkemampuan akademik rendah dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Peningkatan yang sangat tinggi terutama pada peserta didik kelompok berkemampuan akademik rendah di kelas eksperiment yang menggunakan metode Field Trip.

(51)

konsep yang diajarkan; b) adanya kesadaran untuk memanfaatkan dan melestarikan lingkungan dengan bijak; c)adanya kesadaran untuk mensosialisasikan konsep yang mereka pahami kepada masyarakat sekitar seingga masyarakat dapat memanfaatkan dan melestarikan lingkungan dengan bijak.

6. Kendala yang dihadapi pada saat implementasi pembelajaran melalui metode field trip antara lain: a) kurangnya pembimbing untuk tiap lokasi obyek observasi; b) kurangnya percaya diri peserta didik saat mengisi lembar observasi yang disebabkan pembelajaran dengan metode field trip baru bagi mereka; c) Cuaca yang panas menyebabkan konsentrasi peserta didik kurang fokus; d) Waktu observasi selama 45 menit untuk tiap pertemuan kurang memadai, hal ini terbukti dari masih adanya kelompok yang mengumpulkan lembar observasi tidak sesuai waktu yang ditentukan atau terlambat; e) pembahasan materi pembelajaran di kelas dengan metode yang sama menyebabkan tidak seluruh peserta didik mengikutinya dengan penuh perhatian; f) materi presentasi yang sama menyebabkan kelompok lain kurang menanggapi dan kurang perhatian.

(52)

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan sebagai hasil penelitian ini, yaitu:

1. Mengingat penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar mendapat tanggapan yang positif dari peserta didik, maka penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dapat diimplementasikan untuk kompetensi dasar mata pelajaran Geografi lainnya yang sesuai, juga pada mata pelajaran lain.

2. Perlunya dibentuk dan diaktifkan kembali Team teaching sehingga peserta didik memiliki pembimbing belajar dengan memadai terutama untuk pembelajaran di luar kelas.

3. Perlunya variasi metode pada saat pembahasan di kelas tentang hasil observasi sehingga anak tidak akan merasa bosan.

4. Penayangan kembali lokasi-lokasi observasi pada layar di kelas melalui proyektor masih tetap diperlukan untuk menutupi kekurangperhatian peserta didik di lapangan yang disebabkan kesalahan tehnis atau faktor cuaca.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

__________. (1995).Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakrta: PT. Bumi Aksara

Azwar, S. (1987) Tes Prestasi. Yogjakarta: Liberty.

BNSP. (2007). Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar Menengah . Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Daryanto. (2008). Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Emzir, (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo.

Hendriyani, Y. (2005). Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar. Bandung: IPA UPI Bandung.

Hernawan (1998). Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud UT.

Hadi, S. (2004). Metodologi Research. Jilid 4. Yogyakarta: Andi.

Jauhar, M. (2011) Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruktivistik. Jakarta: Pustaka Karya.

Kemenkumham. (2009). Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, kemenkumham RI.

Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural, Satu dan Multi Group Sampel dengan Lisrel, Bandung: Alfabeta.

Malik, Y..Konservasi Lahan Perbukitn Sepuluhribu (The Ten Thousand Hills) untuk Lansekap Hutan Kota dalam menunjang Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Tasikmalaya. Bandung: Pendidikan Geografi UPI.

Maryani, E.(2006). Geografi dalam Perspektif Keilmuan dan Pendidikan di Persekolahan. Dimuat dalam buku Ilmu Pendidikan karyaMoh. Ali.

__________, (2009). Kompilasi Pendidikan Geografi dalam Konteks IPS. Bandung : IPS SPs UPI.

Gambar

Tabel
Gambar
Grafik
Tabel 3.1   Nilai Ulangan Harian Geografi Kelas XI IS Semester 2  TP 2012/2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

BAB IV ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI PENDIDIKAN DRAMA TRADISIONAL BESUTAN DAN MODEL BAHAN PEMBE- LAJARAN SASTRA 4.1 Deskripsi Data ……….. Tebel 4 Bentuk Penerapan Nilai

Upaya Mengatasi Kasus Anak Yang Tantrum Dengan Metode Time Out Di Taman Kanak-Kanak1. Universitas Pendidikan Indonesia |

Berapa anggota keluarga yang mengalami keluhan kesehatan terhadap keberadaan limbah cair industri tahu ...1. Keluhan terhadap adanya industri tahu

[r]

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan program studi D-III Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas

Gambaran PCK dijaring melalui soal essay beralasan yang dikembangkan dari indikator PCK, rencana pembelajaran sistem hormon yang dibuat guru, video pelaksanaan

Menurut anda, pendapatan tambahan yang anda terima cukup : ( )Sangat setuju ( )Setuju ( ) Tidak Setuju ( )Sangat Tidak Setuju Beri penjelasan atas jawaban anda

Implementasi kemampuan PCK guru dilihat dari pelaksanaan pembelajaran sistem hormon yang direkam untuk kemudian dilakukan analisis menggunakan videograph dan