• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN KOMPENSASI GURU BANTU : Studi Analisis Pengelolaan Kompensasi Guru Bantu Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN KOMPENSASI GURU BANTU : Studi Analisis Pengelolaan Kompensasi Guru Bantu Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

v°- w-h

-i?^

PENGELOLAAN KOMPENSASI GURU BANTU

(Studi Analisis Pengelolaan Kompensasi Guru Bantu pada Sekolah

Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera

Selatan)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Studi Administrasi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh:

DEWI SUNDARI NIM :029523

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

DiKetahui

KETIIA PROGRAM STUDI ADMNISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UMVERS1TAS PENDTdYkAN INDOESIA

(3)

DISETUJUl DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBLNG

Pembimbing I

W

PROF. DR. H.DJAMAN SATORI. M.A.

Pembimbing II

(4)

COMPENSATION MANAGEMENT OF HELPER TEACHERS

(Analysis Studyof Compensation Management of Helper teachers at Public

Senior High School in Banyuasin Regency. South Sumatera)

By Dewi Sundari, S.Pd

The objective of this reseach is to get the empirical description

of

compensation management or helper teacher at public Senior High School in

Banyuasin regency South Sumatera. This Reseach is about: forms and kinds of

compensation received by nelper teachers, compensation's source,

compensation's mechanism, obstacles faced in compensation management and

work performance of helper teachers.

This research used descriptive qualitative approach, and the data

obtained from interview, observation and documentation analysis.

The results showed that compensation management of helper teacher at

public Senior High School in Banyuasin Regency, South Sumatera is not quite

effective. The indicators are: (1) The compensation received can not fulfill

teacher's basic needs ( clothing, food and shelter). (2) Compensation received is

not equitable. (3) The mechanism is still difficult and exspired. (4) There is no

variation of forms and kinds of compensation.

The forms and kinds of compensation received by helper teachers are:

extra teacher incentive, classroom teacher incentive, co/exsrtacullicullar teacher

incentive, transportation, teacher's picket, the examination incentive, the

incentive of evaluating the student's examination, incentive as committees,

official houses, clothing, lebaran bonus, training and educational program!

chance to find additional income, borrowing the money easily, using school

facilities, leave, praising, gretting, and friendship. For honorarium from Central

Government taken from APBN, and other incentives in school is come from

school committees, while

for non monetary comnpensation come from

headmaster, civil sen/ant teachers, students and society. The compensation

meechanism from Central Government is given directly to helper teacher through

bank account. Whereas the compensation from school committees is given

directly through school treasurer. And for non monetary compensation is given

d-rectly

by headmaster, civil servant teachers, students and society in all

situation. The obstacles faced is just about the little of fund. Although with the

little compensation but the helper teacher still shows the good work performance

which is motivated by the desire to be promoting a civil servant teacher.

Based on the research, it can be recommended that: (1) Central

Government and Territory Government give additional incentive to helper

teacher. (2) Government, school, and society find out the way to increase

teacher walfare by searching the new source of educational profit centre (3)

Government make special mechanism for helper teacher compensation's in

remote area. (4) Goverment doing the follow up program from work performance

(5)

ABSTRAK

PENGELOLAAN KOMPENSASI GURU BANTU (Studi Analisis Pengelolaan Kompensasi Guru Bantu Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Di

Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan)

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran secara empirik mengenai pengelolaan kompensasi Guru Bantu pada Sekolah Menegah Atas negeri di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

Penelitian ini membahas mengenai bentuk dan jenis kompensasi yang diterima, sumber kompensasi, mekanisme pemberian kompensasi, kendala-kendala yang dihadapi daiam pengelolaan kompensasi serta kinerja Guru Bantu.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wavvancara, observasi dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan kompensasi Guru Bantu pada Sekolah Menegah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan masih kurang efektif. Indikatornya adalah: (1) kompensasi yang diterima belum dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar (sandang, pangan dan papan). (2) Kompensasi yang diterima belum adil. (3) Mekanisme pemberian kompensasi masih menyulitkan dan tidak tepat waktu. (4) Bentuk dan jenis kompensasi kurang bervariatif.

Bentuk kompensasi yang diterima Guru Bantu dari sekolah antara lain insentif kelebihan mengajar, wali kelas, pembina kegiatan ko/ekstra kurikuler,

tranport, piket guru, membuat soal ujian, mengawas ujian, mengoreksi Iembar jawaban, sebagai panitia, rumah dinas, pakaian dinas, THR, diklat/penataran, kesempatan memperoleh tambahan penghasilan, menggunakan fasilitas sekolah, kemudahan melakukan pinjaman, cuti, pujian, senyuman, salam, sapa,

dan persahabatan.

Untuk kompensasi berupa honorarium dananya bersumber dari Pemerintah Pusat. Kemudian insentif dan kompensasi lainya berasal dari dana komite sekolah. Sedangkan kompensasi nonmoneter bersumber dari kepala sekolah, guru PNS, siswa dan masyarakat.Mekanisme pemberian kompensasi dari Pemerintah Pusat disalurkan melalui rekening masing-masing Guru Bantu, sedangkan kompensasi dari komite sekolah, kepala sekolah guru PNS, dan siswa dilakukan secara langsung.Kendala-kendala yang dihadapi daiam pengelolaan kompensasi adalah terbatasnya dana yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat,*Pemerintah Daerah dan Sekolah. Walaupun dengan jumlah kompensasi yang terbatas, namun Guru Bantu tetap menunjukan kinerja yang cukup baik. Ini dipicu dari keinginan Guru Bantu untuk diangkat menjadi PNS.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat direkomendasikan bahwa:, (1)

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan honor honor tambahan

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMAKASIH iv

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR BAGAN xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Fokus Penelitian 15

C. Pertanyaan Penelitian 17

D. Tujuan Penelitian 18

E. Manfaat Penelitian 19

F. Paradigma Penelitian 20

G. Asumsi 22

H. Definisi Operasional 23

BAB II. LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan Administrasi Pendidikan 26 1. Pengertian Administrasi Pendidikan 26

2. Posisi Guru Bantu Daiam Administrasi Pendidikan ... 30

(7)

1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 32

2. Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia.. 35

C. Pengelolaan Kompensasi 36

1. Pengertian Kompensasi 36

2. Tujuan Kompensasi 38

3. Bentuk dan Jenis-Jenis Kompensasi 41 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompensasi 54

5. Menentukan StrukturGaji 55

6. Asas Kompensasi 58

7. Metode Kompensasi 59

8. Sistem Kompensasi 60

D. Kinerja Guru Bantu 61

E. Efektivitas Pengelolaan kompensasi Guru Bantu 65 F. Selayang Pandang Pelaksanaan Program Guru Bantu.. 68

G. Hasil Penelitian Yang Relevan 77

H. Kesimpulan Landasan Teoritis 79

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian 81

B. Lokasidan Subjek Penelitian 89

C. Teknik Pengumpulan Data 91

D. Instrumen Penelitian 95

E. Pelaksanaan Penelitian 97

(8)

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 100

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN DATA PENELITIAN

A. Hasil Penelitian 107

1. Bentuk dan Jenis Kompensasi Yang di terima Guru Bantu Pada Sekolah Menengah Atas Negeri di

Kabupaten Banyuasin 107

2. Sumber Kompensasi Guru Bantu pada Sekolah

Menegah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin 118 3. Mekanisme Pemberian Kompensasi Guru Bantu pada

Sekolah Menegah Atas Negeri di Kabupaten

Banyuasin 120

4. Kendala-Kendala Yang di Hadapi Daiam Pengelolaan Kompensasi Guru Bantu pada

Sekolah Menegah Atas Negeri di Kabupaten

Banyuasin 124

5. Kinerja Guru Bantu pada Sekolah Menegah Atas

Negeri di Kabupaten Banyuasin 125

B. Pembahasan Hasil Penelitian 139

1. Bentuk dan jenis Kompensasi yang diterima Guru

Bantu pada Sekolah Menegah Atas Negeri di

Kabupaten Banyuasin 139

2. Sumber Kompensasi Guru Bantu pada Sekolah

(9)

3. Mekanisme Pemberian Kompensasi Guru Bantu

pada Sekolah Menegah Atas Negeri di Kabupaten

Banyuasin 153

4.

Kendala-Kendala Yang dihadapi Daiam Pengelolaan

Kompensasi Guru Bantu pada Sekolah Menegah

Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin 167

5.

Kinerja Guru Bantu pada Sekolah Menegah Atas

Negeri di Kabupaten Banyuasin 168

6. Efektivitas Pengelolaan Kompensasi Guru Bantu pada Sekolah Menegah Atas Negeri di Kabupaten

Banyuasin 170

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 180

B. Implikasi 183

C. Rekomendasi 185

DAFTAR PUSTAKA 188

LAMPIRAN-LAMPIRAN 192

BIODATA PENULIS 242

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1. Jumlah Keadaan Guru Sekolah Negeri

4

1.2. Jumlah Keadaan Guru Sekolah Swasta 5

1.3. Jumlah GTT Sekolah Negeri dan Swasta 7

1.4. Keadaan Sekolah Negeri di Kabupaten Banyuasin

8

1.5. Keadaan Sekolah Swasta di Kabupaten Banyuasin

9

2.1. Jumlah Guru Bantu di Kabupaten Banyuasin

71

3.1. Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 101

4.1. Rata-rata Keterampilan Guru Bantu Daiam Menyusun

Rencana Pembelajaran 130

4.2. Rata-rata Keterampilan Guru Bantu Daiam

Melaksanakan Prosedur Mengajar

132

4.3. Rata-rata Keterampilan Guru Bantu Daiam

Melaksanakan Hubungan Antar pribadi

133

4.4. Bentuk.Jenis dan Sumber Kompensasi Serta Mekanisme

Pemberian Komensasi Guru bantu pada Sekolah

Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin

Provinsi Sumatera Selatan

135

4.5. Tunjangan Tenaga Kepndidikan

152

(11)

DAFTAR BAGAN

Bagan Judul Halaman

1.1. Paradigma Penelitian 22

2.1. Ruang Lingkup Wilayah Kerja Administrasi

Pendidikan 29

2.2. Kepanitiaan Program Guru Bantu 69

4.1. Mekanisme Pembayaran Honorium Guru Bantu 121

4.2. Model Keefektifan Pengelolaan Kompensasi Guru Bantu

pada Sekolah Menegah Atas Nhegeri di Kabupaten

Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan 178

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Judul

Halaman

1. Kisi-Kisi Penelitian ig2

2.

Pedoman Telaah Dokumen

196

3.

Pedoman Wawancara

197

4.

Pedoman Observasi

205

5.

Format IPKM

206

6.

Matriks Hasil Penelitian

209

7.

Foto-Foto

221

8.

Surat Keputusan Dosen Pembimbing

224

9. Surat Permohonan Melakukan Penelitian

dari UPI Kepada Dinas Pendidikan Kabupaten

Banyuasin

226

10. Surat permohonan Melakukan Penelitian dari

Upi Kepada LPMP

227

11.

Surat izin Penelitian ke Sekolah-Sekolah

228

12.

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari

Sekolah-Sekolah

229

13. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuasin

238

14. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian

dari LPMP

239

15.

Peta Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten

Banyuasin

240

(13)

BAB1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan wahana untuk rnengembangkan pote-.si yang ada pada diri manusia agar dapat mencapai tujuan yang aiinginkan. Dengan pendidikan diharapkan manusia memiliki kemampuar berfk". kemampuan bertindak dan keterampilan agar dapat bertahan hiaup atau

bahkan berkembang dan menyesuaikan diri terhadap perkembangan

jaman. Hal ini sejalan dengan apa yang dituangkan daiam UU. No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif rnengembangkan potensi dirinya unuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendaiian diri. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Dari pengertian di atas teriihat jelas bahwa pendidikan mencakup berbagai aspek baik emosional, kecerdasan dan keterampilan.

. Sedangkan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia 1945 yang

berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional IndonesiS dan tanggap terhadap tuntutan perubahan jaman.

Pendidikan nasional berfungsi rnengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat daiam

(14)

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakao.

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan bukanlah hal

yang mudah, membutuhkan dan melibatkan berbagai komponen baik rtu

sarana dan parasarana, fasilitas, kurikulum, dana, pengelola pendidikan.

guru, pemerintah, dan masyarakat.

Pemerintah saat ini menghadapi kendala daiam mewujudkan

tercapainya peningkatan mutu pendidikan secara nasional, termasuk

meratanya mutu pendidikan mulai dari ibukota provinsi sampai ke pelosok

daerah. Kendala yang dialami antara lain berasal dari belum meratanya

jumlah guru di masing-masing daerah sesuai dengan kebutuhan.

Jumlah guru yang ada pada saat ini sangat tidak sebanding dengan

jumlah peserta didik, yang setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Ketimpangan rasio guru dan jumlah murid daiam kelas bisa menjadi

hambatan tersendiri daiam penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK) (Kompas, kamis 5 Februari 2004). Ketidakseimbangan jumlah guru

dan jumlah murid tentu saja akan berimplikasi pada kualitas proses belajar

mengajardi kelas yang tidak efektif.

Masalah lain adalah belum teipenuhinya syarat kualifikasi guru

sebagaimana ketentuan yang telah digariskan secara nasional oteh

(15)

penulis paparkan data mengenai kadaan guru baik negeri maupun swasta

di Indonesia pada saat ini.

Keadaan jumlah Guru Sekolah Negeri di Indonesia saat ini adalah

1.633.325 orang dengan rincian satuan pendidikan sebagai berikut:

1. TK terdapat 230 sekolah, 982 rombongan belajar dan 9.515 guru yang terdiri dari 9.209 Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) Depdiknas dan 306 Guru Tidak Tetap.

2. SD terdapat 136.332 sekolah, 997.757 rombongan belajar dan 1.098.359 guru yang terdiri dari 1.045.547 Guru PNS Depdiknas, 7.047

Guru Depag, dan 45.765 Guru Tidak Tetap.

3. SLB terdapat 9.555 guru yang terdiri dari 9.483 Guru PNS Depdiknas,

dan 72 Guru Tidak Tetap.

4. SLTP terdapat 11.244 sekolah, 132.807 rombongan belajar dan

324.296 guru yang terdiri dari 270.248 Guru PNS Depdiknas, 902 Guru

Depag, dan 53.146 Guru Tidak Tetap.

5. SMU terdapat 3.014 sekolah, 42.894 rombongan belajar dan 143.837 guru yang terdiri dari 119.041 Guru PNS Depdiknas, 337 Guru Depag, dan 24.459 Guru Tidak Tetap.

(16)

Untuk melihat gambaran umum gum sekolah negeri baik TK, SD,

SLTP, SMU maupun SMK di Indonesia secara rinci dapat dilihat daiam

tabel 1.1 di bawah ini:

TabeM.1

Jumlah Keadaan Guru Sekolah Negeri

No | Satuan | Sekolah

! Pendidikan

TK 230

Rombongan Belajar

982

PNS Depdiknas Depag

9.209 Tidak tetap 306 Jumlah 9.55

SD 136.332 997.757 1.045.547 7.047 45.765 1.098.359

SLB 9.483 72

9.555 ~l

SLTP 11.244 132.807

SMU 3.014 42.894

270.248 902 119.041 337 53.146 24.459 324.296 | 143.837 |

SMK 791 15.470 38.633 122 9.008 47.763

Jumlah 151.611 1.189.910 1.492.161 8.408 132.756 1.633.325

Sumber: Data Dittendik, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, 2002

Sedangkan jumlah guru pada sekolah swasta saat ini adalah

618.399 dengan rincian satuan pendidikan sebagai berikut:

1. TK terdapat 42.667 sekolah, 83.331 rombongan belajar dan 105.172

guru yang terdiri dari 1.152 Guru PNS-DPk, 54.767 Guru Tetap

Yayasan, 49.077 Guru Tidak Tetap Murni dan 176 Guru Tidak Tetap

PNS.

2. SD terdapat 9.861 sekolah, 82.966 rombongan belajar dan 117.324

guru yang terdiri dari 20.121 Guru PNS-DPk, 59.355 Guru Tetap

Yayasan, 36.594 Guru Tidak Tetap Murni dan 1.347 Guru Tidak'Tetap

PNS.

3. SLB terdapat 4.324 guru yang terdiri dari 2.588 Guru Tetap Yayasan,

(17)

4. SLTP terdapat 9.832 sekolah, 77.239 rombongan belajar dan 174.050 guru yang terdiri dari 15.075 Guru PNS-DPk, 81.755 Guru Tetap

Yayasan, 74.011 Guru Tidak Tetap Murni dan 3.209 Guru Tidak Tetap

PNS.

5. SMU terdapat 4.699 sekolah, 32.749 rombongan belajar dan 106.042 guru yang terdiri dari 8.594 Guru PNS-DPk, 33.428 Guru Tetar Yayasan, 59.878 Guru Tidak Tetap murni dan 4.143 GTT PNS

2. SMK terdapat 4.534 sekolah, 42.754 rombongan belajar dan 111.486 guru yang terdiri dari 5.581 Guru PNS-DPk, 24.706 Guru Tetac Yayasan, 73.851 Guru Tidak Tetap Murni dan 7.618 Guru Tidak Tetac

PNS.

Gambaran keadaan guru_sekoJah_swasia iaaik TK, SD. SLTP. SMU dan SMK di Indonesia saat ini secara rinci dapat dilihat daiam tabel 1.2

berikut ini:

Tabel 1. 2

Jumlah Keadaan Guru Sekolah Swasta

No Satuan Pendidikan

Sekolah Rombel PNS-Dpk Guru GTT GTT Jur-an

Tetap ! Murrs ; PNS Yayasan

1 TK 42.677 83.331 1.52 54.767 149.077 M76, 105 172 2 SD 9.861 82.966 20.121 59.355 : 36.5S4 ; 1.347 ; 11" 324

3 SLB - - - 2.588 | 1.763 - i 4.224

4 SLTP 9.832 77.239 15.075 81.755 : 74.011 3.20S ; 174.050

5 SMU 4.699 32.749 8.594 33.428 : 59.878 4.143 I 106 043

6 SMK 4.534 42.754 5.581 24.706 173.851 : 7.618 i 111 486

7

JUMLAH

j 71.593

319.039 50.523 256.599 295 147 16.493 ; 61S.3S9
(18)

Kemudian jumlah guru tidak tetap (GTT) pada sekolah negeri dan

swasta untuk tahun 2002 terdapat 427.903 orang GTT, yang tersebar

pada berbagai satuan pendidikan sebagai berikut:

1. TK, jumlah GTT adalah 49.383 orang terdiri atas 306 di sekolah negeri

dan 49.077 orang di sekolah swasta.

2. SD, jumlah GTT adalah 82.359 orang terdiri atas 45.765 di sekolah

negeri dan 36.594 orang di sekolah swasta.

3. SLB, jumlah GTT adalah 1.808 orang terdiri atas 72 di sekolah negeri

dan 1.736 orang di sekolah swasta.

4. SLTP, jumlah GTT adalah 127.157 orang terdiri atas 53.146 di sekolah

negeri dan 74.011 orang di sekolahswasta.

5. SMU, jumlah GTT adalah 84.337 orang terdiri atas 24.459 di sekolah

negeri dan 59.878 orang di sekolah swasta.

6. SMK jumlah GTT adalah 82.859 orang terdiri atas 9.008 di sekolah

negeri dan 73.851 orang di sekolah swasta.

Untuk melihat secara lebih jelas keadaan GTT baik negeri maupun

swasta yang ada di Indonesia saat ini dapat dilihat daiam tabel 1.3 di

(19)

Tabel 1. 3

Jumlah GTT Sekolah Negeri dan Swasta

No. S a t u a n GTT pada

Sekolah Negeri

GTT pada

S e k o l a h S w a s t a J u m l a h

1. TK 3 0 6 4 9 . 0 77 4:9.333

2. S D 4=3. 7 6 5 36.594 8 2 . 3 5 9

3. S L B 72 1.73 6 I . 8 O 8

•4. S L T P 53.146 74.011 1 2 7 . 1 5 7

5. SA4U 2 4 . 4 5 9 5 9 . 3 78 8 4 . 3 3 7

6. ShAK 9. 008 73.351 8 2 . 8 5 9

fimrlah 1 3 2 . 7 5 6 2 3 5 . 1 4 7 4 2 7 . 9 0 3

(Sumber.Dittendik. Ditjen Dikdasmen.Depdiknas, 2002)

Berdasarkan data tersebut terlihat jelas bahwa jumlah guru yang ada pada saat ini sangat jauh dari cukup, walaupun ditambah dengan jumlah GTT yang ada itu belum bisa menutupi kekurangan gum saat ini apa lagi jika dikaitkan dengan masalah ketidak merataanya persebaran

guru.

Di Kabupaten Banyuasin sendiri pada tahun 2004 ini memiliki 581 sekolah, 4856 rombongan belajar, dan 194.280 siswa yang terdiri dari 181.960 siswa sekolah negeri dan 12.320 siswa pada sekolah swasta untuk semua jenjang pendidikan.

(20)

TK belum ada sekolah negeri.

1 SD terdapat 448 sekolah dengan 4149 rombongan belajar, 165.960

siswa, 4115 gum PNS, 247 GTT dan 515 Gum Bantu.

c. SMP terdapat 31 sekolah dengan 293 rombongan belajar, 11.700

siswa 464 gum PNS, 144 GTT dan 78 Guru Bantu.

d. SMA terdapat 11 sekolah dengan 89 rombongan belajar, 3560 siswa,

158 guru PNS, 51 GTT dan 37 Guru Bantu.

e. SMK belum ada sekolah negeri.

Untuk melihat gambaran keadaan sekolah negeri yang ada di

Kabupaten Banyuasin dapat dilihat daiam tabel 1.4 sebagai berikut:

Tabel 1.4

Keadaan Sekolah Negeri di Kabupaten Banyuasin

NC | Jenjang |

Pendidikan Jumlah : Sekolah j i Rombongan Belajar Jumlah ! Siswa Jumlah j

Guru PNS I

Jumlah |

GTT

j

Jumlah Guru Bantu Jumlah Guru

1 TK —^ i

-- -

-" -"

2 SD 448 4149 165.960 4115 247 515 4877

3 SMP 31 293 11.720 464 144 78 686

4 SMA 11 89 3.560 158 51 37 246

5 SMK

-- .

I

Jumlah 490 4531" 181.960 4.737 442 630 5809

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuasin 2004.

Sedangkan keadaan sekolah swasta yang ada di Kabupaten

Banyuasin berdasarkan jenjang pendidikan adalah sebagai berikut:

a. TK terdapat 26 sekolah swasta dengan 26 rombongan belajar dan 5

(21)

b. SD terdapat 8 sekolah, 48 rombongan belajar, 1920 siswa, dan 247

Gum Bantu.

c. SMP berjumlah 36 sekolah, 159 rombongan belajar, 3 orang gum

PNS, 535 GTT dan 26 Guru Bantu.

d. SMA berjumlah 16 sekolah yang terdiri dari 75 rombongan belajar

3000 siswa dan 15 Guru Bantu.

e. SMK terdapat 5 sekolah yang terdiri dari 18 rombongan belajar, 720 siswa satu orang gum PNS dan 65 GTT.

Untuk melihat gambaran keadaan sekolah swasta yang ada di Kabupaten Banyuasin secara rinci dapat dilihat daiam tabel 1.5 berikut:

Tabel 1.5

Keadaan Sekolah Swasta di Kabupaten Banyuasin

NO Jenjang Pendidikan Jumlah Sekolah Rombongan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Guru PNS Jumlah GTT Jumlah Guru Bantu Jumlah Guru

1 TK 26 26 1040 - - 5 5

2 SD 8 48 1920 - - -

-3 SMP 36 159 6360 3 535 26 564

4 SMA 16 75 3000

-\

15 15

5 SMK 5 1.8 720 1 65 - 66

Jumlah 91 326 12.320 4 600 46 650

Sumber: Dina? Pendidikan Kabupaten Banyuasin 2004

(22)

10

forang, walau pun telah di tambah dengan Gum Bantu yang

^fruSSiqamlah 676 orang.

Khusus untuk sekolah Menengah Atas, jumlah kebutuhan gum

sehamsnya 383 orang baik negeri ataupun swasta. Untuk sekolah swasta

sehamsnya tersedia 175 orang gum namun pada kenyataanya sekolah

swasta belum mempunyai guru tetap, mereka hanya menggantungkan

proses belajar mengajar pada guru PNS yang mengajar di sekolah negeri.

Hal ini diperparah dengan hanya disediakan 15 orang Guru Bantu pada

sekolah swasta.

Pada sekolah negeri, sehamsnya jumlah gum yang tersedia telah

mencukupi, namun karena tidak meratanya persebaran gum, yang

diakibatkan oleh menumpuknya gum, khususnya gum yang berstatus

PNS di sekolah yang berada di pinggiran kota maka untuk daerah

terpencil seperti kecamatan Muara Padang, Kecamatan Telang Jaya,

Kecamatan Makarti Jaya dan Kecamatan Pulau Rimau sangat kekurangan

gum.

Dengan disadarinya bahwa gum merupakan faktor sentral daiam

proses belajar mengajar, maka kecukupan gum serta terpenuhinya syarat

kualifikasi gum mempakan pematian utama Pemerintah Pusat saat ini

khususnya Departemen Pendidikan Nasional. Dilain pihak daiam kurun

waktu lima tahun terakhir usulan formasi untuk memenuhi kecukupan gum

belum dapat terpenuhi. Rata-rata usulan kebutuhan gum bam dapat

(23)

11

PNS. Ini berarti Pemerintah Pusat belum mampu mengangkat PNS guru

secara memadai. Apalagi dengan diberiakukannya otonomi daerah

sekarang ini, Pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten belum mampu mengangkat gum bam sebagai Pegawai Daerah. Alasan yang sering dikemukakan adalah tidak cukupnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk menambah jumlah guru khususnya yang berstatus PNS. Sementara itu tuntutan pedidikan di lapangan memerlukan tambahan jumlah guru yang tidak sedikit.

Untuk mengatasi kekurangan guru tersebut, pemerintah daiam jangka pendek mengupayakan rekrutmen gum melalui program pengadaan Gum Bantu dengan Keputusan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 034/U/2003 tentang Gum Bantu, yang dilakukan melalui ikatan kerja dengan sistem kontrak, yang jangka waktu pelaksanaanya adalah (tiga) tahun terhitung mulai tahun 2003 sampai dengan 2005.

Gum Bantu adalah guru bukan pegawai negeri yang berkedudukan sebagai Pegawai Departemen Pendidikan Nasional yang ditugaskan secara penuh pada sekolah ( Kepmendiknas No 034/U/2003).

(24)

12

Berdasarkan tujuan tersebut diharapkan

manfaat yang diperoleh

dari pengadaan Gum Bantu adalah: Meningkatkan kegiatan belajar

mengajar (KBM) secara efektif dan efisien; Meningkatkan mutu pendidikan

secara nasional; Menghindari kesenjangan mutu pendidikan antar daerah.

Sedangkan

sasaran

program Gum Bantu adalah Guru Tidak Tetap

(baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta) dan lulusan LPTK bam

yang memenuhi kriteria yang ditentukan.

Kebijakan pengadaan Guru Bantu

mempunyai sisi positif dan

negatif. Sisi positifnya antara lain; 1) pemerintah dapat memenuhi jumlah

kekurangan gum

di berbagai kota/kabupaten, 2) memberikan peluang

bagi lulusan LPTK yang masih menganggur, dan 3) memungkinan

terseleksinya guru yang benar-benar 'berkualitas' daiam arti mengurangi

kemungkinan terjadinya kompsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Sedangkan dampak negatifnya antara lain; dengan statusnya

menjadi gum kontrak dengan imbalan yang relatif kecil, kalau tidak mau

dikatakan tidak memenuhi upah minimum regional (UMR), dengan tugas

dan kewajiban yang sama dengan guru tetap/Pegawai Negeri Sipil (PNS)

dikhawatirkan proses belajar mengajar yang dilakukan tidak maksimal,

atau malah dapat dikatakan gum bantu tidak "lilo"( ikhlas) terhadap apa

yang dikerjakan, yang berakibat pada kualitas pelayanan kepada siswa

tidak maksimal.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Yardi (2003:4) mengungkapkan

(25)

13

Bagaimanapun kebijakan yang dibuat tidak akan luput dari baik

bumknya. Begitu juga terhadap kebijakan pengadaan Guru Bantu

ada beberapa nilai positif; 1) terbukanya kesempatan bagi calon

guru., 2) terseleksinya guru yang berkualitas., 3) tertutupinya kekurangan gum disekolah-sekolah yang selama ini kurang. Sedangkan nilai negatifnya antara lain; 1) dikhawatirkan pengajaran

yang diberikan tidak berkualitas dan tidak mencapai sasaran., 2) dikhawatirkan Guru Bantu mencari rpekerjaan lain yang lebih menjanjikan buat kehidupan mereka. Hal ini bisa saja terjadi karena tidak adanya jaminan masa depan yang lebih baik bagi mereka untuk diangkat menjadi PNS setelah kontrakan berakhir., 3) secara psikologis bisa saja Guru Bantu akan merasa minder terhadap guru lainya yang merupakan PNS.

Dari paparan diatas nampak jelas bahwa baik nilai positif maupun negatif dari pengangkatan Gum Bantu akan berdampak langsung ataupun tidak langsung terhadap peserta didik, kualitas belajar mengajar, dan secara umum pada kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu, pengelolaan Guru Bantu hams benar-benar dilakukan secara seksama, agar proses belajar mengajar (PBM) tidak terganggu dan guru dapat melakukan tugas dan kewajibanya secara professional.

Kenyataan di lapangan mengatakan lain, pengelolaan Guru Bantu belum dilakukan secara maksimal, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya masalah-masalah yang timbul, mulai dari perencanaanya, perekmtan, penempatan, pembinaan, dan juga kompensasinya.

(26)

14

(PNS) yang mencukupi padahal di beberapa sekolah yang berada di

daerah terpencil/daerah pedalaman sangat sedikit sekali jumlah gurunya.

Ini menunjukan bahwa perencanaan perekrutan dan penempatan gum

bantu dilakukan tanpa melakukan proyeksi teriebih dahulu mengenai jenis

Guru Bantu yang dibutuhkan, mata pelajaran apa, dan disekolah mana

yang benar-benar membutuhkan gum bantu tersebut.

Dilihat oari pembinaanya Gum Bantu sedikit sekali mendapatkan

pembinaan baik dari sekolah ataupun dari pemerintah. Pembinaan yang

dimaksud ialah pembinaan mengenai proses belajar mengajar ataupun

pembinaan karir mereka selanjutnya yang sangat tidak jelas.

Kemudian mengenai kompensasi/tingkat kesejahteraan mereka

baik dari segi bentuk dan jenis kompensasi yang mereka terima, jumlah

kompensasi

Q\ka

berupa uang) dan non uang dengan tugas dan

kewajiban yang relatif sama dengan gum tetap (PNS) apakah ini dapat

dikatakan adil. Selain itu mekanisme pemberian kompensasi yang masih

membingungkan dan pembayaran kompensasi yang tidak tepat waktu

serta masih seringnya dilakukan pemotongan-pemotongan gaji yang

sangat tidak jelas tujuan dan manfaatnya.

Padahal kita ketahui bersama bahwa imbalan, terutama gaji adalah

salah satu faktor penentu kinerja pegawai termasuk gum. Besar kecilnya

(27)

15

tinggi kesungguhan, komitmen, dan produktivitas kerja, serta makin kecil

tindakan indisipliner (Supriyadi, 1999:43-44).

Berdasarkan paparan diatas penulis merasa tertarik untuk meneliti mengenai pengelolaan kompensasi bagi Gum Bantu pada Sekolah

Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin. Penulis mencoba mengekspolasi bentuk dan jenis kompensasi yang mereka terima (selain honorium sebesar Rp.460.000), sumber kompensasi untuk Guru Bantu, mekanisme pemberian kompensasinya, masalah-masalah yang dihadapi daiam pengeloiaan kompensasi, serta bagaimana kinerja Guru Bantu itu

sendiri.

Mengingat 40 % kondisi pendidikan di Kabupaten Banyuasin masih tertinggal maka pengelolaan Gum Bantu, khususnya pengelolaan kompensasinya hams benar-benar 'dimanage' dengan baik agar sumber

daya manusia di Kabupaten Banyuasin tidak tertinggal dengan

kabupaten-kabupaten lainya di Indonesia.

B. Fokus Penelitian

Keberhasilan pembangunan pendidikan ditentukan oleh kualitas gum sebagai pelaksana pendidikan dilapangan. Oleh karena itu, gum merupakan tulang punggung keberhasilan program pendidikan. Tanpa

adanya gum yang cakap dan professional, program-program pendidikan

yang dibangun diatas konsep-konsep yang cerdas dan dirancang

(28)

16

Kondisi di lapangan menunjukan bahwa jumlah gum yang ada

pada saat ini sangat tidak sebanding dengan jumlah murid yang ada.

Dilain pihak, dana untuk mengangkat gum tetap (PNS) sangat tidak

mencukupi, maka pemerintah membuat suatu kebijakan mengangkat Guru

Bantu.

Kebijakan apapun yang di keluarkan pemerintah pasti mengandung

resiko, walaupun tujuan dikeluarkanya kebijakan tersebut demi kemajuan

dan peningkatan kualitas hidup manusia. Begitu juga keputusan

pengadaan Guru Bantu daiam pelaksanaanya banyak terjadi

masalah-masalah, baik itu dari segi perencanaan, pengadaan (perekrutan dan

seleksi), penemoatan, orientasi dan pelatihan, pengembangan karir,

penilaian kinerja, kompensasi serta pemutusan hubungan kerja.

Kompensasi

merupakan

salah

satu

faktor

yang

sangat

mempengaruhi kualitas kinerja dan profesionalisme gum termasuk Guru

Bantu, dan pada akhimya ini akan dapat mempengaruhi mutu pendidikan

kita. Masalah-masalah yang dihadapi oleh Guru Bantu mengenai

kompensasi sangat kompleks, mulai dari bentuk dan jenis kompensasi

yang

masih

tidak jelas dan jumlahnya yang

sangat

minim,

metode/mekanisme pemberian kompensasinya, serta tingkat kelayakan

kompensasi yang mereka terima. Masalah-masalah tersebut muncul dapat

diakibatkan oleh lemahnya kemampuan pengelolaan kompensasi Gum

Bantu itu sendiri. Berdasarkan paparan di atas, maka fokus dari penilrtian

(29)

17

Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabuapten Banyuasin Propinsi

Sumatera Selatan.

C. Pertanyaan Penelitian

Adapun fokus daiam penelitian ini adalah: "Bagaimanakah

pengelolaan kompensasi Gum Bantu pada Sekolah Menegah Atas Negeri

di Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan?"

Untuk mengetahui proses pengelolaan kompensasi bagi Guru Bantu di Kabupaten Banyuasin, maka penulis merumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bentuk dan jenis kompensasi apakah yang diterima oleh Guru Bantu pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin

Provinsi Sumatera Selatan?

2. Darimanakah sumber kompensasi Gum Bantu pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera

Selatan?

3. Bagaimana prosedur/mekanisme pemberian kompensasi Gum Bantu pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin

Provinsi Sumatera Selatan?

(30)

18

5. Bagaimanakah kinerja Guru Bantu pada Sekolah Menengah Atas

Negeri di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan kondisi yang diharapkan setelah

proses penelitian selesai dilaksanakan. Tujuan penelitian akan menjadi

pedoman atau pegangan selama proses penelitian beriangsung. Adapun

tujuan penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang pengelolaan kompensasi Gum Bantu pada Sekolah Menengah

Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan daiam

upaya meningkatkan mutu pendidikan.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah memperoleh

gambaran mengenai:

a. Bentuk kompensasi yang diterima Gum Bantu pada Sekolah

Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera

Selatan.

b. Sumber kompensasi Gum Bantu pada Sekolah Menengah Atas Negeri

(31)

c. Prosedur/mekanisme pemberian

kompensasi

Guru

Bantu

pada

Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin Provinsi

Sumatera Selatan.

d. Kendala-kendala yang dihadapi daiam pengelolaan kompensasi Gum

Bantu pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin

Provinsi Sumatera Selatan.

e. Kinerja Gum Bantu pada Sekolah Menengah Atas Negeri di

Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

E. Manfaat Penelitian 1). Segi Teori

Secara teoritis, dengan adanya penelitian ini, insyaAlllah akan bermanfaat bagi pengelolaan pendidikan, memperkaya kajian keiimuan serta pengembangan konsep tentang pengelolaan sumber daya manusia, terutama pengelolaaan tenaga kependidikan, khususnya pengelolaan kompensasi Gum Bantu.

2). Segi Praktek

(32)

20

bahan

pertimbangan

daiam

pembuatan

kebijakan

pengelolaan

kompensasi Gum Bantu pada tahun-tahun berikutnya.

F. Paradigma Penelitian

Menumt Bogdan dan Bicklen (Moleong, 2002:30) 'paradigma

adalah

kumpulan

longgar dari

sesjumlah asumsi yang dipeggang

bersama konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan

penelitian.' Hampir sejalan dengan pendapat tersebut Sugiyono (2001:25)

menjelaskan bahwa:

Paradigma adalah pandangan atau model, atau pola yang

dapat menjabarkan berbagai hal yang akan diteliti kemudian

membuat hubungan antara satu dengan yang lain, sehingga akan

mudah dimmuskan masalah penelitianya, pemilihan teori yang

relevan

rumusan

hipotesis yang diajukan,

metoda strategi

penelitian, instrumen penelitian, teknik analisa yang akan

digunakan serta kesimpulan yang diharapkan.

Dari ketiga pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

paradigma penelitian merupakan cara pandang seseorang daiam

menghadapi suatu masalah. Adapun paradigma daiam penelitian ini dapat

digambarkan daiam bagan 1.1.

Berdasarkan bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa kebijakan

pengadaan Gum Bantu sebenamya lahir dari kondisi dimana kebutuhan

gum semakin meningkat tiap tahunnya seiring dengan bertambahnya

jumlah peserta didik yang tidak diimbangi dengan pengadaan gum secara

(33)

mengangkat PNS gum. Apalagi dengan diberlakukanya otonomi

saat ini, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota belum mampu mengaruf

gum sebagai pegawai daerah dengan alasan tidak cukupnya Pendapatan

Asli Daerah (PAD).

Oleh karena itu akhirnya Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan untuk merekmt Gum Bantu dengan SK Mendiknas no

034/U/2003 tentang Gum Bantu.

Jika hal tersebut dikaitkan dengan administrasi pendidikan, teori manajemen sumber daya manusia, khususnya mengenai kompensasi, maka timbul kegelisahan yang timbul daiam diri penulis mengenai fenomena di lapangan yaitu bentuk dan jenis kompensasi apa saja yang diterima Guru Bantu selain gaji 460.000 Ribu Rupiah, sumber kompensasi, prosedur/mekanisme pemberian kompensasi, kendala-kendala yang dihadapi daiam pengelolaan kompensasi tersebut dan

bagaimana kinerja Gum Bantu.

Setelah penelitian dilakukan dan menganalisis temuan-temuan

kemudian penulis memberikan sumbang saran berdasarkan hasil analisis

data

kepada

pihak-pihak

yang

terkait

yaitu

pengambil

kebijakan

(Pemerintah Pusat, Dinas Pendidikan Nasional), Pemerintah Kabupaten Banyuasin, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuasin, Sekolah

(kepala Sekolah), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) dan lain

sebagainya

untuk dijadikan

bahan

pertimbangan

daiam

membuat

(34)

Bagan 1.1 Paradigma Penelitian

Kondisi Empirik

Kekurangan guru

Pemerintah Pusat/Daerah tidak memiliki dana untuk mengangkat PNS

guru

Banyaknya Lulusan LPTK yang menganggur

?2

Kebijakan Pemerintah untuk mengangkat Guru Bantu (SK

Mendiknas No 034/U/2003)

Proses Teori MSDM Khususnya Teori

Kompensasi

Feedback

Keaelisahan/Masalah

1. Bentuk dan jenis kompensasi

2. Sumber kompensasi 3. Mekanisme kompensasi 4. Kendala-kendala pengelolaan

kompensasi 5. Kinerja Guru Bantu

Saran Penulis Embrio

pemikiran

G. Asumsi

Penelitian ini dilakukan dengan bertitik tolak dari asumsi-asumsi

sebagai berikut:

t- Pengelolaan tenaga kependidikan, khususnya

pengelolaan gum

bantu periu dilakukan dengan seksama karena guru merupakan

ujung tombak dari pelaksanaan program pendidikan.

2. Pengelolaan tenaga kependidikan mencakup berbagai fungsi

antara

lain

perencanaan,

rekmrtmen,

seleksi,

penempatan,

(35)

23

3. Kompensasi mempakan salah satu elemen terpenting yang hams diperhitungkan daiam pengelolaan tenaga kependidikan, karena tanpa adanya manajemen kompensasi yang baik bagi tenaga kependidikan (Guru Bantu) maka pendidikan secara umum dan proses belajar mengajar secara khusus tidak akan dapat berjalan. 4. Jika pengelolaan kompensasi Guru Bantu dilakukan dengan baik

maka gum akan menampakan kinerja yang optimal karena selumh

kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Dengan demikian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai dan

mutu pendidikan kita akan semakin membaik kondisinya.

H. Definisi Operasional

1. Pengelolaan

Menurut Sutisna (Tim Dosen Administrasi Pendidikan, 2002:1)

bahwa kata pengelolaan sebenamya memiliki makna yang sama dengan

istilah manajemen. Sedangkan istilah manajemen sama artinya dengan

administrasi.

Sedangkan pengertian administrasi adalah keseluruhan proses

dengan sumber-sumber manusia dan materil yang cocok dibuat tersedia dan efektif bagi pencapaian maksud organisasi secara efisien, ini

dijalankan melalui

upaya-upaya bersama

dengan orang-orang

(Sutisna,

(36)

24

Senada dengan pengertian diatas, Fattah (1999:1) menyatakan

bahwa manajemen diartikan sebagai "proses merencana,

mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan

segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan

efisien".

Oleh karena itu pengelolaan pendidikan dapat diartikan sebagai

proses untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi segala

kegiatan agar tujuan organisasi dapat tercapai.

Pengelolaan daiam konteks penelitian ini berarti bagaimana proses

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi/pengawasan kompensasi Gum

Bantu dilaksanakan.

2). Kompensasi

Menurut Mondey and Noe (Marwansyah dan Mukaram,2000:127) bahwa kompensasi yaitu setiap bentuk imbalan yang diperoleh seseorang sebagai balasan atas kontribusinya terhadap organisasi.

Kompensasi daiam penelitian ini foerartj semua bentuk imbalan yang ditsrima oleh Gum Bantu baik yang bersifat moneter ataupun non

moneter.

3). Gum Bantu.

(37)

25

bukan pegawai negeri yang berkedudukan sebagai pegawai Departemen

Pendidikan Nasional yang ditugaskan secara penuh pada sekolah."

Gum Bantu daiam penelitian ini adalah gum bukan pegawai negeri

yang berkedudukan sebagai Pegawai Departemen Pendidikan Kebupaten

(38)

f

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

Suatu penelitian akan berhasil dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan jika daiam proses penelrtianya menggunakan metode yang tepat. Oleh karena itu pada bab ini akan memaparkan

secara bertumt-turut tentang: metode penelitian, lokasi dan subjek

penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian. pelaksanaan penelitian, teknik analisa data penelitian, dan teknik keabsahan data

penelitian.

A. Metode penelitian

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa tujuan utama dari

penelitian ini adalah untuk rnendeskripsikan mengenai pengelolaan

kompensasi Gum Bantu pada Sekolah Menengah Atas di Kabupaten

Banyuasin Propinsi Sumatra Selatan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut

maka penulis menggunakan metode deskriptif-analitis dengan pendekatan

kualitatif.

Winamo Surachmad (1988:19) menjelaskan bahwa:

Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Ini berarti bahwa penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan fenomena yang sebenamya di lapangan saat ini untuk mencarikan jalan keluar dari permasalahan

tersebut.

(39)

82

pengelolaan kompensasi Guru Bantu pada Sekolah Menengah Atas

Negeri yang ada di Kabupaten Banyuasin, untuk menganalisisnya,

mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi dan mencarikan jalan

keluar dari permasalahan tersebut.

Sedangkan pendekatan yang digunakan daiam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif yang berarti bahwa penelitian ini dilakukan daiam

kondisi objek yang alami. Seperti yang dikemukakan oleh Bogdan dan

Bicklen (1982:31) bahwa "pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk

meneliti kondisi objek yang alami." Kemudian Kirk dan Miller (Moleong ,

2002:3) mendefinisikan bahwa:

Penelitian

kualitatif

adalah

tradisi

tertentu

daiam

ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

pengamatan pada manusia

daiam kawasanya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut daiam bahasanya dan

daiam peristiiahannya.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

daiam penelitian kualitatif manusialah sebagai instmmen utama penelitian

yang menghasilkan date deskriptif tentang suatu objek secaraalami.

Guba dan Lincoln (Alwasilah, 2002:104-107) memaparkan empat

belas karakteristik penelitian kualitatif, antara lain:

(1).

Latar alamiah.

Secara ontologis suatu objek mesti dilihat daiam

(40)

83

(2).

Manusia sebagai instrumen.

Cakupan teritorial penelrtian yang

luas itu mempertontonkan interaksi saling mempengamhi dengan

tingkaten yang berbeda. Instmmen konvensional yang a priori yang

dipersiapakan teriebih dahulu oleh peneliti atau pelaksana tidak

akan sanggup beradaptasi secara fleksibel dengan

realitas yang

bermacam ragam tersebut. Hanya manusialah yang akan sanggup

menyesuaikan diri dan berinteraksi secara tuntas dengan fenomena

yang sedang dipelajari.

(3).

Pemanfaatan

pengetahuan

non-proposisional.

Peneliti

naturalistis melegitimasi penggunaan intuisi, perasaan, firasat, dan

pengetahuan lain yang tidak terbahasakan

(tacit knowledge)

selain

pengetahuan

proposional

(propositional

knowledge)

karena

pengetahuan yang tidak terbahasakan banyak dipergunakan daiam

proses interaksi antara peneliti dan responden.

Pengetahuan itu

juga

banyak diperoleh dari responden utama sewaktu penelitian

'mengintip' nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap yang tersembunyi (tak

terbahasakan) pada responden.

(4).

Metode-metode kualitatif.

Peneliti kualitatif memilih metode-metode

kualitatif karena metode-metode inilah yang lebih mudah

diadaptasikan dengan realitas yang beragam dan saling berinteraksi.

Mereka juga lebih sensrtif terhadap segala aspek dan perubahan

(41)

84

(5). Sampel purposif.

Pemilihan sample secara purposif ateu

teoritis-bukanya acak atau representative-disebabkan peneliti ingin

meningkatkan cakupan dan jarak data yang dicari demi

mendapatkan realitas yang berbagai-bagai, sehingga segala

penemuan akan terlandaskan

secara lebih mantap karena

prosesnya melibatkan kondisi dan nilai lokal yang semuanya saling

mempengaruhi.

(6). Analisis data secara induktif. Metode induktif dipilih ketimbang

metode deduktif karena metode ini lebih memungkinkan peneliti

mengidentifikasi realitas yang berbagai-bagai dilapangan, membuat

interaksi antara peneliti dan responden lebih eksplisit, nampak dan

mudah dilakukan, dan memungkinkan identifikasi aspek-aspek yang

saling mempengamhi.

(7).

Teori dilandaskan pada data di lapangan.

Para peneliti naturalistis

mencari teori yang muncul dari date. Mereka tidak berangkat dari

teori a priori karena teori ini tidak akan mampu menjelaskan

berbagai temuan (realitas dan nilai yang bakal dihadapi dilapangan.

" Mereka percaya bahwa kebenaran seyogianya teriihat dan teralami

sendiri bersama responden dilapangan. Yang mereka cari adalah

pengertian dan sudut pandang bam.

(8).

Desain penelitian mencuat secara alamiah.

Para peneliti memilih

desain penelitian muncul, mencuat, mengalir secara bertahap, bukan

(42)

85

mungkin desain yang telah dibuat kaku dan bias mewadahi

berbagai realitas yang saling berinteraksi di lapangan. Desain yang

muncul itu justm merupakan akibat dari fungsi interaksi antara peneliti dan responden dan ini memang tidak dapat diprediksi di awal penelitian.

(9). Hasil penelitian berdasarkan hasil negoisasi. Para peneliti

naturalistis ingin melakukan negoisasi dengan responden untuk memahami makna dan intrepretasi mereka ihwal data yang memang didapat dari mereka. Para peneliti melakukan rekonstmksi

terhadap konstmksi responden ihwal realitas, dan ini tentunya

bergantung pada kualitas dan intensitas interaksi antara yang

mengetahui dengan apa yang diketahui. Responden ada daiam

posisi terbaik untuk memahami dan memberi tafsir akan berbagai

pola nilai setempat.

(10).

Cara pelaporan kasus.

Gaya pelaporan ini lebih cocok ketimbang

cara pelaporan saintifik yang lazim pada penelitian kuantitetif, sebab

pelaporan kasus lebih mudah diadaptasikan terhadap deskripsi

realitas di lapangan yang dihadapi para peneliti. Juga mudah diadaptasi untuk menjelaskan hubungan antara peneliti dengan responden. Dengan pelaporan ini, peneliti dengan mudah dapat

menggambarkan posisi peneliti, teori yang dianut, paradigma

metodologi, dan nilai-nilai kontekstual di seputer fenomena yang

(43)

86

(11).

Interpretasi

idiografik:

Data

yang

terkumpul

termasuk

kesimpulannya akan diberi tafsir secara idiografik, yaitu secara

kasus, khusus, dan kontekstual, tidak secara nomotesis, yakni

berdasarkan

hukum-hukum

generalisasi.

Interpretasi demikian

memang

tepat

karena

interpretasi

yang

bermakna adalah

interpretasi berdasarkan realitas dan nilai-nilai lokal dan kontekstual.

(12). Aplikasi tentetif: Peneliti naturalistis kurang berminat (ragu-ragu)

untuk membuat klaim-klaim aplikasi besar dari temuanya karena

realitas yang dihadapinya bermacam-macam. Setiap temuan adalah

hasil interaksi peneliti dengan responden dengan memperhatikan

nilai-nilai dan kekhususan lokal, yang mungkin sulit direplikasi dan

diduplikasi, jadi memang sulit untuk ditarik genaralisasi.

(13). Bates penelitian ditentukan fokus. Ranah teritorial penelitian

kualitatif sangat ditentukan oleh fokus penelitian yang memang

mencuat ke permukaan. Fokus demikian memungkinkan interaksi

lebih mantap antara peneliti dan responden pada konteks tertentu.

(14). Keterpercayaan dengan kriteria khusus: Istilah-istilah seperti *internal validity, ekstemal validity, reliability, dan objectivity

(44)

87

Sedangkan

kehebatan

paradigma kualitatif menurut Maxwell

(Alwasilah, 2002:107) antara lain:

Pemahaman makna:

makna disini merujuk pada kognisi, afeksi,

intensi, dan apa

saja yang terpayungi

dengan istilah 'perspektif

partisipan'. perspektif para responden tidak terbatas pada laporan

mereka ihwal suatu kejadian atau fenomena saja, melainkan juga

apa dibalik perspektif itu.

Peneliti bukan saja tertarik pada aspek

fisik dari kejadian

atau tingkah laku responden, melainkan juga

bagaimana mereka memaknai semua itu, dan bagaimana makna

itu mempengaruhi tingkah laku responden.

Pemahaman konteks tertentu: Daiam penelitian kualitatif perilaku

responden

dilihat daiam konteks

tertentu dan pengamh konteks

terhadap tingkah laku itu. Peneliti kualitetif lazimnya berkonsentrasi pada sejumlah orang atau situasi yang relatif sedikit dan perhatianya

terkuras habis habisan pada analisis kekhasan kelompok ateu

situasi itu saja. Pengumpulan date dari banyak responden atau

situasi tidaklah menarik bagi peneliti kualitetif. Justm dengan pisau

kualitetif para peneliti malah mampu membedah kejadian, situasi,

dan perilaku dan bagaimana semua ini dipengaruhi oleh sang 'situasi' yang perkasa.

(45)

88

pengaruh bam adalah' terhormat' clan berpotensi sebagai data

untuk membeking hipotesis kerja.

Kemunculan teori berbasis data (grounded theory)

Teori yang

sudah jadi atau pesanan, atau a priori tidaklah mengesankan kaum

naturalis, karena teori-teori ini akan kewalahan jika disergap oleh

informasi, kejadian, perilaku, suasana, dan pengamh bam daiam

konteks baru.

.

Pemahaman proses:

Para peneliti naturalis berupaya untuk lebih

memahami proses (daripada produk) kejadian atau kegiatan yang

diamati. Proses yang membantu perwujudan fenomena itulah yang

paling berkesan, bukanya fenomena itu itu sendiri.

.

Penjelasaan sababiyah (kausal exsplanation):

Daiam hal ini

penelitian kualitatif bukan menanyakan hubungan antara x dan y,

tetapi sejauh mana Xmemainkan peranan sehingga menyebabkan

Y.

Berdasarkan paparan diataslah peneliti merasa bahwa penelitian

yang dilakukan penulis sangat tepat jika menggunakan pendekatan

kualitatif agar hasil penelitian ini lebih bermakna dan lebih mendalam.

Dengan demikian, ditegaskan kembali oleh penulis bahwa pendekatan

kualitatif ini dijadikan dasar daiam pengumpulan date yang selanjutnya

dijadikan pedoman daiam melakukan analisis dan mendeskripsikan hasil

(46)

89

kompensasi Gum Bantu pada Sekolah Menengah Atas Negeri di

Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di Propinsi

Sumatera Selatan, tepatnya di kabupaten Banyuasin yang merupakan

Kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Musi Banyuasin

berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2002

tentang Pembentukan

Kabupaten Banyuasin di Propinsi Sumatera

Selatan.

Luas wilayah Kabupaten Banyuasin adalah 11,822,99 km2 yang

terdiri dari 11 Kecamatan, yaitu: Kecamatan Banyuasin 1, Kecamatan

Banyuasin II, Kecamatan Banyuasin III, Kecamatan Puiau Rimau,

kecamatan Betung, Kecamatan Rantau Bayur, Kecamatan Talang Kelapa,

Kecamatan Muara Padang, Kecamatan Rambuten, Kecamatan Muara

Telang, dan Kecamatan Makarti Jaya. Gambaran lokasi/pete penelitian

dapat dilihat pada lampiran.

Pada tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin 654,286

jiwa dengan laju pertambahan penduduk rate-rate 1,04% per tahun.

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan Dinas Pendidikan kabupaten

Banyuasin, khususnya di sekolah-sekolah negeri

yang tersebar di

sebelas Kecamatan se kabupaten Banyuasin. Sedangkan penentuan

(47)

90

dengan tujuan penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Nasution (1996:29) bahwa:

Tidak ada pengertian populasi daiam penelitian ini. Sampling

berbeda tafsirnya. Sampling adalah pilihan peneliti aspek apa dari

peristiwa apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat dan situasi

tertentu dan karena itu dilakukan terus

menems sepanjang

penelitian. Sampling bersifat purposif yakni tergantung pada tujuan

fokus pada suatu saat.

Berdasarkan hal tersebut maka daiam penelitian ini peneliti

menggunakan

purposif sampling

dan

snowball sampling

agar data yang

didapatkan lebih akurat. Adapun subjek dari penelitian ini adalah:

1.

Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuasin (Komite dan tim sekretariat

Gum Bantu, dan Kepala Dinas Pendidikan, beserta stefnya);

2. Kepala Sekolah;

3. Gum tetap (PNS)

4. Gum Bantu.

5. Siswa

Sebagai data tambahan penulis juga melakukan penelitian di

Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Sumatera Selatan,

Selaku Panitia Gum Bantu Tingkat Provinsi yang terdiri dari Komite dan

Tim Sekreteriat Pelaksana Program Gum Bantu, Kepala Seksi Sumber

Daya Manusia LPMP, dan Kepala Data dan informasi LPMP.

Untuk menjaring date yang lebih akurat dan mendapatkan informasi

yang lebih jelas peneliti juga melakukan konfirmasi kepada

Pengawas

(48)

C. Teknik Pengumpulan Data

Daiam setiap penelitian pasti diperiukan data sebagai bahan

membuat analisis/pembahasan daiam rangka menjawab atau memecahkan masalah penelitian dan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, pasti diperiukan suatu teknik pengumpulan data.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menggali dan mengumpulkan data dari lapangan dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Ketiga tehnik tersebut diharapkan akan dapat saling melengkapi sebagai upaya penggalian date dan informasi yang selengkap-lengkapnya sesuai dengan kebutuhan penelitian.

1. Observasi

Observasi merupakan pengamatan terhadap objeK penelitian yang memakai alat indera, temtema mata dan membuat hasil catatan hasil pengamatan tersebut. Pada penelitian deskriptif, observasi yang dilakukan secara langsung memberi manfaat daiam rangka mencari, mengumpulkan data serta informasi baik yang bersifat material maupun tingkah laku. Hal ini sejalan dengan pendapat Guba dan Lincoln (Moleong, 2001:125) bahwa ada beberapa alasan mengapa daiam penelitian kualitetif, pengamatan dilaksanakan sebesar-besarnya:

a) Teknik pengamatan ini didasarkan pada pengalaman secara langsung. Karena pengalaman langsung mempakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran.

(49)

92

c) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatet peristiwa daiam

situasi yang berkaiten dengan pengetahuan proposional

maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dengan data.

d) Sering terjadi pada peneliti, jangan-jangan pada data yang

dijaringnya ada yang 'menceng' atau bias.

e) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami

situasi-situasi yang mmit.

f) Daiam kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainya tidak

dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat

bermanfaat.

Dari keenam manfaat pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa

pengamatan dapat mengoptimalkan kemampuan dari segi motif.

kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, dan kebiasaan. Selain itu

observasi

juga

memungkinkan

pengamat

untuk

melihat

dunia

sebagaimana

yang

dilihat subjek

penelitian,

serta

pengamatan

memungkinkan peneliti merasakan apa yang diarasakan dan dihayati

oleh subjek sehingga memungkinkan pembentukan pengetahuan yang

diketehui bersama, baik dari pihak peneliti sendiri ataupun dari yang

diteliti.

Adapun observasi yang dilakukan daiam penelitian ini adalah

mengenai pengelolaan kompensasi Guru Bantu pada Sekolah Menengah

Atas Negeri di Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatra Selatan. Observasi

dilakukan baik kepada Pemerintah Kabupaten daiam hal ini Dinas

Pendidikan Kabupaten Banyuasin selaku penanggung jawab pengelolaan

(50)

93

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai, yang memberikan jawaban atas pertanyaan rtu (Moleong, 2001:135).

Sedangkan tujuan dilakukannya wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang sebenamya dari responden yang tidak didapatkan daiam observasi, mengecek tingkat keakuratan untuk memverifikasi atau bahkan menolak kesan yang didapat ketika peneliti melakukan observasi. Hal itu hampir sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Frankel dan Norman (1993:38) yang menyatekan bahwa "The purpose of interviewing people is to find out what is on their

mind, what they think or how they feel about something."

Adapun maksud penggunaan wawancara daiam penelitian ini adalah untuk menggali informasi yang sebanyak-banyaknya mengenai pengelolaan kompensasi Guru Bantu. Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak terkait, seperti; Dinas Pendidikan Kabupaten khususnya Komite dan Tim Sekreteriat Gum Bantu dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten selaku penanggung jawab pelaksanaan pengelolaan Gum Bantu, LPMP, Kepala Sekolah, gum tetap (PNS), Gum Bantu, dan siswa serta pengawas sekolah Lanjutan.

(51)

94

pedoman wawancara. Terbuka berarti melakukan obrolan akrab dan

terstmktur dilakukan agar pelaksanaan wawancara tidak keluar dan

konteks. Akan tetapi yang paling penting adalah bagaimana wawancara

dilakukan sampai pada titik jenuh dan menerapkan

snowball sampling.

Artinya bahwa jika daiam penelitian ini data yang dihimpun dari subjek

yang pertama temyata belum lengkap sesuai dengan masalah, maka

peneliti meminta penjelasan lagi kepada subjek lainya. Kemudian

dilakukan

recheck/triangulasi

dan

audit trail.

Selain itu peneliti juga

menggunakan alat bantu tape recorder dan catatan kecil/lapangan untuk

mendapatkan data secara utuh dan akurat.

3. Studi Dokumentasi dan Rekord

Daiam literatur paradigma kualitatif dibedakan istilah aukumen dan

record. Rekord adalah segala catatan tertulis yang disiapkan seseorang

atau lembaga untuk pembuktian suatu peristiwa atau menyajikan

perhitungan. Sedangkan dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun

terfilmkan selain record, yang tidak dipersiapkan khusus atas permintaan

peneliti.

Baik dokumen maupun bukti-bukti catatan sangat diperiukan oleh

peneliti sebagai bukti pendukung/melengkapi data dan informasi untuk

memecahkan masalah-masalah penelitian.

Menumt Guba dan Linclon (Alwasilah, 2002:156-157) dokumen

(52)

95

a) Dokumen mempakan sumber informasi yang lestari, sekalipun

dokumen itu tidak lagi beriaku.

b) Dokumen merupakan bukti yang dapat dijadikan dasar untuk

mempertahan

diri

terhadap

tuduhan

atau

kekeliruan

interpretasi.

c) Dokumen itu merupakan sumber data yang alami, bukan hanya

muncul dari konteksnya, tetapi juga menjelaskan konteks itu

sendiri.

d) Dokumen itu relatif mudah dan murah

dan terkadang

dapat

diperoleh dengan cuma-cuma. Peneliti tinggal menggalinya daiam tumpukan arsip.

e) Dokumen itu sumber data yang non-reaktif. Tatkala responden

reaktif dan tidak bersahabat, peneliti dapat beralih ke dokumen sebagai solusi.

f) Dokumen berperan sebagai sumber pelengkap dan pemerkaya bagi informasi yang diperoleh lewat interview atau observasi.

Adapun data-data yang diungkap daiam studi dokumentasi dan

record ini adalah mengenai bukti-bukti fisik (tertulis) yang berkenaan

dengan pengelolaan kompensasi Gum Bantu yang didapatkan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuasin, LPMP, dan Kepala Sekolah.

D. Instrumen Penelitian

Instmmen utama daiam penelitian ini adalah manusia. Seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2002:121) bahwa:

Kedudukan peneliti daiam kualitatif cukup rumit. la sekaligus

merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analis, penafsir date dan pada akhimya ia menjadi pelapor penelitian.

Pengertian instmment atau alat penelitian di sini tepat kareria ia menjadi segalanya dari keselumhan proses penelitian.

(53)

96

peneliti sebagai instmmen sulit untuk dapat digantikan dengan instrumen

yang lain.

Adapun metode yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan

dokumentasi dengan alat bantu bempa pedoman observasi, pedoman

wawancara dan pedoman dokumentasi.

1. Pendoman observasi/pengamatan

Pedoman observasi digunakan sebagai alat panduan untuk melihat

dan mengamati secara nyate proses pengelolaan kompensasi Guru

Bantu. Pedoman observasi untuk melihat kemampuan Guru Bantu daiam

proses belajar mengajar berupa Iembar

checklist

IP KM 1 s.d 3yang telah

dibuat. Selain itu peneliti juga membuat pedoman observasi untuk melihat

kondisi lingkungan sekolah.

2.Pedoman wawancara.

Pedoman wawancara digunakan sebagai alat bantu (pembimbing)

untuk mengarahkan peneliti daiam mengkonfirmasikan date dengan

subjek penelitian. Pedoman wawancara daiam penelitian ini digunakan

untuk mendapatkan informasi mengenai pengelolaan kompensasi di Dinas

Pendidikan Kabupaten, sekolah, dan LPMP.

3. Pedoman Dokumentasi

Pedoman Dokumentasi di buat untuk membantu peneliti daiam

mencari, menggali, meneliti dan menganalisis dokumen yang relevan

(54)

E. Pelaksanaan penelitian

Secara umum, penelitian ini dilaksanakan dengan tiga

tahapa-yang memiliki kegiatan operasional tertentu. Adapun tahapan

terseb--adalah:

1. Tahap Orientasi

Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan permasalahan ya~c

dilakukan dengan melakukan prasurvei baik melihat langsung *.e

lapangan (diskusi dengan pihak-pihak yang terkait), studi pustaka

(bus-melalui media masa ataupun media elektronik). Kemudian penus

menetapkan

subjek penelitian, mencan dan menetapkan

instrume--penelitian, dan menetapkan metode analisa date.

2.Tahap Ekspiorasi

Kegiatan utama yang dilakukan daiam tahap ini adalah penelitian

lapangan

yaitu melakukan pengumpulan date

dengan

melakukan

observasi, wawancara, studi dokumentasi kepada pihak-pihak yang

terkait.

Sebelum tahap ekspiorasi dimulai peneliti teriebih dahuiu

melakukan

gaining entry

atau

establising rapport

yang populemya disebut

acara ketok pintu/ 'kulo nuwon' kepada pihak-pihak terkait sambil

mengums perizinan. Setelah rtu bam peneliti terjun langsung ke lapangan

(55)

98

3. Tahap Member Chek

Tahap ini merupakan kegiatan pra pembuatan laporan setelah

selumh data yang diinginkan

telah berhasil dikumpulkan, kemudian

penulis menganalisisnya. Namun sebelum penulis membuat laporan akhir

penulis melakukan pengecekan ulang mengenai data yang telah

dikumpulkan apakah telah lengkap dan jelas kepada responden. Jika data

yang dikumpulkan belum lengkap dan belum jelas sesuai dengan apa

yang dibutuhkan penelitian, maka penulis melakukan chek ulang/meminta

kejelasan kembali mengenai suatu informasi agar data yang didapat

benar-benar jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

F. Teknik Analisis Data Penelitian

Pengelolahan data daiam penelitian kualitatif merupakan upaya

untuk menggolongkan data sesuai dengan masalah yang menjadi

bahasan

dan

kemudian menganalisisnya.

Analisis date

kualitetif

merupakan proses menyusun data yang berarti menggolongkan ke daiam

pola, tema atau kategori agar dapat ditafsirkan. Tafsiran ini memberikan

makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori dan mencari

hubungan antar konsep (Nasution 1996:126).

Tafsiran

atau intepretesi

menggambarkan pandangan peneliti

daiam menyusun dan menjelaskan unit ateu kategori yang dapat

(56)

^49

not,"*

'

unit atau kategori tersebut. Adapun langkah-langkah daiam pengelofaah

k ,(^

//

data daiam penelitian ini adalah:

1.

Klasifikasi data,

yaitu mengumpulkan dan memilah-milah unit menjadi

satu kategori tertentu berdasarkan karakteristik yang terkait. Setiap

informasi atau data yang diperoleh langsung diolah, baik itu dari hasil

wawancara, observasi ataupun studi dokumentasi.

2.

Melakukan trian

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu pada penelitian kali ini dibuat sebuah aplikasi yang menggunakan tahapan pengembangan sistem metode prototype untuk membantu masyarakat untuk

Perubahan kurikulum berbasis KKNI di Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, pada pencapaian kompetensi mengacu pada capaian pembelajaran (learning outcomes), yaitu dengan

Orangtua dengan jenis pola asuh permisif tanpa disadari berkomunikasi dengan anak-anak mereka bahwa perilaku agresif dapat diterima dengan tidak menghukum anak mereka ketika anak

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penataan arsip dinamis aktif pada bagian tata usaha Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah berdasarkan jenis arsipnya

Dari berbagai pernyataan tentang penerapan supervisi oleh kepala ruangan dapat meningkatkan kinerja perawat pelaksana karena perawat pelaksana akan merasa diterima, dihargai

News Event File News Event Report Cases Campaign Target Target Lead Opportunity Lead Opportunity 1 Customer Relationship Management System Customers Sales

Pemberian kompos berpengaruh sangat nyata terhadap bulk density, peningkatan porositas, permeabilitas, indeks stabilitas agregat, pori drainase cepat, pori air

Hasil perhitungan pengujian hipotesis menggunakan uji t pada taraf signifikan α = 5% (0,05) diperoleh t hitung > t tabel = 3,925 > 2,0021 dengan demikian hipotesis