• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONSUMSI BERAS DI MASYARAKAT PROVINSI SUMATERA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KONSUMSI BERAS DI MASYARAKAT PROVINSI SUMATERA UTARA."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONSUMSI BERAS DI MASYARAKAT PROVINSI

SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh

MARUDI ISKANDAR

NIM. 8106162038

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

ANALISIS KONSUMSI BERAS DI MASYARAKAT PROVINSI

SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh

MARUDI ISKANDAR

NIM. 8106162038

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Marudi Iskandar. Analisis Konsumsi Beras di Masyarakat Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

Penelitan ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita terhadap konsumsi beras di masyarakat Provinsi Sumatera Utara secara simultan dan parsial. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Bulog dan BPS Provinsi Sumatera Utara yakni variabel permintaan beras, harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita di Provinsi Sumatera Utara secara time series dari tahun 2000 s.d. 2011. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan model estimasi regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan program Eviews 5.1. Hasil dari penelitian ini secara simultan perubahan variabel harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita terhadap konsumsi beras di masyarakat Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan secara parsial disimpulkan bahwa variabel harga beras berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan variabel jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi beras di masyarakat Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya untuk harga tepung terigu dan pendapatan perkapita berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap konsumsi beras di masyarakat Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan terhadap konsumsi beras di masyarakat provinsi Sumatera Utara adalah jumlah penduduk.

(6)

ABSTRACT

Marudi Iskandar. Analysis of Rice Consumption Society of North Sumatra Province. Thesis. Medan: Graduate Medan State University, 2013.

This research aims to analyze the effect of the price of rice, wheat flour prices, population and per capita income on rice consumption in the province of North Sumatra simultaneously and partially. The data used are secondary data sourced from BPS Bulog and North Sumatra Province namely variable demand for rice, the price of rice, wheat flour prices, population and income per capita in the province of North Sumatra as time series from 2000 till , 2011. Data analysis was performed using OLS (Ordinary Least Square) with multiple linear regression models estimated with the help of the program Eviews 5.1. The results of this study to simultaneously change the variable price of rice, wheat flour prices, population and per capita income on rice consumption in the province of North Sumatra. While partially concluded that the variable price of rice has negative and significant, while the population of the variables have a positive and significant impact on rice consumption in the province of North Sumatra. Furthermore, for the price of flour and per capita income have a positive and significant impact on rice consumption in the province of North Sumatra. The results also showed that the most dominant variables on rice consumption in the province of North Sumatra is the total population.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis dalam menuntut ilmu dan menyelesaikan penelitian tesis ini yang berjudul “Analisis Konsumsi Beras di Masyarakat Provinsi Sumatera Utara”.

Selama melaksanakan penelitian dan penelitian tesis ini penulis banyak mendapat bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan atas pelayanan akademik yang diberikan kepada penulis.

4. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si selaku sekretaris Prodi sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan perhatian dan kesabaran dalam membimbing sejak awal hingga selesainya penulisan tesis ini.

5. Bapak Dr. Arwansyah, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan perhatian dan kesabaran dalam membimbing sejak awal hingga selesainya penulisan tesis ini.

(8)

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen program Studi Ilmu Ekonomi yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan selama menempuh pendidikan di Program Sekolah Pascasarjana Unimed.

8. Kedua Orangtuaku, Bapak Budi Hartono dan Ibundaku tercinta Nurlena Ritonga yang telah mengasuh dan mendidik yang rela mengorbankan segalanya, yang selalu sabar dan penuh kasih sayang serta senantiasa memanjatkan untaian doanya untuk kebaikan penulis tanpa pernah mengharap balasan apapun.

9. Istriku yang tercinta, Catur Dedek Khadijah, S.Sos dan juga anakku tersayang, Muhammad Habibi Iskandar, yang senantiasa selalu memberikan dukungan dan motivasi bagi saya selama menempuh pendidikan sehingga saya bisa menyelesaikan studi saya pada Program Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

10.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis masih mengharapkan masukan maupun kritikan yang membangun dalam penelitian tesis ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa karya belumlah sempurna, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, pemerintahan dan masyarakat.

Medan, Februari 2013 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Konsumsi Beras Provinsi Sumatera Utara dan Variabel yang Mempengaruhinya ... 42

4.1.1. Perkembangan Konsumsi Beras di Masyarakat Provinsi Sumatera Utara ... 42

4.1.2. Perkembangan Harga Beras di Provinsi Sumatera Utara ... 44

4.1.3. Perkembangan Harga Tepung Terigu di Provinsi Sumatera Utara ... 46

4.1.4. Perkembangan Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara ... 48

(10)

4.2. Pembahasan Hasil Estimasi Model Konsumsi Beras di

Masyarakat Provinsi Sumatera Utara ... 51

4.2.1. Pemilihan Model ... 51

4.2.2. Pembahasan Uji Ekonometrika ... 52

4.2.3. Pembahasan Uji Signifikansi ... 54

4.2.4. Pembahasan Model Analisis... 56

4.2.5. Pembahasan Variabel Penelitian ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Perkembangan Variabel Konsumsi Beras, Harga Beras, Harga Tepung Terigu, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000 – 2011 ... 5

Tabel 3.1. Penentuan Autokorelasi Uji Durbin Watson ... 39

Tabel 4.1. Permintaan Beras Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000-2011 (Tabulasi Normal Dalam Kg.) ... 42

Tabel 4.2. Harga Beras Konstan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000-2011 (Tabulasi Normal Dalam Rupiah) ... 44

Tabel 4.3. Harga Tepung Terigu Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000-2011 (Tabulasi Normal Dalam Rupiah) ... 46

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000-2011 (Tabulasi Normal Dalam Orang) ... . 48

Tabel 4.5. Pendapatan Perkapita Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000-2011 (Tabulasi Normal Dalam Rupiah) ... . 50

Tabel 4.6. Korelasi Matriks dan Variance Inflating Factor ... 52

Tabel 4.7. Uji Autokorelasi ... 53

Tabel 4.10. Uji Normalitas ... 54

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Perkembangan Persentase Konsumsi Beras (PB), Harga Beras (HBR), Harga Tepung Terigu (HTR), Jumlah Penduduk (JP)

dan Pendapatan Perkapita (PP) ... 6 Gambar 2.1. Fungsi Permintaan Marshallian ... 25 Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Analisis Konsumsi Beras di Masyarakat

Provinsi Sumatera Utara ... 33 Gambar 4.1. Konsumsi Beras Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000-2011 ... 42 Gambar 4.2. Harga Beras Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000-2011 ... 45 Gambar 4.3. Harga Tepung Terigu Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000-2011 . 47 Gambar 4.4. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000-2011 ... 49 Gambar 4.5. Pendapatan Perkapita Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000-2011 51 Gambar 4.6. Uji Normalitas ... 54

(13)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabulasi Data Hasil Penelitian ... 68

2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 69

3. Hasil Uji Normalitas ... 70

4. Hasil Uji Autokorelasi... 71

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tidak bisa dipungkiri beras merupakan kebutuhan pokok paling penting dimasyarakat Indonesia. Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan pangan nasional. Menurut Suryana dkk (2001) beras sebagai bahan makanan pokok tampaknya tetap mendominasi pola makan orang Indonesia. Hal ini terlihat dari tingkat partisipasi konsumsi beras di Indonesia yang masih diatas 95 persen. Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia, beras mempunyai bobot yang paling tinggi. Oleh karena itu inflasi nasional sangat dipengaruhi oleh perubahan harga beras (Sutomo, 2005). Bahkan menurut Riyadi (2002) beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia

Dibandingkan dengan negara - negara produsen beras utama dunia, luas panen padi Indonesia berada pada posisi ketiga terluas setelah India dan Cina. Hingga akhir tahun 2006, luas panen padi di India mencapai 28.9% (44 juta Ha), Cina 19,1% dan Indonesia sendiri sebesar 7,8% dari total luas panen padi di dunia (152,5 juta Ha). Berdasarkan jumlah beras yang diproduksi, Indonesia juga termasuk sebagai produsen beras dunia ke-3 terbesar setelah Cina dan India. Hingga tahun 2006 volume yang dihasilkan oleh Cina mencapai 128 juta MT atau 31% dari total produksi beras dunia

(15)

2

yang sebesar 415,23 juta MT. India dan Indonesia masing-masing memberikan kontribusi 22% ( 91 juta MT ) dan 8% ( 35 juta MT) (BPS: 2008).

Di Indonesia sendiri, provinsi dengan jumlah produksi padi tertinggi adalah Jawa Barat, kemudian diikuti oleh Jawa Timur dan Jawa Tengah. Provinsi lainnya dengan jumlah produksi padi diatas satu juta ton per tahun adalah Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, NAD, NTB, Banten dan Kalimantan Selatan. Dilihat dari sisi jumlah konsumsi beras, Indonesia juga berada pada peringkat tiga konsumen beras terbesar di dunia, setelah Cina dan India, yaitu berkisar antara 110-139 kg per tahun.

Pulau Jawa menghasilkan sekitar 56% produksi padi di Indonesia, sedangkan selebihnya dihasilkan oleh Pulau Sumatera (22%), Sulawesi (10%), Kalimantan (5%), dan pulau-pulau lainnya (7%). Dengan pola sebaran produksi seperti itu, maka Pulau Jawa masih tetap berperan sebagai penyangga produksi beras nasional (Malian, dkk, 2004).

Selanjutnya menurut Timmer (1975) menyimpulkan bahwa di pulau Jawa, 31 persen dari biaya hidup penduduknya dikeluarkan untuk mengkonsumsi beras dan sebagai barang upah. Dua hal ini menjadikan beras sebagai salah satu cost

push inflation factor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari banyak segi

(16)

3

Indonesia mengalami masa puncak jaya sebagai Negara swasembada beras pada tahun 1984 dan membawa Indonesia menjadi net exporting

country (Suryana, 2001). Namun demikian, tingkat swasembada tersebut tidak

dapat dipertahankan karena terjadinya hal - hal yang merugikan seperti tidak berkembangnya penemuan varietas baru yang berproduksi tinggi, faktor politik dan ekonomi Negara dan maupun pada musim paceklik. Hal ini diperburuk lagi dengan pergeseran kebijakan ekonomi pemerintah ke arah industri sehingga pembangunan pertanian menjadi lebih tertinggal yang berdampak semakin menurunnya tingkat pertumbuhan produksi padi pada khususnya.

Selain itu, dampak yang lebih bersifat nasional ditunjukkan dengan bergesernya Indonesia sebagai Negara pengimpor beras lagi sejak akhir 1980an dan meningkat terus hingga tahun 1995 dan semakin parah lagi terjadi pada saat krisis (1997-1998) yaitu dengan larangan monopoli impor oleh Bulog dan diizinkannya pihak swasta untuk impor beras. Pada periode ini ternyata impor beras mencapai jumlah fantastik yaitu mencapai 5,8 juta ton sehingga mempunyai dampak pada rendahnya harga beras dipasar internasional pada saat itu (BPS:2008).

(17)

4

harga pertengahan tahun 1997.Besarnya keterkaitan antara konsumsi beras dengan pendapatan diperkuat juga dengan data konsumsi tahun 1996 dan 1999. Pada tahun 1996 konsumsi beras di kota dan di desa masing-masing adalah 108,89 kg dan 120,97 per kapita. Setelah adanya krisis ekonomi, yang diperkirakan menyebabkan turunnya pendapatan rumah tangga, konsumsi beras di kota dan di desa pada tahun 1999 telah berkurang menjadi 96 kg dan 111,78 kg per kapita (BPS : 2008).

Untuk Sumatera Utara sendiri, pemerintah telah menetapkan bahwa provinsi ini sebagai salah satu lumbung berasnya Indonesia dari 14 provinsi sentral produksi padi di Indonesia yang diharapkan akan mampu untuk meningkatkan produksi pertaniannya. Dari beberapa daerah yang menghasilkan beras yakni kabupaten Deli Serdang, Langkat dan Serdang Bedagai merupakan daerah penyuplai beras terbesar di Sumatera Utara.

Kaitan permasalahan ketahanan pangan ini khususnya Provinsi Sumatera Utara adalah bagaimana kondisi permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara sebenarnya. Menurut Papas dan Mark Hirshey (1995), menyatakan bahwa permintaan merupakan sejumlah barang atau jasa yang dibeli oleh konsumen selama periode tertentu berdasarkan situasi dan kondisi tertentu. Adapun faktor yang mempengaruhi permintaan adalah harga barang itu sendiri, harga barang subtitusi, harga barang komplementer, pendapatan konsumen dan lain-lain.

(18)

5

Tepung terigu merupakan barang subtitusi terdekat dari beras. Hal ini didasarkan pada gemarnya masyarakat mengkonsumsi makanan seperti mie dan roti yang dibuat dari adonan tepung terigu yang berbahan dasar gandum. Mie dan roti merupakan makanan yang kerap kali mampu menggantikan posisi nasi dalam perut masyarakat. Naiknya beras tentunya diduga akan mempengaruhi naiknya permintaan barang subtitusi lainnya seperti tepung terigu dan juga sebaliknya. Turunnya harga tepung terigu diduga akan meningkatkan permintaan terhadap beras di Provinsi Sumut.

Adapun data perkembangan variabel permintaan beras, harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita di Provinsi Sumatera Utara tahun 2000 – 2011 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Perkembangan Variabel Permintaan Beras, Harga Beras, Harga Tepung Terigu, Jumlah Penduduk Dan Pendapatan Perkapita

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000 – 2011

OBS PB % JP % PPR % HTR %

2000 1,350,658,889.20 - 11,513,973 - 6,006,103.00 - 2,679.91

-2001 1,440,759,448.80 6.67 11,722,397 1.81 5,938,162.50 (1.13) 2,907.95 8.51 2002 1,520,364,407.80 5.53 11,847,075 1.06 5,276,916.53 (11.14) 2,177.60 (25.12) 2003 1,658,467,734.20 9.08 11,890,399 0.37 5,045,261.07 (4.39) 2,926.87 34.41 2004 1,679,487,725.40 1.27 12,123,360 1.96 4,944,906.47 (1.99) 2,675.53 (8.59) 2005 1,745,536,575.40 3.93 12,326,678 1.68 4,850,813.61 (1.90) 2,905.25 8.59 2006 1,826,378,225.30 4.63 12,643,494 2.57 4,501,853.05 (7.19) 2,840.27 (2.24) 2007 1,883,556,736.60 3.13 12,834,371 1.51 4,494,446.82 (0.16) 3,232.26 13.80 2008 2,150,708,663.90 14.18 13,042,317 1.62 4,661,610.61 3.72 3,309.00 2.37 2009 2,513,215,776.60 16.86 13,248,386 1.58 4,689,655.68 0.60 4,247.12 28.35 2010 2,036,574,706.40 (18.97) 12,982,204 (2.01) 4,759,757.29 1.49 4,377.97 3.08 2011 2,243,456,337.00 10.16 13,103,596 0.94 5,026,078.18 5.60 4,778.59 9.15 Sumber : BPS Sumatera Utara

(19)

6

Gambar 1.1. Perkembangan Persentase Permintaan Beras (PB), Harga Beras (HBR), Harga Tepung Terigu (HTR), Jumlah Penduduk (JP) Dan Pendapatan Perkapita (PP)

Berdasarkan Tabel 1.1. diatas dapat dilihat bahwa dari sisi permintaan beras di Sumatera Utara diketahui bahwa terdapat tren positif permintaan beras dari tahun ke tahunnya. Rata-rata peningkatan dari permintaan beras dari tahun ke tahunnya sebesar 5,5 persen. Peningkatan permintaan beras tertinggi sebesar 16,86 persen, atau meningkat sebanyak 362.507.112,7 kg yang terjadi pada tahun 2009 dan ironinya penurunan permintaan beras justru terjadi ditahun berikutnya yakni 2010 yang harus turun sebesar 18,97 persen atau turun sebanyak 476.641.070,2 kg.

Selanjutnya bila ditinjau dari segi harga beras di Provinsi Sumatera Utara diketahui bahwa dari segi teori permintaan, maka harga beras memiliki hubungan negatif dengan permintaan beras. Hal ini bisa diketahui pada tahun 2001 s.d. 2004, ternyata turunnya harga beras diikuti dengan meningkatnya permintaan

-30

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

(20)

7

beras di Provinsi Sumatera Utara. Namun, jika diperhatikan ternyata terdapat kesenjangan teori permintaan. Hal ini dapat diketahui dari naiknya persentase harga beras khususnya pada tahun 2005 s.d. 2011 ternyata diikuti dengan meningkatnya permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara.

Selanjutnya jika ditinjau dari segi harga barang subtitusi yakni harga tepung terigu, diketahui bahwa harga tepung terigu cukup berfluktuasi terhadap permintaan beras. Tepung terigu yang diolah menjadi roti dan mie merupakan barang subtitusi dari beras, naiknya harga beras menyebabkan naiknya juga permintaan terhadap tepung terigu sebagai barang subtitusinya. Hal ini tentunya akan memberikan dampak yang positif terhadap permintaan beras. Artinya naiknya harga beras, maka permintaan tepung terigu meningkat yang menyebabkan harga tepung terigu meningkat. Hal ini bisa diamati pada tahun 2005, meningkatnya harga beras sebesar 14,89 persen menjadi Rp. 2.630,32 menyebabkan kenaikan harga tepung terigu sebesar 8,59 persen menjadi Rp. 2.675,53. Selanjutnya pada tahun 2002, menurunnya harga beras sebesar 25,12 persen menjadi Rp. 2.497,72 menyebabkan penurunan harga tepung terigu sebesar 25,12 persen menjadi Rp. 2.177,6. Namun, jika diperhatikan ternyata barang subtitusi tepung terigu ini memiliki kesenjangan dengan teori permintaan. Kenaikan harga beras pada tahun 2006 sebesar 10,73 persen diikuti dengan penurunan harga tepung terigu sebesar 2,24 persen. Selanjutnya, penurunan harga beras sebesar 2,72 persen ternyata diikuti dengan meningkatnya harga tepung terigu sebesar 34,41 persen.

(21)

8

ke tahunnya. Hal ini ternyata praktis sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara. Kenaikan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya permintaan beras dan sebaliknya menurunnya jumlah penduduk pada tahun 2010 diikuti dengan menurunnya jumlah permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara pada tahun yang sama.

(22)

9

Berdasarkan uraian permasalahan-permasalahan tersebut yang meliputi faktor-faktor konsumsi beras di masyarakat Prov. Sumatera Utara. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengingat beras merupakan salah satu komoditas yang paling utama di Indonesia khususnya di Sumatera Utara yakni yang berjudul “Analisis Konsumsi Beras di Masyarakat Provinsi Sumatera Utara”.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita terhadap konsumsi beras di masyarakat Provinsi Sumatera Utara secara simultan dan parsial?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita terhadap konsumsi beras di masyarakat Provinsi Sumatera Utara secara simultan dan parsial.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(23)

10

2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan tentang konsumsi beras di masyarakat Provinsi Sumatera Utara.

(24)

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara simultan keempat variabel tersebut menunjukkan nilai F-Stat yang cukup tinggi yaitu 42.55040 dengan prob. sebesar 0.000053 < 0.05, yang berarti bahwa secara bersama-sama perubahan variabel harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita berpengaruh signifikan terhadap konsumsi beras di masyarakat Provinsi Sumatera Utara. 2. Secara parsial disimpulkan bahwa variabel harga beras berpengaruh negatif

dan signifikan, sedangkan variabel jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi beras di masyarakat Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya untuk harga tepung terigu dan pendapatan perkapita berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap konsumsi beras di masyarakat Provinsi Sumatera Utara.

3. Variabel harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita mampu menjelaskan model konsumsi beras di masyarakat Provinsi Sumatera Utara sebesar 96,05 persen. Serta sisanya 3,95 persen dipengaruhi variabel lain.

4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap konsumsi beras di masyarakat Provinsi Sumatera Utara adalah jumlah penduduk.

(25)

65

5.2. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya akan membuat ketahanan pangan khususnya beras menjadi sangat penting. Oleh karena beras merupakan bahan pokok paling utama dimasyarakat, maka diusulkan kepada pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan hasil panen dan memperhatikan faktor - faktor yang mempengaruhinya misalnya harga pupuk dan lahan irigasi pertanian di masing-masing daerahnya.

2. Perlu adanya komitmen yang kuat dari masing - masing pemerintah kabupaten kota di Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan luas lahan pertanian yang semakin menurun di setiap tahunnya.

3. Perlu adanya komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat untuk mendukung suksesnya penyelenggaraan program diversifikasi pangan, dengan tidak hanya mengandalkan beras sebagai bahan pokok utama melainkan harus disertai dengan mengkonsumsi bahan makanan yang bersumber dari umbi- umbian.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Bilas, R, A, 1984. Teori Ekonomi Mikro. Terjemahan dari Microeconomic Theory oleh Djoerban Wahid. Jakarta : Erlangga.

BPS. 2008. Kajian Komoditas Unggulan 2008. Medan : Badan Pusat Statistik.

Fadillah, Arief. (2007), Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola

Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kotamadya Medan dan Desa Pantai Labu Pekan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang). Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Ilyas, R, 1991. Analisis Permintaan Luar Negeri Terhadap Kopi Indonesia. Disertasi. Yogyakarta. : Program Pascasarjana. UGM.

Gujarati D dan Zain S. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga.

Lipsey, RG, Steiner, P.O dan Purvis, D, D. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi. Jakarta : Erlangga.

Malian, A.M., Sudi Mardianto dan Mewa Ariani. 2004. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Produksi, Konsumsi dan Harga Beras Serta Inflasi Bahan Makanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

Jurnal Agro Ekonomi, Volume 22 No.2.

Miler, Roger Le Roy. Roger E. Meiners, 2000. Teori Ekonomi Intermediate. Edisi ketiga. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nicholson, W, 1991. Teori Ekonomi Mikro I. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nicholson, W, 1995. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Terjemahan dari

Intermediate Microeconomics, oleh Agus Maulana. Bina Rupa Aksara.

Jakarta.

Pappas James, L dan Mark Hirschey, 1995. Ekonomi Managerial. Bina Rupa Aksara Jakarta.

Reksoprayitno, S,. 2000. Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi Millenium. Penerbit BPFE UGM. Yogyakarta.

Riyadi, D. M. M. 2002. Permasalahan dan Agenda Pengembangan Ketahanan

(27)

dan Ketahanan Pangan. Pusat Studi Pembangunan dan Proyek Koordinasi

Kelembagaan Ketahanan Pangan, Bogor.

Siregar, Rifanny Yunika. (2010). Analisis Pengaruh Harga Beras Lokal dan

Jumlah Penduduk Terhadap Permintaan Beras Lokal di Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Sudarsono, 1980. A Study of Elasticity of Demand And Supply of Indonesian

Fisheries 1960-1977. Journal. Tropical Ecologi and Development.

Sudarsono, 1990. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. LP3S. Jakarta.

Sugiarto, Et, Al, 2000. Ekonomi Mikro Suatu Pendekatan Praktis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sukirno, S, 2002. Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan. LP FEUI. Jakarta.

Suryana,A dan Sudi Mardiyanto,2001.Dinamika Kebijakan Perberasan Nasional :

Sebuah Pengantar. Bunga Rampai Ekonomi Beras. Jakarta : Penerbit

LPEM-UI.

Sutomo, S. 2005. Kontribusi Beras Dalam Inflasi Nasional. Majalah Pangan, 14 (44): 10-18.

Timmer, C. P. 1975. The Policy Economy of Rice in Asia: Methodological

Introduction. Food Research Institut Studies. Stanford University Press,

Stanford.

Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan

Gambar

Tabel 1.1.
Gambar 1.1.  Perkembangan Persentase Konsumsi Beras (PB), Harga Beras  (HBR), Harga Tepung Terigu (HTR), Jumlah Penduduk (JP)
Tabel 1.1. Perkembangan Variabel Permintaan Beras, Harga Beras, Harga Tepung Terigu, Jumlah Penduduk Dan Pendapatan Perkapita
Gambar 1.1. Perkembangan Persentase Permintaan Beras (PB), Harga Beras (HBR), Harga Tepung Terigu (HTR), Jumlah Penduduk (JP) Dan

Referensi

Dokumen terkait

4.1 Data Jumlah Produksi Beras, Luas Panen, dan Kebutuhan Beras Propinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2000 - 2008. Data yang akan dianalisis dalam tugas akhir ini adalah data skunder

Menurut teori Alfred Marshal menyatakan bahwa yang mempengaruhi permintaan suatu barang adalah jumlah penduduk, pendapatan penduduk, harga barang pokok, harga

Predictors: (Constant), Tenaga Kerja, Harga Kedelai, Konsumsi beras, Luas Panen Jagung, Harga Impor, Harga Domestikb. Dependent Variable:

Mengingat peran beras sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor

Tetapi bagi orang yang hanya dapat membeli, ketersediaan akan beras itu sendiri sangat berpengaruh untuk memenuhi

Ketersediaan beras di Sumatera Utara secara parsial dipengaruhi oleh harga beras domestik, harga kedelai domestik, konsumsi beras, dan jumlah tenaga kerja di

hasil R² dari persamaan simultan penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,9524 (95,24 persen), berarti kemampuan variasi variabel harga eceran beras,

Selain itu, hasil analisis Forecasting menunjukkan tren hasil proyeksi kebutuhan akan konsumsi komoditas beras di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2020- 2024 mengalami trend positif