PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING
TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA
SISWA SD PADA MATERI BANGUN DATAR
(Studi Eksperimen di Kelas V SDN Cigabus Kecamatan Taktakan, Kota Serang)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari
Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
FarahdibaMaulani
1106303
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SERANG
PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING
TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA
SISWA SD PADA MATERI BANGUN DATAR
(Studi Eksperimen Di Kelas V SDN Cigabus Kecamatan Taktakan, Kota Serang)
Oleh
FARAHDIBA MAULANI
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan
© FARAHDIBA MAULANI 2015
Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Farahdiba Maulani. (2015). Pengaruh Pendekatan Problem SolvingTerhadap
Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SD Pada Materi Bangun Datar.
(Studi Eksperimen Di Kelas V SDN Cigabus Kecamatan Taktakan, Kota Serang)
Penelitian ini bermula saat peneliti mengamati jawaban soal matematika siswa kelas V SDN Cigabus, kebanyakan siswa menjawab tanpa tahu strategi penyelesaian yang benar, dan juga kemampuan dasar matematika siswa sangat rendah. Kemampuan koneksi matematika merupakan salah satu masalah bagi siswa, siswa masih belum mampu menghubungkan konsep matematika dalam soal tersebut. Permasalah anter sebut menjadi dasar dari penelitian ini, peneliti memutuskan untuk menggunakan pendekatan problem solving sebagai salah satu solusi penyelesaian. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendekatan problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa, perbedaan pengaruh pendekatan problem solving dengan pembelajaran yang biasa terhadap kemampuan koneksi matematika, juga mengetahui respon siswa pada pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan analisis data kuantitatif dan kualitatif, hasil analisis data terdapat pengaruh yang siginifikan dari pendekatan problem solving, kemudian ditemukan perbedaan pengaruh pendekatan problem solving dengan pembelajaran biasa, dansiswa memberikan respon yang baik terhadap pembelajaran dengan pendekatan problem
solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa. Jadi, pendekatan problem solving memiliki pengaruh terhadap kemampuan koneksi matematika,
sehingga siswamemberikan respon yang baik pada saat pembelajaran.Penelitian yang sudah dilakukan ini direkomendasikan kepada guru, sebagai salah satu pihak yang dekat dengan siswa, semoga penelitian ini dapat membantu dalam mempengaruhi kemampuan koneksi matematika siswa. Kemudian direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya, dengan adanya kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini, semoga peneliti selanjutnya dapat memperbaiki, sehingga menjadi lebih baik.
ABSTRACT
FarahdibaMaulani (2015). Influence of The Problem Solving Approach
Toward Connection Mathematics Ability of Elementary School Students on
Planes Study
(Study Experiment in class V SDN CigabusKecamatanTaktakan, Kota Serang)
This research was began when the researcher observed the fifth grade students' mathematic answer of SDN Cigabus, most of students answered without knowing the strategy of right solution, and the students' ability was low. Students' connection in mathematic ability was one of the students' problems, students still unable to connect the concept of that mathematic's question. That problem became the background of this research, researcher decided to applied problem solving aporoach as the solution. the purpose of this research were to know the influence of the problem solving approach toward the students' connection in mathematic ability, differences influence of problem solving approach and common learning toward the students' connection in mathematic ability, and to know the students' response toward the mathematic learning with the problem solving approach This research was using experiment method by implementing quantitative and qualitative as the data analyzing techniques, the result showed there was significant influence of the problem solving approach, then was found the differences influence of problem solving approach and the commong learning process, and the students gave good response toward the learning by applying problem solving approach toward the students' conncetion in mathematic ability. So, problem solving approach have good influence toward the students' connection in mathematic ability, and made the students gave the good response during the teaching and learning process.The research that has been done was recommended to teachers, as one of the parties close to students, hopefully this research can help in influencing the students' mathematical connection capabilities. then recommended to further research, with the deficiencies contained in this study, further research may be able to improve, to become better.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
UCAPAN TERIMA KASIH ... i
ABSTRAK ... iii A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9
1. Pendekatan Problem Solving ... 9
2. Kemampuan Koneksi Matematika ... 14
3. Bangun Datar ... 17
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 21
C. Kerangka Berpikir ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 25
B. Partisipan ... 27
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
D. Instrumen Penelitian ... 28
F. Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 42 B. Pembahasan ... 76
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 81 B. Rekomendasi ... 82
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Interpretasi Gain Ternormalisasi ... 39
3.2 Kriteria Persentase Skala Sikap ... 40
4.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 43
4.2 Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 44
4.3 Statistik Deskriptif Pretest ... 46
4.4 Uji Normalitas Data Pretest ... 47
4.5 Uji Homogenitas Variansi Data Pretest ... 49
4.6 Independent Samples Test ... 51
4.7 Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 52
4.8 Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 53
4.9 Statistik Deskriptif Data Posttest ... 55
4.10 Uji Normalitas Data Posttest ... 56
4.11 Uji Homogenitas Variansi Data Posttest ... 58
4.12 Independent Sample Test ... 60
4.13 Kategori Pengelompokkan Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 62
4.14 Pengelompokkan Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 63
4.15 Nilai N-Gain Kelas Eksperimen ... 65
4.16 Kriteria Klasifikasi N-Gain Kelas Eksperimen ... 66
4.17 Nilai N-Gain Kelas Kontrol ... 66
4.18 Klasifikasi N-Gain Kelas Kontrol ... 67
4.19 Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ... 69
4.20 Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving .... 70
4.21 Sikap Siswa Terhadap Soal Kemampuan Koneksi Matematika ... 71
4.23 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 75
4.24 Pembahasan Keseluruhan Hasil Penelitian Analisis Data Tes Kemampuan Koneksi Matematika Siswa ... 77
DAFTAR DIAGRAM
Diagram
4.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 44
4.2 Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 45
4.3 Plot Pretest Kelas Eksperimen ... 48
4.4 Plot Pretest Kelas Kontrol ... 48
4.5 Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 53
4.6 Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 54
4.7 Plot Posttest Kelas Eksperimen ... 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Segitiga ... 18
2.2 Persegi Panjang ... 19
2.3 Trapesium ... 19
2.4 Jenis-Jenis Trapesium ... 19
2.5 Jajargenjang ... 20
2.6 Lingkaran ... 20
2.7 Belah Ketupat ... 20
2.8 Layang-layang ... 20
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A : LEMBAR PERTIMBANGAN DAN VALIDITAS
Lembar Pertimbangan
Validitas Muka
Validitas Isi
LAMPIRAN B : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 dengan pendekatan problem solving
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 dengan pendekatan problem solving
LAMPIRAN C : INSTRUMEN PENELITIAN
Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest
Soal Pretest dan Posttest
Angket Siswa Terhadap Pembelajaran Pendekatan Problem Solving
Pedoman Wawancara Siswa
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
LAMPIRAN D : HASIL INSTRUMEN PENELITIAN
Jawaban Soal Pretest
Jawaban Soal Posttest
Angket Siswa Terhadap Pembelajaran Pendekatan Problem Solving
Hasil Wawancara Siswa
LAMPIRAN E : FOTO-FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pelaksanaa Pretest Kelas Eksperimen
Pelaksanaan Treatment dengan menggunakan Pendekatan Problem Solving Pada Kelas Eksperimen
Pelaksanaan Posttest Kelas Eksperimen
LAMPIRAN F : ANALISIS DATA SPSS
Analisis Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Analisis Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
LAMPIRAN G : SURAT KEPUTUSAN DAN IZIN OBSERVASI
Lampiran SK Pembimbing
Lampiran Surat Izin Observasi
Lampiran Surat Keterangan Observasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan dunia pendidikan yang semakin maju membutuhkan
sumber daya manusia yang berkompeten, mampu bersaing, dan mampu
memecahkan masalah. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat
dibentuk dengan melalui pendidikan formal. Pendidikan formal siswa harus
dilakukan semenjak dini, dimulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga
Perguruan Tinggi. Pendidikan formal adalah salah satu jalan menuju tujuan
pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pencapaian tujuan tersebut harus dimulai dari pendidikan formal paling
dasar yaitu tingkat pendidikan di sekolah dasar. Pendidikan di sekolah dasar
bertujuan untuk menjadi landasan siswa agar memiliki kemampuan dasar
pengetahuan, membaca, menulis, dan berhitung, hingga siswa mampu untuk
meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pembelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
penting dalam memberikan kemampuan dasar berhitung di sekolah dasar.
Matematika juga biasa digunakan sebagai alat pemecah masalah di kehidupan
sehari-hari. Dalam pembelajaran matematika terdapat proses dimana siswa
dituntut untuk dapat belajar memecahkan sebuah masalah, sehingga siswa
terlatih dan terbiasa memecahkan permasalahan baru yang akan dihadapi
dalam kehidupannya.
Matematika juga termasuk mata pelajaran yang dianggap sulit oleh
sebagian siswa, khususnya siswa yang kurang mampu dalam memahami
topik-topik dalam matematika. Pembelajaran matematika yang disampaikan
oleh guru kadang membuat siswa merasa sulit, hal ini dikarenakan
penggunaan metode atau strategi pembelajaran yang tidak sesuai dengan
abstrak juga membuat siswa sekolah dasar sulit untuk memahami. Pada
dasarnya siswa sekolah dasar masih berpikir sesuatu dengan konkret. Hal ini
sesuai dengan yang diungkap oleh Piaget (dalam Heruman, 2007), Piaget
mengatakan bahwa
Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. (hlm. 1)
Pada kenyataanya masih banyak guru yang tidak memperdulikan
permasalahan tersebut, pembelajaran matematika di sekolah dasar menjadi
momok yang selalu menakutkan bagi sebagian siswa. Begitupun dengan
kenyataan yang ditemukan di SDN Cigabus, Kecamatan Taktakan Kota
Serang. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SDN Cigabus,
masih banyak siswa yang merasa sulit dengan pembelajaran matematika.
Observasi ini dilakukan saat siswa sedang mengerjakan ujian matematika,
hampir semua siswa menjawab pertanyaan tanpa memahami masalah atau
soal yang diberikan, siswa kebingungan mencari strategi pengerjaan yang
baik untuk menyelesaikan soal-soal tersebut, siswa juga tidak dapat
memahami konsep/materi matematika yang sebelumnya didapatkan, sehingga
jawaban yang diberikan siswa salah. Hal ini juga dibuktikan dengan nilai
KKM dan rata-rata siswa kelas V SDN Cigabus adalah 60. Nilai rata-rata
yang rendah seperti itu menunjukkan bahwa siswa memerlukan bantuan
untuk meningkatkan kemampuannya, khususnya kemampuan dalam
menghubungkan topik dalam matematika.
Menghubungkan atau mengkoneksikan topik dalam matematika
merupakan bagian dari kemampuan dasar matematika yaitu kemampuan
koneksi matematika. Kemampuan koneksi matematika merupakan dasar dari
kemampuan matematika selain kemampuan pemecahan masalah, penalaran,
dan komunikasi matematika. Kemampuan koneksi matematika berbeda dari
ketiga kemampuan dasar lainnya, kemampuan koneksi matematika
dimaksudkan agar siswa mampu memahami hubungan dan kegunaan
3
hingga kehidupan sehari-hari siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Kutz
(dalam Yuniawati, 2010, hlm. 120) menyatakan “koneksi matematika
berkaitan dengan koneksi internal dan eksternal. Koneksi internal meliputi
koneksi antartopik matematika, sedangkan koneksi eksternal meliputi koneksi
dengan mata pelajaran lain dan koneksi dengan kehidupan sehari-hari”.
Menghubungkan topik dalam matematika disini berarti siswa sudah
mampu memahami topik yang sebelumnya dipelajari, sehingga siswa dapat
memahami topik yang selanjutnya akan dipelajari. Kemampuan koneksi
sangat diperlukan oleh siswa karena termasuk ke dalam kemampuan dasar
matematika, selain itu koneksi matematika membutuhkan kemampuan untuk
menghubungkan konsep matematika yang dimiliki siswa, sehingga siswa
dapat mengaplikasikan konsep yang diperolehnya di kehidupan, dan
pembelajaran yang dilakukan akan lebih bermakna.
Kemampuan koneksi matematika sangat dibutuhkan untuk semua topik
yang ada dalam matematika, khususnya pada materi bangun datar. Menurut
Daitin Tarigan (dalam Fauzi, 2012, hlm. 15) “bangun datar adalah abstark”.
Seperti yang diungkap oleh Fauzi (2012, hlm. 15) jika model bangun datar
yang ada dalam kehidupan sehari-hari bila diamati akan memiliki panjang,
lebar, maupun tinggi dan tebal, sehingga bangun datar dikatakan abstrak.
Pada materi bangun datar ini pemahaman siswa masih kurang. Hal ini
disebabkan oleh kesalahan konsep yang diterima siswa, sehingga pemahaman
siswa tentang pembelajaran bangun datar menjadi membosankan, karena
terlalu menekan pada penggunaan rumus. Siswa menjadi bergantung pada
penghafalan rumus bangun datar, dan pembelajaran pun menjadi tidak
bermakna. Kurangnya kemampuan pemahaman siswa dalam konsep bangun
datar ini karena pendekatan yang guru gunakan tidak sesuai, sehingga siswa
tidak mampu menangkap konsep secara maksimal. Penggunaan pendekatan
yang konvensional seperti cermah hanya akan memaksa siswa untuk
Berkenaan dengan pembahasan di atas, masih banyak siswa yang kurang
dalam kemampuan koneksi matematika, khusunya dalam materi bangun
datar. Siswa kesulitan dalam memahami konsep bangun datar dan
menghubungkan konsep-konsep dalam bangun datar.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dibutuhkan sebuah pendekatan
yang tepat untuk mempengaruhi kemampuan koneksi matematika siswa,
sehingga membuat pembelajaran siswa menjadi lebih bermakna. Sesuai
dengan permasalahan yang dipaparkan dalam penelitian ini, peneliti
memutuskan untuk menggunakan pendekatan problem solving sebagai solusi
dalam mempengaruhi kemampuan koneksi matematika siswa.
Pendekatan problem solving merupakan pembelajaran berbasis masalah
yang akan membuat siswa berpikir kritis, logis, dan kreatif dalam
memecahkan sebuah permasalahan. Seperti yang diungkapkan oleh Killen
(dalam Susanto, 2013) :
Pemecahan masalah sebagai strategi pembelajaran adalah suatu teknik dimana masalah digunakan secara langsung sebagai alat untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Dengan pendekatan pemecahan masalah ini siswa dihadapkan pada berbagai masalah yang dijadikan bahan pembelajaran secara langsung agar siswa menjadi peka dan tanggap terhadap semua persoalan yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.(hlm. 197)
Pendekatan Problem Solving membuat siswa berhadapan dengan sebuah
masalah yang harus ditemukan dan siswa berperan secara langsung dalam
proses penyelesaiannya sesuai dengan kemampuan yang siswa miliki,
sehingga siswa dapat menemukan solusi sesuai dengan permasalahannya.
Pendekatan problem solving melibatkan guru secara langsung sebagai
pembimbing dan motivator siswa untuk dapat melakukan pembelajaran
dengan semangat, sehingga siswa mampu merespon pertanyaan yang
diberikan hingga siswa mampu memecahkan sebuah masalah.
Pendekatan problem solving memiliki langkah-langkah membantu siswa
dalam penyelesaian masalah (Adjie dan Maulana, 2009, hlm. 46), yaitu : 1)
5
harus menentukan apa yang diketahui, dan ditanya, sehingga siswa dapat
menentuka cara penyelesaiannya. 2) Memilih strategi pemecahan, dalam
langkah ini siswa harus memiliki pengetahuan yang tepat dalam menentukan
startegi yang digunakan, siswa harus mampu menghubungkan konsep yang
sebelumnya dimiliki untuk menemukan strategi yang tepat. 3) Menyelesaikan
model, setelah siswa memilih strategi yang tepat, siswa memerlukan
keterampilan matematika untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Kemampuan menghubungkan topik dalam matematika juga diperlukan
sebagai dasar dari keterampilan siswa menyelesaikan masalah. 4)
Menafsirkan solusi, setelah siswa dapat menyelesaikan masalah, siswa harus
mampu memberikan kesimpulan tentang masalah yang ditanyakan.
Pendekatan problem solving diharapkan mampu mempengaruhi
kemampuan koneksi matematika siswa. Karena pendakatan problem solving
merupakan pembelajaran yang berbasis masalah, maka siswa dituntut untuk
dapat memahami konsep-konsep sebelumnya, sehingga dapat
menghubungkan konsep-konsep selanjutnya, dan pembelajaran yang
diberikan dapat berguna dalam kehidupan siswa, sehingga pembelajaran yang
dihasilkan dapat bermakna.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu diadakan
penelitian yang konkret dengan judul “Pengaruh Pendekatan Problem Solving
Terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SD Pada Materi Bangun
Datar”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh pendekatan problem solving terhadap kemampuan
koneksi matematika siswa?
2. Bagaimana perbedaan pengaruh pendekatan problem solving dan yang
tidak menggunakan pendekatan problem solving terhadap kemampuan
3. Bagaimana respon siswa pada pembelajaran matematika dengan
pendekatan problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika
siswa ?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan pengaruh pendekatan problem solving terhadap
kemampuan koneksi matematika siswa.
2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pendekatan problem solving dan
yang tidak menggunakan pendekatan problem solving terhadap
kemampuan koneksi matematika siswa.
3. Untuk mengetahui respon siswa pada pembelajaran matematika dengan
pendekatan problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika
siswa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk semua pihak yang
bersangkutan, secara umum untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari beberapa aspek dibawah ini :
1. Manfaat dari segi teori, dari hasil penelitian ini dapat memberikan
konstribusi dalam mengembangkan model pembelajaran lain yang lebih
efektif, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan koneksi matematika
siswa, dan menghasilkan pembelajaran yang bermakna.
2. Manfaat dari segi praktik
a. Memberikan wawasan baru tentang proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan problem solving, menambah wawasan bagi
peneliti dalam membuat penelitian.
b. Menjadi referensi untuk model pembelajaran bagi guru, dan peneliti
7
E. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam skripsil ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut :
1. BAB I : Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, hingga struktur organisasi skripsi. Latar
belakang penelitian yang merupakan landasan peneliti untuk memilih
judul penelitian. Kemudian rumusan masalah penelitian yaitu berisi
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Tujuan
penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian. Manfaat
penelitian merupakan manfaat dari penelitian yang dilakukan kepada
peneliti, siswa, guru, atau organisasi lain yang berhubungan dengan
pendidikan. Sedangkan yang terakhir adalah struktur organisasi skripsi
yang merupakan penjabaran isi skripsi dari awal hingga akhir.
2. BAB II : Kajian Pustaka
Terdiri dari kajian pustaka atau landasan teoritis, dan penelitian yang
relevan. Kajian pustaka, atau landasan teoritis merupakan landasan teori
atau pengertian dari ahli tentang variabel yang terdapat dalam judul
penelitian. Penelitian yang relevan merupakan penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan variabel yang diteli dan sudah terbukti kebenarannya.
3. BAB III : Metode Penelitian
Terdiri dari metode penelitian, desain penelitian, partisipan, populasi dan
sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data.
Metode penelitian digunakan untuk memilih metode apa yang digunakan
dalam penelitian ini. Sedangkan desain penelitian merupakan desain yang
dipilih dari metode penelitian yang digunakan. Populasi dan sampel
merupakan subjek yang akan digunakan dalam penelitian, peneliti
memberikan paparan yang jelas tentang sampel yang digunakan.
Instrumen penelitian digunakan untuk memilih cara pengumpulan data
yang akan dilakukan dalam penelitian. Prosedur penelitian merupakan
penjabaran dari awal penelitian hingga penarikan kesimpulan dari hasil
penelitian. Analisis data merupakan proses mengolah dan menganalisis
4. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Terdiri dari temuan penelitian dan pembahasan temuan penelitian.
Temuan penelitian dimaksud untuk memaparkan temuan penelitian
berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data sesuai dengan urutan
rumusan permasalahan penelitian. Pembahasan temuan penelitian untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang terdapat dalam rumusan
permasalahan penelitian.
5. BAB V : Kesimpulan dan Rekomendasi
Terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi tentang
jawaban pertanyaan penelitian dalam rumusan masalah penelitian.
Rekomendasi dapat ditunjukan kepada pihak yang bersangkutan, dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif,
sedangkan penelitian ini merupakan jenis metode penelitian eksperimen.
“Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang
lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono, 2012, hlm. 107).
Metode kuantitatif memiliki ciri khas dengan adanya kelas kontrol,
begitu pula metode penelitian eksperimen yang menggunakan dua kelas yang
akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas Kontrol. Kelas eksperimen
merupakan kelas yang diberikan perlakuan (treatment), sedangkan kelas
kontrol merupakan kelas yang tidak diberikan perlakuan (treatment) atau
kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Pada penelitian ini menggunakan bentuk Quasi Eksperimental Design,
dimana desain ini merupakan pengembangan dari true experimental design.
Menurut Sugiyono (2012, hlm. 114) “Quasi Eksperimental Design
mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen.” Quasi Eksperimental Design bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidak pengaruh pemberian treatment dari kelas yang diberikan. Berikut
ini dikemukakan “dua bentuk Quasi Eksperimental Design, yaitu Time-Series Design dan Nonequivalent Control Group Design” (Sugiyono, 2012, hlm.
114).
Penelitian ini menggunakan pendekatan problem solving pada kelas
eksperimen dan pembelajaran seperti biasa atau konvensional pada kelas
kontrol. Penelitian ini dimaksud untuk mengetahui pengaruh pendekatan
problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa lebih baik
atau tidak lebih baik dari pembelajaran yang tidak menggunakan pendekatan
26
Penggunaan Nonequivalent Control Group Design dalam penelitian ini
untuk melihat kemampuan kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, dimana
kelas eksperimen pada awalnya memiliki kemampuan yang sama dengan
kelas kontrol. Pengunjian Pretest dilakukan kepada kelas eksperimen dan
kelas kontrol untuk mengetahui apakah kemampuan kelas eksperimen dan
kelas kontrol sama. Setelah diketahui jika kemampuan awal kelas eksperimen
dan kelas kontrol sama, maka dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen
dengan menggunakan pendekatan problem solving oleh peneliti selama dua
kali pertemuan, dan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran biasa
atau konvensional oleh guru kelas, selama dua kali pertemuan. Setelah dua
kali pertemuan maka akan dilakukan posttest pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol untuk mengetahui berapa besar perubahan yang dialami kedua
kelas tersebut.
Rancangan Nonequivalent Control Group Design dalam kegiatan
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
O1 X O2
O3 O4
(Sugiyono, 2012, hlm. 116)
Keterangan :
O1 dan O3 = kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan treatment pembelajaran.
O2 = kelas eksperimen setelah diberikan treatment dengan
pendekatan problem solving.
O4 = kelas kontrol setelah diberikan treatment dengan
pembelajaran seperti biasa atau konvensional.
X = Penerapan pendekatan problem solving pada kelas
27
B. Partisipan
Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
Va dan Vb SDN Cigabus Kecamatan Taktakan. Jumlah siswa kelas Va
sebanyak 30 siswa dan jumlah siswa kelas Vb sebanyak 30 siswa. Kelas Va
memiliki jumlah siswa laki-laki 16 siswa, dan jumlah siswa perempuan 14
siswa. sedangkan kelas Vb memiliki jumlah siswa laki-laki 15 siswa, dan
siswa perempuan 15 siswa.
Pemilihan kelas Va dan kelas Vb sebagai partisipan karena kelas V sudah
mampu untuk menyelesaikan maslah dengan salah satu pendekatan
pemecahan masalah. Kelas V juga sudah mampu menganalisis, dan
mengambil sebuah kesimpulan tentang masalah yang diselesaikannya.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, maka populasi
yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas Va dan kelas
Vb SDN Cigabus Kecamatan Taktakan, Kota Serang. Siswa kelas Va
memiliki jumlah siswa sebanyak 30 siswa dan kelas Vb memiliki jumlah
siswa sebanyak 30 siswa.
Penelitian ini dilakukan di SDN Cigabus yang terletak di Kecamatan
Taktakan, Kota Serang. Alasan pemilihan sekolah ini karena peneliti
sedang melakukan program pengalaman lapangan yang bertempat di SDN
Cigabus.
2. Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 100% jumlah
populasi yaitu kelas Va dan kelas Vb. Dasar pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah teknik Sampling Jenuh yang termasuk dalam teknik
sampling Nonprobability Sampling. Teknik sampling jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Sugiyono, 2012, hlm. 124).
Seluruh siswa kelas Va dan kelas Vb mengikuti pretest untuk
28
Setelah dilakukan pretest maka dilakukan pembelajaran kepada kelas Va
dan kelas Vb. Kelas Vb akan dijadikan sebagai kelas eksperimen, dan
akan mendapat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem
solving, dan kelas Va sebagai kelas kontrol, akan mendapat pembelajaran
seperti biasa oleh guru.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini untuk mengukur variabel yang akan diteliti
digunakan instrumen berupa tes dan non tes.
1. Tes Kemampuan Koneksi Matematika
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes kemampuan koneksi
matematika yang terdiri dari pretest dan posttest. Pretest diberikan
kepada semua kelas sebelum dilakukannya treatment untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dalam kelas eksperimen atau kelas kontrol
seimbang atau tidak. Sedangkan posttest dilakukan setelah kelas
eksperimen dan kelas kontrol melakukan pembelajaran, posttest
dilakukan untuk mengukur seberapa besar peningkatan yang terjadi pada
siswa.
Jenis instrument tes kemampuan koneksi yang digunakan oleh peneliti
adalah tes tertulis, dengan bentuk instrumen tes uraian atau essay, dengan
jumlah 4 soal. Tes uraian ini dipilih karena peneliti dapat melihat
bagaimana langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan siswa, tes uraian
juga dimaksudkan agar siswa dapat teliti dalam pengerjaan. Dengan tes
uraian tersebut peneliti dapat mengetahui kesulitan yang dialami siswa,
sehingga peneliti dapat mengkaji kembali.
Dalam penyususnan tes kemampuan koneksi matematika ini pertama
peneliti membuat kisi-kisi soal, yang mencakup sub pokok bahasan,
indikator, kemampuan koneksi matematika yang diukur, dan jumlah butir
soal.
Sebelum menggunakan sebuah tes hendaknya dilakukan pengukuran
validitas tes berdasarkan kriteria tertentu. Menurut Rakhmat dan
29
kepada kualitas ketepatan tes dalam mengukur aspek-aspek materi atau
aspek-aspek prilaku yang seharusnya diukur”. Jenis validitas soal yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas muka dan validitas isi
sesuai dengan pertimbangan dosen pembimbing atau ahli bidang, sebagai
berikut :
a) Validitas Muka
Validitas muka merupakan sebuah keputusan untuk
menentukan kelayakan dari suatu tes yang berdasarkan penampilan
bukan kriteria objektif. Validitas muka disini untuk menunjukkan
apakah soal/tes yang diberikan sudah tepat atau sesuai dengan
indikator, butir soal dan kemampuan siswa. Menentukan soal yang
sesuai dengan validitas soal maka dibutuhkan bimbingan
berdasarkan orang yang ahli. Pada penelitian ini akan dibimbing oleh
dosen pembimbing, yang merupakan dosen mata kuliah matematika.
b) Validitas Isi
Validitas isi digunakan untuk mengetahui apakah isi dalam
soal sudah valid atau tidak valid. Berikan angka 1 di tabel yang
sudah disediakan, jika soal tersebut dianggap valid, sedangkan
berikan angka 0, jika soal tersebut dianggap tidak valid. Berikanlah
komentar serta saran pada tabel yang sudah disediakan.
Soal dapat dikatakan valid, jika soal sudah memenuhi kriteria
berikut :
- Sesuai dengan materi pokok yang disampaikan.
- Sesuai dengan indikator kemampuan koneksi matematika dan
indikator hasil belajar.
- Memiliki aspek kemampuan koneksi matematika
- Sesuai dengan tingkat kesukaran siswa kelas V SD
2. Instrumen Skala Sikap (Angket)
Instrumen skala sikap yang digunakan adalah angket, angket
digunakan untuk mengetahui bagaimana respon siswa di kelas
eksperimen selama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
30
angket yang disusun dengan pilihan jawaban yang sudah lengkap,
sehingga responden dapat memilih dengan memberikan tanda pada
jawaban yang dipilih.
Pengukuran skala sikap pada penelitian ini menggunakan skala Likert,
menurut Sugiyono (2012, hlm. 134) “skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial”. Perhitungan secara kuantitatif skala
Likert memiliki gradasi sebagai berikut:
a) Sangat setuju diberi skor 4
b) Setuju diberi skor 3
c) Tidak setuju diberi skor 2
d) Sangat tidak setuju diberi skor 1
(Sugiyono, 2012, hlm. 135)
Sedangkan bila pernyataan mengandung pernyataan negatif maka nilai
diberikan kebalikannya. Misal pernyataan “Penggunaan pendekatan
problem solving sangat menyenangkan” siswa yang memilih sangat
setuju (SS) akan diberikan skor 4, namun bila pernyataan unfavorable
“Penggunaan pendekatan problem solving sangat membosankan” siswa
yang memilih sangat setuju (SS) akan diberi skor 1.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui pendapat atau respon siswa
tentang proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem
solving pada siswa kelompok eksperimen. Jumlah pertanyaan dalam
wawancara ini ada lima pertanyaan.
4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui respon
siswa pada pembelajaran matematika dengan pendekatan problem
solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa pada kelas
eksperimen. Lembar observasi aktivitas siswa ini digunakan untuk
melihat bagaimana siswa mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan
31
E. Prosedur Penelitian
1. Langkah-langkah penelitian :
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian eksperimen sebagai
berikut :
Gambar 3.1.
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian eksperimen
Adapun penjelasan dari gambar bagan tersebut yaitu :
a) Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan studi lapangan untuk
menemukan permasalahan pembelajaran yang terjadi di sekolah dasar.
b) Selanjutnya mengidentifikasi masalah, setelah melakukan studi
lapangan kita menemukan permasalahan, sehingga mendapatkan
32
variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel
bebasnya adalah pendekatan problem solving, sedangkan variabel
terikatnya yaitu kemampuan koneksi matematika.
c) Membuat instrumen penelitian berupa soal tes kemampuan koneksi
matematika, angket skala sikap, dan lembar observasi. Instrumen ini
kemudian diuji coba untuk mengetahui valid atau tidak. Pengujian
instrumen diberikan kepada dosen pembimbing.
d) Menentukan subjek penelitian dengan menggunakan bentuk dari
desain kuasi eksperimen yaitu Nonequivalent Control Group Design.
Pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan tidak
random atau dengan sengaja dipilih.
e) Setelah menentukan kelas eksperimen dan kontrol, maka dilakukan
pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
f) Setelah melakukan pretest maka dilakukan treatment pembelajaran
pada kelas eksperimen dengan pendekatan problem solving,
sedangkan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran seperti biasa.
g) Melakukan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
h) Memberikan angket pada seluruh siswa kelas eksperimen, dan
melaksanakan wawancara terhadap empat siswa kelas eksperimen.
i) Setelah semua data terkumpul maka dilakukan pengolahan dan
analisis data.
j) Mengambil kesimpulan dari hasil penelitian yang didapatkan.
2. Hipotesis penelitian secara statistic
Perumusan hipotesis penelitian statistik yang dilakukan sebagai berikut :
- Hipotesis pertama (Ha) : Pengaruh pendekatan problem solving
lebih baik terhadap kemampuan koneksi matematika siswa daripada
yang tidak menggunakan pendekatan problem solving.
- Hipotesis kedua (Ho) : Pengaruh pendekatan problem solving
tidak lebih baik terhadap kemampuan koneksi matematika siswa
daripada tidak menggunakan pendekatan problem solving.
Ha :
33
Keterangan :
- = rata-rata (populasi) kemampuan koneksi matematika siswa
yang diberikan pembelajaran dengan pendekatan problem solving.
- = rata-rata (populasi ) kemampuan koneksi matematika siswa
yang tidak diberikan pembelajaran dengan pendekatan problem
solving.
(Sugiyono, 2012, hlm. 102)
F. Analisis Data
1. Pengaruh Pendekatan Problem Solving terhadap Kemampuan Koneksi
Matematika Siswa
Pada penelitian ini, analisis data yang digunakan untuk
mendeskripsikan pengaruh pendekatan problem solving terhadap
kemampuan koneksi matematika siswa, yaitu dengan menggunakan
analisis tes kemampuan koneksi matematika. Berikut ini langkah-langkah
analisis tes kemampuan koneksi matematika.
a. Analisis Tes Kemampuan Koneksi Matematika
Analisis tes kamampuan koneksi matematika menggunakan data
pretest dan posttest kelas eksperimen, dan kelas kontrol. Setelah data
tersebut didapatkan maka akan dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas untuk melihat apakah data tersebut berdistribusi normal
dan homogen. Kemudian, setelah diketahui data berdistribusi normal
dan homogen, maka selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata
(uji t) untuk perbedaan rata-rata dari data pretest dan posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Sehingga peneliti dapat
mendeskripsikan pengaruh pendekatan problem solving terhadap
kemampuan koneksi matematika siswa. Penelitian ini menggunakan
teknik analisis data statistik dengan menggunakan bantuan software
IBM SPSS (Statistical Product and Service Solustion) 20.0 for
34
1) Uji Normalitas
Hipotesis yang diajukan akan dianalisis menggunakan
perhitungan statistik, dengan melewati uji normalitas, uji
homogenitas, dan uji hipotesis. Uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui apakah sampel dari data yang digunakan memiliki
distribusi normal atau tidak. Analisis uji normalitas dapat
dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan mencari chi-kuadrat
hitung ( , dengan rumus :
∑
(Riduwan, 2008, hlm. 182)
Setelah ditemukan chi-kuadrat maka memandingkan hitung
dengan tabel , untuk 0,05. Kemudian menarik kesimpulan
dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
Jika hitung tabel, artinya distribusi data tidak normal
Jika hitung tabel, artinya data berdistribusi normal.
(Riduwan, 2008, hlm. 182)
Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan software IBM SPSS 20 for Windows. Pengambilan
uji normalitas data pada penelitian ini dengan menggunakan
bantuan uji shapiro – wilk.
Langkah-langkah melakukan uji normalitas dengan
menggunakan software IBM SPSS 20 for Windows (Martono,
2012, hlm. 176), yaitu:
a) pertama menyiapkan data nilai pretest maupun posttest kelas
35
nilai pretest kelas eksperimen, pada kolom 2 ketik kembali
atau copy paste data nilai pretest kelas kontrol, begitu juga
dalam menguji normalitas data posttest.
c) Kemudian pilih menu Analyze, kemudian pilih sub menu
Descriptive Statistc, kemudian pilih Explore. Pada kotak
menu explore pindahkan variabel 1 dan 2 ke kotak Dependent
List, kemudian klik plots, tandai Normality plots with test,
kemudian klik continue, dan ok. Tunggu beberapa saat
sampai data output selesai.
Setelah melakukan uji normalitas dengan menggunakan
bantuan software IBM SPSS 20, data dikatakan berdistribusi
normal dengan menggunakan kaidah:
Sig. > 0.05, maka data berdistribusi normal.
Sig. ≤ 0.05, maka data tidak berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas variansi dimaksudkan untuk mengetahui
apakah kelas eksperimen dan kontrol mempunyai variansi yang
sama atau homogen. Menghitung uji homogenitas variansi dengan
manual dapat menggunakan rumus uji F, yaitu :
Fhitung =
(Riduwan, 2008, hlm. 179)
Setelah ditemukan Fhitung, maka diambil keputusan dengan
menggunakan kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
Jika Fhitung Ftabel, berarti tidak homogen
Jika Fhitung ≤ Ftabel, berarti homogen
36
Cara untuk memudahkan pengolahan data uji homogenitas
variansi pada penelitian ini menggunakan bantuan software IBM
SPSS 20 for Windows.
Langkah-langkah untuk melakukan uji homogenitas
variansi dengan menggunakan software SPSS 20 for Windows,
yaitu :
a) Pertama buka lembar IBM SPSS 20.0, kemudian pilih menu
Analyze, lalu pilih submenu compare means, pilih one-way
anova.
b) Pada kolom dependen list, klik variabel yang muncul di
dalam kolom. Kemudian pada factor list klik variabel yang
muncul di dalam kolom factor list.
c) Kemudian klik options, lalu klik homogeneity of variance,
kemudian klik continue. Terakhir klik ok untuk mengakhiri
perintah, sehingga akan menghasilkan tabel berupa hasil data
uji homogentias variansi.
Setelah melakukan uji homogenitas dengan bantuan
software IBM SPSS 20, maka menurut Martono (2012, hlm. 185)
diambil keputusan dengan kriteria pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut:
a) Apabila p value (Sig.) ≤ 0,05 maka H0 ditolak
b) Apabila p value (Sig.) > 0,05 maka H0 diterima
Keterangan :
Ho = kedua varians sama (homogen)
Ha = kedua varians berbeda (heterogen)
3) Uji Perbedaan dua rata-rata (uji t)
Uji t dilakukan untuk membandingkan apakah kedua
variable memiliki perbedaan rata-rata atau tidak. Uji t dapat
37
memiliki varians yang sama. Menurut Riduwan (2008, hlm. 157),
langkah-langkah uji t dengan cara manual, yaitu :
- Buatlah Ha dan Ho dalam sebuah kalimat
- Buatlah Ha dan Ho dalam model statistik
- Mencari thitung, dengan rumus : thitung = ̅
√
- Menentukan taraf signifikasi, misalnya 0.05 atau =
0.01, kemudian cari ttabel dengan ketentuan db = n-1
- Bandingkan anatara thitung dengan ttabel kemudian buat
kesimpulan.
Cara untuk mempermudah pengolahan data dibutuhkan
bantuan software IBM SPSS Statistic 20, (Martono, 2012, hlm.
180) yaitu:
a) Buka lembar SPSS 20, klik variable view, kemudia ketik nilai
untuk variabel nilai pretest kelas eksperimen dan kelas
kontrol, ketik kelas untuk variabel kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
b) Kemudian ganti decimals dengan 0, lalu pada kolom value
ketik 1 untuk eksperimen, lalu ketik 2 untuk kelas kontrol.
Begitu juga langkah-langkah untuk varibel posttest. Setelah
itu kembali ke data view pada kolom nilai, masukan nilai
pretest/posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Sementara pada kolom kelas masukan angka 1 sesuai jumlah
siswa untuk kelas eksperimen, dan masukan angka 2 sesuai
jumlah siswa untuk kelas kontrol.
c) Kemudian ke menu Analyze pilih compare means, pilih
independent samples T test. Pada kotak menu independent
samples T test, masukan variabel nilai ke kotak test variable,
sedangkan varaibel kelas pada kotak grouping variable.
d) Kemudian pada pilihan define group ketik 1 untuk variabel 1
dan ketik 2 untuk variabel 2, lalu klik continue, kemudian ok.
38
Setelah melakukan uji t (Independent Samples T Test),
maka menurut Martono (2012, hlm. 186) dapat diambil
kesimpulan dengan hipotesis yang digunakan dalam uji
Independent Samples T Test ini yaitu :
Ho = Terdapat kesamaan hasil nilai rata-rata
Ha = Tidak terdapat kesamaan hasil nilai rata-rata
Kriteria pengambilan keputusan pada uji t yaitu :
a) Jika signifikansi (Sig.) 0,05 maka Ho diterima
b) Jika signifikansi (Sig.) ≤ 0,05 maka Ho ditolak
2. Perbedaan Pengaruh Pendekatan Problem Solving dan yang Tidak
Menggunakan Pendekatan Problem Solving terhadap Kemampuan
Koneksi Matematika Siswa
Pada penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengaruh pendekatan
problem solving dan yang tidak menggunakan pendekatan problem
solving terhadap kemampuan koneksi matematika, yaitu dengan
menggunakan uji N-Gain ternormalisasi. Berikut ini langkah-langkah uji
N-Gain ternormalisasi.
a. Uji N-Gain Ternormalisasi
Perhitungan uji N-Gain ternormalisasi untuk mengetahui
perbedaan pengaruh pendekatan problem solving dan yang tidak
menggunakan pendekatan problem solving, dengan melihat
peningkatan kemampuan koneksi matematika pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Adapun untuk melakukan analisis uji N-Gain
ternormalisasi dengan menggunakan rumus :
g =
x 100%
Dimana skor idealnya adalah 100
39
Cara untuk mempermudah pengolahan N-Gain dalam penelitian ini
menggunakan bantuan Microsoft Excel, dengan rumus pengerjaan
seperti di atas. Peningkatan tinggi rendah uji N-Gain ternormalisasi
dapat dilihat dari interpretasi gain dibawah ini:
Tabel 3.1.
3. Respon Siswa pada Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Problem Solving terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Siswa
Pada penelitian ini untuk mengetahui respon siswa pada pembelajaran
matematika dengan pendekatan problem solving terhadap kemampuan
koneksi matematika siswa, yaitu dengan menggunakan analisis data skala
sikap, analisis data wawancara, dan analisis lembar observasi aktivitas
siswa. Berikut ini langkah-langkah analisis data skala sikap, analisis data
wawancara, dan analisis lembar observasi aktivitas siswa.
a. Analisis Data Skala Sikap
Data skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket. Angket diberikan setelah selesai melakukan posttest. Angket
dalam penelitian ini berjumlah 10 pernyataan, yaitu lima pernyataan
positif dan lima pernyataan negatif. Setelah angket terkumpul
kemudian melakukan langkah-langkah dibawah ini :
1) Setiap butir skala sikap dihitung. Dalam penelitian ini skala sikap
yang memiliki pernyataan positif akan diberikan skor 4 untuk SS
(sangat setuju), skor 3 untuk S (setuju),skor 2 untuk TS (tidak
setuju), dan skor 1 untuk STS (sangat tidak setuju). Sedangkan
pernyataan yang mengandung negatif diberikan skor
40
S (setuju),skor 3 untuk TS (tidak setuju), dan skor 4 untuk STS
(sangat tidak setuju).
2) Tingkat persetujuan dan rata-rata % untuk setiap butir dihitung.
Cara menentukan tingkat persetujuan dan rata-rata % sebagai
berikut:
Tingkat persetujuan =
Rata-rata % = =
Skor Ideal = jumlah responden x skor maksimal= 30 x 4 = 120
Keterangan :
n1 = banyaknya siswa yang menjawab skor 4
n2 = banyaknya siswa yang menjawab skor 3
n3 = banyaknya siswa yang menjawab skor 2
n4 = banyaknya siswa yang menjwab skor 1
Setelah tingkat persetujuan dan rata-rata % didapatkan langkah
selanjutnya adalah menafsirkan menurut kriteria interpretasi skor.
Berikut ini kriteria interpretasi skor (Riduwan, 2008, hlm. 88) :
Tabel 3.2
Wawancara dilakukan pada 4 orang siswa kelompok eksperimen,
yaitu dua laki-laki dan dua perempuan. Jumlah pertanyaan pada
wawancara ada 10 pertanyaan. Data hasil wawancara akan ditulis
dengan ringkas sesuai dengan jawaban yang ditanyakan. Hasil
41
c. Analisis Data Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui
respon siswa pada pembelajaran matematika dengan pendekatan
problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa pada
kelas eksperimen. Hasil lembar observasi aktivitas siswa berupa
banyaknya siswa aktif dan presentase setiap pertemuan sesuai dengan
langkah-langkah pendekatan problem solving. Lembar observasi
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis data yang didapatkan dari
penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1) Ada pengaruh
pendekatan problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa,
hal ini dibuktikan dengan analisis tes kemampuan koneksi matematika siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah dilakukan analisis pada data
pretest dan posttest kedua kelas tersebut maka didapatkan hasi uji t
(perbedaan dua rata-rata) posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu
dengan nilai sig.0,00. Nilai sig. tersebut di bawah taraf = 0,05, sehingga H0
diterima, atau ada perbedaan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hal ini membuktikan jika ada pengaruh pendekatan problem solving terhadap
kemampuan koneksi matematika siswa. 2) Ada perbedaan pengaruh
pendekatan problem solving dan yang tidak menggunakan pendekatan
problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa. Hal ini
dibuktikan dengan rata-rata nilai N-Gain kelas eksperimen lebih besar
dibanding dengan rata-rata nilai N-Gain kelas kontrol. Kelas eksperimen
memiliki interpretasi N-Gain sedang sebanyak 29 siswa, dan rendah sebanyak
1 siswa. Sedangkan kelas kontrol memiliki interpretasi N-Gain sedang
sebanyak 8 siswa, dan rendah sebanyak 22 siswa. Perbedaan yang besar
tersebut menegaskan jika pendekatan problem solving memiliki pengaruh
terhadap kemampuan koneksi matematika siswa, dibanding dengan
pembelajaran biasa di kelas kontrol. 3) Siswa memberikan respon yang baik
pada pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving terhadap
kemampuan koneksi matematika siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil
angket, hasil wawancara, dan hasil lembar observasi aktivitas siswa yang
dilakukan siswa. Presentase angket siswa yang memiliki kriteria sangat kuat,
dan jawaban yang positif dari siswa saat wawancara, membuktikan jika siswa
82
membuat siswa lebih berpikir kritis, dan kreatif, sehingga kemampuan
koneksi matematika siswa meningkat. Hal ini juga dibuktikan dengan lembar
observasi aktivitas siswa, banyak siswa aktif saat pembelajaran tidak
berkurang dari pertemuan pertama hingga pertemuan kedua, minat siswa
terhadap pembelajaran dengan pendekatan problem solving sangat baik, dan
berpengaruh baik pada kemampuan koneksi matematika siswa.
B. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan yang sudah dijelaskan tentang pengaruh pendekatan
problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa sd pada
materi bangun datar, implikasi dan rekomendasi ini peneliti berikan kepada
guru dan calon guru (peneliti selanjutnya).
1. Guru
a. Penggunaan pendekatan problem solving ini membuat siswa lebih
aktif, lebih berpikir kritis, logis, dan kreatif.
b. Semoga pendekatan problem solving ini dapat lebih meningkatkan
pengaruh terhadap kemampuan koneksi matematika siswa khususnya
pada materi bangun datar.
c. Memberikan alat peraga yang jelas agar siswa mampu memahami
secara jelas. Siswa jadi lebih mampu mengeksplor kemampuannya
terhadap alat peraga yang guru berikan.
d. Memberikan perhatian yang cukup terhadap seluruh siswa, agar siswa
menjadi aktif dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Selalu
memberikan dorongan dan motivasi agar siswa semangat dalam
proses pembelajaran, dan pembelajaran pun menjadi bermakna.
2. Peneliti Selanjutnya
Kemampuan koneksi matematika merupakan kemampuan awal
yang harus dimiliki seluruh siswa, hal yang harus diperhatikan adalah
pemilihan soal yang tepat, kemudian pemilihan waktu yang benar dan
tidak terburu-buru sehingga hasil penelitian memiliki dampak yang
bagus. Penelitian ini tidak luput dari kekurangan, berikut ini kekurangan
83
a. Penelitian ini memiliki waktu yang terbatas, sehingga berpengaruh
pada hasil yang kurang maksimal.
b. Alat peraga yang ditunjukkan hanya sedikit, harus lebih berpikir
kreatif dalam memilih alat peraga.
Semoga dengan kekurangan yang sudah disebutkan, peneliti
selanjutnya dapat memperbaiki dan menghasilkan penelitian yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
Adjie, N. dan Maulana. (2009). Pemecahan masalah matematika. Bandung: UPI PRESS.
Djamarah, S.B. & Zain, A. (2010). Strategi belajar mengajar. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Fauzi, R. (2012). Meningkatkan prestasi belajar matematika materi sifat-sifat
bangun datar dengan pendekatan matematika realistic kelas 5 sd negeri kaputran iv Yogyakarta. (Skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.
Heruman. (2012). Model pembelajaran matematika di sekolah dasar. Bandung: Rosda.
Jihad, A. (2008). Pengembangan kurikulum matematika (tinjauan teoritis dan
historis). Bandung: Multi Pressindo.
Khalid, M. & Suyati. (2007). Pelajaran matematika untuk sd kelas 5 semester
2. Jakarta: Erlangga.
Martono, N. (2012). Metode penelitian kuantitatif: analisis isi dan analisis
data sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.
Nisbah, F. (2013). Pengertian bangun datar. [Online]. Diakses dari http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/05/pengertian-bangun-datar.html.
Permatasari, R. (2012). Peningkatan kemampuan perkalian bilangan cacah melalui pendekatan pemecahan masalah (penelitian tindakan pada siswa kelas iv sdn guntur 04 pagi Setiabudi Jakarta Selatan). Jurnal
Pendidikan Dasar, 3 (5), hlm. 147-154.
Rakhmat, C. & Solehuddin. (2006). Pengukuran dan penilaian hasil belajar. Bandung: Andira.
Riduwan. (2008). Metode dan teknik menyusun skripsi dan tesis. Bandung: Alfabeta.
Sitorus, R. (2014). Penerapan metode problem solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika di kelas iv sd negeri Medan Estate. Jurnal Handayani, 2(1), hlm. 140-150.
Sucianah, U. (2014). Pengaruh penggunaan pendekatan problem solving
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran ipa di sd. (Skripsi).
Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,
kualitatif, dan r&d. Bandung: Alfabeta.
Susanto, A. (2013). Teori belajar & pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta: Kencana.
Suwangsih, E & Tiurlina. (2006). Model pembelajaran matematika. Bandung: UPI PRESS.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.