• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SD PADA MATERI BANGUN DATAR: Studi Eksperimen di Kelas V SDN Cigabus Kecamatan Taktakan, Kota Serang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SD PADA MATERI BANGUN DATAR: Studi Eksperimen di Kelas V SDN Cigabus Kecamatan Taktakan, Kota Serang."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING

TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA

SISWA SD PADA MATERI BANGUN DATAR

(Studi Eksperimen di Kelas V SDN Cigabus Kecamatan Taktakan, Kota Serang)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari

Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

FarahdibaMaulani

1106303

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SERANG

(2)

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING

TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA

SISWA SD PADA MATERI BANGUN DATAR

(Studi Eksperimen Di Kelas V SDN Cigabus Kecamatan Taktakan, Kota Serang)

Oleh

FARAHDIBA MAULANI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan

© FARAHDIBA MAULANI 2015

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Farahdiba Maulani. (2015). Pengaruh Pendekatan Problem SolvingTerhadap

Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SD Pada Materi Bangun Datar.

(Studi Eksperimen Di Kelas V SDN Cigabus Kecamatan Taktakan, Kota Serang)

Penelitian ini bermula saat peneliti mengamati jawaban soal matematika siswa kelas V SDN Cigabus, kebanyakan siswa menjawab tanpa tahu strategi penyelesaian yang benar, dan juga kemampuan dasar matematika siswa sangat rendah. Kemampuan koneksi matematika merupakan salah satu masalah bagi siswa, siswa masih belum mampu menghubungkan konsep matematika dalam soal tersebut. Permasalah anter sebut menjadi dasar dari penelitian ini, peneliti memutuskan untuk menggunakan pendekatan problem solving sebagai salah satu solusi penyelesaian. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendekatan problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa, perbedaan pengaruh pendekatan problem solving dengan pembelajaran yang biasa terhadap kemampuan koneksi matematika, juga mengetahui respon siswa pada pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan analisis data kuantitatif dan kualitatif, hasil analisis data terdapat pengaruh yang siginifikan dari pendekatan problem solving, kemudian ditemukan perbedaan pengaruh pendekatan problem solving dengan pembelajaran biasa, dansiswa memberikan respon yang baik terhadap pembelajaran dengan pendekatan problem

solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa. Jadi, pendekatan problem solving memiliki pengaruh terhadap kemampuan koneksi matematika,

sehingga siswamemberikan respon yang baik pada saat pembelajaran.Penelitian yang sudah dilakukan ini direkomendasikan kepada guru, sebagai salah satu pihak yang dekat dengan siswa, semoga penelitian ini dapat membantu dalam mempengaruhi kemampuan koneksi matematika siswa. Kemudian direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya, dengan adanya kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini, semoga peneliti selanjutnya dapat memperbaiki, sehingga menjadi lebih baik.

(5)

ABSTRACT

FarahdibaMaulani (2015). Influence of The Problem Solving Approach

Toward Connection Mathematics Ability of Elementary School Students on

Planes Study

(Study Experiment in class V SDN CigabusKecamatanTaktakan, Kota Serang)

This research was began when the researcher observed the fifth grade students' mathematic answer of SDN Cigabus, most of students answered without knowing the strategy of right solution, and the students' ability was low. Students' connection in mathematic ability was one of the students' problems, students still unable to connect the concept of that mathematic's question. That problem became the background of this research, researcher decided to applied problem solving aporoach as the solution. the purpose of this research were to know the influence of the problem solving approach toward the students' connection in mathematic ability, differences influence of problem solving approach and common learning toward the students' connection in mathematic ability, and to know the students' response toward the mathematic learning with the problem solving approach This research was using experiment method by implementing quantitative and qualitative as the data analyzing techniques, the result showed there was significant influence of the problem solving approach, then was found the differences influence of problem solving approach and the commong learning process, and the students gave good response toward the learning by applying problem solving approach toward the students' conncetion in mathematic ability. So, problem solving approach have good influence toward the students' connection in mathematic ability, and made the students gave the good response during the teaching and learning process.The research that has been done was recommended to teachers, as one of the parties close to students, hopefully this research can help in influencing the students' mathematical connection capabilities. then recommended to further research, with the deficiencies contained in this study, further research may be able to improve, to become better.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

UCAPAN TERIMA KASIH ... i

ABSTRAK ... iii A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9

1. Pendekatan Problem Solving ... 9

2. Kemampuan Koneksi Matematika ... 14

3. Bangun Datar ... 17

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 25

B. Partisipan ... 27

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

D. Instrumen Penelitian ... 28

(7)

F. Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 42 B. Pembahasan ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 81 B. Rekomendasi ... 82

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Interpretasi Gain Ternormalisasi ... 39

3.2 Kriteria Persentase Skala Sikap ... 40

4.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 43

4.2 Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 44

4.3 Statistik Deskriptif Pretest ... 46

4.4 Uji Normalitas Data Pretest ... 47

4.5 Uji Homogenitas Variansi Data Pretest ... 49

4.6 Independent Samples Test ... 51

4.7 Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 52

4.8 Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 53

4.9 Statistik Deskriptif Data Posttest ... 55

4.10 Uji Normalitas Data Posttest ... 56

4.11 Uji Homogenitas Variansi Data Posttest ... 58

4.12 Independent Sample Test ... 60

4.13 Kategori Pengelompokkan Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 62

4.14 Pengelompokkan Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 63

4.15 Nilai N-Gain Kelas Eksperimen ... 65

4.16 Kriteria Klasifikasi N-Gain Kelas Eksperimen ... 66

4.17 Nilai N-Gain Kelas Kontrol ... 66

4.18 Klasifikasi N-Gain Kelas Kontrol ... 67

4.19 Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ... 69

4.20 Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving .... 70

4.21 Sikap Siswa Terhadap Soal Kemampuan Koneksi Matematika ... 71

(9)

4.23 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 75

4.24 Pembahasan Keseluruhan Hasil Penelitian Analisis Data Tes Kemampuan Koneksi Matematika Siswa ... 77

(10)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram

4.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 44

4.2 Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 45

4.3 Plot Pretest Kelas Eksperimen ... 48

4.4 Plot Pretest Kelas Kontrol ... 48

4.5 Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 53

4.6 Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 54

4.7 Plot Posttest Kelas Eksperimen ... 57

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Segitiga ... 18

2.2 Persegi Panjang ... 19

2.3 Trapesium ... 19

2.4 Jenis-Jenis Trapesium ... 19

2.5 Jajargenjang ... 20

2.6 Lingkaran ... 20

2.7 Belah Ketupat ... 20

2.8 Layang-layang ... 20

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A : LEMBAR PERTIMBANGAN DAN VALIDITAS

Lembar Pertimbangan

Validitas Muka

Validitas Isi

LAMPIRAN B : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 dengan pendekatan problem solving

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 dengan pendekatan problem solving

LAMPIRAN C : INSTRUMEN PENELITIAN

Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest

Soal Pretest dan Posttest

Angket Siswa Terhadap Pembelajaran Pendekatan Problem Solving

Pedoman Wawancara Siswa

Lembar Observasi Aktivitas Siswa

LAMPIRAN D : HASIL INSTRUMEN PENELITIAN

Jawaban Soal Pretest

Jawaban Soal Posttest

Angket Siswa Terhadap Pembelajaran Pendekatan Problem Solving

Hasil Wawancara Siswa

(13)

LAMPIRAN E : FOTO-FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pelaksanaa Pretest Kelas Eksperimen

Pelaksanaan Treatment dengan menggunakan Pendekatan Problem Solving Pada Kelas Eksperimen

Pelaksanaan Posttest Kelas Eksperimen

LAMPIRAN F : ANALISIS DATA SPSS

Analisis Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Analisis Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

LAMPIRAN G : SURAT KEPUTUSAN DAN IZIN OBSERVASI

Lampiran SK Pembimbing

Lampiran Surat Izin Observasi

Lampiran Surat Keterangan Observasi

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dunia pendidikan yang semakin maju membutuhkan

sumber daya manusia yang berkompeten, mampu bersaing, dan mampu

memecahkan masalah. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat

dibentuk dengan melalui pendidikan formal. Pendidikan formal siswa harus

dilakukan semenjak dini, dimulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga

Perguruan Tinggi. Pendidikan formal adalah salah satu jalan menuju tujuan

pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pencapaian tujuan tersebut harus dimulai dari pendidikan formal paling

dasar yaitu tingkat pendidikan di sekolah dasar. Pendidikan di sekolah dasar

bertujuan untuk menjadi landasan siswa agar memiliki kemampuan dasar

pengetahuan, membaca, menulis, dan berhitung, hingga siswa mampu untuk

meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Pembelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang

penting dalam memberikan kemampuan dasar berhitung di sekolah dasar.

Matematika juga biasa digunakan sebagai alat pemecah masalah di kehidupan

sehari-hari. Dalam pembelajaran matematika terdapat proses dimana siswa

dituntut untuk dapat belajar memecahkan sebuah masalah, sehingga siswa

terlatih dan terbiasa memecahkan permasalahan baru yang akan dihadapi

dalam kehidupannya.

Matematika juga termasuk mata pelajaran yang dianggap sulit oleh

sebagian siswa, khususnya siswa yang kurang mampu dalam memahami

topik-topik dalam matematika. Pembelajaran matematika yang disampaikan

oleh guru kadang membuat siswa merasa sulit, hal ini dikarenakan

penggunaan metode atau strategi pembelajaran yang tidak sesuai dengan

(15)

abstrak juga membuat siswa sekolah dasar sulit untuk memahami. Pada

dasarnya siswa sekolah dasar masih berpikir sesuatu dengan konkret. Hal ini

sesuai dengan yang diungkap oleh Piaget (dalam Heruman, 2007), Piaget

mengatakan bahwa

Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. (hlm. 1)

Pada kenyataanya masih banyak guru yang tidak memperdulikan

permasalahan tersebut, pembelajaran matematika di sekolah dasar menjadi

momok yang selalu menakutkan bagi sebagian siswa. Begitupun dengan

kenyataan yang ditemukan di SDN Cigabus, Kecamatan Taktakan Kota

Serang. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SDN Cigabus,

masih banyak siswa yang merasa sulit dengan pembelajaran matematika.

Observasi ini dilakukan saat siswa sedang mengerjakan ujian matematika,

hampir semua siswa menjawab pertanyaan tanpa memahami masalah atau

soal yang diberikan, siswa kebingungan mencari strategi pengerjaan yang

baik untuk menyelesaikan soal-soal tersebut, siswa juga tidak dapat

memahami konsep/materi matematika yang sebelumnya didapatkan, sehingga

jawaban yang diberikan siswa salah. Hal ini juga dibuktikan dengan nilai

KKM dan rata-rata siswa kelas V SDN Cigabus adalah 60. Nilai rata-rata

yang rendah seperti itu menunjukkan bahwa siswa memerlukan bantuan

untuk meningkatkan kemampuannya, khususnya kemampuan dalam

menghubungkan topik dalam matematika.

Menghubungkan atau mengkoneksikan topik dalam matematika

merupakan bagian dari kemampuan dasar matematika yaitu kemampuan

koneksi matematika. Kemampuan koneksi matematika merupakan dasar dari

kemampuan matematika selain kemampuan pemecahan masalah, penalaran,

dan komunikasi matematika. Kemampuan koneksi matematika berbeda dari

ketiga kemampuan dasar lainnya, kemampuan koneksi matematika

dimaksudkan agar siswa mampu memahami hubungan dan kegunaan

(16)

3

hingga kehidupan sehari-hari siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Kutz

(dalam Yuniawati, 2010, hlm. 120) menyatakan “koneksi matematika

berkaitan dengan koneksi internal dan eksternal. Koneksi internal meliputi

koneksi antartopik matematika, sedangkan koneksi eksternal meliputi koneksi

dengan mata pelajaran lain dan koneksi dengan kehidupan sehari-hari”.

Menghubungkan topik dalam matematika disini berarti siswa sudah

mampu memahami topik yang sebelumnya dipelajari, sehingga siswa dapat

memahami topik yang selanjutnya akan dipelajari. Kemampuan koneksi

sangat diperlukan oleh siswa karena termasuk ke dalam kemampuan dasar

matematika, selain itu koneksi matematika membutuhkan kemampuan untuk

menghubungkan konsep matematika yang dimiliki siswa, sehingga siswa

dapat mengaplikasikan konsep yang diperolehnya di kehidupan, dan

pembelajaran yang dilakukan akan lebih bermakna.

Kemampuan koneksi matematika sangat dibutuhkan untuk semua topik

yang ada dalam matematika, khususnya pada materi bangun datar. Menurut

Daitin Tarigan (dalam Fauzi, 2012, hlm. 15) “bangun datar adalah abstark”.

Seperti yang diungkap oleh Fauzi (2012, hlm. 15) jika model bangun datar

yang ada dalam kehidupan sehari-hari bila diamati akan memiliki panjang,

lebar, maupun tinggi dan tebal, sehingga bangun datar dikatakan abstrak.

Pada materi bangun datar ini pemahaman siswa masih kurang. Hal ini

disebabkan oleh kesalahan konsep yang diterima siswa, sehingga pemahaman

siswa tentang pembelajaran bangun datar menjadi membosankan, karena

terlalu menekan pada penggunaan rumus. Siswa menjadi bergantung pada

penghafalan rumus bangun datar, dan pembelajaran pun menjadi tidak

bermakna. Kurangnya kemampuan pemahaman siswa dalam konsep bangun

datar ini karena pendekatan yang guru gunakan tidak sesuai, sehingga siswa

tidak mampu menangkap konsep secara maksimal. Penggunaan pendekatan

yang konvensional seperti cermah hanya akan memaksa siswa untuk

(17)

Berkenaan dengan pembahasan di atas, masih banyak siswa yang kurang

dalam kemampuan koneksi matematika, khusunya dalam materi bangun

datar. Siswa kesulitan dalam memahami konsep bangun datar dan

menghubungkan konsep-konsep dalam bangun datar.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dibutuhkan sebuah pendekatan

yang tepat untuk mempengaruhi kemampuan koneksi matematika siswa,

sehingga membuat pembelajaran siswa menjadi lebih bermakna. Sesuai

dengan permasalahan yang dipaparkan dalam penelitian ini, peneliti

memutuskan untuk menggunakan pendekatan problem solving sebagai solusi

dalam mempengaruhi kemampuan koneksi matematika siswa.

Pendekatan problem solving merupakan pembelajaran berbasis masalah

yang akan membuat siswa berpikir kritis, logis, dan kreatif dalam

memecahkan sebuah permasalahan. Seperti yang diungkapkan oleh Killen

(dalam Susanto, 2013) :

Pemecahan masalah sebagai strategi pembelajaran adalah suatu teknik dimana masalah digunakan secara langsung sebagai alat untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Dengan pendekatan pemecahan masalah ini siswa dihadapkan pada berbagai masalah yang dijadikan bahan pembelajaran secara langsung agar siswa menjadi peka dan tanggap terhadap semua persoalan yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.(hlm. 197)

Pendekatan Problem Solving membuat siswa berhadapan dengan sebuah

masalah yang harus ditemukan dan siswa berperan secara langsung dalam

proses penyelesaiannya sesuai dengan kemampuan yang siswa miliki,

sehingga siswa dapat menemukan solusi sesuai dengan permasalahannya.

Pendekatan problem solving melibatkan guru secara langsung sebagai

pembimbing dan motivator siswa untuk dapat melakukan pembelajaran

dengan semangat, sehingga siswa mampu merespon pertanyaan yang

diberikan hingga siswa mampu memecahkan sebuah masalah.

Pendekatan problem solving memiliki langkah-langkah membantu siswa

dalam penyelesaian masalah (Adjie dan Maulana, 2009, hlm. 46), yaitu : 1)

(18)

5

harus menentukan apa yang diketahui, dan ditanya, sehingga siswa dapat

menentuka cara penyelesaiannya. 2) Memilih strategi pemecahan, dalam

langkah ini siswa harus memiliki pengetahuan yang tepat dalam menentukan

startegi yang digunakan, siswa harus mampu menghubungkan konsep yang

sebelumnya dimiliki untuk menemukan strategi yang tepat. 3) Menyelesaikan

model, setelah siswa memilih strategi yang tepat, siswa memerlukan

keterampilan matematika untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Kemampuan menghubungkan topik dalam matematika juga diperlukan

sebagai dasar dari keterampilan siswa menyelesaikan masalah. 4)

Menafsirkan solusi, setelah siswa dapat menyelesaikan masalah, siswa harus

mampu memberikan kesimpulan tentang masalah yang ditanyakan.

Pendekatan problem solving diharapkan mampu mempengaruhi

kemampuan koneksi matematika siswa. Karena pendakatan problem solving

merupakan pembelajaran yang berbasis masalah, maka siswa dituntut untuk

dapat memahami konsep-konsep sebelumnya, sehingga dapat

menghubungkan konsep-konsep selanjutnya, dan pembelajaran yang

diberikan dapat berguna dalam kehidupan siswa, sehingga pembelajaran yang

dihasilkan dapat bermakna.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu diadakan

penelitian yang konkret dengan judul “Pengaruh Pendekatan Problem Solving

Terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SD Pada Materi Bangun

Datar”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pendekatan problem solving terhadap kemampuan

koneksi matematika siswa?

2. Bagaimana perbedaan pengaruh pendekatan problem solving dan yang

tidak menggunakan pendekatan problem solving terhadap kemampuan

(19)

3. Bagaimana respon siswa pada pembelajaran matematika dengan

pendekatan problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika

siswa ?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan pengaruh pendekatan problem solving terhadap

kemampuan koneksi matematika siswa.

2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pendekatan problem solving dan

yang tidak menggunakan pendekatan problem solving terhadap

kemampuan koneksi matematika siswa.

3. Untuk mengetahui respon siswa pada pembelajaran matematika dengan

pendekatan problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika

siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk semua pihak yang

bersangkutan, secara umum untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari beberapa aspek dibawah ini :

1. Manfaat dari segi teori, dari hasil penelitian ini dapat memberikan

konstribusi dalam mengembangkan model pembelajaran lain yang lebih

efektif, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan koneksi matematika

siswa, dan menghasilkan pembelajaran yang bermakna.

2. Manfaat dari segi praktik

a. Memberikan wawasan baru tentang proses pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan problem solving, menambah wawasan bagi

peneliti dalam membuat penelitian.

b. Menjadi referensi untuk model pembelajaran bagi guru, dan peneliti

(20)

7

E. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam skripsil ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut :

1. BAB I : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, hingga struktur organisasi skripsi. Latar

belakang penelitian yang merupakan landasan peneliti untuk memilih

judul penelitian. Kemudian rumusan masalah penelitian yaitu berisi

pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Tujuan

penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian. Manfaat

penelitian merupakan manfaat dari penelitian yang dilakukan kepada

peneliti, siswa, guru, atau organisasi lain yang berhubungan dengan

pendidikan. Sedangkan yang terakhir adalah struktur organisasi skripsi

yang merupakan penjabaran isi skripsi dari awal hingga akhir.

2. BAB II : Kajian Pustaka

Terdiri dari kajian pustaka atau landasan teoritis, dan penelitian yang

relevan. Kajian pustaka, atau landasan teoritis merupakan landasan teori

atau pengertian dari ahli tentang variabel yang terdapat dalam judul

penelitian. Penelitian yang relevan merupakan penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan variabel yang diteli dan sudah terbukti kebenarannya.

3. BAB III : Metode Penelitian

Terdiri dari metode penelitian, desain penelitian, partisipan, populasi dan

sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data.

Metode penelitian digunakan untuk memilih metode apa yang digunakan

dalam penelitian ini. Sedangkan desain penelitian merupakan desain yang

dipilih dari metode penelitian yang digunakan. Populasi dan sampel

merupakan subjek yang akan digunakan dalam penelitian, peneliti

memberikan paparan yang jelas tentang sampel yang digunakan.

Instrumen penelitian digunakan untuk memilih cara pengumpulan data

yang akan dilakukan dalam penelitian. Prosedur penelitian merupakan

penjabaran dari awal penelitian hingga penarikan kesimpulan dari hasil

penelitian. Analisis data merupakan proses mengolah dan menganalisis

(21)

4. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Terdiri dari temuan penelitian dan pembahasan temuan penelitian.

Temuan penelitian dimaksud untuk memaparkan temuan penelitian

berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data sesuai dengan urutan

rumusan permasalahan penelitian. Pembahasan temuan penelitian untuk

menjawab pertanyaan penelitian yang terdapat dalam rumusan

permasalahan penelitian.

5. BAB V : Kesimpulan dan Rekomendasi

Terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi tentang

jawaban pertanyaan penelitian dalam rumusan masalah penelitian.

Rekomendasi dapat ditunjukan kepada pihak yang bersangkutan, dan

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif,

sedangkan penelitian ini merupakan jenis metode penelitian eksperimen.

“Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian

yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang

lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono, 2012, hlm. 107).

Metode kuantitatif memiliki ciri khas dengan adanya kelas kontrol,

begitu pula metode penelitian eksperimen yang menggunakan dua kelas yang

akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas Kontrol. Kelas eksperimen

merupakan kelas yang diberikan perlakuan (treatment), sedangkan kelas

kontrol merupakan kelas yang tidak diberikan perlakuan (treatment) atau

kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Pada penelitian ini menggunakan bentuk Quasi Eksperimental Design,

dimana desain ini merupakan pengembangan dari true experimental design.

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 114) “Quasi Eksperimental Design

mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk

mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan

eksperimen.” Quasi Eksperimental Design bertujuan untuk mengetahui ada

atau tidak pengaruh pemberian treatment dari kelas yang diberikan. Berikut

ini dikemukakan “dua bentuk Quasi Eksperimental Design, yaitu Time-Series Design dan Nonequivalent Control Group Design” (Sugiyono, 2012, hlm.

114).

Penelitian ini menggunakan pendekatan problem solving pada kelas

eksperimen dan pembelajaran seperti biasa atau konvensional pada kelas

kontrol. Penelitian ini dimaksud untuk mengetahui pengaruh pendekatan

problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa lebih baik

atau tidak lebih baik dari pembelajaran yang tidak menggunakan pendekatan

(23)

26

Penggunaan Nonequivalent Control Group Design dalam penelitian ini

untuk melihat kemampuan kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, dimana

kelas eksperimen pada awalnya memiliki kemampuan yang sama dengan

kelas kontrol. Pengunjian Pretest dilakukan kepada kelas eksperimen dan

kelas kontrol untuk mengetahui apakah kemampuan kelas eksperimen dan

kelas kontrol sama. Setelah diketahui jika kemampuan awal kelas eksperimen

dan kelas kontrol sama, maka dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen

dengan menggunakan pendekatan problem solving oleh peneliti selama dua

kali pertemuan, dan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran biasa

atau konvensional oleh guru kelas, selama dua kali pertemuan. Setelah dua

kali pertemuan maka akan dilakukan posttest pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol untuk mengetahui berapa besar perubahan yang dialami kedua

kelas tersebut.

Rancangan Nonequivalent Control Group Design dalam kegiatan

tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

O1 X O2

O3 O4

(Sugiyono, 2012, hlm. 116)

Keterangan :

O1 dan O3 = kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan treatment pembelajaran.

O2 = kelas eksperimen setelah diberikan treatment dengan

pendekatan problem solving.

O4 = kelas kontrol setelah diberikan treatment dengan

pembelajaran seperti biasa atau konvensional.

X = Penerapan pendekatan problem solving pada kelas

(24)

27

B. Partisipan

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

Va dan Vb SDN Cigabus Kecamatan Taktakan. Jumlah siswa kelas Va

sebanyak 30 siswa dan jumlah siswa kelas Vb sebanyak 30 siswa. Kelas Va

memiliki jumlah siswa laki-laki 16 siswa, dan jumlah siswa perempuan 14

siswa. sedangkan kelas Vb memiliki jumlah siswa laki-laki 15 siswa, dan

siswa perempuan 15 siswa.

Pemilihan kelas Va dan kelas Vb sebagai partisipan karena kelas V sudah

mampu untuk menyelesaikan maslah dengan salah satu pendekatan

pemecahan masalah. Kelas V juga sudah mampu menganalisis, dan

mengambil sebuah kesimpulan tentang masalah yang diselesaikannya.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, maka populasi

yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas Va dan kelas

Vb SDN Cigabus Kecamatan Taktakan, Kota Serang. Siswa kelas Va

memiliki jumlah siswa sebanyak 30 siswa dan kelas Vb memiliki jumlah

siswa sebanyak 30 siswa.

Penelitian ini dilakukan di SDN Cigabus yang terletak di Kecamatan

Taktakan, Kota Serang. Alasan pemilihan sekolah ini karena peneliti

sedang melakukan program pengalaman lapangan yang bertempat di SDN

Cigabus.

2. Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 100% jumlah

populasi yaitu kelas Va dan kelas Vb. Dasar pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah teknik Sampling Jenuh yang termasuk dalam teknik

sampling Nonprobability Sampling. Teknik sampling jenuh adalah teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel

(Sugiyono, 2012, hlm. 124).

Seluruh siswa kelas Va dan kelas Vb mengikuti pretest untuk

(25)

28

Setelah dilakukan pretest maka dilakukan pembelajaran kepada kelas Va

dan kelas Vb. Kelas Vb akan dijadikan sebagai kelas eksperimen, dan

akan mendapat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem

solving, dan kelas Va sebagai kelas kontrol, akan mendapat pembelajaran

seperti biasa oleh guru.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini untuk mengukur variabel yang akan diteliti

digunakan instrumen berupa tes dan non tes.

1. Tes Kemampuan Koneksi Matematika

Dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes kemampuan koneksi

matematika yang terdiri dari pretest dan posttest. Pretest diberikan

kepada semua kelas sebelum dilakukannya treatment untuk mengetahui

kemampuan awal siswa dalam kelas eksperimen atau kelas kontrol

seimbang atau tidak. Sedangkan posttest dilakukan setelah kelas

eksperimen dan kelas kontrol melakukan pembelajaran, posttest

dilakukan untuk mengukur seberapa besar peningkatan yang terjadi pada

siswa.

Jenis instrument tes kemampuan koneksi yang digunakan oleh peneliti

adalah tes tertulis, dengan bentuk instrumen tes uraian atau essay, dengan

jumlah 4 soal. Tes uraian ini dipilih karena peneliti dapat melihat

bagaimana langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan siswa, tes uraian

juga dimaksudkan agar siswa dapat teliti dalam pengerjaan. Dengan tes

uraian tersebut peneliti dapat mengetahui kesulitan yang dialami siswa,

sehingga peneliti dapat mengkaji kembali.

Dalam penyususnan tes kemampuan koneksi matematika ini pertama

peneliti membuat kisi-kisi soal, yang mencakup sub pokok bahasan,

indikator, kemampuan koneksi matematika yang diukur, dan jumlah butir

soal.

Sebelum menggunakan sebuah tes hendaknya dilakukan pengukuran

validitas tes berdasarkan kriteria tertentu. Menurut Rakhmat dan

(26)

29

kepada kualitas ketepatan tes dalam mengukur aspek-aspek materi atau

aspek-aspek prilaku yang seharusnya diukur”. Jenis validitas soal yang

digunakan dalam penelitian ini adalah validitas muka dan validitas isi

sesuai dengan pertimbangan dosen pembimbing atau ahli bidang, sebagai

berikut :

a) Validitas Muka

Validitas muka merupakan sebuah keputusan untuk

menentukan kelayakan dari suatu tes yang berdasarkan penampilan

bukan kriteria objektif. Validitas muka disini untuk menunjukkan

apakah soal/tes yang diberikan sudah tepat atau sesuai dengan

indikator, butir soal dan kemampuan siswa. Menentukan soal yang

sesuai dengan validitas soal maka dibutuhkan bimbingan

berdasarkan orang yang ahli. Pada penelitian ini akan dibimbing oleh

dosen pembimbing, yang merupakan dosen mata kuliah matematika.

b) Validitas Isi

Validitas isi digunakan untuk mengetahui apakah isi dalam

soal sudah valid atau tidak valid. Berikan angka 1 di tabel yang

sudah disediakan, jika soal tersebut dianggap valid, sedangkan

berikan angka 0, jika soal tersebut dianggap tidak valid. Berikanlah

komentar serta saran pada tabel yang sudah disediakan.

Soal dapat dikatakan valid, jika soal sudah memenuhi kriteria

berikut :

- Sesuai dengan materi pokok yang disampaikan.

- Sesuai dengan indikator kemampuan koneksi matematika dan

indikator hasil belajar.

- Memiliki aspek kemampuan koneksi matematika

- Sesuai dengan tingkat kesukaran siswa kelas V SD

2. Instrumen Skala Sikap (Angket)

Instrumen skala sikap yang digunakan adalah angket, angket

digunakan untuk mengetahui bagaimana respon siswa di kelas

eksperimen selama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

(27)

30

angket yang disusun dengan pilihan jawaban yang sudah lengkap,

sehingga responden dapat memilih dengan memberikan tanda pada

jawaban yang dipilih.

Pengukuran skala sikap pada penelitian ini menggunakan skala Likert,

menurut Sugiyono (2012, hlm. 134) “skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial”. Perhitungan secara kuantitatif skala

Likert memiliki gradasi sebagai berikut:

a) Sangat setuju diberi skor 4

b) Setuju diberi skor 3

c) Tidak setuju diberi skor 2

d) Sangat tidak setuju diberi skor 1

(Sugiyono, 2012, hlm. 135)

Sedangkan bila pernyataan mengandung pernyataan negatif maka nilai

diberikan kebalikannya. Misal pernyataan “Penggunaan pendekatan

problem solving sangat menyenangkan” siswa yang memilih sangat

setuju (SS) akan diberikan skor 4, namun bila pernyataan unfavorable

“Penggunaan pendekatan problem solving sangat membosankan” siswa

yang memilih sangat setuju (SS) akan diberi skor 1.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui pendapat atau respon siswa

tentang proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem

solving pada siswa kelompok eksperimen. Jumlah pertanyaan dalam

wawancara ini ada lima pertanyaan.

4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui respon

siswa pada pembelajaran matematika dengan pendekatan problem

solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa pada kelas

eksperimen. Lembar observasi aktivitas siswa ini digunakan untuk

melihat bagaimana siswa mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan

(28)

31

E. Prosedur Penelitian

1. Langkah-langkah penelitian :

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian eksperimen sebagai

berikut :

Gambar 3.1.

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian eksperimen

Adapun penjelasan dari gambar bagan tersebut yaitu :

a) Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan studi lapangan untuk

menemukan permasalahan pembelajaran yang terjadi di sekolah dasar.

b) Selanjutnya mengidentifikasi masalah, setelah melakukan studi

lapangan kita menemukan permasalahan, sehingga mendapatkan

(29)

32

variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel

bebasnya adalah pendekatan problem solving, sedangkan variabel

terikatnya yaitu kemampuan koneksi matematika.

c) Membuat instrumen penelitian berupa soal tes kemampuan koneksi

matematika, angket skala sikap, dan lembar observasi. Instrumen ini

kemudian diuji coba untuk mengetahui valid atau tidak. Pengujian

instrumen diberikan kepada dosen pembimbing.

d) Menentukan subjek penelitian dengan menggunakan bentuk dari

desain kuasi eksperimen yaitu Nonequivalent Control Group Design.

Pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan tidak

random atau dengan sengaja dipilih.

e) Setelah menentukan kelas eksperimen dan kontrol, maka dilakukan

pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

f) Setelah melakukan pretest maka dilakukan treatment pembelajaran

pada kelas eksperimen dengan pendekatan problem solving,

sedangkan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran seperti biasa.

g) Melakukan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

h) Memberikan angket pada seluruh siswa kelas eksperimen, dan

melaksanakan wawancara terhadap empat siswa kelas eksperimen.

i) Setelah semua data terkumpul maka dilakukan pengolahan dan

analisis data.

j) Mengambil kesimpulan dari hasil penelitian yang didapatkan.

2. Hipotesis penelitian secara statistic

Perumusan hipotesis penelitian statistik yang dilakukan sebagai berikut :

- Hipotesis pertama (Ha) : Pengaruh pendekatan problem solving

lebih baik terhadap kemampuan koneksi matematika siswa daripada

yang tidak menggunakan pendekatan problem solving.

- Hipotesis kedua (Ho) : Pengaruh pendekatan problem solving

tidak lebih baik terhadap kemampuan koneksi matematika siswa

daripada tidak menggunakan pendekatan problem solving.

Ha :

(30)

33

Keterangan :

- = rata-rata (populasi) kemampuan koneksi matematika siswa

yang diberikan pembelajaran dengan pendekatan problem solving.

- = rata-rata (populasi ) kemampuan koneksi matematika siswa

yang tidak diberikan pembelajaran dengan pendekatan problem

solving.

(Sugiyono, 2012, hlm. 102)

F. Analisis Data

1. Pengaruh Pendekatan Problem Solving terhadap Kemampuan Koneksi

Matematika Siswa

Pada penelitian ini, analisis data yang digunakan untuk

mendeskripsikan pengaruh pendekatan problem solving terhadap

kemampuan koneksi matematika siswa, yaitu dengan menggunakan

analisis tes kemampuan koneksi matematika. Berikut ini langkah-langkah

analisis tes kemampuan koneksi matematika.

a. Analisis Tes Kemampuan Koneksi Matematika

Analisis tes kamampuan koneksi matematika menggunakan data

pretest dan posttest kelas eksperimen, dan kelas kontrol. Setelah data

tersebut didapatkan maka akan dilakukan uji normalitas dan uji

homogenitas untuk melihat apakah data tersebut berdistribusi normal

dan homogen. Kemudian, setelah diketahui data berdistribusi normal

dan homogen, maka selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata

(uji t) untuk perbedaan rata-rata dari data pretest dan posttest kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Sehingga peneliti dapat

mendeskripsikan pengaruh pendekatan problem solving terhadap

kemampuan koneksi matematika siswa. Penelitian ini menggunakan

teknik analisis data statistik dengan menggunakan bantuan software

IBM SPSS (Statistical Product and Service Solustion) 20.0 for

(31)

34

1) Uji Normalitas

Hipotesis yang diajukan akan dianalisis menggunakan

perhitungan statistik, dengan melewati uji normalitas, uji

homogenitas, dan uji hipotesis. Uji normalitas dilakukan untuk

mengetahui apakah sampel dari data yang digunakan memiliki

distribusi normal atau tidak. Analisis uji normalitas dapat

dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan mencari chi-kuadrat

hitung ( , dengan rumus :

(Riduwan, 2008, hlm. 182)

Setelah ditemukan chi-kuadrat maka memandingkan hitung

dengan tabel , untuk 0,05. Kemudian menarik kesimpulan

dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

Jika hitung tabel, artinya distribusi data tidak normal

Jika hitung tabel, artinya data berdistribusi normal.

(Riduwan, 2008, hlm. 182)

Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan software IBM SPSS 20 for Windows. Pengambilan

uji normalitas data pada penelitian ini dengan menggunakan

bantuan uji shapiro – wilk.

Langkah-langkah melakukan uji normalitas dengan

menggunakan software IBM SPSS 20 for Windows (Martono,

2012, hlm. 176), yaitu:

a) pertama menyiapkan data nilai pretest maupun posttest kelas

(32)

35

nilai pretest kelas eksperimen, pada kolom 2 ketik kembali

atau copy paste data nilai pretest kelas kontrol, begitu juga

dalam menguji normalitas data posttest.

c) Kemudian pilih menu Analyze, kemudian pilih sub menu

Descriptive Statistc, kemudian pilih Explore. Pada kotak

menu explore pindahkan variabel 1 dan 2 ke kotak Dependent

List, kemudian klik plots, tandai Normality plots with test,

kemudian klik continue, dan ok. Tunggu beberapa saat

sampai data output selesai.

Setelah melakukan uji normalitas dengan menggunakan

bantuan software IBM SPSS 20, data dikatakan berdistribusi

normal dengan menggunakan kaidah:

Sig. > 0.05, maka data berdistribusi normal.

Sig. ≤ 0.05, maka data tidak berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas variansi dimaksudkan untuk mengetahui

apakah kelas eksperimen dan kontrol mempunyai variansi yang

sama atau homogen. Menghitung uji homogenitas variansi dengan

manual dapat menggunakan rumus uji F, yaitu :

Fhitung =

(Riduwan, 2008, hlm. 179)

Setelah ditemukan Fhitung, maka diambil keputusan dengan

menggunakan kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai

berikut:

Jika Fhitung Ftabel, berarti tidak homogen

Jika Fhitung ≤ Ftabel, berarti homogen

(33)

36

Cara untuk memudahkan pengolahan data uji homogenitas

variansi pada penelitian ini menggunakan bantuan software IBM

SPSS 20 for Windows.

Langkah-langkah untuk melakukan uji homogenitas

variansi dengan menggunakan software SPSS 20 for Windows,

yaitu :

a) Pertama buka lembar IBM SPSS 20.0, kemudian pilih menu

Analyze, lalu pilih submenu compare means, pilih one-way

anova.

b) Pada kolom dependen list, klik variabel yang muncul di

dalam kolom. Kemudian pada factor list klik variabel yang

muncul di dalam kolom factor list.

c) Kemudian klik options, lalu klik homogeneity of variance,

kemudian klik continue. Terakhir klik ok untuk mengakhiri

perintah, sehingga akan menghasilkan tabel berupa hasil data

uji homogentias variansi.

Setelah melakukan uji homogenitas dengan bantuan

software IBM SPSS 20, maka menurut Martono (2012, hlm. 185)

diambil keputusan dengan kriteria pengambilan keputusan adalah

sebagai berikut:

a) Apabila p value (Sig.) ≤ 0,05 maka H0 ditolak

b) Apabila p value (Sig.) > 0,05 maka H0 diterima

Keterangan :

Ho = kedua varians sama (homogen)

Ha = kedua varians berbeda (heterogen)

3) Uji Perbedaan dua rata-rata (uji t)

Uji t dilakukan untuk membandingkan apakah kedua

variable memiliki perbedaan rata-rata atau tidak. Uji t dapat

(34)

37

memiliki varians yang sama. Menurut Riduwan (2008, hlm. 157),

langkah-langkah uji t dengan cara manual, yaitu :

- Buatlah Ha dan Ho dalam sebuah kalimat

- Buatlah Ha dan Ho dalam model statistik

- Mencari thitung, dengan rumus : thitung = ̅

- Menentukan taraf signifikasi, misalnya 0.05 atau =

0.01, kemudian cari ttabel dengan ketentuan db = n-1

- Bandingkan anatara thitung dengan ttabel kemudian buat

kesimpulan.

Cara untuk mempermudah pengolahan data dibutuhkan

bantuan software IBM SPSS Statistic 20, (Martono, 2012, hlm.

180) yaitu:

a) Buka lembar SPSS 20, klik variable view, kemudia ketik nilai

untuk variabel nilai pretest kelas eksperimen dan kelas

kontrol, ketik kelas untuk variabel kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

b) Kemudian ganti decimals dengan 0, lalu pada kolom value

ketik 1 untuk eksperimen, lalu ketik 2 untuk kelas kontrol.

Begitu juga langkah-langkah untuk varibel posttest. Setelah

itu kembali ke data view pada kolom nilai, masukan nilai

pretest/posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Sementara pada kolom kelas masukan angka 1 sesuai jumlah

siswa untuk kelas eksperimen, dan masukan angka 2 sesuai

jumlah siswa untuk kelas kontrol.

c) Kemudian ke menu Analyze pilih compare means, pilih

independent samples T test. Pada kotak menu independent

samples T test, masukan variabel nilai ke kotak test variable,

sedangkan varaibel kelas pada kotak grouping variable.

d) Kemudian pada pilihan define group ketik 1 untuk variabel 1

dan ketik 2 untuk variabel 2, lalu klik continue, kemudian ok.

(35)

38

Setelah melakukan uji t (Independent Samples T Test),

maka menurut Martono (2012, hlm. 186) dapat diambil

kesimpulan dengan hipotesis yang digunakan dalam uji

Independent Samples T Test ini yaitu :

Ho = Terdapat kesamaan hasil nilai rata-rata

Ha = Tidak terdapat kesamaan hasil nilai rata-rata

Kriteria pengambilan keputusan pada uji t yaitu :

a) Jika signifikansi (Sig.) 0,05 maka Ho diterima

b) Jika signifikansi (Sig.) ≤ 0,05 maka Ho ditolak

2. Perbedaan Pengaruh Pendekatan Problem Solving dan yang Tidak

Menggunakan Pendekatan Problem Solving terhadap Kemampuan

Koneksi Matematika Siswa

Pada penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengaruh pendekatan

problem solving dan yang tidak menggunakan pendekatan problem

solving terhadap kemampuan koneksi matematika, yaitu dengan

menggunakan uji N-Gain ternormalisasi. Berikut ini langkah-langkah uji

N-Gain ternormalisasi.

a. Uji N-Gain Ternormalisasi

Perhitungan uji N-Gain ternormalisasi untuk mengetahui

perbedaan pengaruh pendekatan problem solving dan yang tidak

menggunakan pendekatan problem solving, dengan melihat

peningkatan kemampuan koneksi matematika pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Adapun untuk melakukan analisis uji N-Gain

ternormalisasi dengan menggunakan rumus :

g =

x 100%

Dimana skor idealnya adalah 100

(36)

39

Cara untuk mempermudah pengolahan N-Gain dalam penelitian ini

menggunakan bantuan Microsoft Excel, dengan rumus pengerjaan

seperti di atas. Peningkatan tinggi rendah uji N-Gain ternormalisasi

dapat dilihat dari interpretasi gain dibawah ini:

Tabel 3.1.

3. Respon Siswa pada Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Problem Solving terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Siswa

Pada penelitian ini untuk mengetahui respon siswa pada pembelajaran

matematika dengan pendekatan problem solving terhadap kemampuan

koneksi matematika siswa, yaitu dengan menggunakan analisis data skala

sikap, analisis data wawancara, dan analisis lembar observasi aktivitas

siswa. Berikut ini langkah-langkah analisis data skala sikap, analisis data

wawancara, dan analisis lembar observasi aktivitas siswa.

a. Analisis Data Skala Sikap

Data skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah

angket. Angket diberikan setelah selesai melakukan posttest. Angket

dalam penelitian ini berjumlah 10 pernyataan, yaitu lima pernyataan

positif dan lima pernyataan negatif. Setelah angket terkumpul

kemudian melakukan langkah-langkah dibawah ini :

1) Setiap butir skala sikap dihitung. Dalam penelitian ini skala sikap

yang memiliki pernyataan positif akan diberikan skor 4 untuk SS

(sangat setuju), skor 3 untuk S (setuju),skor 2 untuk TS (tidak

setuju), dan skor 1 untuk STS (sangat tidak setuju). Sedangkan

pernyataan yang mengandung negatif diberikan skor

(37)

40

S (setuju),skor 3 untuk TS (tidak setuju), dan skor 4 untuk STS

(sangat tidak setuju).

2) Tingkat persetujuan dan rata-rata % untuk setiap butir dihitung.

Cara menentukan tingkat persetujuan dan rata-rata % sebagai

berikut:

Tingkat persetujuan =

Rata-rata % = =

Skor Ideal = jumlah responden x skor maksimal= 30 x 4 = 120

Keterangan :

n1 = banyaknya siswa yang menjawab skor 4

n2 = banyaknya siswa yang menjawab skor 3

n3 = banyaknya siswa yang menjawab skor 2

n4 = banyaknya siswa yang menjwab skor 1

Setelah tingkat persetujuan dan rata-rata % didapatkan langkah

selanjutnya adalah menafsirkan menurut kriteria interpretasi skor.

Berikut ini kriteria interpretasi skor (Riduwan, 2008, hlm. 88) :

Tabel 3.2

Wawancara dilakukan pada 4 orang siswa kelompok eksperimen,

yaitu dua laki-laki dan dua perempuan. Jumlah pertanyaan pada

wawancara ada 10 pertanyaan. Data hasil wawancara akan ditulis

dengan ringkas sesuai dengan jawaban yang ditanyakan. Hasil

(38)

41

c. Analisis Data Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui

respon siswa pada pembelajaran matematika dengan pendekatan

problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa pada

kelas eksperimen. Hasil lembar observasi aktivitas siswa berupa

banyaknya siswa aktif dan presentase setiap pertemuan sesuai dengan

langkah-langkah pendekatan problem solving. Lembar observasi

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dan analisis data yang didapatkan dari

penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1) Ada pengaruh

pendekatan problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa,

hal ini dibuktikan dengan analisis tes kemampuan koneksi matematika siswa

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah dilakukan analisis pada data

pretest dan posttest kedua kelas tersebut maka didapatkan hasi uji t

(perbedaan dua rata-rata) posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu

dengan nilai sig.0,00. Nilai sig. tersebut di bawah taraf = 0,05, sehingga H0

diterima, atau ada perbedaan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hal ini membuktikan jika ada pengaruh pendekatan problem solving terhadap

kemampuan koneksi matematika siswa. 2) Ada perbedaan pengaruh

pendekatan problem solving dan yang tidak menggunakan pendekatan

problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa. Hal ini

dibuktikan dengan rata-rata nilai N-Gain kelas eksperimen lebih besar

dibanding dengan rata-rata nilai N-Gain kelas kontrol. Kelas eksperimen

memiliki interpretasi N-Gain sedang sebanyak 29 siswa, dan rendah sebanyak

1 siswa. Sedangkan kelas kontrol memiliki interpretasi N-Gain sedang

sebanyak 8 siswa, dan rendah sebanyak 22 siswa. Perbedaan yang besar

tersebut menegaskan jika pendekatan problem solving memiliki pengaruh

terhadap kemampuan koneksi matematika siswa, dibanding dengan

pembelajaran biasa di kelas kontrol. 3) Siswa memberikan respon yang baik

pada pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving terhadap

kemampuan koneksi matematika siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil

angket, hasil wawancara, dan hasil lembar observasi aktivitas siswa yang

dilakukan siswa. Presentase angket siswa yang memiliki kriteria sangat kuat,

dan jawaban yang positif dari siswa saat wawancara, membuktikan jika siswa

(40)

82

membuat siswa lebih berpikir kritis, dan kreatif, sehingga kemampuan

koneksi matematika siswa meningkat. Hal ini juga dibuktikan dengan lembar

observasi aktivitas siswa, banyak siswa aktif saat pembelajaran tidak

berkurang dari pertemuan pertama hingga pertemuan kedua, minat siswa

terhadap pembelajaran dengan pendekatan problem solving sangat baik, dan

berpengaruh baik pada kemampuan koneksi matematika siswa.

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan yang sudah dijelaskan tentang pengaruh pendekatan

problem solving terhadap kemampuan koneksi matematika siswa sd pada

materi bangun datar, implikasi dan rekomendasi ini peneliti berikan kepada

guru dan calon guru (peneliti selanjutnya).

1. Guru

a. Penggunaan pendekatan problem solving ini membuat siswa lebih

aktif, lebih berpikir kritis, logis, dan kreatif.

b. Semoga pendekatan problem solving ini dapat lebih meningkatkan

pengaruh terhadap kemampuan koneksi matematika siswa khususnya

pada materi bangun datar.

c. Memberikan alat peraga yang jelas agar siswa mampu memahami

secara jelas. Siswa jadi lebih mampu mengeksplor kemampuannya

terhadap alat peraga yang guru berikan.

d. Memberikan perhatian yang cukup terhadap seluruh siswa, agar siswa

menjadi aktif dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Selalu

memberikan dorongan dan motivasi agar siswa semangat dalam

proses pembelajaran, dan pembelajaran pun menjadi bermakna.

2. Peneliti Selanjutnya

Kemampuan koneksi matematika merupakan kemampuan awal

yang harus dimiliki seluruh siswa, hal yang harus diperhatikan adalah

pemilihan soal yang tepat, kemudian pemilihan waktu yang benar dan

tidak terburu-buru sehingga hasil penelitian memiliki dampak yang

bagus. Penelitian ini tidak luput dari kekurangan, berikut ini kekurangan

(41)

83

a. Penelitian ini memiliki waktu yang terbatas, sehingga berpengaruh

pada hasil yang kurang maksimal.

b. Alat peraga yang ditunjukkan hanya sedikit, harus lebih berpikir

kreatif dalam memilih alat peraga.

Semoga dengan kekurangan yang sudah disebutkan, peneliti

selanjutnya dapat memperbaiki dan menghasilkan penelitian yang lebih

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N. dan Maulana. (2009). Pemecahan masalah matematika. Bandung: UPI PRESS.

Djamarah, S.B. & Zain, A. (2010). Strategi belajar mengajar. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Fauzi, R. (2012). Meningkatkan prestasi belajar matematika materi sifat-sifat

bangun datar dengan pendekatan matematika realistic kelas 5 sd negeri kaputran iv Yogyakarta. (Skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Negeri

Yogyakarta, Yogyakarta.

Heruman. (2012). Model pembelajaran matematika di sekolah dasar. Bandung: Rosda.

Jihad, A. (2008). Pengembangan kurikulum matematika (tinjauan teoritis dan

historis). Bandung: Multi Pressindo.

Khalid, M. & Suyati. (2007). Pelajaran matematika untuk sd kelas 5 semester

2. Jakarta: Erlangga.

Martono, N. (2012). Metode penelitian kuantitatif: analisis isi dan analisis

data sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.

Nisbah, F. (2013). Pengertian bangun datar. [Online]. Diakses dari http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/05/pengertian-bangun-datar.html.

Permatasari, R. (2012). Peningkatan kemampuan perkalian bilangan cacah melalui pendekatan pemecahan masalah (penelitian tindakan pada siswa kelas iv sdn guntur 04 pagi Setiabudi Jakarta Selatan). Jurnal

Pendidikan Dasar, 3 (5), hlm. 147-154.

Rakhmat, C. & Solehuddin. (2006). Pengukuran dan penilaian hasil belajar. Bandung: Andira.

Riduwan. (2008). Metode dan teknik menyusun skripsi dan tesis. Bandung: Alfabeta.

Sitorus, R. (2014). Penerapan metode problem solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika di kelas iv sd negeri Medan Estate. Jurnal Handayani, 2(1), hlm. 140-150.

Sucianah, U. (2014). Pengaruh penggunaan pendekatan problem solving

terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran ipa di sd. (Skripsi).

(43)

Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,

kualitatif, dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Susanto, A. (2013). Teori belajar & pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta: Kencana.

Suwangsih, E & Tiurlina. (2006). Model pembelajaran matematika. Bandung: UPI PRESS.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 3.1.  Langkah-langkah pelaksanaan penelitian eksperimen
Tabel 3.1.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan Website Club Motor Protrex Cinere Club (PCC) Dengan Menggunakan Dreamweaver MX merupakan sebuah website multimedia yang berisi mengenai berbagai macam informasi tentang

[r]

[r]

Kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis keselarasan pola fungsi, kategori dan peran dalam teks terjemahan Al-Quran yang mengandung etika berbahasa yang telah dikaji

Air laut diambil dari perairan yang tidak tercemar senyawa hidrokarbon minyak bumi di lokasi yang sama dengan titik pengambilan sampel air yaitu di daerah pelabuhan

[r]

menunjukkan bahwa rendemen minyak atsiri limbah padat jamu berbeda antara metoda distilasi yaitu rendemen yang diperoleh dari metoda distilasi uap dan.. uap-air sama,

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata