• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PELAJARAN TIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PELAJARAN TIK."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA BERBANTUAN MULTIMEDIA

INTERAKTIF PADA PELAJARAN TIK

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

oleh

Adi Supardi NIM 0902015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUA ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA BERBANTUAN MULTIMEDIA

INTERAKTIF PADA PELAJARAN TIK

oleh

Adi Supardi

NIM 0902015

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Adi Supardi 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

ADI SUPARDI

MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN KONSEP SISWA BERBANTUAN MULTIMEDIA

INTERAKTIF PADA PELAJARAN TIK

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Parsaoran Siahaan, M. Pd.

NIP. 195803011980021002

Pembimbing II

Herbert Siregar, M.T.

NIP. 197005022008121001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

Dr. H. Enjang Ali Nurdin, M.Kom.

NIP. 196711211991011001

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “MODEL EXPLICIT

INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PELAJARAN TIK” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,

saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya

pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya

saya ini.

Bandung, Juni 2015 Yang membuat pernyataan,

(5)

MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN KONSEP SISWA BERBANTUAN MULTIMEDIA

INTERAKTIF PADA PELAJARAN TIK

Adi Supardi, adi_supardi@windowslive.com

ABSTRAK

Kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran salah satunya disebabkan oleh kurangnya fasilitas teknologi informasi dan komunikasi, serta pembelajaran yang hanya berpusat pada guru membuat siswa berperilaku pasif serta kurangnya kreativitas dan produktivitas dalam pembelajaran. Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran adalah salah satu solusi untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman siswa setelah diberikan perlakuan pembelajaran dengan model Explicit Instruction berbantuan multimedia interaktif. Sedangkan metode penelitian yang digunakan yaitu Pre-Experimental Design dengan desain One-Group Pretest-Postest Design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 40 Bandung. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata nilai pretes sebesar 33,39, sedangkan rata-rata nilai postes sebesar 80,71. Pengujian menggunakan uji t berpasangan diperoleh hasil yang menyatakan bahwa pada tes akhir terdapat perbedaan yang signifikan setelah diterapkan model Explicit Instruction dengan berbantuan multimedia interkatif. Skor indeks gain dari pretes dan postes didapatkan sebesar 0,70. Hal tersebut menunjukan bahwa model Explicit Instruction berbantuan multimedia interaktif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.. Dalam penelitian ini, siswa umumnya memberi respon baik pada penerapan model Explicit Instruction berbantuan multimedia interkatif. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang diberikan kepada siswa pada tahap akhir dari penelitian.

(6)

EXPLICIT INSTRUCTION MODEL TO INCREASE THE UNDERSTANDING CONCEPT OF STUDENT ASSISTED INTERACTIVE MULTIMEDIA IN

LESSONS ICT

ABSTRAC

Lack of understanding concept of students subject is caused by a lack of information and communication technology facilities, as well as the just-centered learning teachers make students behave passively may affect student lack of concept understanding. Involving students actively in the learning process is one of the solutions to improve student concept understanding. This study aims to determine the increase in the ability of the students understanding after learning the treatment given to the Explicit Instruction model assisted multimedia interactive. While research method which used is Pre-Experimental Design withOne-Group Pretest-Posttest Design.The sample used in this study were students of class VIII B SMP Negeri 40 Bandung. Based on the results of the research that has been conducted, the average value obtained pretest of 33.39, while the average post-test score of 80.71. Tests using a paired t-test result which states that at the end of the test there were significant differences after application of Explicit Instruction model assisted interactive multimedia. Index score of pretest and posttest gain of 0.70 obtained. It shows that the model of Explicit Instruction assisted interactive multimedia can enhance student concept understanding. In this study, student generally respond well to the model implementation of Explicit Instruction assisted interactive multimedia. It can be seen from the results of a questionnaire given to students in the final phase of the research.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Definisi Operasional ... 6

1.7 Sistematika Penulisan ... 7

1.8 Hipotesis ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Pengertian Pemahaman Konsep ... 9

2.2 Model Explicit Instruction ... 12

2.3 Multimedia Interaktif ... 19

2.4 Teknologi informasi dan komunikasi ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

(8)

3.2 Populasi dan Sampel ... 28

3.2.1 Populasi ... 28

3.2.2 Sampel ... 28

3.3 Variabel Penelitian ... 28

3.3.1 Variabel bebas (Indepedent Variable) ... 29

3.3.2 Variabel terikat (Dependent Variable) ... 29

3.4 Prosedur Penelitian ... 29

3.4.1 Tahap Persiapan ... 29

3.4.2 Tahap Pelaksanaan ... 30

3.4.3 Tahap Analisis Data ... 30

3.5 Instrumen Penelitian ... 32

3.5.1 Penyusunan Instrumen Penelitian ... 32

a. Tes ... 32

b. Observasi ... 32

c. Angket ... 32

d. Multimedia interaktif ... 33

3.5.2 Pengujian instrumen penelitian ... 33

a. Uji Validitas soal ... 34

b. Reliabilitas ... 34

c. Tingkat kesukaran ... 36

d. Uji daya pembeda ... 36

3.5.3 Data dan teknik pengumpulan data ... 37

3.5.4 Analisis dan teknik pengolahan data ... 38

1. Analisis Data Kuantitatif ... 38

2. Analisis Data Kualitatif ... 41

(9)

4.1 Tahap Persiapan Penelitian... 45

4.1.1 Studi Pendahuluan ... 45

4.1.2 Penyusunan Instrumen Penelitian ... 45

4.1.3 Judgemen Instrumen Penelitian ... 50

4.1.4 Uji Coba Instrumen Penelitian ... 50

4.1.5 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 50

4.2 Tahap Pelaksanaan Penilitian ... 53

4.3 Tahap Analisis Data Hasil Penelitian ... 56

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 71

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1Tahapan Model Explicit Instruction ... 14

Tabel 3. 1 Kriteria-kriteria Koefisen Korelasi ... 34

Tabel 3. 2 Klasifikasi Reliabilitas ... 36

Tabel 3. 3 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 37

Tabel 3. 4 Klasifikasi Indeks Keskaran... 38

Tabel 3. 5 Interpretasi Indeks Gain Ternormalisasi ... 41

Tabel 3. 6 Kategori Jawaban Angket ... 42

Tabel 3. 7 Rata-rata Skor Jawaban Angket ... 43

Tabel 3. 8 Kisi-kisi Angket ... 43

Tabel 4. 1 Hasil Uji Coba Instrumen ... 52

Tabel 4. 2 Data Pretes ... 56

Tabel 4. 3 Data Postes ... 61

Tabel 4. 4 Hasil Perhitugan Uji Normalitas ... 62

Tabel 4. 5 Hasil Perhitungan Gain Ternormalisasi ... 63

Tabel 4. 6 Detail Hasil Perhitungan Gain Ternormalisasi ... 64

Tabel 4. 7 Data Hasil Angket ... 65

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Desain Penelitian ... 27

Gambar 3. 2 Variabel Penelitian ... 29

Gambar 3. 3 Tahapan Penelitian ... 31

Gambar 4. 1 Grafik Pretes ... 57

Gambar 4. 2 Grafik Postes ... 61

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Multimedia ... 76

A.1 Flowchart ... 77

A.2 Storyboard ... 78

A.3 Interface Multimedia ... 88

Lampiran B Instrumen Penelitian ... 91

B.1 Silabus ... 92

B.2 Judgemen Soal ... 98

B.3 Kisi-kisi Soal ... 109

B.4 Kisi-kisi Angket ... 119

B.5 Lembar Judgemen Multimedia ... 121

B.6 Lembar Observasi ... 129

B.7 Soal Pretes ... 135

B.8 Soal Postes ... 141

B.9 RPP Pertemuan 1 ... 147

B.10 RPP Pertemuan 2 ... 164

B.11 RPP Pertemuan 3 ... 182

Lampiran C Hasil Uji Instrumen ... 198

C.1 Uji Validitas ... 199

C.2 Uji Reliabilitas ... 201

C.3 Uji Tingkat Kesukaran ... 202

C.4 Uji Daya Pembeda ... 202

Lampiran D Analisis Hasil Penelitian ... 205

D.1 Data Pretes ... 206

(13)

D.3 Data Uji Normalitas ... 208

D.4 Data Uji Hipotesis ... 210

D.5 Data Uji Gain ... 211

D.6 Data Analisis Angket ... 212

Lampiran E Jawaban Siswa dan Hasil Penelitian ... 214

E.1 Jawaban Siswa Hasil Uji Instrument ... 215

E.2 Jawaban Hasil Pretes Siswa ... 223

E.3 Jawaban Hasil Pembelajaran Siswa ... 224

E.4 Jawaban Hasil Postes Siswa ... 230

E.5 Jawaban Angket Siswa ... 237

Lampiran F Dokumentasi ... 238

F.1 Surat Izin Penelitian ... 239

F.2 Surat Balasan Penelitian ... 240

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan kecerdasan bangsa. Pemerintah

merumuskan dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan

dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan pembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3UU RI No 20/2003).

Merujuk dari fungsi pendidikan di atas bahwa pendidikan sangatlah penting

untuk memanfaatkan sumber daya manusia, maka dengan perkembangan zaman

yang modern pendidikan dari tahun ke tahun mengalami kemajuan yang pesat

oleh karena itu pendidikan teknologi informasi dan komunikas (TIK) pun

mengalami perkembang dengan pesat. Untuk menghadapi perkembangan

teknologi yang pesat itu tentu setiap negara harus mempersiapkan

generasi-generasi penerusnya agar dapat bersaing dengan baik.

Mempelajari teknologi informasi dan komunikasi sangat penting, dengan

diadakannya mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi di sekolah maka

siswa mampu mengetahui perkembangan yang terjadi dan dapat mengikuti

perkembangan tersebut dengan ilmu yang dimilikinya. selain itu, siswa dapat

mengembangkan minat dan bakat terhadap perlatan teknologi informasi dan

(15)

2

mampu membuat sesuatu yang berguna. Hal ini sejalan dengan visi mata

pelajaran teknologi informasi dan komunikasi menurut Departemen Pendidikan

Nasional Badan Peneliti dan Pengembangan Pusat Kurikulum pada Inasyah

(2009) yaitu agar siswa dapat menggunakan perangkat teknologi informasi dan

komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses

informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa

mampu berkreasi, mengembangkan sikap inisiatif, pemecahan masalah,

eksplorasi, dan komunikasi konsep, pengetahuan, dan operasi dasar pengolahan

informasi untuk produktivitas mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri,

dan mudah beradaptasi dengan perkembangan yang baru.

Merujuk pada visi teknologi informasi dan komunikasi di atas, bahwa

penggunaan perangkat teknologi informasi dan komunikasi di setiap sekolah

memiliki perbedaan. Seperti yang pernah dilakukan oleh peneliti selama Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 40 Bandung bahwa ketika proses

pembelajaran berlangsung dengan kurangnya ketersediaan perangkat teknologi

infromasi dan komunikasi ini menghambat kreativitas dan produktivitas siswa

dalam pembelajaran.

Sejalan dengan observasi yang dilakukan oleh Naila (2010) di SMP Negeri

1 Lembang, yang menyatakan bahwa kurangnya ketersediaan perangkat teknologi

informasi dan komunikasi berupa komputer dalam ruangan praktikum, maka

dapat menghambat proses pembelajaran sehingga tidak semua siswa dapat

mempraktikan secara langsung apa yang telah dicontohkan oleh gurunya,

sehingga strategi yang dipakai oleh guru yaitu membagi siswa menjadi dua

gelombang, dimana gelombang pertama menggunakan satu jam pelajaran dan

gelombang kedua menggunakan satu jam berikutnya.

Dengan demikian maka timbul masalah baru yaitu guru harus

menyampaikan materi dan praktik dalam satu jam pelajaran, dengan kata lain

banyaknya materi yang harus disampaikan terhadap siswa tidak sebanding dengan

tersedianya waktu yang digunakan. Kemudian strategi lain yang dipakai oleh guru

TIK selain strategi di atas yaitu siswa belajar bersamaan dalam satu kelas di

(16)

3

lebih leluasa dan materi yang harus disampaikan akan terpenuhi. Akan tetapi,

kendala yang muncul adalah tidak semua anak dapat mengoperasikan komputer

secara langsung karena keterbatasan fasilitas, jadi satu komputer kadang harus

dipakai 2 atau 3 orang siswa.

Terkait dengan permasalahan di atas, maka akan timbul permasalahan pada

siswa yaitu kurangnya tingkat pemahaman pada setiap pembelajaran, yang akan

berpengaruh terhadap tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Seperti

yang diperoleh peneliti selama mengikuti kegiatan PPL di SMP Negeri 40

Bandung, ternyata masih banyak siswa yang tidak memahami materi secara

keseluruhan, sehingga ketika diberikan suatu tes berupa soal praktik berkaitan

dengan materi, siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal tersebut.

Maka dibutuhkan model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah

tersebut. Adapun beberapa pendapat mengenai model pembelajaran yang mampu

mengatasi masalah tersebut diantaranya yang dikemukakan oleh El.Noor (2013)

dengan model Projec Based Learning. Kemudian menurut Al Afgani (2012)

dengan model Reciprocal Learning. Menurut Naila (2010) dengan model Explicit

Instruction. Akan tetapi dalam praktiknya, guru harus mengingat bahwa tidak ada model pembelajaran paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu,

dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi

siswa, sifat bahan ajar, fasilitas atau media yang tersedia dan kondisi guru itu

sendiri.

Terkait dengan permasalahan diatas, dan berdasarkan prinsip-prinsip belajar

(Dimyati, 2002:42) yang menjelaskan bahwa belajar berkaitan dengan (1)

Perhatian dan motivasi, (2) Keaktifan, (3) Keterlibatan langsung/berpengalaman,

(4) Pengulangan, (5) Tantangan, (6) Balikan dan penguatan, serta (7) Perbedaan

individual. Model Explicit Instruction menjadi alternatif model pembelajaran

yang dapat diterapkan karena secara garis besar dalam model ini terdapat

beberapa langkah sesuai dengan prinsip belajar di atas, bahkan hampir terpenuhi.

Pada model ini terdapat lima langkah yaitu fase persiapan (menyampaikan

(17)

4

keterampilan prosedural, membimbing pelatihan penerapan, mengecek

pemahaman dan memberi umpan balik, memberikan kesempatan untuk latihan

lanjutan.

Selain itu model pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang

sifatnya selangkah demi selangkah atau bertahap, lebih menekankan pada

interaksi dan kemampuan melakukan dalam pembelajaran. Pada model Explicit

Instruction terdapat tahap pelatihan terbimbing yang sesuai untuk mengatasi permasalahan diatas, selain itu model Explicit Instruction mempunyai kelebihan

relatif banyak materi yang bisa tersampaikan dan semua siswa terlibat/aktif dalam

pembelajaran dan model ini akan mudah diikuti terutama pada mata pelajaran

teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasaran latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis mengambil judul “Model Explicit Instruction untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa berbantuan multimedia interkatif pada pelajaran TIK” pada

pemilihan judul tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa pembelajaran

menggunakan model Explicit Instruction dapat diterapkan untuk meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran TIK.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis merumuskan masalah

yang akan diteliti pada penelitian kali ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran TIK setelah

diterapkan model Explicit instruction dengan berbantuan multimedia

interaktif?

2. Apakah penerapan model Explicit instruction dengan berbantuan

multimedia interaktif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada

pembelajaran TIK?

3. Bagaimana respon siswa terhadap model Explicit Instruction berbantuan

(18)

5

1.3 Batasan Masalah

Agar masalah yang dikaji lebih berfokus dan terarah maka penulis

membatasi masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu

model Explicit Instruction yang dikemukakan oleh Rorenshina &

Stevens.

2. Materi yang akan diajarkan dalam penelitian ini adalah materi pelajaran

yang disesuaikan dengan KTSP untuk siswa SMP kelas VIII pada

semester II.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka penelitian ini

secara garis besar bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam tingkat

pemahaman konsep pada pembelajaran TIK di SMP Negeri 40 Bandung.

Sedangkan secara khusus yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan pemahaman konsep siswa

dalam proses pembelajaran TIK dengan menggunakan model Explicit

instruction berbantuan multimedia interaktif.

2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada mata

pelajaran TIK menggunakan model Explicit Instruction berbantuan

multimedia interaktif.

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap mata pelajaran TIK dengan

menggunakan model Explicit instruction berbantuan multimedia

interaktif.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya yaitu :

1. Bagi siswa

a. Lebih termotivasi dan merasa senang karena memperoleh

pengalaman baru dalam pembelajaran menggunakan model

(19)

6

b. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih aktif dalam

kegiatan pembelajaran supaya bisa meningkatan pemahaman

konsep dalam pelajaran TIK.

c. Dengan diterapkannya model Explicit instruction dengan

berbantuan mutimedia interaktif diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman konsep siswa.

2. Bagi guru

a. Dengan penerapan model Explicit instruction berbantuan

multimedia interaktif ini diharapkan dapat membantu dan

mempermudah guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.

b. Dapat memberikan alternatif sebagai variasi dalam mengajar

pada pelajaran TIK yang dapat diterapkan di kelas sesuai dengan

kondisi sekolah.

c. Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan bahan

masukan bagi guru dalam mata pelajaran TIK.

3. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan kepada sekolah sebagai upaya

meningkatkan mutu sekolah.

4. Bagi peneliti

Dengan penelitian ini diharapkan pengetahuan peneliti bertambah

dalam berbagai hal khususnya mengenai penerapan model Explicit

instruction berbantuan multimedia interaktif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran TIK.

1.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda tentang penelitian ini,

diberikan beberapa penjelasan instilah berikut :

1. Implementasi, maksud dari implementasi pada penelitian ini adalah

penerapan, penerapan dalam melaksanakan atau merealisasikan program

yang telah disusun untuk mendapatkan tujuan yang diharapkan.

2. Explicit Instruction (IE) adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan

(20)

7

dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap

selangkah demi selangkah yang meliputi 5 tahapan; yaitu penyampaian

tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan

keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan

memberikan umpan balik, memberikan kesempatan untuk pelatihan

lanjutan dan penerapan.

3. Pemahaman konsep yang dimaksud yaitu pemahaman konsep dalam

aspek kognitif.

4. Pembelajaran TIK yang dimaksud yaitu pembelajaran pada materi yang

disesuaikan dengan KTSP untuk siswa SMP kelas VIII pada semester II.

5. Berbantuan multimedia interaktif yang dimaksud yaitu suatu media

yang sengaja dibuat dalam bentuk animasi atau flash yang disediakan

untuk membantu proses pembelajaran agar lebih efektif dan membuat

siswa menjadi aktif.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini merupakan urutan penyusunan materi dalam

penulisan skripsi agar susunannya lebih teratur. Adapun sistematika penulisan dari

skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang teori-teori yang berhubungan dengan penelitian

dilakukan, terdiri atas pengertian belajar, pengertian pemahaman konsep,

faktor-faktor untuk meningkatkan pemahaman konsep, pengertian model

Explicit Instruction dan pengaruh model Explicit Instruction dalam pembelajaran TIK, serta pengertian dari multimedia interkatif.

BAB III: METODELOGI PENELITIAN

Bab ini membahas metode yang digunakan dalan penelitian yang meliuputi

metode penelitian, jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, dan

teknik pengumpulan data.

(21)

8

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang diperoleh setelah

melakukan penelitian.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dari penulis mengenai penelitian yang

dilakukan serta berisikan rekomendasi dari penulis bagi pihak yang

bersangkutan.

1.8 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang akan dibuktikan

kebenarannya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat perbedaan

peningkatan pemahan konsep siswa setelah diterapkan model Explicit Instruction

(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen dengan Eksperimental Design. Menurut Sugiono (2012)

Pre-Eksperimen masih dipengaruhi variabel luar terhadap terbentuknya variabel dependen, jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan

semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini terjadi karena tidak

adanya variabel kontrol, dan pemilihan sampel tidak secara random.

Sesuai dengan metode penelitian yang menggunakan metode eksperimen

dengan Pre-Eksperimental Design, maka desain penelitian yang digunakan daam

penelitian ini menggunakan desain one group pretest-postest design. Menurut

sugiono (2012), pada desain ini diberikan pretes sebelum diberi perlakuan, dengan

demikian hasil perlakuan dapat diketahui secara akurat karena dapat

membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

O1 X O2

Keterangan :

O1 : Nilai pretest siswa (Sebelum diberi perlakuan).

O2 : Nilai postest siswa (Setelah diberi perlakuan).

X : Perlakuan yang diberikan dengan menggunakan model

pembelajaran Explicit Instruction.

Pada desain ini terdapat satu kelas eksperimen yang diberikan perlakuan,

yaitu dengan menerapkan model Expicit Instruction dalam proses pembelajaran.

Yang dimaksud dengan O1 yaitu pemberian tes awal, sebelum siswa mendapatkan

pelajaran dengan menggunakan model Explicit Instruction, sedangkan O2yaitu

tes yang diberikan kepada siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan

(23)

28

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut sugiyono (2012) Populasi adalah wilayah generalis yang terdiri

atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan menurut Sudjana (2005), populasi adalah totalitas semua nilai yang

mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran kualitatif maupun

kuantitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang

lengkap dan jelas. Jadi populasi tidak hanya berupa orang atau mahluk hidup,

tetapi bisa juga berupa benda-benda alam dan lainnya. Maka peneliti menentukan

yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP

Negeri 40 Bandung.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006).

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi

tersebut.

Sampel dalam penelitian ini diambi menggunakan tenknik non probability

sampling yaitu menggunakan purposive sampling. Menurut Sugiono (2012), purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII-B SMP Negeri 40

Bandung. Pertimbangan peneliti menggunakan kelas tersebut sebagai sampel

penelitian adalah rekomendasi dari guru TIK di sekolah tersebut, karena kelas ini

cukup representatif jika dilihat dari kemampuan siswa dibandingkan dengan kelas

lainnya.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu independent

(24)

29

3.3.1 Variabel bebas (Indepedent Variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau

timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas

adalah penerapan model Explicit Instruction. Variabel bebas dalam penelitian

dilambangkan dengan menggunakn simbol X.

3.3.2 Variabel terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat dari adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel

terikat adalah peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa dalam mata

pelajaran TIK. Variabel terikat dalam penelitian ini dilambangkan dengan simbol

Y.

Hubungan antara kedua variabel diatas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2 Variabel Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan melalui

beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut diantaranya sebagai berikut:

3.4.1 Tahap Persiapan

1) Menentukan tempat dan populasi penelitian.

2) Mempelajari kurikulum yang digunakan di sekolah tempat penelitian

dilaksanakan.

3) Melengkapi administrasi dan perizinan penelitian.

4) Menyusun kelengkapan instrumen pembelajaran (silabus, RPP) dan

instrumen penelitian (soal, multimedia).

5) Melakukan judgement terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat.

(25)

30

7) Melaksanakan uji coba instrumen tes terhadap kelas yang telah

mempelajari materi ajar yang akan dibahas dalam penelitian.

8) Menganalisis hasil uji coba instrumen yang telah di uji cobakan.

9) Menentukan sampel penelitian.

3.4.2 Tahap Pelaksanaan

1) Melaksanakan pretes.

2) Memberi perlakuan dengan menggunakan model Explicit Instruction

berbantuan multimedia interaktif.

3) Melaksanakan postes.

4) Melaksanakan pemberian angket untuk mengetahui respon siswa

terhadap model pembelajaran serta multimedia yang digunakan.

3.4.3 Tahap Analisis Data

1) Menganalisis data hasil pretest dan postes yang telah didapat dengan

teknik analisis data yang ditentukan.

2) Menguji hipotesis yang telah dibuat, apakah diterima atau ditolak

berdasarkan hasil analisis data.

3) Mengambil kesimpulan atas penelitian yang telah dilaksanakan sesuai

dengan hipotesis yang diterima dan menjawab rumusan masalah.

Adapun alur dari prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini

(26)

31

(27)

32

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Penyusunan Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data dan informasi. Sebelum melakukan penelitian ini peneliti

membuat seperangkat instrumen penelitian sebagai berikut:

a. Tes

Tes adalah rangsangan atau stimul yang diberikan kepada seseorang

dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar

bagi penetapan skor angka Margono (dalam Verawati 2011). Tes yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tes awal (pretes) dan tes akhir

(postes) tentang kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap materi

pembelajaran. Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemahaman

konsep siswa sebelum diberikan pembelajaran dengan menggunakan model

Explicit Instruction, sedangkan postes dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa setelah diberikan pembelajaran

dengan menggunakan model Explicit Instruction. Adapun bentuknya untuk

pretes dan postes berbentuk soal pilihan ganda yang mengandung 3

indikator dalam kemampan konsep yaitu translasi (menerjemahkan),

interpretasi (menafsirkan), dan Ekstrapolasi (meramalkan). Soal-soal ini

menuntut kemampuan pemahaman siswa dalam menjawabnya.

b. Observasi

Observasi atau yang disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan

pemuatan terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra

(Arikunto, 2010). Pedoman observasi ini digunakan untuk memperoleh data

mengenai pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas dengan

menggunakan model Explicit Instruction.

c. Angket

Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya, atau

(28)

33

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap

pembelajaran TIK menggunakan model Explicit Instruction.

d. Multimedia interaktif

Pembuatan multimedia interaktif yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan beberapa tahapan. Adapun tahapan dalam pembuatan

multimedia interaktif menurut Munir (2012) adalah :

1) Fase analisis

Fase ini menetapkan keperluan pembangunan software dengan

melibatkan tujuan pembelajaran, pendidik, dan lingkungan. Kerjasama

guru dan membuat software meneliti kurikulum berdasarkan tujuan

yang ingin dicapai.

2) Fase desain

Fase ini meliputi unsur-unsur yang perlu dimuat didalam software

yang akan dikembangkan berdasarkan model pembelajaran yang

digunakan.

3) Fase pengembangan

Fase ini berdasarkan model yang disediakan dengan tujuan

merealisasikan sebuah prototip software pembelajaran.

4) Fase implementasi

Fase ini membuat pengujian unit-unit yang telah dikembangkan dalam

proses pembelajaran dan juga prototip yang telah siap.

5) Fase penilaian

Fase ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan software yang

dikembangkan.

3.5.2 Pengujian instrumen penelitian

Pengujian ini dilakukan untuk menguji soal-soal yang dijadikan sebagai

instrumen pemelitian, terdapat dua jenis soal yaitu pretes dan postes. Soal-soal ini

dikembangkan berdasarkan kepada indikator kemampuan pemahaman yang telah

ditetapkan. Kelas yang digunakan untuk uji coba instrumen ini adalah kelas IX F

SMP Negeri 40 Bandung. Jenis soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(29)

34

Sebelum melakukan penelitian, soal-soal yang dijadikan instrumen tersebut

harus diuji terlebih dahulu, adapun jenis-jenis pengujian yang digunkan untuk

menguji instrumen penelitian tersebut adalah:

a. Uji Validitas soal

Arikunto (2010) mengungkapkan bahwa validitas adalah ukuran yang

menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan serta dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara

tepat. Rumus validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus

korelasi yang dikembangkan oleh Pearson yang dikenalkan dengan rumus

korelasi product moment adalah sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

Penafsiran nilai hasil perhitungan validitas didasarkan pada

kriteria-kriteria pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Kriteria-kriteria Koefisen Korelasi

Nilai rxy Interpretasi

(30)

35

b. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan pada satu pengertian bahwa sesuatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010).

Dikarenakan instrumen tes dalam penelitian ini adalah tes piliha ganda,

maka rumus yang digunakan adalah rumus Flanagan dengan rumus sebagai

berikut:

(Arikunto, 2010)

Keterangan :

= Realibilitas Instrumen.

= Varians Belahan Pertama ( ) = Varians Belahan Kedua ( )

= Varians Skor Total

Sebelum melakukan perhitungan reliabilitas tersebut, terlebih dahulu

harus membuat analisis terhadap butir soal dengan cara perhitungan nilai

varians tiap butir soal agar jumlah varians butir soal dapat diketahui.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung varians yaitu:

∑ ∑

Keterangan:

V = Varians

X = Skor tiap butir soal N = Jumlah Siswa

(Arikunto, 2010:227)

Nilai reliabilitas yang diperoleh selanjutnya diinterpretasi dengan

(31)

36

Tabel 3. 2 Klasifikasi Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas ( ) Interpretasi

Reliabilitas sangat tinggi

Reliabilitas tinggi

Reliabilitas sedang

Reliabilitas rendah

Reliabilitas sangat rendah

(Guilford dalam Suherman dan Kusumah, 1990:147)

c. Tingkat kesukaran

Suherman dan Kusumah (1990) mengungkapkan bahwa derajat

kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks

Kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinium)

0,00 sampai 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti

butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran

1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah.

Rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal

dengan bentuk pilihan ganda dalah sebagai berikut:

(Suherman dan Kusumah, 1990)

Keterangan:

JBa = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas

JBb = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah

JSa = 27% jumlah dari kelompok bawah

JSb = 27% jumlah dari kelompok atas

Indeks kesukaran yang diperoleh selanjutnya diinterpretasikan dengan

(32)

37

Tabel 3. 3 Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran (IK) Klasifikasi

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

Suherman dan Kusumah (1990) mengungkapkan bahwa derajat

kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks

Kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinum)

0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00

berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks

kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah.

Rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal

dengan bentuk pilihan ganda adalah sebagai berikut:

(Suherman dan Kusumah, 1990)

Keterangan:

JBa = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas

JBb = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah

JSa = 27% jumlah dari kelompok bawah

JSb = 27% jumlah dari kelompok atas

Data yang diperoleh dari hasil perhitungan dapat diinterpretasikan

untuk menemukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan

(33)

38

Tabel 3. 4 Klasifikasi Indeks Keskaran

Daya Pembeda (DP) Klasifikasi

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

3.5.3 Data dan teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini, pengelompokan data dibagi kedalam dua jenis data,

yaitu:

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu data yang didapatkan dari

hasil pretes dan postes. Pengumpulan data-data tersebut dilakukan setiap

kegiatan siswa ketika menggunakan instrumen penelitian seperti ketika

mengerjakan pretes dan mengerjakan postes.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini yaitu data yang didapatkan dari

hasil pengisian angket yang diisi oleh siswa dan lembar observasi yang diisi

oleh observer.

3.5.4 Analisis dan teknik pengolahan data

1. Analisis Data Kuantitatif

1) Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah data yang akan dihitung berdistribusi normal atau tidak. Sebelum uji

normalitas dilakukan, tentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang ada

pada sampel yang akan diteliti, jika sampel ≥ 30 maka uji normalitas yang

digunakan yaitu uji Chi Square, sedangkan untuk jumlah sampel yang < 30

(34)

39

dalam penelitian ini yaitu 28 siswa, maka pengujian normalitas yang

digunakan yaitu uji Liliefors.

Uji Liliefors digunakan untuk menguji normalitas data dengan data

yang kecil dan tidak perlu dikelompokan. Pengujian dilakukan dengan

menggunakan koefisien t, dimana t-hitung hasil perhitungan akan

dikoefisienkan dengan t-tabel padaT(N)(1- α). Data dinyatakan berdistribusi

normal apabila t-hitung<t-tabel pada taraf α tertentu (Purwanto, 2011).

Hipotesis yang diajukan dalam pengujian normalitas ini antara lain:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi

normal.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji

kenormalan ini seperti yang diungkapkan Purwanto (2011) adalah

sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata: ̅

2. Menghitung standar deviasi: s

3. Menghitung Zi dengan rumus:

Zi = ̅

4. Menghitung F*(X) dengan melihat harga tabel Zi dengan

ketentuan:

Jika Zi positif, F*(X)

Jika Zi negatif, F*(X)

5. Menghitung s(X) dengan rumus:

s(X)

6. Menghitung t dengan rumus:

| |

7. Konfirmasi tabel dengan α = 0,05

T tabel = T(N)(1-α)

(35)

40

Jika t-hitung < t-tabel maka dapat dinyatakan data berdistribusi

normal.

2) Uji Hipotesis

a. Uji t

Uji hipotesis dilakukan untuk menguji perbedaan dua rata-rata, rumus

yang digunakan adalah uji t berpasangan atau sering disebut “Paired Sample t-Test” adalah jenis uji statistika yang bertujuan untuk membandingkan dua rata-rata yang saling berpasang. Sampel berpasangan dapat diartikan sebuah

sampel dengan subjek yang sama namum mengalami dua perlakuan atau

pengukuran yang berbeda, yaitu pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan

treatment (Sugiyono, 2010).

Sugiyono (2009), definisi dari uji t berpasangan adalah pengujian

yang mana tidak adanya perbedaan yang signifikan antara nilai variabel dari

dua sampel yang berpasangan atau berkorelasi.

Fungsi dari uji t berpasangan adalah untuk membandingkan rata-rata

dua group yang saling berpasangan. Sampel berpasangan dapat diartikan

sebagai sebuah sampel dengan subjek yaitu sama namun mengalami dua

perlakuan atau pengukuran yang berbeda, yaitu pengukuran sebelum dan

sesudah dilakukan perlakuan. Selain itu untuk menguji efektivitas suatu

perlakuan terhadap suatu besaran variabel yang ingin ditentukan, misalnya

untuk mengetahui efektivitas metode penyuluhan terhadap peningkatan

pengetahuan dari responden (Ridwan, 2009).

Adapun syarat-syarat pengujian uji t berpasangan yaitu:

1. Uji komparasi antara dua nilai pengamatan berpasangan, misalnya

sebelum dan sesudah.

2. Digunakan pada uji parametrik dimana syaratnya sebagai berikut:

a. Satu sampel (setiap elemen mempunyai 2 nilai pengamatan)

b. Merupakan data kuantitatif (rasio-interval)

c. Data berdistribusi normal (di populasi terdapat distribusi

diffrence = d yang berdistribusi normal dengan mean μd=0 dan

variance =1), (Sugiyono, 2010).

(36)

41

̅ ̅

√ (

√ ) ( √ ) ̅ = Rata-rata sampel sebelum perlakuan ̅ = Rata-rata sampel setelah perlakuan = Simpangan baku sebelum perlakuan

= Simpangan baku setelah perlakuan

= Jumlah sampel sebelum perlakuan

= Jumlah sampel setelah perlakuan

Nilai r adalah nilai korelasi antara sampel sebelum diberikan

perlakuan dengan setelah diberikan perlakuan.

Hasil perolehan thitung dikonsultasikan pada tabel distribusi t dengan

taraf signifikansi 0,05 dan db = n-1. H0 diterima jika thitung < ttabel.

b. Uji Gain

Uji gain ternormalisasi (N-gain) ini digunakan untuk mengetahui

peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa dari data yang didapat

dari pretes dan postes. Dikatakan indeks gain ternormalisasi karena

sebelumnya indeks gain yang diperoleh diuji terlebih dahulu normalitasnya.

Rumus yang digunakan untuk uji gain ternormalisasi ini adalah sebagai

berikut:

(Meltzer, 2002)

Indeks gain yang telah diperoleh selanjutnya diinterpretasi dengan

menggunakan kriteria-kriteria yang dapat dilihat pada tabel berikut:

(37)

42

2. Analisis Data Kualitatif

1) Angket

Pengisian angket diberikan kepada siswa yang dijadika objek

penelitian dan dilakukan pada akhir penelitian setelah dilakukan postes.

Skala yang digunakan yaitu skala Likert, yang terdiri dari empat pilihan

yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pada skala

Likert ini tidak menggunakan opsi netral seperti ragu-ragu atau kurang

setuju, agar respon siswa tidak ada yang menyatakan ragu-ragu. Setiap

jawaban siswa pada angket tersebut diberi bobot pada setiap opsinya, dan

pembobotan yang dipakai menurut Suherman (1990) adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 6 Kategori Jawaban Angket

Jenis

Pernyataan

Skor

SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Setelah pengskoran, kemudian dilakukan pengolah hasil angket

dengan cara menentukan rata-rata siswa. Rata-rata skor tiap pernyataan

angket dengan menggunakan skala likert, menurut Sugiyono 2011) adalah

sebagai berikut:

Skor ideal dapat ditentuka dengan rumus sebagai berikut:

Hasil presentase kemudian diinterpretasikan berdasarkan skala

(38)

43

Tabel 3. 7 Rata-rata Skor Jawaban Angket

Nilai (%) Kategori

Setelah diketahui presentase dari hasil angket secara kontinium dapat

dibuat kategori dengan interval sebagai berikut (Sugiyono, 2011):

Insterval interpretasi kategori perolehan angket

Sangat tidak suka Kurang suka Ragu Suka Sangat suka

|1/5 skor ideal| |2/5 skor ideal| |3/5 skor ideal| |4/5 skor ideal| |skor ideal|

Adapun kisi-kisi dalam angket penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kisi-kisi angket

No Indikator Nomor Pernyataan Jumlah

(39)

44

2) Lembar Observasi

Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil

selama pembelajaran dengan menggunakan model Explicit Instruction.

Hasil observasi tersebut menjadi bahan evaluasi dan bahan masukan bagi

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, serta berdasarkan

pengolahan dan analisis terhadap data yang diperoleh dari lapangan, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan dalam peningkatan kemampuan pemahaman konsep

siswa antara kemampuan awal dibandingkan dengan kemampuan akhir

siswa yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model Explicit

Instruction berbantu multimedia interaktif.

2. Penerapan model Explicit Instruction dengan berbantuan multimedia

interaktif memiliki efektivitas yang tinggi untuk meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran teknologi

informasi dan komunikasi.

3. Hasil dari angket memperoleh rata-rata 82,14% yang termasuk dalam kriteria “baik” menunjukan bahwa respon yang diberikan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Explicit Instruction

dengan berbantuan multimedia interkatif mendapatkan respon yang positif.

5.2Saran

Berdasarkan pengalaman dan temuan yang diperoleh selama penelitian,

maka dikemukakan beberapa saran yang dapat menjadi masukan bagi beberapa

pihak yang bersangkutan, diantaranya :

1. Ketika hendak melakukan proses pembelajaran yang memerlukan sarana

dan prasarana penunjang, misalnya penggunaan sound system atau infocus

dan lain sebagainya. Lebih baik dipersiapkan terlebih dahulu sebelum jam

pembelajaran dimulai, supaya tidak mengganggu dan mengurangi jam

(41)

72

2. Supaya siswa tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran berlangsung,

hendaknya guru memberikan motivasi berupa cenderamata atau hadiah

kepada siswa agar dapat membuat minat belajar siswa bertambah, seperti

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1995). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Bumi

Aksara.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). Jakarta :

Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Bruce, & Weil. (1996). Tahapan Model Explicit Instruction. Diakses dari:

http://akhmadsudrajat.worpress.com/2011/01/27/modelpembelajaran-langsung/html.

Dahar, R. W. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Dimyati, M. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT Rineka Cipta.

Suherman, E. dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung : FMIPA UPI.

Isyanto (2007). Pengertian dan Manfaat Multimedia Pembelajaran. Diakses dari:

http://istiyanto.com/pengertian-dan-manfaat-multimedia-pembelajaran/.

Kusmana, A (2010). Aspek-aspek Pemahaman Konsep. Diakses dari:

http://aguskusmanago.blogspot.com/2010/04/aspek-aspek-pemahaman-konsep.html.

Marsa, T (2011). Model-model Pembelajaran. Diakses dari: http://trisnomarsa.blogspot.com/2011/04/model-model-pembelajaran.html.

Munir. (2012). Multimedia, Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung :

(43)

74

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Bandung : Alfabeta.

Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Bandung : Alfabeta.

Naila, N. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMP Lembang. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung

Purwanto. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Afgani, R. F. A (2012). Penerapan Strategi Pembelajaran Reciprocal Learning

Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Noor, F. R. E (2013). Pengaruh Model Project Based Learning (pjbl) Berbantu

Multimedia Interaktif Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa pada Mata Pelajaran TIK. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rofingatun, S. (2006). Penerapan Metode Penemuan dalam Pembelajaran

Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sardiman. (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja

Grafindo Persada.

Subiyanto, Prof. Dr. (1988). Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

Jakarta : Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan.

(44)

75

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suherman,S. & Kusuma,Ys. (1990). Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan

Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusuma.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Trianto. (2007) Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta : Prestasi Pustaka.

Trianto. (2011).Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivitis.

Jakarta : Prestasi Pustaka.

Winkel, W. S. & Hastuti, M. M. S (2004). Bimbingan dan konseling di institusi

Gambar

Gambar 3.3 Tahapan Penelitian
Tabel 3. 1 Kriteria-kriteria Koefisen Korelasi
Tabel 3. 2 Klasifikasi Reliabilitas
Tabel 3. 3 Klasifikasi Indeks Kesukaran
+5

Referensi

Dokumen terkait

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

[r]

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala hikmat dan karunia-Nya serta untuk setiap berkat yang telah dianugerahkan sehingga penulis

Dalam melakukan berbagai usaha sebaiknya diperhatikan bagaimana cara mengelola risiko agar tidak terjadi atau meminimalisir kerugian yang tidak diinginkan. Dalam hal kegiatan

Berdasar pada Berita Acara Pembuktian kualifikasi nomor Berita Acara Pembuktian kualifikasi Nomor : 101/ULP-Pokja-JK/2011 tanggal 02 Mei 2011 Pekerjaan Perencanaan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tanggal 24 Januari 2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah (lembaran

Pada hari ini Rabu, tanggal Tujuh belas bulan Juni tahun Dua ribu lima belas, berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Nomor : 040/PAN/PN-KLB/VI/2015, Tanggal 17-06-2015,

[r]