MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA BERBANTUAN MULTIMEDIA
INTERAKTIF PADA PELAJARAN TIK
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI
oleh
Adi Supardi NIM 0902015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUA ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA BERBANTUAN MULTIMEDIA
INTERAKTIF PADA PELAJARAN TIK
oleh
Adi Supardi
NIM 0902015
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Adi Supardi 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
ADI SUPARDI
MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP SISWA BERBANTUAN MULTIMEDIA
INTERAKTIF PADA PELAJARAN TIK
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dr. Parsaoran Siahaan, M. Pd.
NIP. 195803011980021002
Pembimbing II
Herbert Siregar, M.T.
NIP. 197005022008121001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
Dr. H. Enjang Ali Nurdin, M.Kom.
NIP. 196711211991011001
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “MODEL EXPLICIT
INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PELAJARAN TIK” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya
pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya
saya ini.
Bandung, Juni 2015 Yang membuat pernyataan,
MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP SISWA BERBANTUAN MULTIMEDIA
INTERAKTIF PADA PELAJARAN TIK
Adi Supardi, adi_supardi@windowslive.com
ABSTRAK
Kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran salah satunya disebabkan oleh kurangnya fasilitas teknologi informasi dan komunikasi, serta pembelajaran yang hanya berpusat pada guru membuat siswa berperilaku pasif serta kurangnya kreativitas dan produktivitas dalam pembelajaran. Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran adalah salah satu solusi untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman siswa setelah diberikan perlakuan pembelajaran dengan model Explicit Instruction berbantuan multimedia interaktif. Sedangkan metode penelitian yang digunakan yaitu Pre-Experimental Design dengan desain One-Group Pretest-Postest Design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 40 Bandung. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata nilai pretes sebesar 33,39, sedangkan rata-rata nilai postes sebesar 80,71. Pengujian menggunakan uji t berpasangan diperoleh hasil yang menyatakan bahwa pada tes akhir terdapat perbedaan yang signifikan setelah diterapkan model Explicit Instruction dengan berbantuan multimedia interkatif. Skor indeks gain dari pretes dan postes didapatkan sebesar 0,70. Hal tersebut menunjukan bahwa model Explicit Instruction berbantuan multimedia interaktif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.. Dalam penelitian ini, siswa umumnya memberi respon baik pada penerapan model Explicit Instruction berbantuan multimedia interkatif. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang diberikan kepada siswa pada tahap akhir dari penelitian.
EXPLICIT INSTRUCTION MODEL TO INCREASE THE UNDERSTANDING CONCEPT OF STUDENT ASSISTED INTERACTIVE MULTIMEDIA IN
LESSONS ICT
ABSTRAC
Lack of understanding concept of students subject is caused by a lack of information and communication technology facilities, as well as the just-centered learning teachers make students behave passively may affect student lack of concept understanding. Involving students actively in the learning process is one of the solutions to improve student concept understanding. This study aims to determine the increase in the ability of the students understanding after learning the treatment given to the Explicit Instruction model assisted multimedia interactive. While research method which used is Pre-Experimental Design withOne-Group Pretest-Posttest Design.The sample used in this study were students of class VIII B SMP Negeri 40 Bandung. Based on the results of the research that has been conducted, the average value obtained pretest of 33.39, while the average post-test score of 80.71. Tests using a paired t-test result which states that at the end of the test there were significant differences after application of Explicit Instruction model assisted interactive multimedia. Index score of pretest and posttest gain of 0.70 obtained. It shows that the model of Explicit Instruction assisted interactive multimedia can enhance student concept understanding. In this study, student generally respond well to the model implementation of Explicit Instruction assisted interactive multimedia. It can be seen from the results of a questionnaire given to students in the final phase of the research.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah ... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.6 Definisi Operasional ... 6
1.7 Sistematika Penulisan ... 7
1.8 Hipotesis ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
2.1 Pengertian Pemahaman Konsep ... 9
2.2 Model Explicit Instruction ... 12
2.3 Multimedia Interaktif ... 19
2.4 Teknologi informasi dan komunikasi ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27
3.2 Populasi dan Sampel ... 28
3.2.1 Populasi ... 28
3.2.2 Sampel ... 28
3.3 Variabel Penelitian ... 28
3.3.1 Variabel bebas (Indepedent Variable) ... 29
3.3.2 Variabel terikat (Dependent Variable) ... 29
3.4 Prosedur Penelitian ... 29
3.4.1 Tahap Persiapan ... 29
3.4.2 Tahap Pelaksanaan ... 30
3.4.3 Tahap Analisis Data ... 30
3.5 Instrumen Penelitian ... 32
3.5.1 Penyusunan Instrumen Penelitian ... 32
a. Tes ... 32
b. Observasi ... 32
c. Angket ... 32
d. Multimedia interaktif ... 33
3.5.2 Pengujian instrumen penelitian ... 33
a. Uji Validitas soal ... 34
b. Reliabilitas ... 34
c. Tingkat kesukaran ... 36
d. Uji daya pembeda ... 36
3.5.3 Data dan teknik pengumpulan data ... 37
3.5.4 Analisis dan teknik pengolahan data ... 38
1. Analisis Data Kuantitatif ... 38
2. Analisis Data Kualitatif ... 41
4.1 Tahap Persiapan Penelitian... 45
4.1.1 Studi Pendahuluan ... 45
4.1.2 Penyusunan Instrumen Penelitian ... 45
4.1.3 Judgemen Instrumen Penelitian ... 50
4.1.4 Uji Coba Instrumen Penelitian ... 50
4.1.5 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 50
4.2 Tahap Pelaksanaan Penilitian ... 53
4.3 Tahap Analisis Data Hasil Penelitian ... 56
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
5.1 Kesimpulan ... 71
5.2 Saran ... 71
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1Tahapan Model Explicit Instruction ... 14
Tabel 3. 1 Kriteria-kriteria Koefisen Korelasi ... 34
Tabel 3. 2 Klasifikasi Reliabilitas ... 36
Tabel 3. 3 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 37
Tabel 3. 4 Klasifikasi Indeks Keskaran... 38
Tabel 3. 5 Interpretasi Indeks Gain Ternormalisasi ... 41
Tabel 3. 6 Kategori Jawaban Angket ... 42
Tabel 3. 7 Rata-rata Skor Jawaban Angket ... 43
Tabel 3. 8 Kisi-kisi Angket ... 43
Tabel 4. 1 Hasil Uji Coba Instrumen ... 52
Tabel 4. 2 Data Pretes ... 56
Tabel 4. 3 Data Postes ... 61
Tabel 4. 4 Hasil Perhitugan Uji Normalitas ... 62
Tabel 4. 5 Hasil Perhitungan Gain Ternormalisasi ... 63
Tabel 4. 6 Detail Hasil Perhitungan Gain Ternormalisasi ... 64
Tabel 4. 7 Data Hasil Angket ... 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Desain Penelitian ... 27
Gambar 3. 2 Variabel Penelitian ... 29
Gambar 3. 3 Tahapan Penelitian ... 31
Gambar 4. 1 Grafik Pretes ... 57
Gambar 4. 2 Grafik Postes ... 61
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Multimedia ... 76
A.1 Flowchart ... 77
A.2 Storyboard ... 78
A.3 Interface Multimedia ... 88
Lampiran B Instrumen Penelitian ... 91
B.1 Silabus ... 92
B.2 Judgemen Soal ... 98
B.3 Kisi-kisi Soal ... 109
B.4 Kisi-kisi Angket ... 119
B.5 Lembar Judgemen Multimedia ... 121
B.6 Lembar Observasi ... 129
B.7 Soal Pretes ... 135
B.8 Soal Postes ... 141
B.9 RPP Pertemuan 1 ... 147
B.10 RPP Pertemuan 2 ... 164
B.11 RPP Pertemuan 3 ... 182
Lampiran C Hasil Uji Instrumen ... 198
C.1 Uji Validitas ... 199
C.2 Uji Reliabilitas ... 201
C.3 Uji Tingkat Kesukaran ... 202
C.4 Uji Daya Pembeda ... 202
Lampiran D Analisis Hasil Penelitian ... 205
D.1 Data Pretes ... 206
D.3 Data Uji Normalitas ... 208
D.4 Data Uji Hipotesis ... 210
D.5 Data Uji Gain ... 211
D.6 Data Analisis Angket ... 212
Lampiran E Jawaban Siswa dan Hasil Penelitian ... 214
E.1 Jawaban Siswa Hasil Uji Instrument ... 215
E.2 Jawaban Hasil Pretes Siswa ... 223
E.3 Jawaban Hasil Pembelajaran Siswa ... 224
E.4 Jawaban Hasil Postes Siswa ... 230
E.5 Jawaban Angket Siswa ... 237
Lampiran F Dokumentasi ... 238
F.1 Surat Izin Penelitian ... 239
F.2 Surat Balasan Penelitian ... 240
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia
dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan kecerdasan bangsa. Pemerintah
merumuskan dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan
dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan pembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3UU RI No 20/2003).
Merujuk dari fungsi pendidikan di atas bahwa pendidikan sangatlah penting
untuk memanfaatkan sumber daya manusia, maka dengan perkembangan zaman
yang modern pendidikan dari tahun ke tahun mengalami kemajuan yang pesat
oleh karena itu pendidikan teknologi informasi dan komunikas (TIK) pun
mengalami perkembang dengan pesat. Untuk menghadapi perkembangan
teknologi yang pesat itu tentu setiap negara harus mempersiapkan
generasi-generasi penerusnya agar dapat bersaing dengan baik.
Mempelajari teknologi informasi dan komunikasi sangat penting, dengan
diadakannya mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi di sekolah maka
siswa mampu mengetahui perkembangan yang terjadi dan dapat mengikuti
perkembangan tersebut dengan ilmu yang dimilikinya. selain itu, siswa dapat
mengembangkan minat dan bakat terhadap perlatan teknologi informasi dan
2
mampu membuat sesuatu yang berguna. Hal ini sejalan dengan visi mata
pelajaran teknologi informasi dan komunikasi menurut Departemen Pendidikan
Nasional Badan Peneliti dan Pengembangan Pusat Kurikulum pada Inasyah
(2009) yaitu agar siswa dapat menggunakan perangkat teknologi informasi dan
komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses
informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa
mampu berkreasi, mengembangkan sikap inisiatif, pemecahan masalah,
eksplorasi, dan komunikasi konsep, pengetahuan, dan operasi dasar pengolahan
informasi untuk produktivitas mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri,
dan mudah beradaptasi dengan perkembangan yang baru.
Merujuk pada visi teknologi informasi dan komunikasi di atas, bahwa
penggunaan perangkat teknologi informasi dan komunikasi di setiap sekolah
memiliki perbedaan. Seperti yang pernah dilakukan oleh peneliti selama Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 40 Bandung bahwa ketika proses
pembelajaran berlangsung dengan kurangnya ketersediaan perangkat teknologi
infromasi dan komunikasi ini menghambat kreativitas dan produktivitas siswa
dalam pembelajaran.
Sejalan dengan observasi yang dilakukan oleh Naila (2010) di SMP Negeri
1 Lembang, yang menyatakan bahwa kurangnya ketersediaan perangkat teknologi
informasi dan komunikasi berupa komputer dalam ruangan praktikum, maka
dapat menghambat proses pembelajaran sehingga tidak semua siswa dapat
mempraktikan secara langsung apa yang telah dicontohkan oleh gurunya,
sehingga strategi yang dipakai oleh guru yaitu membagi siswa menjadi dua
gelombang, dimana gelombang pertama menggunakan satu jam pelajaran dan
gelombang kedua menggunakan satu jam berikutnya.
Dengan demikian maka timbul masalah baru yaitu guru harus
menyampaikan materi dan praktik dalam satu jam pelajaran, dengan kata lain
banyaknya materi yang harus disampaikan terhadap siswa tidak sebanding dengan
tersedianya waktu yang digunakan. Kemudian strategi lain yang dipakai oleh guru
TIK selain strategi di atas yaitu siswa belajar bersamaan dalam satu kelas di
3
lebih leluasa dan materi yang harus disampaikan akan terpenuhi. Akan tetapi,
kendala yang muncul adalah tidak semua anak dapat mengoperasikan komputer
secara langsung karena keterbatasan fasilitas, jadi satu komputer kadang harus
dipakai 2 atau 3 orang siswa.
Terkait dengan permasalahan di atas, maka akan timbul permasalahan pada
siswa yaitu kurangnya tingkat pemahaman pada setiap pembelajaran, yang akan
berpengaruh terhadap tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Seperti
yang diperoleh peneliti selama mengikuti kegiatan PPL di SMP Negeri 40
Bandung, ternyata masih banyak siswa yang tidak memahami materi secara
keseluruhan, sehingga ketika diberikan suatu tes berupa soal praktik berkaitan
dengan materi, siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal tersebut.
Maka dibutuhkan model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah
tersebut. Adapun beberapa pendapat mengenai model pembelajaran yang mampu
mengatasi masalah tersebut diantaranya yang dikemukakan oleh El.Noor (2013)
dengan model Projec Based Learning. Kemudian menurut Al Afgani (2012)
dengan model Reciprocal Learning. Menurut Naila (2010) dengan model Explicit
Instruction. Akan tetapi dalam praktiknya, guru harus mengingat bahwa tidak ada model pembelajaran paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu,
dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat bahan ajar, fasilitas atau media yang tersedia dan kondisi guru itu
sendiri.
Terkait dengan permasalahan diatas, dan berdasarkan prinsip-prinsip belajar
(Dimyati, 2002:42) yang menjelaskan bahwa belajar berkaitan dengan (1)
Perhatian dan motivasi, (2) Keaktifan, (3) Keterlibatan langsung/berpengalaman,
(4) Pengulangan, (5) Tantangan, (6) Balikan dan penguatan, serta (7) Perbedaan
individual. Model Explicit Instruction menjadi alternatif model pembelajaran
yang dapat diterapkan karena secara garis besar dalam model ini terdapat
beberapa langkah sesuai dengan prinsip belajar di atas, bahkan hampir terpenuhi.
Pada model ini terdapat lima langkah yaitu fase persiapan (menyampaikan
4
keterampilan prosedural, membimbing pelatihan penerapan, mengecek
pemahaman dan memberi umpan balik, memberikan kesempatan untuk latihan
lanjutan.
Selain itu model pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang
sifatnya selangkah demi selangkah atau bertahap, lebih menekankan pada
interaksi dan kemampuan melakukan dalam pembelajaran. Pada model Explicit
Instruction terdapat tahap pelatihan terbimbing yang sesuai untuk mengatasi permasalahan diatas, selain itu model Explicit Instruction mempunyai kelebihan
relatif banyak materi yang bisa tersampaikan dan semua siswa terlibat/aktif dalam
pembelajaran dan model ini akan mudah diikuti terutama pada mata pelajaran
teknologi informasi dan komunikasi.
Berdasaran latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis mengambil judul “Model Explicit Instruction untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa berbantuan multimedia interkatif pada pelajaran TIK” pada
pemilihan judul tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa pembelajaran
menggunakan model Explicit Instruction dapat diterapkan untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran TIK.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis merumuskan masalah
yang akan diteliti pada penelitian kali ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran TIK setelah
diterapkan model Explicit instruction dengan berbantuan multimedia
interaktif?
2. Apakah penerapan model Explicit instruction dengan berbantuan
multimedia interaktif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada
pembelajaran TIK?
3. Bagaimana respon siswa terhadap model Explicit Instruction berbantuan
5
1.3 Batasan Masalah
Agar masalah yang dikaji lebih berfokus dan terarah maka penulis
membatasi masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu
model Explicit Instruction yang dikemukakan oleh Rorenshina &
Stevens.
2. Materi yang akan diajarkan dalam penelitian ini adalah materi pelajaran
yang disesuaikan dengan KTSP untuk siswa SMP kelas VIII pada
semester II.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka penelitian ini
secara garis besar bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam tingkat
pemahaman konsep pada pembelajaran TIK di SMP Negeri 40 Bandung.
Sedangkan secara khusus yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan pemahaman konsep siswa
dalam proses pembelajaran TIK dengan menggunakan model Explicit
instruction berbantuan multimedia interaktif.
2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada mata
pelajaran TIK menggunakan model Explicit Instruction berbantuan
multimedia interaktif.
3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap mata pelajaran TIK dengan
menggunakan model Explicit instruction berbantuan multimedia
interaktif.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya yaitu :
1. Bagi siswa
a. Lebih termotivasi dan merasa senang karena memperoleh
pengalaman baru dalam pembelajaran menggunakan model
6
b. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran supaya bisa meningkatan pemahaman
konsep dalam pelajaran TIK.
c. Dengan diterapkannya model Explicit instruction dengan
berbantuan mutimedia interaktif diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa.
2. Bagi guru
a. Dengan penerapan model Explicit instruction berbantuan
multimedia interaktif ini diharapkan dapat membantu dan
mempermudah guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.
b. Dapat memberikan alternatif sebagai variasi dalam mengajar
pada pelajaran TIK yang dapat diterapkan di kelas sesuai dengan
kondisi sekolah.
c. Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan bahan
masukan bagi guru dalam mata pelajaran TIK.
3. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan kepada sekolah sebagai upaya
meningkatkan mutu sekolah.
4. Bagi peneliti
Dengan penelitian ini diharapkan pengetahuan peneliti bertambah
dalam berbagai hal khususnya mengenai penerapan model Explicit
instruction berbantuan multimedia interaktif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran TIK.
1.6 Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda tentang penelitian ini,
diberikan beberapa penjelasan instilah berikut :
1. Implementasi, maksud dari implementasi pada penelitian ini adalah
penerapan, penerapan dalam melaksanakan atau merealisasikan program
yang telah disusun untuk mendapatkan tujuan yang diharapkan.
2. Explicit Instruction (IE) adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
7
dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap
selangkah demi selangkah yang meliputi 5 tahapan; yaitu penyampaian
tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik, memberikan kesempatan untuk pelatihan
lanjutan dan penerapan.
3. Pemahaman konsep yang dimaksud yaitu pemahaman konsep dalam
aspek kognitif.
4. Pembelajaran TIK yang dimaksud yaitu pembelajaran pada materi yang
disesuaikan dengan KTSP untuk siswa SMP kelas VIII pada semester II.
5. Berbantuan multimedia interaktif yang dimaksud yaitu suatu media
yang sengaja dibuat dalam bentuk animasi atau flash yang disediakan
untuk membantu proses pembelajaran agar lebih efektif dan membuat
siswa menjadi aktif.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini merupakan urutan penyusunan materi dalam
penulisan skripsi agar susunannya lebih teratur. Adapun sistematika penulisan dari
skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang teori-teori yang berhubungan dengan penelitian
dilakukan, terdiri atas pengertian belajar, pengertian pemahaman konsep,
faktor-faktor untuk meningkatkan pemahaman konsep, pengertian model
Explicit Instruction dan pengaruh model Explicit Instruction dalam pembelajaran TIK, serta pengertian dari multimedia interkatif.
BAB III: METODELOGI PENELITIAN
Bab ini membahas metode yang digunakan dalan penelitian yang meliuputi
metode penelitian, jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, dan
teknik pengumpulan data.
8
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang diperoleh setelah
melakukan penelitian.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dari penulis mengenai penelitian yang
dilakukan serta berisikan rekomendasi dari penulis bagi pihak yang
bersangkutan.
1.8 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang akan dibuktikan
kebenarannya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat perbedaan
peningkatan pemahan konsep siswa setelah diterapkan model Explicit Instruction
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan Eksperimental Design. Menurut Sugiono (2012)
Pre-Eksperimen masih dipengaruhi variabel luar terhadap terbentuknya variabel dependen, jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan
semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini terjadi karena tidak
adanya variabel kontrol, dan pemilihan sampel tidak secara random.
Sesuai dengan metode penelitian yang menggunakan metode eksperimen
dengan Pre-Eksperimental Design, maka desain penelitian yang digunakan daam
penelitian ini menggunakan desain one group pretest-postest design. Menurut
sugiono (2012), pada desain ini diberikan pretes sebelum diberi perlakuan, dengan
demikian hasil perlakuan dapat diketahui secara akurat karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian
O1 X O2
Keterangan :
O1 : Nilai pretest siswa (Sebelum diberi perlakuan).
O2 : Nilai postest siswa (Setelah diberi perlakuan).
X : Perlakuan yang diberikan dengan menggunakan model
pembelajaran Explicit Instruction.
Pada desain ini terdapat satu kelas eksperimen yang diberikan perlakuan,
yaitu dengan menerapkan model Expicit Instruction dalam proses pembelajaran.
Yang dimaksud dengan O1 yaitu pemberian tes awal, sebelum siswa mendapatkan
pelajaran dengan menggunakan model Explicit Instruction, sedangkan O2yaitu
tes yang diberikan kepada siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan
28
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Menurut sugiyono (2012) Populasi adalah wilayah generalis yang terdiri
atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan menurut Sudjana (2005), populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran kualitatif maupun
kuantitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang
lengkap dan jelas. Jadi populasi tidak hanya berupa orang atau mahluk hidup,
tetapi bisa juga berupa benda-benda alam dan lainnya. Maka peneliti menentukan
yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 40 Bandung.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006).
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
tersebut.
Sampel dalam penelitian ini diambi menggunakan tenknik non probability
sampling yaitu menggunakan purposive sampling. Menurut Sugiono (2012), purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII-B SMP Negeri 40
Bandung. Pertimbangan peneliti menggunakan kelas tersebut sebagai sampel
penelitian adalah rekomendasi dari guru TIK di sekolah tersebut, karena kelas ini
cukup representatif jika dilihat dari kemampuan siswa dibandingkan dengan kelas
lainnya.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu independent
29
3.3.1 Variabel bebas (Indepedent Variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas
adalah penerapan model Explicit Instruction. Variabel bebas dalam penelitian
dilambangkan dengan menggunakn simbol X.
3.3.2 Variabel terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat dari adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel
terikat adalah peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa dalam mata
pelajaran TIK. Variabel terikat dalam penelitian ini dilambangkan dengan simbol
Y.
Hubungan antara kedua variabel diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2 Variabel Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan melalui
beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut diantaranya sebagai berikut:
3.4.1 Tahap Persiapan
1) Menentukan tempat dan populasi penelitian.
2) Mempelajari kurikulum yang digunakan di sekolah tempat penelitian
dilaksanakan.
3) Melengkapi administrasi dan perizinan penelitian.
4) Menyusun kelengkapan instrumen pembelajaran (silabus, RPP) dan
instrumen penelitian (soal, multimedia).
5) Melakukan judgement terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat.
30
7) Melaksanakan uji coba instrumen tes terhadap kelas yang telah
mempelajari materi ajar yang akan dibahas dalam penelitian.
8) Menganalisis hasil uji coba instrumen yang telah di uji cobakan.
9) Menentukan sampel penelitian.
3.4.2 Tahap Pelaksanaan
1) Melaksanakan pretes.
2) Memberi perlakuan dengan menggunakan model Explicit Instruction
berbantuan multimedia interaktif.
3) Melaksanakan postes.
4) Melaksanakan pemberian angket untuk mengetahui respon siswa
terhadap model pembelajaran serta multimedia yang digunakan.
3.4.3 Tahap Analisis Data
1) Menganalisis data hasil pretest dan postes yang telah didapat dengan
teknik analisis data yang ditentukan.
2) Menguji hipotesis yang telah dibuat, apakah diterima atau ditolak
berdasarkan hasil analisis data.
3) Mengambil kesimpulan atas penelitian yang telah dilaksanakan sesuai
dengan hipotesis yang diterima dan menjawab rumusan masalah.
Adapun alur dari prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini
31
32
3.5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Penyusunan Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data dan informasi. Sebelum melakukan penelitian ini peneliti
membuat seperangkat instrumen penelitian sebagai berikut:
a. Tes
Tes adalah rangsangan atau stimul yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar
bagi penetapan skor angka Margono (dalam Verawati 2011). Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes awal (pretes) dan tes akhir
(postes) tentang kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap materi
pembelajaran. Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemahaman
konsep siswa sebelum diberikan pembelajaran dengan menggunakan model
Explicit Instruction, sedangkan postes dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa setelah diberikan pembelajaran
dengan menggunakan model Explicit Instruction. Adapun bentuknya untuk
pretes dan postes berbentuk soal pilihan ganda yang mengandung 3
indikator dalam kemampan konsep yaitu translasi (menerjemahkan),
interpretasi (menafsirkan), dan Ekstrapolasi (meramalkan). Soal-soal ini
menuntut kemampuan pemahaman siswa dalam menjawabnya.
b. Observasi
Observasi atau yang disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan
pemuatan terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra
(Arikunto, 2010). Pedoman observasi ini digunakan untuk memperoleh data
mengenai pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas dengan
menggunakan model Explicit Instruction.
c. Angket
Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya, atau
33
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran TIK menggunakan model Explicit Instruction.
d. Multimedia interaktif
Pembuatan multimedia interaktif yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan beberapa tahapan. Adapun tahapan dalam pembuatan
multimedia interaktif menurut Munir (2012) adalah :
1) Fase analisis
Fase ini menetapkan keperluan pembangunan software dengan
melibatkan tujuan pembelajaran, pendidik, dan lingkungan. Kerjasama
guru dan membuat software meneliti kurikulum berdasarkan tujuan
yang ingin dicapai.
2) Fase desain
Fase ini meliputi unsur-unsur yang perlu dimuat didalam software
yang akan dikembangkan berdasarkan model pembelajaran yang
digunakan.
3) Fase pengembangan
Fase ini berdasarkan model yang disediakan dengan tujuan
merealisasikan sebuah prototip software pembelajaran.
4) Fase implementasi
Fase ini membuat pengujian unit-unit yang telah dikembangkan dalam
proses pembelajaran dan juga prototip yang telah siap.
5) Fase penilaian
Fase ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan software yang
dikembangkan.
3.5.2 Pengujian instrumen penelitian
Pengujian ini dilakukan untuk menguji soal-soal yang dijadikan sebagai
instrumen pemelitian, terdapat dua jenis soal yaitu pretes dan postes. Soal-soal ini
dikembangkan berdasarkan kepada indikator kemampuan pemahaman yang telah
ditetapkan. Kelas yang digunakan untuk uji coba instrumen ini adalah kelas IX F
SMP Negeri 40 Bandung. Jenis soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah
34
Sebelum melakukan penelitian, soal-soal yang dijadikan instrumen tersebut
harus diuji terlebih dahulu, adapun jenis-jenis pengujian yang digunkan untuk
menguji instrumen penelitian tersebut adalah:
a. Uji Validitas soal
Arikunto (2010) mengungkapkan bahwa validitas adalah ukuran yang
menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan serta dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara
tepat. Rumus validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus
korelasi yang dikembangkan oleh Pearson yang dikenalkan dengan rumus
korelasi product moment adalah sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
Penafsiran nilai hasil perhitungan validitas didasarkan pada
kriteria-kriteria pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Kriteria-kriteria Koefisen Korelasi
Nilai rxy Interpretasi
35
b. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010).
Dikarenakan instrumen tes dalam penelitian ini adalah tes piliha ganda,
maka rumus yang digunakan adalah rumus Flanagan dengan rumus sebagai
berikut:
(Arikunto, 2010)
Keterangan :
= Realibilitas Instrumen.
= Varians Belahan Pertama ( ) = Varians Belahan Kedua ( )
= Varians Skor Total
Sebelum melakukan perhitungan reliabilitas tersebut, terlebih dahulu
harus membuat analisis terhadap butir soal dengan cara perhitungan nilai
varians tiap butir soal agar jumlah varians butir soal dapat diketahui.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung varians yaitu:
∑ ∑
Keterangan:
V = Varians
X = Skor tiap butir soal N = Jumlah Siswa
(Arikunto, 2010:227)
Nilai reliabilitas yang diperoleh selanjutnya diinterpretasi dengan
36
Tabel 3. 2 Klasifikasi Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas ( ) Interpretasi
Reliabilitas sangat tinggi
Reliabilitas tinggi
Reliabilitas sedang
Reliabilitas rendah
Reliabilitas sangat rendah
(Guilford dalam Suherman dan Kusumah, 1990:147)
c. Tingkat kesukaran
Suherman dan Kusumah (1990) mengungkapkan bahwa derajat
kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks
Kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinium)
0,00 sampai 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti
butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran
1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal
dengan bentuk pilihan ganda dalah sebagai berikut:
(Suherman dan Kusumah, 1990)
Keterangan:
JBa = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas
JBb = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
JSa = 27% jumlah dari kelompok bawah
JSb = 27% jumlah dari kelompok atas
Indeks kesukaran yang diperoleh selanjutnya diinterpretasikan dengan
37
Tabel 3. 3 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran (IK) Klasifikasi
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
Suherman dan Kusumah (1990) mengungkapkan bahwa derajat
kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks
Kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinum)
0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00
berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks
kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal
dengan bentuk pilihan ganda adalah sebagai berikut:
(Suherman dan Kusumah, 1990)
Keterangan:
JBa = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas
JBb = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
JSa = 27% jumlah dari kelompok bawah
JSb = 27% jumlah dari kelompok atas
Data yang diperoleh dari hasil perhitungan dapat diinterpretasikan
untuk menemukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan
38
Tabel 3. 4 Klasifikasi Indeks Keskaran
Daya Pembeda (DP) Klasifikasi
DP ≤ 0,00 Sangat jelek
3.5.3 Data dan teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, pengelompokan data dibagi kedalam dua jenis data,
yaitu:
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu data yang didapatkan dari
hasil pretes dan postes. Pengumpulan data-data tersebut dilakukan setiap
kegiatan siswa ketika menggunakan instrumen penelitian seperti ketika
mengerjakan pretes dan mengerjakan postes.
2. Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini yaitu data yang didapatkan dari
hasil pengisian angket yang diisi oleh siswa dan lembar observasi yang diisi
oleh observer.
3.5.4 Analisis dan teknik pengolahan data
1. Analisis Data Kuantitatif
1) Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah data yang akan dihitung berdistribusi normal atau tidak. Sebelum uji
normalitas dilakukan, tentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang ada
pada sampel yang akan diteliti, jika sampel ≥ 30 maka uji normalitas yang
digunakan yaitu uji Chi Square, sedangkan untuk jumlah sampel yang < 30
39
dalam penelitian ini yaitu 28 siswa, maka pengujian normalitas yang
digunakan yaitu uji Liliefors.
Uji Liliefors digunakan untuk menguji normalitas data dengan data
yang kecil dan tidak perlu dikelompokan. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan koefisien t, dimana t-hitung hasil perhitungan akan
dikoefisienkan dengan t-tabel padaT(N)(1- α). Data dinyatakan berdistribusi
normal apabila t-hitung<t-tabel pada taraf α tertentu (Purwanto, 2011).
Hipotesis yang diajukan dalam pengujian normalitas ini antara lain:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji
kenormalan ini seperti yang diungkapkan Purwanto (2011) adalah
sebagai berikut:
1. Menghitung rata-rata: ̅
2. Menghitung standar deviasi: s
3. Menghitung Zi dengan rumus:
Zi = ̅
4. Menghitung F*(X) dengan melihat harga tabel Zi dengan
ketentuan:
Jika Zi positif, F*(X)
Jika Zi negatif, F*(X)
5. Menghitung s(X) dengan rumus:
s(X)
6. Menghitung t dengan rumus:
| |
7. Konfirmasi tabel dengan α = 0,05
T tabel = T(N)(1-α)
40
Jika t-hitung < t-tabel maka dapat dinyatakan data berdistribusi
normal.
2) Uji Hipotesis
a. Uji t
Uji hipotesis dilakukan untuk menguji perbedaan dua rata-rata, rumus
yang digunakan adalah uji t berpasangan atau sering disebut “Paired Sample t-Test” adalah jenis uji statistika yang bertujuan untuk membandingkan dua rata-rata yang saling berpasang. Sampel berpasangan dapat diartikan sebuah
sampel dengan subjek yang sama namum mengalami dua perlakuan atau
pengukuran yang berbeda, yaitu pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan
treatment (Sugiyono, 2010).
Sugiyono (2009), definisi dari uji t berpasangan adalah pengujian
yang mana tidak adanya perbedaan yang signifikan antara nilai variabel dari
dua sampel yang berpasangan atau berkorelasi.
Fungsi dari uji t berpasangan adalah untuk membandingkan rata-rata
dua group yang saling berpasangan. Sampel berpasangan dapat diartikan
sebagai sebuah sampel dengan subjek yaitu sama namun mengalami dua
perlakuan atau pengukuran yang berbeda, yaitu pengukuran sebelum dan
sesudah dilakukan perlakuan. Selain itu untuk menguji efektivitas suatu
perlakuan terhadap suatu besaran variabel yang ingin ditentukan, misalnya
untuk mengetahui efektivitas metode penyuluhan terhadap peningkatan
pengetahuan dari responden (Ridwan, 2009).
Adapun syarat-syarat pengujian uji t berpasangan yaitu:
1. Uji komparasi antara dua nilai pengamatan berpasangan, misalnya
sebelum dan sesudah.
2. Digunakan pada uji parametrik dimana syaratnya sebagai berikut:
a. Satu sampel (setiap elemen mempunyai 2 nilai pengamatan)
b. Merupakan data kuantitatif (rasio-interval)
c. Data berdistribusi normal (di populasi terdapat distribusi
diffrence = d yang berdistribusi normal dengan mean μd=0 dan
variance =1), (Sugiyono, 2010).
41
̅ ̅
√ (
√ ) ( √ ) ̅ = Rata-rata sampel sebelum perlakuan ̅ = Rata-rata sampel setelah perlakuan = Simpangan baku sebelum perlakuan
= Simpangan baku setelah perlakuan
= Jumlah sampel sebelum perlakuan
= Jumlah sampel setelah perlakuan
Nilai r adalah nilai korelasi antara sampel sebelum diberikan
perlakuan dengan setelah diberikan perlakuan.
Hasil perolehan thitung dikonsultasikan pada tabel distribusi t dengan
taraf signifikansi 0,05 dan db = n-1. H0 diterima jika thitung < ttabel.
b. Uji Gain
Uji gain ternormalisasi (N-gain) ini digunakan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa dari data yang didapat
dari pretes dan postes. Dikatakan indeks gain ternormalisasi karena
sebelumnya indeks gain yang diperoleh diuji terlebih dahulu normalitasnya.
Rumus yang digunakan untuk uji gain ternormalisasi ini adalah sebagai
berikut:
(Meltzer, 2002)
Indeks gain yang telah diperoleh selanjutnya diinterpretasi dengan
menggunakan kriteria-kriteria yang dapat dilihat pada tabel berikut:
42
2. Analisis Data Kualitatif
1) Angket
Pengisian angket diberikan kepada siswa yang dijadika objek
penelitian dan dilakukan pada akhir penelitian setelah dilakukan postes.
Skala yang digunakan yaitu skala Likert, yang terdiri dari empat pilihan
yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pada skala
Likert ini tidak menggunakan opsi netral seperti ragu-ragu atau kurang
setuju, agar respon siswa tidak ada yang menyatakan ragu-ragu. Setiap
jawaban siswa pada angket tersebut diberi bobot pada setiap opsinya, dan
pembobotan yang dipakai menurut Suherman (1990) adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 6 Kategori Jawaban Angket
Jenis
Pernyataan
Skor
SS S TS STS
Positif 5 4 2 1
Negatif 1 2 4 5
Setelah pengskoran, kemudian dilakukan pengolah hasil angket
dengan cara menentukan rata-rata siswa. Rata-rata skor tiap pernyataan
angket dengan menggunakan skala likert, menurut Sugiyono 2011) adalah
sebagai berikut:
∑ ∑
Skor ideal dapat ditentuka dengan rumus sebagai berikut:
Hasil presentase kemudian diinterpretasikan berdasarkan skala
43
Tabel 3. 7 Rata-rata Skor Jawaban Angket
Nilai (%) Kategori
Setelah diketahui presentase dari hasil angket secara kontinium dapat
dibuat kategori dengan interval sebagai berikut (Sugiyono, 2011):
Insterval interpretasi kategori perolehan angket
Sangat tidak suka Kurang suka Ragu Suka Sangat suka
|1/5 skor ideal| |2/5 skor ideal| |3/5 skor ideal| |4/5 skor ideal| |skor ideal|
Adapun kisi-kisi dalam angket penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 3.8 Kisi-kisi angket
No Indikator Nomor Pernyataan Jumlah
44
2) Lembar Observasi
Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil
selama pembelajaran dengan menggunakan model Explicit Instruction.
Hasil observasi tersebut menjadi bahan evaluasi dan bahan masukan bagi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, serta berdasarkan
pengolahan dan analisis terhadap data yang diperoleh dari lapangan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan dalam peningkatan kemampuan pemahaman konsep
siswa antara kemampuan awal dibandingkan dengan kemampuan akhir
siswa yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model Explicit
Instruction berbantu multimedia interaktif.
2. Penerapan model Explicit Instruction dengan berbantuan multimedia
interaktif memiliki efektivitas yang tinggi untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran teknologi
informasi dan komunikasi.
3. Hasil dari angket memperoleh rata-rata 82,14% yang termasuk dalam kriteria “baik” menunjukan bahwa respon yang diberikan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Explicit Instruction
dengan berbantuan multimedia interkatif mendapatkan respon yang positif.
5.2Saran
Berdasarkan pengalaman dan temuan yang diperoleh selama penelitian,
maka dikemukakan beberapa saran yang dapat menjadi masukan bagi beberapa
pihak yang bersangkutan, diantaranya :
1. Ketika hendak melakukan proses pembelajaran yang memerlukan sarana
dan prasarana penunjang, misalnya penggunaan sound system atau infocus
dan lain sebagainya. Lebih baik dipersiapkan terlebih dahulu sebelum jam
pembelajaran dimulai, supaya tidak mengganggu dan mengurangi jam
72
2. Supaya siswa tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran berlangsung,
hendaknya guru memberikan motivasi berupa cenderamata atau hadiah
kepada siswa agar dapat membuat minat belajar siswa bertambah, seperti
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1995). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Bumi
Aksara.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). Jakarta :
Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bruce, & Weil. (1996). Tahapan Model Explicit Instruction. Diakses dari:
http://akhmadsudrajat.worpress.com/2011/01/27/modelpembelajaran-langsung/html.
Dahar, R. W. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Dimyati, M. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT Rineka Cipta.
Suherman, E. dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : FMIPA UPI.
Isyanto (2007). Pengertian dan Manfaat Multimedia Pembelajaran. Diakses dari:
http://istiyanto.com/pengertian-dan-manfaat-multimedia-pembelajaran/.
Kusmana, A (2010). Aspek-aspek Pemahaman Konsep. Diakses dari:
http://aguskusmanago.blogspot.com/2010/04/aspek-aspek-pemahaman-konsep.html.
Marsa, T (2011). Model-model Pembelajaran. Diakses dari: http://trisnomarsa.blogspot.com/2011/04/model-model-pembelajaran.html.
Munir. (2012). Multimedia, Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung :
74
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung : Alfabeta.
Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung : Alfabeta.
Naila, N. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMP Lembang. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung
Purwanto. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Afgani, R. F. A (2012). Penerapan Strategi Pembelajaran Reciprocal Learning
Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.
Noor, F. R. E (2013). Pengaruh Model Project Based Learning (pjbl) Berbantu
Multimedia Interaktif Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa pada Mata Pelajaran TIK. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Rofingatun, S. (2006). Penerapan Metode Penemuan dalam Pembelajaran
Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sardiman. (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Subiyanto, Prof. Dr. (1988). Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
Jakarta : Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
75
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suherman,S. & Kusuma,Ys. (1990). Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan
Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusuma.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Trianto. (2007) Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka.
Trianto. (2011).Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivitis.
Jakarta : Prestasi Pustaka.
Winkel, W. S. & Hastuti, M. M. S (2004). Bimbingan dan konseling di institusi