• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB – B DI SLBN – B GARUT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB – B DI SLBN – B GARUT."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu PEMBELAJARAN

BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI )

BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB – B

DI SLBN – B GARUT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Departemen Pendidikan Khusus

Oleh

Veronika Siti Haryati 1106657

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

PEMBELAJARAN

BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI )

BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB – B

DI SLBN – B GARUT

Oleh

VERONIKA SITI HARYATI 1106657

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© VERONIKA SITI HARYATI 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

April

(3)

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Skripsi ini tidak boleh di perbanyak seluruhnya atau sebagian

Dengan di cetak ulang, di foto copy, atau cara lain tanpa ijin dari penulis

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN

BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI )

BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB – B

DI SLBN – B GARUT

Oleh :

VERONIKA SITI HARYATI 1106657

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd NIP. 19700417 1994022001

Pembimbing II

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 19560722 1985031001

Mengetahui

(4)
(5)

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PEMBELAJARAN

BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB – B DI SLBN – B GARUT

VERONIKA SITI HARYATI 1106657

Kegiatan berbahasa baik lisan, tulisan maupun isyarat memegang peran penting dalam segala kegiatan pembelajaran, sementara pada anak tunarungu terganggunya ketajaman pendengaran sangat menghambat perkembangan bicara dan bahasa, karena pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara setelah proses meraban sehingga BKPBI yang merupakan kegiatan untuk mengoftimalkan fungsi pendengaran bagi anak tunarungu, sangat penting dilaksanakan. Penelitian ini mengungkap bagaimana pelaksanaan pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB di SLBN B Garut, menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpul data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap guru-1, guru-2 dan empat orang siswa. Pengujian keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum menyusun RPP kedua orang guru melaksanakan assesmen tetapi masih terbatas dalam lingkup listening skill. Komponen yang dituangkan dalam RPP sesuai dengan dengan standar proses, tahapan pelaksanaan pembelajaran baik kegiatan awal, inti dan akhir, sudah relevan dengan standar proses pembelajaran tetapi guru-1 terbatas hanya mengajarkan materi sampai pada taraf penghayatan bunyi latar belakang buatan manusia sementara penghayatan bunyi bahasa dikembangkan dalam pembelajaran artikulasi dan guru-2 disamping mengajarkan penghayatan bunyi latar belakang buatan manusia juga mengajarkan penghayatan bunyi bahasa dengan teknik berperdati . Evaluasi dilakukan dalam dua tahap yaitu evaluasi proses berupa pengamatan terhadap konsentrasi dan respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta evaluasi hasil belajar berupa penilaian kognitif, afektif dan psikomotor. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan berupa: rendahnya kompetensi guru dalam bidang asesmen, musik serta BKPBI juga terbatasnya alat dan sumber belajar serta kurangnya dukungan orang tua adalah mengajukan pelatihan, kelengkapan alat dan sumber serta study banding kepada pihak sekolah serta melakukan konseling tentang pentingnya BKPBI terhadap orang tua.

(6)

ABSTRACT

THE TEACHING AND LEARNING OF

COMMUNICATION DEVELOPMENT THROUGH SOUND AND RHYTHM PERCEPTION

FOR THE THIRD GRADE SDLB–B1 HEARING-IMPAIRED STUDENTS IN SLBN–B2 GARUT

VERONIKA SITI HARYATI 1106657

Linguistic activities, either spoken, written, or with sign, play a key role in the teaching and learning process. Meanwhile, hearing-impaired children are very limited in their speech and linguistic development because the children do not go through the sound imitation process after the stage of babbling; hence, communication development through sound and rhythm perception (henceforth, BKPBI), which is an activity of optimizing hearing-impaired children’s hearing, is very important. The research reveals how BKPBI for the third grade SDLB hearing-impaired students is implemented in SLBN B Garut, adopting descriptive-qualitative method. Data were collected with the techniques of observation, interview, and documentation of teacher-1, teacher-2, and four students. Data validity was tested with triangulation technique. Research results show that before making lesson plans, the two teachers under research conduct assessment, but still limited to listening skills. The components included in the lesson plans have been in accordance with the standard process; and the stages of implementation, starting from preliminary, main, and closing activities, have been relevant to the standard process as well. However, the first teacher only teaches up to the level of comprehending man-made background sounds, while linguistic sound comprehension is developed through the teaching and learning of articulation. Meanwhile, in addition to teaching man-made background sound comprehension, the second teacher also teaches linguistic sound comprehension with the so-called “berperdati” technique. Evaluation is conducted in two ways, namely through observation on students’ concentration and responses during the teaching and learning process, and the cognitive, affective, and psychomotor assessment on learning outcomes. Finally, the efforts made to solve difficulties, such as teachers’ low competence in assessment, limited availability of media and learning resources for music and BKPBI, and the lack of support from parents, consist of proposing training programs, provision of learning media and resources, as well as school benchmarking and counseling for parents on the importance of BKPBI.

Keywords: BKPBI Teaching and Learning, Hearing-Impaired Children, Special Needs School

(7)

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

(8)

DAFTAR ISI

Hal

PERNYATAAN...

ABSTRAK ……….... KATA PENGANTAR ………..

UCAPAN TERIMA KASIH ………...

DAFTAR ISI ………...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………

B. Fokus Penelitian...

C. Tujuan Penelitian...

D. Manfaat Penelitian...

E. Struktur Organisasi Skripsi...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KETUNARUNGUAN...

1. Pengertian Anak Tunarungu...

2. Klasifikasi Anak Tunarungu...

3. Dampak Ketunarunguan...

4. Perkembangan Bahasa Anak Tunarungu...

B. KONSEP DASAR BKPBI...

1. Pengertian BKPBI...

2. Perlunya Program BKPBI...

3. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus BKPBI...

4. Tujuan Setiap Tahapan...

5. Sarana BKPBI...

C. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BKPBI...

1. Kurikulum...

2. Pelaksanaan Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama

(9)

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

a. Pelaksanaan Bina Komunikasi...

b. Pelaksanaan Bina Persepsi Bunyi dan Irama ...

BAB III METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN ………..

B. TEMPAT DAN PARTISIPAN PENELITIAN …………...

1. Tempat Penelitian

2. Partisipan Penelitian

C. PENGUMPULAN DATA ...………...…

D. INSTRUMEN PENELITIAN...

E. ANALISIS DATA ...……….….... 1. Pengujian Keabsahan Data...

2. Teknik Pencatatan Data...

3. Teknik Analisis Data...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel. 2.1 Klasifikasi Anak Tunarungu

2. Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen

3. Tabel. 3.2 Pedoman Wawancara

4. Tabel. 3.3 Pedoman Observasi Guru

(11)

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

Tuhan menciptakan setiap anak dalam keadaan berbeda satu dengan

lainnya. Mereka dilakhirkan dengan memiliki keterbatasan atau

ketidakmampuan baik fisik maupun psikisnya yang kebanyakan orang

menyebutnya anak penyandang cacat.

Seiring dengan kemajuan jaman di mana orang mulai memahami

keberadaan mereka sehingga sebutan itu sekarang lebih dikenal dengan Anak

Berkebutuhan Khusus. Sebutan ini dirasa lebih manusiawi karena apapun

keadaannya mereka tetap berhak untuk mendapatkan perlakuan yang sama

salah satunya pelayanan di bidang pendidikan.

Anak Berkebutuhan Khusus memerlukan pendidikan yang disesuaikan

dengan hambatan dan kebutuhannya masing-masing anak baik secara

individu maupun secara klasikal.

Anak berkebutuhan khusus (Children With Special Education Needs)

adalah ABK dengan gangguan pendengaran( tunarungu) baik yang dialami

sebelum lakhir atapun sesudah lakhir dengan tingkat kehilangan kemampuan

mendengar sebagaimana yang dikutif oleh Maria C Susila Yuwati dari A.

Boothroyd (2000; 8 ) yaitu: “sangat ringan (27 - 40 dB), ringan (41-55dB), sedang (56-70 dB), berat (71-90 dB), total (91 db ke atas)”

Pelayanan dapat diberikan secara optimal apalagi didukung dengan

adanya kerjasama dari berbagai pihak seperti orang tua, guru/sekolah, dokter

THT, psikolog, psikiater, masyarakat dan pemerintah sehingga anak

tunarungu mampu mengembangkan kemampuannya pada berbagai aspek

kehidupan salah satunya kemampuan untuk berkomunikasi dengan

memanfaatkan sisa pendengaran pada anak sehingga dapat mendeteksi,

mendiskriminasi, mengidentifikasi dari berbagai sumber bunyi dan

(13)

2

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Dampak paling besar pada ketunarunguan adalah terjadinya kemiskinan

bahasa (Uden, 1977 dan Meadow, 1980 dalam Bunawan dan Yuwati, 2000).

Adalah suatu kenyataan bahwa kebanyakan orang beranggapan bahwa

ketunarunguan hanya mengakibatkan tidak berkembangnya kemampuan

berbicara. Padahal lebih dari itu, dampak ketunarunguan adalah kemiskinan

dalam penguasaan bahasa secara keseluruhan (Leigh, 1994 dalam Nugroho,

2004). Artinya tanpa pendidikan khusus, mereka tidak akan mengenal

lambang bahasa atau nama guna mewakili suatu benda, kegiatan, peristiwa,

dan perasaan serta tidak akan memahami aturan/sistem bahasa yang berlaku

dan digunakan dalam lingkungannya.

Selanjutnya T.Somantri (2007) memaparkan bahwa: penguasaan bahasa

pada anak mendengar terjadi secara wajar, yakni di lingkungan keluarga

selama usia balita. Pada usia empat tahun, mereka pada umumnya sudah

memasuki tahap purna bahasa (postlingual) yaitu mengenal dan memahami

lambang bahasa serta tanpa disadari sudah mampu menerapkan aturan bahasa

yang digunakan di lingkungannya. Sedangkan bagi anak tunarungu, pada

umumnya baru akan memasuki tahap purna bahasa pada usia 12 tahun. Itupun

hanya akan terjadi bila anak dan orangtua mereka mengikuti program

bimbingan dan intervensi dini (paling lambat sejak anak berusia 1,5 tahun,

dengan intelegensi normal serta tidak mempunyai kecacatan lain) yang

ditangani secara profesional oleh ahli yang bersangkutan.

Proses pendidikan di semua lembaga pendidikan, termasuk SLB-B, yaitu

sekolah untuk kaum tunarungu bertopang pada kemampuan berbahasa anak

didiknya. Dapat dikatakan bahwa dalam segala kegiatan pembelajaran,

kegiatan berbahasa memegang peran baik dalam bentuk lisan, tulisan maupun

isyarat. Apabila anak mengerjakan tugas yang menuntut daya logika dan

abstraksi yang lebih tinggi, maka diharapkan keterampilan berbahasa akan

membawa anak didik belajar berfikir runtut dan logis. Keterlambatan dan

kemiskinan perkembangan kemampuan berbahasa anak tunarungu sebagai

akibat dari ketunaanya, seyogyanya menjadi acuan bagi para pendidik dan

(14)

mereka. Dan selanjutnya, segala upaya pengembangan pendidikan anak

tunarungu sejak usia dini, sudah sepatutnya dapat menjamin terpenuhinya

kebutuhan khusus tersebut.

Pembelajaran BKPBI untuk semua jenjang meliputi beberapa tahap,

diantaranya tahap deteksi bunyi, diskriminasi bunyi, identifikasi bunyi, serta

komprehensi yang merupakan tahapan paling tinggi dalam pembelajaran

BKPBI.

Program Bina Komunikasi Persepsi Bunhyi dan Irama ada di dalam

kukrikulum Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk anak tunarungu. Program ini

merupakan program khusus untuk pembinaan keterampilan berkomunikasi

dan keterampilan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan secara sengaja

maupun tidak, sehingga fungsi pendengaran , organ wicara, serta kemampuan

merasakan vibrasi dapat dipergunakan seoftimal mungkin untuk dapat

berinteraksi dengan dunia sekelilingnya yang penuh dengan bunyi.

Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama merupakan program khusus

yang wajib diberikan kepada semua anak tunarungu mulai dari peserta didik

tingkat latihan, persiapan, tingkat dasar, sampai tingkat menengah pertama di

Sekolah Luar Biasa. Pada dasarnya program bina komunikasi persepsi bunyi

dan irama dapat dan harus diberikan pada anak tunarungu sedini mungkin.

Bina komunikasi persepsi bunyi dan irama adalah serangkaian proses

pembinaan yang dilakukan guru SLB yang berbentuk suatu kegiatan untuk

mengoftimalkan fungsi pendengaran bagi siswa tunarungu, agar mampu

menyadari adanya bunyi, mampu mengenali atau mendeteksi ada dan tidak

adanya bunyi, membedakan bunyi, dan memaknai bunyi sehingga dapat

dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengikuti program

khusus BKPBI secara intensif, terprogram dan berkesinambungan, serta

didukung oleh tenaga pendidik yang profesional, juga sarana dan prasarana

yang mendukung akan membantu siswa tunarungu untuk dapat

mengoftimalkan sisa pendengarannya, sehingga mereka mampu

(15)

4

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran BKPBI dengan intensitas latihan yang memadai, dapat

memberi keleluasaan kepada guru dalam mengembangkan materi ajar,

dimana penekanan latihan BKPBI tidak terfokus hanya di BKPBI bunyi dan

irama tetapi sampai ke tahap latihan BKPBI bahasa yang akan meningkatkan

kemampuan komunikasi siswa dengan lingkungan normal. Kurangnya latihan

khusus mendengar ( BKPBI ) merupakan salah satu faktor yang menjadi

kelemahan, karena dengan demikian kepekaan dan pemanfaatan sisa

pendengaran tidak terasah dengan maksimal. Penggunaan metode dalam

pembelajaran yang kurang fariatif juga menjadi salah satu penyebab

kurangnya perolehan bahasa anak.

Berdasarkan hasil observasi sementara di SLBN - B Garut, ditemukan

fakta bahwa ruang khusus untuk pelaksanaan pembelajaran Bina Komunikasi

Persepsi Bunyi dan Irama sudah tersedia walaupun jauh dari kata ideal, tapi

sudah layak untuk dipergunakan karena sudah dilengkapi pula dengan berbagi

macam alat sebagai sumber bunyi.

Pembelajaran BKPBI di SLBN-B Garut dijadwalkan satu kali pertemuan

perminggu, adapun tahapan pelaksanaannya disesuaikan dengan program

pembelajaran yang direncanakan.

Secara umum siswa-siswi di SLBN – B Garut diperkirakan tergolong

pada kelompok anak dengan gangguan pendengaran yang berat. Hampir

semua anak tidak menggunakan alat bantu mendengar (ABM), tetapi di kelas

III SDLB-B yang siswanya 4 orang ada yang menggunakan ABM

meskipun tetap saja anak tersebut belum bisa menunjukan kemajuan yang

berhubungan dengan kemampuan memanfaatkan sisa pendengarannya.

SDLB – B di SLB Negeri Garut sebagai Resource Centre, secara ideal

merupakan satu percontohan bagi sekolah – sekolah lainnya di Kabupaten

Garut. Kondisi siswa yang demikian memunculkan permasalahan bagaimana

seharusnya pembelajaran itu dilakukan khususnya untuk pembelajaran

BKPBI.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut

(16)

SLBN-B Garut, sehingga dalam penelitian ini peneliti mengambil judul

Pembelajaran Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI) Bagi Anak Tunarungu Kelas III SDLB – B Di SLBN –B Garut “.

B. FOKUS PENELITIAN

Penelitian yang ingin peneliti lakukan tertuju pada “ Pembelajaran

BKPBI Bagi Anak Tunarungu Kelas III SDLB – B Di SLBN – B Garut,

dimana berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, peneliti

memfokuskan masalahnya menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai

berikut :

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran BKPBI anak tunarungu kelas III

SDLB-B di SLBN-B Garut?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas

III SDLB-B di SLBN-B Garut ?

3. Bagaimana evaluasi pembelajaran BKPBI anak tunarungu kelas III

SDLB-B di SLBN-B Garut ?

4. Kesulitan apa yang dihadapi dalam pembelajaran BKPBI bagi anak

tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut ?

5. Upaya apa yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan dalam

pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B

Garut ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Penelitian Secara Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran

yang objektif mengenai pembelajaran BKPBI pada anak tunarungu

kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut.

(17)

6

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1) Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran BKPBI bagi anak

tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut.

2) Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran BKPBI bagi anak

tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut.

3) Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran BKPBI bagi anak

tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B Garut.

4) Untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran

BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B di SLBN-B

Garut.

5) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi

kesulitan dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas

III SDLB-B di SLBN-B Garut.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat atau Kegunaan hasil penelitian dapat diklasifikasikan menjadi

manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis artinya hasil penelitian

bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

obyek penelitian. Manfaat praktis adalah bermanfaat bagi berbagai pihak

yang memerlukannya untuk memperbaiki kinerja, terutama bagi sekolah,

guru, dan siswa serta seseorang untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Hasil dari temuan yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki

manfaat atau kegunaan sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga

pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan

model-model pembelajaran untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran

BKPBI

2. Manfaat Praktis

(18)

Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki

praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien

sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.

b. Bagi Siswa

Meningkatkan hasil belajar dan solidaritas siswa untuk

menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan,

meningkatkan kemampuan komunikasi melalui pembelajaran BKPBI

c. Bagi Guru atau Calon Peneliti

Sebagai sumber informasi dan referensi dalam

pengembangan penelitian tindakan kelas dan menumbuhkan budaya

meneliti agar terjadi inovasi pembelajaran.

d. Bagi Peneliti

Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan

keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat,

merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang

dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien.

E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Laporan hasil penelitian dalam skripsi ini menggunakan struktur penulisan

skripsi sebagai berikut:

1) Bab I: Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Fokus Penelitian

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Struktur Organisasi Skripsi

2) Bab II: Kajian Pustaka

A. Konsep Dasar Ketunarunguan

(19)

8

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

C. Pelaksanaan Pembelajaran BKPBI

3) Bab III: Metode Penelitian

A. Desain Penelitian

B. Tempat dan Partisipan Penelitian

C. Pengumpulan Data

D. Instrumen Penelitian

4) Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

5) Bab V : Kesimpulan, dan Saran

A. Kesimpulan

(20)
(21)

37

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Sugiyono berpendapat bahwa metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan

tertentu(sugiyono, 2012 : 2). Adapun metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode deskriftif, metode ini mengungkap

peristiwa atau gambaran atas fenomena yang terjadi pada masa sekarang,

dengan menggunakan klasifikasi untuk menata fenomena yang terjadi dalam

suatu keseluruhan yang bermakna.

Berdasarkan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012 : 9), bahwa:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya dari eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna daripada

generalisasi.

Sedangkan Sukardi dalam Nasution (1996 : 157) berpendapat bahwa:

Penelitian deskriftif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Dalam penelitian deskriftif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut peristiwa-peristiwa yang saat sekarang terjadi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode

deskriptif merupakan suatu metode yang dipusatkan pada masalah-masalah

yang aktual, dengan mengumpulkan data atau informasi yang lengkap dan

terperinci sehingga dapat diketahui pemecahannya.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif, menurut

Lexy J. Moleong (2005 : 6) mengemukakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku,

(22)

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah

dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Berdasarkan yang dikemukakan oleh Nasution (1996: 2), bahwa:

Penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik. Disebut juga kualitatif karena data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik, karena situasi lapangan penelitian yang bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya tanpa manipulasi diatur dengan eksperimen atau tes.

Penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama dalam

mengumpulkan data dan menginterpretasikan data, sesuai dengan kebutuhan

dan keterbatasan dalam penelitian, maka peneliti akan menemukan alat bantu

yang diperlukan dalam penelitian ini berupa pedoman observasi dan pedoman

wawancara. Pedoman tersebut sebagai pegangan peneliti dalam

melaksanakan penelitian. Sehingga dalam metode yang diambil dapat

disesuaikan dengan fokus penelitian yaitu kurikulum yang digunakan dalam

pembelajaran BKPBI, strategi pembelajaran BKPBI, dan sarana prasarana

dalam pembelajaran artikulasi di kelas persiapan. Dalam metode ini

mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat diselidiki dan pada hakekatnya ialah

mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,

berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.

B. TEMPAT DAN PARTISIPAN PENELITIAN

1. Tempat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti mengambil lokasi di SLB

Negeri B Garut. Yang beralamat di Jalan Rumah Sakit Umum No.62

Garut, dan mengambil penelitian khusus untuk kelas III SDLB-B dengan

alasan menurut kurikulum pendidikan luar biasa tahun 2013 bahwa :

a. Kurikulum untuk anak tunarungu disusun secara berjenjang dan

berkesinambungan mulai dari tingkat satuan pendidikan Taman

Kanak-kanak hingga tingkat satuan pendidikan menengah.

b. Adanya keseimbangan muatan pembelajaran untuk anak tunarungu

(23)

39

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

c. Adanya kebebasan berekspresi dan berkreasi bagi peserta didik

tunarungu dalam pembelajaran yang dikembangkan secara

terorganisis untuk mencapai kompetensi inti

d. Program kompensatoris/kekhususan berupa Bina Komunikasi,

Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI) menjadi salah satu program yang

wajib diberikan pada tingkat Sekolah Dasar, serta menjadi program

fakultatif untuk tingkat SMP dan SMA

e. Struktur program BKPBI mencakup muatan pembelajaran

komunikasi dan kebahasaan (ekspresif dan resepsif) baik lisan,

tulisan, maupun isyarat, dan disusun berdasarkan kesesuaian beban

belajar tiap satuan pendidikan.

Sejalan dengan ketentuan kurikulum di atas, SLB Negeri B Garut

memiliki siswa tunarungu dengan kelas yang berjenjang serta memiliki

ruang khusus untuk pembelajaran BKPBI disamping guru kelas.

2. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini terdiri atas objek penelitian yaitu

pembelajaran BKPBI pada anak tunarungu di kelas tiga dan subjek

penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Guru BKPBI Lama

2. Guru BKPBI Baru

3. Siswa kelas 3 SDLB-B sebanyak 4 (empat) orang

C. PENGUMPULAN DATA

Sumber data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui sumber data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang di tetapkan.

Dalam penelitian kualitatif, sumber data dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik

pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participan

(24)

tentang pembelajaran BKPBI. Dengan demikian pada penelitian ini alat

utama bagi pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi atau ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2012:

231). Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara terhadap

responden, yaitu guru kelas dasar atau sumber terkait yang berkenaan

dengan permasalahan pemahaman guru dalam memahami kurikulum

dalam pembelajaran BKPBI, strategi pembelajaran BKPBI, dan sara

prasarana dalam pembelajaran BKPBI.

2. Observasi

Mengobservasi kegiatan belajar mengajar di kelas dasar dalam

permasalahan pembelajaran BKPBI. Menurut Margono, S 1997; dalam

(Zuriah, N 2006 : 173) mengemukakan bahwa:

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematis tentang gejala yang tampak pada objek penelitian.

Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat

terjadi dan berlangsungnya peristiwa.

Sedangkan observasi menurut Arikunto (1998 : 204) observasi

atau disebut pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan terhadap suatu

objek dengan menggunakan alat indera. Observasi yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah untuk melihat, mengamati dan mencatat

data yang sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam

kegiatan ini, peneliti bersifat non partisipan, artinya dalam penelitian

ini, peneliti tidak turut secara aktif di dalam atau di luar setting proses

pembelajaran. Tetapi hanya mengobservasi kegiatan belajar mengajar,

khususnya di kelas dasar dalam permasalahan pembelajaran BKPBI.

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui dokumen

(25)

41

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sebagai informasi atau sumber data yang nantinya dapat dimanfaatkan

untuk mendukung dan mempertegas data yang telah diperoleh melalui

observasi dan wawancara, serta berupa foto pada saat kegiatan belajar

mengajar sebagai pelengkap, terutama mengenai pembelajaran BKPBI.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian menurut Suharsimi adalah “...alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data pada suatu penelitian, agar pekerjaan

menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah”. (Suharsimi, A, 1998 : 151).

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama dalam

penelitian ini adalah peniliti itu sendiri. Selanjutnya setelah fokus penelitian

menjadi jelas, mungkin akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana

yang berpedoman pada pedoman observasi dan wawancara. Maka

diharapkan dapat digunakan untuk menjaring data pada sumber data yang

lebih luas, serta mempertajam dan melengkapi data hasil penamatan dan

observasi.

Nasution 1988 (Sugiyono, 2012 : 223) menyatakan bahwa: dalam

penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia

sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahawa, segala

sesuatunya belum menjadi suatu bentuk yang pasti. Masalah, fokus

penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang

diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas

sebelumnya. Segala sesuatu masih perlju dikembangkan sepanjang

penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,

tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya

yang dapat mencapainya.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam

penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan

(26)

setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan

suatu instrumen.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel kisi-kisi instrumen

(27)

43

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen

No. Pertanyaan Penelitian Aspek Indikator Teknik Pengumpulan Data Responden

1. Bagaimana perencanaan

pembelajaran BKPBI bagi anak

tunarungu kelas III SDLB-B ?

Perencanaan pembelajaran

BKPBI bagi anak tunarungu

kelas III SDLB-B

1.1Asessmen

1.2RPP

1.3Persiapan alat peraga

Wawancara

Observasi

Guru

2. Bagaimana pelaksanaan

pembelajaran BKPBI bagi anak

tunarungu kelas III SDLB-B ?

Pelaksanaan pembelajaran

3. Bagaimana evaluasi

pembelajaran BKPBI bagi anak

tunarungu kelas III SDLB-B?

Evaluasi pembelajaran BKPBI

(28)

4 Kesulitan apa yang dihadapi

dalam pembelajaran BKPBI bagi

anak tunarungu kelas III

SDLB-B di SLSDLB-BN-SDLB-B Garut ?

Kesulitan yang dihadapi dalam

pembelajaran BKPBI bagi anak

tunarungu kelas III SDLB-B

3.1 Ekternal

dalam mengatasi kesulitan yang

dihadapi dalam pembelajaran

BKPBI bagi anak tunarungu

kelas III SDLB-B di SLBN-B

Garut ?

Upaya dalam mengatasi kesulitan

pembelajaran BKPBI bagi anak

(29)

45

1. Bagaimana program

asessmen

pembelajaran BKPBI

untuk anak tunarungu

kelas 3 SDLB yang

untuk anak tunarungu

kelas 3 SDLB yang

anak tunarungu kelas

(30)

5. Alat peraga apa saja

7. Bagaimana persiapan

bapak/ibu dalam

menyediakan alat

peraga yang

dibutuhkan dalam

pembelajaran BKPBI

bagi anak tunarungu

kelas 3 SDLB?

8. Berapakali dalam satu

minggu pelajaran

9. Bagaimana tahapan

kegiatan awal yang

bapak/ibu lakukan

dalam pembelajaran

(31)

47

10. Bagaimana tahapan

kegiatan inti yang

11. Bagaimana tahapan

kegiatan akhir yang

12. Bagaimana cara

bapak/ibu

13. Bagaimana cara

bapak/ibu

melakukan evaluasi

(32)

BKPBI bagi anak

PEDOMAN OBSERVASI GURU

Aspek Yang Diungkap

Aspek yang Diobservasi Nara Sumber Hasil Observasi

Perencanaan

pembelajaran

1. Program asessmen

(33)

49

BKPBI bagi

anak kelas III

SDLB-B di

SLBN-B Garut

untuk anak tunarungu

kelas 3 SDLB.

2. Hasil asessmen

pembelajaran BKPBI

untuk anak tunarungu

kelas 3 SDLB .

3. Perlengkapan dalam

menyusun RPP

6. Inventaris alat peraga

yang tersedia di

Sekolah untuk

pembelajaran BKPBI

7. Persiapan dalam

(34)

peraga yang

dibutuhkan dalam

pembelajaran BKPBI

8. Tahapan kegiatan

awal pembelajaran

10. Tahapan kegiatan

akhir pembelajaran

11. Proses evaluasi pada

saat berlangsung

pembelajaran

BKPBI bagi anak

tunarungu kelas III

SDLB-B

Guru

12. Proses evaluasi hasil

pembelajaran

BKPBI bagi anak

(35)

51

13. Kesulitan yang

dihadapi dalam

PEDOMAN OBSERVASI SISWA

Aspek Yang

Diungkap

Aspek yang Diobservasi Nara Sumber Hasil Observasi

Pelaksanaan

pembelajaran

BKPBI bagi

1. Intensitas siswa

mengikuti

(36)

anak kelas III

saat berlangsung

(37)

53

tunarungu kelas III

SDLB-B

E. ANALISIS DATA

1. Pengujian Keabsahan Data

Untuk menilai apakah data yang diperoleh dari lapangan sahih atau

valid, maka perlu dilakukan pemeriksaan secara seksama dan teliti, baik

dilihat dari substansinya, sumber data maupun pengambilan data.

Pengujian keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan

penggunaan teknik triangulasi. Triangulasi yang dilakukan bermaksud untuk

mengecek atau membandingkan data yang telah diperoleh melalui observasi

pada latar penelitian. Untuk maksud tersebut peneliti mengadakan

wawancara terbuka kepada guru kelas persiapan dan sumber yang terkait .

serta studi dokumentasi terhadap berbagai dokumen yang berhubungan

dengan data-data di dalam penelitian. Berkaitan dengan keabsahan data

Moleong (2005 : 178) menyatakan bahwa: “Teknik triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data itu untuk keperluan pengecekan data sebagai perbandingan terhadap

data itu”.

Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber,

dengan membandingkan suatu informasi melalui waktu dan alat yang

berbeda. Maka model triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, dan

membandingkan data tersebut dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Dengan demikian derajat kepercayaan informasi yang diperoleh dalam

penelitian terjamin.

Secara teknik triangulasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar

berikut

Observasi (pengamatan)

(38)

2. Teknik Pencatatan Data

a. Pencatatan Awal

Pencatatan awal dilakukan pada saat berlangsungnya

pengumpulan data, dengan jalan melihat kata-kata kunci yang diamati

oleh peneliti. Data yang diperoleh bersifat kasar dan mentah.

b. Pencatatan Formal

Pencatatan formal yang lengkap dan disempurnakan dengan

penuturan catatan yang dibuat di lapangan. Catatan pada tahap ini

lengkap dengan sistematis sesuai dengan fokus penelitian, data yang

diperoleh dari hasil wawancara, diorganisasikan sesuai dengan fokus

penelitian, data yang diperoleh dari hasil wawancara, diorganisasikan

sesuai dengan tujuan dan fokus penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Berkaitan dengan analisis data, Moleong (2005 : 103) menyatakan

bahwa: “Analisis data dalam proses pengorganisasian dan mengurutkan

data ke dalam bentuk pola, kategori dan satuan uraian data sehingga dapat

ditemukan suatu tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti

yang disarankan dalam data”.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analytical induction, artinya bahwa setelah data terkumpul, maka

peneliti melakukan analisis langsung secara kritis kemudian ditafsirkan

secara berhati-hati dan pada akhirnya ditarik kesimpulan secara bertahap

sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Sedangkan pekerjaan

analisis data meliputi proses mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,

memberi kode dan mengkategorikan. Pengorganisasian dan

pengelompokan data tersebut bertujuan untuk menemukan tema yang

akhirnya di padankan dengan teori yang sudah ada.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah data dari seluruh

sumber. Adapun langkah yang dilakukan peneliti adalah:

a. Pemberian kode pada pencatatan lapangan untuk memudahkan

(39)

55

kode yang sudah ada dikelompokkan, baru ditemukan suatu tema

untuk merangkum beberapa kode yang sudah ada.

b. Setelah pemberian tema selesai, untuk mempertajam hasil perolehan

data selanjutnya dilakukan analisis data silang dengan

membandingkan data yang satu dengan data yang lain. Untuk

kemudian diambil sebagai data yang dianggap valid.

c. Menyusun data berdasarkan fokus penelitian yang sudah ditentukan,

kemudian data yang sudah tersusun tersebut dibandingkan dengan

teori yang sudah ada.

d. Melakukan membercheck, setelah satu periode pengumpulan data

selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan.

e. Menyusun laporan hasil penelitian secara berurut dan terperinci.

Sementara referensi lain mengenai prosedur teknik analisis data

dikemukakan sebagai berikut:

1. Reduksi data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data

“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, menurut Sugiyono (2012: 247), mereduksi data berarti merangkum, memlilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.

Dalam penelitian ini, peneliti memasuki setting sekolah sebagai

tempat penelitian. Kemudian dalam mereduksi data, peneliti

memfokuskan pada guru BKPBI dan siswa tunarungu kelas III

SDLB-B, dengan mengategorikan pada aspek sumber informasi, jenis, dan

karakteristik kebutuhan informasi.

(40)

Menurut Sugiyono (2012: 249), dengan penyajian data maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut. Seperangkat

reduksi data juga perlu diorganisasikan ke dalam suatu bentuk tertentu

(display data) sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh. Berbentuk

sketsa, sinopsis, matriks, atau bentuk-bentuk lain yang diperlukan

untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan

3. Kesimpulan/ Verifikasi (Conclusion Drawing/ Verification)

Menurut Nasution (1996: 334), pada tahap ini mulai dicari arti

benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,

konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan

proposisi. Menurut Sugiyono (2012: 252), kesimpulan dalam

penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang

dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Hal ini karena

masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif bersifat

sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan.

Kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum

pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran obyek

dalam bentuk hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori

(Sugiyono, 2012: 253). Kesimpulan-kesimpulan diverifikasi dengan

menguji kebenaran, kekuatan, dan kecocokan makna-makna yang

muncul dari data untuk menguji validitas makna-makna tersebut.

Apabila data display yang telah dikemukakan sebelumnya telah

didukung oleh data-data yang mantap, maka dapat dijadikan

(41)

86

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Bina komunikasi persepsi bunyi dan irama (BKPBI), sangat penting

diajarkan kepada anak tunarungu yang masih memiliki sisa pendengaran

maupun yang total mengingat anak tunarungu memiliki hambatan dalam

pendengarannya sehingga kepekaan terhadap vibrasi/ getaran bunyi akan

sangat membantu kelangsungan komunikasi timbal balik dengan lingkungan

normal.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B

Sebelum menyusun RPP kedua orang guru BKPBI di SLBN B Garut

melaksanakan assesmen tetapi masih terbatas dalam lingkup listening skill

yang meliputi: deteksi bunyi, lokalisasi bunyi serta sumber bunyi

sedangkan audiogram yang merupakan hasil pemeriksaan dari dokter, serta

ketentuan penggunaan ABM yang cocok tidak dimiliki. Selain hasil

asesmen, kedua orang guru menyiapkan kurikulum, sumber belajar, alat

dan media pembelajaran. Adapun komponen yang dituangkan dalam RPP

adalah: SK, KD, tujuan, materi, metode, alokasi waktu, langkah

pembelajaran, alat dan sumber serta evaluasi.

2. Pelaksanaan pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B

Pelaksanaan pembelajaran BKPBI sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang sudah disiapkan, bertempat di ruang khusus BKPBI

meliputi:

a. Kegiatan awal, dilakukan oleh kedua orang guru sebagai berikut:

bersama-sama mengucapkan salam, apersepsi, mempersiapkan alat

peraga, memotivasi siswa dengan menyuruh siswa membunyikan

sumber bunyi yang telah disiapkan sesuai materi yang akan

disampaikan secara bergiliran.

b. Kegiatan inti dilakukan oleh kedua orang guru dengan sama-sama

(42)

mengajarkan materi sampai pada taraf penghayatan bunyi latar

belakang buatan manusia sementara penghayatan bunyi bahasa

dikembangkan dalam pembelajaran artikulasi dan guru-2 disamping

mengajarkan penghayatan bunyi latar belakang buatan manusia juga

mengajarkan penghayatan bunyi bahasa dengan teknik berperdati,

sedangkan penghayatan bunyi sebagai isyarat atau tanda tidak

diajarkan oleh keduanya. Metode yang digunakan oleh kedua orang

guru antara lain penugasan dan demonstrasi dimana siswa dibimbing

untuk merespon dengan cara mengacungkan tangan ke arah bunyi atau

melompat sejumlah bunyi yang diperdengarkan, Selanjutnya guru-2

membimbing mengkomunikasikan materi pembelajaran dengan

menggunakan metode MMR. Guru melakukan pengamatan terhadap

konsentrasi dan minat siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Kegiatan akhir, dilakukan oleh kedua orang guru dengan

melaksanakan evaluasi hasil belajar sesuai materi yang diajarkan,

kemudian menyimpulkan materi pembelajaran dan menutup pelajaran.

Dengan penyajian pembelajaran seperti yang dilaksanakan oleh guru-

2, konsentrasi dan minat belajar siswa sangat baik meskipun kemampuan

masing-masing siswa pada setiap kegiatan berbeda-beda tetapi masih

dalam kondisi bisa mengikuti pembelajaran dengan serius. Dengan kata

lain guru-2 melakukan proses pembelajaran lebih baik dari guru BKPBI

sebelumnya yaitu guru-1.

3. Evaluasi pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB B

Kedua orang guru melakukan evaluasi dalam dua tahapan yaitu saat

proses belajar berlangsung dan setelah pembelajaran dimana guru-1 hanya

mengamati kecepatan dan ketepatan siswa dalam merespon bunyi, lalu

mencatatnya pada akhir pembelajaran, sedangkan guru-2 melakukan

evaluasi proses dengan mengamati konsentrasi dan minat belajar serta

kemampuan merespon masing-masing siswa terhadap bunyi yang

(43)

88

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tanpa bimbingan, siswa diberi nilai sesuai rentang penilaian berdasarkan

ketepatan dan kecepatan dalam melakukan tugasnya. Adapun tugasnya

sesuai dengan materi yang telah diajarkan.

4. Kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B

Kesulitan yang dialami oleh guru baik secara internal maupun secara

eksternal dari mulai persiapan sampai menutup pelajaran antara lain:

a. Kurangnya tenaga guru profesional yang menguasai asesmen dan

BKPBI

b. Dampak ketunarunguan siswa

c. Kurang kesadaran menggunakan ABM dan atau kurang mampu

menyediakan ABM

d. Lingkungan tidak kondusif

e. Kurangnya sarana dan prasarana serta sumber belajar

f. Kurangnya dukungan orang tua

g. Kurangnya intensitas pembelajaran

5. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran BKPBI bagi anak tunarungu kelas III SDLB-B

Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan secara internal

dalam persiapan, pelaksanaan maupun evaluasi adalah:

a. Menambah wawasan guru melalui KKG, mengundang ahli, dan

mengajukan pelatihan assesmen dan BKPBI kepada pihak sekolah,

serta melakukan study banding ke sekolah yang sudah melaksanakan

program BKPBI lebih profesional.

b. Memotivasi siswa dan menyarankan siswa memakai ABM.

c. Mengkomunikasikan dengan kepala sekolah dan guru-guru untuk

melengkapi buku sumber, media dan alat peraga serta melakukan

konseling kepada orang tua tentang pentingnya BKPBI.

d. Bekerjasama dengan guru kelas untuk melaksanakan BKPBI dalam

(44)

B. SARAN

Keberhasilan pembelajaran BKPBI ditunjang oleh keprofesionalitasan

seorang guru dalam mencapai tujuan pembelajaran BKPBI kelengkapan

sarana dan prasarana yang memadai serta intensitas latihan yang dilakukan

oleh anak itu sendiri juga kerjasama berbagai pihak seperti: orang tua, dokter

THT, psikolog serta masyarakat dan pemerintah.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menggaris bawahi

kesulitan yang dialami dalam pembelajaran BKPBI sehingga peneliti

memberikan saran kepada:

1. Pihak Sekolah

Sebagaimana telah dibahas dalam hasil penelitian, peneliti

menemukan fakta bahwa di SLBN B Garut kekurangan tenaga guru

profesional yang menguasai asesmen dan BKPBI serta kekurangan sarana

dan prasarana serta sumber belajar yang memadai, maka diharapkan pihak

sekolah membuat dan melaksanakan program peningkatan mutu guru di

bidang asesmen serta ilmu pengetahuan tentang musik dan BKPBI melalui

kegiatan pelatihan guru maupun bintek maupun KKG. Disamping itu

menetapkan kurikulum yang digunakan serta melengkapi sarana dan

prasarana yang belum memadai serta menyediakan buku sumber dengan

mengajukan kepada pemerintah atau menyisishkan dana BOS untuk

belanja kelengkapan pembelajaran BKPBI.

2. Guru BKPBI

Keberhasilan pembelajaran selain ditentukan oleh keadaan siswa,

guru pun memiliki pengaruh yang sangat besar sehingga diharapkan guru

BKPBI menambah ilmu pengetahuan tentang asesmen dan komponen

BKPBI itu sendiri, sehingga RPP yang merupakan skenario dari proses

pembelajaran BKPBI kontennya didesain lebih kreatif dan inovatif sesuai

dengan tujuan BKPBI itu sendiri serta guru BKPBI mampu

mengimplementasikannya dengan sempurna.

3. Peneliti Selanjutnya

(45)

90

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

materi terutama BKPBI Bahasa, maka diharapkan peneliti selanjutnya

fokus meneliti kemampuan guru BKPBI dalam meningkatkan kemampuan

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Muljono, S. Sudjadi. ( 1994 ). Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Ahmadi, Abu. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi, (1998). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bunawan, L dan Susilo Yuwati, Cecillia. (1993). Laporan Hasil Penataran dan

Lokakarya Pengembangan Program Wicara dan Menyimak Bagi Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santirama.

Bunawan,L dan Yuwati,S.M. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dimyati dkk, (2002)Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.

Dinas Pendidikan Prov Jabar. (2009). Bahan Ajar Praktis Pelaksanaan Program

Khusus BKPBI. Bidang Pendidikan Luar Biasa.

Elly Sri Melinda, (2008). Pelatihan Program Khusus BPBI, Ruang Lingkup

Materi Bina Persepsi Bunyi dan Irama. Makalah pada Diklat

Pelatihan Guru BPBI BPG. Bandung.

Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar: Bandung: PT. Refika Aditama.

Kemendiknas. (2010). Program Khusus SLB Tunarungu, Bina Komunikasi

Persepsi Bunyi dan Irama. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Pusat Kurikulum.

Kemendiknas. (2014). Buku Pedoman Pengajaran BKPBI. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa.

Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

(47)

92

Veronika Siti Haryati, 2014

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB B DI SLBN B GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Somad, P dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: depdikbud, Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Tenaga Guru

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumadi. (1972). Pengertian Definisi Alat Peraga, [Online] Tersedia :http://www. pengertiandefinisi.com /2011/11/pengertian alat peraga.html [29 Maret 2013]

Sumadi Suryabrata. (1980). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : PT. Raja Grafido Persada.

Syaodih, N. (1997). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remadja Rosda Karya.

T.Somantri. (2007). Psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika Aditama

---. (1992), Pelaksanaan Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan. Jakarta: Depdikbud.

---. (2006), UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, UU no.14 Tentang Guru

dan Dosen, dilengkapi Permen No.19 Tahun 2005. Jakarta: Visi

Media.

---. (2007) Permendiknas no. 41 Tentang Standar Proses

---. (2013), kurikulum PKLK. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel. 3.2
Tabel. 3.3
Tabel 3.4 PEDOMAN OBSERVASI  SISWA

Referensi

Dokumen terkait

Tinggi rendahnya bunyi (Pernamari, 2009). Dengan demikian penelitian ini adalah salah satu penelitian yang memperkuat dan membuktikan bahwa latihan atau pembelajaran BPBI ini

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan mendiskriminasi bunyi bahasa pada anak tunarungu kelas VII SLB B Karnnamanohara dalam pembelajaran Bina

LUTFIYATUS SHOLIKHAH, Dosen Pembimbing Drs. Rois, MA dan Dr. Ag.: Strategi Pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunarungu di SDLB-B Putera Asih Kediri,

PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI ) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS III SDLB – B DI SLBN – B GARUTB. Universitas Pendidikan Indonesia |

PENERAPAN METODE MATERNAL REFLEKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK TUNARUNGU (Studi eksperimen pada anak tunarungu kelas 3 SDLB di SLB Al Barkah Garut). DISETUJUI

Jadi maksud penulis tentang penerapan teknik bina persepsi bunyi dan irama dalam pembelajaran berkomunikasi siswa tunarungu di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa

Program khusus Bina Komunikasi Persepsi dan Irama bertujuan agar kepekaan sisa pendengaran siswa dan perasaan vibrasi siswa semakin terlatih untuk memahami makna

PENGARUH SCRAMBLE GAME TERHADAP KEMAMPUAN PENYUSUNAN STRUKTUR KALIMAT SEDERHANA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SMPLB DI SLBN B PEMBINA SUMEDAN. Universitas Pendidikan Indonesia