SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
J urusan Manajemen
Diajukan Oleh :
Aji J aya Mantar a
0812315036 / FE / EMFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
Rahmat dan HidayahNya bagi penulis dalam menyelesaikan Skripsi dengan judul : “PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS),DEBT TO EQUITY RATIO (DER), DANPRICE TO BOOK VALUE (PBV), TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAANMETAL AND ALLIED PRODUCT YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)sebagai persyaratan pembuatan skripsi untuk mendapatkan gelar Sarjana pada jurusan Manajemen FE UPN ”Veteran” Jawa Timur. Sejujurnya Penulis mengakui dalam penyelesainnya dapat dibilang tidak mudah, suatu kebanggaan bagi penulis dengan rampungnya Skripsi ini tentu saja tidak lepas dari bantuan orang-orang yang patut untuk diberi kehormatan dan terima kasih sebesar-besarnya, yang memberikan bantuan baik materi maupun moril.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Kedua orang tuaku dan seluruh keluargaku yang sangat saya sayangi dan cintai. Terimakasih atas kasih sayang dan doanya.
2. Bapak Dr Dhani Ichsanudin, MM. Sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
5. Seluruh dosen di jurusan Ekonomi yang selama ini telah membimbing dan mendidik penulis selama mengenyam pendidikan perkuliahan di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi UPN ”Veteran” Jawa Timur.
6. Sahabat – sahabat dekatku yang selama ini turut membantu dan mendukung penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
Sungguh penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis harapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan proposal ini.
Surabaya, 17 Februari 2012
HALAMAN PERSETUJ UAN MENGIKUTI UJ IAN SKRIPSI... ii
HALAMAN PENGESAHAN SEMINAR PROPOSAL... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
ABSTRAKSI... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Perumusan Masalah... 9
1.3. Tujuan Penelitian... 9
1.4. Manfaat Penelitian... 10
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA... 16
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu... 11
2.2. Landasan Teori... 12
2.2.1. Pasar Modal... 12
2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal... 12
2.2.2. Investasi... 19
2.2.2.1. Pengertian Investasi... 19
2.2.2.2. Investasi Dalam Saham... 20
2.2.3. Analisis Laporan Keuangan... 20
2.2.3.1. Pengertian Laporan Keuangan... 20
2.2.3.2. Bentuk- Bentuk Laporan Keuangan... 21
2.2.3.3. Teknik-Teknik Laporan Keuangan... 22
2.2.4. Rasio Keuangan... 23
2.2.4.1. Pengertian Rasio... 23
2.2.4.2. Penggolongan Angka Rasio... 23
2.2.5. Return Saham... 33
2.2.5.1. Pengertian Return Saham... 33
2.2.5.2. Komponen Return... 35
2.2.5.3. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Return Saham... 35
2.2.5.4. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Return Saham... 36
.2.2.5.5. Pengaruh Price to Book Value... 37
2.3. Kerangka Konseptual... 38
3.2.1. Populasi………...……….... 41
3.2.2. Sampel……….………...….. 41
3.3. Teknik Pengumplan Data……….…….…..……… 42
3.3.1. Jenis Data………...………. 42
3.3.2. Sumber Data………...……….………. 43
3.3.3. Pengumpulan Data……….……….…….………... 43
3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis... 43
3.4.1. Teknik Analisis... 43
3.4.2. Uji Hipotesis... 44
3.5. Asumsi Klasik... 46
. BAB IV HASIL PENELITIAN... 50
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 50
4.1.1. Pendirian dan Informasi Umum PT. Bursa Efek Indonesia... 50
4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia... 51
4.1.3. Maksud dan Tujuan Pembentukan Bursa Efek Indonesia... 52
4.1.4. Persyaratan Untuk Go Public... 53
4.1.5. Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia... 53
4.1.6.1. PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk………...…….. 54
4.1.6.6. PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk………..….…..………… 58
4.1.6.7. PT. Jaya Pari Steel Tbk………..………... 58
4.1.6.8. PT. Lion Metal Works Tbk………..………. 59
4.1.6.9. PT. Lion Mesh Prima Tbk………..……….. 60
4.1.6.10. PT. Pelangi Indah Canindo Tbk……….………..…..……. 61
4.1.6.11. PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk………..………..…. 62
4.1.6.12. PT. Tira Austenite Tbk………..………. 63
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian……….………..………. 63
4.2.1. EPS (X1) Perusahaan Metal and Allied Product di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2010………...………….……….. 63
4.2.2. DER (X2) Perusahaan Metal and Allied Product di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2010………...….. 65
4.2.3. PBV (X3) Perusahaan Metal and Allied Product di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2010……….……..………….……….. 67
4.2.4. Return Saham (Y) Perusahaan Metal and Allied Product di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2010……….………...……….. 68
4.3. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis……….……….. 69
4.3.1. Teknik Analisis……….……….……… 69
4.3.2. Koefisien Determinasi……….……....………. 72
4.3.4.3.Hasil Pengujian Heterokedastisitas………..………... 77
4.4. Pembahasan……….………... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 81
5.1. Kesimpulan……… 81
5.2. Saran……….. 82
DAFTAR PUSTAKA... 84
Oleh : Aji J aya Mantara
ABSTRAKSI
Setiap investor dalam menanamkan modalnya, selalu mengharapkan return saham yang tinggi. Oleh sebab itu para investor harus dapat menilai perusahaan mana yang memiliki laba yang tinggi sehingga return sahamnya juga tinggi. Harga saham cenderung mengalami fluktuasi yang kebanyakan disebabkan oleh factor fundamental dan teknikal. Dalam melakukan analisa fundamental, maka diperlukan informasi laporan keuangan perusahaan. Dalam hal ini emiten wajb memberikan semua data yang menyangkut laporan keuangan perusahaan kepada investor. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, diperlukan analisis rasio keuangan diantaranya EPS (Earning Per Share), DER (Debt to Equity Ratio) dan PBV(Price to Book Value).
Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan obyek penelitian adalah perusahaan Metal and Allied Product yang terdaftar di BEI sebanyak 14 perusahaan. Obyek penelitian diambil sampel sebanyak 12 perusahaan Metal and Allied Product yang terdaftar di BEI. Peneliti menggunakan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Dari hasil analisis diketahui bahwa variabel Debt to Equity Ratio dan Price to Book Value tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Hanya variabel Earning Per Share yang berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal mempunyai peran penting dalam kegiatan ekonomi secara makro. Perusahaan yang memerlukan dana memandang pasar modal sebagai suatu alat untuk memperoleh dana yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan modal yang diperoleh dari sektor perbankan, selain lebih mudah diperolehnya, juga biaya untuk memperoleh modal tersebut lebih murah.
(Anoraga & Pakarti,2003;5) menyatakan pasar modal adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, memungkinkan penambahan financial assets (dan hutang) pada saat yang memungkinkan investor untuk merubah dan menyesuaikan portofolio investasinya (melalui pasar sekunder).
dengan pasar uang yang menyediakan kebutuhan instrumen keuangan jangka pendek, seperti bank komersial. Pasar modal menyediakan instrumen keuangan jangka panjang perusahaan atau organisasi melalui penjualan saham atau pengeluaran obligasi (Halim, 2003). Dengan mengingat pentingnya peranan ini, maka untuk menarik para pelaku pasar modal agar berpartisipasi, pasar harus bersifat likuid dan efisien.
Pasar modal dapat dikatakan likuid jika para pelaku pasar modal dapat dengan mudah menjual ataupun membeli surat-surat berharga dengan cepat. Kemudahan yang didapat para pelaku pasar disebabkan oleh fasilitas yang diberikan, baik berupa sarana, maupun prasarana pasar modal. Sedangkan pasar modal dikatakan efisien jika harga surat-surat berharga mencerminkan nilai-nilai perusahaan secara akurat. Singkatnya, harga dari surat berharga merupakan penilaian investor terhadap proyek laba perusahaan di masa mendatang, termasuk di dalamnya penilaian terhadap kualitas manajemen.
penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi. Saham merupakan suatu penyertaan atau kepemilikan modal seseorang atau suatu badan dalam suatu perusahaan. Saham dikenal memiliki karakteristik high riskhigh return, artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan yang tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi.
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return) (Fakhurudin dan Sopian, 2001:84). Harapan untuk memperoleh return juga terjadi pada investasi dalam asset financial.
Suatu investasi asset financial menunjukkan kesediaan investor menyediakan sejumlah dana pada saat ini untuk memperoleh sebuah aliran dana pada masa yang akan datang sebagai kompensasi atas faktor waktu selama dana ditanamkan dan risiko yang ditanggung. Dengan demikian para investor sedang mempertaruhkan suatu nilai sekarang untuk sebuah nilai yang diharapkan pada masa mendatang.
(Anoraga dan Pakarti ,2003:65) yang menyatakan bahwa return saham akan dipengaruhi oleh dua karakter dasar, yaitu resiko sistematis dan likuiditas saham. Faktor sistematis atau faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan atau industri yang meliputi pertumbuhan ekonomi, tingkat bunga, tingkat inflasi, nilai tukar valuta asing, dan kebijaksanaan pemerintah.
Sedangkan faktor yang tidak sistematis atau faktor mikro adalah faktor-faktor yang ada pada perusahaan atau industry tertentu sehingga pengaruhnya terbatas pada perusahaan atau industry tertentu yang meliputi struktur modal, struktur aktiva, dan tingkat likuiditas perusahaan.
Untuk memperoleh return yang tinggi, seorang investor harus dapat menganalisis laporan keuangan perusahaan dengan baik sehingga mempermudah dalam pengambilan keputusan. Dari laporan keuangan tersebut diperoleh informasi tentang kinerja keuangan (financial performance) suatu perusahaan dan dapat digunakan sebagai dasar penilaian untuk memilih saham-saham perusahaan yang mampu memberikan tingkat pengembalian (return) yang tinggi.
dalam penelitian ini antara lain Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER).Price to Book Value (PBV).
Penelitian tentang hubungan atau pengaruh rasio keuangan terhadap return saham, sudah pernah dilakukan sebelumnya.. Michel Suharli (2006) menyatakan bahwa secara parsial DER tidak signifikan dan berpengaruh negatif terhadap return saham.
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001:139), semakin tinggi nilai EPS suatu perusahaan, maka akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham..
Artik Estuari (2004) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap return saham.
Dari sumber yang didapatkan dari Bursa Saham dapat diketahui bahwa sebagian besar return saham mengalami penurunan pada tahun 2010. Pada tahun tersebut, sebanyak 57% atau bisa dibilang lebih dari setengah jumlah keseluruhan perusahaan Metal and Allied Product mengalami penurunan return saham dari total jumlah 14 perusahaan Metal and Allied Products.
Return saham yang menurun pada perusahaan Metal and Allied Product dapat mempengaruhi tingkat variabel EPS,DER dan PBV.
Penelitian yang dilakukan (Tendi Haruman, Stefanus Adree Cipto Setiawan, dan Maya Ariyanti, 2005 ) dalam jurnalnya yang berjudul “pengaruh factor fundamental dan risiko sistematis terhadap tingkat pengembalian saham BEJ” dan variable yang digunakan untuk factor fundamental adalah EPS dan PER. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa EPS dan PER berpengaruh positif terhadap return saham.
Michel Suharli (2004) dengan judul “Study empiris terhadap dua faktor yang mempengaruhi return saham pada industri food and beverage di Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio dan tingkat resiko tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim mengatakan industri baja nasional saat ini menghadapi tantangan yang cukup besar. Mulai dari makin tingginya biaya produksi, masih lemahnya infrastruktur serta makin membanjirnya impor baja Cina.
Sehingga industri baja nasional mesti mampu meningkatkan daya saing dan terobosan agar mampu bertahan di pasar dalam negeri sendiri. "Industri baja Indonesia harus meningkatkan produktivitas dan efisiensinya, juga berbenah diri untuk bersaing dengan produsen baja Tiongkok yang akan membanjiri pasar negeri ini (www.stell.com). Adanya fenomena tersebut dapat menyebabkan penurunan nilai perusahaan yang akan berakibat langsung terhadap pencapaian laba dimasa yang akan datang.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara EPS terhadap return saham pada perusahaan metal and allied product yang terdaftar di BEI ?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara DER terhadap return saham pada perusahaan metal and allied product yang terdaftar di BEI ?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara PBV terhadap return saham pada perusahaan metal and allied product yang terdaftar di BEI ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. untuk menganalisa apakah earning per share (EPS), berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan metal and allied product di Bursa Efek Indonesia? .
2. Untuk menganalisa apakah debt to equity ratio (DER), berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan metal and allied product di Bursa Efek Indonesia? .
1.4 Manfaat Penelitian
1. Dari segi akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah Ilmu Pengetahuan di bidang ekonomi khususnya tentang investasi saham pada perusahaan logam yang terdaftar di BEI dan dapat memberikan informasi bagi kemungkinan adanya penelitian lebih lanjut.
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Ter dahulu
Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh price to book value,earning per share dan debt to equity ratio terhadap return saham telah dilakukan antara lain:
a. Michel Suharli (2004) dengan judul “Study empiris terhadap dua
faktor yang mempengaruhi return saham pada industri food and
beverage di Bursa Efek Jakarta” . Dalam penelitian tersebut
dinyatakan bahwa factor yang diduga mempengaruhi return saham
pada penelitian ini adalah rasio hutang (debt to equity ratio) dan tingkat resiko yang diukur dengan beta saham. Data dianalisa
dengan menggunakan regresi berganda dengan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio dan tingkat resiko tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
return saham.
b. Penelitian yang dilakukan oleh ( Fahmi Poernamawati, 2008 )
tentang pengaruh PBV terhadap return saham pada perusahaan manufaktur ,menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap return saham pada perusahaan menufaktur yang terdaftar
c. Penelitian yang dilakukan (Tendi Haruman, Stefanus Adree Cipto
Setiawan, dan Maya Ariyanti, 2005 ) dalam jurnalnya yang
berjudul “pengaruh factor fundamental dan risiko sistematis
terhadap tingkat pengembalian saham BEJ” dan variable yang
digunakan untuk factor fundamental adalah EPS dan PER. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa EPS dan PER berpengaruh positif terhadap return saham.
2.2 Landasan Teor i
2.2.1 Pasar Modal
2.2.1.1 Pengertian Pasar Modal
UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (Undang-Undang Pasar
Modal), memberikan batasan pasar modal sebagai kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Pasar modal atau bursa efek adalah salah satu jenis pasar dimana
para pemodal bertemu untuk menjual atau membeli surat-surat berharga
atau efek. (Anoraga & Pakarti,2003:5). Sedangkan menurut Samsul
(2006:43), pasar modal pada hakikatnya adalah jaringan tatanan yang
memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, memungkinkan
memungkinkan investor untuk merubah dan menyesuaikan portofolio
investasinya (melalui pasar sekunder).
Pasar modal adalah tempat bertemunya para pembeli dan penjual
dengan dua risiko yaitu untung dan rugi. (Idjang Gunawan, 2003:39).
Dengan melakukan investasi di pasar modal, maka dana yang tertumpuk di
satu pihak dapat disalurkan kepada pihak lain yang membutuhkan, sehingga
dana-dana yang terhimpun tersebut dapat dipakai untuk membiayai
operasional perusahaan dan akhirnya dapat menggerakkan roda
perekonomian secara nasional. Pasar modal juga dapat dikatakan sebagai
wadah yang dapat menghilangkan monopoli sumber modal dan monopoli
kepemilikan perusahaan.
2.2.1.2 Sejar ah dan Per kembanga n Pasar Modal di Indonesia
Kegiatan pasar modal sebenarnya sudah ada di Indonesia sejak
masih dijajah oleh Belanda, tepatnya pasar modal ini mulai didirikan pada
tanggal 12 Desember 1912 dan diberi nama Vereneging voor de Effectenhandel.
Pasar modal yang pertama ini didirikan di Jakarta dengan tujuan
untuk menghimpun dana yang akan dipakai untuk menunjang usaha
perkebunan orang-orang Belanda. Sehingga tidak mengherankan para
pelaku pasar modal waktu itu adalah orang-orang Belanda yang ada di
Indonesia serta bangsa Eropa
Dalam perkembangan selanjutnya oleh pemerintah colonial
Semarang. Sejak saat itu aktivitas pasar modal berlangsung dan terus
berkembang dengan baik sampai tahun 1939. Kemudian dengan terjadinya
gejolak politik yang melanda daratan Eropa dan ditandai terjadinya Perang
Dunia ke II, maka secara bertahap bursa efek di Surabaya dan semarang
ditutup selanjutnya disusul dengan penutupan bursa efek Jakarta. Praktis
sejak saat itu kegiatan pasar modal menjadi terhenti. Pada tanggal 1
September 1951
Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-undang Darurat No.
13 tentang bursa dan selanjutnya disempurnakan menjadi UU No. 15 tahun
1952 tentang bursa. Akan tetapi dalam perjalanannya aktivitas pasar modal
setelah zaman kemerdekaan ini hanya berlangsung sampai dengan tahun
1958, hal ini dikarenakan Pemerintah Indonesia pada waktu itu sedang
giat-giatnya melaksanakan nasionalisasi perusahaanperusahaan milik Belanda,
sehingga menyebabkan banyaknya orangorang Belanda yang angkat kaki
dari Indonesia.
Dengan adanya peralihan pemerintahan dari orde lama ke orde
baru, maka Presiden Suharto selaku pucuk pimpinan pemerintahan orde
baru mencoba untuk mengaktifkan kembali pasar modal di Indonesia dan
ini ditandai dengan masuknya PT. Semen Cibinong yang menjual sebagian
sahamnya di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 10 Agustus 1977.
Salah satu tujuan pemerintah untuk mengaktifkan kembali pasar
modal adalah sebagai upaya untuk memobilisasi dana-dana yang dimiliki
pemerataan kesempatan yang lebih luas kepada seluruh lapisan masyarakat
agar kepemilikan saham di perusahaan tidak hanya dikuasai oleh segelintir
orang saja. Dengan demikian keputusan pemerintah pada waktu itu
disamping dilandasi tujuan politis juga didorong dengan motif sosial.
Salah satu bentuk keseriusan pemerintah untuk menggairahkan
pasar modal adalah dengan keberhasilannya menyusun Undang-Undang
No. 8 tahun1995 tentang pasar modal, sehingga dengan adanya
undang-undang yang baru ini peran dan eksistensi pasar modal serta
lembaga-lembaga penunjangnya menjadi lebih diakui dalam menunjang kemajuan
perekonomian nasional.
Sebagai bukti kemajuan pasar modal di Indonesia antara lain
ditunjukkan dengan bertambahnya perusahaan yang melakukan go public baik dengan cara menjual saham atau obligasi melalui pasar modal serta
diterapkannya sistem perdagangan yang berbasiskan komputer dan
teknologi elektronik lainnya.
2.2.1.3 Macam-macam Pasar Modal
Menurut Samsul (2006:46-50) pasar modal dapat dibedakan menjadi:
1. Primary Market
Primary Market adalah penawaran saham yang dilakukan oleh emiten kepada calon investor selama batas waktu tertentu yang
ditetapkan oleh emiten sebelum hal tersebut di jual melalui
2. Secondary Market
Secondary Market biasanya diistilahkan sebagai transaksi jual beli saham/sekuritas setelah masa penawaran terlewati yaitu ditandai
dengan dilakukannya listing di bursa.
3. Third Market
Third Market adalah perdagangan saham yang dilakukan di luar bursa/OTC (Over the Counter Market), biasa disebut sebagai bursa parallel.
4. Fourth Market
Fourth Market merupakan bentuk perdagangan efek antar investor yang dilakukan tanpa melalui perantara pedagang efek.
2.2.1.4 J enis Transaksi di Pasar Modal
Sebagaimana diketahui bahwa motif investor dalam melakukan
investasi senantiasa mengharapkan untuk mendapatkan return yang
memadai dan disertai kesediaan menanggung risiko sampai sejumlah batas
tertentu yang mampu ditanggung.
Di sisi lain pasar modal dapat disebut sebagai tempat transaksi bagi
kedua belah pihak. Sebenarnya transaksi yang terjadi di pasar modal
secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu:
1. Penyertaan, bentuk ini biasanya ditandai dengan kepemilikan dalam
wujud saham. Jumlah saham yang dimiliki oleh seorang investor
menandai besarnya porsi kepemilikan investor di suatu perusahaan.
sebuah badan usaha yang telah go public atau emiten dan terdaftar di otoritas pasar modal.
2. Hutang, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
Hutang yang bersifat jangka pendek dapat dilakukan dengan
menerbitkan surat hutang, sedangkan hutang yang bersifat jangka
panjang dilakukan dengan menerbitkan obligasi atau sekuritas lainnya
seperti right, warrant, opsi dan future.
Dengan memahami jenis-jenis transaksi yang terjadi di pasar
modal, maka keberadaan pasar modal di suatu negara akan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menunjang kehidupan perekonomian
2.2.1.5 Manfaat Pasar Modal
Manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh investor, emiten,
pemerintah maupun lembaga penunjang. Manfaat Pasar Modal bagi
Perusahaan (emiten) menurut Darmadji & Hendy (2001: 2-3), yaitu:
1. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.
2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.
3. Manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana perusahaan.
4. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan.
5. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.
6. Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari nominal perusahaan.
7. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang tinggi.
9. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.
10. Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu.
11. Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
Sedangkan manfaat pasar modal bagi investor adalah:
1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.
2. Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang saham
dan memperoleh bunga obligasi bagi pemegang obligasi.
3. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham, mempunyai
hak suara dalam RUPO bila diadakan bagi pemegang obligasi.
4. Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misal dari saham
A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau
mengurangi risiko.
Manfaat Pasar Modal bagi Pemerintah (pembangunan) menurut
Darmadji & Hendy (2001: 2-3), adalah:
1. Dengan berkembangnya pasar modal dimana perusahaanperusahaan
menjual sahamnya di bursa efek, maka hal ini sejalan dengan tujuan
pemerataan hasil pembangunan, membuka kesempatan kerja dan
mengurangi ketegangan sosial di kalangan masyarakat.
2. Perkembangan pasar modal adalah pendayagunaan secara optimal dana
yang dimiliki masyarakat untuk dimanfaatkan dalam mendorong
pembangunan.
3. Dengan berkembangnya pasar modal dimana perusahaanperusahaan
pemerataan hasil pembangunan, membuka kesempatan kerja dan
mengurangi ketegangan sosial di kalangan masyarakat.
4. Perkembangan pasar modal adalah pendayagunaan secara optimal dana
yang dimiliki masyarakat untuk dimanfaatkan dalam mendorong
pembangunan.
2.2.2 Investasi
2.2.2.1 Penger tian Investasi
Menurut (Moeljadi, 2006:121) investasi merupakan pengeluaran
pada saat ini dimana hasil yang diharapkan dari pengeluaran itu baru akan
diterima di waktu mendatang.
Investasi dapat digunakan oleh perusahaan untuk pertumbuhan
kekayaannya melalui distribusi hasil investasi untuk apresiasi nilai
investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi,
seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan dagang. Lukviarman
(2006:185)
Keputusan untuk melakukan investasi pada perusahaan lain sangat
kompleks. Motivasi perusahaan untuk membeli saham perusahaan lain
bisa digunakan sebagai:
a. Investasi jangka pendek kelebihan kas perusahaan.
b. Investasi jangka panjang untuk ekspansi.
c. Investasi jangka panjang dalam persentase substansial saham
2.2.2.2 Investasi Dalam Saham
Saham adalah unit kepemilikan dalam sebuah perusahaan. Sebagai
bukti kepemilikan dalam sebuah perusahaan tersebut, perseroan terbatas
menerbitkan sertifikat saham (stock sertificate) kepada para pemegang sahamnya. (Anoraga dan Pakarti, 2003: 58) Investasi saham (stock investment) adalah investasi pada modal saham perusahaan. Darmadji & Hendy (2001:5)
Menurut PSAK No. 13 mengenai akuntansi untuk investasi,
metode akuntansi yang dipergunakan untuk investasi tergantung pada
klasifikasi apakah investasi tersebut merupakan investasi lancar atau
investasi jangka panjang. Agar dapat dikategorikan sebagai aktiva lancar
dalam neraca, maka investasi tersebut harus likuid.
Selain itu, investor tersebut juga bermaksud untuk
mengkonversikan investasi tadi ke dalam bentuk kas dalam jangka waktu
kurang dari satu tahun, atau mempergunakannya untuk membayar
kewajiban lancer perusahaan.
2.2.3 Analisis Laporan Keuangan
2.2.3.1 Penger tian Lapor an Keuangan
Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
Menurut Lukviarman (2006:13) laporan keuangan adalah laporan
yang memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu perusahaan,
dimana neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan rugi laba (income statement) mencerminkan hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu.
Menganalisis laporan keuangan, berarti melakukan suatu proses
untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah
masing-masing unsur tersebut, dan menelaah hubunganantara unsur-unsur
tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman
yang baik dan tepat atas laporan keuangan tersebut. (Dwi Prastowo,
2002:52).
2.2.3.2 Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan
Menurut Slamet Sugiri (2001:21), pada dasarnya laporan keuangan
yang utama terdiri dari:
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan
posisi keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu. Neraca terdiri dari
tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang, dan modal.
2. Laporan Rugi Laba
Laporan Rugi Laba merupakan suatu laporan keuangan yang secara
sistematis menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu
tertentu. Laporan rugi laba berisi tentang penghasilan, biaya, dan rugi
3. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal merupakan laporan keuangan yang secara
sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan modal
perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik
pada satu periode akuntansi tertentu.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan secara sistematis informasi tentang
penerimaan dan pengeluaran kas selama suatu periode tertentu.
2.2.3.3 Teknik-teknik Analisis Laporan Keuangan
Teknik-teknik analisis laporan keuangan digunakan untuk
memperlihatkan hubungan-hubungan dan perubahan-perubahan. Menurut
Simamora (2000:518), terdapat tiga teknik yang lazim dipakai, yaitu:
(1) Analisis Horisontal (horizontal analysis) adalah teknik yang dipakai untuk mengevaluasi serangkaian data laporan keuangan
selama periode tertentu.
(2) Analisis Vertikal (vertical analysis) adalah teknik yang digunakan untuk mengevaluasi data laporan keuangan yang menggambarkan
setiap pos dalam laporan keuangan dari segi persentase jumlahnya.
2.2.4 Rasio Keuangan
2.2.4.1 Penger tian rasio
Rasio adalah alat yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara dua macam data finansial. (Prastowo & Julianto 2005:80)
Menurut Pancawati Hardiningsih (2002:85), rasio merupakan alat yang
dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan
hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan factor yang lain dari
suatu laporan finansial.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara
suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan
alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi
gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya posisi keuangan
suatu perusahaan terutama apabila angkaangka tersebut dibandingkan
dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard. (Munawir,
2000:64).
2.2.4.2 Penggolongan Angka Rasio
Menurut Astuti, Dewi (2004:246-256) rasio keuangan dapat
dikelompokkan menjadi 5 jenis berdasarkan ruang lingkupnya yaitu:
1. Rasio Likuiditas, yang menyatakan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu pendek. likuiditas
(liquidity) berarti mempunyai cukup dana di tangan untuk membayar tagihan pada saat jatuh tempo dan berjaga-jaga terhadap kebutuhan kas
Rasio ini terbagi menjadi Current Ratio, QuickRatio, dan Net Working Capital.
a. Current Ratio
Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan
untuk memenuhi Universitas Sumatera Utara kewajiban jangka
pendek tanpa menghadapi kesulitan
Rumus untuk menghitung rasio lancar adalah sebagai berikut:
Current Ratio = Aktiva Lancar Kewajiban Lancar b. QuickRatio
Riyanto (2001: 104) menyatakan quick ratio adalah kemampuan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva
lancar yang lebih likuid.
rumus quick ratio adalah :
Quick ratio = Aktiva Lancar - Persediaan Kewajiban jangka pendek
c. Net Working Capital
Menurut Darsono (2005:53) Net Working capital (Modal Kerja bersih) Adalah Rasio yang digunakan untuk mengetahui rasio
modal bersih terhadap kewajiban lancar. Rumus yang digunakan
NWC = Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar Kewajiban Jangka Pendek
2. Rasio Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio ini terbagi menjadi Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Total Asset Ratio,Long Term Debt to Equity Ratio.
a. Debt Ratio
Merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar jumlah seluruh
aktiva perusahaan yang dibiayai dengan dana pinjaman. Semakin
besar rasio ini maka semakin besar hutang suatu perusahaan.
Rumus Debt Ratio adalah sebagai berikut :
Debt Ratio = Total Liabilities
Total Assets
b. Debt to Equity Ratio
DER merupakan rasio yang digunakan untuk melihat struktur
keuangan perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan
jumlah ekuitas pemilik. (Simamora, 2000:533). Rumus DER
dinyatakan sebagai berikut :
DER = Total Hutang Total Ekuitas c. Debt to Total Asset Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang
menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang
dibelanjai oleh hutang.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang
Total Aktiva
d. Long Term Debt to Equity Ratio
Merupakan rasio antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
LTDIER = Long Term Debt Equit
3. Rasio Aktivitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan harta yang dimilikinya. Rasio ini terbagi menjadi Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Inventory Turnover
a. Total Asset Turnover
Harahap (2008:309) mengatakan bahwa rasio ini menunjukkan
perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Total Asset Turnover = Penjualan
Total Asset
b. Fixed Asset Turnover
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Fixed Asset Turnover = Penjualan
Aktiva Tetap Bersih
c. Account Receivable Turnover
Harahap (2008:308) mengatakan bahwa rasio ini menunjukkan
berapa cepat penagihan piutang. Semakin besar semakin baik karena
penagihan piutang dilakukan dengan cepat . Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Account Receivable Turnover = Penjualan Kredit Bersih
Rata-rata Piutang
d. Inventory Turnover
Harahap (2008:308) mengatakan bahwa rasio ini menunjukkan
berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan
Rata-rata persedian barang
4. Rasio Rentabilitas, menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Rasio ini terbagi menjadi Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Assets,Return on Equity
a. GrossProfit Margin
Rasio ini mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba pada penjualan tertentu. Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
b. , Net Profit Margin
Menurut Veithzal dan Andria (2006:354), “ Rasio ini menunjukan
persentase laba bersih terhadap penjualan bersih. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Net Profit Margin = Laba Bersih setelah Pajak
Penjualan Bersih
c. , Return on Assets
Menurut Darsono (2005: 54) Return on Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menghitung perbandingan antara laba bersih
rata-rata dengan total aktiva suatu perusahaan. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
ROA = Laba Bersih Total Aktiva d. Return on Equity
Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan dari investasi yang
ditanamkan pemegang saham. (L. Thian Hin, 2001: 64). Rasio ini
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
ROE = Laba Bersih Rata-rata Ekuitas
5. Rasio Pasar, digunakan untuk melihat perkembangan nilai perusahaan
secara relatif terhadap nilai buku perusahaan. Rasio ini terbagi menjadi
a. Dividend Yield
Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang (Jones, 2004:41)
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dividend Yield = Total Return – Price Change b. DividendPayout Ratio
Menurut Indriyono dan Basri (2002: 232), “dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba
bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk
persentase”. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
DividendPayout Ratio = Dividen Kas Laba Bersih c. Price Earning Ratio
Menunjukkan seberapa besar investor ingin membayar per rupiah
dari keuntungan yang dilaporkan oleh perusahaan. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
PER = Harga Saham Earning Per Share d. Earning Per Share
EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
EPS = Laba bersih – Divident Saham Preferent Rata-rata tertimbang jumlah saham yamg beredar e. Price to Book Value
Price to Book Value adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar harga saham yang ada di pasar dibandingkan dengan
nilai buku sahamnya (Tjiptono Darmadji, 2001:139). Rumus sebagai
berikut :
PBV = Harga saham Nilai buku per saham
Dari rasio-rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan
kepentingan analisis kinerja perusahaan dalam penelitian ini meliputi:
1. Earning Per Share (EPS)
EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan
(return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Tjiptono Darmadji, 2001:139). Menurut Sunariyah (2004: 125), EPS
adalah laba bersih per lembar saham biasa yang beredar selama suatu
periode. Berdasarkan pendapat di atas, pengertian EPS yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah rasio yang menunjukkan berapa besar
keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham yang beredar selama suatu periode.
Rasio ini ingin menyampaikan berapa besar bagian dividen yang
dirata-ratakan secara tertimbang. (Anoraga dan P. Pakarti, 2003: 40).
EPS hanya dihitung untuk saham biasa, dan perhitungannya tergantung
dari struktur modal perusahaan sehingga perhitungannya dapat sederhana
atau kompleks. Terdapat dua masalah yang dapat timbul dalam
hubungannya dengan perhitungan EPS ini. Masalah pertama timbul
apabila dalam perhitungan laba rugi terdapat pos luar biasa, sedangkan
masalah kedua terjadi apabila perusahaan mempunyai struktur modal yang
kompleks.
2. Debt to Equity Ratio (DER)
DER merupakan rasio yang digunakan untuk melihat struktur
keuangan perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan
jumlah ekuitas pemilik. Sunariyah (2004: 125). Dalam mengukur risiko,
perhatian kreditor jangka panjang terutama difokuskan pada prospek laba
dan perkiraan arus kas. Meskipun demikian mereka tetap memperhatikan
keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan
pemilik perusahaan. Keseimbangan proporsi tersebut diukur dengan rasio
debt to equity.
Rasio ini juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur
modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko
tak tertagihnya suatu utang (Dwi Prastowo, 2002:84).
Kreditor jangka panjang pada umumnya lebih menyukai angka
DER yang kecil. Semakin kecil angka rasio ini, berarti semakin besar
penyangga risiko kreditor. Jika DER semakin meningkat maka
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin memburuk, selain itu
semakin tinggi DER menunjukkan struktur permodalan lebih banyak
dibiayai oleh pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan terhadap
kreditur semakin meningkat.
Dengan meningkatnya DER maka beban perusahaan kepada pihak
luar (kreditur) juga semakin meningkat sehingga harapan tingkat
kembalian (return) para pemegang saham semakin kecil . 3. Pr ice to Book Value (PBV)
. Price Book Value (PBV) merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya.
(Sunaiyah, 2003). Nilai Price Book Value (PBV) yang semakin besar menunjukkan harga pasar dari saham tersebut semakin tinggi pula. Jika
harga pasar dari suatu saham semakin tinggi, maka capital gain (actual return) juga akan semakin tinggi.
Perusahaan yang kinerjanya baik biasanya nilai rasio PBV-nya
diatas satu, hal ini menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih tinggi dari
nilai bukunya. Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa
pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar, yaitu oleh
permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa
(Anoraga dan Pakarti, 2003).
satu lembar saham, karena aktiva bersih adalah sama dengan total equitas
pemegang saham. Sehingga nilai buku perlembar saham adalah total
equitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
2.2.5 Return Saham
2.2.5.1 Penger tian Return Saham
Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukannya.. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang berupa return realisasi
(realized return) dan return ekspektasi (expected return). (Anoraga dan Pakarti ,2003:65)
Return dari suatu investasi tergantung dari instrumen investasi yang dibelinya. Misalnya ivestasi dalam saham, saham tidak menjanjikan
suatu return yang pasti bagi para pemodal, namun beberapa komponen return pada saham yang memungkinkan pemodal meraih keuntungan adalah dividen, saham bonus, dan capital gain. Faktor yang
mempengaruhi return suatu investasi meliputi faktor internal dan faktor eksternal perusahaan.
Faktor internal perusahaan meliputi kualitas dan reputasi
manajemen, struktur hutang, tingkat laba yang dicapai, dan lain-lain.
Sedangkan, factor eksternal meliputi pengaruh kebijakan moneter dan
fiskal, perkembangan sektor industri, faktor ekonomi, dan sebagainya.
1. Return yang telah terjadi (actual return) dihitung berdasarkan data historis.
2. Return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang (expected return).
Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi atau sering disebut dengan actual return. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi
(expected return) yang merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang.
Return realisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah capital gain/loss yang juga sering disebut actual return. Menurut (Anoraga dan Pakarti ,2003:68) besarnya actual return dapat dihitung dengan rumus:
Ri = ( Pt Pt-1 )
Pt-1
Keterangan :
Ri = return saham i pada periode t
Pt = harga saham yang tercermin dalam indeks harga saham pada
periode t
Pt-1= harga saham yang tercermin dalam indeks harga saham pada periode
2.2.5.2 Komponen Return
Menurut (Muhammad Samsul 2006 : 70) komponen suatu return
terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Current Income (keuntungan lancar) adalah keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti
pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen, dan
sebagainya.
2. Capital Gain yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi, yang
berarti bahwa instrumen investasi harus diperdagangkan di pasar.
Besarnya capital gain dilakukan dengan analisis return histories yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat ditentukan
besarnya tingkat kembalian yang diinginkan (expected return. 2.2.5.3 Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham
Earning Per Share merupakan salah satu bentuk dari rasio pasar (market ratio) yang didapatkan dengan membagi laba bersih perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. (Tjiptono Darmadji, 2001:139). Rasio
laba per lembar saham ini mengukur profitabilitas dari sudut pandang
pemegang saham biasa. Informasi mengenai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan pendapatan dapat membantu investor untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa
Menurut Tjiptono Darmadji (2001:139), semakin tinggi nilai EPS
suatu perusahaan, maka akan menggembirakan pemegang saham karena
semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham..
Penelitian yang dilakukan (Tendi Haruman, Stefanus Adree Cipto
Setiawan, dan Maya Ariyanti, 2005 ) dalam jurnalnya yang berjudul
“pengaruh factor fundamental dan risiko sistematis terhadap tingkat
pengembalian saham BEJ” dan variable yang digunakan untuk factor
fundamental adalah EPS dan PER. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa EPS dan PER berpengaruh positif terhadap return saham.
Dari peneltian yang telah dilakukan, maka dapat saya simpulkan
bahwa EPS berpengaruh positif terhadap return saham. .
2.2.5.4 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) ter hadap Return Saham Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang diigunakan untuk
melihat struktur keuangan perusahaan dengan mengaitkan jumlah
kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. (Sunariyah, 2004). Semakin
kecil rasio ini berarti semakin kecil jumlah modal pinjaman yang
digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan.
Rasio ini juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur
modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko
tak tertagihnya suatu utang (Dwi Prastowo, 2002:84).
Michel Suharli (2004) dengan judul “Study empiris terhadap dua
faktor yang mempengaruhi return saham pada industri food and beverage
ratio dan tingkat resiko tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Dari peneltian yang telah dilakukan,sebelumnya, maka dapat saya
simpulkan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap return saham.
2.2.5.5 Pengar uh Pr ice to Book Value (PBV) terhadap r etur n saham Price to Book Value adalah rasio yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar harga saham yang ada di pasar dibandingkan
dengan nilai buku sahamnya. Semakin tinggi rasio ini semakin besar
tambahan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan (Anoraga dan Pakarti,
2003).
Saham-saham yang dijual dengan harga di bawah nilai buku equity
selalu dipandang sebagai saham yang baik untuk suatu portofolio yang
undervalued, sebaliknya saham-saham yang dijual dengan harga di atas
nilai buku equity menjadi target portofolio yang overvalued . (Sunaiyah,
2003)
Penelitian yang dilakukan oleh ( Fahmi Poernamawati, 2008 )
tentang pengaruh PBV terhadap return saham pada perusahaan manufaktur ,menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap return saham pada perusahaan menufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia ,baik secara simultan maupun parsial. Dari peneltian yang
telah dilakukan,sebelumnya, maka dapat saya simpulkan bahwa PBV
2.3 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Mengacu pada rumusan masalah, tinjauan teoritis, dan beberapa
penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
• Ada pengaruh yang signifikan positif antara EPS terhadap return saham
pada perusahaan metal and allied product yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
• Ada pengaruh yang signifikan negatif antara DER terhadap return saham
pada perusahaan metal and allied product yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
• Ada pengaruh yang signifikan positif antara PBV terhadap return saham
pada perusahaan metal and allied product yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Earning Per Share
( X1)
Debt t o Equit y Ratio
( X2 )
Pri ce t o Book Value
( X3 )
Ret urn Saham
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan,
maka variable-variable yang akan dianalisis dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Variabel Dependen (Y) adalah r etur n saham
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah return saham berupa capital gain(loss). Return Saham diformulasikan sebagai berikut :
Ri = ( Pt Pt-1)
Pt-1
b. Variabel Independen ( X ) ter diri dar i :
1. Earning Per Shar e (X1)
EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
keuntungan(return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham.(Tjiptono Darmadji, 2001:139). EPS diformulasikan
sebagai berikut :
EPS= Laba bersih Divident saham preferent
2. Debt to Equity Ratio (X2)
Merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang
dengan modal sendiri. Satuan ukur untuk variabel ini adalah kali
(x), sehingga skala datanya adalah skala rasio. Menurut Halim dan
Hanafi (2002 : 185 ) Debt to Equity Ratio diformulasikan sebagai
berikut :
Debt to Equity Ratio = Total Hutang
Total Modal Sendiri
3. Pr ice to Book Value (X3)
Price to Book Value adalah rasio yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar harga saham yang ada di pasar
dibandingkan dengan nilai buku sahamnya. Semakin tinggi rasio
ini semakin besar tambahan kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan (Darmadji dan Fakhrudin, 2008). Price to Book Value
diformulasikan sebagai berikut :
PBV = Harga Saham
3.2 Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap yang biasanya
berupa orang, obyek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk
mempelajarinya atau menjadi obyek penelitian (Kuncoro,2003:103).
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan sebagai obyek
penelitian adalah Perusahaan Metal and Allied Products yang telah go
public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan Metal and Allied
Products yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai dengan
tahun 2010 sebanyak 14 perusahaan.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat
mewakili populasi penelitian. Teknik yang digunakan untuk menentukan
sample adalah Purposive Sampling yaitu bahwa pengambilan sampel yang
dilakukan karena peneliti mempunyai tujuan dan target dalam memilih
sampel berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu ( Nuryanti
Takarini,2003: 259).
Sedangkan pertimbangan dan kriteria yang digunakan untuk
mengambil sampel perusahaan adalah :
• Perusahaan yang memiliki data yang lengkap terkait
variabel-variabel (EPS, DER, dan PBV) yang dibutuhkan dalam penelitian
ini melalui data ICMD (Indonesian Capital Market Directory)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka terdapat 12 perusahaan
kelompok industri yang dapat dijadikan sebagai sampel penelitian adalah
sebagai berikut:
1. PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk
2. PT. Beton Jaya Manunggal Tbk.
3. PT. Citra Tubindo Tbk.
4. PT. Indal Alumunium Industry Tbk.
5. PT. Itamaraya Tbk.
6. PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk.
7. PT. Jaya Pari Steel Tbk.
8. PT. Lion Metal Works Tbk.
9. PT. Lion Mesh Prima Tbk
10. PT. Pelangi Indah Canindo Tbk.
11. PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk.
12. PT. Tira Austenite Tbk.
.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu data yang diperoleh dari arsip-arsip atau dokumen yang dikumpulkan
dari instansi-instansi yang terkait dalm penelitian ini. Adapun data sekunder
1. Data perkembangan harga saham perusahaan Metal and Allied Products yang diteliti periode 2008 sampai 2010 pada BEI.
2. Laporan keuangan perusahaan Metal and Allied Products yang diteliti per 31 Desember selama periode 2008 sampai dengan 2010
pada BEI.
3.3.2. Sumber Data
Keseluruhan data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh
dari Pusat Referensi Pasar Modal yang terletak di Surabaya, dimana
data-data tersebut diambil dari saham-saham yang tergolong dalam perusahaan
Metal and Allied Product di PT. Bursa Efek Indonesia selama periode
2008-2010.
3.3.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data sekunder diambil dengan teknik dokumentasi
yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dengan
cara mencari dan mengumpulkan data-data yang telah dipublikasikan oleh
pemerintah, industri atau sumber-sumber individual dam masih berlaku saat
ini. Kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Teknik Analisis
Untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, dan Price to Book Value terhadap harga saham dapat diketahui dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis ini dipakai
dependent dengan satu atau lebih variabel independent. Analisis ini juga
dipakai menduga besar dan arah dari hubungan tersebut.
Adapun bentuk umum dari regresi berganda secara sistematis
adalah sebagai berikut :
Y = β0 +β1X1+ β2X2 +β3X3+ ei………….( Suharsimi Akunto,
2002:199)
Keterangan :
Y = Return Saham
β0 = Konstanta
X1 = Earning Per Share
X2 = Debt to Equity Ratio
X3 = Price to Book Value
β1 β2 β3 = Koefisien regresi untuk variable bebas
ei = Variabel pengganggu yang mewakili faktor lain
dan berpengaruh terhadap Y tetapi tidak dimasukkan
ke dalam mode
3.4.2. Uji Hipotesis
a. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh dari variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas secara parsial atau individu. Untuk
membuktikan kebenaran analisis secara parsial, dilakukan dengan
dari masing-masing variabel dan dapat dirumuskan
langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
1. Apabila H0 : βi = 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang
nyata antara variabel bebas (X1, X2, X3) secara parsial terhadap
variabel terikat ( Y )
Apabila Hi : βi ≠ 0 artinya terdapat pengaruh nyata antara
variabel bebas ( X1, X2, X3 ) secara parsial terhadap variabel
terikat ( Y ).
2. Menentukan level of significance ∞/ 2 = 10% / 2 = 5% atau
0.05 dengan pengujian dua arah.
Degree of freedom ( df ) = ( n – k – 1)
Dimana : n = Jumlah pengamatan
k = Jumlah Variabel
3. Menentukan t hitung dengan rumus sebagai berikut :
t hitung = βi Se (βi )
Keterangan :
t hitung = t hasil perhitungan
βi = koefisien regresi
Se = standart error
b. Uji – F
Digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen
uji F yaitu dengan membandingkan antara Ftabel dengan F
hitung yang terdapat dalam tabel Analysis of Variance.
Menurut Algifari (2000:73), Nilai Fhitung dapat dicari dengan
rumus:
F = R² /k
(1- R²) – (n-k-1)
R2 = koefisien determinasi
k = banyaknya variabel bebas
n = banyaknya sampel
3.5. Asumsi klasik
Menurut (Hair et al dalam Siti Resmi,2002:289):bahwa dalam
analisis linier berganda perlu menghindari penyimpangan asumsi klasik
supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan regresi linier berganda.
Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE ( Best Linier
Unbiased Estimator ), artinya pengambilan keputusan uji t tidak boleh
bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE harus memenuhi 3 asumsi
yang tidak boleh dilanggar, yaitu :
1. Tidak boleh ada multikolinieritas
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga
pengambilan keputusan melalui uji t menjadi bias.
1. Multikolinear itas
Multikolinearitas berarti ada hubungan linier yang sempurna atau
pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model
regresi. Persamaan model regresi linier berganda diasumsikan tidak terjadi
pengaruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh antar variabel
bebas maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi ( terjadi bias ).
Menurut Rahayu ( 2000 : 87 ) secara sistematis, pengukuran
multikolineritas dapat dirumuskan sebagai berikut :
VIF = 1
1-R2i
2
Tolerance = 1 R i
VIF ( Varians Inflation Factor ) menyatakan tingkat
pembengkakan varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, berarti terdapat
Multikolineritas dalam persamaan regresi linier. Apabila nilai VIF lebih
rendah dari angka 10 atau nilai tolerance mendekati 1 maka dikatakan
bahwa tidak terjadi gejala Multikolineritas. Penanggulangannya dapat
dilakukan dengan menambah jumlah data pengamatan baru atau
2. Autokor elasi
Menurut (Hair et al dalam Siti Resmi,2002:290):autokorelasi
didefinisikan sebagai korelasi antar anggota serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktu
( seperti dalam data deretan waktu ) atau ruang ( seperti data dalam
cross sectional ). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat
gejala autokorelasi, artinya nilai residual ( Y observasi Y prediksi )
pada waktu ke –t ( ). Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi
dapat ditest dengan menghitung nilai Durbin Watson ( d test ) dengan
persamaan : ( Gujarati, 1995: 215)
d = ∑ ( )
∑
Keterangan :
d = nilai Durbin Watson
= Residual pada waktu ke-t
= Residual pada waktu ke t-1 ( satu periode sebelumnya )
3. Heter oskedastisitas
Satu asumsi penting dari model regresi linier klasik menurut
Menurut (Hair et al dalam Siti Resmi,2002:291):adalah bahwa gangguan (
disturbance ) yang muncul dari regresi populasi adalah heteroskedastisitas,
yaitu semua gangguan yang mempunyai varians sama. heteroskedastisitas
Ordinary Least Square atau kuadrat terkecil biasa ), tetapi penaksir tadi
tidak lag efisien. Bahkan tidak lagi asimonik ( yaitu untuk sampel yang
besar ). Ketidakadaan efisiensi ini menbuat prosedur pengujian hipotesis
yang biasa nilainya diragukan.
Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan
variabel bebas. Heteroskedastesitas dapat dideteksi dengan menggunakan
pengujian Spearman Ranking Corellation sebagai berikut : ( Gujarati, 1995:
188 )
rs = 1 – 6 ∑
\ N ( – 1 )
Dimana :
di = Perbedaan dalam rank yang ditepatkan untuk dua karakteristik yang
berbeda dari individual atau fenomena ke – i.
N = Banyaknya individual atau fenomena yang di rank
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Pendirian dan Informasi Umum PT. Bursa Efek Indonesia
Sejarah pasar modal Indonesia dimulai dengan dibentuknya Bursa Efek di Batavia (sekarang Indonesia) pada tahun 1912 oleh Vereneging Voor de Effecthandel. Kemudian pada tahun 1925 pemerintah kolonial Belanda menambah lagi 2 (dua) bursa yaitu Bursa Efek Semarang dan Bursa Efek Jakarta. Ketiga bursa ini menghentikan aktivitasnya menjelang investasi Jepang pada tahun 1952. Program nasionalisasi yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1956 mengakibatkan terhentinya aktivitas pasar modal.
Oleh karena itu pada tahun 1990 pemerintah mengeluarkan peraturan tentang swatinasi bursa efek. Pada tanggal 4 Desember 1991 berdirilah Bursa Efek Jakarta.
Tahun 1995 merupakan era baru bagi Bursa Efek Jakarta dengan diterapkannya system perdagangan otomatis (Jakarta Automated Trading System atau JATS). System ini memjamin perdagangan lebih wajar dan lebih transparan. Disamping itu JATS memberikan pula sumbangan yang lebih besar dalam likuidasi pasar dan melindungi para investor secara maksimal dan bersamaan dengan itu system terpadu ini menghubungkan perdagangan, pengawasan, kliring dan penyelesaian serta system depositori dan system akuntasi anggota bursa.
Berdasarkan pasal 10 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 45 tanggal 30 Desember 1995, perusahaan dilarang membagikan deviden kepada para pemegang saham. Perusahaan berdomisili di Jakarta, Indonesia dengan alamat Jakarta Stock Exchange Building jl. Jenderal Sudirman Kav. 52- 53, Jakarta.
4.1.2 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadikan Bursa Efek Indonesia suatu tempat yang efisien untuk perdagangan instrument pasar modal baik untuk masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional.
Indonesia bertekad mempunyai sarana perdagangan yang efisien system informasi yang terpecaya, terlengkap dan tepat waktu serta mempunyai sumber daya manusia yang professional dan berintgritas tinggi. Dengan demikian Bursa Efek Indonesia dapat menjadi Bursa Efek yang transparan, liquid, wajar dan efisien yang dapat membawa Bursa Efek Indonesia sejajar dengan Bursa Efek Indonesia aktif berpartisipasi dalam mengembangkan basis investor local yang lebih luas dan kokoh sebagai stabilisator Pasar Modal Indonesia.
4.1.3 Maksud dan Tujuan Pembentukan Bursa Efek Indonesia
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan pendirian perusahaan adalah sebagai berikut :
• Menunjang kebijakan pemerintah dalam pengebangan pasar modal sebagai alternatife sumber pembiayaan untuk mendukung dunia usaha dalam rangka pembangunan nasional.
• Memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk ikut memiliki berbagai macam efek disamping memberikan kemudahan bagi dunia usaha untuk menarik dana dengan cara menawarkan efek yang dikeluarkannya kepada masyarakat melalui pasar modal.