BAB II
PERANAN DAN UPAYA PEMERINTAH (BPN)
A. Pendaftaran Tanah dalam Pandangan Yuridis
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3), dinyatakan bahwa
bumi, air, dan kekayaan yang terkandung didalamnya dipelihara oleh Negara dan
“dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat” tidak berarti bahwa
kepentingan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh kepentingan umum /
masyarakat.
Hal tersebut juga dipertegas dalam ketetapan MPR RI No.II/MPR/1988
Bab IV huruf D angka 30, yang berbunyi : “Tanah mempunyai fungsi sosial dan
pemanfaatannya harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat”.
Sedangkan UUPA yang memuat dasar-dasar pokok dibidang pertanahan
merupakan landasan bagi usaha pembaharuan hukum pertanahan agar dapat
memberikan jaminan kepastian hukum bagi masyarakat dalam memanfaatkan bumi,
air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya untuk
kesejahteraan bersama secara adil. Jadi, untuk mencapai kesejahteraan dimana
masyarakat dapat secara aman, melaksanakan hak dan kewajiban yang diperolehnya
sesuai dengan peraturan yang telah memberikan jaminan perlindungan terhadap hak
dan kewajiban tersebut22
22
Bahtiar Effendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan peraturan-peraturan pelaksananya,
Mengenai jaminan kepastian hukum, hal ini menjadi salah satu tujuan dari
UUPA dan termuat dalam ketentuan Pasal 19 Ayat (1) yang menyatakan bahwa :
“Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan
pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesiamenurut ketentuan-ketentuan
dalam peraturan pemerintah”.
Meskipun UUPA telah mengatur tentang pendaftaran tanah, namun tidak
memberikan pengertian tentang apa yang di maksud dengan pendaftaran tanah.
Begitu pula dengan PP no. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, juga tidak
memberikan pengertian tentang pendaftaran tanah, juga tidak memberikan pengertian
apa yang dimaksud dengan Pendaftaran Tanah.
Pengertian pendaftaran tanah baru dimuat dalam pasal 1 angka 1
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yaitu serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh Pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur,
meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan
data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya
bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah
susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Definisi pendaftaran tanah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 merupakan penyempurnaan dari ruang lingkup kegiatan pendaftaran tanah
meliputi : pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah,pendaftaran dan peralihan
hak atas tanah serta pemberian tanda bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat.
Dalam Pasal 19 Ayat (1) UUPA dinyatakan bahwa yang mengadakan
pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia adalah Pemerintah. Namun
dalam Pasal ini tidak disebutkan instansi Pemerintah mana yang mengadakan
pendaftaran tanah tersebut. Begitu pula dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 10
Tahun 1961 hanya menyebutkan bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan oleh
Jawatan Pendaftaran Tanah.
Pasal 19 Ayat (3) UUPA menyebutkan bahwa pendaftaran tanah
diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara dan masyarakat, keperluan lalu
lintas sosial ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya. Dalam penjelasan
umum angka IV UUPA dinyatakan bahwa “Pendaftaran Tanah akan diselenggarakan
dengan mengingat pada kepentingan serta keadaan negara dan masyarakat, lalu lintas
sosial ekonomi dan kemungkinan-kemungkinan dalam bidang personel dan
peralatannya. Oleh karena itu, akan didahulukan penyelenggaraannya di kota-kota
lambat laun meningkat pada kadaster yang meliputi wilayah Negara.
Atas dasar ketentuan Pasal ini, penyelenggaraan pendaftaran tanah
diprioritaskan di daerah-daerah perkotaan, disebabkan daerah ini merupakan lalu
lintas perekonomiannya lebih tinggi daripada daerah pedesaan. Selanjutnya
bergantung pada anggaran negara, petugas pendaftaran tanah, peralatan yang tersedia,
dan kesadaran masyarakat pemegang hak atas tanah.
UUPA menetapkan bahwa bagi rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari
biaya pendaftaran tanah. Hal ini ditegaskan oleh Pasal 19 Ayat (4) UUPA, yaitu :
“Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan
pendaftaran yang termaksud dalam Ayat (1) diatas, dengan ketentuan bahwa bagi
rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut. “Dalam
melaksanakan pendaftaran tanah, pemerintah tidak mampu membebaskan seluruh
biaya pendaftaran tanah yang menjadi kewajiban bagi pemohon pendaftaran tanah,
disebabkan oleh keterbatasan dana yang dimiliki oleh Pemerintah. Pemerintah hanya
dapat memberikan subsidi biaya pendaftaran tanah yang biayanya disubsidi oleh
Pemerintah adalah PRONA (Proyek Operasi Nasional Agraria) berdasarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 189 Tahun 1981 tentangProyek Operasi
Nasional Agraria dan pendaftaran tanah secara sistematik melalui ajudikasi.
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 secara tegas menyebutkan
bahwa instansi Pemerintah yang menyelenggarakan pendaftaran tanah diseluruh
wilayah Republik Indonesia menurut Pasal 5 adalah Badan Pertanahan Nasional
(BPN), yang selanjutnya pada Pasal 6 Ayat (1) nya ditegaskan bahwa dalam rangka
penyelenggaraan pendaftaran tanah tersebut, tugas pelaksanaannya dilakukan oleh
Dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah ini menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, secara garis besar meliputi 2 kegiatan yaitu
pendaftaran tanah secara sporadik dan pendaftaran tanah secara sistematik :
1. Pendaftaran Tanah secara Sporadik, adalah kegiatan pendaftaran
tanah pertama sekali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran
tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa / kelurahan
secara individual atau massal (Pasal 1 angka 11 Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997). Dalam hal suatu desa / kelurahan belum
ditetapkan sebagai wilayah pendaftaran tanah sistematik, maka
pendaftaran tanahnya dilaksanakan melalui pendaftaran secara
sporadik. Pendaftaran tanah yang secara sporadik dilaksanakan atas
permintaan para pihak yang berkepentingan. Pendaftaran tanah secara
sporadik dapat dilakukan secara perorangan atau massal.
2. Pendaftaran Tanah secara Sistematik, adalah kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang
meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftarkan
dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa / kelurahan (Pasal 1
angka 10 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997). Pendaftaran
tanah secara sistematik ini didasarkan pada suatu rencana kerja dan
dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri
Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional. Dalam
Pertanahan Kabupaten / Kota dibantu oleh Panitia Ajudikasi yang
dibentuk oleh Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan
Nasional23
Ketentuan-ketentuan diatas menjadi dasar hukum bagi pelaksanaan
pendaftaran tanah di Indonesia yang kemudian ditegaskan dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 yang erat hubungannya dengan Pasal 23
ayat (1) dan (2) UUPA yang menentukan bahwa : “Hak milik, demikian pula setiap
peralihan, hapusnya pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut
ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19, pendaftaran yang dimaksud
dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak milik
serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut. .
Keharusan pendaftaran hak atas tanah semakin ditekankan lagi dengan
adanya sanksi pidana yang diatur dalam Pasal 52 ayat (1), (2) dan (3) UUPA,.
Dimana ayat (1) Barangsiapa dengan sengaja melanggar ketentuandalam Pasal 15
dipidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan dan/ atau denda
setinggi-tingginya sebesar Rp. 10.000,-. Ayat (2) Peraturan Pemerintah dan peraturan
perundang-undangan yang dimaksud dalam Pasal 19, 22, 24, 26 ayat (1), 46, 47, 48,
49 ayat (3) dan 50 ayat 2 dapat memberikan ancaman pidana atas pelanggaran
peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan dan/ atau denda
setinggi-tingginya Rp. 10.000.-. dan pada ayat (3) Tindak Pidana dalam ayat 1 dan 2
pasal ini adalah pelanggaran.
23
Ketiga ayat tersebut diatas merupakan penegasan untuk Undang-Undang
tentang arti pentingnya pendaftaran tanah dan pendaftaran hak-hak diatasnya yang
harus dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat pemegang hak tersebut.
B. Peranan Kantor BPN Kabupaten Nias terhadap pendaftaran tanah dan Struktur Organisasi BPN Kabupaten Nias
Pasal 1 ayat (3) UUPA menjelaskan bahwa : Hubungan antara bangsa
Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termaksud dalam ayat (2) pasal ini
adalah hubungan yang bersifat abadi dengan tanah diseluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, karena tanah merupakan perekat negara yang harus
diatur dan dikelola secara nasional untuk menjaga keberlanjutan sistem kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dimana pengaturan dan pengelolaan pertanahan tidak
hanya ditujukan untuk menciptakan ketertiban hukum, tetapi juga untuk
menyelesaikan masalah, sengketa, konflik pertanahan yang timbul, tetapi
memberikan jaminan kepastian hukum kepada masyarakat mengenai status hak atas
tanah. Oleh karena itu, kebijakan nasional dibidang pertanahan perlu disusun dengan
memperhatikan aspirasi dan peran serta masyarakat guna dapat memajukan
kesejahteraan umum.
Berdasarkan hal tersebut diatas dan Pasal 4 Ayat (1) UUD 1945, UUPA
Pasal 5, maka Presiden melalui Peraturan Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden
Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional.
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006, tentang Badan
Pertanahan Nasional, maka Kantor Pertanahan Kabupaten Nias telah berupaya
menjalankan perintah dari Peraturan tersebut. Walaupun sampai saat ini masih belum
dapat terlihat jelas dan belum dapat diwujudnyatakan keberadaannya dimasyarakat
hasil kerja para pejabat maupun staf BPN. Terbukti masih banyak masyarakat
Kabupaten Nias yang kurang tahu tentang keberadaan dan fungsi dari BPN itu
sendiri. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai pendaftaran tanah itu
masih sangat kecil, bahkan sebagian dari mereka tidak tahu bahwa tanah milik
mereka itu harus disertifikatkan untuk memperoleh haknya atas tanah tersebut dan
memberikan jaminan kepastian hukum. Hal ini jelas menunjukkan sangat minimnya
informasi yang diperoleh masyarakat yang seharusnya sudah menjadi tugas dan
kewajiban dari BPN untuk memberikan informasi hukum tersebut melalui sosialisasi
maupun penyuluhan hukum.
Menurut Prof.Dr.H.Zainuddin Ali, MA, Peningkatan Kesadaran Hukum
seyogianya dilakukan melalui penerangan dan penyuluhan hukum yang teratur atas
dasar perencanaan yang mantap. Penyuluhan hukum bertujuan agar warga
masyarakat mengetahui dan memahami hukum-hukum tertentu, misalnya peraturan
perundang-undangan tertentu mengenai pajak. Peraturan dimaksud dijelaskan melalui
penerangan dan penyuluhan hukum., mungkin hanya perlu dijelaskan pasal-pasal
manfaatnya secara langsung. Penerangan dan penyuluhan hukum harus disesuaikan
dengan masalah-masalah hukum dalam masyarakat pada suatu waktu yang menjadi
sasaran penyuluhan hukum. Penyuluhan hukum merupakan tahap selanjutnya dari
penerangan hukum24
1. Kepala Kantor : Jeremias Silalahi,Sh .
Tujuan utama dari penerangan dan penyuluhan hukum adalah warga
masyarakat memahami hukum-hukum tertentu, sesuai dengan masalah-masalah
hukum yang dihadapi pada suatu saat. Penyuluhan hukum harus berisikan hak dan
kewajiban dibidang-bidang tertentu , serta manfaatnya apabila hukum itu ditaati.
Penerangan dan penyuluhan hukum menjadi tugas dari kalangan hukum pada
umumnya, dan khususnya mereka yang mungkin secara langsung berhubungan
dengan warga masyarakat, yaitu seperti Notaris, PPAT, Pengacara, Hakim dan
sebagainya.
Struktur pegawai Badan Pertanahan di Kabupaten Nias terdiri atas :
2. Kasubag Tu : Faigizaro Zega, Sh
3. Kaur Umum & Kepeg : Harmawati Harefa
4. Seksi-Seksi Terdiri Atas :
a. Seksi Survei, Pengukuran Dan Pemetaan, Terdiri Atas :
Sunarto : Kasi Sp & P
Aswan Pagihutan Tarigan,Sst : Kasubsi P & P
Rezeki Martini Zendrato : Pj. Kasubsi Tematik & PT
24
Natanael Silalahi : Pengumpul Data SPP
Peri Emil H. Siallagan : Pengumpul Data SPP
b. Seksi Hak Tanah Dan Pendaftaran Tanah, Terdiri Atas :
Marulam Siahaan, S.Sit : Kasi HT & PT
Fangosara Daeli : Kasubsi Pht
Pangasian H. Sirait, S.Kom : Kasubsi Pendaft. Hak
Beslin Larosa : Kasubsi PPH & PPAT
Rodiah Harahap : Pengadministrasi Umum
c. Seksi Pengaturan Dan Penataan Pertanahan, Terdiri Atas :
Azwar Tanjung, S.Ap : Kasi Peng.& Pen. Pert.
Wahid Siallagan, S.Kom : Kasubsi Landreform & Kt
d. Seksi Pengendalian Pertanahan Dan Pemberdayaan Masyarakat, Terdiri
Atas :
Faakhakhododo Waruwu, S.Ap : Kasi Peng & Pemb
e. Seksi Pengkajian Dan Penanggulangan Sengketan Dan Konflik
Pertanahan, Terdiri Atas :
Berto Sihaloho, Sh : Kasi S K P
Marius Lase : Pengadministrasi Umum
Adapun program-program yang telah dilakukan maupun yang sedang
a. Sosialisasi dan Penyuluhan kepada Kepala Desa dan Kelurahan
Kegiatan yang pernah dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten Nias pada
tahun 2008 yaitu sosialisasi dan penyuluhan kepada Kepala Desan dan Kelurahan
diseluruh cakupan wilayah Kabupaten Nias. Metode yang digunakan dalam
melakukan sosialisasi dan penyuluhan ini yaitu dengan mengumpulkan para Kepala
Desa dan Kelurahan di Kantor Kecamatan Gunungsitoli.
Kemudian para staf dan pejabat Kantor Pertanahan Kabupaten Nias
memberikan sosialisasi hukum pendaftaran tanah kepada mereka secara langsung,
sehingga terjadi komunikasi dua arah antara pemberi materi dan peserta sosialisasi.
Adapun materi yang disampaikan adalah tentang pentingnya pendaftaran tanah,
kepastian hukum pendaftaran tanah, mekanisme pendaftaran tanah, dan hal-hal pokok
lainnya yang menyangkut tentang pendaftaran tanah. Adapun kegiatan ini dilakukan
dengan tujuan agar setiap Kepala Desa dan Kelurahan kemudian
mensosialisasikannya kepada warga masyarakat desa atau kelurahan yang
dipimpinnya.
Kegiatan ini sangat memicu antusiasme dan semangat dari para Kepala
Desa dan Kelurahan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sistem Pendaftaran
Tanah dimaksud, hal ini sangat terlihat pada jumlah pertanyaan yang muncul pada
saat diskusi digelar. Pertanyaan-pertanyaan muncul dari para Kepala Desa dan
Kelurahan yang membuktikan keingintahuannya dan ketertarikannya akan arti
pengamatan BPN setempat, belum ada hasil yang sangat signifikan. Sebelum
mengadakan sosialisasi dan penyuluhan, BPN penyelenggara kegiatan pun berharap
dengan adanya sosialisasi ini dapat merubah pola pikir masyarakat dan membuat
masyarakat mengerti akan arti pentingnya Pendaftaran Tanah, dan mengharapkan
msyarakat akan mendaftarkan tanahnya.
Namun hasil yang ditunjukkan bahwa tidak seorangpun masyarakat yang
mengajukan permohonan sertifikasi tanahnya setelah mengikuti sosialisasi hukum
dan penyuluhan tersebut. Dalam hal ini, pihak BPN tidak mengerti apakah para
Kepala Desa dan Kelurahan telah mensosialisasikannya kepada warga masyarakatnya
atau tidak, sehingga masyarakat itu sendiri tidak memberikan respon yang baik
terhadap peraturan hukum tersebut. Hal ini terbukti dari tidak adanya msyarakat yang
mengajukan permohonan sertifikasi tanahnya oleh karena sosialisasi itu sendiri.
b. PRONA (Proyek Operasi Nasional Agraria)
Pada pertengahan PELITA (Pembangunan Lima Tahun) ke III Tahun
1980 sebagai penjabaran dari GBHN tahun 1978 ditetapkan suatu kebijaksanaan
tentang pendaftaran tanah agar sungguh-sungguh membantu usaha meningkatkan
kesejahteraan rakyat dalam rangka mewujudkan keadilan sosial. Untuk merealisir hal
tersebut, oleh Pemerintah ditetapkan Catur Tertib Pertanahan yang salah satu wujud
realisasinya adalah melaksanakan persertifikatan tanah melalui Proyek Operasi
Nasional Agraria (PRONA) yang semula ditujukan bagi golongan ekonomi lemah
Di dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 dan
Surat Edaran Dirjen Agraria Nomor Btu./8/4115/8-81 tanggal 28 Agustus 1981
disebutkan tujuan PRONA yaitu :
a. Untuk menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dalam bidang pertanahan
sebagai usaha untuk berpartisipasi dalam menciptakan stabilitas sosial politikserta
pembangunan nasional.
b. Untuk menyelesaikan sengketa tanah yang bersifat strategis agar dapat
mengurangi kerawanan atau kepekaan sebagai gangguan terhadap stabilitas sosial
politik dikalangan masyarakat.
c. Ditujukan kepada golongan ekonomi lemah agar para pemilik dapat memperoleh
jaminan kepastian hukum atas tanah yang mereka kuasai sehingga dapat merasa
lebih aman dan tenteram dalam menggunakan / mengusahai serta memanfaatkan
tanahnya25
Di Kabupaten Nias sendiri, telah diadakan Proyek Operasi Nasional
Agraria (PRONA) sejak tahun 2014 yang lalu hingga pada saat ini dengan target
1.500 bidang diseluruh Kabupaten Nias. Namun kegiatan ini juga tidak berjalan
dengan lancar. Dikarenakan kurangnya personil pejabat BPN yang ada, yaitu hanya 7
orang, sangat sulit untuk membagi mereka untuk terjun ke lapangan. Misalnya
siapa-siapa saja yang melakukan pemetaan dan pengukuran. Sementara di kantorpun
banyaknya kerjaan yang menumpuk dan harus dikerjakan. Selain itu juga, PRONA
mendapat kendala dari masyarakat yang tanahnya akan diadakan PRONA, dimana .
25
masyarakat Nias adalah masyarakat yang sangat menjunjung tinggi adat istiadatnya,
sehingga masalah pertanahanpun akan sealalu diselesaikan secara adat.
Dengan kondisi ini, pemahaman hukum adat yang dipegang oleh mereka
mengajarkan bahwa tanah yang digarapnya adalah tanah leluhurnya atau tanah
miliknya yang telah diwariskan secara turun temurun, sehingga tanah tersebut tidak
dapat diganggu gugat oleh siapapun, termasuk negara.
Faktor lain yang menghambat PRONA adalah mengenai tanah-tanah yang
dimiliki masyarakat sebagian besar adalah tanah warisan. Hal ini berkaitan dengan
suku Nias yang menganut sistem Patrilineal yang menyebabkan tanah-tanah (harta
peninggalan) seorang Bapak diwariskan kepada anak-anaknya yang laki-laki. Namun,
hal yang sering terjadi setelah orangtua meninggal dunia, anak laki-laki tidak
langsung mengadakan pembagian harta warisan, sehingga tanpa pembagian ini akan
menimbulkan konflik dalam proses persertifikatan tanah warisan tersebut.
d. Sertifikasi Tanah Nelayan
Sertifikasi Tanah Nelayan adalah sub komponen dari komponen kegiatan
legislasi asset. Sertifikasi tanah nelayan pada hakekatnya adalah proses administrasi
pertanahan yang meliputi adjudikasi, pendaftaran tanah dan penerbitan sertifikat hak
atas tanah. Sertifikasi tanah nelayan merupakan kerjasama antara Badan Pertanahan
Nasional dengan Kementrian Kelautan dan Perikanan berdasarkan Surat Keputusan
bersama Nomor : 04/MEN-KP/KB/XI/2007 dan Nomor : 7-SKB-BPNRI-2007
akses penguatan hak berupa sertifikasi tanah kepada nelayan dan usaha penangkapan
ikan skala kecil dengan tujuan yang ingin dicapai :
a. Memberikan kepastian hukum hak atas tanah (asset) nelayan dan usaha
penangkapan ikan skala kecil
b. Memberikan/meningkatkan akses permodalan berupa kemampuan jaminan
kredit / pembiayaan dalam rangka pengembangan usaha
c. Meningkatkan minat dan kepercayaan lembaga keuangan / perbankan untuk
penyaluran kredit.
Kantor Pertanahan Kabupaten Nias telah bekerjasama dengan Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Nias pada tahun 2014 sampai dengan saat ini
untuk menjalankan program Sertifikasi Tanah Nelayan dengan target 100 bidang
tanah di wilayah Kabupaten Nias. Akan tetapi minat masyarakat untuk mengikuti
program ini juga masih sangat rendah. Dimana program sertifikasi tanah nelayan ini
harus rampung pada tahun 2014 yang lalu, sehingga harus dilanjutkan pada tahun
2015 karena tidak memenuhi target yang telah ditentukan, yaitu 100 bidang tanah.
d. Sertifikasi Tanah Petani
Sertifikasi tanah petani merupakan sub komponen dari komponen
kegiatan legalisasi aset. Objek kegiatan ini adalah tanah yang dimiliki/dikuasai oleh
petani sedangkan subjek kegiatan ini adalah petani (tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan dan peternakan). Seperti kegiatan legalisasi aset lainny, sertifikasi tanah
adjudikasi, (pengukuran, pemetaan, pengumpulan data yuridis, pengumuman,
penetapan/pemberian hak), pendaftaran tanah dan penerbitan sertifikat hak atas tanah.
Sertifikasi tanah petani dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum
kepemilikan tanah bagi petani, sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan
modal usaha.
Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Kementrian Pertanian dengan
Badan Pertanahan Nasional RI berdasarkan Keputusan bersama Menteri Pertanian
dengan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515/kpts/HK.060/9/2004 dan
Nomor : 2/SKB/BPN/2004 tanggal 02 September 2004.
Dimana program ini bertujuan untuk :
a. Mendukung dan mempertahankan Program Ketahanan Pangan Nasional.
b. Memberikan kepastian hak atas tanah dan kepastian hukum atas kepemilikan
tanah yang diusahakan masyarakat petani yang tinggal dipedesaan secara
cepat, tepat, mudah, murah dan aman.
c. Meningkatkan nilai manfaat lahan yang semula berupa sebidang tanah
predikat modal pasif menjadi modal aktif dapat terwujud, sehingga dapat
digunakan sebagai alat penjaminan bagi para petani dalam rangka penguatan
kemampuan permodalan usaha taninya.
d. Untuk mengendalikan laju alih fungsi lahan pertanian ke peruntukan lainnya.
Dalam melaksanakan kegiatan ini, Kantor Pertanahan juga bekerjasama
dengan Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Nias yang dilaksanakan pada tahun
2010 yang lalu, dan dilaksanakan diseluruh wilayah Kabupaten Nias.
BPN Kabupaten Nias juga pernah bekerjasama dengan Dinas Pertanian
dengan mengadakan suatu kerjasama untuk mengadakan kegiatan usaha pertanian
yaitu UKM bagi masyarakat pertanian. Teknis pelaksanaannya dengan membentuk
kelompok-kelompok tani disetiap desa, dengan tujuan utama yaitu untuk membantu
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menambah pengetahuan masyarakat tetang
bagaimana bercocok tanam yang baik, dan menambah wawasan dalam membuka
suatu usaha. Kegiatan kerjasama antara dua instansi pemerintah ini juga dibiayai
langsung oleh Pemerintah Kabupaten Nias.
Disisi lain juga, BPN mengharapkan dapat membuka jalan untuk
memperkenalkan Hukum Pendaftaran Tanah bagi warga masyarakat, sehingga
masyarakat mengetahui arti penting pendaftaran tanah. Akan tetapi, kegiatan ini tidak
berhasil karena tidak dapat menarik simpati masyarakat. Dan kalaupun ada sebagian,
rata-rata tidak akan bertahan lama. Mereka lebih mengikuti sistem kerja mereka
seperti petani biasa, dan yakin dapat berhasil tanpa harus membentuk
kelompok-kelompok tani seperti yang dimaksudkan pada kegiatan ini
f. Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN)
Pembaruan Agraria Nasional atau Reforma Agraria adalah implementasi
dari mandat Ketetapan MPR RI Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria.
Reforma Agraria atau secara legal formal yang disebut juga sebagai Pembaruan
Agraria adalah proses restrukturisasi (penataan ulang susunan) kepemilikan,
Pasal 2 TAP MPR RI Nomor IX/MPR/2001 dijelaskan bahwa “Pembaruan Agraria
mencakup suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria,
dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta
keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Maksud Reforma Agraria adalah :
a. Menciptakan sumber-sumber kesejahteraan masyarakat yang berbasis agraria
b. Menata kehidupan masyarakat yang lebih berkeadilan
c. Meningkatkan berkelanjutan sistem kemasyarakatan kebangsaan dan
kenegaraan Indonesia, serta
d. Meningkatkan harmoni kemasyarakatan
Sedangkan yang menjadi tujuannya adalah :
a. Mengurangi kemiskinan
b. Menciptakan lapangan kerja
c. Memperbaiki akses masyarakat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama
tanah
d. Menata ulang ketimpangan penguasaan pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah dan sumber-sumber agraria
e. Mengurangi sengketa dan konflik pertanahan dan keagrariaan
f. Memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup
Program Pembaruan Agraria ini telah dilakukan sejak tahun 2014 dan
masih dilakukan hingga pada saat ini. Dimana yang menjadi target Kantor Pertanahan
Kabupaten Nias adalah 200 bidang di beberapa wilayah Kabupaten Nias. Namun
hingga pada saat ini yang menjadi target kecamatannya masih dalam pengurusan dan
masih menunggu SK dari Walikota Kota Gunungsitoli. Hal ini juga menjadi kendala
BPN Nias dalam menjalankan berbagai programnya. Pengurusan administrasi yang
rumit, hingga pada kendala-kendala yang dijumpai dilapangan.
g. Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah (LARASITA)
Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah (LARASITA) merupakan layanan
pertanahan bergerak (mobile land service) yang bersifat pro aktif atau “jemput bola”
ke tengah-tengah masyarakat. Sebagai usaha kebijakan inovatif, kelahiran
LARASITA dilandasi dengan keinginan pemenuhan rasa keadilan yang diperlukan,
diharapkan dan dipikirkan pleh masyarakat, serta adanya kesadaran bahwa
tugas-tugas berat itu tidak akan bisa diselesaikan hanya dari balik meja kantor tanpa
membuka diri terhadap interaksi masyarakat yang kesejahteraannya menjadi tujuan
utama pengelolaan pertanahannya. Oleh karena itu, dikeluarkanlah Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI) Nomor 18 Tahun 2009
tentang LARASITA Badan Pertanahan Republik Indonesia.
Pasal 2 Peraturan Kepala BPN RI ini menjelaskan tentang tugas pokok
dan fungsi LARASITA. Dalam Ayat (1) dijelaskan bahwa dalam rangka
LARASITA mempunyai tugas pokok dan fungsi sama dengan tugas pokok dan fungsi
yang berlaku pada Kantor Pertanahan. Ayat (2) selain melaksanakan tugas pokok dan
fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), LARASITA juga mempunyai tugas :
a. Menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan pembaruan agraria
nasional (reforma agraria);
b. Melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat dibidang
pertanahan;
c. Melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah terlantar;
d. Melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah yang diselesaikan
dilapangan;
e. Memfasilitasi penyelesaian tanah bermasalah yang mungkin
diselesaikan dilapangan;
f. Menyambungkan program Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia dengan aspirasi yang berkembang dimasyarakat; dan
g. Meningkatkan dan mempercepat legalisasi aset tanah masyarakat.
Ayat (3) pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) dilakukan LARASITA berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada dasarnya LARASITA menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku pada Kantor Pertanahan. Seperti
yang telah dilakukan BPN Nias dalam menjalankan program LARASITA ini.
letak geografis, objek pendaftaran tanah tersebut berada sangat jauh dari Kantor
Pertanahan. Kesulitan ini dilipatgandakan lagi dengan jalanan yang rusak, dan alat
transportasi yang sangat terbatas. Hal ini yang menjadi faktor utama rendahnya
intensitas arus informasi dan komunikasi antara Kantor Pertanahan Kabupaten Nias
(sebagai representasi BPN RI) juga yang menjadi salah satu kendala masyarakat
untuk mendaftarkan tanahnya. Untuk mengatasi permasalahan inilah, maka
LARASITA diajukan sebagai solusinya.
Dalam program ini, Kantor Pertanahan Kabupaten Nias memiliki 1 Unit
mobil LARASITA. Namun dalam pelaksanaan program ini, Kantor Pertanahan
Kabupaten Nias masih saja mengalami beberapa kendala. Seperti terbatasnya petugas
yang terjun ke lapangan, dikarenakan harus menjangkau 10 Kecamatan, jalanan yang
masih dalam pengerjaan dan adanya beberapa daerah yang masih belum terjangkau
listrik. Selain itu, masyarakat juga tidak mempunyai alas hak yang kuat dalam
mendaftarkan tanahnya. Sekitar 75% tidak memiliki surat karena kepemilikan tanah
tersebut hanya pemberian secara lisan dari orang tua mereka. Sehingga mereka
berpikir bahwa mereka memiliki jaminan kepastian hukum karena mengakui bahwa
tanah warisan tersebut yang diberikan secara lisan oleh orang tuanya, tidak dapat
diganggu gugat, bahkan oleh negara sekalipun.
Namun setelah dilakukannnya berbagai program tersebut, Kantor
Pertanahan Kabupaten Nias menginformasikan bahwa presentasi tanah yang sudah
terdaftar di Kantor Pertanahan Kabupaten Nias masih sangat relatif kecil, yaitu
sangat kuatnya pengaruh hukum adat di daerah Kabupaten Nias menjadi salah satu
kendala terberat yang di alami Kantor Pertanahan Kabupaten Nias dalam melakukan
berbagai programnya, dan juga menjadi salah satu faktor utama penyebab seringkali
memicu terjadinya tindakan-tindakan kriminal diawali dengan sengketa tanah.
h. Pengurusan Sertifikat Gratis untuk pemegang Kartu Keluarga Sejahtera
Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) merupakan salah satu program Presiden
RI Joko Widodo, yang ditujukan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu.
kartu ini pertama kali diluncurkan pada tanggal 3 November 2014, dengan anggaran
6,2 triliun dan setiap bulannya akan mendapat Rp. 200.000 per keluarga, dan kartu ini
akan diisi setiap dua bulan. Kartu ini diharapkan dapat mempercepat penaggulangan
kemiskinan.
BPN Kabupaten Nias juga menyelenggarakan suatu kegiatan untuk
membantu masyarakat miskin dengan cara membebaskan biaya pengurusan sertifikat
tanah yang mempunyai Kartu Keluarga Sejahtera. Pemilik tanah dapat mendaftarkan
tanahnya dengan menunjukkan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dengan luas tanah
maksimal 200 m2. Program ini merupakan suatu kegiatan yang sedang dilaksanakan
pada tahun ini. Sedangkan tanggal dan tempat pelaksanaannya masih menunggu Surat
Keputusan dari Pemerintah Kabupaten Nias.
Beberapa program tersebut merupakan kegiatan yang telah dan sedang
dijalankan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Nias. Dan pihak Kantor BPN
Kabupaten Nias berharap dengan adanya beberapa program ini dapat membantu
dan berusaha untuk meminimalisir tidak kriminal yang terjadi karena sering