• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERANAN DAN UPAYA PEMERINTAH (BPN) A. Pendaftaran Tanah dalam Pandangan Yuridis - Kesadaran Hukum Masyarakat Nias Dalam Rangka Pendaftaran Tanah (Studi Kasus Di Kabupaten Nias)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PERANAN DAN UPAYA PEMERINTAH (BPN) A. Pendaftaran Tanah dalam Pandangan Yuridis - Kesadaran Hukum Masyarakat Nias Dalam Rangka Pendaftaran Tanah (Studi Kasus Di Kabupaten Nias)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PERANAN DAN UPAYA PEMERINTAH (BPN)

A. Pendaftaran Tanah dalam Pandangan Yuridis

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3), dinyatakan bahwa

bumi, air, dan kekayaan yang terkandung didalamnya dipelihara oleh Negara dan

“dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat” tidak berarti bahwa

kepentingan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh kepentingan umum /

masyarakat.

Hal tersebut juga dipertegas dalam ketetapan MPR RI No.II/MPR/1988

Bab IV huruf D angka 30, yang berbunyi : “Tanah mempunyai fungsi sosial dan

pemanfaatannya harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat”.

Sedangkan UUPA yang memuat dasar-dasar pokok dibidang pertanahan

merupakan landasan bagi usaha pembaharuan hukum pertanahan agar dapat

memberikan jaminan kepastian hukum bagi masyarakat dalam memanfaatkan bumi,

air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya untuk

kesejahteraan bersama secara adil. Jadi, untuk mencapai kesejahteraan dimana

masyarakat dapat secara aman, melaksanakan hak dan kewajiban yang diperolehnya

sesuai dengan peraturan yang telah memberikan jaminan perlindungan terhadap hak

dan kewajiban tersebut22

22

Bahtiar Effendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan peraturan-peraturan pelaksananya,

(2)

Mengenai jaminan kepastian hukum, hal ini menjadi salah satu tujuan dari

UUPA dan termuat dalam ketentuan Pasal 19 Ayat (1) yang menyatakan bahwa :

“Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan

pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesiamenurut ketentuan-ketentuan

dalam peraturan pemerintah”.

Meskipun UUPA telah mengatur tentang pendaftaran tanah, namun tidak

memberikan pengertian tentang apa yang di maksud dengan pendaftaran tanah.

Begitu pula dengan PP no. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, juga tidak

memberikan pengertian tentang pendaftaran tanah, juga tidak memberikan pengertian

apa yang dimaksud dengan Pendaftaran Tanah.

Pengertian pendaftaran tanah baru dimuat dalam pasal 1 angka 1

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yaitu serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh Pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur,

meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan

data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang

tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya

bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah

susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Definisi pendaftaran tanah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997 merupakan penyempurnaan dari ruang lingkup kegiatan pendaftaran tanah

(3)

meliputi : pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah,pendaftaran dan peralihan

hak atas tanah serta pemberian tanda bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat.

Dalam Pasal 19 Ayat (1) UUPA dinyatakan bahwa yang mengadakan

pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia adalah Pemerintah. Namun

dalam Pasal ini tidak disebutkan instansi Pemerintah mana yang mengadakan

pendaftaran tanah tersebut. Begitu pula dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 10

Tahun 1961 hanya menyebutkan bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan oleh

Jawatan Pendaftaran Tanah.

Pasal 19 Ayat (3) UUPA menyebutkan bahwa pendaftaran tanah

diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara dan masyarakat, keperluan lalu

lintas sosial ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya. Dalam penjelasan

umum angka IV UUPA dinyatakan bahwa “Pendaftaran Tanah akan diselenggarakan

dengan mengingat pada kepentingan serta keadaan negara dan masyarakat, lalu lintas

sosial ekonomi dan kemungkinan-kemungkinan dalam bidang personel dan

peralatannya. Oleh karena itu, akan didahulukan penyelenggaraannya di kota-kota

lambat laun meningkat pada kadaster yang meliputi wilayah Negara.

Atas dasar ketentuan Pasal ini, penyelenggaraan pendaftaran tanah

diprioritaskan di daerah-daerah perkotaan, disebabkan daerah ini merupakan lalu

lintas perekonomiannya lebih tinggi daripada daerah pedesaan. Selanjutnya

(4)

bergantung pada anggaran negara, petugas pendaftaran tanah, peralatan yang tersedia,

dan kesadaran masyarakat pemegang hak atas tanah.

UUPA menetapkan bahwa bagi rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari

biaya pendaftaran tanah. Hal ini ditegaskan oleh Pasal 19 Ayat (4) UUPA, yaitu :

“Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan

pendaftaran yang termaksud dalam Ayat (1) diatas, dengan ketentuan bahwa bagi

rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut. “Dalam

melaksanakan pendaftaran tanah, pemerintah tidak mampu membebaskan seluruh

biaya pendaftaran tanah yang menjadi kewajiban bagi pemohon pendaftaran tanah,

disebabkan oleh keterbatasan dana yang dimiliki oleh Pemerintah. Pemerintah hanya

dapat memberikan subsidi biaya pendaftaran tanah yang biayanya disubsidi oleh

Pemerintah adalah PRONA (Proyek Operasi Nasional Agraria) berdasarkan

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 189 Tahun 1981 tentangProyek Operasi

Nasional Agraria dan pendaftaran tanah secara sistematik melalui ajudikasi.

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 secara tegas menyebutkan

bahwa instansi Pemerintah yang menyelenggarakan pendaftaran tanah diseluruh

wilayah Republik Indonesia menurut Pasal 5 adalah Badan Pertanahan Nasional

(BPN), yang selanjutnya pada Pasal 6 Ayat (1) nya ditegaskan bahwa dalam rangka

penyelenggaraan pendaftaran tanah tersebut, tugas pelaksanaannya dilakukan oleh

(5)

Dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah ini menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, secara garis besar meliputi 2 kegiatan yaitu

pendaftaran tanah secara sporadik dan pendaftaran tanah secara sistematik :

1. Pendaftaran Tanah secara Sporadik, adalah kegiatan pendaftaran

tanah pertama sekali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran

tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa / kelurahan

secara individual atau massal (Pasal 1 angka 11 Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1997). Dalam hal suatu desa / kelurahan belum

ditetapkan sebagai wilayah pendaftaran tanah sistematik, maka

pendaftaran tanahnya dilaksanakan melalui pendaftaran secara

sporadik. Pendaftaran tanah yang secara sporadik dilaksanakan atas

permintaan para pihak yang berkepentingan. Pendaftaran tanah secara

sporadik dapat dilakukan secara perorangan atau massal.

2. Pendaftaran Tanah secara Sistematik, adalah kegiatan pendaftaran

tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang

meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftarkan

dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa / kelurahan (Pasal 1

angka 10 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997). Pendaftaran

tanah secara sistematik ini didasarkan pada suatu rencana kerja dan

dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri

Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional. Dalam

(6)

Pertanahan Kabupaten / Kota dibantu oleh Panitia Ajudikasi yang

dibentuk oleh Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan

Nasional23

Ketentuan-ketentuan diatas menjadi dasar hukum bagi pelaksanaan

pendaftaran tanah di Indonesia yang kemudian ditegaskan dengan dikeluarkannya

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 yang erat hubungannya dengan Pasal 23

ayat (1) dan (2) UUPA yang menentukan bahwa : “Hak milik, demikian pula setiap

peralihan, hapusnya pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut

ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19, pendaftaran yang dimaksud

dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak milik

serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut. .

Keharusan pendaftaran hak atas tanah semakin ditekankan lagi dengan

adanya sanksi pidana yang diatur dalam Pasal 52 ayat (1), (2) dan (3) UUPA,.

Dimana ayat (1) Barangsiapa dengan sengaja melanggar ketentuandalam Pasal 15

dipidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan dan/ atau denda

setinggi-tingginya sebesar Rp. 10.000,-. Ayat (2) Peraturan Pemerintah dan peraturan

perundang-undangan yang dimaksud dalam Pasal 19, 22, 24, 26 ayat (1), 46, 47, 48,

49 ayat (3) dan 50 ayat 2 dapat memberikan ancaman pidana atas pelanggaran

peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan dan/ atau denda

setinggi-tingginya Rp. 10.000.-. dan pada ayat (3) Tindak Pidana dalam ayat 1 dan 2

pasal ini adalah pelanggaran.

23

(7)

Ketiga ayat tersebut diatas merupakan penegasan untuk Undang-Undang

tentang arti pentingnya pendaftaran tanah dan pendaftaran hak-hak diatasnya yang

harus dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat pemegang hak tersebut.

B. Peranan Kantor BPN Kabupaten Nias terhadap pendaftaran tanah dan Struktur Organisasi BPN Kabupaten Nias

Pasal 1 ayat (3) UUPA menjelaskan bahwa : Hubungan antara bangsa

Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termaksud dalam ayat (2) pasal ini

adalah hubungan yang bersifat abadi dengan tanah diseluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia, karena tanah merupakan perekat negara yang harus

diatur dan dikelola secara nasional untuk menjaga keberlanjutan sistem kehidupan

berbangsa dan bernegara. Dimana pengaturan dan pengelolaan pertanahan tidak

hanya ditujukan untuk menciptakan ketertiban hukum, tetapi juga untuk

menyelesaikan masalah, sengketa, konflik pertanahan yang timbul, tetapi

memberikan jaminan kepastian hukum kepada masyarakat mengenai status hak atas

tanah. Oleh karena itu, kebijakan nasional dibidang pertanahan perlu disusun dengan

memperhatikan aspirasi dan peran serta masyarakat guna dapat memajukan

kesejahteraan umum.

Berdasarkan hal tersebut diatas dan Pasal 4 Ayat (1) UUD 1945, UUPA

(8)

Pasal 5, maka Presiden melalui Peraturan Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden

Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional.

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006, tentang Badan

Pertanahan Nasional, maka Kantor Pertanahan Kabupaten Nias telah berupaya

menjalankan perintah dari Peraturan tersebut. Walaupun sampai saat ini masih belum

dapat terlihat jelas dan belum dapat diwujudnyatakan keberadaannya dimasyarakat

hasil kerja para pejabat maupun staf BPN. Terbukti masih banyak masyarakat

Kabupaten Nias yang kurang tahu tentang keberadaan dan fungsi dari BPN itu

sendiri. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai pendaftaran tanah itu

masih sangat kecil, bahkan sebagian dari mereka tidak tahu bahwa tanah milik

mereka itu harus disertifikatkan untuk memperoleh haknya atas tanah tersebut dan

memberikan jaminan kepastian hukum. Hal ini jelas menunjukkan sangat minimnya

informasi yang diperoleh masyarakat yang seharusnya sudah menjadi tugas dan

kewajiban dari BPN untuk memberikan informasi hukum tersebut melalui sosialisasi

maupun penyuluhan hukum.

Menurut Prof.Dr.H.Zainuddin Ali, MA, Peningkatan Kesadaran Hukum

seyogianya dilakukan melalui penerangan dan penyuluhan hukum yang teratur atas

dasar perencanaan yang mantap. Penyuluhan hukum bertujuan agar warga

masyarakat mengetahui dan memahami hukum-hukum tertentu, misalnya peraturan

perundang-undangan tertentu mengenai pajak. Peraturan dimaksud dijelaskan melalui

penerangan dan penyuluhan hukum., mungkin hanya perlu dijelaskan pasal-pasal

(9)

manfaatnya secara langsung. Penerangan dan penyuluhan hukum harus disesuaikan

dengan masalah-masalah hukum dalam masyarakat pada suatu waktu yang menjadi

sasaran penyuluhan hukum. Penyuluhan hukum merupakan tahap selanjutnya dari

penerangan hukum24

1. Kepala Kantor : Jeremias Silalahi,Sh .

Tujuan utama dari penerangan dan penyuluhan hukum adalah warga

masyarakat memahami hukum-hukum tertentu, sesuai dengan masalah-masalah

hukum yang dihadapi pada suatu saat. Penyuluhan hukum harus berisikan hak dan

kewajiban dibidang-bidang tertentu , serta manfaatnya apabila hukum itu ditaati.

Penerangan dan penyuluhan hukum menjadi tugas dari kalangan hukum pada

umumnya, dan khususnya mereka yang mungkin secara langsung berhubungan

dengan warga masyarakat, yaitu seperti Notaris, PPAT, Pengacara, Hakim dan

sebagainya.

Struktur pegawai Badan Pertanahan di Kabupaten Nias terdiri atas :

2. Kasubag Tu : Faigizaro Zega, Sh

3. Kaur Umum & Kepeg : Harmawati Harefa

4. Seksi-Seksi Terdiri Atas :

a. Seksi Survei, Pengukuran Dan Pemetaan, Terdiri Atas :

 Sunarto : Kasi Sp & P

 Aswan Pagihutan Tarigan,Sst : Kasubsi P & P

 Rezeki Martini Zendrato : Pj. Kasubsi Tematik & PT

24

(10)

 Natanael Silalahi : Pengumpul Data SPP

 Peri Emil H. Siallagan : Pengumpul Data SPP

b. Seksi Hak Tanah Dan Pendaftaran Tanah, Terdiri Atas :

 Marulam Siahaan, S.Sit : Kasi HT & PT

 Fangosara Daeli : Kasubsi Pht

 Pangasian H. Sirait, S.Kom : Kasubsi Pendaft. Hak

 Beslin Larosa : Kasubsi PPH & PPAT

 Rodiah Harahap : Pengadministrasi Umum

c. Seksi Pengaturan Dan Penataan Pertanahan, Terdiri Atas :

 Azwar Tanjung, S.Ap : Kasi Peng.& Pen. Pert.

 Wahid Siallagan, S.Kom : Kasubsi Landreform & Kt

d. Seksi Pengendalian Pertanahan Dan Pemberdayaan Masyarakat, Terdiri

Atas :

 Faakhakhododo Waruwu, S.Ap : Kasi Peng & Pemb

e. Seksi Pengkajian Dan Penanggulangan Sengketan Dan Konflik

Pertanahan, Terdiri Atas :

 Berto Sihaloho, Sh : Kasi S K P

 Marius Lase : Pengadministrasi Umum

Adapun program-program yang telah dilakukan maupun yang sedang

(11)

a. Sosialisasi dan Penyuluhan kepada Kepala Desa dan Kelurahan

Kegiatan yang pernah dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten Nias pada

tahun 2008 yaitu sosialisasi dan penyuluhan kepada Kepala Desan dan Kelurahan

diseluruh cakupan wilayah Kabupaten Nias. Metode yang digunakan dalam

melakukan sosialisasi dan penyuluhan ini yaitu dengan mengumpulkan para Kepala

Desa dan Kelurahan di Kantor Kecamatan Gunungsitoli.

Kemudian para staf dan pejabat Kantor Pertanahan Kabupaten Nias

memberikan sosialisasi hukum pendaftaran tanah kepada mereka secara langsung,

sehingga terjadi komunikasi dua arah antara pemberi materi dan peserta sosialisasi.

Adapun materi yang disampaikan adalah tentang pentingnya pendaftaran tanah,

kepastian hukum pendaftaran tanah, mekanisme pendaftaran tanah, dan hal-hal pokok

lainnya yang menyangkut tentang pendaftaran tanah. Adapun kegiatan ini dilakukan

dengan tujuan agar setiap Kepala Desa dan Kelurahan kemudian

mensosialisasikannya kepada warga masyarakat desa atau kelurahan yang

dipimpinnya.

Kegiatan ini sangat memicu antusiasme dan semangat dari para Kepala

Desa dan Kelurahan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sistem Pendaftaran

Tanah dimaksud, hal ini sangat terlihat pada jumlah pertanyaan yang muncul pada

saat diskusi digelar. Pertanyaan-pertanyaan muncul dari para Kepala Desa dan

Kelurahan yang membuktikan keingintahuannya dan ketertarikannya akan arti

(12)

pengamatan BPN setempat, belum ada hasil yang sangat signifikan. Sebelum

mengadakan sosialisasi dan penyuluhan, BPN penyelenggara kegiatan pun berharap

dengan adanya sosialisasi ini dapat merubah pola pikir masyarakat dan membuat

masyarakat mengerti akan arti pentingnya Pendaftaran Tanah, dan mengharapkan

msyarakat akan mendaftarkan tanahnya.

Namun hasil yang ditunjukkan bahwa tidak seorangpun masyarakat yang

mengajukan permohonan sertifikasi tanahnya setelah mengikuti sosialisasi hukum

dan penyuluhan tersebut. Dalam hal ini, pihak BPN tidak mengerti apakah para

Kepala Desa dan Kelurahan telah mensosialisasikannya kepada warga masyarakatnya

atau tidak, sehingga masyarakat itu sendiri tidak memberikan respon yang baik

terhadap peraturan hukum tersebut. Hal ini terbukti dari tidak adanya msyarakat yang

mengajukan permohonan sertifikasi tanahnya oleh karena sosialisasi itu sendiri.

b. PRONA (Proyek Operasi Nasional Agraria)

Pada pertengahan PELITA (Pembangunan Lima Tahun) ke III Tahun

1980 sebagai penjabaran dari GBHN tahun 1978 ditetapkan suatu kebijaksanaan

tentang pendaftaran tanah agar sungguh-sungguh membantu usaha meningkatkan

kesejahteraan rakyat dalam rangka mewujudkan keadilan sosial. Untuk merealisir hal

tersebut, oleh Pemerintah ditetapkan Catur Tertib Pertanahan yang salah satu wujud

realisasinya adalah melaksanakan persertifikatan tanah melalui Proyek Operasi

Nasional Agraria (PRONA) yang semula ditujukan bagi golongan ekonomi lemah

(13)

Di dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 dan

Surat Edaran Dirjen Agraria Nomor Btu./8/4115/8-81 tanggal 28 Agustus 1981

disebutkan tujuan PRONA yaitu :

a. Untuk menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dalam bidang pertanahan

sebagai usaha untuk berpartisipasi dalam menciptakan stabilitas sosial politikserta

pembangunan nasional.

b. Untuk menyelesaikan sengketa tanah yang bersifat strategis agar dapat

mengurangi kerawanan atau kepekaan sebagai gangguan terhadap stabilitas sosial

politik dikalangan masyarakat.

c. Ditujukan kepada golongan ekonomi lemah agar para pemilik dapat memperoleh

jaminan kepastian hukum atas tanah yang mereka kuasai sehingga dapat merasa

lebih aman dan tenteram dalam menggunakan / mengusahai serta memanfaatkan

tanahnya25

Di Kabupaten Nias sendiri, telah diadakan Proyek Operasi Nasional

Agraria (PRONA) sejak tahun 2014 yang lalu hingga pada saat ini dengan target

1.500 bidang diseluruh Kabupaten Nias. Namun kegiatan ini juga tidak berjalan

dengan lancar. Dikarenakan kurangnya personil pejabat BPN yang ada, yaitu hanya 7

orang, sangat sulit untuk membagi mereka untuk terjun ke lapangan. Misalnya

siapa-siapa saja yang melakukan pemetaan dan pengukuran. Sementara di kantorpun

banyaknya kerjaan yang menumpuk dan harus dikerjakan. Selain itu juga, PRONA

mendapat kendala dari masyarakat yang tanahnya akan diadakan PRONA, dimana .

25

(14)

masyarakat Nias adalah masyarakat yang sangat menjunjung tinggi adat istiadatnya,

sehingga masalah pertanahanpun akan sealalu diselesaikan secara adat.

Dengan kondisi ini, pemahaman hukum adat yang dipegang oleh mereka

mengajarkan bahwa tanah yang digarapnya adalah tanah leluhurnya atau tanah

miliknya yang telah diwariskan secara turun temurun, sehingga tanah tersebut tidak

dapat diganggu gugat oleh siapapun, termasuk negara.

Faktor lain yang menghambat PRONA adalah mengenai tanah-tanah yang

dimiliki masyarakat sebagian besar adalah tanah warisan. Hal ini berkaitan dengan

suku Nias yang menganut sistem Patrilineal yang menyebabkan tanah-tanah (harta

peninggalan) seorang Bapak diwariskan kepada anak-anaknya yang laki-laki. Namun,

hal yang sering terjadi setelah orangtua meninggal dunia, anak laki-laki tidak

langsung mengadakan pembagian harta warisan, sehingga tanpa pembagian ini akan

menimbulkan konflik dalam proses persertifikatan tanah warisan tersebut.

d. Sertifikasi Tanah Nelayan

Sertifikasi Tanah Nelayan adalah sub komponen dari komponen kegiatan

legislasi asset. Sertifikasi tanah nelayan pada hakekatnya adalah proses administrasi

pertanahan yang meliputi adjudikasi, pendaftaran tanah dan penerbitan sertifikat hak

atas tanah. Sertifikasi tanah nelayan merupakan kerjasama antara Badan Pertanahan

Nasional dengan Kementrian Kelautan dan Perikanan berdasarkan Surat Keputusan

bersama Nomor : 04/MEN-KP/KB/XI/2007 dan Nomor : 7-SKB-BPNRI-2007

(15)

akses penguatan hak berupa sertifikasi tanah kepada nelayan dan usaha penangkapan

ikan skala kecil dengan tujuan yang ingin dicapai :

a. Memberikan kepastian hukum hak atas tanah (asset) nelayan dan usaha

penangkapan ikan skala kecil

b. Memberikan/meningkatkan akses permodalan berupa kemampuan jaminan

kredit / pembiayaan dalam rangka pengembangan usaha

c. Meningkatkan minat dan kepercayaan lembaga keuangan / perbankan untuk

penyaluran kredit.

Kantor Pertanahan Kabupaten Nias telah bekerjasama dengan Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Nias pada tahun 2014 sampai dengan saat ini

untuk menjalankan program Sertifikasi Tanah Nelayan dengan target 100 bidang

tanah di wilayah Kabupaten Nias. Akan tetapi minat masyarakat untuk mengikuti

program ini juga masih sangat rendah. Dimana program sertifikasi tanah nelayan ini

harus rampung pada tahun 2014 yang lalu, sehingga harus dilanjutkan pada tahun

2015 karena tidak memenuhi target yang telah ditentukan, yaitu 100 bidang tanah.

d. Sertifikasi Tanah Petani

Sertifikasi tanah petani merupakan sub komponen dari komponen

kegiatan legalisasi aset. Objek kegiatan ini adalah tanah yang dimiliki/dikuasai oleh

petani sedangkan subjek kegiatan ini adalah petani (tanaman pangan, holtikultura,

perkebunan dan peternakan). Seperti kegiatan legalisasi aset lainny, sertifikasi tanah

(16)

adjudikasi, (pengukuran, pemetaan, pengumpulan data yuridis, pengumuman,

penetapan/pemberian hak), pendaftaran tanah dan penerbitan sertifikat hak atas tanah.

Sertifikasi tanah petani dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum

kepemilikan tanah bagi petani, sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan

modal usaha.

Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Kementrian Pertanian dengan

Badan Pertanahan Nasional RI berdasarkan Keputusan bersama Menteri Pertanian

dengan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515/kpts/HK.060/9/2004 dan

Nomor : 2/SKB/BPN/2004 tanggal 02 September 2004.

Dimana program ini bertujuan untuk :

a. Mendukung dan mempertahankan Program Ketahanan Pangan Nasional.

b. Memberikan kepastian hak atas tanah dan kepastian hukum atas kepemilikan

tanah yang diusahakan masyarakat petani yang tinggal dipedesaan secara

cepat, tepat, mudah, murah dan aman.

c. Meningkatkan nilai manfaat lahan yang semula berupa sebidang tanah

predikat modal pasif menjadi modal aktif dapat terwujud, sehingga dapat

digunakan sebagai alat penjaminan bagi para petani dalam rangka penguatan

kemampuan permodalan usaha taninya.

d. Untuk mengendalikan laju alih fungsi lahan pertanian ke peruntukan lainnya.

Dalam melaksanakan kegiatan ini, Kantor Pertanahan juga bekerjasama

dengan Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Nias yang dilaksanakan pada tahun

2010 yang lalu, dan dilaksanakan diseluruh wilayah Kabupaten Nias.

(17)

BPN Kabupaten Nias juga pernah bekerjasama dengan Dinas Pertanian

dengan mengadakan suatu kerjasama untuk mengadakan kegiatan usaha pertanian

yaitu UKM bagi masyarakat pertanian. Teknis pelaksanaannya dengan membentuk

kelompok-kelompok tani disetiap desa, dengan tujuan utama yaitu untuk membantu

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menambah pengetahuan masyarakat tetang

bagaimana bercocok tanam yang baik, dan menambah wawasan dalam membuka

suatu usaha. Kegiatan kerjasama antara dua instansi pemerintah ini juga dibiayai

langsung oleh Pemerintah Kabupaten Nias.

Disisi lain juga, BPN mengharapkan dapat membuka jalan untuk

memperkenalkan Hukum Pendaftaran Tanah bagi warga masyarakat, sehingga

masyarakat mengetahui arti penting pendaftaran tanah. Akan tetapi, kegiatan ini tidak

berhasil karena tidak dapat menarik simpati masyarakat. Dan kalaupun ada sebagian,

rata-rata tidak akan bertahan lama. Mereka lebih mengikuti sistem kerja mereka

seperti petani biasa, dan yakin dapat berhasil tanpa harus membentuk

kelompok-kelompok tani seperti yang dimaksudkan pada kegiatan ini

f. Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN)

Pembaruan Agraria Nasional atau Reforma Agraria adalah implementasi

dari mandat Ketetapan MPR RI Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria.

Reforma Agraria atau secara legal formal yang disebut juga sebagai Pembaruan

Agraria adalah proses restrukturisasi (penataan ulang susunan) kepemilikan,

(18)

Pasal 2 TAP MPR RI Nomor IX/MPR/2001 dijelaskan bahwa “Pembaruan Agraria

mencakup suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali

penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria,

dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta

keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Maksud Reforma Agraria adalah :

a. Menciptakan sumber-sumber kesejahteraan masyarakat yang berbasis agraria

b. Menata kehidupan masyarakat yang lebih berkeadilan

c. Meningkatkan berkelanjutan sistem kemasyarakatan kebangsaan dan

kenegaraan Indonesia, serta

d. Meningkatkan harmoni kemasyarakatan

Sedangkan yang menjadi tujuannya adalah :

a. Mengurangi kemiskinan

b. Menciptakan lapangan kerja

c. Memperbaiki akses masyarakat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama

tanah

d. Menata ulang ketimpangan penguasaan pemilikan, penggunaan dan

pemanfaatan tanah dan sumber-sumber agraria

e. Mengurangi sengketa dan konflik pertanahan dan keagrariaan

f. Memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup

(19)

Program Pembaruan Agraria ini telah dilakukan sejak tahun 2014 dan

masih dilakukan hingga pada saat ini. Dimana yang menjadi target Kantor Pertanahan

Kabupaten Nias adalah 200 bidang di beberapa wilayah Kabupaten Nias. Namun

hingga pada saat ini yang menjadi target kecamatannya masih dalam pengurusan dan

masih menunggu SK dari Walikota Kota Gunungsitoli. Hal ini juga menjadi kendala

BPN Nias dalam menjalankan berbagai programnya. Pengurusan administrasi yang

rumit, hingga pada kendala-kendala yang dijumpai dilapangan.

g. Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah (LARASITA)

Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah (LARASITA) merupakan layanan

pertanahan bergerak (mobile land service) yang bersifat pro aktif atau “jemput bola”

ke tengah-tengah masyarakat. Sebagai usaha kebijakan inovatif, kelahiran

LARASITA dilandasi dengan keinginan pemenuhan rasa keadilan yang diperlukan,

diharapkan dan dipikirkan pleh masyarakat, serta adanya kesadaran bahwa

tugas-tugas berat itu tidak akan bisa diselesaikan hanya dari balik meja kantor tanpa

membuka diri terhadap interaksi masyarakat yang kesejahteraannya menjadi tujuan

utama pengelolaan pertanahannya. Oleh karena itu, dikeluarkanlah Peraturan Kepala

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI) Nomor 18 Tahun 2009

tentang LARASITA Badan Pertanahan Republik Indonesia.

Pasal 2 Peraturan Kepala BPN RI ini menjelaskan tentang tugas pokok

dan fungsi LARASITA. Dalam Ayat (1) dijelaskan bahwa dalam rangka

(20)

LARASITA mempunyai tugas pokok dan fungsi sama dengan tugas pokok dan fungsi

yang berlaku pada Kantor Pertanahan. Ayat (2) selain melaksanakan tugas pokok dan

fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), LARASITA juga mempunyai tugas :

a. Menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan pembaruan agraria

nasional (reforma agraria);

b. Melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat dibidang

pertanahan;

c. Melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah terlantar;

d. Melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah yang diselesaikan

dilapangan;

e. Memfasilitasi penyelesaian tanah bermasalah yang mungkin

diselesaikan dilapangan;

f. Menyambungkan program Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia dengan aspirasi yang berkembang dimasyarakat; dan

g. Meningkatkan dan mempercepat legalisasi aset tanah masyarakat.

Ayat (3) pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan (2) dilakukan LARASITA berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada dasarnya LARASITA menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku pada Kantor Pertanahan. Seperti

yang telah dilakukan BPN Nias dalam menjalankan program LARASITA ini.

(21)

letak geografis, objek pendaftaran tanah tersebut berada sangat jauh dari Kantor

Pertanahan. Kesulitan ini dilipatgandakan lagi dengan jalanan yang rusak, dan alat

transportasi yang sangat terbatas. Hal ini yang menjadi faktor utama rendahnya

intensitas arus informasi dan komunikasi antara Kantor Pertanahan Kabupaten Nias

(sebagai representasi BPN RI) juga yang menjadi salah satu kendala masyarakat

untuk mendaftarkan tanahnya. Untuk mengatasi permasalahan inilah, maka

LARASITA diajukan sebagai solusinya.

Dalam program ini, Kantor Pertanahan Kabupaten Nias memiliki 1 Unit

mobil LARASITA. Namun dalam pelaksanaan program ini, Kantor Pertanahan

Kabupaten Nias masih saja mengalami beberapa kendala. Seperti terbatasnya petugas

yang terjun ke lapangan, dikarenakan harus menjangkau 10 Kecamatan, jalanan yang

masih dalam pengerjaan dan adanya beberapa daerah yang masih belum terjangkau

listrik. Selain itu, masyarakat juga tidak mempunyai alas hak yang kuat dalam

mendaftarkan tanahnya. Sekitar 75% tidak memiliki surat karena kepemilikan tanah

tersebut hanya pemberian secara lisan dari orang tua mereka. Sehingga mereka

berpikir bahwa mereka memiliki jaminan kepastian hukum karena mengakui bahwa

tanah warisan tersebut yang diberikan secara lisan oleh orang tuanya, tidak dapat

diganggu gugat, bahkan oleh negara sekalipun.

Namun setelah dilakukannnya berbagai program tersebut, Kantor

Pertanahan Kabupaten Nias menginformasikan bahwa presentasi tanah yang sudah

terdaftar di Kantor Pertanahan Kabupaten Nias masih sangat relatif kecil, yaitu

(22)

sangat kuatnya pengaruh hukum adat di daerah Kabupaten Nias menjadi salah satu

kendala terberat yang di alami Kantor Pertanahan Kabupaten Nias dalam melakukan

berbagai programnya, dan juga menjadi salah satu faktor utama penyebab seringkali

memicu terjadinya tindakan-tindakan kriminal diawali dengan sengketa tanah.

h. Pengurusan Sertifikat Gratis untuk pemegang Kartu Keluarga Sejahtera

Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) merupakan salah satu program Presiden

RI Joko Widodo, yang ditujukan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu.

kartu ini pertama kali diluncurkan pada tanggal 3 November 2014, dengan anggaran

6,2 triliun dan setiap bulannya akan mendapat Rp. 200.000 per keluarga, dan kartu ini

akan diisi setiap dua bulan. Kartu ini diharapkan dapat mempercepat penaggulangan

kemiskinan.

BPN Kabupaten Nias juga menyelenggarakan suatu kegiatan untuk

membantu masyarakat miskin dengan cara membebaskan biaya pengurusan sertifikat

tanah yang mempunyai Kartu Keluarga Sejahtera. Pemilik tanah dapat mendaftarkan

tanahnya dengan menunjukkan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dengan luas tanah

maksimal 200 m2. Program ini merupakan suatu kegiatan yang sedang dilaksanakan

pada tahun ini. Sedangkan tanggal dan tempat pelaksanaannya masih menunggu Surat

Keputusan dari Pemerintah Kabupaten Nias.

Beberapa program tersebut merupakan kegiatan yang telah dan sedang

dijalankan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Nias. Dan pihak Kantor BPN

Kabupaten Nias berharap dengan adanya beberapa program ini dapat membantu

(23)

dan berusaha untuk meminimalisir tidak kriminal yang terjadi karena sering

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini yang

berisi jurnal berbasis web tentang riset di bidang ilmu sosial yang menggunakan komputer sebagai salah satu media risetnya.  http://www.library.ucsf.edu/collres/journals/ : sebuah

Berdasarkan hasil isolasi dan identifikasi virus, deteksi antigen virus dengan ELISA, gejala-gejala klinis penyakit, morbiditas dan mortalitas penyakit yang tinggi serta

Leukemia myeloid akut atau Acute Myeloblastic Leukemia (AML) sering juga dikenal dengan istilah Acute Myelogenous Leukemia atau Acute Granulocytic Leukemia merupakan penyakit

Dari tabel 5.15 dapat dilihat bahwa sebanyak 9 orang atau sebesar 47,37 % responden menjawab setuju jika pimpinan selalu memberikan teguran kepada para pegawai yang

Variabel Pertumbuhan Perusahaan memiliki nilai probabilitas sebesar 0.6109, sehingga besarnya yaitu 0.6109 > 0.05,maka sesuai dengan ketentuan keputusan Pertumbuhan

Şimdi oralarda tek tük eski ahşap binalarla yanyana yeni yapılar, işyerleri filan var ve boş avuç içi kadar arsa bile yok. Şimdi, sinemanın ye­ rinde pasaj,

As well as lactation length, inter calving interval and calving rate, other important factors are heifer wastage (a combination of pre-weaning calf mortality and losses