• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komunitas - Solidaritas Sosial Dalam Komunitas Punk Dengan Studi Deskriptif Pada Komunitas Punk Simpang Aksara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komunitas - Solidaritas Sosial Dalam Komunitas Punk Dengan Studi Deskriptif Pada Komunitas Punk Simpang Aksara Medan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Komunitas

Komunitas dapat diartikan sebagai masyarakat community atau masyarakat setempat, komunitas berasal dari bahasa lain yaitu communitas yang memiliki arti kesamaan (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas diakses pada tanggal 17 November 2013, pukul 19.45). Pada dasarnya komunitas terbentuk karena adanya

rasa seperasaan, sepenanggungan dan saling membutuhkan. Setiap individu yang

menjadi bagian dari komunitas melakukan interaksi sosial sehingga menciptakan

hubungan sosial dan saling mengenal.

Menurut Soerjono Soekanto, istilah community dapat diterjemahkan sebagai masyarakat”. Istilah yang menunjuk pada warga sebuah desa, sebuah kota, suku, atau suatu bangsa. Apabila anggota sesuatu kelompok baik kelompok besar maupun kecil hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut memenuhi kepentingan hidup yang utama, kelompok tadi disebut masyarakat setempat (Santosa, 2009:83).

Hal utama pada komunitas adalah terdapat interaksi sosial yang rutin di

antara anggota yang ada didalamnya. Rasa kesetiakawanan timbul karena adanya

ikatan pada anggota. Anggota komunitas terjalin satu sama lain dan dapat

dikatakan hidup bersama.

Dalam persfektif sosiologi komunitas dapat dibedakan dari masyarakat

yang lebih luas (society) melalui kedalam perhatian bersama (a community of interest) atau oleh tingkat interaksi yang tinggi (an attachment community) (

(2)

pukul 21.31 WIB). Komunitas merupakan bentuk kecil dari masyarakat, di mana

komunitas dapat juga dikatakan sebagai masyarakat tradisional. Seperti yang

dijelaskan oleh Tonnies:

Ferdinand Tonnies menggunakan istilah Gemeinschaft atau “komunitas intim” untuk menggambarkan kehidupan pedesaan, tipe masyarakat di mana tiap anggota masyarakat mengenal yang lainnya. ia mencatat bahwa dalam masyarakat yang sedang berkembang, ikatan pribadi, hubungan kekerabatan, dan persahabatan seumur hidup.. (Henslin, 2006:116).

Anggota dalam komunitas lebih bersifat homogen, yang memiliki lebih

banyak persamaan dibandingkan dengan masyarakat, seperti memiliki harapan

yang sama sehingga menyebabkan solidaritas sosial yang tinggi. Hal ini

disamakan pada masyarakat tradisional dengan rasa kolektif. Mengutip Santosa

(2009:85) menjelaskan sebagai berikut:

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi timbulnya suatu community, antara lain sebagai berikut:

a. Adanya suatu interaksi yang lebih besar di antara anggota yang bertempat tinggal di satu daerah dengan batas-batas tertentu.

b. Adanya normal sosial manusia di dalam masyarakat, di antaranya kebudayaan masyarakat sebagai suatu ketergantungan yang normatif, norma kemasyarakatan yang historis, perbedaan social budaya antara lembaga kemasyarakatan dan organisasi masyarakat.

c. Adanya ketergantungan antara kebudayaan dan masyarakat yang bersifat normatif. Demikian jaga norma yang ada dalam masyarakat akan memberikan batas-batas pada kelakuan anggotanya dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi kelompok untuk menyumbangkan sikap kebersamaannya di mana mereka berada.

Kolektif dalam komunitas merupakan hasil dari persamaan norma, dalam

hal ini setiap anggota memiliki batasan-batasan sendiri pada perilaku anggotanya

sehingga menciptakan sikap yang sama. Batasan-batasan norma dalam komunitas

(3)

2.2 Punk

Punk adalah satu ideologi yang dianut sekumpulan anak muda dari golongan masyarakat kelas bawah, dalam hal ini punk diartikan sebagai suatu pemikiran mengenai pembrontakan terhadap masyarakat kelas atas yang

mendominasi.

Punk adalah suatu ideologi tentang pemberontakan dan anti kemapanan. Etos yang menggerakkan segala hal yang berlaku dalam punk adalah etos D.I.Y. (Do It Yourself). Dalam budaya punk tidak terlepas dari individu dan kelompok. Individu yang mempunyai tujuan yang sama dengan individu lainnya mencari keamanan identitas diri dengan membentuk suatu kelompok sosial atau komunitas yang bisa memberikan rasa aman dan mewadahi apa yang menjadi tujuan mereka

).

Dalam melihat komunitas punk terdapat 3 komponen yang saling terkait

dan merupakan satu kesatua

Desember 2011, pukul 09.20 WIB). Ketiga komponen tersebut adalah punk

sebagai ideologi, punk sebagai gaya hidup dan punk sebagai aliran musik. 1. Punk sebagai ideologi

Ideologi merupakan pemikiran yang dimiliki oleh individu. Individu yang

telah menjadi bagian dari masyarakat atau komunitas akan memiliki ideologi yang

sama dengan individu lain yang ada dalam masyarakat atau komunitas tersebut.

Pada komunitas punk ideologi yang dianut adalah anarkisme, di mana anarkisme merupakan suatu paham yang diartikan dengan sesuaut tanpa aturan yang

mengekang. Negara sebagai kekuatan yang menguasai lembaga-lembaga yang ada

di dalamnya, dalam hal ini negara lebih memihak kepada pihak pemilik modal.

Masyarakat akan membuat aksi penolakan pada sistem yang dianggap tidak

(4)

sosial akibat dari ideologi yang ada pada negara. Zainuddin Maliki (2012:22)

menjelaskan sebagai berikut:

Ideologi, sebagaimana dasar pandangan dunia dan paradigma sosial, memuat keyakinan-keyakinan atau sistem keyakinan dan nilai-nilai tidak serta merta bisa diikuti oleh semua anggota masyarakat yang menerima dan merasa terikat dengan ideologi tersebut. Sebab, ketika ide atau nilai-nilai seperti itu harus diangkat menjadi sebagai ideologi, masih ada masalah yang sangat mendasar (Maliki, 2012:22).

Kesenjangan yang ditimbulkan dari masyarakat di dalam suatu negara

merupakan bibit dari ideologi anarkis pada komunitas punk. Komunitas punk

membentuk satu kelompok dari masyarakat kelas bawah yang bertujuan untuk

menghilangkan adanya kesenjangan di dalam masyarakat. Marx menjelaskan

sebagai berikut:

Dalam pemikiran Marx, negara sebagai kelas yang berkuasa melakukan penindasan dan represi terhadap rakyat. Penindasan ini sulit dihilangkan oleh rakyat karena semakin hari rakyat makin lemah dan negara makin kuat. Untuk melakukan pembebasan harus dilakukan suatu revolusi yang melibatkan pihak-pihak yang masih memiliki kesadaran kritis serta tidak termakan oleh ideologi yang disebarkan negara (Takwin, 2003:68).

Ideologi anarkis pada komunitas punk ditunjukkan dengan bentuk kemandirian yang mempunyai etos kerja Do It Yourself. Hal ini menunjukkan penolakan pada sistem pemerintah yang dianggap melakukan penindasan pada

rakyat. Do It Yourself memiliki arti bahwa individu yang hidup tanpa pengekangan dan dapat memperjuangkan hidup dengan sumber daya pada diri

individu tersebut.

2. Punk sebagai gaya hidup

Setiap individu memiliki gaya hidup masing-masing. Gaya hidup

(5)

Setiap orang secara sadar menentukan gaya hidupnya, hal ini membuat seseorang

tersebut berada pada kelompok dengan gaya hidup yang sama. Gaya hidup

memperlihatkan diri seseorang secara keseluruhan, menentukan seseorang dalam

berinteraksi dan bersosialisasi. Menurut Bourdieu gaya hidup seseorang dipahami

sebagai hasil dari interaksi antara manusia sebagai subjek sekaligus objek dalam

masyarakat, hasil dari pemikiran sadar yang terbentuk sepanjang sejarah hidupnya

(Nainggolan,2013:8)

Seseorang yang merupakan bagian dari masyarakat atau komunitas

tertentu memiliki gaya hidup yang sama dengan orang lain dalam masyarakat atau

komunitasnya, di mana hal tersebut akan meciptakan ciri khas masing-masing.

Hal ini terkait pada penampilan dan perilaku suatu masyarakat atau komunitas.

Adanya ciri khas dari gaya hidup pada masyarakat atau komunitas dapat menjadi

streotype pada masyarakat lain.

Pada komunitas punk terdapat gaya hidup yang ditunjukkan pada penampilan setiap punker. Gaya rambut mohawk (berdiri tegak) seperti penampilan rambut suku indian dan diwarnai dengan warna terang, menggunakan

pakaian dengan dominasi wana hitam, celana ketat, menggunakan sepatu boots, dan memakai segala bentuk aksesoris seperti tindikan pada bagian tubuh, dan

sebagainya.

3. Punk sebagai jenis musik

Genre atau jenis musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan

kemiripannya satu sama lain. Musik punk merupakan bagian dari musik beraliran

rock. Musik punk berirama keras sama halnya seperti musik rock, dalam musik

(6)

merupakan suatu kritik atau protes terhadap kehidupan sosial, politik dan budaya

pada suatu negara.

Punk merupakan salah satu dari aliran musik bernada keras, yaitu salah satu aliran musik yang berirama keras. Tahun 1970 merupakan awal munculnya band yang beraliran punk, seperti Sex Pistols, The Damned dan Buzzcock. Musisi

punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur

penguasa terhadap rakyat.

Desember 2011, pukul 09.20 WIB).

Komunitas punk merupakan kelompok yang di dalamnya terdapat orang-orang yang menyukai musik punk. Pada komunitas ini musik merupakan hal yang paling dominan dibandingkan dengan kegiatan yang ada di dalamnya. Komunitas

punk dan perkembangan musik punk merupakan hal yang berkaitan erat. Dalam hal ini, kelompok yang memiliki ideologi anarki atau kebebasan dapat

mengaspirasikan hal tersebut melalui lagu pada musik punk, begitu juga sebaliknya.

2.2.1 Punk Merupakan Sebuah Subkultur

Subkultur merupakan budaya baru dalam masyarakat yang diciptakan

oleh masyarakat minoritas. Masyarakat atau kelompok subkultur menunjukkan

perbedaan dengan masyarakat atau kelompok mayoritas dengan gaya hidup dan

simbol-simbol tertentu. Dalam hal ini, komunitas punk merupakan kelompok minoritas yang menjadi sebuah subkultur yang dianggap berbeda dan

menyimpang oleh masyarakat. Mengutip pada Henslin (2006:50-51) sebagai

(7)

Subkultur dapat terbentuk di sekitar suatu kesenangan atau kegiatan apapun. Setiap subkultur mempunyai nilai dan normanya sendiri yang dimiliki bersama para anggota, yang memberikan mereka suatu identitas bersama. Setiap subkultur mempunyai istilah-istilah khusus yang menunjukkan sudut kehidupan kelompok, yang digunakan para anggotanya untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Setiap subkultur memberikan kepada anggotanya nilai-nilai dan cara-cara khas untuk memandang dunia.

Masyarakat subkultur memiliki identitas sendiri, hal ini berkaitan

dengan simbol-simbol yang ada di dalamnya. Masyarakat subkultur yang

membedakan diri dari masyarakat masyoritas disebabkan oleh adanya

ketidakcocokan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan ideologi.

Cohen (1995) menjelaskan sebagai berikut:

Subkultur muncul pada masyarakat yang sangat majemuk dan kompleks yang di dalamnya terdapat banyak orang yang mempunyai masalah yang sama terhadap kebudayaan dominan. Subkultur delinkuen, misalnya, muncul untuk menunjukkan rasa frustasi anak-anak kelas bawah yang gagal dalam memenuhi harapan budaya dominan di sekolahnya. Pada subkultur delinkuen anak-anak kelas bawah melakukan inovasi agar dapat berkompetisi dengan anak-anak lainnya dengan berbagai alternatif cara, baik secara positif maupun secara negatif (Siahaan, 2009: 23).

Masyarakat subkultur pada dasarnya memiliki perbedaan yang

menimbulkan masalah dengan masyarakat mayoritas. Masyarakat minoritas

menciptakan nilai-nilai dan norma-norma baru pada masyarakat disebabkan

oleh adanya ketimpangan sosial dalam masyarakat. Aksi dalam menciptakan

budaya baru merupakan kritik terhadap budaya lama pada masyarakat

mayoritas.

Pada umumnya masyarakat subkultur atau masyarakat minoritas

(8)

oleh masyarakat mayoritas. Penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok

acap disebut dengan subkultur yang menyimpang (Henslin, 2006:50).

Asal mula terjadinya subkultur yang menyimpang karena ada interaksi di antara sekelompok orang yang mendapatkan status atau cap menyimpang. Melalui interaksi dan intensitas pergaulan yang cukup erat di antara mereka, maka terbentuklah perasaan senasib dalam menghadapi dilema yang sama. Para anggota dari subkultur seperti itu memiliki perasaan saling pengertian dan memiliki jalan pikiran, nilai dan norma serta aturan bertingkah laku yang berbeda dengan norma-norma sosial masyarakat pada umumnya (kultur dominan) (Henslin, 2006:50).

Hal ini berkaitan pada ideologi dan perilaku yang ada dalam komunitas

punk, di mana para punker memiliki rasa kesetiakawanan yang disebabkan karena memiliki perasaan yang sama seperti halnya dianggap sebagai

kelompok yang menyimpang di masyarakat.

James vander Zaden, 1979 (Sunarto 2004:213) menjelaskan bahwa

perilaku yang menyimpang tidak saja dilakukan secara perorang, tapi tak

jarang juga dilakukan secara berkelompok. Penyimpangan merupakan perilaku

yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar

batas toleransi. Perilaku pada anggota komunitas punk dianggap sebagai perilaku menyimpang pada masyarakat minoritas. Hal ini disebabkan oleh

perilaku tersebut diluar kebiasaan dari budaya yang sudah ada, seperti yang

dijelaskan oleh J. Dwi Narwoko(2006: 98-99) sebagai berikut:

(9)

2.3 Solidaritas Sosial

Masyarakat atau kelompok sosial memiliki keterikatan yang dapat

membuat setiap anggota dalam masyarakat atau suatu kelompok memiliki rasa

ketergantungan satu sama lain, hal ini disebut dengan solidaritas sosial. Konsep

solidaritas sosial merupakan konsep sentral Emile Durkheim, ia menjelaskan

bahwa solidaritas sosial adalah kesetiakawanan yang menunjuk pada suatu

keadaan hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada

persamaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh

pengalaman emosional bersama (Lawang, 1994: 181).

Elemen-elemen yang ada dalam solidaritas sosial merupakan satu kesatuan

yang menunjukkan tingkat solidaritas di dalam suatu masyarakat atau kelompok

sosial. Salah satu elemen yang ada dalam solidaritaas komunitas punk adalah ideologi yang dianut.

Setiap anggota memiliki satu ideologi yang sama sehingga dapat

menciptakan tujuan yang searah. Ideologi merupakan suatu bentuk pemikiran.

Dari asal kata, istilah ideologi dapat dipecah menjadi kata idea dan logos. Secara harfiah dapat diartikan sebagai aturan atau hukum tentang ide (Takwin, 2003:10).

Ideologi pada setiap individu memiliki perbedaan dengan ideologi yang dimiliki

individu tersebut saat menjadi bagian dari masyarakat atau kelompok sosial,

Bagus Takwin (2013:6-7) menjelaskan sebagai berikut:

(10)

Kebebasan dalam berpikir merupakan bentuk dari

pengetahuan-pengetahuan yang dapat menciptakan suatu ideologi. Melalui ideologi yang

dimiliki akan membentuk perilaku secara personal maupun saat individu menjadi

bagian dari masyarakat atau kelompok sosial. Di dalam komunitas punk terdapat idoelogi anarkisme yang mengasilkan perilaku bebas dan berupaya menciptakan

masyarakat tanpa kelas.

Kebebasan berpikir yang mencegah orang-orang untuk melihat sesuatu yang benar di masyarakat dan sebaliknya memaksa mereka menuruti kehendak mereka yang disebut penguasa dari pemerintahan, seperti melawan pikiran-pikiran orang yang sudah dimapankan, yang menganggap negatif karena melihat penampilan orang lain yang berbeda, menyimpang di luar kebiasaan. Kebebasan untuk bersuara, berkarya dan berpendapat yang selama ini suara masyarakat tidak pernah dipublikasikan mengenai segala hal yang menurut komunitas punk tidak cocok. Dalam hal ini para punker berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar yang disebut dengan musik punk.

diakses 20 Desember 2011, pukul 09.20 WIB).

Pengertian ideologi ditinjau dari pendekatan aliran yaitu sebagai

kebenaran sejati menjadi dasar ideologi dalam arti positif yang secara kasar dapat

disimpulkan sebagai seperangkat nilai dan aturan atau hukum yang dipercayai

dapat membantu manusia menjalani hidupnya (Takwin, 2003:12). Hal ini

menunjukkan kepada persamaan moral yang dimiliki setiap individu dalam

masyarakat.

Dalam dunia-kehidupan sehari-hari, syarat yang mempertahankan hidup

adalah dengan belajar menggunakan norma-norma kelompok yang tersedia.

Seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari berpikir-membedakan antara yang

baik dan yang buruk secara reflektif, yakni mengikuti norma-norma yang telah

(11)

menjadi salah satu ciri yang menunjukkan adanya solidaritas sosial. Misalnya,

komunitas punk terdapat persamaan nilai dalam berpenampilan dan perilaku, hal ini berkaitan dengan prinsip kebebasan yang dianut dalam komunitas tersebut.

Lukacs memandang ideologi berisi sekumpulan pengetahuan yang

dipercayai suatu kelas. Pengetahuan-pengetahuan yang diungkapkan dengan

bahasa. Memperjuangkan ideologi kelas tertentu adalah mengungkapkan

pengetahuan-pengetahuan tertentu lewat bahasa (Takwin, 2003:20). Hal ini

menunjukkan bahwa suatu masyarakat atau komunitas memiliki kesadaran kelas,

khususnya pada komunitas punk yang berupaya menghilangkan adanya kelas dalam masyarakat.

Ideologi juga dapat dianggap sebagai evaluasi pengalaman yang dijelaskan

oleh Kinlock sebagai berikut:

Menjelaskan bahwa ideologi biasanya mengacu kepada sistem keyakinan yang menjadi dasar tindakan sekelompok orang. Ideologi merupakan sistem evaluasi yang bisa menjelaskan pengalaman kita dapat difahami dan dianggap logis. Oleh karena ituideologi mendorong dan mendasari tindakan seseorang, sehingga sangat dibutuhkan untuk menghadapi realitas kehidupan. Ideologi memberikan suatu tatanan nilai yang komperhensif sehingga menjadikan kehidupan ini lebih bermakna... Ideologi juga cenderung merepresentasikan simbol pandangan dunia yang melegitimasi kepentingan ekonomi politik elit... (Maliki, 2012:21)

Adanya pengalaman emosional yang sama pada setiap anggota masyarakat

merupakan elemen yang membentuk solidaritas sosial. Ideologi yang terbentuk

pengalaman dapat membentuk ideologi yang memiliki perbandingan dari tindakan

sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan adanya rasa sepenanggungan dan saling

(12)

Sepenanggungan dapat diartikan bahwa setiap individu sadar akan

peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri yang

memungkinkan peranannya tadi dapat dijalankan sehingga ia mempunyai

kedudukan yang pasti (Santosa, 2009:84). Rasa sepenanggungan pada setiap

anggota masyarakat terbentuk karena telah merasa menjadi bagian dari

masyarakat tersebut.

Dalam hal lain, anggota masyarakat juga memiliki rasa saling

membutuhkan. Saling memerlukan adalah anggota merasakan dirinya tergantung

pada komunitasnya dalam hal kebutuhan dan kebutuhan psikologisnya, seperti

mencari perlindungan apabila dalam ketakutan dan sebagainya (Santosa,2009:84).

Setiap individu akan memperoleh rasa nyaman saat berada dalam masyarakat atau

kelompok yang menganggap individu tersebut bagian dari masyarakat atau

kelompok itu. Perasaan baik yang ada pada setiap anggota masyarakat di

dalamnya merupakan satu perasaan yang sama. Rasa seperasaan membuat setiap

anggota dalam komunitas memiliki kolektif yang sama. seperti yang dijelaskan

oleh Santosa (2009:84) sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan seperasaan adalah perasaan yang membawa akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang atau anggota komunitas sehingga kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai kelompok kami, perasaan kami, dan sebagainya. Perasaan tersebut terutama timbul apabila orang-orang tersebut mempunyai kepentingan yang sama di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Pada unsur seperasaan ini, kepentingan individu diselaraskan dengan kepentingan kelompoknya sehingga dia merasakan kelompoknya sebagai struktur sosial masyarakatnya.

Suatu masyarakat memiliki visi dan misi yang sama sehingga anggota

yang berjumlah banyak di dalamnya tetap merupakan satu bentuk yang tidak lain.

(13)

kolektif. Hal ini terjadi karena setiap anggota telah menganggap anggota lain yang

ada di dalam masyarakat yang sama merupakan bagian dari dirinya.

Hal ini juga berkaitan pada kolektif pada komunitas, dimana dalam

komunitas akan ditemukan adanya kolektif yang sama, yang kemudian akan

membentuk solidaritas sosial. Seperti yang dijelaskan oleh Maliki (2012:90)

sebagai berikut:

Masyarakat terintegrasi karena adanya kesepakatan di antara anggota masyarakat terhadap nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Nilai-nilai kemasyarakatan ini oleh Durkheim disebut dengan kesadaran kolektif (Collective Conciousness). Kesadaran kolektif ini berada di luar diri individu (exterior), namun memiliki daya pemaksa terhadap individu-individu sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kesadaran kolektif adalah suautu konsensus masyarakat yang bersangkutan. Kesadaran kolektif tersebut bisa berwujud aturan-aturan moral, aturan-aturan-aturan-aturan agama, aturan-aturan-aturan-aturan tentang baik dan buruk, luhur dan mulia dan sebagainya. Kesadaran kolektif juga merupakan salah satu wujud dari fakta sosial yang berkaitan dengan moralitas bersama (Maliki, 2012:90).

Kesadaran kolektif berkaitan dengan persamaan moral yang diciptakan

oleh ideologi melalui pengalaman sebelumnya. Persamaan moral dalam

komunitas menjadi salah satu ciri yang menunjukkan adanya solidaritas sosial.

Dalam hal ini, persamaan moral seperti memiliki ideologi yang sama, di mana

komunitas punk berideologi anarki atau dengan kata lain bebas dalam berpikir, berpendapat dan bertindak tanpa harus tunduk pada aturan sistem yang telah ada.

Kesadaran kolektif dalam masyarakat dibentuk karena adanya rasa

seperasaan dan sepenanggungan. Hal ini terjadi karena setiap anggota di dalamnya

merasa bertanggung jawab dan merasa memiliki terhadap segala sesuatu yang ada

(14)

Solidaritas sosial terbagi menjadi dua, yaitu solidaritas organik dan solidaritas mekanik. Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja yang bertambah besar. Solidaritas sosial ini didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan tersebut akan bertambah sebagai hasil bertambahnya spesialisasi pembagian pekerjaan, memungkinkan dan meningkatkan bertambahnya perbedaan di kalangan individu (Nasution 2009).

Anggota masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik memiliki

kesadaran kolektif yang tinggi. Dalam hal ini menggambarkan sesuatu mengenai

elemen-elemen penting dari kedua tipe struktur sosial itu. Seperti yang dijelaskan

Sunarto (2004:128) sebagai berikut:

Solidaritas mekanik memperlihatkan berbagai komponen, seperti adanya kesadaran kolektif yang didasarkan pada sifat ketergantungan individu yang memiliki kepercayaan dan pola normatif yang sama. Hal ini terjadi karena adanya rasa memiliki (menjadi bagian) dari anggota kelompok tersebut. Didasarkan pada suatu kesadaran kolektif bersama yang menunjukkan pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen bersama. Ciri-cirinya adalah berdasar kesamaan, tidak ada ketergantungan, tidak ada pembagian kerja, solidaritas berdasarkan kepercayaan dan kesetiakawanan.

Keterikatan antara anggota masyarakat dengan soliaritas mekanik dibentuk

dengan rasa kesetiakawanan. Solidaritas sosial dalam komunitas punk diciptakan oleh rasa kesetiakawanan tanpa ada hal yang bersifat memaksa. Hal ini

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) Desa Marindal II tidak terlepas dari peran budaya lokal dalam membangun

Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang s atu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara

Manusia hidup bersama dan ditandai dengan adanya hubungan atau pertalian satu sama lainnya, paling tidak setiap individu sebagai anggotanya (masyarakat) mempunyai kesadaran

Maka, dapat dijelaskan bahwa dalam mengendalikan banjir memerlukan aksi atau tindakan sosial dari tiap individu di dalam masyarakat di Sekitar Sungai Deli untuk menjaga

adalah komunikasi antara orang dari budaya yang berbeda untuk mengenal,.. berhubungan, mempengaruhi, bermain, maupun

tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang.. lainnya, ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok

Setiap interaksi pasti memiliki tujuan tertentu yang seringkali berbeda antara satu individu dengan individu maupun kelompok dengan kelompok lainnya. Perbedaan

Teori identitas sosial memiliki tiga asumsi utama: (1) setiap individu akan berusaha mempertahankan konsep dirinya yang positif; (2) konsep diri tersebut lahir