SOLIDARITAS SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK
(Studi Deskriptif: Pada Komunitas Punk Simpang Aksara Medan)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
080901031
VANNY VIRGITA BATUBARA
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Solidaritas Sosial dalam Komunitas Punk dengan studi deskriptif pada komunitas punk Simpang Aksara Medan. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena terdapat suatu keterikatan berdasarkan kesetiakawanan dalam komunitas punk. Gambaran tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk memaparkan secara rinci mengenai jenis solidaritas sosial yang ada di dalam komunitas punk dan bentuk implementasi solidaritas sosial itu dalam komunitas punk tersebut.
Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah 9 orang punker yang berusia lebih dari 17 tahun dan merupakan bagian dari scene Simpang Aksara Medan selama lebih dari dua tahun, serta telah mengikuti dan berpartisipasi dalam kegiatan komunitas punk.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat dan anugrah-Nya yang di berikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Solidaritas Sosial
dalam Komunitas Punk dengan studi deskriptif pada komunitas punk Simpang
Aksara Medan disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini memaparkan mengenai hal yang dilakukan komunitas punk untuk
membangun solidaritas sosial dalam komunitas dan bentuk-bentuk kegiatan yang
dilakukan untuk menguatkan solidaritas sosial dalam komunitas punk.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak
skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan
sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril maupun materil
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penghargaan yang
tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada henti-hentinya
penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta yang telah merawat dan
membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan ketulusan yang mendalam
serta mendidik penulis dengan kesabaran, semangat dan doa yang begitu suci dan
ikhlas kepada penulis.
Melalui penulisan ini, penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan
ucapan terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi
yang telah memberikan segenap ilmu pengetahuan semasa
perkuliahan dan sebagai penguji dalam ujian seminar proposal dan
ujian meja hijau penulis yang selalu memberikan
masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.
3. Drs. T. Ilham Saladin, M.Sp., selaku Sekretaris Departemen
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara sebagai penguji dalam ujian seminar proposal dan
ujian meja hijau penulis yang selalu memberikan
masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.
4. Rasa hormat dan terimakasih yang tidak akan dapat penulis
ucapkan dengan kata-kata kepada Ibu Dra. Ria manurung M.Si,
selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali penulis yang telah
banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam
membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian
penulisan skripsi ini.
5. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara terutama kepada Kak
Fenni Khairifa, dan Kak Betty yang telah cukup banyak membantu
penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.
6. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat Sosiologi 2008 yang sangat
Siringo S.sos, Fitri Aprillia, Robby Surya Sitompul S.Sos, Frisillia
Pardosi, Bresman Simamora, Sondang F.Y.H. S.Sos, Nari Rolinon
Boang Manalu S.sos, Lenny Nababan, S.Sos. Hendra Hutagalung,
Desi R.P.M, Diki Handika, Belman Siagian S.Sos, Amos Pasaribu
S.sos, Richat Rajagukguk S.sos, Heberlin Tinambunan, Alexander
Giovanni Simamora, Yan Berlianta Depari S.sos dan banyak lagi
yang belum saya sebutkan yang selalu bersama-sama selama
perkuliahan dan sampai saat ini dan masa yang akan datang.
7. Terima kasih saya ucapkan kepada abang dan kakak senior saya
yang baik hati buat bang Zimi Syahputra S.sos, kak Gorenty
Okseva S.sos, bang Prabu Tamba, S.Sos, kak Mutiara Ginting
S.sos dan M. Gifari S.sos yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi saya ini.
8. Terima kasih buat teman-teman saya Mei Yuliarti, Tanti
Mandasari, Gabeta Solin, Anto, Intan Sianturi, Tina Manurung
yang selalu memberi motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Terima kasih buat para informan yaitu komunitas punk scene Simpang Aksara Medan yang telah bersedia memberikan waktu dan kesempatan
untuk memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penulisan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai
kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan
yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima
kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.
Medan, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1
1.2Perumusan Masalah... 6
1.3Tujuan Penelitian... 6
1.4Manfaat Penelitian... 6
1.5 Definisi Konsep... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komunitas... 9
2.2 Punk... 11
2.2.1 Punk Merupakan Sebuah Subkultur... 14
2.3 Solidaritas Sosial... 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 23
3.2 Lokasi Penelitian... 23
3.3 Unit Analisis dan Informan... 24
3.4 Teknik Pengumpulan Data... 25
3.5 Interpretasi Data... 26
3.6 Jadwal Kegiatan... 26
BAB IV DESKRIPSI DAN HASIL INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 28
4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan... 28
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Medan Tembung... 30
4.1.3 Gambaran Komunitas Punk di Kota Medan... 31
4.1.3.1 Sejarah Komunitas Punk di Kota Medan... 31
4.1.3.2 Perkembangan Punker di Kota Medan... 33
4.1.3.3 Interaksi Sosial Komunitas Punk pada Scene Simpang Aksara Medan... 33
4.1.3.4 Lokasi Komunitas Punk Simpang Aksara... 36
4.2 Profil Informan... 36
4.3 Gambaran Solidaritas Sosial dalam Komunitas... 41
4.4 Bentuk Implementasi Solidaritas Sosial dalam Komunitas Punk... 45
4.4.1 Individualistas Rendah... 45
4.4.2 Keterlibatan Komunitas dalam Menghukum Anggota Menyimpang... 48
4.4.3 Konsensus Terhadap Pola-Pola Normatif Penting... 49
4.4.4 Pembagian Kerja Rendah... 55
4.4.5 Kesadaran Kolektif Kuat... 58
4.4.6 Hukum Represif... 61
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 64
5.2 Saran... 65
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Solidaritas Sosial dalam Komunitas Punk dengan studi deskriptif pada komunitas punk Simpang Aksara Medan. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena terdapat suatu keterikatan berdasarkan kesetiakawanan dalam komunitas punk. Gambaran tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk memaparkan secara rinci mengenai jenis solidaritas sosial yang ada di dalam komunitas punk dan bentuk implementasi solidaritas sosial itu dalam komunitas punk tersebut.
Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah 9 orang punker yang berusia lebih dari 17 tahun dan merupakan bagian dari scene Simpang Aksara Medan selama lebih dari dua tahun, serta telah mengikuti dan berpartisipasi dalam kegiatan komunitas punk.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Masyarakat merupakan sekelompok individu yang mempunyai hubungan,
memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya. Masyarakat dapat disebut
juga dengan komunitas. Komunitas merupakan sekumpulan individu yang
memiliki pemikiran dan tujuan yang sama, di mana dalam komunitas tersebut
memiliki aturan dan nilai-nilai sosial sendiri sehingga menghasilkan perasaan
yang sama. Ferdinand Tonnies mengatakan bahwa anggota dalam komunitas lebih
bersifat homogen, yang memiliki lebih banyak persamaan dibandingkan dengan
masyarakat, seperti memiliki harapan yang sama sehingga menyebabkan
solidaritas sosial yang tinggi (Henslin, 2006:116). Hal ini disamakan pada
masyarakat tradisional dengan rasa kolektif. Komunitas juga merupakan
kelompok sosial yang bertempat tinggal di lokasi tertentu, di mana komunitas
memiliki kebudayaan dan sejarah yang sama.
Di Kota Medan terdapat berbagai jenis komunitas, di antaranya komunitas
punk. Mengutip dari wikipedia, punk merupakan subkultur (sub-budaya) yang
pertama kali lahir di London, Inggris pada tahun 1980-an
diakses pada tanggal 11 Mei 2011, pukul
09.32).
yang kebijakan ekonominya sangat liberal, memberi peluang kapitalis mengembangkan pasar modal (ekonomi uang) tetapi di sisi lain mengabaikan kelas pekerja, membuat pengangguran semakin meningkat. Pada masa itu pemerintah Inggris menetapkan pajak yang sangat tinggi terhadap rakyatnya sehingga menimbulkan kemiskinan, kelaparan dan dan kesenjangan sosial. Masyarakat kelas pekerja menggunakan jalanan sebagai tempat mencari nafkah, membuat jejaring kerja, serta aksi protes yang diselingi karnaval dan musik (http:id.jalanan/kehidupan/atau/pelarian.anak punk.webarchivediakses pada tanggal 3 Januari 2012, pukul 14.26 WIB).
Punk juga dapat diartikan sebagai sebuah gerakan perlawanan anak muda
yang berlandaskan dari keyakinan “Do It Yourself” atau diartikan dengan
“lakukan dengan dirimu sendiri”. Melalui ideologi yang dimiliki, komunitas punk
mempunyai cara dalam melihat dan menilai suatu masalah yang dapat ditemui
melalui lirik-lirik lagu yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup,
ekonomi, ideologi, sosial dan agama.
Para anak punk disebut juga dengan punkers. Para punker menginginkan
kebebasan yang mutlak, tidak ada pengekangan peraturan yang dianggap tidak
penting. Selain membebaskan diri dari sistem negara, punkers juga memiliki
pemahaman tentang bebas dalam hal berpikir (state of mind). Hal ini berkaitan
dengan ideologi yang dianut komunitas punk yaitu ideologi anarki.
Pada tahun 1955 sebelum komunitas punk ada, musik punk hanya
merupakan bentuk aliran musik. Musik punk adalah musik yang menjadi milik
generasi muda yang memberontak terhadap segala bentuk “kemapanan” hingga
akhirnya terbentuk komunitas yang di dalamnya terdapat orang-orang yang
menyukai aliran musik dan ideologi anarki (Sirait, 2010:1). Budaya punk mulai
tumbuh dan berkembang di Indonesia, terutama Bandung dan Jakarta, sekitar awal
tahun 1990 hingga masuk pada wilayah Medan.Informan IC, menyatakan bahwa
jumlahnya sejak tahun 2000-an. Para punker memiliki tempat berkumpul yang
disebut dengan scene. Pertama kali komunitas punk hanya memiliki satu scene
yaitu, di Jalan Abdullah Lubis. Hingga saat ini, komunitas punk di Kota Medan
memiliki tujuh scene yaitu di Aksara, Titi Kuning, Juanda, Brayan, Setia Budi,
Simpang Pemda dan Cemara asri.
Komunitas ini lebih fokus pada musik di antaranya, di Kota Medan
komunitas punk juga memiliki beberapa group band yang berkembang, seperti
Gedebac-Gedebuc, Kontradiksi, SPR, Brutal Youth, Fuckta, Marhaen. Group
musik yang dimiliki oleh komunitas punk di Kota Medan pada awalnya membawa
lagu-lagu punk rock milik band punk luar negeri yang mereka peroleh dari
kaset-kaset yang mereka dapatkan dari punkers yang berasal dari Jawa. Band-band punk
di Kota Medan semakin berkembang dengan diadakan event musik yang juga
bertujuan untuk mempererat solidaritas sesama punkers. Melalui acara-acara
musik tersebut band-band punk Medan telah banyak menghasilkan kaset dan telah
memperkenalkan hasil karyanya dengan anak punk di kota maupun negara lain.
Melalui musik para punker menyampaikan protes dan kritik dalam bentuk kaset.
Setiap punker mempunyai perhatian terhadap musik punk. Dalam hal ini para
punker tersebut menjadi bagian dari tiap band punk.
Kegiatan yang dilakukan para punker didasari dengan etos “Do It
Yourself” seperti menyablon, membuat tattoo dan membuat piercing. Pada
umumnya punkers menggunakan tattoo dan piercing ditubuhnya. Punker
menggunakan kreativitas dan solidaritas dalam komunitas sehingga dapat
Dalam hal ini para punker dapat saling bertukar informasi dalam pembuatan
produk yang merupakan salah satu realisasi dari etos kerja “Do It Yourself”.
Pada komunitas punk terdapat satu majalah yang disebut dengan fanzine.
Fanzine merupakan media komunikasi di dalam komunitas ini. Fanzine membuat
para punker dapat mengetahui perkembangan komunitas punk di scene lain atau
bahkan di kota lain. Di dalam fanzine terdapat artikel-artikel dari para punker
yang berisi tentang pemikiran, kegiatan dan informasi-informasi lainnya. Selain
itu, para punker juga mempunyai kegiatan sosial seperti membantu atau memberi
makanan kepada orang-orang sekitar yang disebut dengan food not bomb, dengan
pendapatan yang diperoleh dari hasil produksi dan kolektif. Di dalam komunitas
ditemukan solidaritas sosial yaitu kesetiakawanan sesama anggota. Di dalam
komunitas punk terdapat kesetiakawanan dengan individualitas rendah,
keterlibatan komunitas dalam menghukum anggota yang menyimpang, konsensus
terhadap pola-pola normatif penting, pembagian kerja yang rendah, kesadaran
kolektif yang kuat dan memiliki hukum represif.
Adapun kesetiakawanan ini membangun ikatan yang kuat. Membangun
solidaritas sosial merupakan hal yang mudah dibentuk karena setiap orang
memiliki kepentingan yang berbeda. Pada dasarnya solidaritas sosial muncul
karena adanya interaksi yang kuat serta memiliki sentimen yang kuat dalam suatu
kelompok. Solidaritas sosial dalam komunitas punk dilihat dari sikap dan perilaku
pada anggotanya. Dalam hal ini sikap dan perilaku anggota komunitas merupakan
in group yang merupakan sikap di antara anggota komunitas. Sikap in group
biasanya menunjukkan adanya faktor simpati dan perasaan yang dekat di antara
dari sikap ramah tamah dan good will sampai menjadi solidaritas mati-matian
(Narwoko, 2006: 34). Berdasarkan sikap in group para anggota komunitas akan
memperoleh ikatan yang membangun interaksi yang lebih kuat. Ikatan yang ada di
dalam komunitas punk merupakan ikatan yang terbentuk karena rasa
kesetiakawanan dan rasa ketergantungan.
Ikatan yang kuat berdasarkan rasa kesetiakawanan dalam komunitas
Seperti yang dijelaskan oleh Durkheim sebagai berikut:
Solidaritas mekanik didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” bersama yang menunjukkan pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama, dan solidaritas itu didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen, dan sebagainya (Nasution 2009:12).
Solidaritas mekanik masyarakat mengacu pada hubungan antar individu
yang ada dalam masyarakat atau kelompok sosial. Dalam komunitas punk
ditunjukkan dengan hubungan yang didasarkan pada persamaan moral,
kepercayaan yang dianut dan diperkuat oleh pengalaman emosional yang sama.
Salah satu daerah di Kota Medan yang dapat dilihat komunitas punk
adalah daerah Simpang Aksara. Pada saat ini ada dua puluh tujuh anggota pada
scene Simpang Aksara. Komunitas punk yang memiliki scene di Simpang Aksara
memiliki kegiatan yang tidak jauh berbeda dengan komunitas punk di scene
lainnya. Selain berkumpul di scene Simpang Aksara yang terletak di dalam pasar
tradisonal tersebut, para punker memiliki kegiatan masing-masing, seperti
bersekolah, kuliah ataupun bekerja. Para punker sering harus melakukan kegiatan
berpindah-pindah tempat berkumpul, karena aparat sering merazia komunitas ini.
hingga malam hari. Selain itu, kegiatan komunitas punk yang tidak terpublikasi
oleh masyarakat yang disebut dengan underground. Oleh karena itu, peneliti
tertarik ingin mengetahui jenis solidaritas sosial yang ada di dalam komunitas
punk dan bentuk implementasi solidaritas sosial itu dalam komunitas punk.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Solidaritas sosial apakah yang ada di dalam komunitas punk?
2. Bagaimana implementasi solidaritas sosial itu dalam komunitas punk?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan yang
diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui
jenis solidaritas sosial yang ada di dalam komunitas punk dan bentuk
implementasi solidaritas sosial itu dalam komunitas punk tersebut.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis
diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang
dikaitkan dengan kerangka pemikiran sosiologi perubahan sosial, yang
berkaitan dengan solidaritas sosial.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan untuk memahami seluk beluk eksistensi komunitas anak punk
Medan yang dapat dijadikan proses pembelajaran dalam menyikapi fenomena
sosial dan menjadi bahan rujukan bagi penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial.
1.5Definisi Konsep
1. Solidaritas sosial
Konsep solidaritas sosial merupakan kepedulian secara bersama
kelompok yang menunjukkan pada suatu keadaan hubungan antara individu
dan/atau kelompok yang didasarkan pada persamaan moral, kolektif yang
sama, dan kepercayaan yang dianut serta diperkuat oleh pengalaman
emosional. Solidaritas sosial juga dipengaruhi interaksi sosial yang
berlangsung karena ikatan kultural, yang pada dasarnya disebabkan
munculnya sentimen komunitas (community sentiment) (dalam Nasution,
2009:9).
2. Komunitas
Dalam komunitas individu-individu di dalamnya dapat
memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko
dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin
yaitu communitas yang berarti kesamaan
2013, pukul 19.45). Komunitas merupakan sekumpulan individu yang
memiliki pemikiran dan tujuan yang sama, di mana dalam komunitas tersebut
memiliki aturan dan nilai-nilai sosial sendiri sehingga menghasilkan perasaan
yang sama. Pada dasarnya komunitas terbentuk karena adanya rasa
seperasaan, sepenanggungan dan saling membutuhkan. Setiap individu yang
menjadi bagian dari komunitas melakukan interaksi sosial sehigga
menciptakan hubungan sosial dan saling mengenal.
3. Komunitas Anak Punk
Komunitas anak punk merupakan sekelompok anak muda yang
memiliki ideologi hidup atas kebebasan, antipenindasan dan antikemapanan,
kelompok gerakan perlawanan anak muda yang memiliki etos Do It Yourself
(lakukan dengan diri sendiri). Komunitas punk dapat dikenal dari hal fashion
yang dikenakan seperti potongan rambut mohawk (berdiri tegak) ala suku
Indian dengan warna terang, sepatu boots, rantai, jaket kulit, celana jeans
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Komunitas
Komunitas dapat diartikan sebagai masyarakat community atau masyarakat
setempat, komunitas berasal dari bahasa lain yaitu communitas yang memiliki arti
kesamaan (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas diakses pada tanggal 17
November 2013, pukul 19.45). Pada dasarnya komunitas terbentuk karena adanya
rasa seperasaan, sepenanggungan dan saling membutuhkan. Setiap individu yang
menjadi bagian dari komunitas melakukan interaksi sosial sehingga menciptakan
hubungan sosial dan saling mengenal.
Menurut Soerjono Soekanto, istilah community dapat diterjemahkan sebagai masyarakat”. Istilah yang menunjuk pada warga sebuah desa, sebuah kota, suku, atau suatu bangsa. Apabila anggota sesuatu kelompok baik kelompok besar maupun kecil hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut memenuhi kepentingan hidup yang utama, kelompok tadi disebut masyarakat setempat (Santosa, 2009:83).
Hal utama pada komunitas adalah terdapat interaksi sosial yang rutin di
antara anggota yang ada didalamnya. Rasa kesetiakawanan timbul karena adanya
ikatan pada anggota. Anggota komunitas terjalin satu sama lain dan dapat
dikatakan hidup bersama.
Dalam persfektif sosiologi komunitas dapat dibedakan dari masyarakat
yang lebih luas (society) melalui kedalam perhatian bersama (a community of
interest) atau oleh tingkat interaksi yang tinggi (an attachment community)
pukul 21.31 WIB). Komunitas merupakan bentuk kecil dari masyarakat, di mana
komunitas dapat juga dikatakan sebagai masyarakat tradisional. Seperti yang
dijelaskan oleh Tonnies:
Ferdinand Tonnies menggunakan istilah Gemeinschaft atau “komunitas intim” untuk menggambarkan kehidupan pedesaan, tipe masyarakat di mana tiap anggota masyarakat mengenal yang lainnya. ia mencatat bahwa dalam masyarakat yang sedang berkembang, ikatan pribadi, hubungan kekerabatan, dan persahabatan seumur hidup.. (Henslin, 2006:116).
Anggota dalam komunitas lebih bersifat homogen, yang memiliki lebih
banyak persamaan dibandingkan dengan masyarakat, seperti memiliki harapan
yang sama sehingga menyebabkan solidaritas sosial yang tinggi. Hal ini
disamakan pada masyarakat tradisional dengan rasa kolektif. Mengutip Santosa
(2009:85) menjelaskan sebagai berikut:
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi timbulnya suatu community, antara lain sebagai berikut:
a. Adanya suatu interaksi yang lebih besar di antara anggota yang bertempat tinggal di satu daerah dengan batas-batas tertentu.
b. Adanya normal sosial manusia di dalam masyarakat, di antaranya kebudayaan masyarakat sebagai suatu ketergantungan yang normatif, norma kemasyarakatan yang historis, perbedaan social budaya antara lembaga kemasyarakatan dan organisasi masyarakat.
c. Adanya ketergantungan antara kebudayaan dan masyarakat yang bersifat normatif. Demikian jaga norma yang ada dalam masyarakat akan memberikan batas-batas pada kelakuan anggotanya dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi kelompok untuk menyumbangkan sikap kebersamaannya di mana mereka berada.
Kolektif dalam komunitas merupakan hasil dari persamaan norma, dalam
hal ini setiap anggota memiliki batasan-batasan sendiri pada perilaku anggotanya
sehingga menciptakan sikap yang sama. Batasan-batasan norma dalam komunitas
2.2 Punk
Punk adalah satu ideologi yang dianut sekumpulan anak muda dari
golongan masyarakat kelas bawah, dalam hal ini punk diartikan sebagai suatu
pemikiran mengenai pembrontakan terhadap masyarakat kelas atas yang
mendominasi.
Punk adalah suatu ideologi tentang pemberontakan dan anti kemapanan. Etos yang menggerakkan segala hal yang berlaku dalam punk adalah etos D.I.Y. (Do It Yourself). Dalam budaya punk tidak terlepas dari individu dan kelompok. Individu yang mempunyai tujuan yang sama dengan individu lainnya mencari keamanan identitas diri dengan membentuk suatu kelompok sosial atau komunitas yang bisa memberikan rasa aman dan mewadahi apa yang menjadi tujuan mereka ).
Dalam melihat komunitas punk terdapat 3 komponen yang saling terkait
dan merupakan satu kesatua
Desember 2011, pukul 09.20 WIB). Ketiga komponen tersebut adalah punk
sebagai ideologi, punk sebagai gaya hidup dan punk sebagai aliran musik.
1. Punk sebagai ideologi
Ideologi merupakan pemikiran yang dimiliki oleh individu. Individu yang
telah menjadi bagian dari masyarakat atau komunitas akan memiliki ideologi yang
sama dengan individu lain yang ada dalam masyarakat atau komunitas tersebut.
Pada komunitas punk ideologi yang dianut adalah anarkisme, di mana anarkisme
merupakan suatu paham yang diartikan dengan sesuaut tanpa aturan yang
mengekang. Negara sebagai kekuatan yang menguasai lembaga-lembaga yang ada
di dalamnya, dalam hal ini negara lebih memihak kepada pihak pemilik modal.
Masyarakat akan membuat aksi penolakan pada sistem yang dianggap tidak
sosial akibat dari ideologi yang ada pada negara. Zainuddin Maliki (2012:22)
menjelaskan sebagai berikut:
Ideologi, sebagaimana dasar pandangan dunia dan paradigma sosial, memuat keyakinan-keyakinan atau sistem keyakinan dan nilai-nilai tidak serta merta bisa diikuti oleh semua anggota masyarakat yang menerima dan merasa terikat dengan ideologi tersebut. Sebab, ketika ide atau nilai-nilai seperti itu harus diangkat menjadi sebagai ideologi, masih ada masalah yang sangat mendasar (Maliki, 2012:22).
Kesenjangan yang ditimbulkan dari masyarakat di dalam suatu negara
merupakan bibit dari ideologi anarkis pada komunitas punk. Komunitas punk
membentuk satu kelompok dari masyarakat kelas bawah yang bertujuan untuk
menghilangkan adanya kesenjangan di dalam masyarakat. Marx menjelaskan
sebagai berikut:
Dalam pemikiran Marx, negara sebagai kelas yang berkuasa melakukan penindasan dan represi terhadap rakyat. Penindasan ini sulit dihilangkan oleh rakyat karena semakin hari rakyat makin lemah dan negara makin kuat. Untuk melakukan pembebasan harus dilakukan suatu revolusi yang melibatkan pihak-pihak yang masih memiliki kesadaran kritis serta tidak termakan oleh ideologi yang disebarkan negara (Takwin, 2003:68).
Ideologi anarkis pada komunitas punk ditunjukkan dengan bentuk
kemandirian yang mempunyai etos kerja Do It Yourself. Hal ini menunjukkan
penolakan pada sistem pemerintah yang dianggap melakukan penindasan pada
rakyat. Do It Yourself memiliki arti bahwa individu yang hidup tanpa
pengekangan dan dapat memperjuangkan hidup dengan sumber daya pada diri
individu tersebut.
2. Punk sebagai gaya hidup
Setiap individu memiliki gaya hidup masing-masing. Gaya hidup
Setiap orang secara sadar menentukan gaya hidupnya, hal ini membuat seseorang
tersebut berada pada kelompok dengan gaya hidup yang sama. Gaya hidup
memperlihatkan diri seseorang secara keseluruhan, menentukan seseorang dalam
berinteraksi dan bersosialisasi. Menurut Bourdieu gaya hidup seseorang dipahami
sebagai hasil dari interaksi antara manusia sebagai subjek sekaligus objek dalam
masyarakat, hasil dari pemikiran sadar yang terbentuk sepanjang sejarah hidupnya
(Nainggolan,2013:8)
Seseorang yang merupakan bagian dari masyarakat atau komunitas
tertentu memiliki gaya hidup yang sama dengan orang lain dalam masyarakat atau
komunitasnya, di mana hal tersebut akan meciptakan ciri khas masing-masing.
Hal ini terkait pada penampilan dan perilaku suatu masyarakat atau komunitas.
Adanya ciri khas dari gaya hidup pada masyarakat atau komunitas dapat menjadi
streotype pada masyarakat lain.
Pada komunitas punk terdapat gaya hidup yang ditunjukkan pada
penampilan setiap punker. Gaya rambut mohawk (berdiri tegak) seperti
penampilan rambut suku indian dan diwarnai dengan warna terang, menggunakan
pakaian dengan dominasi wana hitam, celana ketat, menggunakan sepatu boots,
dan memakai segala bentuk aksesoris seperti tindikan pada bagian tubuh, dan
sebagainya.
3. Punk sebagai jenis musik
Genre atau jenis musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan
kemiripannya satu sama lain. Musik punk merupakan bagian dari musik beraliran
rock. Musik punk berirama keras sama halnya seperti musik rock, dalam musik
merupakan suatu kritik atau protes terhadap kehidupan sosial, politik dan budaya
pada suatu negara.
Punk merupakan salah satu dari aliran musik bernada keras, yaitu salah satu aliran musik yang berirama keras. Tahun 1970 merupakan awal munculnya band yang beraliran punk, seperti Sex Pistols, The Damned dan Buzzcock. Musisi
punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang
menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat. Desember 2011, pukul 09.20 WIB).
Komunitas punk merupakan kelompok yang di dalamnya terdapat
orang-orang yang menyukai musik punk. Pada komunitas ini musik merupakan hal yang
paling dominan dibandingkan dengan kegiatan yang ada di dalamnya. Komunitas
punk dan perkembangan musik punk merupakan hal yang berkaitan erat. Dalam
hal ini, kelompok yang memiliki ideologi anarki atau kebebasan dapat
mengaspirasikan hal tersebut melalui lagu pada musik punk, begitu juga
sebaliknya.
2.2.1 Punk Merupakan Sebuah Subkultur
Subkultur merupakan budaya baru dalam masyarakat yang diciptakan
oleh masyarakat minoritas. Masyarakat atau kelompok subkultur menunjukkan
perbedaan dengan masyarakat atau kelompok mayoritas dengan gaya hidup dan
simbol-simbol tertentu. Dalam hal ini, komunitas punk merupakan kelompok
minoritas yang menjadi sebuah subkultur yang dianggap berbeda dan
menyimpang oleh masyarakat. Mengutip pada Henslin (2006:50-51) sebagai
Subkultur dapat terbentuk di sekitar suatu kesenangan atau kegiatan apapun. Setiap subkultur mempunyai nilai dan normanya sendiri yang dimiliki bersama para anggota, yang memberikan mereka suatu identitas bersama. Setiap subkultur mempunyai istilah-istilah khusus yang menunjukkan sudut kehidupan kelompok, yang digunakan para anggotanya untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Setiap subkultur memberikan kepada anggotanya nilai-nilai dan cara-cara khas untuk memandang dunia.
Masyarakat subkultur memiliki identitas sendiri, hal ini berkaitan
dengan simbol-simbol yang ada di dalamnya. Masyarakat subkultur yang
membedakan diri dari masyarakat masyoritas disebabkan oleh adanya
ketidakcocokan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan ideologi.
Cohen (1995) menjelaskan sebagai berikut:
Subkultur muncul pada masyarakat yang sangat majemuk dan kompleks yang di dalamnya terdapat banyak orang yang mempunyai masalah yang sama terhadap kebudayaan dominan. Subkultur delinkuen, misalnya, muncul untuk menunjukkan rasa frustasi anak-anak kelas bawah yang gagal dalam memenuhi harapan budaya dominan di sekolahnya. Pada subkultur delinkuen anak-anak kelas bawah melakukan inovasi agar dapat berkompetisi dengan anak-anak lainnya dengan berbagai alternatif cara, baik secara positif maupun secara negatif (Siahaan, 2009: 23).
Masyarakat subkultur pada dasarnya memiliki perbedaan yang
menimbulkan masalah dengan masyarakat mayoritas. Masyarakat minoritas
menciptakan nilai-nilai dan norma-norma baru pada masyarakat disebabkan
oleh adanya ketimpangan sosial dalam masyarakat. Aksi dalam menciptakan
budaya baru merupakan kritik terhadap budaya lama pada masyarakat
mayoritas.
Pada umumnya masyarakat subkultur atau masyarakat minoritas
oleh masyarakat mayoritas. Penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok
acap disebut dengan subkultur yang menyimpang (Henslin, 2006:50).
Asal mula terjadinya subkultur yang menyimpang karena ada interaksi di antara sekelompok orang yang mendapatkan status atau cap menyimpang. Melalui interaksi dan intensitas pergaulan yang cukup erat di antara mereka, maka terbentuklah perasaan senasib dalam menghadapi dilema yang sama. Para anggota dari subkultur seperti itu memiliki perasaan saling pengertian dan memiliki jalan pikiran, nilai dan norma serta aturan bertingkah laku yang berbeda dengan norma-norma sosial masyarakat pada umumnya (kultur dominan) (Henslin, 2006:50).
Hal ini berkaitan pada ideologi dan perilaku yang ada dalam komunitas
punk, di mana para punker memiliki rasa kesetiakawanan yang disebabkan
karena memiliki perasaan yang sama seperti halnya dianggap sebagai
kelompok yang menyimpang di masyarakat.
James vander Zaden, 1979 (Sunarto 2004:213) menjelaskan bahwa
perilaku yang menyimpang tidak saja dilakukan secara perorang, tapi tak
jarang juga dilakukan secara berkelompok. Penyimpangan merupakan perilaku
yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar
batas toleransi. Perilaku pada anggota komunitas punk dianggap sebagai
perilaku menyimpang pada masyarakat minoritas. Hal ini disebabkan oleh
perilaku tersebut diluar kebiasaan dari budaya yang sudah ada, seperti yang
dijelaskan oleh J. Dwi Narwoko(2006: 98-99) sebagai berikut:
2.3 Solidaritas Sosial
Masyarakat atau kelompok sosial memiliki keterikatan yang dapat
membuat setiap anggota dalam masyarakat atau suatu kelompok memiliki rasa
ketergantungan satu sama lain, hal ini disebut dengan solidaritas sosial. Konsep
solidaritas sosial merupakan konsep sentral Emile Durkheim, ia menjelaskan
bahwa solidaritas sosial adalah kesetiakawanan yang menunjuk pada suatu
keadaan hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada
persamaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh
pengalaman emosional bersama (Lawang, 1994: 181).
Elemen-elemen yang ada dalam solidaritas sosial merupakan satu kesatuan
yang menunjukkan tingkat solidaritas di dalam suatu masyarakat atau kelompok
sosial. Salah satu elemen yang ada dalam solidaritaas komunitas punk adalah
ideologi yang dianut.
Setiap anggota memiliki satu ideologi yang sama sehingga dapat
menciptakan tujuan yang searah. Ideologi merupakan suatu bentuk pemikiran.
Dari asal kata, istilah ideologi dapat dipecah menjadi kata idea dan logos. Secara
harfiah dapat diartikan sebagai aturan atau hukum tentang ide (Takwin, 2003:10).
Ideologi pada setiap individu memiliki perbedaan dengan ideologi yang dimiliki
individu tersebut saat menjadi bagian dari masyarakat atau kelompok sosial,
Bagus Takwin (2013:6-7) menjelaskan sebagai berikut:
Kebebasan dalam berpikir merupakan bentuk dari
pengetahuan-pengetahuan yang dapat menciptakan suatu ideologi. Melalui ideologi yang
dimiliki akan membentuk perilaku secara personal maupun saat individu menjadi
bagian dari masyarakat atau kelompok sosial. Di dalam komunitas punk terdapat
idoelogi anarkisme yang mengasilkan perilaku bebas dan berupaya menciptakan
masyarakat tanpa kelas.
Kebebasan berpikir yang mencegah orang-orang untuk melihat sesuatu yang benar di masyarakat dan sebaliknya memaksa mereka menuruti kehendak mereka yang disebut penguasa dari pemerintahan, seperti melawan pikiran-pikiran orang yang sudah dimapankan, yang menganggap negatif karena melihat penampilan orang lain yang berbeda, menyimpang di luar kebiasaan. Kebebasan untuk bersuara, berkarya dan berpendapat yang selama ini suara masyarakat tidak pernah dipublikasikan mengenai segala hal yang menurut komunitas punk tidak cocok. Dalam hal ini para punker berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar yang disebut dengan musik punk. diakses 20 Desember 2011, pukul 09.20 WIB).
Pengertian ideologi ditinjau dari pendekatan aliran yaitu sebagai
kebenaran sejati menjadi dasar ideologi dalam arti positif yang secara kasar dapat
disimpulkan sebagai seperangkat nilai dan aturan atau hukum yang dipercayai
dapat membantu manusia menjalani hidupnya (Takwin, 2003:12). Hal ini
menunjukkan kepada persamaan moral yang dimiliki setiap individu dalam
masyarakat.
Dalam dunia-kehidupan sehari-hari, syarat yang mempertahankan hidup
adalah dengan belajar menggunakan norma-norma kelompok yang tersedia.
Seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari berpikir-membedakan antara yang
baik dan yang buruk secara reflektif, yakni mengikuti norma-norma yang telah
menjadi salah satu ciri yang menunjukkan adanya solidaritas sosial. Misalnya,
komunitas punk terdapat persamaan nilai dalam berpenampilan dan perilaku, hal
ini berkaitan dengan prinsip kebebasan yang dianut dalam komunitas tersebut.
Lukacs memandang ideologi berisi sekumpulan pengetahuan yang
dipercayai suatu kelas. Pengetahuan-pengetahuan yang diungkapkan dengan
bahasa. Memperjuangkan ideologi kelas tertentu adalah mengungkapkan
pengetahuan-pengetahuan tertentu lewat bahasa (Takwin, 2003:20). Hal ini
menunjukkan bahwa suatu masyarakat atau komunitas memiliki kesadaran kelas,
khususnya pada komunitas punk yang berupaya menghilangkan adanya kelas
dalam masyarakat.
Ideologi juga dapat dianggap sebagai evaluasi pengalaman yang dijelaskan
oleh Kinlock sebagai berikut:
Menjelaskan bahwa ideologi biasanya mengacu kepada sistem keyakinan yang menjadi dasar tindakan sekelompok orang. Ideologi merupakan sistem evaluasi yang bisa menjelaskan pengalaman kita dapat difahami dan dianggap logis. Oleh karena ituideologi mendorong dan mendasari tindakan seseorang, sehingga sangat dibutuhkan untuk menghadapi realitas kehidupan. Ideologi memberikan suatu tatanan nilai yang komperhensif sehingga menjadikan kehidupan ini lebih bermakna... Ideologi juga cenderung merepresentasikan simbol pandangan dunia yang melegitimasi kepentingan ekonomi politik elit... (Maliki, 2012:21)
Adanya pengalaman emosional yang sama pada setiap anggota masyarakat
merupakan elemen yang membentuk solidaritas sosial. Ideologi yang terbentuk
pengalaman dapat membentuk ideologi yang memiliki perbandingan dari tindakan
sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan adanya rasa sepenanggungan dan saling
Sepenanggungan dapat diartikan bahwa setiap individu sadar akan
peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri yang
memungkinkan peranannya tadi dapat dijalankan sehingga ia mempunyai
kedudukan yang pasti (Santosa, 2009:84). Rasa sepenanggungan pada setiap
anggota masyarakat terbentuk karena telah merasa menjadi bagian dari
masyarakat tersebut.
Dalam hal lain, anggota masyarakat juga memiliki rasa saling
membutuhkan. Saling memerlukan adalah anggota merasakan dirinya tergantung
pada komunitasnya dalam hal kebutuhan dan kebutuhan psikologisnya, seperti
mencari perlindungan apabila dalam ketakutan dan sebagainya (Santosa,2009:84).
Setiap individu akan memperoleh rasa nyaman saat berada dalam masyarakat atau
kelompok yang menganggap individu tersebut bagian dari masyarakat atau
kelompok itu. Perasaan baik yang ada pada setiap anggota masyarakat di
dalamnya merupakan satu perasaan yang sama. Rasa seperasaan membuat setiap
anggota dalam komunitas memiliki kolektif yang sama. seperti yang dijelaskan
oleh Santosa (2009:84) sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan seperasaan adalah perasaan yang membawa akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang atau anggota komunitas sehingga kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai kelompok kami, perasaan kami, dan sebagainya. Perasaan tersebut terutama timbul apabila orang-orang tersebut mempunyai kepentingan yang sama di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Pada unsur seperasaan ini, kepentingan individu diselaraskan dengan kepentingan kelompoknya sehingga dia merasakan kelompoknya sebagai struktur sosial masyarakatnya.
Suatu masyarakat memiliki visi dan misi yang sama sehingga anggota
yang berjumlah banyak di dalamnya tetap merupakan satu bentuk yang tidak lain.
kolektif. Hal ini terjadi karena setiap anggota telah menganggap anggota lain yang
ada di dalam masyarakat yang sama merupakan bagian dari dirinya.
Hal ini juga berkaitan pada kolektif pada komunitas, dimana dalam
komunitas akan ditemukan adanya kolektif yang sama, yang kemudian akan
membentuk solidaritas sosial. Seperti yang dijelaskan oleh Maliki (2012:90)
sebagai berikut:
Masyarakat terintegrasi karena adanya kesepakatan di antara anggota masyarakat terhadap nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Nilai-nilai kemasyarakatan ini oleh Durkheim disebut dengan kesadaran kolektif (Collective Conciousness). Kesadaran kolektif ini berada di luar diri individu (exterior), namun memiliki daya pemaksa terhadap individu-individu sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kesadaran kolektif adalah suautu konsensus masyarakat yang bersangkutan. Kesadaran kolektif tersebut bisa berwujud aturan-aturan moral, aturan-aturan-aturan-aturan agama, aturan-aturan-aturan-aturan tentang baik dan buruk, luhur dan mulia dan sebagainya. Kesadaran kolektif juga merupakan salah satu wujud dari fakta sosial yang berkaitan dengan moralitas bersama (Maliki, 2012:90).
Kesadaran kolektif berkaitan dengan persamaan moral yang diciptakan
oleh ideologi melalui pengalaman sebelumnya. Persamaan moral dalam
komunitas menjadi salah satu ciri yang menunjukkan adanya solidaritas sosial.
Dalam hal ini, persamaan moral seperti memiliki ideologi yang sama, di mana
komunitas punk berideologi anarki atau dengan kata lain bebas dalam berpikir,
berpendapat dan bertindak tanpa harus tunduk pada aturan sistem yang telah ada.
Kesadaran kolektif dalam masyarakat dibentuk karena adanya rasa
seperasaan dan sepenanggungan. Hal ini terjadi karena setiap anggota di dalamnya
merasa bertanggung jawab dan merasa memiliki terhadap segala sesuatu yang ada
Solidaritas sosial terbagi menjadi dua, yaitu solidaritas organik dan solidaritas mekanik. Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja yang bertambah besar. Solidaritas sosial ini didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan tersebut akan bertambah sebagai hasil bertambahnya spesialisasi pembagian pekerjaan, memungkinkan dan meningkatkan bertambahnya perbedaan di kalangan individu (Nasution 2009).
Anggota masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik memiliki
kesadaran kolektif yang tinggi. Dalam hal ini menggambarkan sesuatu mengenai
elemen-elemen penting dari kedua tipe struktur sosial itu. Seperti yang dijelaskan
Sunarto (2004:128) sebagai berikut:
Solidaritas mekanik memperlihatkan berbagai komponen, seperti adanya kesadaran kolektif yang didasarkan pada sifat ketergantungan individu yang memiliki kepercayaan dan pola normatif yang sama. Hal ini terjadi karena adanya rasa memiliki (menjadi bagian) dari anggota kelompok tersebut. Didasarkan pada suatu kesadaran kolektif bersama yang menunjukkan pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen bersama. Ciri-cirinya adalah berdasar kesamaan, tidak ada ketergantungan, tidak ada pembagian kerja, solidaritas berdasarkan kepercayaan dan kesetiakawanan.
Keterikatan antara anggota masyarakat dengan soliaritas mekanik dibentuk
dengan rasa kesetiakawanan. Solidaritas sosial dalam komunitas punk diciptakan
oleh rasa kesetiakawanan tanpa ada hal yang bersifat memaksa. Hal ini
dimaksudkan bahwa anggota dalam komunitas punk memiliki rasa seperasaan,
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan, mencari dan
menganalisis faktor-faktor mengenai suatu masalah. Penelitian mencakup
aktivitas menelaah suatu masalah dengan metode ilmiah secara terancang dan
sistematis untuk menemukan pengetahuan baru yang terandalkan kebenarannya
(obyektif dan sahih) (Maleong, 2006). Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Taylor dan Bogdan (1984:5) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif dapat
diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata
lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang
diteliti (Suyanto, 2005:166). Sedangkan pendekatan deskriptif adalah pendekatan
dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Maleong, 2006). Berkenaan
dengan penelitian ini maka akan menjelaskan dan menggambarkan berbagai
situasi dan kondisi yang ada.
3.2 Lokasi Penelitian
Berdasarkan hasil pra penelitian observasi, peneliti menemukan ada tujuh
scene komunitas punk di Kota Medan yaitu Simpang Aksara, Titi Kuning, Juanda,
Brayan, Setia budi, Simpang Pemda dan Cemara Asri. Dari kunjungan lokasi,
di Simpang Aksara. Di lokasi ini memiliki representatif para punker dari ke tujuh
scene komunitas punk di Kota Medan. Oleh karena itu, peneliti memilih lokasi ini
sebagai tempat penelitian.
3.3 Unit Analisis dan Informan
Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek
penelitian (Arikunto, 1998:2). Unit analsis masalah kualitatif tediri dari tingkat
yang sangat mikro, yaitu pikiran dan tindakan individu, sampai dengan konteks
yang paling makro. Informan dalam penelitian ini adalah informan kunci dan
informan biasa, informan kunci yaitu informan yang memiliki kriteria sebagai
berikut:
- Anak punk yang berusia lebih dari 17 tahun
- Anak punk yang merupakan bagian dari komunitas punk Medan
selama lebih dari dua tahun,
- Anak punk yang mengikuti dan berpartisipasi dalam kegiatan
komunitas punk Medan.
Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh
peneliti. Informan merupakan orang yang diperkirakan menguasai dan memahami
data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin, 2007: 108). Di
dalam pemilihan informan digunakan metode Snowbolling.
Adapun informan yang menjadi subjek penelitian adalah para punker Kota
Medan khususnya yang memiliki scene di Simpang Aksara Medan. Dari para
punker ini peneliti akan menggali informasi mengenai solidaritas yang terbentuk
kriteria di atas telah ditemukan enam orang informan kunci yaitu, T.L, K.N, J.O,
E.W, I.C dan A.R. Ada tiga informan biasa yaitu, R.D, F.H dan Y.N.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
objek penelitian. Dalam pengumpulan data pada sembilan orang anak
punk. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data primer
adalah dengan cara:
a. Wawancara mendalam, yaitu proses dalam memperoleh data yang
dibutuhkan dalam penelitian dengan mengadakan tanya jawab
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara secara
tatap muka kepada anak punk yang menjadi responden.
b. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan (Bungin 2007: 115). Pengamatan secara langsung
kepada objek yang diteliti guna melihat bentuk kegiatan yang
diadakan dalam komunitas anak punk Medan.
2. Data sekunder
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung
dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan
dari berbagai buku-buku referensi, dokumen dan internet yang
dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.
3.5 Interpretasi Data
Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari, dan memfokuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang
lain. (Bogdan & Biklan, 1982 dalam Moleong, 2006: 280-281).
Akhirnya perlu dikemukakan bahwa analisis data dilakukan dalam proses.
Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data
dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan lapangan
penelitian.
3.6 Jadwal Kegiatan
No Kegiatan
Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. Pra proposal
2. ACC penelitian
3. Penyusunan proposal
penelitian
4. Seminar proposal
penelitian
5. Revisi proposal
penelitian
6. Penelitian lapangan
7. Pengumpulan data dan
analisa data
8. Bimbingan skripsi
9. Penulisan laporan akhir
10. Sidang meja hijau
3.7 Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis mengalami beberapa kendala
dan keterbatasan yaitu:
1. Dalam memilih informan, peneliti kesulitan dalam menemui para
informan yang tepat yang mengetahui sebagian besar mengenai punk
untuk diwawancarai. Hal ini disebabkan oleh karena lamanya
seseorang menjadi punk tidak menjamin ia mengatahui punk secara
keseluruhan.
2. Dalam memperoleh informasi dari informan, peneliti kesulitan untuk
bertemu dengan informan kunci karena informan memiliki kesibukan
lain.
3. Peneliti merasa kesulitan dalam memperoleh data-data tertulis
disebabkan masih sedikitnya referensi-referensi yang berkaitan
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan merupakan salah satu dari 30 daerah tingkat II di
Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 KM². Kota ini merupakan
pusat pemerintahan daerah tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan
timur.
Sebagaian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang
merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan
Sungai Deli. Secara geografis Kota Medan terletak antara 3º.27´ - 3º.47´ LU
dan 98º.35´ - 98º.44´ BT.
Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan
kelestarian Sumber Daya Alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga
mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan
persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan
antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan
pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, di mana
penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya. Pada tahun
2011, penduduk Kota Medan mencapai 2.117.224 jiwa dibanding hasil sensus
Di Kota Medan terdapat data gelandangan, pengemis, anak jalanan
dan anak punk pada Badan Pusat Statistik Kota Medan.
Tabel: Banyaknya Gelandangan, Pengemis, Anak Jalanan dan Anak Punk
yang diterbitkan Tahun 2011
No Tahun/Bulan Year/Month
Jumlah yang bertindak Number to be acted
Banyaknya operasi
Sumber: Polisi Pamong Praja medan Source: Legal order service of Medan City
(Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan)
Kota Medan memiliki sebanyak dua puluh satu kecamatan, yaitu
Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan
Barat, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Belawaan Kota,
Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan
Medan labuhan, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Marelan,
Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan
Medan Polonia, Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Sunggal,
Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan
Tuntungan.
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Medan Tembung
Secara geografis Kecamatan Medan Tembung berbatasan langsung
dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara dan timur, Kecamatan
Medan Denai di sebelah selatan dan Kecamatan Medan Perjuangan di sebelah
barat. Kecamatan Medan Tembung merupakan salah satu kecamatan di Kota
Medan yang mempunyai luas sekitar 7,78 KM².
Kecamatan Medan Tembung dihuni oleh 133.784 orang penduduk di
mana penduduk terbanyak berada di Kelurahan Bantan yakni sebanyak
29.693 orang dan jumlah penduduk terkecil di Kelurahan Tembung yakni
sebanyak 9.821 orang.
Keadaan ekonomi di Kecamatan Medan Tembung terdapat sejumlah
pasar dan pertokoan sudah ramai mendukung kegiatan perekonomian di
Kecamatan Medan Tembung, di antaranya terdapat 6 pasar, 13 pertokoan, 12
mini market dan 1 plaza. Selain itu, terdapat 5 SPBU dan 30 agen minyak
tanah di Kecamatan Medan Tembung ini. Untuk fasilitas bengkel kendaraan
bermotor, sudah banyakbengkel yang ada di kecamatan ini yaitu sebanyak 11
bengkel sepeda motor dan 23 bengkel mobil (Sumber: Badan Pusat Statistik
4.1.3 Gambaran Komunitas Punkdi Kota Medan 4.1.3.1 Sejarah KomunitasPunk di Kota Medan
Komunitas punk masuk ke Kota Medan sejak sekitar tahun 1995. Hal
ini terjadi karena adanya dua orang anak muda Medan yang pindah ke Kota
Jakarta untuk melanjutkan kuliah sehingga pada saat kembali ke Kota Medan,
dua anak muda tersebut mengenalkan ideologi punk kepada anak muda Kota
Medan. Dikutip dalam skripsi Sirait (2001: 62), menyebutkan bahwa Fahmi
dan Hendra adalah orang yang berperan penting dalam perkembangan
komunitas punk Kota Medan. Hal ini dijelaskan pada hasil wawancara
penulis pada informan IC (lk,29tahun) sebagai berikut:
“Punk masuk tahun berapanya nggak ada yang pastinya, cuma kalau masuk ke Indonesia budaya punk itu, komunitas mulai ada 92-an lah, kalau untuk di Medan banyak juga yang ke luar-luar Jawa. Jadi, mereka sendiri dulu, waktu dia balik dia bawa kemari mulai cerita tentang punk, 95-an lah mungkin”
Komunitas punk di Kota Medan muncul diawali dengan adanya
komunitas undergorund. Komunitas underground merupakan komunitas dari
band-band yang memiliki aliran musik rock (Sirait, 2010:60). Di dalam hal
ini musik punk merupakan bagian dari musik rock, oleh karena itu
sekumpulan orang yang menyukai musik punk merupakan bagian dari
komunitas underground. Pada komunitas underground, penyuka musik punk
disebut dengan punker. Para Punker yang merupakan pendahulu di Kota
Medan sering disebut pioneer. Pada awalnya pioneer memiliki satu
sekretariat dan sejak tahun 2001 sekretariat sudah tidak digunakan. Hal ini
scene masing-masing. Scene merupakan tempat berkumpul para punker. Bagi
para punker, scene merupakan kelompok-kelompok kecil dari keseluruhan
komunitas punk di Kota Medan. Hal ini dijelaskan dari hasil wawancara
dengan informan penulis, TL (lk, 28tahun) sebagai berikut:
“Dulu kita punya sekretariat juga tapi bukan yang struktural, beda lah kan. Mulai tahun 2001, kami sendiri pun generasi keduanya. Sekarang ya ada banyak scene”
Pioneer di dalam komunitas punk adalah komunitas inalum brother
hood. Komunitas inalum brotherhood berada di Jalan Abdullah Lubis Medan.
Pada saat ini punker yang merupakan pioneer dalam komunitas inalum
brotherhood telah memiliki keluarga dan kegiatan masing-masing sehingga
membuat sekretariat tidak digunakan lagi. Hal ini dijelaskan dari hasil
wawancara dengan informan penulis, IC (lk, 29tahun) sebagai berikut:
“Dulu pioneernya itu inalum brotherhood, itu yang pertama kali di Medan. Masih sikit anggotanya, orang-orangnya pun udah pada berkeluarga”
Komunitas inalum brotherhood merupakan komunitas punk yang
hanya fokus pada musik, sehingga pada saat itu komunitas punk hanya
merupakan komunitas yang di dalamnya terdapat orang-orang yang menyukai
aliran musik yang sama, yaitu musik punk (Sirait, 2010:61). Di dalam hal ini
kegiatan yang ada pada komunitas inalum brotherhood hanya pada bidang
Pada saat ini komunitas punk memiliki jumlah anggota yang semakin
meningkat. Jumlah punker yang bertambah tersebut menciptakan scene baru
di berbagai bagian Kota Medan.
4.1.3.2 Perkembangan Punker di Kota Medan
Pada awalnya komunitas punk di Kota Medan memiliki satu scene
yaitu, di Jalan Abdullah Lubis. Sejalan dengan semakin bertambah jumlah
punk di Kota Medan tempat berkumpulnya para anak punk tersebut pun
semakin menyebar, seperti di Pringgan, Dr.Mansyur dan lainnya. Dari hasil
observasi, saat ini terdapat tujuh scene di Kota Medan, yaitu di Simpang
Aksara, Titi Kuning, Juanda, Brayan, Setia budi, Simpang Pemda dan
Cemara Asri. Hal yang sama diperoleh dari hasil wawancara dengan informan
penulis KN (lk, 27tahun) sebagai berikut:
“scenenya ada di Titi Kuning, Simpang Pemda, di Juanda, di Brayan, Cemara Asri sama di dekat Setia Budi juga”
Scene dibentuk sebagai tempat berkumpul para punker pada
masing-masing bagian di daerah Kota Medan. Scene juga dijadikan sebagai tempat
bertemu dan berinteraksi antara punker di dalam scene maupun dengan
punker yang berasal dari scene, maupun kota atau negeri lain. Dari hasil
observasi di lapangan, peneliti menemukan ada 3 orang punker pendatang
yang berasal dari Kota Pematang Siantar dan 1 orang punker yang berasal
dari Kota Pekanbaru di komunitas punk Simpang Aksara, Medan.
4.1.3.3 Interaksi Sosial Komunitas Punk pada Scene Simpang Aksara
Pada komunitas punk Simpang Aksara, Medan terdapat punker
lebih banyak jumlahnya dari pada punker perempuan. Para punker memiliki
kegiatan pribadi di luar kegiatan komunitas punk. Dari hasil data di lapangan
sebagian besar punker telah memiliki pekerjaan atau telah mempunyai
pendapatan. Di dalam komunitas punk terdapat punker yang merupakan
seorang mahasiswa dan seorang yang memiliki pekerjaan. Hal ini dilakukan
pada waktu pagi hari hingga sore hari. Oleh karena itu, pada saat sebelum
berkumpul di scene setiap punker melakukan kegiatan sehari-hari seperti
masyarakat pada umumnya.
Dari hasil observasi, penulis melihat bahwa para punker berkumpul
pada masing-masing scene dari pukul empat sore hingga malam hari. Pada
scene masing-masing para punker berinteraksi dengan membuat
kegiatan-kegiatan, seperti menyablon, membuat tattoo, membuat piercing, dan
membuat artikel. Beberapa kegiatan yang dilakukan di dalam scene yaitu
seperti, membuat tattoo dan membuat piercing. Hal ini dapat dilakukan pada
satu scene karena tidak membutuhkan ruang yang khusus atau peralatan yang
banyak, sedangkan kegiatan mengadakan acara musik dibuat pada
tempat-tempat umum, seperti di pendopo USU, di ITM dan di Pitu Cafe, di Karya
Bakti, Medan Johor dan di Berastagi. Dalam hal ini, acara-acara yang
diadakan ditempat umum merupakan acara musik punk.
Acara musik mendapatkan partisipasi yang lebih besar, artinya para
punker dari berbagai scene di Kota Medan dan bahkan dari luar Kota Medan
maupun luar negeri ikut berpartisipasi dalam kegiatan musik. Selain itu dalam
komunitas punk terdapat kegiatan menyablon, yaitu memberi tulisan atau
menjadi tempat berkumpul komunitas punk tersebut, misalnya punker yang
memiliki rumah telah membuka usaha jasa sablon.
Pada sore hari para punker berkumpul di scene Simpang Aksara
Medan. Para punker pada komunitas Simpang Aksara mulai berkumpul pada
pukul empat sore hingga malam hari. Kegiatan yang dilakukan pada scene ini
adalah berkumpul dan menjual barang dari hasil karya sendiri, seperti stiker,
gelang yang dibuat dengan tali dan dikaitkan dengan aksesori lain serta
menerima jasa tattoo dan piercing.
Di dalam komunitas punk Simpang Aksara solidaritas yang
ditunjukkan karena adanya rasa seperasaan, sepenanggungan dan kesamaan.
Hal ini ditunjukkan dalam hal saling mengenal antara yang satu dengan
lainnya. Para punker berupaya untuk tetap ikut berpartisipasi dalam kegiatan
komunitas, hal ini ditunjukkan pada saat menjual hasil karya di tempat
berjualan. Kegiatan yang diadakan oleh komunitas punk se-Kota Medan juga
dapat menciptakan adanya rasa kesetiakawanan, di dalam hal ini ditunjukkan
pada kebebasan punker menjadi bagian scene di mana saja. Hal ini dijelaskan
dari hasil wawancara penulis dengan informan RD (lk, 22tahun) sebagai
berikut:
“Sebenarnya komunitas punk ini nggak ada larangan untuk gabung di scene mana aja”
Interaksi yang terjadi dalam komunitas punk terjalin melalui adanya
kegiatan yang diadakan. Hal ini menciptakan adanya solidaritas sosial pada
setiap punker. Seorang Punker memiliki kebebasan dalam memasuki satu
4.1.3.4 Lokasi Komunitas Punk Simpang Aksara Medan
Komunitas punk Simpang Aksara, memiliki letak scene yang berada
di dalam pasar tradisional aksara bagian sudut pasar tersebut. Scene tersebut
juga terletak berdekatan dengan simpang lampu merah. Komunitas punk
Simpang Aksara memiliki satu tempat berjualan, yang menjual setiap hasil
karya para punker, seperti stiker, membuat tattoo dan membuat piercing. Para
punker merupakan warga setempat dan ada juga yang merupakan warga
pendatang dari berbagai kota.
4.2 Profil Informan
Profil informan dalam penelitian ini merupakan anak punk yang tergabung
dalam satu komunitas di Kota Medan. Berikut adalah daftar 9 punker yang
menjadi informan dalam penelitian ini:
1. T.L (lk, 28 tahun)
T.L merupakan pria yang berusia 28 tahun. T.L memiliki suku
pakpak yang lahir di Kota Kabanjahe. Saat ini T.L memiliki usaha kecil di
bidang konveksi dan percetakan sablon di rumah. Di rumah tersebut ia
tinggal bersama istri dan dua orang anaknya di Jalan Bajak Lima,
Sisingamangaraja Medan. T.L telah bergabung dalam komunitas punk
sejak ia berada di kelas 3 Sekolah Menengah Pertama, tahun 1999. Pada
awalnya T.L mengenal punk dari teman sekolah yang merupakan seorang
punker. TL pada awalnya sering berkumpul di scene Aksara Medan,
namun semenjak berkeluarga ia pindah ke daerah Sisingamangaraja
berbentuk sekretariat di Jalan Abdullah Lubis Medan, komunitas punk
tergabung dalam komunitas inalum brotherhood. Dalam komunitas inalum
brotherhood T.L merupakan angkatan kedua, pada tahun 2001. T.L
memiliki sebuah band bernama RKA atau merupakan singkatan dari Rel
Kereta Api. Nama RKA tersebut awalnya tercipta dari tempat tinggal atau
tempat T.L dan teman-teman punk berkumpul di kawasan Rel Kereta Api.
2. K.N (lk, 27 tahun)
K.Nadalah pria berusia 27 tahun, yang merupakan anak ke tiga dari
empat bersaudara di keluarganya. Ketiga saudara K.N telah memiliki
pekerjaan yang tetap, sedangkan ia lebih memilih hidup di jalanan dengan
teman-teman punk lainnya.K.N tinggal di Jalan Pimpinan, Aksara,
Medan.Sejak K.N duduk di kelas tiga Sekolah Menengah Pertama sudah
mulai mengenal dunia punk hingga tahun 2000 saat ini. K.N sudah berada
di scene Aksara sejak tahun 2008, sebelumnya ia selalu berpindah-pindah
scene untuk melakukan tour band.
Dalam komunitas punk K.N memiliki sebuah band. K.N adalah
salah satu personil band Gedebac Gedebuc yang telah ada sejak tahun
2008. K.N membuat lapak atau tempat berjualan stiker dan menerima jasa
tattoo dan piercing. Scene yang berada di dalam pasar tradisional
membuat K.N memiliki ide untuk membuat tempat jualan tersebut. Pada
lapak K.N juga diperdagangkan barang dari punker lainnya. Dalam hal
memperoleh untung, K.N juga berbagi dengan punker lain, sehingga usaha
3. J.O (lk, 30 tahun)
J.O merupakan punker yang berasal dari Kota Pekanbaru, J.O
merupakan pria kelahiran Padang, Sumatera Barat. J.O memiliki Suku
Batak. Pertama kali J.O masih berada di kelas dua Sekolah Menengah
Pertama, tahun 1996 mengenal punk. Hingga saat ini ia sudah berusia 30
tahun masih bertahan menjalani hidup dijalanan. Semenjak tahun 2007 J.O
sudah sering berkumpul dengan punker Simpang Aksara. Hal ini terjadi
semenjak ia tamat kuliah. J.O tingkal di Jalan Gaharu, Medan. Saat di Kota
Medan ia mempunyai band yang beraliran punk. Bersama K.N dan
beberapa teman lainnya, memiliki band yang bernama Gedebac Gedebuc.
4. A.R (lk, 25 tahun)
A.R adalah anak ke dua dari empat bersaudara. Pria berusia 25
tahun ini tinggal di Jalan Gaharu, Medan, sedangkan rumah orangtua A.R
berada di Suka Ramai Medan. Dalam scene, A.R memiliki kegiatan lain,
yaitu menawarkan jasa membuat tattoo, hal ini dilakukan A.R karena ia
memang mempunyai keahlian dalam bidang seni gambar. Melalui
keahliannya dalam melukis tubuh seseorang, A.R dapat menghasilkan
uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sejak kelas 2 Sekolah
Menengah Atas A.R sudah mulai mengenal punk dari musik yang ia
ketahui dari teman sekolahnya, tahun 2001.
5. I.C (lk, 29 tahun)
I.C merupakan pria berusia 29 tahun. Sejak duduk di bangku kelas
1 Sekolah Menengah Atas I.C sudah mengenal musik punk, tahun 1999.
Sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 I.C sering berkumpul dengan para
punker di Simpang Aksara Medan.Sejak tahun 2012 I.C tinggal membuat
tempat berkumpul di jalan Dr.Mansyur, hal ini terjadi karena tempat
berkumpul tersebut dekat dengan tempat tinggalnya dan telah banyak
punker baru yang bertempat tinggal di sekitar scene tersebut. Dalam
komunitas punk, I.C memiliki band yang bernama SPR atau Street Punk
Rocker. Band ini telah ada sejak tahun 1997, namun sering terjadi
pergantian personil dan pada tahun 2007 I.C menjadi salah satu personil
band SPR. Selain menjadi personil band, Icoi juga bekerja sebagai
pembuat tattoo dan airbrush di usahanya sendiri yang terletak di Rantau
Prapat.
6. E.W (lk, 25 tahun)
E.W adalah pria yang berusia 25 tahun. E.W memiliki tempat
tinggal di Kelurahan Tembung.Ia tinggal di kamar koss dengan salah satu
punker lain, yaitu badai. E.W sudah mengenal tentang punk sejak ia berada
di kelas 1 Sekolah Menengah Pertama, tahun 2000. E.W tertarik dan mulai
bergabung dengan komunitas punk saat ia kelas 2 Sekolah Menengah
Pertama, tahun 2001.E.W mulai sering berkumpul di komunitas punk
scene Simpang Aksara sejak tahun 2007 hingga saat ini. Pada saat
sebelumnya, E.W merupakan punker di Kota Pematang Siantar. E.W
tertarik dengan punk disebabkan oleh lirik-lirik lagu pada musikpunk.
7. Y.N (pr, 18 tahun)
Y.N merupakan salah satu dari punker perempuan atau sering juga