• Tidak ada hasil yang ditemukan

Solidaritas Sosial Dalam Komunitas Punk Dengan Studi Deskriptif Pada Komunitas Punk Simpang Aksara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Solidaritas Sosial Dalam Komunitas Punk Dengan Studi Deskriptif Pada Komunitas Punk Simpang Aksara Medan"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SOLIDARITAS SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK

(Studi Deskriptif: Pada Komunitas Punk Simpang Aksara Medan)

D

I

S

U

S

U

N

OLEH:

080901031

VANNY VIRGITA BATUBARA

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Solidaritas Sosial dalam Komunitas Punk dengan studi deskriptif pada komunitas punk Simpang Aksara Medan. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena terdapat suatu keterikatan berdasarkan kesetiakawanan dalam komunitas punk. Gambaran tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk memaparkan secara rinci mengenai jenis solidaritas sosial yang ada di dalam komunitas punk dan bentuk implementasi solidaritas sosial itu dalam komunitas punk tersebut.

Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah 9 orang punker yang berusia lebih dari 17 tahun dan merupakan bagian dari scene Simpang Aksara Medan selama lebih dari dua tahun, serta telah mengikuti dan berpartisipasi dalam kegiatan komunitas punk.

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas berkat dan anugrah-Nya yang di berikan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Solidaritas Sosial

dalam Komunitas Punk dengan studi deskriptif pada komunitas punk Simpang

Aksara Medan disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini memaparkan mengenai hal yang dilakukan komunitas punk untuk

membangun solidaritas sosial dalam komunitas dan bentuk-bentuk kegiatan yang

dilakukan untuk menguatkan solidaritas sosial dalam komunitas punk.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak

skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan

sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril maupun materil

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penghargaan yang

tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada henti-hentinya

penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta yang telah merawat dan

membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan ketulusan yang mendalam

serta mendidik penulis dengan kesabaran, semangat dan doa yang begitu suci dan

ikhlas kepada penulis.

Melalui penulisan ini, penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan

ucapan terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu

(4)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi

yang telah memberikan segenap ilmu pengetahuan semasa

perkuliahan dan sebagai penguji dalam ujian seminar proposal dan

ujian meja hijau penulis yang selalu memberikan

masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.

3. Drs. T. Ilham Saladin, M.Sp., selaku Sekretaris Departemen

Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara sebagai penguji dalam ujian seminar proposal dan

ujian meja hijau penulis yang selalu memberikan

masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Rasa hormat dan terimakasih yang tidak akan dapat penulis

ucapkan dengan kata-kata kepada Ibu Dra. Ria manurung M.Si,

selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali penulis yang telah

banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam

membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian

penulisan skripsi ini.

5. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara terutama kepada Kak

Fenni Khairifa, dan Kak Betty yang telah cukup banyak membantu

penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.

6. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat Sosiologi 2008 yang sangat

(5)

Siringo S.sos, Fitri Aprillia, Robby Surya Sitompul S.Sos, Frisillia

Pardosi, Bresman Simamora, Sondang F.Y.H. S.Sos, Nari Rolinon

Boang Manalu S.sos, Lenny Nababan, S.Sos. Hendra Hutagalung,

Desi R.P.M, Diki Handika, Belman Siagian S.Sos, Amos Pasaribu

S.sos, Richat Rajagukguk S.sos, Heberlin Tinambunan, Alexander

Giovanni Simamora, Yan Berlianta Depari S.sos dan banyak lagi

yang belum saya sebutkan yang selalu bersama-sama selama

perkuliahan dan sampai saat ini dan masa yang akan datang.

7. Terima kasih saya ucapkan kepada abang dan kakak senior saya

yang baik hati buat bang Zimi Syahputra S.sos, kak Gorenty

Okseva S.sos, bang Prabu Tamba, S.Sos, kak Mutiara Ginting

S.sos dan M. Gifari S.sos yang telah banyak membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi saya ini.

8. Terima kasih buat teman-teman saya Mei Yuliarti, Tanti

Mandasari, Gabeta Solin, Anto, Intan Sianturi, Tina Manurung

yang selalu memberi motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

12. Terima kasih buat para informan yaitu komunitas punk scene Simpang Aksara Medan yang telah bersedia memberikan waktu dan kesempatan

untuk memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penulisan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai

kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan

(6)

yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para

pembaca, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima

kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Oktober 2013

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Perumusan Masalah... 6

1.3Tujuan Penelitian... 6

1.4Manfaat Penelitian... 6

1.5 Definisi Konsep... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komunitas... 9

2.2 Punk... 11

2.2.1 Punk Merupakan Sebuah Subkultur... 14

2.3 Solidaritas Sosial... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 23

3.2 Lokasi Penelitian... 23

3.3 Unit Analisis dan Informan... 24

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 25

3.5 Interpretasi Data... 26

3.6 Jadwal Kegiatan... 26

(8)

BAB IV DESKRIPSI DAN HASIL INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 28

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan... 28

4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Medan Tembung... 30

4.1.3 Gambaran Komunitas Punk di Kota Medan... 31

4.1.3.1 Sejarah Komunitas Punk di Kota Medan... 31

4.1.3.2 Perkembangan Punker di Kota Medan... 33

4.1.3.3 Interaksi Sosial Komunitas Punk pada Scene Simpang Aksara Medan... 33

4.1.3.4 Lokasi Komunitas Punk Simpang Aksara... 36

4.2 Profil Informan... 36

4.3 Gambaran Solidaritas Sosial dalam Komunitas... 41

4.4 Bentuk Implementasi Solidaritas Sosial dalam Komunitas Punk... 45

4.4.1 Individualistas Rendah... 45

4.4.2 Keterlibatan Komunitas dalam Menghukum Anggota Menyimpang... 48

4.4.3 Konsensus Terhadap Pola-Pola Normatif Penting... 49

4.4.4 Pembagian Kerja Rendah... 55

4.4.5 Kesadaran Kolektif Kuat... 58

4.4.6 Hukum Represif... 61

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 64

5.2 Saran... 65

(9)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Solidaritas Sosial dalam Komunitas Punk dengan studi deskriptif pada komunitas punk Simpang Aksara Medan. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena terdapat suatu keterikatan berdasarkan kesetiakawanan dalam komunitas punk. Gambaran tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk memaparkan secara rinci mengenai jenis solidaritas sosial yang ada di dalam komunitas punk dan bentuk implementasi solidaritas sosial itu dalam komunitas punk tersebut.

Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah 9 orang punker yang berusia lebih dari 17 tahun dan merupakan bagian dari scene Simpang Aksara Medan selama lebih dari dua tahun, serta telah mengikuti dan berpartisipasi dalam kegiatan komunitas punk.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masyarakat merupakan sekelompok individu yang mempunyai hubungan,

memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya. Masyarakat dapat disebut

juga dengan komunitas. Komunitas merupakan sekumpulan individu yang

memiliki pemikiran dan tujuan yang sama, di mana dalam komunitas tersebut

memiliki aturan dan nilai-nilai sosial sendiri sehingga menghasilkan perasaan

yang sama. Ferdinand Tonnies mengatakan bahwa anggota dalam komunitas lebih

bersifat homogen, yang memiliki lebih banyak persamaan dibandingkan dengan

masyarakat, seperti memiliki harapan yang sama sehingga menyebabkan

solidaritas sosial yang tinggi (Henslin, 2006:116). Hal ini disamakan pada

masyarakat tradisional dengan rasa kolektif. Komunitas juga merupakan

kelompok sosial yang bertempat tinggal di lokasi tertentu, di mana komunitas

memiliki kebudayaan dan sejarah yang sama.

Di Kota Medan terdapat berbagai jenis komunitas, di antaranya komunitas

punk. Mengutip dari wikipedia, punk merupakan subkultur (sub-budaya) yang

pertama kali lahir di London, Inggris pada tahun 1980-an

diakses pada tanggal 11 Mei 2011, pukul

09.32).

(11)

yang kebijakan ekonominya sangat liberal, memberi peluang kapitalis mengembangkan pasar modal (ekonomi uang) tetapi di sisi lain mengabaikan kelas pekerja, membuat pengangguran semakin meningkat. Pada masa itu pemerintah Inggris menetapkan pajak yang sangat tinggi terhadap rakyatnya sehingga menimbulkan kemiskinan, kelaparan dan dan kesenjangan sosial. Masyarakat kelas pekerja menggunakan jalanan sebagai tempat mencari nafkah, membuat jejaring kerja, serta aksi protes yang diselingi karnaval dan musik (http:id.jalanan/kehidupan/atau/pelarian.anak punk.webarchivediakses pada tanggal 3 Januari 2012, pukul 14.26 WIB).

Punk juga dapat diartikan sebagai sebuah gerakan perlawanan anak muda

yang berlandaskan dari keyakinan “Do It Yourself” atau diartikan dengan

“lakukan dengan dirimu sendiri”. Melalui ideologi yang dimiliki, komunitas punk

mempunyai cara dalam melihat dan menilai suatu masalah yang dapat ditemui

melalui lirik-lirik lagu yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup,

ekonomi, ideologi, sosial dan agama.

Para anak punk disebut juga dengan punkers. Para punker menginginkan

kebebasan yang mutlak, tidak ada pengekangan peraturan yang dianggap tidak

penting. Selain membebaskan diri dari sistem negara, punkers juga memiliki

pemahaman tentang bebas dalam hal berpikir (state of mind). Hal ini berkaitan

dengan ideologi yang dianut komunitas punk yaitu ideologi anarki.

Pada tahun 1955 sebelum komunitas punk ada, musik punk hanya

merupakan bentuk aliran musik. Musik punk adalah musik yang menjadi milik

generasi muda yang memberontak terhadap segala bentuk “kemapanan” hingga

akhirnya terbentuk komunitas yang di dalamnya terdapat orang-orang yang

menyukai aliran musik dan ideologi anarki (Sirait, 2010:1). Budaya punk mulai

tumbuh dan berkembang di Indonesia, terutama Bandung dan Jakarta, sekitar awal

tahun 1990 hingga masuk pada wilayah Medan.Informan IC, menyatakan bahwa

(12)

jumlahnya sejak tahun 2000-an. Para punker memiliki tempat berkumpul yang

disebut dengan scene. Pertama kali komunitas punk hanya memiliki satu scene

yaitu, di Jalan Abdullah Lubis. Hingga saat ini, komunitas punk di Kota Medan

memiliki tujuh scene yaitu di Aksara, Titi Kuning, Juanda, Brayan, Setia Budi,

Simpang Pemda dan Cemara asri.

Komunitas ini lebih fokus pada musik di antaranya, di Kota Medan

komunitas punk juga memiliki beberapa group band yang berkembang, seperti

Gedebac-Gedebuc, Kontradiksi, SPR, Brutal Youth, Fuckta, Marhaen. Group

musik yang dimiliki oleh komunitas punk di Kota Medan pada awalnya membawa

lagu-lagu punk rock milik band punk luar negeri yang mereka peroleh dari

kaset-kaset yang mereka dapatkan dari punkers yang berasal dari Jawa. Band-band punk

di Kota Medan semakin berkembang dengan diadakan event musik yang juga

bertujuan untuk mempererat solidaritas sesama punkers. Melalui acara-acara

musik tersebut band-band punk Medan telah banyak menghasilkan kaset dan telah

memperkenalkan hasil karyanya dengan anak punk di kota maupun negara lain.

Melalui musik para punker menyampaikan protes dan kritik dalam bentuk kaset.

Setiap punker mempunyai perhatian terhadap musik punk. Dalam hal ini para

punker tersebut menjadi bagian dari tiap band punk.

Kegiatan yang dilakukan para punker didasari dengan etos “Do It

Yourself” seperti menyablon, membuat tattoo dan membuat piercing. Pada

umumnya punkers menggunakan tattoo dan piercing ditubuhnya. Punker

menggunakan kreativitas dan solidaritas dalam komunitas sehingga dapat

(13)

Dalam hal ini para punker dapat saling bertukar informasi dalam pembuatan

produk yang merupakan salah satu realisasi dari etos kerja “Do It Yourself”.

Pada komunitas punk terdapat satu majalah yang disebut dengan fanzine.

Fanzine merupakan media komunikasi di dalam komunitas ini. Fanzine membuat

para punker dapat mengetahui perkembangan komunitas punk di scene lain atau

bahkan di kota lain. Di dalam fanzine terdapat artikel-artikel dari para punker

yang berisi tentang pemikiran, kegiatan dan informasi-informasi lainnya. Selain

itu, para punker juga mempunyai kegiatan sosial seperti membantu atau memberi

makanan kepada orang-orang sekitar yang disebut dengan food not bomb, dengan

pendapatan yang diperoleh dari hasil produksi dan kolektif. Di dalam komunitas

ditemukan solidaritas sosial yaitu kesetiakawanan sesama anggota. Di dalam

komunitas punk terdapat kesetiakawanan dengan individualitas rendah,

keterlibatan komunitas dalam menghukum anggota yang menyimpang, konsensus

terhadap pola-pola normatif penting, pembagian kerja yang rendah, kesadaran

kolektif yang kuat dan memiliki hukum represif.

Adapun kesetiakawanan ini membangun ikatan yang kuat. Membangun

solidaritas sosial merupakan hal yang mudah dibentuk karena setiap orang

memiliki kepentingan yang berbeda. Pada dasarnya solidaritas sosial muncul

karena adanya interaksi yang kuat serta memiliki sentimen yang kuat dalam suatu

kelompok. Solidaritas sosial dalam komunitas punk dilihat dari sikap dan perilaku

pada anggotanya. Dalam hal ini sikap dan perilaku anggota komunitas merupakan

in group yang merupakan sikap di antara anggota komunitas. Sikap in group

biasanya menunjukkan adanya faktor simpati dan perasaan yang dekat di antara

(14)

dari sikap ramah tamah dan good will sampai menjadi solidaritas mati-matian

(Narwoko, 2006: 34). Berdasarkan sikap in group para anggota komunitas akan

memperoleh ikatan yang membangun interaksi yang lebih kuat. Ikatan yang ada di

dalam komunitas punk merupakan ikatan yang terbentuk karena rasa

kesetiakawanan dan rasa ketergantungan.

Ikatan yang kuat berdasarkan rasa kesetiakawanan dalam komunitas

Seperti yang dijelaskan oleh Durkheim sebagai berikut:

Solidaritas mekanik didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” bersama yang menunjukkan pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama, dan solidaritas itu didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen, dan sebagainya (Nasution 2009:12).

Solidaritas mekanik masyarakat mengacu pada hubungan antar individu

yang ada dalam masyarakat atau kelompok sosial. Dalam komunitas punk

ditunjukkan dengan hubungan yang didasarkan pada persamaan moral,

kepercayaan yang dianut dan diperkuat oleh pengalaman emosional yang sama.

Salah satu daerah di Kota Medan yang dapat dilihat komunitas punk

adalah daerah Simpang Aksara. Pada saat ini ada dua puluh tujuh anggota pada

scene Simpang Aksara. Komunitas punk yang memiliki scene di Simpang Aksara

memiliki kegiatan yang tidak jauh berbeda dengan komunitas punk di scene

lainnya. Selain berkumpul di scene Simpang Aksara yang terletak di dalam pasar

tradisonal tersebut, para punker memiliki kegiatan masing-masing, seperti

bersekolah, kuliah ataupun bekerja. Para punker sering harus melakukan kegiatan

berpindah-pindah tempat berkumpul, karena aparat sering merazia komunitas ini.

(15)

hingga malam hari. Selain itu, kegiatan komunitas punk yang tidak terpublikasi

oleh masyarakat yang disebut dengan underground. Oleh karena itu, peneliti

tertarik ingin mengetahui jenis solidaritas sosial yang ada di dalam komunitas

punk dan bentuk implementasi solidaritas sosial itu dalam komunitas punk.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka yang menjadi

pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Solidaritas sosial apakah yang ada di dalam komunitas punk?

2. Bagaimana implementasi solidaritas sosial itu dalam komunitas punk?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan yang

diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui

jenis solidaritas sosial yang ada di dalam komunitas punk dan bentuk

implementasi solidaritas sosial itu dalam komunitas punk tersebut.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis

diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang

(16)

dikaitkan dengan kerangka pemikiran sosiologi perubahan sosial, yang

berkaitan dengan solidaritas sosial.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan untuk memahami seluk beluk eksistensi komunitas anak punk

Medan yang dapat dijadikan proses pembelajaran dalam menyikapi fenomena

sosial dan menjadi bahan rujukan bagi penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial.

1.5Definisi Konsep

1. Solidaritas sosial

Konsep solidaritas sosial merupakan kepedulian secara bersama

kelompok yang menunjukkan pada suatu keadaan hubungan antara individu

dan/atau kelompok yang didasarkan pada persamaan moral, kolektif yang

sama, dan kepercayaan yang dianut serta diperkuat oleh pengalaman

emosional. Solidaritas sosial juga dipengaruhi interaksi sosial yang

berlangsung karena ikatan kultural, yang pada dasarnya disebabkan

munculnya sentimen komunitas (community sentiment) (dalam Nasution,

2009:9).

2. Komunitas

Dalam komunitas individu-individu di dalamnya dapat

memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko

dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin

yaitu communitas yang berarti kesamaan

(17)

2013, pukul 19.45). Komunitas merupakan sekumpulan individu yang

memiliki pemikiran dan tujuan yang sama, di mana dalam komunitas tersebut

memiliki aturan dan nilai-nilai sosial sendiri sehingga menghasilkan perasaan

yang sama. Pada dasarnya komunitas terbentuk karena adanya rasa

seperasaan, sepenanggungan dan saling membutuhkan. Setiap individu yang

menjadi bagian dari komunitas melakukan interaksi sosial sehigga

menciptakan hubungan sosial dan saling mengenal.

3. Komunitas Anak Punk

Komunitas anak punk merupakan sekelompok anak muda yang

memiliki ideologi hidup atas kebebasan, antipenindasan dan antikemapanan,

kelompok gerakan perlawanan anak muda yang memiliki etos Do It Yourself

(lakukan dengan diri sendiri). Komunitas punk dapat dikenal dari hal fashion

yang dikenakan seperti potongan rambut mohawk (berdiri tegak) ala suku

Indian dengan warna terang, sepatu boots, rantai, jaket kulit, celana jeans

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Komunitas

Komunitas dapat diartikan sebagai masyarakat community atau masyarakat

setempat, komunitas berasal dari bahasa lain yaitu communitas yang memiliki arti

kesamaan (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas diakses pada tanggal 17

November 2013, pukul 19.45). Pada dasarnya komunitas terbentuk karena adanya

rasa seperasaan, sepenanggungan dan saling membutuhkan. Setiap individu yang

menjadi bagian dari komunitas melakukan interaksi sosial sehingga menciptakan

hubungan sosial dan saling mengenal.

Menurut Soerjono Soekanto, istilah community dapat diterjemahkan sebagai masyarakat”. Istilah yang menunjuk pada warga sebuah desa, sebuah kota, suku, atau suatu bangsa. Apabila anggota sesuatu kelompok baik kelompok besar maupun kecil hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut memenuhi kepentingan hidup yang utama, kelompok tadi disebut masyarakat setempat (Santosa, 2009:83).

Hal utama pada komunitas adalah terdapat interaksi sosial yang rutin di

antara anggota yang ada didalamnya. Rasa kesetiakawanan timbul karena adanya

ikatan pada anggota. Anggota komunitas terjalin satu sama lain dan dapat

dikatakan hidup bersama.

Dalam persfektif sosiologi komunitas dapat dibedakan dari masyarakat

yang lebih luas (society) melalui kedalam perhatian bersama (a community of

interest) atau oleh tingkat interaksi yang tinggi (an attachment community)

(19)

pukul 21.31 WIB). Komunitas merupakan bentuk kecil dari masyarakat, di mana

komunitas dapat juga dikatakan sebagai masyarakat tradisional. Seperti yang

dijelaskan oleh Tonnies:

Ferdinand Tonnies menggunakan istilah Gemeinschaft atau “komunitas intim” untuk menggambarkan kehidupan pedesaan, tipe masyarakat di mana tiap anggota masyarakat mengenal yang lainnya. ia mencatat bahwa dalam masyarakat yang sedang berkembang, ikatan pribadi, hubungan kekerabatan, dan persahabatan seumur hidup.. (Henslin, 2006:116).

Anggota dalam komunitas lebih bersifat homogen, yang memiliki lebih

banyak persamaan dibandingkan dengan masyarakat, seperti memiliki harapan

yang sama sehingga menyebabkan solidaritas sosial yang tinggi. Hal ini

disamakan pada masyarakat tradisional dengan rasa kolektif. Mengutip Santosa

(2009:85) menjelaskan sebagai berikut:

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi timbulnya suatu community, antara lain sebagai berikut:

a. Adanya suatu interaksi yang lebih besar di antara anggota yang bertempat tinggal di satu daerah dengan batas-batas tertentu.

b. Adanya normal sosial manusia di dalam masyarakat, di antaranya kebudayaan masyarakat sebagai suatu ketergantungan yang normatif, norma kemasyarakatan yang historis, perbedaan social budaya antara lembaga kemasyarakatan dan organisasi masyarakat.

c. Adanya ketergantungan antara kebudayaan dan masyarakat yang bersifat normatif. Demikian jaga norma yang ada dalam masyarakat akan memberikan batas-batas pada kelakuan anggotanya dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi kelompok untuk menyumbangkan sikap kebersamaannya di mana mereka berada.

Kolektif dalam komunitas merupakan hasil dari persamaan norma, dalam

hal ini setiap anggota memiliki batasan-batasan sendiri pada perilaku anggotanya

sehingga menciptakan sikap yang sama. Batasan-batasan norma dalam komunitas

(20)

2.2 Punk

Punk adalah satu ideologi yang dianut sekumpulan anak muda dari

golongan masyarakat kelas bawah, dalam hal ini punk diartikan sebagai suatu

pemikiran mengenai pembrontakan terhadap masyarakat kelas atas yang

mendominasi.

Punk adalah suatu ideologi tentang pemberontakan dan anti kemapanan. Etos yang menggerakkan segala hal yang berlaku dalam punk adalah etos D.I.Y. (Do It Yourself). Dalam budaya punk tidak terlepas dari individu dan kelompok. Individu yang mempunyai tujuan yang sama dengan individu lainnya mencari keamanan identitas diri dengan membentuk suatu kelompok sosial atau komunitas yang bisa memberikan rasa aman dan mewadahi apa yang menjadi tujuan mereka ).

Dalam melihat komunitas punk terdapat 3 komponen yang saling terkait

dan merupakan satu kesatua

Desember 2011, pukul 09.20 WIB). Ketiga komponen tersebut adalah punk

sebagai ideologi, punk sebagai gaya hidup dan punk sebagai aliran musik.

1. Punk sebagai ideologi

Ideologi merupakan pemikiran yang dimiliki oleh individu. Individu yang

telah menjadi bagian dari masyarakat atau komunitas akan memiliki ideologi yang

sama dengan individu lain yang ada dalam masyarakat atau komunitas tersebut.

Pada komunitas punk ideologi yang dianut adalah anarkisme, di mana anarkisme

merupakan suatu paham yang diartikan dengan sesuaut tanpa aturan yang

mengekang. Negara sebagai kekuatan yang menguasai lembaga-lembaga yang ada

di dalamnya, dalam hal ini negara lebih memihak kepada pihak pemilik modal.

Masyarakat akan membuat aksi penolakan pada sistem yang dianggap tidak

(21)

sosial akibat dari ideologi yang ada pada negara. Zainuddin Maliki (2012:22)

menjelaskan sebagai berikut:

Ideologi, sebagaimana dasar pandangan dunia dan paradigma sosial, memuat keyakinan-keyakinan atau sistem keyakinan dan nilai-nilai tidak serta merta bisa diikuti oleh semua anggota masyarakat yang menerima dan merasa terikat dengan ideologi tersebut. Sebab, ketika ide atau nilai-nilai seperti itu harus diangkat menjadi sebagai ideologi, masih ada masalah yang sangat mendasar (Maliki, 2012:22).

Kesenjangan yang ditimbulkan dari masyarakat di dalam suatu negara

merupakan bibit dari ideologi anarkis pada komunitas punk. Komunitas punk

membentuk satu kelompok dari masyarakat kelas bawah yang bertujuan untuk

menghilangkan adanya kesenjangan di dalam masyarakat. Marx menjelaskan

sebagai berikut:

Dalam pemikiran Marx, negara sebagai kelas yang berkuasa melakukan penindasan dan represi terhadap rakyat. Penindasan ini sulit dihilangkan oleh rakyat karena semakin hari rakyat makin lemah dan negara makin kuat. Untuk melakukan pembebasan harus dilakukan suatu revolusi yang melibatkan pihak-pihak yang masih memiliki kesadaran kritis serta tidak termakan oleh ideologi yang disebarkan negara (Takwin, 2003:68).

Ideologi anarkis pada komunitas punk ditunjukkan dengan bentuk

kemandirian yang mempunyai etos kerja Do It Yourself. Hal ini menunjukkan

penolakan pada sistem pemerintah yang dianggap melakukan penindasan pada

rakyat. Do It Yourself memiliki arti bahwa individu yang hidup tanpa

pengekangan dan dapat memperjuangkan hidup dengan sumber daya pada diri

individu tersebut.

2. Punk sebagai gaya hidup

Setiap individu memiliki gaya hidup masing-masing. Gaya hidup

(22)

Setiap orang secara sadar menentukan gaya hidupnya, hal ini membuat seseorang

tersebut berada pada kelompok dengan gaya hidup yang sama. Gaya hidup

memperlihatkan diri seseorang secara keseluruhan, menentukan seseorang dalam

berinteraksi dan bersosialisasi. Menurut Bourdieu gaya hidup seseorang dipahami

sebagai hasil dari interaksi antara manusia sebagai subjek sekaligus objek dalam

masyarakat, hasil dari pemikiran sadar yang terbentuk sepanjang sejarah hidupnya

(Nainggolan,2013:8)

Seseorang yang merupakan bagian dari masyarakat atau komunitas

tertentu memiliki gaya hidup yang sama dengan orang lain dalam masyarakat atau

komunitasnya, di mana hal tersebut akan meciptakan ciri khas masing-masing.

Hal ini terkait pada penampilan dan perilaku suatu masyarakat atau komunitas.

Adanya ciri khas dari gaya hidup pada masyarakat atau komunitas dapat menjadi

streotype pada masyarakat lain.

Pada komunitas punk terdapat gaya hidup yang ditunjukkan pada

penampilan setiap punker. Gaya rambut mohawk (berdiri tegak) seperti

penampilan rambut suku indian dan diwarnai dengan warna terang, menggunakan

pakaian dengan dominasi wana hitam, celana ketat, menggunakan sepatu boots,

dan memakai segala bentuk aksesoris seperti tindikan pada bagian tubuh, dan

sebagainya.

3. Punk sebagai jenis musik

Genre atau jenis musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan

kemiripannya satu sama lain. Musik punk merupakan bagian dari musik beraliran

rock. Musik punk berirama keras sama halnya seperti musik rock, dalam musik

(23)

merupakan suatu kritik atau protes terhadap kehidupan sosial, politik dan budaya

pada suatu negara.

Punk merupakan salah satu dari aliran musik bernada keras, yaitu salah satu aliran musik yang berirama keras. Tahun 1970 merupakan awal munculnya band yang beraliran punk, seperti Sex Pistols, The Damned dan Buzzcock. Musisi

punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang

menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat. Desember 2011, pukul 09.20 WIB).

Komunitas punk merupakan kelompok yang di dalamnya terdapat

orang-orang yang menyukai musik punk. Pada komunitas ini musik merupakan hal yang

paling dominan dibandingkan dengan kegiatan yang ada di dalamnya. Komunitas

punk dan perkembangan musik punk merupakan hal yang berkaitan erat. Dalam

hal ini, kelompok yang memiliki ideologi anarki atau kebebasan dapat

mengaspirasikan hal tersebut melalui lagu pada musik punk, begitu juga

sebaliknya.

2.2.1 Punk Merupakan Sebuah Subkultur

Subkultur merupakan budaya baru dalam masyarakat yang diciptakan

oleh masyarakat minoritas. Masyarakat atau kelompok subkultur menunjukkan

perbedaan dengan masyarakat atau kelompok mayoritas dengan gaya hidup dan

simbol-simbol tertentu. Dalam hal ini, komunitas punk merupakan kelompok

minoritas yang menjadi sebuah subkultur yang dianggap berbeda dan

menyimpang oleh masyarakat. Mengutip pada Henslin (2006:50-51) sebagai

(24)

Subkultur dapat terbentuk di sekitar suatu kesenangan atau kegiatan apapun. Setiap subkultur mempunyai nilai dan normanya sendiri yang dimiliki bersama para anggota, yang memberikan mereka suatu identitas bersama. Setiap subkultur mempunyai istilah-istilah khusus yang menunjukkan sudut kehidupan kelompok, yang digunakan para anggotanya untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Setiap subkultur memberikan kepada anggotanya nilai-nilai dan cara-cara khas untuk memandang dunia.

Masyarakat subkultur memiliki identitas sendiri, hal ini berkaitan

dengan simbol-simbol yang ada di dalamnya. Masyarakat subkultur yang

membedakan diri dari masyarakat masyoritas disebabkan oleh adanya

ketidakcocokan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan ideologi.

Cohen (1995) menjelaskan sebagai berikut:

Subkultur muncul pada masyarakat yang sangat majemuk dan kompleks yang di dalamnya terdapat banyak orang yang mempunyai masalah yang sama terhadap kebudayaan dominan. Subkultur delinkuen, misalnya, muncul untuk menunjukkan rasa frustasi anak-anak kelas bawah yang gagal dalam memenuhi harapan budaya dominan di sekolahnya. Pada subkultur delinkuen anak-anak kelas bawah melakukan inovasi agar dapat berkompetisi dengan anak-anak lainnya dengan berbagai alternatif cara, baik secara positif maupun secara negatif (Siahaan, 2009: 23).

Masyarakat subkultur pada dasarnya memiliki perbedaan yang

menimbulkan masalah dengan masyarakat mayoritas. Masyarakat minoritas

menciptakan nilai-nilai dan norma-norma baru pada masyarakat disebabkan

oleh adanya ketimpangan sosial dalam masyarakat. Aksi dalam menciptakan

budaya baru merupakan kritik terhadap budaya lama pada masyarakat

mayoritas.

Pada umumnya masyarakat subkultur atau masyarakat minoritas

(25)

oleh masyarakat mayoritas. Penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok

acap disebut dengan subkultur yang menyimpang (Henslin, 2006:50).

Asal mula terjadinya subkultur yang menyimpang karena ada interaksi di antara sekelompok orang yang mendapatkan status atau cap menyimpang. Melalui interaksi dan intensitas pergaulan yang cukup erat di antara mereka, maka terbentuklah perasaan senasib dalam menghadapi dilema yang sama. Para anggota dari subkultur seperti itu memiliki perasaan saling pengertian dan memiliki jalan pikiran, nilai dan norma serta aturan bertingkah laku yang berbeda dengan norma-norma sosial masyarakat pada umumnya (kultur dominan) (Henslin, 2006:50).

Hal ini berkaitan pada ideologi dan perilaku yang ada dalam komunitas

punk, di mana para punker memiliki rasa kesetiakawanan yang disebabkan

karena memiliki perasaan yang sama seperti halnya dianggap sebagai

kelompok yang menyimpang di masyarakat.

James vander Zaden, 1979 (Sunarto 2004:213) menjelaskan bahwa

perilaku yang menyimpang tidak saja dilakukan secara perorang, tapi tak

jarang juga dilakukan secara berkelompok. Penyimpangan merupakan perilaku

yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar

batas toleransi. Perilaku pada anggota komunitas punk dianggap sebagai

perilaku menyimpang pada masyarakat minoritas. Hal ini disebabkan oleh

perilaku tersebut diluar kebiasaan dari budaya yang sudah ada, seperti yang

dijelaskan oleh J. Dwi Narwoko(2006: 98-99) sebagai berikut:

(26)

2.3 Solidaritas Sosial

Masyarakat atau kelompok sosial memiliki keterikatan yang dapat

membuat setiap anggota dalam masyarakat atau suatu kelompok memiliki rasa

ketergantungan satu sama lain, hal ini disebut dengan solidaritas sosial. Konsep

solidaritas sosial merupakan konsep sentral Emile Durkheim, ia menjelaskan

bahwa solidaritas sosial adalah kesetiakawanan yang menunjuk pada suatu

keadaan hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada

persamaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh

pengalaman emosional bersama (Lawang, 1994: 181).

Elemen-elemen yang ada dalam solidaritas sosial merupakan satu kesatuan

yang menunjukkan tingkat solidaritas di dalam suatu masyarakat atau kelompok

sosial. Salah satu elemen yang ada dalam solidaritaas komunitas punk adalah

ideologi yang dianut.

Setiap anggota memiliki satu ideologi yang sama sehingga dapat

menciptakan tujuan yang searah. Ideologi merupakan suatu bentuk pemikiran.

Dari asal kata, istilah ideologi dapat dipecah menjadi kata idea dan logos. Secara

harfiah dapat diartikan sebagai aturan atau hukum tentang ide (Takwin, 2003:10).

Ideologi pada setiap individu memiliki perbedaan dengan ideologi yang dimiliki

individu tersebut saat menjadi bagian dari masyarakat atau kelompok sosial,

Bagus Takwin (2013:6-7) menjelaskan sebagai berikut:

(27)

Kebebasan dalam berpikir merupakan bentuk dari

pengetahuan-pengetahuan yang dapat menciptakan suatu ideologi. Melalui ideologi yang

dimiliki akan membentuk perilaku secara personal maupun saat individu menjadi

bagian dari masyarakat atau kelompok sosial. Di dalam komunitas punk terdapat

idoelogi anarkisme yang mengasilkan perilaku bebas dan berupaya menciptakan

masyarakat tanpa kelas.

Kebebasan berpikir yang mencegah orang-orang untuk melihat sesuatu yang benar di masyarakat dan sebaliknya memaksa mereka menuruti kehendak mereka yang disebut penguasa dari pemerintahan, seperti melawan pikiran-pikiran orang yang sudah dimapankan, yang menganggap negatif karena melihat penampilan orang lain yang berbeda, menyimpang di luar kebiasaan. Kebebasan untuk bersuara, berkarya dan berpendapat yang selama ini suara masyarakat tidak pernah dipublikasikan mengenai segala hal yang menurut komunitas punk tidak cocok. Dalam hal ini para punker berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar yang disebut dengan musik punk. diakses 20 Desember 2011, pukul 09.20 WIB).

Pengertian ideologi ditinjau dari pendekatan aliran yaitu sebagai

kebenaran sejati menjadi dasar ideologi dalam arti positif yang secara kasar dapat

disimpulkan sebagai seperangkat nilai dan aturan atau hukum yang dipercayai

dapat membantu manusia menjalani hidupnya (Takwin, 2003:12). Hal ini

menunjukkan kepada persamaan moral yang dimiliki setiap individu dalam

masyarakat.

Dalam dunia-kehidupan sehari-hari, syarat yang mempertahankan hidup

adalah dengan belajar menggunakan norma-norma kelompok yang tersedia.

Seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari berpikir-membedakan antara yang

baik dan yang buruk secara reflektif, yakni mengikuti norma-norma yang telah

(28)

menjadi salah satu ciri yang menunjukkan adanya solidaritas sosial. Misalnya,

komunitas punk terdapat persamaan nilai dalam berpenampilan dan perilaku, hal

ini berkaitan dengan prinsip kebebasan yang dianut dalam komunitas tersebut.

Lukacs memandang ideologi berisi sekumpulan pengetahuan yang

dipercayai suatu kelas. Pengetahuan-pengetahuan yang diungkapkan dengan

bahasa. Memperjuangkan ideologi kelas tertentu adalah mengungkapkan

pengetahuan-pengetahuan tertentu lewat bahasa (Takwin, 2003:20). Hal ini

menunjukkan bahwa suatu masyarakat atau komunitas memiliki kesadaran kelas,

khususnya pada komunitas punk yang berupaya menghilangkan adanya kelas

dalam masyarakat.

Ideologi juga dapat dianggap sebagai evaluasi pengalaman yang dijelaskan

oleh Kinlock sebagai berikut:

Menjelaskan bahwa ideologi biasanya mengacu kepada sistem keyakinan yang menjadi dasar tindakan sekelompok orang. Ideologi merupakan sistem evaluasi yang bisa menjelaskan pengalaman kita dapat difahami dan dianggap logis. Oleh karena ituideologi mendorong dan mendasari tindakan seseorang, sehingga sangat dibutuhkan untuk menghadapi realitas kehidupan. Ideologi memberikan suatu tatanan nilai yang komperhensif sehingga menjadikan kehidupan ini lebih bermakna... Ideologi juga cenderung merepresentasikan simbol pandangan dunia yang melegitimasi kepentingan ekonomi politik elit... (Maliki, 2012:21)

Adanya pengalaman emosional yang sama pada setiap anggota masyarakat

merupakan elemen yang membentuk solidaritas sosial. Ideologi yang terbentuk

pengalaman dapat membentuk ideologi yang memiliki perbandingan dari tindakan

sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan adanya rasa sepenanggungan dan saling

(29)

Sepenanggungan dapat diartikan bahwa setiap individu sadar akan

peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri yang

memungkinkan peranannya tadi dapat dijalankan sehingga ia mempunyai

kedudukan yang pasti (Santosa, 2009:84). Rasa sepenanggungan pada setiap

anggota masyarakat terbentuk karena telah merasa menjadi bagian dari

masyarakat tersebut.

Dalam hal lain, anggota masyarakat juga memiliki rasa saling

membutuhkan. Saling memerlukan adalah anggota merasakan dirinya tergantung

pada komunitasnya dalam hal kebutuhan dan kebutuhan psikologisnya, seperti

mencari perlindungan apabila dalam ketakutan dan sebagainya (Santosa,2009:84).

Setiap individu akan memperoleh rasa nyaman saat berada dalam masyarakat atau

kelompok yang menganggap individu tersebut bagian dari masyarakat atau

kelompok itu. Perasaan baik yang ada pada setiap anggota masyarakat di

dalamnya merupakan satu perasaan yang sama. Rasa seperasaan membuat setiap

anggota dalam komunitas memiliki kolektif yang sama. seperti yang dijelaskan

oleh Santosa (2009:84) sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan seperasaan adalah perasaan yang membawa akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang atau anggota komunitas sehingga kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai kelompok kami, perasaan kami, dan sebagainya. Perasaan tersebut terutama timbul apabila orang-orang tersebut mempunyai kepentingan yang sama di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Pada unsur seperasaan ini, kepentingan individu diselaraskan dengan kepentingan kelompoknya sehingga dia merasakan kelompoknya sebagai struktur sosial masyarakatnya.

Suatu masyarakat memiliki visi dan misi yang sama sehingga anggota

yang berjumlah banyak di dalamnya tetap merupakan satu bentuk yang tidak lain.

(30)

kolektif. Hal ini terjadi karena setiap anggota telah menganggap anggota lain yang

ada di dalam masyarakat yang sama merupakan bagian dari dirinya.

Hal ini juga berkaitan pada kolektif pada komunitas, dimana dalam

komunitas akan ditemukan adanya kolektif yang sama, yang kemudian akan

membentuk solidaritas sosial. Seperti yang dijelaskan oleh Maliki (2012:90)

sebagai berikut:

Masyarakat terintegrasi karena adanya kesepakatan di antara anggota masyarakat terhadap nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Nilai-nilai kemasyarakatan ini oleh Durkheim disebut dengan kesadaran kolektif (Collective Conciousness). Kesadaran kolektif ini berada di luar diri individu (exterior), namun memiliki daya pemaksa terhadap individu-individu sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kesadaran kolektif adalah suautu konsensus masyarakat yang bersangkutan. Kesadaran kolektif tersebut bisa berwujud aturan-aturan moral, aturan-aturan-aturan-aturan agama, aturan-aturan-aturan-aturan tentang baik dan buruk, luhur dan mulia dan sebagainya. Kesadaran kolektif juga merupakan salah satu wujud dari fakta sosial yang berkaitan dengan moralitas bersama (Maliki, 2012:90).

Kesadaran kolektif berkaitan dengan persamaan moral yang diciptakan

oleh ideologi melalui pengalaman sebelumnya. Persamaan moral dalam

komunitas menjadi salah satu ciri yang menunjukkan adanya solidaritas sosial.

Dalam hal ini, persamaan moral seperti memiliki ideologi yang sama, di mana

komunitas punk berideologi anarki atau dengan kata lain bebas dalam berpikir,

berpendapat dan bertindak tanpa harus tunduk pada aturan sistem yang telah ada.

Kesadaran kolektif dalam masyarakat dibentuk karena adanya rasa

seperasaan dan sepenanggungan. Hal ini terjadi karena setiap anggota di dalamnya

merasa bertanggung jawab dan merasa memiliki terhadap segala sesuatu yang ada

(31)

Solidaritas sosial terbagi menjadi dua, yaitu solidaritas organik dan solidaritas mekanik. Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja yang bertambah besar. Solidaritas sosial ini didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan tersebut akan bertambah sebagai hasil bertambahnya spesialisasi pembagian pekerjaan, memungkinkan dan meningkatkan bertambahnya perbedaan di kalangan individu (Nasution 2009).

Anggota masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik memiliki

kesadaran kolektif yang tinggi. Dalam hal ini menggambarkan sesuatu mengenai

elemen-elemen penting dari kedua tipe struktur sosial itu. Seperti yang dijelaskan

Sunarto (2004:128) sebagai berikut:

Solidaritas mekanik memperlihatkan berbagai komponen, seperti adanya kesadaran kolektif yang didasarkan pada sifat ketergantungan individu yang memiliki kepercayaan dan pola normatif yang sama. Hal ini terjadi karena adanya rasa memiliki (menjadi bagian) dari anggota kelompok tersebut. Didasarkan pada suatu kesadaran kolektif bersama yang menunjukkan pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen bersama. Ciri-cirinya adalah berdasar kesamaan, tidak ada ketergantungan, tidak ada pembagian kerja, solidaritas berdasarkan kepercayaan dan kesetiakawanan.

Keterikatan antara anggota masyarakat dengan soliaritas mekanik dibentuk

dengan rasa kesetiakawanan. Solidaritas sosial dalam komunitas punk diciptakan

oleh rasa kesetiakawanan tanpa ada hal yang bersifat memaksa. Hal ini

dimaksudkan bahwa anggota dalam komunitas punk memiliki rasa seperasaan,

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan, mencari dan

menganalisis faktor-faktor mengenai suatu masalah. Penelitian mencakup

aktivitas menelaah suatu masalah dengan metode ilmiah secara terancang dan

sistematis untuk menemukan pengetahuan baru yang terandalkan kebenarannya

(obyektif dan sahih) (Maleong, 2006). Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Taylor dan Bogdan (1984:5) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif dapat

diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata

lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang

diteliti (Suyanto, 2005:166). Sedangkan pendekatan deskriptif adalah pendekatan

dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Maleong, 2006). Berkenaan

dengan penelitian ini maka akan menjelaskan dan menggambarkan berbagai

situasi dan kondisi yang ada.

3.2 Lokasi Penelitian

Berdasarkan hasil pra penelitian observasi, peneliti menemukan ada tujuh

scene komunitas punk di Kota Medan yaitu Simpang Aksara, Titi Kuning, Juanda,

Brayan, Setia budi, Simpang Pemda dan Cemara Asri. Dari kunjungan lokasi,

(33)

di Simpang Aksara. Di lokasi ini memiliki representatif para punker dari ke tujuh

scene komunitas punk di Kota Medan. Oleh karena itu, peneliti memilih lokasi ini

sebagai tempat penelitian.

3.3 Unit Analisis dan Informan

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek

penelitian (Arikunto, 1998:2). Unit analsis masalah kualitatif tediri dari tingkat

yang sangat mikro, yaitu pikiran dan tindakan individu, sampai dengan konteks

yang paling makro. Informan dalam penelitian ini adalah informan kunci dan

informan biasa, informan kunci yaitu informan yang memiliki kriteria sebagai

berikut:

- Anak punk yang berusia lebih dari 17 tahun

- Anak punk yang merupakan bagian dari komunitas punk Medan

selama lebih dari dua tahun,

- Anak punk yang mengikuti dan berpartisipasi dalam kegiatan

komunitas punk Medan.

Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh

peneliti. Informan merupakan orang yang diperkirakan menguasai dan memahami

data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin, 2007: 108). Di

dalam pemilihan informan digunakan metode Snowbolling.

Adapun informan yang menjadi subjek penelitian adalah para punker Kota

Medan khususnya yang memiliki scene di Simpang Aksara Medan. Dari para

punker ini peneliti akan menggali informasi mengenai solidaritas yang terbentuk

(34)

kriteria di atas telah ditemukan enam orang informan kunci yaitu, T.L, K.N, J.O,

E.W, I.C dan A.R. Ada tiga informan biasa yaitu, R.D, F.H dan Y.N.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

objek penelitian. Dalam pengumpulan data pada sembilan orang anak

punk. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data primer

adalah dengan cara:

a. Wawancara mendalam, yaitu proses dalam memperoleh data yang

dibutuhkan dalam penelitian dengan mengadakan tanya jawab

dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara secara

tatap muka kepada anak punk yang menjadi responden.

b. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

penginderaan (Bungin 2007: 115). Pengamatan secara langsung

kepada objek yang diteliti guna melihat bentuk kegiatan yang

diadakan dalam komunitas anak punk Medan.

2. Data sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung

dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan

(35)

dari berbagai buku-buku referensi, dokumen dan internet yang

dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

apa yang dipelajari, dan memfokuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang

lain. (Bogdan & Biklan, 1982 dalam Moleong, 2006: 280-281).

Akhirnya perlu dikemukakan bahwa analisis data dilakukan dalam proses.

Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data

dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan lapangan

penelitian.

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan

Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1. Pra proposal 

2. ACC penelitian 

3. Penyusunan proposal

penelitian

 

4. Seminar proposal

penelitian

5. Revisi proposal

penelitian

(36)

6. Penelitian lapangan    

7. Pengumpulan data dan

analisa data

     

8. Bimbingan skripsi     

9. Penulisan laporan akhir      

10. Sidang meja hijau 

3.7 Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis mengalami beberapa kendala

dan keterbatasan yaitu:

1. Dalam memilih informan, peneliti kesulitan dalam menemui para

informan yang tepat yang mengetahui sebagian besar mengenai punk

untuk diwawancarai. Hal ini disebabkan oleh karena lamanya

seseorang menjadi punk tidak menjamin ia mengatahui punk secara

keseluruhan.

2. Dalam memperoleh informasi dari informan, peneliti kesulitan untuk

bertemu dengan informan kunci karena informan memiliki kesibukan

lain.

3. Peneliti merasa kesulitan dalam memperoleh data-data tertulis

disebabkan masih sedikitnya referensi-referensi yang berkaitan

(37)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan merupakan salah satu dari 30 daerah tingkat II di

Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 KM². Kota ini merupakan

pusat pemerintahan daerah tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan

langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan

timur.

Sebagaian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang

merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan

Sungai Deli. Secara geografis Kota Medan terletak antara 3º.27´ - 3º.47´ LU

dan 98º.35´ - 98º.44´ BT.

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan

kelestarian Sumber Daya Alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga

mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan

persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan

antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan

pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, di mana

penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya. Pada tahun

2011, penduduk Kota Medan mencapai 2.117.224 jiwa dibanding hasil sensus

(38)

Di Kota Medan terdapat data gelandangan, pengemis, anak jalanan

dan anak punk pada Badan Pusat Statistik Kota Medan.

Tabel: Banyaknya Gelandangan, Pengemis, Anak Jalanan dan Anak Punk

yang diterbitkan Tahun 2011

No Tahun/Bulan Year/Month

Jumlah yang bertindak Number to be acted

Banyaknya operasi

Sumber: Polisi Pamong Praja medan Source: Legal order service of Medan City

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan)

Kota Medan memiliki sebanyak dua puluh satu kecamatan, yaitu

Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan

Barat, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Belawaan Kota,

Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan

(39)

Medan labuhan, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Marelan,

Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan

Medan Polonia, Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Sunggal,

Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan

Tuntungan.

4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Medan Tembung

Secara geografis Kecamatan Medan Tembung berbatasan langsung

dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara dan timur, Kecamatan

Medan Denai di sebelah selatan dan Kecamatan Medan Perjuangan di sebelah

barat. Kecamatan Medan Tembung merupakan salah satu kecamatan di Kota

Medan yang mempunyai luas sekitar 7,78 KM².

Kecamatan Medan Tembung dihuni oleh 133.784 orang penduduk di

mana penduduk terbanyak berada di Kelurahan Bantan yakni sebanyak

29.693 orang dan jumlah penduduk terkecil di Kelurahan Tembung yakni

sebanyak 9.821 orang.

Keadaan ekonomi di Kecamatan Medan Tembung terdapat sejumlah

pasar dan pertokoan sudah ramai mendukung kegiatan perekonomian di

Kecamatan Medan Tembung, di antaranya terdapat 6 pasar, 13 pertokoan, 12

mini market dan 1 plaza. Selain itu, terdapat 5 SPBU dan 30 agen minyak

tanah di Kecamatan Medan Tembung ini. Untuk fasilitas bengkel kendaraan

bermotor, sudah banyakbengkel yang ada di kecamatan ini yaitu sebanyak 11

bengkel sepeda motor dan 23 bengkel mobil (Sumber: Badan Pusat Statistik

(40)

4.1.3 Gambaran Komunitas Punkdi Kota Medan 4.1.3.1 Sejarah KomunitasPunk di Kota Medan

Komunitas punk masuk ke Kota Medan sejak sekitar tahun 1995. Hal

ini terjadi karena adanya dua orang anak muda Medan yang pindah ke Kota

Jakarta untuk melanjutkan kuliah sehingga pada saat kembali ke Kota Medan,

dua anak muda tersebut mengenalkan ideologi punk kepada anak muda Kota

Medan. Dikutip dalam skripsi Sirait (2001: 62), menyebutkan bahwa Fahmi

dan Hendra adalah orang yang berperan penting dalam perkembangan

komunitas punk Kota Medan. Hal ini dijelaskan pada hasil wawancara

penulis pada informan IC (lk,29tahun) sebagai berikut:

“Punk masuk tahun berapanya nggak ada yang pastinya, cuma kalau masuk ke Indonesia budaya punk itu, komunitas mulai ada 92-an lah, kalau untuk di Medan banyak juga yang ke luar-luar Jawa. Jadi, mereka sendiri dulu, waktu dia balik dia bawa kemari mulai cerita tentang punk, 95-an lah mungkin”

Komunitas punk di Kota Medan muncul diawali dengan adanya

komunitas undergorund. Komunitas underground merupakan komunitas dari

band-band yang memiliki aliran musik rock (Sirait, 2010:60). Di dalam hal

ini musik punk merupakan bagian dari musik rock, oleh karena itu

sekumpulan orang yang menyukai musik punk merupakan bagian dari

komunitas underground. Pada komunitas underground, penyuka musik punk

disebut dengan punker. Para Punker yang merupakan pendahulu di Kota

Medan sering disebut pioneer. Pada awalnya pioneer memiliki satu

sekretariat dan sejak tahun 2001 sekretariat sudah tidak digunakan. Hal ini

(41)

scene masing-masing. Scene merupakan tempat berkumpul para punker. Bagi

para punker, scene merupakan kelompok-kelompok kecil dari keseluruhan

komunitas punk di Kota Medan. Hal ini dijelaskan dari hasil wawancara

dengan informan penulis, TL (lk, 28tahun) sebagai berikut:

“Dulu kita punya sekretariat juga tapi bukan yang struktural, beda lah kan. Mulai tahun 2001, kami sendiri pun generasi keduanya. Sekarang ya ada banyak scene”

Pioneer di dalam komunitas punk adalah komunitas inalum brother

hood. Komunitas inalum brotherhood berada di Jalan Abdullah Lubis Medan.

Pada saat ini punker yang merupakan pioneer dalam komunitas inalum

brotherhood telah memiliki keluarga dan kegiatan masing-masing sehingga

membuat sekretariat tidak digunakan lagi. Hal ini dijelaskan dari hasil

wawancara dengan informan penulis, IC (lk, 29tahun) sebagai berikut:

“Dulu pioneernya itu inalum brotherhood, itu yang pertama kali di Medan. Masih sikit anggotanya, orang-orangnya pun udah pada berkeluarga”

Komunitas inalum brotherhood merupakan komunitas punk yang

hanya fokus pada musik, sehingga pada saat itu komunitas punk hanya

merupakan komunitas yang di dalamnya terdapat orang-orang yang menyukai

aliran musik yang sama, yaitu musik punk (Sirait, 2010:61). Di dalam hal ini

kegiatan yang ada pada komunitas inalum brotherhood hanya pada bidang

(42)

Pada saat ini komunitas punk memiliki jumlah anggota yang semakin

meningkat. Jumlah punker yang bertambah tersebut menciptakan scene baru

di berbagai bagian Kota Medan.

4.1.3.2 Perkembangan Punker di Kota Medan

Pada awalnya komunitas punk di Kota Medan memiliki satu scene

yaitu, di Jalan Abdullah Lubis. Sejalan dengan semakin bertambah jumlah

punk di Kota Medan tempat berkumpulnya para anak punk tersebut pun

semakin menyebar, seperti di Pringgan, Dr.Mansyur dan lainnya. Dari hasil

observasi, saat ini terdapat tujuh scene di Kota Medan, yaitu di Simpang

Aksara, Titi Kuning, Juanda, Brayan, Setia budi, Simpang Pemda dan

Cemara Asri. Hal yang sama diperoleh dari hasil wawancara dengan informan

penulis KN (lk, 27tahun) sebagai berikut:

“scenenya ada di Titi Kuning, Simpang Pemda, di Juanda, di Brayan, Cemara Asri sama di dekat Setia Budi juga”

Scene dibentuk sebagai tempat berkumpul para punker pada

masing-masing bagian di daerah Kota Medan. Scene juga dijadikan sebagai tempat

bertemu dan berinteraksi antara punker di dalam scene maupun dengan

punker yang berasal dari scene, maupun kota atau negeri lain. Dari hasil

observasi di lapangan, peneliti menemukan ada 3 orang punker pendatang

yang berasal dari Kota Pematang Siantar dan 1 orang punker yang berasal

dari Kota Pekanbaru di komunitas punk Simpang Aksara, Medan.

4.1.3.3 Interaksi Sosial Komunitas Punk pada Scene Simpang Aksara

Pada komunitas punk Simpang Aksara, Medan terdapat punker

(43)

lebih banyak jumlahnya dari pada punker perempuan. Para punker memiliki

kegiatan pribadi di luar kegiatan komunitas punk. Dari hasil data di lapangan

sebagian besar punker telah memiliki pekerjaan atau telah mempunyai

pendapatan. Di dalam komunitas punk terdapat punker yang merupakan

seorang mahasiswa dan seorang yang memiliki pekerjaan. Hal ini dilakukan

pada waktu pagi hari hingga sore hari. Oleh karena itu, pada saat sebelum

berkumpul di scene setiap punker melakukan kegiatan sehari-hari seperti

masyarakat pada umumnya.

Dari hasil observasi, penulis melihat bahwa para punker berkumpul

pada masing-masing scene dari pukul empat sore hingga malam hari. Pada

scene masing-masing para punker berinteraksi dengan membuat

kegiatan-kegiatan, seperti menyablon, membuat tattoo, membuat piercing, dan

membuat artikel. Beberapa kegiatan yang dilakukan di dalam scene yaitu

seperti, membuat tattoo dan membuat piercing. Hal ini dapat dilakukan pada

satu scene karena tidak membutuhkan ruang yang khusus atau peralatan yang

banyak, sedangkan kegiatan mengadakan acara musik dibuat pada

tempat-tempat umum, seperti di pendopo USU, di ITM dan di Pitu Cafe, di Karya

Bakti, Medan Johor dan di Berastagi. Dalam hal ini, acara-acara yang

diadakan ditempat umum merupakan acara musik punk.

Acara musik mendapatkan partisipasi yang lebih besar, artinya para

punker dari berbagai scene di Kota Medan dan bahkan dari luar Kota Medan

maupun luar negeri ikut berpartisipasi dalam kegiatan musik. Selain itu dalam

komunitas punk terdapat kegiatan menyablon, yaitu memberi tulisan atau

(44)

menjadi tempat berkumpul komunitas punk tersebut, misalnya punker yang

memiliki rumah telah membuka usaha jasa sablon.

Pada sore hari para punker berkumpul di scene Simpang Aksara

Medan. Para punker pada komunitas Simpang Aksara mulai berkumpul pada

pukul empat sore hingga malam hari. Kegiatan yang dilakukan pada scene ini

adalah berkumpul dan menjual barang dari hasil karya sendiri, seperti stiker,

gelang yang dibuat dengan tali dan dikaitkan dengan aksesori lain serta

menerima jasa tattoo dan piercing.

Di dalam komunitas punk Simpang Aksara solidaritas yang

ditunjukkan karena adanya rasa seperasaan, sepenanggungan dan kesamaan.

Hal ini ditunjukkan dalam hal saling mengenal antara yang satu dengan

lainnya. Para punker berupaya untuk tetap ikut berpartisipasi dalam kegiatan

komunitas, hal ini ditunjukkan pada saat menjual hasil karya di tempat

berjualan. Kegiatan yang diadakan oleh komunitas punk se-Kota Medan juga

dapat menciptakan adanya rasa kesetiakawanan, di dalam hal ini ditunjukkan

pada kebebasan punker menjadi bagian scene di mana saja. Hal ini dijelaskan

dari hasil wawancara penulis dengan informan RD (lk, 22tahun) sebagai

berikut:

“Sebenarnya komunitas punk ini nggak ada larangan untuk gabung di scene mana aja”

Interaksi yang terjadi dalam komunitas punk terjalin melalui adanya

kegiatan yang diadakan. Hal ini menciptakan adanya solidaritas sosial pada

setiap punker. Seorang Punker memiliki kebebasan dalam memasuki satu

(45)

4.1.3.4 Lokasi Komunitas Punk Simpang Aksara Medan

Komunitas punk Simpang Aksara, memiliki letak scene yang berada

di dalam pasar tradisional aksara bagian sudut pasar tersebut. Scene tersebut

juga terletak berdekatan dengan simpang lampu merah. Komunitas punk

Simpang Aksara memiliki satu tempat berjualan, yang menjual setiap hasil

karya para punker, seperti stiker, membuat tattoo dan membuat piercing. Para

punker merupakan warga setempat dan ada juga yang merupakan warga

pendatang dari berbagai kota.

4.2 Profil Informan

Profil informan dalam penelitian ini merupakan anak punk yang tergabung

dalam satu komunitas di Kota Medan. Berikut adalah daftar 9 punker yang

menjadi informan dalam penelitian ini:

1. T.L (lk, 28 tahun)

T.L merupakan pria yang berusia 28 tahun. T.L memiliki suku

pakpak yang lahir di Kota Kabanjahe. Saat ini T.L memiliki usaha kecil di

bidang konveksi dan percetakan sablon di rumah. Di rumah tersebut ia

tinggal bersama istri dan dua orang anaknya di Jalan Bajak Lima,

Sisingamangaraja Medan. T.L telah bergabung dalam komunitas punk

sejak ia berada di kelas 3 Sekolah Menengah Pertama, tahun 1999. Pada

awalnya T.L mengenal punk dari teman sekolah yang merupakan seorang

punker. TL pada awalnya sering berkumpul di scene Aksara Medan,

namun semenjak berkeluarga ia pindah ke daerah Sisingamangaraja

(46)

berbentuk sekretariat di Jalan Abdullah Lubis Medan, komunitas punk

tergabung dalam komunitas inalum brotherhood. Dalam komunitas inalum

brotherhood T.L merupakan angkatan kedua, pada tahun 2001. T.L

memiliki sebuah band bernama RKA atau merupakan singkatan dari Rel

Kereta Api. Nama RKA tersebut awalnya tercipta dari tempat tinggal atau

tempat T.L dan teman-teman punk berkumpul di kawasan Rel Kereta Api.

2. K.N (lk, 27 tahun)

K.Nadalah pria berusia 27 tahun, yang merupakan anak ke tiga dari

empat bersaudara di keluarganya. Ketiga saudara K.N telah memiliki

pekerjaan yang tetap, sedangkan ia lebih memilih hidup di jalanan dengan

teman-teman punk lainnya.K.N tinggal di Jalan Pimpinan, Aksara,

Medan.Sejak K.N duduk di kelas tiga Sekolah Menengah Pertama sudah

mulai mengenal dunia punk hingga tahun 2000 saat ini. K.N sudah berada

di scene Aksara sejak tahun 2008, sebelumnya ia selalu berpindah-pindah

scene untuk melakukan tour band.

Dalam komunitas punk K.N memiliki sebuah band. K.N adalah

salah satu personil band Gedebac Gedebuc yang telah ada sejak tahun

2008. K.N membuat lapak atau tempat berjualan stiker dan menerima jasa

tattoo dan piercing. Scene yang berada di dalam pasar tradisional

membuat K.N memiliki ide untuk membuat tempat jualan tersebut. Pada

lapak K.N juga diperdagangkan barang dari punker lainnya. Dalam hal

memperoleh untung, K.N juga berbagi dengan punker lain, sehingga usaha

(47)

3. J.O (lk, 30 tahun)

J.O merupakan punker yang berasal dari Kota Pekanbaru, J.O

merupakan pria kelahiran Padang, Sumatera Barat. J.O memiliki Suku

Batak. Pertama kali J.O masih berada di kelas dua Sekolah Menengah

Pertama, tahun 1996 mengenal punk. Hingga saat ini ia sudah berusia 30

tahun masih bertahan menjalani hidup dijalanan. Semenjak tahun 2007 J.O

sudah sering berkumpul dengan punker Simpang Aksara. Hal ini terjadi

semenjak ia tamat kuliah. J.O tingkal di Jalan Gaharu, Medan. Saat di Kota

Medan ia mempunyai band yang beraliran punk. Bersama K.N dan

beberapa teman lainnya, memiliki band yang bernama Gedebac Gedebuc.

4. A.R (lk, 25 tahun)

A.R adalah anak ke dua dari empat bersaudara. Pria berusia 25

tahun ini tinggal di Jalan Gaharu, Medan, sedangkan rumah orangtua A.R

berada di Suka Ramai Medan. Dalam scene, A.R memiliki kegiatan lain,

yaitu menawarkan jasa membuat tattoo, hal ini dilakukan A.R karena ia

memang mempunyai keahlian dalam bidang seni gambar. Melalui

keahliannya dalam melukis tubuh seseorang, A.R dapat menghasilkan

uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sejak kelas 2 Sekolah

Menengah Atas A.R sudah mulai mengenal punk dari musik yang ia

ketahui dari teman sekolahnya, tahun 2001.

5. I.C (lk, 29 tahun)

I.C merupakan pria berusia 29 tahun. Sejak duduk di bangku kelas

1 Sekolah Menengah Atas I.C sudah mengenal musik punk, tahun 1999.

(48)

Sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 I.C sering berkumpul dengan para

punker di Simpang Aksara Medan.Sejak tahun 2012 I.C tinggal membuat

tempat berkumpul di jalan Dr.Mansyur, hal ini terjadi karena tempat

berkumpul tersebut dekat dengan tempat tinggalnya dan telah banyak

punker baru yang bertempat tinggal di sekitar scene tersebut. Dalam

komunitas punk, I.C memiliki band yang bernama SPR atau Street Punk

Rocker. Band ini telah ada sejak tahun 1997, namun sering terjadi

pergantian personil dan pada tahun 2007 I.C menjadi salah satu personil

band SPR. Selain menjadi personil band, Icoi juga bekerja sebagai

pembuat tattoo dan airbrush di usahanya sendiri yang terletak di Rantau

Prapat.

6. E.W (lk, 25 tahun)

E.W adalah pria yang berusia 25 tahun. E.W memiliki tempat

tinggal di Kelurahan Tembung.Ia tinggal di kamar koss dengan salah satu

punker lain, yaitu badai. E.W sudah mengenal tentang punk sejak ia berada

di kelas 1 Sekolah Menengah Pertama, tahun 2000. E.W tertarik dan mulai

bergabung dengan komunitas punk saat ia kelas 2 Sekolah Menengah

Pertama, tahun 2001.E.W mulai sering berkumpul di komunitas punk

scene Simpang Aksara sejak tahun 2007 hingga saat ini. Pada saat

sebelumnya, E.W merupakan punker di Kota Pematang Siantar. E.W

tertarik dengan punk disebabkan oleh lirik-lirik lagu pada musikpunk.

7. Y.N (pr, 18 tahun)

Y.N merupakan salah satu dari punker perempuan atau sering juga

Gambar

Tabel: Banyaknya Gelandangan, Pengemis, Anak Jalanan dan Anak Punk

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “ Pemahaman Kehidupan Sosial Dalam Komunitas Punk (Studi Deskriptif Pada Komunitas Punk Mbalapan Secenester Street Punk) Di Kota Blitar ” yang

Motivasi Anggota Komunitas Punk (Mbalapan Secenester Street Punk) melakukan kegiatan Sosial.. Berikut ini peneliti menguraikan hasil observasi dan wawancara

atau kebiasaan manusia dalam kelompok, dengan segala kegiatan, dan kebiasaan,.. serta lembaga-lembaga yang penting sehingga masyarakat dapat

pada komunitas punk mbalapan secenester street punk) di kota Blitar adalah..

Jurnal Sosial dan Politik, Tindakan Sosial Pemuka Agama Islam Terhadap Komunitas Punk : (Studi Deskriptif Mengenai Tindakan Sosial Pemuka Agama Islam Terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan memiliki pengetahuan yang rendah tentang bagian-bagian Elit

Penentuan klorin pada beras yang dijual di Pasar Tradisional Simpang Limun Medan dilakukan dengan cara kualitatif, dimana dari keenam sampel yang digunakan hanya

Penentuan klorin pada beras yang dijual di Pasar Tradisional Simpang Limun Medan dilakukan dengan cara kualitatif, dimana dari keenam sampel yang digunakan hanya