• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TI (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI RB HASANAH

GEMOLONG SRAGEN

F ACTORS RELATED TO THE LEVEL OF ANXIETY MOTHER EVE OF LABOR

IN RB HASANAH GEMOLONG SRAGEN

Istiqomah Risa Wahyuningsih Program Studi Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

ABSTRACT

Background : Childbirth is the process of spending the products of conception (fetus and placenta) that has been quite a month or can live outside the womb through the birth canal or through another way to help or without the help of (the power of his own). Anxiety is an emotion that is always associated with pregnancy, the relationship is not clear. Anxiety can be experienced by the mother during pregnancy, especially during the last trimester of pregnancy before delivery. Objective : to find of the factors related to the level of anxiety mother eve of labor. Methods : This observasional research with cross sectional design. Quota sampling the total of 34 respondens. Processing data using Kendall-Tau. Results : there is no relationship between age and the level of anxiety to face delivery (p value = 0,816; > 0,05). There is no relationship between parity and the level of anxiety to face delivery (p value = 0,580; > 0,05). There is relationship between income and the level of anxiety to face delivery (p value = 0,008; < 0,05). There is relationship between knowledge and the level of anxiety to face delivery (p value = 0,018; < 0,05). Conclusion : There are two factors related to maternal anxiety during labor, namely income and knowledge.

(2)

PENDAHULUAN

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat

hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri). Persalinan merupakan proses yang alami dan normal, tetapi jika tidak ditangani dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal, persalinan beresiko inilah yang menyebabkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun. Persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu power (tenaga / kekuatan), passage (jalan lahir), passanger (janin dan placenta), psikologis, dan penolong (Wiknjosastro, et al. 2009; Manuaba, 2010; Taufik, 2010). Psikologis pada waktu persalinan dapat ditunjukkan dengan adanya kecemasan mengadapi persalinan itu sendiri.

Kecemasan adalah hal yang normal bagi semua manusia, akan tetapi kecemasan menjadi tidak normal bila

seseorang menanggapi kecemasan secara unrealistic / berlebihan dan mengakibatkan gangguan fisik, psiskis, dan sosial. Cemas adalah suatu emosi yang sejak dulu dihubungkan dengan kehamilan, yang hubungan ini tidak

jelas. Cemas mungkin emosi positif sebagai perlindungan menghadapi stresor, yang bisa menjadi masalah apabila berlebihan (Pieter, dkk, 2011; Salmah, et al. 2006). Kecemasan tersebut bisa dialami oleh ibu dalam masa kehamilan, terutama pada kehamilan trimester akhir menjelang persalinan.

Trimester akhir kehamilan atau trimester tiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Rasa cemas dan takut akan proses persalinan dan kelahiran meningkat sehingga harus dijelaskan tentang proses persalinan dan kelahiran sejelas –

(3)

status ekonomi dan paritas (Zamriati, dkk, 2013).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan Di RB Hasanah Gemolong Sragen”.

Tujuan penelitian ini yang pertama adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan, kedua untuk mengetahui hubungan status ekonomi (penghasilan) dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan, dan ketiga untuk mengetahui

hubungan paritas dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan.

SUBJEK DAN METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RB Hasanah Gemolong

Sragen pada bulan Maret – Mei 2015. Pada penelitian ini populasi yang digunakan yaitu semua ibu hamil TM III yang berkunjung ke RB Hasanah Gemolong Sragen sebanyak 114 orang. Dalam penelitian ini menggunakan non

probability sampling dengan tipe quota sampling.Sampel dalam penelitan ini adalah ibu hamil TM III yang berkunjung ke RB Hasanah Gemolong Sragen. Jumlah sampel yang diambil sebesar 30% dari populasi ibu hamil dengan umur kehamilannya di atas 28 minggu yang memeriksakan kehamilanya yaitu 34 responden. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan kuesioner. Instrumen yang digunakan telah diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pengambilan data penelitian. Kuesioner kecemasan menggunakan kuesioner

HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang sudah baku. Analisis data menggunakan analisis bivariat yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan teknik analisis kendall-tau.

HASIL

1. Analisis Univariat

(4)

Analisis univariat ini diharapkan dapat menggambarkan karakteristik responden berdasarkan data. Karakteristik responden bisa tersaji lebih jelas terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur

Umur f %

< 20 tahun 2 5,88 20-35 tahun 32 94,12

34 100

Berdasarkan tabel 1 di atas didapatkan bahwa mayoritas responden berumur antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 32 responden (94,12%), sedangkan minoritas responden berumur kurang dari 20 tahun yaitu sebanyak 2 responden (5,88%).

Tabel 2. Karakteristik responden

berdasarkan pendidikan

Pendidikan f %

SD 3 8,82

SMP 4 11,76

SMA 16 47,06 Diploma 6 17,65 Sarjana 5 14,71 34 100

Berdasarkan tabel 2 di atas

didapatkan bahwa mayoritas responden berpendidikan SMA yaitu 16 responden (47,06%), sedangkan

minoritas responden berpendidikan SD yaitu 3 responden (8,82%).

Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan f % Bekerja 20 58,82 Tidak bekerja 14 41,18 34 100

Berdasarkan tabel 3 di atas didapatkan bahwa mayoritas responden bekerja yaitu 20 responden (58,82%).

Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan penah atau belum pernah mendapatkan informasi tentang persalinan

Informasi f % Pernah 29 85,29 Belum pernah 5 14,71 34 100

(5)

Tabel 5. Karakteristik responden didapatkan mayoritas responden

belum pernah melahirkan (nullipara) yaitu sebanyak 17 responden

(50,00%), sedangkan minoritas responden sudah pernah melahirkan lebih dari satu kali (multipara) yaitu sebanyak 6 responden (17,65%).

Tabel 6. Karakteristik responden berdasarkan status ekonomi (penghasilan) didapatkan bahwa mayorias responden mempunyai status ekonomi atau tingkat penghasilan diatas UMR (Rp. 1.105.000,00) yaitu sebanyak 26 responden (76,47%).

Tabel 7. Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan tentang persalinan

didapatkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan tinggi

yaitu sebanyak 26 responden (76,47%), sedangkan minoritas responden berpengetahuan rendah yaitu sebanyak 2 responden (5,88%).

(6)

minoritas responden mempunyai tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 3 responden (8,82%).

2. Analisis Bivariat

Analisis data menggunakan analisis bivariat yaitu mengetahui hubungan variabel bebas dan variabel terikat. Hasil analisis bivariat faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi persalinan dapat terlihat jelas dalam tabel berikut.

Untuk mempersingkat pembuatan tabel maka digunakan pengkodean dalam penulisan tingkat kecemasan

menghadapi persalinan. Kode dilakukan dengan menggunakan angka 1 sampai dengan 4 (1 = tidak cemas, 2 = tingkat kecemasan ringan, 3 = tingkat kecemasan sedang, serta 4 = tingkat kecemasan berat)

Tabel 9. Hubungan umur dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan

Umur Tingkat Kecemasan Jumlah 1 2 3 4

< 20 tahun

0 2 0 0 2

20-35 tahun

8 13 8 3 32

P value = 0,816 ( p value > 0,05) Koefisien korelasi = 0,038

Berdasarkan tabel 9 di atas didapatkan bahwa hubungan antara umur dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan mempunyai nilai p value = 0,816 ( > 0,05) yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan. Koefisien korelasi = 0,038 menunjukkan bahwa keeratan hubungan sangat lemah.

Tabel 10. Hubungan paritas dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan

Paritas

Tingkat

Kecemasan Jumlah 1 2 3 4

Nullipara 3 10 3 1 17 Primipara 5 1 4 1 11 Multipara 0 4 1 1 6 P value = 0,580 ( p value > 0,05) Koefisien korelasi = 0,085

(7)

Tabel 11. Hubungan status ekonomi (penghasilan) dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan

Status ekonomi (penghasilan)

Tingkat

Kecemasan Jumlah 1 2 3 4

< UMR 1 1 3 3 8 > UMR 7 14 5 0 26 P value = 0,008 ( p value < 0,05) Koefisien korelasi = -0,432

Berdasarkan tabel 11 di atas didapatkan bahwa hubungan antara status ekonomi (penghasilan) dengan tingkat kecemasan menghadapi

persalinan mempunyai nilai p value = 0,008 ( < 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi (penghasilan) dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan. Koefisien korelasi = -0,432 menunjukkan bahwa keeratan hubungan kuat. Tanda negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi status ekonomi (penghasilan) maka semakin rendah tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan.

Tabel 12. Hubungan pengetahuan tentang persalinan dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan

Pengetahuan

Tingkat

Kecemasan Jumlah 1 2 3 4

Tinggi 3 10 3 1 17 Sedang 5 1 4 1 11 Rendah 0 4 1 1 6 P value = 0,018 ( p value < 0,05) Koefisien korelasi = - 0,376

Berdasarkan tabel 12 di atas didapatkan bahwa hubungan antara pengetahuan tentang persalinan dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan mempunyai nilai p value = 0,018 ( < 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan. Koefisien korelasi = -0,376 menunjukkan bahwa keeratan

hubungan lemah. Tanda negatif menunjukkan bahwa semakin tingginya pengetahuan maka kecemasan dalam menghadapi persalinan akan semakin berkurang.

PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 9 di atas

(8)

0,816 ( > 0,05) yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan. Koefisien korelasi = 0,038 menunjukkan bahwa keeratan hubungan sangat lemah.

Menurut Wiknjosastro (2009) kehamilan diumur kurang dari 20 tahun bisa menimbulkan masalah, karena kondisi fisik belum 100% siap. Untuk umur yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Direntang usia ini kondisi fisik wanita dalam keadaan prima. Sedangkan setelah umur 35 tahun, sebagian wanita digolongkan pada

kehamilan beresiko tinggi terhadap kelainan bawaan dan adanya penyulit pada waktu persalinan. Di kurun umur ini,angka kematian ibu melahirkan dan bayi meningkat, sehigga akan meningkatkan kecemasan. Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden berada pada rentang umur antara 20-35 tahun dimana usia tersebut masuk dalam umur yang dianggap aman untuk persalinan namun di rentang umur tersebut juga rentang terhadap kejadian kematian ibu pada saat melahirkan.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur

dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan.

Berdasarkan tabel 10 di atas didapatkan bahwa hubungan antara paritas dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan mempunyai nilai p value = 0,580 ( > 0,05) yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan. Koefisien korelasi = 0,085 menunjukkan bahwa keeratan hubungan sangat lemah.

Menurut Kartono (1992, dalam Zamriati, dkk, 2013) bagi primigravida, kehamilan yang dialaminya merupakan pengalaman pertama kali, sehingga

trimester III dirasakan semakin mencemaskan karena semakin dekat dengan proses persalinan. Ibu akan cenderung merasa cemas dengan kehamilannya, merasa gelisah, dan takut menghadapi persalinan mengingat ketidaktahuan menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan. Sedangkan ibu yang pernah hamil sebelumnya (multigravida), mungkin kecemasan berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang pernah dialaminya.

(9)

dikemukakan oleh Taber (1994) yang mengatakan bahwa nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan, primipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viabel tanpa memperhatikan apakah anak hidup waktu dilahirkan dan tanpa memperhatikan kelahiran tunggal atau multipel, sedangkan multipara dalah seorang wanita yang telah melahirkan dua kali atau lebih.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kecemasan dalam menghadapi persalinan hal ini dapat diasumsikan

bahwa untuk nullipara maupun primipara kecemasan dalam menghadapi persalinan dapat diakibatkan karena kurangnya pengalaman sedangkan untuk multipara, kecemasan dalam menghadapi persalinan dapat diakibatkan dari pengalaman yang kurang menyenangkan pada saat persalinan sebelumnya.

Berdasarkan tabel 11 di atas didapatkan bahwa hubungan antara status ekonomi (penghasilan) dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan mempunyai nilai p value = 0,008 ( < 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara status ekonomi (penghasilan) dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan. Koefisien korelasi = -0,432 menunjukkan bahwa keeratan hubungan kuat. Tanda negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi status ekonomi (penghasilan) maka semakin rendah tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan.

Tingkat sosial ekonomi berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologi ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Selain itu ibu tidak akan

terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari – hari setelah bayinya lahir (Riyadi dan Purwanto, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang dignifikan antara status ekonomi dengan kecemasan ibu menghadapi persalinan. Dimana dalam penelitian ini status ekonomi digambarkan dengan penghasilan yang diperoleh ibu baik dari dirinya sendiri maupun dari suami ataupun anggota keluarga lain.

(10)

status ekonomi maka tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan semakin berkurang. Dengan adanya tingkat ekonomi yang baik ibu dapat memeriksakan kesehatannya dengan teratur dan mempersiapkan persalinannya secara optimal sehingga dapat mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinannya.

Berdasarkan tabel 12 di atas didapatkan bahwa hubungan antara pengetahuan tentang persalinan dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan mempunyai nilai p value = 0,018 ( < 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara umur dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan. Koefisien korelasi = -0,376 menunjukkan bahwa keeratan hubungan lemah. Tanda negatif menunjukkan bahwa semakin tingginya pengetahuan maka kecemasan dalam menghadapi persalinan akan semakin berkurang.

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indra manusia. Akan tetapi sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga (Novita dan Franciska, 2011: 82). Pengetahuan juga merupakan hasil

mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap objek tertentu (Mubarak, 2011: 79).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar dan informasi. Adapun ada beberapa hal yang telah disajikan dalam penelitian ini berupa pendidikan, pekerjaan, umur, dan informasi namun tidak semua dianalisis

secara bivariat.

(11)

juga menunjukkan adanya hubungan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan dengan kecemasan menghadapi persalinan. Peneliti dapat mengasumsikan bahwa pengetahuan berhubungan dengan kesiapan menghadapi persalinan dimana kesiapan tersebut merupakan salah satu unsur yang merupakan bagian dari kecemasan. Jika ibu lebih siap dalam menghadapi proses persalinan maka peneliti dapat mengasumsikan bahwa tingkat kecemsan yang dialami ibu akan semakin berkurang.

Kecemasan dapat didefinisikan sebagai kekhawatiran yang tidak jelas

dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik (Stuart, 1995, dalam Ernawati, dkk, 2009). Menurut David (1993, dalam Ernawati 2009) ansietas (cemas) adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologi, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.

Dalam penelitian ini kecemasan dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu

tidak cemas, kecemasan ringan, kecemasan sedang dan kecemasan berat.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Tidak ada hubungan antara umur

dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan.

2. Tidak ada hubungan antara paritas dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan.

3. Ada hubungan antara status ekonomi (penghasilan) dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan.

4. Ada hubungan antara pengetahuan tentang persalinan dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan.

Dari hasil tersebut, maka dapat diberikan saran bagi bidan maupun tenaga kesehatan lain agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang persalinan sehingga informasi yang didapat oleh ibu

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Darwanti. (2011). Hubungan Pengetahuan Ibu hamil Primigravida Trimester III tentang persalinan dengan Kecemasan Menghadapi Proses Persalinan di BPS Tri wahyuni Kerjo Karanganyar. Karya Tulis Ilmiah. STIKES Aisyiyah Surakarta.

Endang, S. (2008). Hubungan Pengetahuan Persalinan dengan Kesiapan menghadapi Persalinan pada Primigravida di RB Suko Asih Sukoharjo. Karya Tulis Ilmiah. STIKES Aisyiyah Surakarta.

Manuaba, IGB. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Mubarak, W. (2011). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Novita, N dan Franciska, Y. (2011). Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Pieter, dkk. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Riyadi, S dan Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta ; Graha Ilmu.

Salmah, dkk. (2006). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC.

Taber, B. (1994). Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.

Taufik. (2010). Psikologi untuk Kebidanan. Surakarta : Eastview.

Wiknjosastro, H. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Gambar

Tabel 7. Karakteristik responden
Tabel 9. Hubungan umur dengan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang tindak lanjut supervisi akademik kunjungan kelas dalam upaya meningkatkan profesionalime guru SMP Negeri 2 Boja kabupaten Kendal bertujuan untuk

the ability to read, write, and think musik-is the right of every human being; (2) music learning must begin with the voice; (3) the education of the musical ear must begin

Pada aspek kelembagaan meliputi belum adanya lembaga yang menangani pembibitan sapi potong, belum tersedianya koperasi bahan baku, tidak tersedianya pabrik

Berdasarkan hasil wawancara pada bagian Maintenance di perusahaan, mesin rotary packer 1 dan rotary packer 2 telah mengalami beberapa jenis kegagalan yang

probability , regardless of

Pada otak bayi yang baru lahir terdapat banyak ruang kosong di antara neuron-neuron, namun neuron-.. neuron ini segera

Namun perlu diperhatikan juga kondisi geografis Kepulauan Riau yang berbatasan langsung dengan negara lain, membuat Provinsi Kepulauan Riau harus seksama dalam menyikapi dan

Berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan dan dari beberapa mahasiswa Pendidikan Teknologi Agroindustri selama melaksanakan kegiatan program praktik industri (PI)