• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI TEKNOLOGI PELLETING PELEPAH SAW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "APLIKASI TEKNOLOGI PELLETING PELEPAH SAW"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI TEKNOLOGI PELLETING PELEPAH SAWIT SEBAGAI

PAKAN TERNAK DI SENTRA PETERNAKAN KAMBING PE

KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANGHARI

1

Saitul Fakhri, Adrizal, Nelson dan Akmal

2 ABSTRAK

Kegiatan IbM ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi usaha peternakan kambing PE di sentra pengembangan ternak kambing di Kabupaten Batanghari melalui penggunaan pakan komplit pellet berbasis pelepah sawit Oil Palm Fronds (OPF). Kegiatan IbM ini dilakukan pada peternak kambing PE yang tergabung dalam kelompok tani Sido Rukun di Desa Panerokan dan kelompok tani Bangsal Jaya di Desa Ladang Peris, Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari. Peternak diberi penyuluhan dan pelatihan tentang pengolahan pelepah sawit menjadi pakan ternak dan pembuatan ransum komplit pellet berbasis pelepah sawit. Untuk memudahkan transfer teknologi ini kepada peternak, maka disusun pakan komplit pellet dengan 3 level OPF (30%, 40% dan 50%). Masing-masing pakan komplit pellet dicobakan pada 3 ekor kambing PE jantan fase pertumbuhan selama 8 minggu guna mengetahui pengaruhnya terhadap performan ternak kambing. Hasil tersebut dibandingkan dengan performan ternak kambing yang hanya diberi pakan control (hanya hijauan, tanpa pellet). Tolok ukur keberhasilan kegiatan ini dilihat dari tingkat adopsi petani terhadap teknologi pelleting dan perbedaan konversi ransum antara ternak kambing yang mendapat pakan komplit dan control. Performan (konversi ransum) ternak kambing yang mendapat pakan komplit pellet sangat nyata (P<0,01) lebih baik dibandingkan dengan ternak kambing yang mendapat pakan kontrol. Level OPF (40%) menghasilkan performan terbaik. Teknologi pelleting dalam pemanfaatan pelepah sawit sebagai pakan kambing dapat dengan mudah diserap dan partisipan sangat antusias untuk menerapkannya karena dapat meningkatkan efisiensi usaha peternakan.

Kata kunci: Oil palm fronds, pellet, performan, kambing.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada tahun 2006, Pemda Kabupaten Batanghari mencanangkan Kecamatan Bajubang sebagai sentra pembibitan dan pengembangan ternak kambing PE di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Delapan desa dipilih sebagai tempat pengembangan ternak kambing, dua diantaranya adalah desa Panerokan dan Desa Ladang Peris. Peternak kambing di desa Panerokan tergabung di dalam suatu kelompok tani yang bernama Sido Rukun dengan jumlah anggota sebanyak 25 orang dan rataan kepemilikan kambing sebesar 8 ekor per anggota.

(2)

kelompok tani Bangsal Jaya dengan rataan kepemilikan kambing sebanyak 6 ekor per anggota dari jumlah anggota sebanyak 24 orang.

Dalam rangka mempercepat terwujudnya Kecamatan Bajubang sebagai sentra kambing PE, maka sejak tahun 2006 Pemda Batanghari menganggarkan pengadaan kambing dalam APBD untuk disebarkan di Kecamatan Bajubang. Pada tahun 2008, sebanyak 22 ekor (17 ekor betina dan 5 ekor jantan) kambing PE ditempatkan pada kelompok tani Sido Rukun di Panerokan dan sebanyak 20 ekor (16 ekor betina dan 4 ekor jantan) digaduhkan kepada anggota kelompok tani Bangsal Jaya di Ladang Peris.

Sistem peternakan di kedua kelompok ternak tersebut sudah intensif dimana ternak selalu dikandangkan. Akan tetapi efisiensi usaha peternakan kambing pada kelompok ternak Sido Rukun dan Bangsal Jaya relatif rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh karena dalam pengadaan pakan dibutuhkan waktu yang banyak dan tenaga yang lebih besar karena harus diarit (dikumpulkan) dari desa lain yang cukup jauh dari lokasi peternakan. Disamping itu, pakan yang diberikan hanya berupa hijauan alam yang gizinya relatif rendah dan pemberian konsentrat pada ternak kambing juga belum popular di kalangan peternak.

Disisi lain kambing PE termasuk kambing unggul, dengan postur tubuh yang besar juga membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak pula dan juga seimbang. Karena terbatasnya pengetahuan peternak tentang ransum ternak dan teknologi pakan (seperti pelleting), maka selama ini peternak hanya memberikan rumput dan kacang-kacangan saja kepada ternak kambing, dan ini jauh dari cukup dan seimbang. Sebagai akibatnya produktivitas ternak kambing PE yang dipelihara belum mencapai potensi genetiknya. Disamping itu, di kedua desa tersebut tersedia pelepah sawit dengan produksi melimpah, tetapi pelepah tersebut belum digunakan peternak sebagai pakan ternak.

Salah satu cara untuk menyediakan ransum yang bergizi seimbang adalah dengan memanfaatkan bahan pakan lokal (seperti pelepah sawit) menjadi tepung (mesh) dan dicampur sesuai dengan proporsinya di dalam ransum, lalu dibuat menjadi pellet menggunakan teknologi pelleting. Teknologi ini pun juga belum pernah menyentuh peternak kambing di kedua kelompok ternak tersebut.

Pemberian ransum dalam bentuk pellet selain dapat mensuplai nutrient dalam jumlah yang cukup (kuantitif) dan seimbang, juga dapat mengurangi waktu dan biaya penyediaan pakan, meningkatkan skala usaha peternak (jumlah ternak yang dipelihara per peternak) dan meningkatkan produktivitas ternak serta efisiensi usaha peternakan. Hal ini pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan IbM ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi usaha peternakan kambing PE di sentra pengembangan ternak kambing PE di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batnghari melalui penggunaan pakan komplit pellet berbasis OPF.

MATERI DAN METODE

(3)

PPL guna menentukan jadwal dan tempat dilakukan tahap pelaksanaan. Kegiatan pada tahap pelaksanaan meliputi:

1. Pembekalan peternak tentang: (a) Agribisnis ternak kambing berbasis pakan komplit pellet; (b) Teknologi pengolahan OPF sebagai penyusun ransum ternak kambing; (c) Teknologi pelleting dalam penyediaan pakan untuk ternak kambing;

2. Pelatihan peternak tentang: (a) Pengolahan OPF menjadi bahan penyusun ransum kambing; (b) OPF yang diperoleh dari hasil prunning kebun sawit, dilayukan selama 1-2 hari kemudian dicincang hingga sehalus mungkin menggunakan chopper MGC-02 (Gambar 1). OPF selanjutnya dikeringkan di dalam rumah kaca/oven selama ± 24 jam, lalu digiling dengan ukuran saringan 1 mm menggunakan hummer mill. Dedak, bungkil kelapa dan rice polish diayak/disaring terlebih dahulu sebelum digunakan. Proses penyiapan OPF segar menjadi tepung OPF dapat dilihat pada Gambar 2; (c) Penyusunan ransum berbasis bahan lokal untuk ternak kambing PE menggunakan Brill Maintenance software;(d) Pembuatan ransum komplit pellet (Fakhri dan Depison 2008).

Ilustrasi proses pembuatan pakan komplit pellet berbasis OPF ditampilkan dalam Gambar 3.

(4)

Gambar 3. Ilustrasi prosedur pembuatan 1 kg pakan komplit pellet dengan level OPF (30%)

3. Pakan komplit pellet yang dihasilkan dalam pelatihan, dicobakan pada 12 ekor kambing milik peternak yang tergabung dalam kelompok tani Sido Rukun dan Bangsal Jaya selama 8 minggu. Sebagai kontrol, tiga ekor ternak kambing hanya diberi pakan control. Konsumsi ransum harian dan pertambahan bobot badan (PBB) mingguan kambing diukur dan selanjutnya digunakan untuk kajian ekonomis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Peternakan Kambing di Desa Panerokan dan Ladang Peris

Kelompok Tani Sido Rukun di Desa Panerokan dan Kelompok Tani Bangsal Jaya di Desa Ladang Peris memiliki anggota berturut-turut sebanyak 25 dan 24 orang dengan penghasilan utama dari perkebunan karet dan atau sawit sebagai usaha sampingan, peternak memelihara ternak kambing PE.

Secara umum kandang kambing berbentuk panggung dimana kotoran jatuh ke bawah kolong kandang. Kondisi ini memudahkan petani untuk mengumpulkan kotoran (feses) kambing yang biasanya digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman karet dan sawit. Sebagaimana disampaikan petani, tujuan pemeliharaan kambing ini tidak hanya sebagai tabungan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendesak, tapi tidak kalah pentingnya untuk menurangi ketergantungan akan pupuk anorganik yang akhir-akhir ini sulit diperoleh dan harganya pun sangat mahal. Dari pemeliharaan kambing ini, dapat menghemat biaya untuk pupuk tanaman sawit/karet mencapai (70%).

(5)

komposisi ternak kambing yang dipelihara pada anggota kelompok tani peserta kegiatan ini ditampilkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Daftar nama mitra dan komposisi jumlah kambing yang dipelihara.

No. Nama Asal Desa

Jumlah Ternak (ekor)

Induk Anak

Total Jantan Betina Jantan Betina

1. 2 3 4 5 6 7 8

2. Rusman Panerokan 1 3 4 8

3. Sujono Panerokan 1 2 2 3 8

4. Surat Panerokan 3 1 3 1 8

5. Saryono Panerokan 3 4 1 8

6. Amin Panerokan 3 1 2 6

7. Soep Panerokan 1 2 1 2 6

8. Surdiono Panerokan 2 3 2 1 8

9. Jamian Panerokan 1 2 1 4

10. Ponirin Panerokan 1 2 1 2 6

11. Suwarno Panerokan 4 2 1 2 9

12. Soiran Panerokan 2 2 2 6

13. Didi Erwandi Panerokan 2 1 3

14. Mardi Panerokan 3 2 4 9

15. Ngadenan Panerokan 1 4 1 2 8

16. Lasimin Panerokan 1 1 1 1 4

17. Paing Panerokan 2 3 5

18. Sobirin Panerokan 1 5 2 8

19. Edi, S. Panerokan 2 1 3

(6)

1 2 3 4 5 6 7 8

21. Thohit Panerokan 1 1

22. Abu Kanipa Ldg. Peris 1 1 2 2 6

23. Saparudin Ldg. Peris 1 1 2

24. Jupri Ldg. Peris 1 2 3

25. Sukir Ldg. Peris 1 1 2 4

26. Sunardi Ldg. Peris 1 1 2 2 6

27. Sunali Ldg. Peris 1 1 2 4

28. Warpan Ldg. Peris 1 2 2 5

29. Jali Ldg. Peris 1 2 3

Jumlah 20 48 44 47 159

Total ternak kambing yang dipelihara sebanyak 159 ekor dengan rataan pemeliharaan 8 ekor/anggota di Desa Panerokan dan 6 ekor/anggota di Desa Ladang Peris. Komposisi ternak kambing yang dipelihara terdiri dari (42.8%) (68 ekor) kambing dewasa dan (57.2%) (91 ekor) kambing anak. Dari 68 ekor kambing dewasa, sebanyak 20 ekor (29.4%) merupakan kambing jantan dan 48 ekor (70.6%) betina. Tingginya komposisi induk betina menunjukkan bahwa usaha pemeliharaan ternak kambing di kedua desa tersebut memang diperuntukan untuk menghasilkan bibit yang nantinya dikembangkan kepada anggota yang lain atau disebarkan Pemda Batanghari ke desa lain dalam Kecamatan Bajubang.

Sebanyak 44 ekor (48,4%) anak kambing merupakan kambing jantan dan sisanya 47 ekor (51,6%) betina. Komposisi yang berimbang ini mengindikasikan jenis kelamin anak kambing yang lahir memiliki peluang sama antara jantan dan betina. Anak betina biasanya dipelihara untuk menambah jumlah induk untuk bibit, sedangkan anak jantan umumnya dipelihara untuk tujuan konsumsi.

(7)

Gambar 4. Berbagai jenis hijauan pakan kambing di sentra peternakan Bajubang

Penyediaan pakan dengan sistem cut and carry yang mana peternak harus mengambil hijauan setiap hari merupakan pekerjaan yang sangat laborious dan membutuhkan banyak waktu. Disamping itu, nutrien yang terkandung dalam hijauan tidak cukup dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan dan perkembangan ternak kambing tidak pernah mencapai potensi genetiknya. Oleh karena itu direkomendasikan kepada peternak yang tergabung dalam kelompok tani Sido Rukun dan Bangsal Jaya, untuk menggunakan pakan komplit pellet sebagai ransum kambing. Keuntungan pemberian pakan komplit pellet pada ternak kambing diantaranya adalah produktivitas ternak akan optimal sesuai potensi genetiknya, pemberian pakan lebih mudah dan menghemat banyak waktu, usaha peternakan lebih efisien dan keuntungan dari usaha peternakan akan maksimal.

Walaupun tersedia dalam jumlah yang besar, pelepah sawit belum digunakan peternak sebagai pakan ternak. Berdasarkan hasil survei, hamper semua peternak peserta (95%) belum mengetahui bahwa pelepah sawit dapat digunakan sebagai pakan ternak. Hal ini diantaranya kemungkinan disebabkan oleh karena pelepah sawit yang di pruning masih dalam bentuk utuh dan sangat sulit untuk dikonsumsi oleh ternak, sementara peternak belum memiliki teknologi (seperti mesin chopper) untuk pengolahannya menjadi pakan ternak.

Respon Peternak

Tingkat pemahaman peternak tentang teknologi pengolahan OPF sebagai pakan ternak kambing dievaluasi dari tingkat partisipasi peternak dalam proses pembuatan pakan komplit pellet berbasis OPF setelah dibekali dengan teori tentang prinsip-prinsip pengolahan OPF menjadi pakan ternak dan pembuatan pakan komplit pellet berbasis OPF. Pada dasarnya, respon peternak yang targabung dalam kelompok tani Sido Rukun di Desa Panerokan dan Bangsal Jaya di Desa Ladang Peris, terhadap pengenalan pakan komplit pellet berbasis OPF sebagai pakan kambing sangat baik dan positif. Hal ini dapat dilihat dari antusias dan aktifnya peternak mengikuti semua rangkaian kegiatan pengabdian ini mulai dari pengenalan program, pembuatan pellet dan percobaan pemberian pellet pada ternak kambing mereka (Gambar 2).

(8)

komplit pellet lebih efektif maka ke depan perlu bimbingan yang intensif baik itu dari instansi tehnis terkait dan/atau dari akademisi.

Gambar 5. Pemberian pakan komplit pellet OPF pada kambing PE.

Dengan suksesnya pengenalan teknologi pelleting dalam pemanfaatan OPF sebagai pakan kambing, maka teknologi tersebut tidak diragukan lagi dan siap mengaplikasikannya dalam usaha peternakan mereka. Akan tetapi, peternak terkendala karena dalam menyiapkan OPF untuk dijadikan penyusun pakan komplit pellet untuk kambing dibutuhkan mesin penghancur OPF dan mesin pencetak pellet, yang sampai akhir pelaksanaan pengabdian ini belum dimiliki. Program ke depan direkomendasikan untuk membuat industri mini pembuatan pakan komplit pellet berbasis limbah sawit disentra pengembangan ternak kambing di Bajubang. Dengan demikian penggunaan teknologi pengolahan OPF menjadi pakan komplit pellet dan aplikasinya dalam ransum ternak kambing dapat lebih komprehensif dan efektif.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari kegiatan pengabdian pada masyarakat tentang pengenalan pakan komplit pellet berbasis OPF sebagai pakan ternak kambing pada kelompok ternak di Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari dapat disimpulkan:

1. Percobaan pemberian pakan komplit pellet berbasis OPF pada ternak kambing

memperlihatkan bahwa pakan pellet disukai oleh ternak kambing. Hasil ini juga meningkatkan kepercayaan peternak akan penggunaan pakan komplit pellet dapat digunakan sebagai pakan kambing pengganti hijauan yang selama ini diberikan;

2. Tingkat pemahaman partisipan tentang pengolahan OPF sebagai penyusun pakan komplit

(9)

3. Semua partispan juga berminat untuk mengaplikasikan pakan komplit pellet berbasis limbah sawit jika semua peralatan yang dibutuhkan tersedia.

Saran

Agar penggunaan pakan komplit pellet berbasis limbah sawit sebagai pakan ternak kambing dimasyarakat berlanjut, maka dirasa perlu mendirikan industri mini pembuatan pakan komplit pellet disentra pengembangan ternak kambing PE di Bajubang.

DAFTAR PUSTAKA

Ensminger, M.E. 1985. Processing Effects on Nutrition. In: Feed Manufacturing Technology III. Pp. 529 533. (Ed. R.R. McEllhiney). American Feed Industry Association, Inc., Virginia.

Falk, D. 1985. Pelleting cost center. In : Feed Manufacturing Technology III. Pp. 167 190. (Ed. R.R. McEllhiney). American Feed Industry Association, Inc., Virginia.

Fakhri, S. dan Depison. 2008. Aplikasi Teknologi Ensilage dan Peletting dalam Pemanfaatan Pelepah Sawit sebagai Pakan Komplit Ternak Ruminant Guna Percepatan Pertumbuhan Kawasan Agropolitan Berbasis Ternak di Kabupaten Muaro Jambi. Laporan Penelitian, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi.

Gambar

Gambar 2. Ilustrasi proses pengolahan OPF segar menjadi tepung OPF.
Gambar 3. Ilustrasi prosedur pembuatan 1 kg pakan komplit pellet dengan level OPF (30%)
Tabel 1. Daftar nama mitra dan komposisi jumlah kambing yang dipelihara.
Gambar 4. Berbagai jenis hijauan pakan kambing di sentra peternakan Bajubang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang menyatakan merek, label dan kemasan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian kacang Garuda di Kota Langsa,

Pemakaian β blocker dapat memperlambat atau menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi kontraksi otot  jantung, menurunkan kontraksi pembuluh darah di jantung,

Pengembangan media dengan multimedia berbasis heritage ini menggunakan Model IDI (institute development instructional). Model IDI diaplikasikan dengan prosedur dari siklus Borg

Dari penjelasan UU Pendidikan Tinggi di atas dapat diketahui bahwa wilayah kajian Islam di PTAI tidak lebih dari sekadar mengkaji keyakinan tentang ketuhanan atau

Oleh karena itu inkosistensi data harus diantisipasi sejak dini, yang dimulai pada saat pertama kali perancangan basis data, yaitu merancang file yang terbebas dari

Prosentase penyimpangan model dengan hasil pengamatan untuk keberangkatan penumpang SSK II Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini : Tabel 6.. Model Kebutuhan

Metode yang digunakan dalam menganalisa data yang sudah didapatkan adalah dengan pendekatan kualitatif, dimana seluruh data akan dianalisa terlebih dahulu sehingga

bahwa untuk melaksanakan fungsi sebagaimana di bahwa untuk melaksanakan fungsi sebagaimana di maksud pada poin a puskesmas mempunyai rincian maksud pada poin a