1 IMPLEMENTASI IJARAH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
DALAM PERSPEKTIF FIQIH
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Kontemporer Perbankan Dosen pengampu : Imam Mustofa, S.H.I., M.SI.
Disusun Oleh:
M. Amri Prayuda 141266910
JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
2 PEMBAHASAN
A. Implementasi Akad Ijarah
Akad-akad yang dipergunakan oleh perbankan syari’ah di Indonesia dalam operasinya merupakan akad-akad yang tidak menimbulkan kontroversi yang
disepakati oleh sebagian besar ulama dan sudah sesuai dengan ketentuan syari’ah untuk diterapkan dalam produk dan instrumen keuangan syari’ah. Akad-akad tersebut meliputi akad-akad untuk pendanaan, pembiayaan, jasa produk, jasa
operasional, dan jasa investasi.1
dalam teknis perbankan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Transaksi ijarah ditandai adanya pemindahan manfaat. Jadi dasarnya
prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli. Namun perbedaan
terletak pada Ijarahobjek transaksinya. Pada jual beli objek
transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya
adalah jasa.
b. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan
kepada nasabah. Karena itu dalam perbankansyariah dikenai al-ijarah
al-muntahiyah bitamlik.
c. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank
dengan nasabah.2
Terkait dengan itu, disini penyusun hanya menjelaskan praktek
pembiayaan ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik dalam lembaga perbankan syari’ah.
1. Ijarah
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional, Ijarah merupakan akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri. Jadi dalam akad ijarah yang dibuat oleh nasabah
1Ascarya, “Akad & Produk Bank Syari’ah”, hlm. 209.
2Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
3 dan pihak perbankan syariah tidak ada unsur transfer of tittle, yang ada hanyalah
kesepakatan untuk memanfaatkan suatu barang atau jasa.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah pada Penjelasan Pasal 19 huruf f, akad ijarah merupakan akad
penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu
barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.
Pada PBI No. 9/19/PBI/2007 menyebutkan ijarah sebagai transaksi sewa
menyewa atas suatu barang dan/atau jasa antara pemilik objek sewa termasuk
kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan
imbalan atas objek sewa yang disewakan.
Tertanggal 17 Maret 2008 Bank Indonesia mengeluarkan surat edaran No.
10/14/DPBS yang mengatakan bahwa dalam memberikan pembiayaan ijarah,
Bank Syari’ah atau Unit Usaha Syariah (UUS) harus memenuhi langkah berikut ini,
a. Bank bertindak sebagai pemilik dan/atau pihak yang mempunyai hak
penguasaan atas objek sewa baik berupa barang atau jasa, yang
menyewakan objek sewa dimaksud kepada nasabah sesuai kesepakatan,
b. Barang dalam transaksi ijarah adalah barang bergerak atau tidak bergerak
yang dapat diambil manfaat sewanya,
c. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk
pembiayaan atas dasar ijarah, serta hak dan kewajiban nasabah
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai
transparansi informasi produk Bank dan penggunaan data pribadi nasabah,
d. Bank wajib melakukan analisis atas rencana pembiayaan atas dasar ijarah
kepada nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa analisa
atas karakter dan/atau aspek usaha antara lain meliputi analisa kapasitas
usaha, keuangan dan/atau prospek usaha,
e. Objek sewa harus dapat dinilai dan diidentifikasi secara spesifik dan
dinyatakan dengan jelas termasuk besarnya nilai sewa dan jangka
4 f. Bank sebagai pihak yang menyediakan objek sewa, wajib menjamin
pemenuhan kualitas maupun kuantitas objek sewa serta ketepatan waktu
penyediaan objek sewa sesuai kesepakatan,
g. Bank wajib menyediakan dan untuk merealisasikan penyediaan objek
sewa yang dipesan nasabah,
h. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk
perjanjian tertulis berupa akad pembiayaan atas dasar ijarah,
i. Pembayaran sewa dapat dilakukan baik dengan angsuran maupun
sekaligus,
j. Pembayaran sewa tidak dapat dilakukan dalam bentuk piutang maupun
dalam bentuk pembebasan utang,
k. Bank dapat meminta nasabah untuk menjaga keutuhan objek sewa, dan
menanggung biaya pemeliharaan objek sewa sesuai dengan kesepakatan
dimana uraian pemeliharaan yang bersifat material dan structural harus
dituangkan dalam akad,
l. Bank tidak dapat meminta nasabah untuk bertanggungjawab atas
kerusakan objek sewa yang terjadi bukan karena pelanggaran akad atau
kelalaian nasabah.
Berdasarkan SOP yang disampaikan oleh Bank Syari’ah, tahapan pelaksanaanijarah adalah sebagai berikut,3
a. adanya permintaan untuk menyewakan barang tertentu dengan
spesifikasi yang jelas, oleh nasabah kepada bank syari’ah,
b. Wa’adantara bank dan nasabah untuk menyewa barang dengan harga sewa dan waktu sewa yang disepakati,
c. Bank Syari’ah mencari barang yang diinginkan untuk disewa oleh nasabah,
d. Banksyari’ah menyewa barang tersebut dari pemilik barang, e. Bank syari’ah membayar sewa di muka secara penuh,
f. Barang diserahterimakan dari pemilik barang kepada bank syari’ah,
3
5 g. Akad antara bank dengan nasabah untuk sewa,
h. Nasabah membayar sewa di belakang secara angsuran,
i. Barang diserahterimakan dari bank syari’ah kepada nasabah, dan j. Pada akhir periode, barang diserahterimakan kembali dari nasabah ke
bank syari’ah, yang selanjutnya akan diserahterimakan ke pemilik barang.
Implementasi ijarah dalam dunia perbankan syariah adalah sebagai
berikut:
a. Nasabah mengajukan pembiayaan ijarahkebank syari’ah
b. Bank kemudian memberi/menyewa barang yang diinginkan nasabah
c. Setelah dicapai kesepakatan maka akad ijarah ditandatangani dan
nasabah wajib memberikan jaminan yang dimiliki
d. Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang
telah disepakati
e. Bila bank membeli objek tersebut setelah periode ijarah berakhir, objek
tersebut disimpan oleh bank sebagai aset yang dapat disewakan
kembali.
Objek Sewa
SUPPLIER
BANK SYARIA
NASABAH BANK
Pesan Objek Sewa Bayar Sewa
6 f. Bila bank menyewa objek ijarah tersebut setelah periode ijarah
berakhir, objek ijarah tersebut dikembalikan oleh bank kepada
penjual/pemilik.4
Jenis barang yang dapat disewakan adalah sebagai berikut:
a. Barang modal: aset tetap, seperti, bangunan, gedung, ruko, dan
lain-lain
b. Barang produksi: mesin, alat berat dan lain-lain
c. Barang kendaraan transportasi: darat, laut dan udara
d. Jasa untuk membayar ongkos: uang sekolah, tenaga kerja, hotel,
angkutan dan lain sebagainya.5
Dari proses ijarah tersebut di atas, perlu dicermati bahwa ada beberapa
bank yang menggunakan uang muka dalam transaksiijarah. Hal itu dikarenakan
agar bank memperoleh jaminan bahwa nasabah (penyewa) benar-benar akan
menyewa objek sewa tersebut.
Selain Bank Syari’ah sebagai pemberisewa, di beberapa bank terdapat juga posisi bank sebagai wakil atau menggunakan wakalah. Bank syari’ah mewakilkan pemilik barang (objeksewa) kepada nasabah (penyewa).
4
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: Teori,Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa,
(Jakarta: rajawali Pers, 2008), h.183.
5
7 2. IjarahMuntahiya Bit Tamlik (IMBT)
Di atas telah disebutkan bahwa produk pembiayaan perbankan syariah
berdasarkan akad sewa-menyewa terdiri dari sewa murni dan sewa yang diakhiri
dengan pemindahan hak kepemilikan atau dikenal dengan ijarah muntahiya bit
tamlik.6 Ijarah muntahia bit tamlik (IMBT) pada dasarnya merupakan perpaduan
antarasewamenyewa dengan jual beli. Semakin jelas dan kuat komitmen untuk
membeli barang di awal akad, maka hakikat IMBT pada dasarnya lebih bernuansa
jual beli. Namun, apabila komitmen untuk membeli barang di awal akad tidak
begitu kuat dan jelas (walaupun opsi membeli tetap terbuka), maka hakikat IMBT
akan lebih bernuansa ijarah
Perjanjian IMBT yang dibuat oleh para pihak mempunyai konsekuensi yuridis (akibat hukum) yang ditentukan oleh:
a. Konsekuensi yang disepakati para pihak. Para pihak mengikatkan diri pada isi perjanjian IMBT. Dengan cara ini, prinsip dasar kebebasan berkontrak dinyatakan;
b. Sebagai pelengkap. Konsekuensi yang menurut sifat kontrak, dihasilkan dari hukum, penggunaan, atau persyaratan kewajaran dan keadilan. Hubungan hukum antara Bank Syariah dengan nasabah terjadi setelah adanya kesepakatan. Akibat hukum berkaitan dengan timbulya hak dan kewajiban. Karena dalam perjanjian IMBT terdapat dan bentuk perjanjian yaitu sewa menyewa yang diakhiri jual beli dan sewa menyewa diakhiri dengan hibah yang dilaksanakan secara independen. Maka pemenuhan kewajiban dan perolehan hak yang ditanggung nasabah dan Bank Syariah terdapat dua tahap. Pertama hak dan kewajiban perjanjian sewa-menyewa (Bab VII KUHPerdata), kemudian hak dan kewajiban perjanjian jual beli (Bab V KUHPerdata). Kedua, hak dan kewajiban perjanjian sewa
6
Abdul GhofurAnshori, “HukumPerjanjian Islam di Indonesia”, (Yogyakarta: GadjahMada
8 menyewa, kemudian hak dan kewajiban hibah (Pasal 1666-1693
KUHPerdata).7 .
Dari sisi ijarah, perbedaan IMBT terletak dari adanya opsi untuk membeli
barang dimaksud pada akhir periode. Sedangkan dari sisi jual beli, perbedaan
IMBT terletak pada adanya penggunaan manfaat barang dimaksud terlebih dahulu
melalui akad sewa (ijarah), sebelum transaksi jual beli dilakukan.
Secara teknis, implementasi IMBT juga diatur dalam Surat Edaran Bank
Indonesia (SEBI) No. 10/14/DPBS pada tanggal 17 Maret 2008 yaitu,
a. Bank sebagai pemilik objek sewa juga bertindak sebagai pemberi janji
(wa`ad) untuk memberikan opsi pengalihan kepemilikan dan/atau hak
penguasaan objek sewa kepada nasabah penyewa sesuai kesepakatan,
b. Bank hanya dapat memberikan janji (wa`ad) untuk mengalihkan
kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa setelah objek sewa
secara prinsip dimiliki oleh bank,
c. Bank dan nasabah harus menuangkan kesepakatan adanya opsi
pengalihan kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa dalam
bentuk tertulis,
d. Pelaksanaan pengalihan kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek
sewa dapat dilakukan setelah masa sewa disepakati selesai oleh Bank
dan nasabah penyewa, dan
e. Dalam hal nasabah penyewa mengambil opsi pengalihan kepemilikan
dan/atau hak penguasaan objek sewa, maka bank wajib mengalihkan
kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa kepada nasabah
yang dilakukan pada saat tertentu dalam periode atau pada akhir
periode pembiayaan atas dasar akad IMBT.
Sedangkan berdasarkan SOP yang disampaikan oleh Bank syari’ah,
tahapan pelaksanaan IMBT adalah sebagai berikut,8
7
Rosa Agustina dkk, Hukum Perikatan (Law of Obligations), Pustaka Larasan, Denpasar, 2012, hlm 153.
9 a. Adanya permintaan untuk menyewa beli barang tertentu dengan
spesifikasi yang jelas, oleh nasabah kepada bank syari’ah,
b. Wa’adantara bank dan nasabah untuk menyewa beli barang dengan harga sewa dan waktu sewa yang disepakati,
c. Bank Syari’ah mencari barang yang diinginkan untuk disewa beli oleh nasabah,
d. Bank syari’ah membeli barang tersebut dari pemilik barang, e. Bank syari’ah membayar tunai barang tersebut,
f. Barang diserahterimakan dari pemilik barang kepada bank syari’ah, g. Akad antara bank dengan nasabah untuk sewa beli,
h. Nasabah membayar sewa di belakang secara angsuran,
i. Barang diserahterimakan dari bank syari’ah kepada nasabah,
j. Pada akhir periode, dilakukan jual beli antara bank syari’ah dan nasabah.
Perludiperhatikan bahwa dalam praktek di beberapa bank, komitmen untuk
membeli barang pada akhir periode atau dengan menggunakan IMBT yang
dituang dalam wa`ad, cenderung bersifat keharusan atau wajib bagi nasabah. OBJEK SEWA
NASABAH BANK SUPPLIER
BANK SYARIAH Bayar Sewa
Diakhir masa sewa, bank syariah menghibahkan atau menjual objek sewa
kepada nasabah Pesan Objek Sewa Objek Sewa dibeli
10 Contoh:
1. Tgl 1 Maret 2008, Bank syariah membeli mobil Inova, dng harga dan
biaya-biaya lain (harga perolehan) sebesar Rp.240.000.000.
2. Tgl 10 Maret 2008, Bank syariah melakukan transaksi Ijarah dengan data-data
sebagai berikut:
- Jenis barang yang disewa :Kijang Inova
- Harga barang perolehan :Rp. 240.000.000.
- Nilai sisa / residual value :Rp. 0
- Uang muka sewa :Rp. 40.000.000
3. Kebijakan penyusutan aktiva tersebut selama 5 tahun
4. Return yang diharapkan 20%
Alternatif pilihan:
a. Ijarah
b. IMBT untuk masa sewa 2 tahun
Penyelesaian:
Jurnal tgl 1 Maret 2008 (pembelian mobil)
Dr. Persediaan Ijarah Rp. 240.000.000
Cr. Kas / Rekening pemilik Asset Rp. 240.000.000
Jurnal tgl 10 Maret 2008 (saat penyewaan mobil)
Dr. Aktiva Diperoleh untuk Ijarah Rp. 240.000.000
Cr. Persediaan Ijarah Rp. 240.000.000
Perhitungan Penyusutan Aktiva Ijarah (metode garis lurus – straight line method)
Ijarah (kebijakan bank disusut 5 th)
Beban penyusutan per thn : (240.000.000 – 00) : 5 = 48.000.000
Beban penyusutan per bln : 48.000.000 : 12 = 4.000.000
Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT) => masa sewa 2 thn
Penyusutan per thn: (240.000.000 – 00) : 2 = 120.000.000
11 Tgl 10 Maret 2008 bank syariah menerima uang muka sewa sebesar Rp.
40.000.000, dari penyewa
Dr. Kas/Rekening penyewa Rp. 40.000.000
Cr. Sewa Diterima Dimuka Rp. 40.000.000
Jurnal beban penyusutan
Ijarah
Dr. Beban penyusutan Rp. 4.000.000
Cr. Akum penyusutan Aktiva Ijarah Rp. 4.000.000
Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)
Dr. Beban penyusutan Rp. 10.000.000
Cr. Akum penyusutan Aktiva Ijarah Rp. 10.000.000
Jurnal penerimaan pendapatan Ijarah pengakuan pendapatan sewa
Dr. Sewa Diterima Dimuka Rp. 4.800.000
Cr. Pendapatan sewa Rp. 4.800.000
Jurnal penerimaan pendapatan IMBT pengakuan pendapatan sewa
Dr. Sewa Diterima Dimuka Rp. 12.000.000
Cr. Pendapatan sewa Rp. 12.000.000
Jurnal Pemindahan Hak (khusus hanya IMBT)
Melalui hibah, seluruh pendapatan sewa telah diterima dan obyek sewa
tidak memiliki nilai sisa
Jurnal:
Dr. Akum penyusutan aktiva ijarah Rp. 240.000.000
Dr. Beban Hibah Ijarah Rp. 0,-- (residu)
12 Penjualan obyek sewa sebelum berakhirnya masa sewa dengan harga jual
sebesar sisa cicilan sewa atau harga disepakati
1) jika harga jual lebih besar dari nilai buku , harga disepakati Rp.100.000.000.
Nilai buku Rp.30.000.000 (sisa cicilan)
Db. Kas/Rekening penyewa Rp. 100.000.000.
Db. Akumulasi Penyusutan aktiva ijarah Rp.210.000.000
Cr. Aktiva ijarah Rp. 240.000.000.
Cr.Keuntungan penjualan aktiva ijarah Rp. 70.000.000.
2) jika harga jual sama dengan nilai buku, sisa cicilan Rp.30.000.000, nilai buku
aset Rp. 30.000.000
Db. Kas/Rekening penyewa Rp. 30.000.000.
Db. Akumulasi Penyusutan aktiva ijarah Rp. 210.000.000
Cr. Aktiva ijarah Rp. 240.000.000.
Jika harga jual lebih kecil dari nilai buku, harga disepakati Rp.20.000.000, nilai
buku Rp. 30.000.000
Db. Kas/Rekening penyewa Rp. 20.000.000
Db. Akum Penyusutan akt ijarah Rp. 210.000.000
Db. Kerugian penjualan akt ijarah Rp. 10.000.000.
13 DAFTAR PUSTAKA
Abdul GhofurAnshori, “HukumPerjanjian Islam di Indonesia”, (Yogyakarta: GadjahMada University Press, 2010),
Ascarya, “Akad & Produk Bank Syari’ah”,
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (yogyakarta: Ekonosia, 2012),
Imam Mustofa. Fiqh Mu’amalah Kontemporer. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2016.
Rosa Agustina dkk, Hukum Perikatan (Law of Obligations), Pustaka Larasan, Denpasar, 2012,
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: Teori,Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa, (Jakarta: rajawali Pers, 2008),