• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Relationship Motivation In Improving Performance of Civil Servants (Studies in North Sumatera Provincial Foresty Office)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Relationship Motivation In Improving Performance of Civil Servants (Studies in North Sumatera Provincial Foresty Office)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur negara yang

memberikan pelayanan publik kepada masyarakat di negara kita ini masih sangat

rendah dibandingkan dengan negara lain. Hal inilah yang membuat daya saing

Indonesia, terutama dalam bidang ekonomi selalu tertinggal dibanding

negara-negara lain. Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Djimanto

mengatakan, keberadaan birokrat sangat penting dalam mendukung perekonomian

bangsa, karena birokrat merupakan pelayan publik. Jika pelayan publiknya malas

dan kompetensi rendah, maka pembangunan ekonomi terhambat. Menurut

Djimanto , ada beberapa hal mengapa kinerja dan produktivitas PNS Indonesia

rendah. Pertama, sistem rekrutment PNS yang masih berkolusi, korupsi dan

nepotisme (KKN), bukan berdasarkan merit system atau berdasarkan kompetensi.

Kedua, kenaikan pangkat dan sistem penggajian PNS dilakukan secara berkala

bukan berdasarkan prestasi kerja. Ketiga, sistem pengawasan internal PNS seperti

adanya inspektorat jenderal tidak berjalan. Inspektorat jenderal hanya sebagai

stempel saja . Ketiga hal menyebabkan kinerja PNS Indonesia rendah seperti

malas-malasan, sering bolos, tidak produktif dan tidak tepat tanggal masuk kerja

jika ada libur tertentu. Menurut Djimanto, yang merusak etos kerja PNS adalah

jaminan kenaikan pangkat dan gaji secara berkala. PNS yang malas dan rajin

(2)

efektif. Selain itu, pemberian sanksi yang tidak tegas kepada PNS yang memiliki

kinerja yang rendah

(http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/kinerja-dan-produktivitas-birokrasi-indonesia-buruk/10863, diakses pada tanggal 19

September 2013 pukul 17.00 WIB).

Menurut Menpan dan Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar, sekitar 50

persen dari 4,7 juta PNS yang ada di Indonesia memiliki kualitas rendah. Hampir

di setiap kantor pemerintahan atau instansi, kinerja pegawai negeri sipil sangat

rendah. Ini merupakan dampak buruknya sistem seleksi penerimaan pegawai

negeri pada masa lalu. Sudah menjadi rahasia umum, banyak permainan dalam

penerimaan pegawai negeri. Calon pegawai negeri kebanyakan merupakan titipan

orang dalam atau saudara pejabat. Hal ini dilakukan tanpa memperhatikan kualitas

sumber daya manusia, sehingga kinerja pegawai negeri sangat rendah.

Penyebab lain rendahnya kinerja pegawai negeri sipil di Indonesia adalah

panjangnya sistem birokrasi dalam organisasi kepegawaian negeri. Sistem

birokrasi yang seperti menyebabkan tidak efektifnya kerja PNS. Birokrasi PNS

yang mengenal 9 golongan menimbulkan jika ada satu perintah harus melalui

jenjang yang sangat panjang untuk sampai kepada pelaksananya. Menpan dan

Reformasi Birokrasi berencana memangkas birokrasi ini dengan cara mengurangi

jumlah golongan yang ada. Posisi staf yang selama ini diduduki oleh 2 juta PNS

akan dididik untuk menjadi seorang menajer atau setingkat diatas staf. Jumlah staf

yang sedemikian banyaknya telah membuat PNS banyak menganggur. Hal ini

terjadi karena staf tidak memiliki kelulasaan untuk memutuskan atau untuk

mengambil satu kebijakan maupun program kerja. Menpan dan Reformasi

(3)

PNS dapat ditingkatkan

(http://poskota.co.id/berita-terkini/2011/12/14/men-pan-50-persen-pns-berkualitas-rendah, diakses pada tanggal 19 September 2013, pukul

19.10 WIB).

Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemprov Sumut tidak

berjalan dengan baik atau stagnan. Tim I sub 2 Kunjungan Kerja DPRD Sumut

kecewa setelah mengunjungi beberapa SKPD, dan terbukti kinerjanya tidak

produktif. Kinerja tidak mengalami peningkatan melainkan hanya jalan ditempat.

Besarnya alokasi anggaran yang diberikan tidak sesuai dengan produk yang

menyentuh kehidupan perekonomian masyarakat. Banyak pelayanan masyarakat

macet. Tidak ada keseriusan untuk mengimplementasikan sumber daya yang

dimiliki. Menurut Tunggul Siagian Anggota DPRD Fraksi Demokrat, kegagalan

ini merupakan kegagalan kepemimpinan Sumut yang tidak memiliki ketegasan

dan komitmen dalam membangun Sumut. Kunjungan kerja yang tergabung dalam

satu tim ini mengunjungi Dinas Kehutanan Sumut. Hasil kunjungan tersebut

membuktikan kinerja di Dinas Kehutanan Sumut belum maksimal atau masih

mendapat nilai cukup baik. Hal ini terbukti dengan kurang mampunya

memanfaatkan sumber daya yang ada untuk melakukan terobosan dalam

meningkatkan pelayanan bagi masyarakat. Jumlah pegawai yang banyak dan

sokongan anggaran untuk gaji pegawai tidak diimbangi dengan program untuk

pelayanan masyarakat yang baik. Oleh karena itu DPRD Sumatera Utara siap

mendukung gubernur mengevaluasi kinerja gubernur. Semuanya ini dilakukan

untuk pelayanan kepada masyarakat sebagai wujud tanggungjawab moral dan

konstitusional kepada

(4)

masyarakat(http://medan.tribunnews.com/2011/09/15/membangun-sumut-tidak-cukup-hanya-dengan-senyum, diakses pada tanggal 19 September 2013 pukul

19.15 WIB).

Kinerja PNS di Dinas Kehutanan Sumut yang belum maskimal dibuktikan

dengan kurang maksimalnya penggunaan dana alokasi khusus. Oleh karena itu,

Guntur Manurung sebagai anggota Komisi B DPRD Sumut menyarankan Dinas

Kehutanan harus mampu melakukan serapan anggaran hingga 50 persen agar

dapat mengetahui seberapa banyak tambahan anggaran yang dibutuhkan. Saat ini,

Dinas Kehutanan hanya mampu menyerap anggaran sebesar 32 persen

(http://www.bisnis-sumatra.com/index.php/2011/07/dprd-sumut-nilai-kinerja-dinas-kehutanan-lebih-baik-dari-dinas-lain/).

Sebagai jawaban atas masukan juga sorotan sejumlah Fraksi DPRD Sumut

atas kinerja SKPD di jajaran Pemprovsu, Gubernur Sumut H Gatot Pujo Nugroho,

ST, MSi akan segera melakukan evaluasi kinerja SKPD. Evaluasi akan dilakukan

mengingat ada SKPD yang ternyata belum optimal dalam menjalankan tugasnya

sesuai tupoksi yang telah ditetapkan. Sebagai perpanjangan tangan kebijakan

Gubernur Sumatera Utara, Kepala SKPD harus dapat mengoptimalkan kinerja

instansi yang dipimpinnya agar visi dan misi Gubernur yang diusung dalam

kampanyenya berhasil. Keingingan segera melakukan evaluasi itu didasari

komitmen yang kuat dari Gubsu dan Wagubsu membawa Sumatera Utara ke arah

yang jauh lebih baik menuju Sumut yang sejahtera dan berdaya saing. Rencana

evaluasi itu dituangkan dalam nota jawaban Gubernur Sumatera Utara atas

Pandangan Umum Anggota Dewan yang disampaikan Fraksi- Fraksi DPRD

Sumatera Utara terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang

(5)

Wagubsu(http://www.menaranews.com/regionalx/sumatera/gubsu-segera-evaluasi-kinerja-skpd, diakses pada tanggal 19 September 2013 pukul 19.25

WIB).

Rencana evaluasi kinerja SKPD Pemprovsu tidak hanya menjadi

rancangan saja. Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho mengadakan

evaluasi kinerja PNS pada tanggal 12 Agustus 2013 di berbagai instansi termasuk

di Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Gubsu memberikan arahan dan

mengingatkan pentingnya meningkatkan kinerja sebagai aparatur negara dan

pelayan masyarakat. Secara keseluiruhan, tingkat kehadiran PNS mencapai 98,77

%. Angka ini meningkat dari catatan tahun sebelumnya sebanyak 98,75%.

Tingkat kehadiran PNS yang meningkatkan menunjukkan kinerja yang semakin

meningkat. Peningkatan kinerja merupakan suatu kemajuan yang berarti

(http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/08/13/44872/gubsu_semangat

_idul_fitri_tingkatkan_kualitas_kinerja_kehadiran_pns_9877persen/#.UjJDkX-J1H0, diakses pada tanggal 12 September 2013, pukul 19.20 WIB).

Penilaian kinerja PNS merupakan kegiatan rutin untuk mengetahui

kualitas birokrasi negara ini. Penilaian kinerja PNS harus dilakukan secara

objektif. Hasil penilaian kinerja PNS menjadi syarat setiap PNS yang mengajukan

kenaikan pangkat. Bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), penilaian kinerja diatur

dalam PP 10 tahun 1979 melalui Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan atau

DP3. Komponen penilaian dalam DP3 antara lain adalah kesetiaan, prestasi kerja,

tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakasa, dan kepemimpinan bagi

(6)

birokrasi, sistem penilaian kinerja PNS melalui DP3 dinilai tidak lagi

komprehensif untuk dijadikan sebagai alat pengukur kinerja.

DP3 yang lebih ditekankan kepada aspek perilaku PNS tidak dapat

mengukur secara langsung produktivitas dan hasil akhir kerja PNS. Selain itu

penilaian DP3 acapkali memiliki bias dan subjektifitas yang tinggi. Seringkali

pemberi nilai dalam DP3 akan memasukkan pendapat pribadinya dan nilai yang

didapatkan akan bervariasi tergantung pada penilai.

Berdasarkan penilaian yang sering subjektif tersebut diadakan

penyempurnaan DP3 dengan penilaian prestasi kerja PNS. Berbeda dengan DP3

penilaian prestasi kerja terdiri dari dua unsur yaitu Sasaran Kerja Pegawai (SKP)

dan perilaku kerja dimana bobot nilai unsur SKP sebesar 60% dan perilaku kerja

sebesar 40%. Penilaian SKP meliputi aspek-aspek seperti kuantitas, kualitas,

waktu, dan biaya sementara penilaian perilaku kerja meliputi orientasi pelayanan,

integritas, komitmen, disiplin, kerjasama, dan kepemimpinan. Penilaian prestasi

kerja PNS dilakukan berdasarkan prinsip objektif, terukur, akuntabel, partisipatif,

dan transparan.

Dalam penerapan SKP, setiap PNS wajib menyusun SKP sebagai

rancangan pelaksanaan Kegiatan Tugas Jabatan sesuai dengan rincian tugas,

tanggung jawab dan wewenangnya sesuai dengan struktur dan tata kerja

organisasi. SKP disusun dan ditetapkan sebagai rencana operasional pelaksanaan

Tugas Jabatan dengan mengacu pada Renstra dan Renja. SKP yang telah disusun

harus disetujui dan ditetapkan oleh pejabat penilai dan ditetapkan setiap tahun

(7)

kinerja PNS menggunakan SKP adalah salah satu solusi untuk mengukur kinerja

PNS secara objektif. Penilaian ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2014 .

Untuk menghindari ketidaksepahaman, Kantor Regional III BKN Bandung

beserta dengan Direktorat Kinerja BKN Pusat mengadakan workshop dan

sosialisasi PP 46 tahun 2011 bertempat di Aula Rama-Shinta Kanreg III BKN.

Acara ini diikuti oleh 114 peserta ini, sebanyak 57 peserta berasal dari instansi

pembina kepegawaian daerah dan bagian kepegawaian instansi vertikal yang

berada di wilayah kerja Kanreg III BKN. Pada pengarahannya dalam pembukaan

Deputi Bidang Bina Kinerja dan Perundang-Undangan, Drs. S. Kuspriyo

Murdono, M.Si mengatakan bahwa pada dasarnya SKP adalah sebuah komitmen

berdasarkan kesepakatan bersama antara atasan dengan bawahan, Karenanya

kedua belah pihak harus aktif agar proses penilaian kerja berlangsung efektif

(http://www.bkn.go.id/kanreg03/in/component/content/article/188-penilaian-kinerja-pns-dengan-sasaran-kinerja-pegawai.html , diakses pada tanggal 19

September 2013 pukul 19.35 WIB).

Satuan Kinerja Pegawai (SKP) akan melakukan penilaian kinerja kepada

PNS. Jika ada PNS yang hasil penilaian kinerjanya buruk selama tiga tahun

berturut turut, dapat dikenakan sanksi bahkan pemecatan dini. Wakil Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Eko

Prasodjo menjelaskan bahwa mekanisme ini diperlukan untuk memperkuat kinerja

PNS di masa mendatang.

Jalan lain yang ditempuh pemerintah untuk meningkatkan kinerja PNS

adalah menaikkan gaji pegawai negeri sipil (PNS). Dalam RAPBN Tahun 2014,

(8)

43,4 % dari total belanja pegawai. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan

sebesar Rp. 5,5 triliun atau 4,8 % dari alokasi anggaran APBNP tahun 2013

sebesar Rp. 114, 5 triliun. Kenaikan gaji PNS setiap tahun diharapkan dapat

meningkatkan kinerja PNS. Selain itu, peningkatan kinerja PNS diperlukan

seiring semakin ketatnya pengawasan terhadap kinerja PNS. Penilaian secara

individu dan subjektif menjadi perhatian penting bagi PNS

(http://economy.okezone.com/read/2013/08/26/20/855599/gaji-pns-naik-penilaian-kinerja-makin-ketat, diakses pada tanggal 19 September 2013 pukul

19.40 WIB).

Rancangan lain dari pemerintah untuk tiga tahun ke depan adalah gaji PNS

tidak dipukul rata. PNS akan digaji sesuai dengan kinerjanya. Semakin baik

pencapaian kerjanya, maka gajinya akan semakin tinggi, demikian juga

sebaliknya. Pertimbangan lain dalam sistem penggajian yang baru adalah beban,

resiko, dan tanggung jawab kerja. Selain itu, Wakil Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Eko Prasojo menyebutkan kinerja PNS

juga akan mempengaruhi bonus tahunan yang diterima

(http://www.cpnsonline.org/2013/tahun-2016-pns-akan-digaji-sesuai-kinerja.html,

diakses pada tanggal 12 September 2013 pukul 19.45 WIB).

Langkah dalam meningkatkan kinerja pegawai negeri sipil diupayakan

pemerintah semaksimal mungkin . Berbagai rancangan dibuat demi peningkatan

kualitas kerja para aparatur pemerintah di negara ini. Berdasarkan

fenomena-fenomena tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian

yang berjudul “Hubungan Motivasi Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Negeri

(9)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka

masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut yaitu :

1. Bagaimana motivasi kepuasan pada pegawai negeri sipil di Dinas Kehutanan

Provinsi Sumatera Utara?

2. Bagaimana motivasi proses pada pegawai negeri sipil di Dinas Kehutanan

Provinsi Sumatera Utara?

3. Bagaimana hubungan motivasi kepuasan dan motivasi proses dalam

meningkatkan kinerja di Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui motivasi kepuasan pada pegawai negeri sipil di Dinas

Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui motivasi proses pada pegawai negeri sipil di Dinas

Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui hubungan motivasi kepuasan dan motivasi proses dalam

meningkatkan kinerja pegawai negeri sipil di Dinas Kehutanan Provinsi

(10)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Secara subjektif, untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan tentang

peranan motivasi dalam meningkatkan kinerja pegawai negeri sipil.

2. Secara praktis, dapat memberikan masukan bagi pemerintah, khususnya Dinas

Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dalam meningkatkan kinerja pegawai

negeri sipil.

3. Secara akademis, dapat dijadikan referensi bagi pihak yang tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan motivasi dalam meningkatkan

kinerja pegawai negeri sipil.

2.5 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi kerangka teori, definisi konsep, defenisi operasional

dan sistematika penulisan.

BAB II I : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik

(11)

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi

penelitian.

BAB V : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan

dokumentasi yang akan dianalisis, serta memuat pembahasan atau

interprestasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya,

serta analisis dari hasil di lapangan dan dokumentasi.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang

Referensi

Dokumen terkait

Pengawasan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia (Study KEJATI SUMATERA UTARA) yang bertujuan antara lain pertama, untuk mengetahui bagaimana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai negeri sipil di Kantor Dinas Kehutanan Dan Perkebunan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai negeri sipil di Kantor Dinas Kehutanan Dan Perkebunan

Banyaknya Pegawai Negeri Sipil dan Honorer di lingkungan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Menurut Unit Kerja Tahun 2007.. Figure

Hasil analisis secara parsial menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, motivasi

Secara khusus untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai di kantor Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara.. Metode yang

Sehubung dengan penyelesaian penulisan tugas Akhir yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai di Dinas Kesejahteraan Provinsi Sumatera Utara maka

Faktor Penghambat Pengembangan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Melalui Pendidikan dan Pelatihan di Dinas Kearsipan Provinsi Sumatera Selatan Faktor peinghambat meirupakan keindala