• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II Perbandingan di Lokasi Keramba Jaring Apung dengan Lokasi yang tidak Memiliki Keramba Jaring Apung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II Perbandingan di Lokasi Keramba Jaring Apung dengan Lokasi yang tidak Memiliki Keramba Jaring Apung"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Benthos

Bentos merupakan kelompok organisme yang hidup di dalam atau di

permukaan sedimen dasar perairan. Bentos memiliki sifat kepekaan terhadap

beberapa bahan pencemar, mobilitas yang rendah, mudah ditangkap dan memiliki

kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

keseimbangan suatu ekosistem perairan dapat menjadi indikator kondisi ekologi

terkini pada kawasan tertentu (Nyabakken,1992).

Bentos merupakan organisme yang hidup dibagian dasar perairan atau

hidup didasar endapan (demersal). Komunitas fauna bentik ini terdiri dari empat

kelompok yaitu Mollusca, Polychaeta, Crustaceae dan Echinodermata.

Keberadaan bentos dibentuk dari sifat fisik lingkungannya yang berbeda-beda

sehingga terjadi kelompok-kelompok biota (Brotowidjoyo, 1990).

Organisme dasar perairan (benthic organism) dapat digunakan sebagai

indikator stabilitas lingkungan perairan. Ekosistem perairan dengan tingkat

keragaman jenis yang tinggi akan lebih stabil dan kurang terpengaruh oleh

tekanan dari luar dibandingkan dengan ekosistem dengan keragaman yang rendah

(Odum, 1995). Keragaman jenis merupakan parameter yang sering digunakan

untuk mengetahui tingkat kestabilan yang mencirikan kekayaan jenis dan

keseimbangan suatu komunitas. Menurut Widodo (1997), faktor-faktor yang

mempengaruhi keragaman jenis dan dominasi antara lain kerusakan habitat alami,

(2)

Peranan Benthos

Bentos memegang peranan yang penting dalam komunitas perairan, terutama

dalam proses mineralisasi dan pendaurulangan bahan organik. Selain itu dalam

rantai makanan, hewan bentos menempati tingkat rantai makanan (tropik-level)

kedua dan ketiga. Sebagai konsumer tingkat pertama, hewan bentos terdiri dari

pemakan tingkat tinggi dan sebagai konsumer kedua, hewan bentosa hanya bisa

memangsa zooplankton atau sesame hewan bentos lainnya (Dahuri, Ginting dan

Sitepu,1996).

Menurut (Widyastuti, 1983 dalam Rosmiati, 1998), bahwa komposisi

makrozoobentos meliputi keanekaragaman jenis, keseragaman dan kelimpahan

relative serta hubungannya dengan kualitas suatu perairan. Hubungan ini

didasarkan atas kenyataan bahwa tidak seimbang lingkungan akan turut

mempengaruhi kehidupan suatu organisme yang hidup pada suatu perairan

sebagai contoh pengurangan jenis spesies tertentu yang diikuti dengan

melimpahnya jumlah individu yang lain, menunjukan telah tercemarnya suatu

perairan.

Berdasarkan ukuran organisme bentos dikelompokkan yakni makrozoobentos,

jika ukuran tubuhnya > 0,5 mm, hewan meibentos 0,5 mm mikrobentos yang

berukuran < 0,5 mm. Makrobentos sudah dapat diperoleh dengan sedikit rumit,

yaitu dengan menggunakan alat-alat khusus serta dapat diidentifikasi dengan

memakai alat-alat khusus seperti lup dan atau mikroskop (Koendeigh, 1980).

Kelompok organisme yang dominan yang menyusun makrozoobentos adalah

(3)

terutama golongan Ostracoda yang umumnya mendiami daerah permukaan.

Molusca biasanya terdiri dari spesies-spesies Bivalvia dan beberapa Gastropoda

yang hidup dipermukaan, serta Echinodermata terutama dari bintang laut atau

bintang ular (Haslindah, 2003).

Bentos seperti organisme yang lain, terbagi dalam beberapa golongan.

Berdasarkan ukuran organisme bentos termasuk dalam golongan makrozoobentos

jika mampunyai ukuran sebesar 0,5 mm (Levington, 1982 dalam Arifin 1997),

selanjutnya (Hutabarat dan Evans 1992) menyatakan bahwa bentos yang

berukuran 1 mm disebut makrobentos. Peranan penting makrozoobentos tersebut

adalah karena mampu mengurai materi-materi organik autokhon dan alokthon,

sehingga memudahkan mikroba-mikroba untuk mengurai organik menjadi materi

anorganik yang merupakan nutrien bagi produsen perairan. Penguraian

materi-materi organik tersebut oleh Hewan Makrobentos dilakukan oleh kelompok :

1. Kelompok dipteral dan plecoptera (shredder), detritivor partikel organik kasar

2. Kelompok ephemeroptera, dipteral dan oligochaeta akuatik (collector) sebagai

detrivor partikel organik halus

3. Kelompok gastropoda dan oligochaeta (scraper) sebagai herbivore tumbuhan

air.

4. Kelompok dipteral, plecoptera dan hirudinea (predator) sebagai karnivor

bentos dalam perairan.

5. Komposisi Substrat dalam Ekosistem Sungai

Keberadaan suatu organisme dalam ekosistemnya tergantung pada keadaan

(4)

Makrozoobenthos sebagai Indikator Pencemaran Lingkungan

Wilayah perairan merupakan media yang rentan terhadap pencemaran.

Berbagai jenis pencemar baik yang berasal dari sumber perumahan, industri,

gejala alam, dan lainnya banyak memasuki badan air. Setelah terakumulasi maka

secara langsung ataupun tidak langsung pencemar tersebut akan berpengaruh

terhadap kualitas air (Allard and Moreau, 1987).

Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya

berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang.

Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea,

Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Klasifikasi

benthos menurut ukurannya : Makrobenthos merupakan benthos yang memiliki

ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod, anthozoa,

echinodermata, sponge, ascidian, and crustacea. Meiobenthos merupakan benthos

yang memiliki ukuran antara 0.1 - 1 mm, contohnya polychaete, pelecypoda,

copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda, turbellaria, dan foraminifera.

Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm,

contohnya bacteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellate (Cummins,1975).

Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai

petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke

habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya

perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu karena hewan bentos

terus menerus berada dalam air yang kualitasnya berubah-ubah.Keberadaan

(5)

diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi

hewan bentos dan interaksi spesies serta pola siklus hidup dari masing-masing

spesies dalam komunitas. Adapun faktor abiotik adalah

diantaranya: s

dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar

(Odum,1993).

Makrozoobentos dapat bersifat toleran maupun bersifat sensitif terhadap

perubahan lingkungan. Organisme yang memiliki kisaran toleransi yang luas

akan memiliki penyebaran yang luas juga. Sebaliknya organisme yang kisaran

toleransinya sempit (sensitif) maka penyebarannya juga sempit.

Makrozoobenthos yang memiliki toleran lebih tinggi maka tingkat kelangsungan

hidupnya akan semakin tinggi. Tingkat pencemaran terhadap perairan dapat

dilihat dengan identifikasi makrozoobenthos yang terdapat di wilayah tersebut

(Koesbiyono, 1978).

Faktor Lingkungan Perairan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan makrozoobentos diantaranya;

1. Suhu Air

Tiap organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap

perubahan suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan.

Hewan laut misalnya hidup dalam batas-batas suhu tertentu ada yang mempunyai

toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euriterm. Ada pula

yang toleransinya kecil disebut bersifat stenoterm. Hewan yang hidup dizone

(6)

terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organisme

perairan adalah antara 18-30oC (Nontji, 2002).

2. Oksigen Terlarut (DO = Dissolved Oxygen)

Oksigen merupakan faktor paling penting bagi organisme air. Semua

tumbuhan dan hewan yang hidup dalam air membutuhkan oksigen yang terlarut

untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara dan hasil

fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang ada di dalam air. Oksigen dari udara terlarut

masuk dalam air karena adanya difusi langsung dan agitasi permukaan air oleh

aksi angin dan arus turbulen (Suin, 2002).

3. Substrat Dasar

Substrat sangat penting bagi organism yang hidup didasar perairan, baik pada

air yang diam maupun air mengalir. Substrat dapat digolongkan atas substrat

lumpur, substrat lumpur berpasir, dan substrat pasir. Pada umumnya substrat dasar

yang berlumpur lebih disenangi oleh bentos dari pada dasar yang berupa pasir

4. Kedalaman

Pada umumnya beberapa jenis makrozoobenthos dapat ditemukan pada

kedalaman yang berbeda. Kedalaman perairan yang berbeda akan memberi

pengaruh yang berbeda pula terhadap jenis dan kelimpahan makrozoobenthos.

Kebanyakan organisme benthik di danau, penyebarannya lebih besar dari 5%

berada pada kedalaman 10 cm dari permukaan substrat, pada perairan yang

mempunyai arus relatif sama. Pennak (1978) menyatakan bahwa spesies dari

Gastropoda lebih menyukai perairan sungai dan danau pada kedalaman kurang

Referensi

Dokumen terkait

Perbuatan yang dikriminalisasi dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE merupakan bentuk penanggulangan tindak pidana penipuan online yaitu untuk mengatur perbuatan yang

 Setiap kolompok diminta untuk menggelompokan gambar-gambar yang berhubungan dengan materi energi dan penggunaannya sesuai dengan tugas yang ada di lembar kerja

Pengembangan Paket Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada Tingkat Madrasah Ibtidaiyah di Kota Mataram.

Rasional penggunaan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan keaktidan dan hasil belajar siswa karena model ini dapat membuat siswa menjadi aktif dan dapat beinteraksi di

Pada tahap (2) fungsi pengorganisasian (organizing) biro SDM Polda Jabar sebagai koordinator penyelenggaraan administrasi dan manajemen pelaksanaan penyiapan personil polri

Penelitian serune kalee dalam upacara intat linto baro masyarakat Aceh di Banda Aceh mengumpulkan kegiatan-kegiatan pelaksanaan iring-iringan menjadi data dan dideskripsikan

Pada hari ini Selasa tanggal Dua Puluh Delapan bulan Juni tahun Dua Ribu Enam Belas kami Pokja Pada BLUD RSUD Kabupaten Manggarai telah melaksanakan download dan pembukaan

Ini membuktikan bahwa ketika mahasiswa/i menghadapi situasi di mana mereka harus tidak setuju kepada dosen mereka, mereka jarang mengakui kesalahan mereka tetapi mereka