• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUESIONER BUDAYA ORGANISASI MODEL STEPHE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KUESIONER BUDAYA ORGANISASI MODEL STEPHE"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KUESIONER

BUDAYA ORGANISASI (MODEL STEPHEN P. ROBBINS)

EKO HERTANTO

PROGRAM PASCASARJANA

Sesuai dengan konteks pemberdayaan sumber daya manusia, agar menghasilkan karyawan yang profesional diperlukan adanya acuan baku yang diberlakukan oleh suatu organisasi. Acuan tersebut adalah budaya organisasi yang secara sistematis menuntun karyawan untuk meningkatkan komitmen kerjanya bagi organisasi.

Pabundu (2010:1), menjelaskan di Indonesia, budaya organisasi mulai diperkenalkan di era 1990-an ketika saat itu b1990-anyak dibicarak1990-an perihal konflik budaya, bagaimana mempertahankan budaya Indonesia serta pembudayaan nilai-nilai baru. Seiring dengan itu, budaya organisasi kemudian dimasukkan dalam kurikukum berbagai program pendidikan, pelatihan, bimbingan dan penyuluhan, baik di lingkungan perguruan tinggi dan instansi pemerintah maupun di berbagai perusahaan swasta besar di Indonesia.

Menurut Kusdi (2011:12), budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi dan akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Disini tampaknya menenkankan pada aspek kolektif, bahwa budaya adalah hasil kerja dari sejumlah akal dan bukan hanya satu akal individu saja. Dalam bahasa inggris, kebudayaan berasal dari kata culture, yang berasal dari kata latin colere, yaitu mengelola dan mengerjakan. Wibowo (2007:15), menjelaskan budaya merupakan kegiatan manusia yan sistematis diturunkan dari generasi ke generasi melalui berbagai proses pembelajaran untuk menciptakan cara hidup tertentu yang paling sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya.

Kata organisasi berasal dari bahasa Yunani organon yang berarti alat atau instrumen. Arti kata ini menyiratkan bahwa organisasi adalah alat bantu manusia. Ketika seseorang mendirikan organisasi, tujuan akhirnya bukan organisasi itu sendiri

melainkan agar ia dan semua orang yang terlibat di dalamnya dapat mencapai tujuan lain lebih mudah dan lebih efektif.

Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya. Budaya organisasi dapat menjadi instrumen keunggulan kompetetif yang utama, yaitu bila budaya organisasi dapat menjawab atau mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat.

Budaya organisasi disebut juga budaya perusahaan, sering disebut juga budaya kerja karena tidak bisa dipisahkan dengan kinerja (performance) sumber daya manusia. Semakin kuat budaya perusahaan, semakin kuat pula dorongan berprestasi. Salah satu faktor yang membedakan suatu organisasi dari organisasi yang lainnya ialah budayanya. Budaya merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan efektivitas organisasi. Budaya organisasi dapat menjadi instrumen keunggulan kompetetitif yang utama, ketika budaya organisasi mendukung strategi organisasi dan dapat menjawab atau mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat.

Menurut Jones (1998:30), “Organization culture as the set of shared values and norm that controls organizational member interactions with each other and with people outside the

organization” (Budaya organisasi adalah kumpulan nilai-nilai dan norma yang mengendalikan interaksi antara anggota organisasi dengan anggota lainnya dan dengan orang yang berada diluar organisasi.

Kemudian Wirawan (2007:10), mendefinisikan budaya organisasi sebagai norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan

(2)

anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi sehingga mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku anggota organisasi dalam memproduksi produk, melayani konsumen, dan mencapai tujuan organisasi.

Sedangkan Victor Tan dalam Tunggal (2007:2), mengatakan budaya organisasi merupakan suatu norma yang terdiri dari suatu keyakinan, sikap, core values, dan pola perilaku yang dilakukan orang dalam organisasi.

Menurut Drucker dalam Tika (2006:4), budaya organisasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang

pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalah-masalah yang terkait. Sedangkan menurut Robbins (2001:510), “Organizational culture refers to a system of shared meaning held by members that distinguishes the organization from other organizations” (Budaya organisasi sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan

organisasi tersebut dengan organisasi-organisasi lain).

Menurut Turner dalam Wibowo (2006:258), budaya organisasi adalah norma-norma perilaku, sosial, dan moral yang mendasari setiap tindakan dalam organisasi dan dibentuk oleh kepercayaan, sikap, dan prioritas anggotanya.

TERBENTUKNYA BUDAYA ORGANISASI Robbins (2001:523-524), menggambarkan bagaimana budaya suatu organisasi dibangun dan dipertahankan. Budaya asli ditunjukkan dari filsafat pendirinya. Selanjutnya budaya ini sangat

mempengaruhi kriteria yang digunakan dalam mempekerjakan karyawannya. Tindakan dari manajemen puncak menentukan iklim umum dari perilaku baik yang dapat diterima maupun tidak. Bagaimanapun karyawan disosialisasikan, tingkat sukses yang dicapai akan tergantung pada kecocokan nilai-nilai yang dianut oleh karyawan baru dengan nilai-nilai organisasi dalam proses seleksi maupun pada preferensi. Proses

terbentuknya budaya organisasi dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1

PROSES TERBENTUKNYA BUDAYA ORGANISASI

Sumber: Stephen P. Robbins. Organizational Behavior, 9th Edition, (New Jersey: Prentice-Hall, Inc, 2001), h.596.

KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI Menurut Robbins (2006:279), ada 7 (tujuh) karakteristik primer yang secara bersama-sama merupakan hakekat dari budaya organisasi yaitu:

1. Innovation and risk taking

Inovasi dan pengambilan resiko yaitu, berkaitan dengan sejauh mana para anggota organisasi atau karyawan didorong untuk inovatif dan berani mengambil resiko.

2. Attention to detail

Perhatian terhadap hal-hal yang rinci, yaitu berkaitan dengan sejauh mana para anggota Kriteria

Seleksi Filsafat dari Pendiri

Organisasi

Sosialisasi Manajemen

Puncak

(3)

organisasi atau karyawan diharapkan mau memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap hal-hal yang detail (rinci).

3. Outcome orientation

Orientasi hasil, yaitu sejauh mana manajemen fokus pada hasil, bukan pada teknik dan proses yang digunakan untuk mendapatkan hasil tersebut.

4. People Orientation

Orientasi individu, yaitu sejauh mana

keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil kepada orang-orang di dalam organisasi tersebut.

5. Team Orientation

Orientasi tim, yaitu berkaitan dengan sejauh mana kegiatan kerja organisasi dilaksanakan dalam tim-tim kerja, bukan pada individu-individu.

6. Aggressiveness

Agresivitas, yaitu sejauh mana orang-orang dalam organisasi menunjukkan keagresifan dan kompetitif, bukannya bersantai.

7. Stability

Stabilitas, yaitu sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo sebagai lawan dari pertumbuhan atau inovasi.

Tiap karakteristik ini berlangsung pada suatu kontinum (suatu kesatuan) dari rendah ke tinggi. Maka dengan menilai organisasi itu berdasarkan 7 (tujuh) karakteristik tersebut, akan diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini akan menjadi dasar bagi anggota organisasi untuk memahami organisasi dan bagaimana melakukan sesuatu dan cara bagaimana anggota organisasi didorong untuk berperilaku.

FUNGSI BUDAYA ORGANISASI

Pabundu (2010:14), menjelaskan budaya memiliki beberapa fungsi di dalam suatu organisasi yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi maupun kelompok.

2. Sebagai perekat bagi karyawan dalam suatu organisasi sehingga dapat mempunyai rasa memiliki, partisipasi dan rasa tanggung jawab atas kemajuan perusahaan.

3. Mempromosikan stabilitas sistem sosial, sehingga lingkungan kerja menjadi positif, nyaman dan konflik dapat diatur secara efektif. 4. Sebagai mekanisme control dalam memandu

dan membentuk sikap serta perilaku karyawan. 5. Sebagai integrator karena adanya sub budaya

baru. Dapat mempersatukan kegiatan para anggota perusahaan yang terdiri dari

sekumpulan individu yang berasal dari budaya yang berbeda.

6. Membentuk perilaku karyawan, sehingga karyawan dapat memahami bagaimana mencapai tujuan organisasi.

7. Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok organisasi.

8. Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan.

9. Sebagai alat komunikasi antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya, serta antar anggota organisasi.

Budaya organisasi berguna bagi organisasi dan karyawan. Budaya mendorong terciptanya komitmen organisasi dan meningkatkan konsistensi sikap kerja karyawan. Keadaan seperti ini jelas menguntungkan sebuah organisasi. Budaya menyampaikan kepada karyawan bagaimana pekerjaan dilakukan dan apa saja yang bernilai penting.

Robbins (2001:613), berpandangan bahwa budaya organisasi mempengaruhi isi keunggulan bersaing organisasi. Ketika faktor-faktor objektif dipersepsikan sama oleh seluruh karyawan sehingga akan membentuk budaya organisasi. Budaya yang dihasilkan nanti dapat budaya yang kuat dan budaya yang lemah, selanjutnya akan berdampak pada kinerja dan kepuasan karyawan. Seperti yang terlihat pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2.

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA DAN KEPUASAN

Objective Factors

Innovation and Risk taking

Attention to detailOutcome OrientationPeople OrientationTeam OrientationAggressiveness

Stability

Strength

(4)

Sumber: Stephen P. Robbins. Organizational Behavior, 9th Edition, (New Jersey: Prentice-Hall, Inc, 2001), h.613.

MENILAI KUAT-LEMAHNYA FUNGSI BUDAYA ORGANISASI

Menurut Sathe dalam Tika dan Pabundu (2006:108), budaya organisasi yang kuat adalah budaya organisasi yang ideal dimana kekuatan budaya mempengaruhi intensitas pelaku. Pada organisasi yang memiliki budaya organisasi yang kuat anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi, tahu dan jelas apa tujuan organisasi serta mengerti perilaku mana yang dipandang baik dan tidak baik.Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh orang-orang yang bekerja dalam perusahaan. Jadi budaya organisasi yang kuat membantu perusahaan memberi kepastian kepada seluruh individu yang ada dalam organisasi untuk berkembang bersama perusahaan dan bersama-sama meningkatkan kegiatan usaha dalam menghadapi persaingan.

Menurut Daft (1998:373), budaya kuat menunjukkan suatu tingkat persetujuan antara anggota-anggota organisasi mengenai kepentingan dari nilai-nilai yang spesifik. Jika konsensus menghadirkan kepentingan dari nilai-nilai budaya menjadi kohesif dan kuat, tetapi jika persetujuan kurang maka budaya menjadi lemah.

Budaya organisasi yang lemah adalah budaya organisasi yang kurang didukung secara luas oleh para anggotanya dan sangat dipaksakan, serta memberi pengaruh negatif pada organisasi karena akan memberi arah yang salah kepada para pegawainya. Selain itu, dalam organisasi yang memiliki budaya organisasi yang lemah mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain, kesetiaan kepada kelompok

melebihi kesetiaan kepada organisasi, dan anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan organisasi untuk kepentingan kelompok atau kepentingan sendiri. Jika hal ini terjadi pada perusahaan, maka tugas-tugas tidak dapat dilakukan dengan baik. Hal ini terlihat dari kurangnya motivasi atau semangat kerja, timbul kecurigaan-kecurigaan, komunikasi kurang lancar, lunturnya loyalitas atau kesetiaan pada tugas utamanya dan komitmen pegawai ke perusahaan. Akibatnya perusahaan menjadi tidak efektif dan kurang kompetetitif.

JENIS-JENIS BUDAYA ORGANISASI Menurut Roe dan Byars (2003:328),

mengemukakan keempat jenis budaya organisasi tersebut yaitu: (1) The though person, macho culture, (2) Work-hard/play hard culture, (3) Bet your company culture dan (4) Process culture. Adapun pengertian keempat jenis budaya tersebut, yaitu:

1. The tough person, macho culture

Budaya organisasi ini ditandai oleh individu-individu yang terbiasa mengambil resiko tinggi dalam rangka mengharapkan keuntungan yang cepat tanpa memikirkan mereka salah atau benar. Dalam budaya organisasi tipe ini kerja tim tidaklah penting, artinya nilai kerjasama tidak menjadi sesuatu yang dianggap penting dan tidak ada kesempatan untuk belajar dari kesalahan.

2. Work-hard/play hard culture

Budaya organisasi ini memotivasi karyawan untuk mengambil resiko rendah dan mengharapkan pengembalian yang cepat. Budaya organisasi ini lebih mengutamakan penjualan.

Organizational Culture

Perceive as

Satisfaction

High

(5)

3. Bet-your company culture

Budaya organisasi ini ada di lingkungan dimana resiko tinggi dan keputusan diambil sebelum hasil diketahui.

4. Process culture

Budaya resiko rendah dengan pengembalian rendah; karyawan hanya fokus kepada bagaimana sesuatu dilakukan daripada hasil.

MANFAAT BUDAYA ORGANISASI

Menurut Wibowo (2006:351), manfaat budaya organisasi adalah sebagai berikut:

1. Membantu mengarahkan sumber daya manusia pada pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi.

2. Meningkatkan kekompakan tim antar berbagai departemen, divisi, atau unit dalam organisasi sehingga mampu menjadi perekat yang mengikat orang dalam organisasi bersama-sama.

3. Membentuk perilaku staf dengan mendorong pencampuran core values dan perilaku yang diinginkan sehingga memungkinkan organisasi bekerja dengan lebih efisien dan efektif, meningkatkan konsistensi, menyelesaikan konflik dan memfasilitasi kordinasi dan kontrol. 4. Meningkatkan motivasi staf dengan member

mereka perasaan memiliki, loyalitas, kepercayaan dan nilai-nilai, dan mendorong mereka berfikir positif tentang mereka dan organisasi.

5. Dapat memperbaiki perilaku dan motivasi sumber daya manusia sehingga mampu meningkatkan kinerjanya dan pada gilirannya meningkatkan kinerja organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

INDIKATOR BUDAYA ORGANISASI

Indikator-indikator budaya organisasi menurut Robbins (2006:279) adalah sebagai berikut:

1. Innovation and risk taking

Inovasi dan pengambilan resiko yaitu, berkaitan dengan sejauh mana para anggota organisasi atau karyawan didorong untuk inovatif dan berani mengambil resiko.

2. Attention to detail

Perhatian terhadap hal-hal yang rinci, yaitu berkaitan dengan sejauh mana para anggota

organisasi atau karyawan diharapkan mau memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap hal-hal yang detail (rinci).

3. Outcome orientation

Orientasi hasil, yaitu sejauh mana manajemen fokus pada hasil, bukan pada teknik dan proses yang digunakan untuk mendapatkan hasil tersebut.

4. People Orientation

Orientasi individu, yaitu sejauh mana

keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil kepada orang-orang di dalam organisasi tersebut.

5. Team Orientation

Orientasi tim, yaitu berkaitan dengan sejauh mana kegiatan kerja organisasi dilaksanakan dalam tim-tim kerja, bukan pada individu-individu.

6. Aggressiveness

Agresivitas, yaitu sejauh mana orang-orang dalam organisasi menunjukkan keagresifan dan kompetitif, bukannya bersantai.

7. Stability

Stabilitas, yaitu sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo sebagai lawan dari pertumbuhan atau inovasi.

KESIMPULAN

Susanto (2006:109), mengatakan untuk menciptakan kinerja karyawan yang efektif dan efisien demi kemajuan organisasi maka perlu adanya budaya organisasi sebagai salah satu pedoman kerja yang bisa menjadi acuan kayawan untuk melakukan aktivitas organisasi.

(6)

maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kinerja seorang karyawan.

Tujuan penerapan budaya organisasi adalah agar seluruh individu dalam perusahaan atau organisasi mematuhi dan berpendoman pada sistem nilai keyakinan dan norma-norma yang berlaku dalam perusahaan. Oleh sebab itu untuk meningkatkan kinerja karyawan dapat dilakukan dengan menciptakan budaya organisasi yang kuat untuk membentuk sikap dan pola pikir karyawan dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan.

Dalam suatu perusahaan adanya budaya organisasi yang kuat agar nilai-nilai yang ada dapat benar-benar dipahami dan diterapkan secara mendalam, dianut dan diperjuangkan oleh para karyawan agar dapat tercapai kinerja yang baik dan optimal. Budaya organisasi dapat mempengaruhi cara orang dalam berperilaku dan harus menjadi acuan dalam setiap menyelesaikan tugas-tugas dan kebijakan yang diambil. Oleh karena itu budaya organisasi yang terbentuk sangat berpengaruh dengan cara pikir karyawan dalam menyelesaikan suatu masalah dan dalam hal pengambilan keputusan.

Budaya organisasi mempunyai kekuatan untuk menggiring anggota ke arah pencapaian tujuan organisasi dan berpengaruh terhadap individu dan kinerjanya, bahkan terhadap lingkungan kerja. Kemudian pada tataran implementasi, budaya organisasi akan diwujudkan dalam bentuk perilaku individu masing-masing anggota organisasi dalam pembelajaran mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Perusahaan yang memiliki budaya yang kuat akan mampu meningkatkan kinerja karyawannya, menumbuhkan semangat kebersamaan dikalangan para anggotanya, meingkatkan rasa nyaman dan loyal terhadap perusahaan serta mampu

membesarkan keuntungan perusahaan. Budaya organisasi yang kuat diharapkan dapat mempererat individu yang ada didalam organisasi sehingga dapat membentuk sikap dan perilaku yang dapat menghasilkan kinerja maksimal demi peningkatan kinerja perusahaan atau organisasi.

Menurut Robbins (2006:296), hampir tidak ada keraguan bahwa budaya organisasi sangat berpengaruh terhadap sikap karyawan. Maka untuk mencapai profesional kerja, manajemen puncak dan divisi sumber daya manusia bisa menciptakan budaya kerja organisasi yang berkualitas. Budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis untuk mendorong dan meningkatkan efektifitas kinerja organisasi.

Pegawai yang telah memahami nilai-nilai dalam suatu organisasi akan menjadikan nilai tersebut sebagai suatu kepribadian organisasi. Nilai dan keyakinan tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku keseharian dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja individual.

Keutamaan budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku manusia yang melibatkan diri dalam suatu kegiatan organisasi. Budaya organisasi

mempengaruhi produktivitas, kinerja, komitmen, kepercayaan diri, dan perilaku etis. Budaya yang kuat dicirikan oleh nilai inti dari organisasi yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik, dan dirasakan bersama secara luas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti maka makin kuat budaya tersebut. Dalam lingkungan dengan budaya organisasi yang kuat, pegawai merasakan adanya kesepahaman yang menjadi pengikat antar anggota dan berpengaruh secara positif pada kinerja pegawai.

INDIKATOR BUDAYA ORGANISASI MODEL STEPHEN P. ROBBINS:

1. Innovation and risk taking (Inovasi dan Pengambilan resiko)

2. Attention to detail (Perhatian terhadap detail)

(7)

7. Stability (Stabilitas)

KRITERIA JAWABAN

SKOR PENILAIAN

SS

= Sangat Setuju

5

S

= Setuju

4

KS

= Kurang Setuju

3

TS

= Tidak Setuju

2

STS

= Sangat Tidak Setuju

1

No

PERTANYAAN

SS

S

KS

TS

STS

Innovation and risk taking (Inovasi dan pengambilan resiko)

1

Saya diminta oleh pimpinan untuk memiliki inisiatif dalam

mengerjakan tugas pekerjaan

2

Pimpinan mendorong saya untuk meningkatkan

kreativitas agar pekrjaan dapat diselesaikan dengan cepat

dan aman

3

Pimpinan mendorong saya untuk melakukan inovasi atau

gagasan baru dalam pekerjaan

4

Saya selalu menciptakan ide-ide yang inovatif dalam

pekerjaan

5

Pimpinan memberikan saya kebebasan dalam bertindak

untuk mengambil keputusan

6

Saya diberi kepercayaan penuh oleh pimpinan dalam

menyelesaikan pekerjaan

7

Dalam menjalankan aktivitas kerja, saya terkadang

mendapat masalah dalam melaksanakan pekerjaan

8

Saya siap mengambil resiko dalam melakukan pekerjaan

yang menjadi tanggung jawab saya

9

Saya sering harus berhadapan dengan resiko dalam

upaya menyelesaikan tugas pekerjaan

10

Bila terjadi kesalahan maka saya siap menanggung

resikonya

Attention to detail (Perhatian terhadap detail)

11

Saya selalu dituntut untuk menyelesaikan pekerjaan

dengan tepat dan cermat

12

Saya selalu dituntut untuk menyelesaikan pekerjaan

dengan akurat

13

Pihak manajemen perusahaan memberitahukan saya

untuk lebih memperhatikan terhadap hal detail dalam

pekerjaan

14

Pihak manajemen perusahaan menginformasikan dengan

jelas mengenai ukuran keberhasilan dalam pekerjaan

saya

(8)

tujuan perusahaan secara detail kepada para karyawan

16

Pimpinan memberikan arahan dan komunikasi yang jelas

dan rinci mengenai pekerjaan yang harus saya lakukan

Outcome orientation

(Orientasi Hasil)

17

Saya senantiasa bekerja dengan menekankan pada hasil

yang optimal

18

Saya terus mengembangkan diri untuk mendapatkan hasil

yang optimal dalam menyelesaikan pekerjaan

19

Saya berusaha meningkatkan efektivitas cara bekerja

guna memperoleh hasil yang optimal

20

Saya selalu berfikir bagaimana menyelesaikan pekerjaan

dengan cepat dengan hasil yang optimal

21

Saya selalu menekankan pada hasil kerja, tetapi tetap

memperhatikan proses kerja untuk mencapai hasil yang

optimal

22

Perusahaan memberikan penghargaan kepada karyawan

yang mampu menunjukkan prestasi kerja

23

Saya selalu dituntut untuk berorientasi kepada hasil kerja

yang tinggi dalam bekerja

24

Perusahaan memberikan fasilitas dalam menunjang

penyelesaian pekerjaan secara optimal

People orientation (Orientasi Individu)

25

Saya berusaha mengerjakan pekerjaan dengan

sungguh-sungguh

26

Saya selalu mengisi jam kerja untuk menyelesaikan

pekerjaan yang menjadi tugas saudara

27

Pihak manajemen perusahaan memotivasi saya untuk

aktif mengambil kesempatan atau peluang yang ada

28

Saya merasa senang dengan pekerjaan yang saya jalani

saat ini karena dapat memberikan manfaat bagi

perusahaan

29

Saya bekerja sesuai dengan target yang telah ditentukan

oleh pihak manajemen perusahaan

30

Pihak manajemen selalu memberi perhatian kepada

karyawan

31

Saya selalu dituntut untuk mandiri dalam menyelesaikan

tugas pekerjaan

32

Dalam menyelesaikan pekerjaan, saya selalu melakukan

sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan

Team Orientation (Orientasi terhadap tim)

33

Saya lebih senang menyelesaikan pekerjaan dengan

kerjasama tim

34

Saya berusaha menjalin kerjasama dengan anggota

satuan kerja lain untuk meningkatkan hasil yang terbaik

bagi perusahaan

35

Saya berusaha untuk menolong sesama angota satuan

(9)

mengalami kesulitan

36

Saya dituntut untuk menjadi anggota satuan kerja yang

kompak dan handal dalam menjalankan pekerjaan untuk

mendapatkan hasil yang optimal

37

Para karyawan saling percaya terhadap sesama rekan

kerja

38

Loyalitas saya terhadap tim sangat tinggi untuk mencapai

target yang telah ditetapkan pihak manajemen

perusahaan

39

Di dalam perusahaan tempat saya bekerja, pekerjaan

diselesaikan dengan kerjasama tim sesuai penugasan

dari atasan

40

Jika timbul permasalahan di tempat kerja, selalu

diselesaikan secara bersama-sama

41

Pimpinan dan pihak manajemen memberi solusi dan

bantuan jika saya menemukan kendala dalam melakukan

pekerjaan

42

Dalam melaksanakan pekerjaan, saya melakukan

koordinasi dengan rekan kerja dan pimpinan

Aggressiveness (Agresivitas)

43

Saya dituntut untuk bekerja giat dalam melaksanakan

tugas-tugas yang sudah menjadi tanggung jawab saya

44

Saya senantiasa datang tepat pada waktunya dan disiplin

waktu agar pekerjaan terselesaikan dengan baik

45

Perusahaan ini memiliki kesepakatan yang jelas

mengenai pedoman pelaksanaan tugas yang benar dan

yang salah

46

Perusahaan ini memiliki peraturan yang membimbing

perilaku dan memberitahu apa yang boleh dan tidak boleh

dilakukan oleh karyawan berdasarkan nilai-nilai yang

berlaku di perusahaan

47

Saya selalu berbagi informasi pada rekan kerja dalam

pelaksanaan pekerjaan

48

Dalam bekerja saya berusaha untuk mematuhi peraturan

yang ada walaupun tidak ada pengawasan

49

Saya tidak puas dengan satu tugas, sehingga saya

tertantang dengan tugas berikutnya

Stability (Stabilitas)

50

Saya merasa dihargai dan bukan sebagai alat untuk

memperoleh keuntungan sehingga terwujudnya

ingkungan kerja yang baik

51

Saya merasa nyaman dengan kondisi organisasi yang

ada saat ini

52

Saya mampu mengedepankan visi dan misi perusahaan

daripada kepentingan pribadi

(10)

tempat yang baik untuk membangun karir

54

Perusahaan ini memiliki strategi yang jelas untuk masa

depan karir karyawan

55

Perusahaan ini melakukan acara

family gathering

secara

rutin

DAFTAR PUSTAKA

Daft, Richard L.

Organization Theory and

Design

, 6

th

Edition. United States of

Amerika: South-Western College

Publishing, 1998.

Jones, Gareth R.

Organization Theory, Text

and Cases

. Second Edition, United

States of America: Addison-Wesley

Longman Publishing Company, Inc,

1998.

Kusdi.

Budaya Organisasi

, Jakarta: Salemba

Empat, 2011.

Pabundu, Moh.

Budaya Organisasi dan

Peningkatan Kinerja Karyawan

,

Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Robbins, Stephen P.

Organizational Behavior

,

9

th

Edition. New Jersey: Prentice-Hall,

Inc, 2001.

_______________.

Perilaku Organisasi

,

Jakarta: Gramedia, 2006.

Roe, Leslie W, Lloyd L. Byars.

Management

Skills and Application

, Tenth Edition,

New York: McGraw-Hill Irwin, 2003.

Susanto, A.B., Gede Prama, Dkk.

Strategi

Organisasi

, Yogyakarta: Amara Books,

2006.

Tika, Moh. Pabundu.

Budaya Organisasi dan

Peningkatan Kinerja Perusahaan

,

Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Tunggal, Amin Widjaja.

Corporate Culture

Konsep dan Kasus

, Jakarta:

Harvarindo, 2007.

Wibowo. Manajemen Perubahan, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2006.

______.

Manajemen Kinerja

, Jakarta: Rajawali

Pers, 2007.

Wirawan.

Budaya dan Iklim Organisasi Teori

Aplikasi dan Penelitian

, Jakarta:

(11)

Gambar

Gambar 1

Referensi

Dokumen terkait

Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan perilaku anggota atau karyawan sehingga mampu meningkatkan fungsi peran sebagai pembeda antara organisasi

Budaya organisasi yang kuat berpengaruh terhadap organizational outcomes, seperti: kinerja yang baik, perilaku organisasi karyawan positif, kontrak psikologis antar

• Budaya organisasi tercipta melalui perilaku individu dengan yang lainnya sehingga tercipta suatu keterkaitan dan akan berpengaruh dalam kinerja seseorang. • Apabila budaya

Budaya organisasi yang paling mungkin menegakkan standar etika yang tinggi di kalangan para anggota organisasi adalah budaya yang memberikan toleransi tinggi terhadap risiko,

 Simbol Perilaku adalah budaya organisasi yang menjadi ciri bagaimana anggota-anggota organisasi berperilaku dalam sebagian besar waktunya di perusahaan, terdiri dari

bersama oleh para anggota organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku dalam.. menyelesaikan masalah-masalah

nilai-nilai aturan perilaku dalam sebuah organisasi dan menghasilkan nilai-nilai yang kuat dengan membentuk perilaku para anggota organisasi tersebut serta memberikan

Budaya organisasi juga disebut budaya perusahaan, yaitu seperangkat nilai-nilai atau norma-norma yang telah lama berlakunya, dianut bersama oleh para anggota organisasi karyawan sebagai