• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh etika profesi dan kecerdasan em

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pengaruh etika profesi dan kecerdasan em"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu tantangan baru bagi para pemeriksa inspektorat atau internal auditor. Profesi internal auditor sangat dituntut akan kemampuannya memberikan jasa yang terbaik, dan sesuai dengan yang dibutuhkan serta diperintahkan oleh pimpinan tertinggi instansi atau badan. Peningkatan pengawasan internal di dalam suatu organisasi, instansi atau badan tentunya menuntut tersedianya internal audit yangbaik, agar tercapainya suatu proses pengawasan internal yang baik pula. Menurut Mardiasmo (2005:189), terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya pemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Salah satu unit yang melakukan audit/pemeriksaan terhadap pemerintah daerah adalah inspektorat daerah.

Inspektorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah, dan tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2005:103).

(2)

ekonomis, efisiensi dan keefektifan dari semua pekerjaan dan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah. Pengawasan yang dilakukan oleh auditor pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan efisiensi nasional, sehingga auditor pemerintah harus menjaga dan senantiasa meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah pendidikan di bidang akuntansi, karena dengan pendidikan di bidang akuntansi maka seorang auditor dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam kaitannya untuk melaksanakan tugas audit. Pencapaian sasaran sesuai dengan upaya untuk mewujudkan suatu iklim pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat menjalankan amanah dari rakyat baik dalam melayani maupun menyelenggarakan pemerintahan yang dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat, serta mempertanggung jawabkan pelaksanaan amanah tersebut kepada rakyat. Hal ini dapat mewujudkan transparansi yang dapat menimbulkan kepercayaan kepada pemerintah, dan masyarakat mau berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan nasional.

(3)

Auditor menjadi profesi yang diharapkan banyak orang, karena memberikan kontribusi yang relevan dan andal yang dapat dipercaya pada audit dan pendapatyang diberikan.

(4)

itu, auditor internal diharapkan pula dapat lebih memberikan sumbangan bagi perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam rangka peningkatan kinerja organisasi. Dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai auditor internal, auditor dituntut untuk memiliki sikap profesionalisme. Hal ini dimaksudkan, sebagai penentuan mutu dan kualitas dalam menjalankan suatu pekerjaan. Sikap profesionalisme seseorang dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi (Hidayat, 2011).

(5)

B.Masalah Pokok

Berdasarkan latar belakang maka peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah etika profesi berpengaruh terhadap rekomendasi audit? 2. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap rekomendasi

audit?

3. Apakah etika profesi dan kecerdasan emosional berpengaruh secara simultan terhadap rekomendasi audit?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh etika profesi terhadap auditor dalam rekomendasi audit.

2. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap auditor dalam rekomendasi audit.

3. Untuk mengetahui pengaruh etika profesi dan kecerdasan emosional secara simultan terhadap rekomendasi audit..

D.Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan kajian berupa sumbangan pemikiran tentang rekomendasi audit agar dapat meningkatkan kinerja auditor Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan di masa yang akan datang.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Teori Keperilakuan

Krech dan Krutchfield (1983) dalam Maryani dan Ludigo (2001),

mengatakan bahwa sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang

menggerakan untuk bertindak, menyertai manusia dengan

perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi objek yang terbentuk atas dasar

pengalaman-pengalaman. Sikap pada diri seseorang akan menjadi corak

atau warna pada tingkah laku orang tersebut.

Dengan mengetahui sikap pada diri seseorang maka akan dapat diduga

respon atau perilaku yang akan diambil oleh seseorang terhadap masalah

atau keadaan yang dihadapi. Pembentukan atau perubahan sikap ditentukan

oleh dua faktor pokok, yaitu faktor individu (faktor dalam) dan faktor luar.

Faktor individu adalah faktor yang berhubungan dengan respon individu

menanggapi dunia luar secara selektif. Sedangkan faktor luar adalah faktor

yang berhubungan dengan hal-hal atau keadaan dari luar yang merupakan

rangsangan atau stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap (Maryani

dan Ludigdo, 2001).

Perilaku etis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma-norma

sosial yang diterima secara umum, berhubungan dengan tindakan-tindakan

(7)

karakteristik individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Karakteristik tersebut meliputi sifat, kemampuan, nilai, ketrampilan, sikap,

dan intelegensi yang muncul dalam pola perilaku seseorang. Dapat

disimpulkan bahwa perilaku merupakan perwujudan atau manifestasi

karakteristik-karakteristik seseorang dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan (Maryani dan Ludigdo, 2001).

Perilaku etis juga didefinisikan sebagai pelaksanaan tindakan fair

sesuai hukum kontstitusional dan peraturan pemerintah yang dapat

diaplikasikan (Steiner dalam Reiss dan Mitra, 1998). Perilaku etis sering

disebut sebagai komponen dari kepemimpinan. Pengembangan etika

merupakan hal yang penting bagi kesuksesan individu sebagai pemimpin

suatu organisasi (Morgan dalam Nugrahaningsih, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seorang meliputi :

a. Faktor personal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu. b. Faktor situasional, yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia

sehingga dapat mengakibatkan seseorang cenderung berperilaku

sesuai dengan karakteristik kelompok yang diikuti.

c. Faktor stimulasi yang mendorong dan meneguhkan perilaku seseorang.

Pola perilaku etis dalam diri masing-masing individu (termasuk

auditor) berkembang sepanjang waktu. Oleh karena itu, setiap orang akan

menunjukkan perubahan yang terus-menerus terhadap perilaku etis.

(8)

organisasi, dan masyarakat umum. Perilaku etis seseorang juga sering kali

mengacu pada apa yang diyakini (Husein, 2003). Teori sikap dan perilaku

dapat mempengaruhi auditor untuk bertindak jujur, tegas, adil tanpa

dipengaruhi tekanan maupun permintaan dari pihak tertentu atau

kepentingan pribadi. Yang nantinya akan mempengaruhi auditor dalam

mengambil judgment yang berkualitas.

B.Rekomendasi Audit

1. Pengertian Rekomendasi Audit

Rekomendasi audit dimuat dalam laporan audit. Rekomendasi pastilah menyangkut tindakan perbaikan yang dianggap perlu oleh auditor. Namun, pelaksanaannya tetap diserahkan pada audit, audit dapat melaksanakan rekomendasi tersebut atau menolaknya dengan menanggung resiko yang mungkin terjadi atau melakukan tindak lanjut lain yang dianggap oleh audit lebih efektif. Rekomendasi atau saran adalah bentuk laporan hasil audit dari auditor internal untuk disampaikan kepada pihak manajemen perusahaan untuk selanjutnya ditindak lanjuti oleh pihak manajemen.

Rekomendasi merupakan pendapat auditor yang telah dipertimbangkan mengenai suatu situasi tertentu dan mencerminkan pengetahuan penilaian dan merancang memperbaiki kondisi dalam suatu temuan-temuan pengauditan (Tugiman,2007).

(9)

pengetahuan dan penilaian auditor mengenai pokok persoalannya dalam arti apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya (Andharini,2001).

Berdasrkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa rekomendasi adalah merupakan pendapat auditor yang akan disampaikan kepada pihak manajemen dan telah dipertimbangkan mengenai suatu situasi tertentu yang mencerminkan pengetahuan penilaian dan merancang, memperbaiki kondisi dalam suatu temuan-temuan pengauditan.

2. Rekomendasi Hasil Laporan

Rekomendasi harus dirancang sedemikian rupa guna memperbaiki kondisi yang memerlukan perbaikan. Apabila auditor mengajukan rekomendasi, maka bagian temuan yang berhubungan dengannya harus memuat pernyataan jelas tentang tujuan yang hendak dicapai atau alasan auditor untuk berpendapat bahwa diperlukan tindakan korektif.

Rekomendasi harus disusun secara logis namun tidak berarti bahwa rekomendasi tersebut hanya berhubungan dengan masalah-masalah diidentifikasikan dalam temuan-temuan pengauditan. Biasanya rekomendasi juga harus dihubungkan dengan pribadi dari prilaku-prilaku masing-masing. Rekomendasi tertentu harus ditujukan untuk temuan-temuan tertentu sehingga ada mata rantai hubungan antara temuan-temuan dan rekomendasi.

Menurut Rekomendasi diberikan oleh departemen internal audit harus mempertimbangkan beberapa faktor (Tugiman,2007) yaitu:

(10)

b. Dapat ditindak lanjuti secara logis, praktis dan reasonable. c. Bersifat korektif dan konstruktif.

d. Sebagai solusi jangka pendek dan jangka panjang dan

e. Merupakan pelaksanaan dari proses audit yang dijalankan secara benar.

Rekomendasi-rekomendasi yang memenuhi kriteria diatas merupakan bentuk pelayanan paling bernilai yang diberikan departemen internal audit kepada pihak manajemen. Dalam Statement of Responsibilities of internal auditor dikatakan bahwa rekomendasi ini

merupakan salah satu tugas departemen internal audit, selain melakukan berbagai analisis dan penilaian, petunjuk dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang diperiksa. Ini merupakan pelaksanaan audit internal yang bertujuan untuk membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.

3. Efektivitas Rekomendasi

Inti dari efektivitas pada dasarnya adalah mengerjakan sesuatu dengan benar atau “do the right things”. Sehingga dapat dianalogikan terhadap efektivitas rekomendasi diartikan sebagai hubungan antara output dengan tujuan dari hasil pemeriksaan.

Rekomendasi yang efektif adalah rekomendasi yang memiliki syarat-syarat (Tugiman,2007) sebagai berikut:

(11)

Rekomendasi yang diberikan oleh internal audit dapat memperbaiki kondisi yang ada pada perusahaan sebelum rekomendasi tersebut disampaikan, untuk kearah yang lebih baik atau dapat meningkatkan produktivitas perusahaan atau bagian yang diaudit.

b. Dapat ditindak lanjuti secara logis, praktis dan reasonable

Rekomendasi yang diberikan dapat ditindak lanjuti, tidak hanya sekedar saran tetapi harus diterapkan didalam pelaksanaan aktivitas perusahaan. Praktis adalah menggunakan kalimat yang sederhana dan mudah dipahami serta berdasarkan data-data dari hasil pemeriksaan dengan mempertimbangkan segala kesulitan audit dilapangan, sedangkan reasonable adalah yang mendukung rekomendasi tersebut dapat diterima oleh audit.

c. Bersifat korektif dan konstruktif

Rekomendasi yang diberikan oleh internal audit dapat memotivasi tindakan koreksi yang diperlukan selanjutnya oleh audit sehingga tidak ada unsur keterpaksaan.

d. Sebagai solusi jangka pendek dan jangka panjang

Rekomendasi yang diberikan oleh internal audit dapat dijadikan atau diimplementasikan sebagai solusi jangka pendek dan jangka panjang. e. Merupakan hasil pelaksanaan dari proses audit yang dijalankan

secara benar.

(12)

Dari syarat-syarat Rekomendasi yang efektif diatas maka akan tercapai suatu tujuan Rekomendasi yang diharapkan adapun Tujuan Rekomendasi yang efektif Menurut Tugiman (2007:100) adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan Prestasi.

Relevan, menegaskan bahwa suatu sistem penilaian prestasi kerja

hanya mengukur penilaian temuan pemeriksaan sesuai dengan fakta. Akseptabel, suatu sistem penilaian prestasi harus dapat diterima dan

dimengerti baik oleh penilai maupun yang dinilai. Praktis, menghendaki agar suatu sistem penilaian prestasi harus praktis dan mudah dilaksanakan, tidak rumit baik yang menyangkut administrasi dan interprestasi serta tidak memerlukan biaya yang besar.

b. Mengurangi resiko kerugian.

Risiko bawaan atau melekat, risiko yang sudah ada pada aktivitas, operasi, atau bagian sebelum ada pengendalian manajemen. Risiko pengendalian, risiko yang mungkin ada yang tidak dapat ditemukan oleh adanya sistem pengendalian manajemen. Risiko deteksi, risiko tidak terdeteksinya suatu salah saji material yang ada, besar sampel yang ditetapkan berbanding terbalik dengan risiko deteksi.

c. Memberikan dan menawarkan pilihan dalam memecahkan masalah atau persoalan.

(13)

rekomendasi harus didukung oleh hasil-hasil temuan observasi. Setiap perkataan rekomendasi harus ditulis secara jelas apa yang diinginkan untuk mengatasi masalah yang timbul. Rekomendasi perlu dirinci lebih lanjut oleh manajemen fasilitas agar lebih operasional penerapannya.

d. Memperbaiki kondisi yang perlu perbaikan.

Laporan hsrus menunjukan sifat dan kondisi yang baik, sebelum diserahkan kepada klien dan memastikan informasi temuan-temuan laporan audit.

4. Rekomendasi Audit Yang Baik

(14)

Agoes (2004: 233) dalam bukunya Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik mengemukakan beberapa prinsip yang harus diikuti agar bisa diperoleh rekomendasi yang efektif, yaitu: a. Rekomendasi harus komprehensif.

b. Rekomendasi harus spesifik.

c. Rekomendasi harus disusun dengan baik. d. Rekomendasi harus mudah dilaksanakan. e. Rekomendasi harus beralasan.

Aktivitas audit seharusnya menghasilkan kesimpulan dan temuan yang akan mengarahkan pada rekomendasi yang mencerminkan pemenuhan terhadap tujuan objektif yang berbasis waktu, kinerja dan biaya. Hal tersebut seharusnya disertai dengan laporan awal yang menggambarkan temuan awal dalam aktivitas audit sebelum kemudian disusun ke dalam laporan akhir sehingga pihak manajemen mendapatkan gambaran mengenai kondisi eksisting perusahaannya serta gambaran rekomendasi yang akan diberikan oleh pengaudit (Gallegos, IT Audit Report and Follow-up: Methods and Techniques for Communicating Audit

Findings and Recommendations,2002) .

(15)

Pengkomunikasian tersebut membutuhkan keahlian dan pemilihan informasi yang sesuai untuk pihak manajemen tertentu. Peran tersebut membutuhkan keahlian rekomendasi audit, kebijaksanaan dan pengetahuan akan proses audit.

Laporan akhir dari audit seharusnya mempesentasikan gambaran saat ini dari situasi kemudian memungkinkan pihak manajemen untuk mengambil langkah yang diperlukan. Pihak manajemen menggunakan laporan audit sebagai dasar informasi yang akurat, dapat dipercaya dan berguna sehingga dapat digunakan merancang keputusan.

C. Etika Profesi

Pengertian etika, dalam bahasa latin “ethica”, berarti falsafah moral.

Etika merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut

pandang budaya, susila, serta agama (Martandi dan Suranta, 2006).

Sedangkan menurut Keraf (1997:10), etika secara harfiah berasal dari kata

Yunani “ethos” (jamaknya: ta etha), yang artinya sama persis dengan

moralitas, yaitu adat kebiasaan yang baik.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) etika berarti nilai mengenai

benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Maryani dan

Ludigdo (2001) mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau

norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus

dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok

(16)

Di Indonesia etika diterjemahkan menjadi kesusilaan karena sila

berarti dasar, kaidah, atau aturan, sedangkan su berarti baik, benar dan

bagus (Sihwahjoeni dan Gudono, 2000). Selanjutnnya, selain kaidah etika

masyarakat juga terdapat apa yang disebut dengan kaidah profesional yang

khusus berlaku dalam kelompok profesi yang bersangkutan, yang mana

dalam penelitian ini adalah auditor. Oleh karena merupakan konsensus,

maka etika tersebut dinyatakan secara tertulis atau formal dan selanjutnya

disebut sebagai “kode etik”. Sifat sanksinya juga moral psikologik, yaitu

dikucilkan atau disingkirkan dari pergaulan kelompok profesi yang

bersangkutan (Desriani dalam Sihwahjoeni dan Gudono, 2000).

Menurut Keraf dan Imam (1995:41-43), etika dapat dibagi menjadi

dua, yaitu sebagai berikut:

a. Etika Umum

Etika umum berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil

keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang

menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak, serta tolok ukur dalam

menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogkan

dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum

dan teori-teori.

b. Etika Khusus

Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam

bidang kehidupan yang khusus.

(17)

1) Etika individual

Menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.

2) Etika sosial

Berkaitan dengan kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia dengan

manusia lainnya salah satu bagian dari etika sosial adalah etika

profesi, termasuk etika profesi akuntan.

Terdapat beberapa prinsip dalam etika bisnis yang meliputi(Keraf dan

Imam,1995:70-77),:

a. Prinsip Otonomi

Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak

berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik

untuk dilakukan. Dalam prinsip otonomi ini terkait dua aspek, yaitu

aspek kebebasan dan aspek tanggung jawab.

b. Prinsip Kejujuran

Aspek kejujuran dalam bisnis meliputi:

1) Kejujuran terwujud dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.

2) Kejujuran juga menemukan wujudnya dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu yang baik.

3) Kejujuran menyangkut hubungan kerja dengan perusahaan.

Prinsip kejujuran ini sangatlah berkaitan dengan aspek

kepercayaan. Kepercayaan ini merupakan modal yang akan

(18)

c. Prinsip tidak berbuat jahat dan prinsip berbuat baik.

Prinsip ini memiliki dua bentuk prinsip berbuat baik, menuntut agar

secara aktif dan maksimal kita semua berbuat hal yang baik bagi orang

lain dan dalam bentuk yang minimal dan pasif, menuntut agar kita tidak

berbuat jahat kepada orang lain.

d. Prinsip keadilan

Prinsip ini menuntut kita agar kita memperlakukan orang lain sesuai

dengan haknya. Hak orang lain perlu dihargai dan jangan sampai

dilanggar.

e. Prinsip hormat pada diri sendiri.

Sebenarnya dalam arti tertentu prinsip ini sudah tercakup dalam prinsip

pertama dan prinsip kedua diatas. Prinsip ini sengaja dirumuskan secara

khusus untuk menunjukkan bahwa setiap individu itu mempunyai

kewajiban moral yang sama bobotnya untuk menghargai diri sendiri.

Berbicara mengenai etika, kita dapat merujuk pada pernyataan seorang

filusuf sekaligus ahli matematika Yunani yang tidak lain adalah murid

dari Aristoteles, yaitu Socrates. Menurut Socrates yang dimaksud dengan

tindakan etis adalah tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai kebenaran.

Benar dari sisi cara, teknik, prosedur, maupun dari sisi tujuan yang akan

dicapai.

1. Peran Kode Etik Akuntan Indonesia

Kode etik profesi merupakan suatau prinsip moral dan pelaksanaan

(19)

masyarakat, anggota sesama profesi serta pihak yang berkepentingan

lainnya. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai

panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai

auditor, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah,

maupun di lingkungan dunia pendidikan. Etika profesional bagi praktik

auditor di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia

(Sihwahjoeni dan Gudono, 2000). Kode etik profesi diharapkan dapat

membantu para auditor untuk mencapai mutu pemeriksaan pada tingkat

yang diharapkan.

Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan

Indonesia. Kode Etik ini mengikat para anggota IAI di satu sisi dan dapat

dipergunakan oleh akuntan lainnya yang bukan atau belum menjadi

anggota IAI. Kode etik yang dikeluarkan IAI tidak hanya mengatur

anggotanya yang berpraktik sebagai akuntan publik, namun mengatur

perilaku semua anggotanya yang berpraktik dalam tipe profesi auditor dan

profesi akuntan lain (auditor independen, auditor intern, akuntan

manajemen, akuntan yang bekerja sebagai pendidik).

Kode Etik IAI dibagi menjadi empat bagian beriku ini: Prinsip Etika,

Aturan Etika, Interpretasi Aturan Etika, Tanya dan Jawab. Dalam hal ini

Prinsip Etika memberikan rerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur

pelaksanaan pemberian jasa professional oleh anggota. Prinsip Etika

disahkan oleh Kongres IAI dan berlaku bagi seluruh anggota IAI,

(20)

hanya mengikat anggota Kompartemen yang bersangkutan. Interpretasi

etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Pengurus

Kompartemen setelah memperlihatkan tanggapan dari anggota dan

pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, sebagai panduan penerapan Aturan

Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup penerapannya. Tanya

dan jawab memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan dari anggota

Kompartemen tentang Aturan Etika beserta interpretasinya. Dalam

Kompartemen Akuntan Publik, Tanya dan Jawab ini dikeluarkan oleh

Dewan Standar Profesional Akuntan Publik (Mulyadi, 2002).

Terdapat dua sasaran pokok dari diterapkannya kode etik, yaitu:

a. Kode etik ini bermaksud untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian, baik secara sengaja maupun

tidak sengaja dari kaum profesional.

b. Kode etik ini bertujuan untuk melindungi keluhuran profesi tersebut dari perilaku-perilaku buruk orang-orang tertentu yang mengaku

dirinya profesional (Keraf, 1998).

Untuk menjadi akuntan publik yang dapat dipercaya oleh

masyarakat, maka dalam menjalankan praktik profesinya harus patuh

pada prinsip-prinsip Etik sebagaimana dimuat dalam Prinsip Etika

Profesi Ikatan Akuntan Publik Indonesia tahun 1998, yaitu:

(21)

senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam

semua kegiatan yang dilakukannya.

b. Prinsip kedua adalah Kepentingan Publik. Setiap anggota berkewajiban unutk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan

publik, dan menunjukkan komitmen atas profesioalisme.

c. Prinsip ketiga adalah Integritas. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi

tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

d. Prinsip keempat adalah Objektivitas. Setiap anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan

kewajiban profesionalnya.

e. Prinsip kelima adalah Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional. Setiap anggota harus melakukan jasa profesionalnya dengan

kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban

untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional

pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau

pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang

kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik

yang paling mutakir.

f. Prinsip keenam adalah Kerahasiaan. Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama

melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau

(22)

hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk

mengungkapkannya.

g. Prinsip ketujuh adalah Perilaku Profesional. Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan

menjahui tindakan yang dapat mendikreditkan profesi.

h. Prinsip kedelapan adalah Standar Teknis. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesional yang relevan. Sesuai dengan

keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban

untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan

tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas. (Mulyadi,

2002).

Tujuan profesi akuntan adalah memenuhi tanggung jawabnya

dengan standar profesionalisme tinggi, mencapai tingkat kerja yang

tinggi dengan beroriantasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai

tujuan tersebut terdapat 4 (empat) kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:

 Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.

 Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diindentifikasikan oleh pemakai jasa akuntan sebagai profesional

dibidang akuntansi.

 Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja yang

(23)

 Kepercayaan. Pemakai jasa harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa

oleh akuntan. (Sasongko, 1999).

Masyarakat awam pada umumnya sulit untuk memahami

mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh suatu profesi, karena

kompleksnya pekerjaan yang dilakukan oleh suatu profesi tersebut.

Masyarakat akan sangat menghargai profesi yang menerapkan standar

mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan anggota profesinya, karena

dengan demikian masyarakat akan terjamin untuk memperoleh jasa yang

dapat diandalkan oleh profesi yang bersangkutan. Kepercayaan masyarakat

terhadap jasa akuntan akan meningkatkan jika profesi akuntan publik

menerapkan standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan praktik

profesinya yang dilaksanakan anggota profesinya.

D. Kecerdasan Emosional

Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan emosional meliputi

kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang merupakan keterampilan

kata dan angka yang menjadi fokus pendidikan formal (sekolah), dan

sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses di bidang

akademis. Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak hanya ini saja. Pandangan

baru yang berkembang mengatakan bahwa ada kecerdaan lain diluar

kecerdasan intelektual (IQ), seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial,

hubungan sosial, kematangan emosional, dan lain-lain yang harus juga

(24)

Menurut Wibowo (2002) dalam Rissyo dan Nurna (2006)

kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai

dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga

memberikan dampak positif. Kecerdasan emosional dapat membantu

membangun hubungan menuju kebahagiaan dan kesejahteraan. Sedangkan

munurut Goleman (2000) dalam Rissyo dan Nurna (2006) kecerdasan

emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif

menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi,

koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Menurut Salovey dan Mayer (dalam

Stein, 2002), pencipta istilah ”kecerdasan emosional”, mendefinisikan

kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih

dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan

dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga

membantu perkembangan emosi dan intelektual. Dari beberapa pendapat di

atas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk

belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan

untuk menanggapainya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi

emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Menurut Mu’tadin (2002)

dalam Rissyo dan Nurna (2006) terdapat tiga unsur penting kecerdasan

emosional yang terdiri dari: kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri);

kecapakan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial

(kepandaian menggugah tanggapan yang dikehandaki pada orang lain).

(25)

terdapat lima dimensi atau komponen kecerdasan emosional (EQ) yaitu:

pengenalan diri (self awareness); pengendalian diri (self regulation); motivasi

(26)

E. Penelitian Terdahulu erat antara profesionalisme internal auditor dengan kualitas laporan nternal audit, dengan arah hubungan yang searah. Sedangkan pengaruh profesionalisme internal auditor terhadap kualitas laporan internal audit sebesar 29.38%, dan sisanya sebesar 70.62% dipengaruhi faktor-faktor lain. Selanjutnya, dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai t (3.414) lebih besar dibanding nilai t (2.048), sehingga Ho ditolak. Artinya terdapat hubungan profeionalisme internal auditor dengan kualitas laporan internal

(27)
(28)

F. Hipotesis Penelitian

1. Etika Profesi Terhadap Rekomendasi Audit

Sinaga (2008) mendefinisikan etika sebagai hal yang berkaitan dengan watak manusia yang ideal dan pelaksanaan disiplin diri melebihi persyaratan undang-undang. Prinsip etika profesi dalam kode etik Ikatan Akuntansi Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggungjawab auditor kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini juga memandu anggota dalam memenuhi tanggungjawab profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi. Auditor yang memenuhi prinsip etika profesi akan mampu memberikan rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap pekerjaannya. Rasa tanggungjawab membuat auditor berusaha sebaik mungkin menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan berkualitas.

Hapsari (2014) mengemukakan bahwa variabel indepedensi, integritas, dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas rekomendasi. Pengalaman kerja dan obyektifitas tidak berpengaruh terhadap kualitas rekomendasi.Ketika dilakukan uji interaksi antara variabel independen menunjukkan variabel pengalaman kerja ketika diinteraksikan dengan variabel independensi mempunyai pengaruh terhadap kualitas rekomendasi audit.

(29)

hasil audit. Objektivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil audit. Sensitivitas etika profesi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil audit. Kompetensi, independensi, objektivitas, dan sensitivitas etika profesi secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil audit.

Dwi Ranti Cahayu (2013) mengungkapkan bahwa pengaruh langsung etika, pendidikan, dan pengalaman terhadap profesionalisme menunjukkan hasil yang signifikan, dan pengaruh tidak langsungnya jika terlebih dahulu melewati motivasi menunjukkan hasil yang signifikan pula.

Dari penjelasan dan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa etika profesi berpengaruh positif terhadap rekomendasi audit. Oleh karena itu, hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :

H1 : Etika profesi berpengaruh positif signifikan terhadap rekomendasi audit

2. Kecerdasan Emosional Terhadap Rekomendasi Audit

(30)

Goleman (2003) kecerdasan emosional berorientasi pada kecerdasan untuk mengelola emosional manusia yang didalamnya terdapat unsur kemampuan akan kepercayaan pada diri sendiri, ketabahan, ketekunan, dan menjalin hubungan sosial. Auditor yang memiliki kecerdasan rata-rata masih dapat untuk bisa meningkatkan kemampuannya dalam meraih prestasi bila auditor tersebut memiliki keyakinan pada diri sendiri, tekun, tidak tergantung pada orang lain , dan melakukan hubungan sosial dalam bekerja maka akan merubah posisi kerja yang semula memiliki prestasi rata-rata menjadi prestasi kerja yang lebih baik. Kecerdasan emosional juga menuntut para pemiliknya untuk belajar mengakui, menghargai perasaan dalam diri dan orang lain, serta menanggapinya dengan tepat. Kecerdasan emosional dan bentuk-bentuk kecerdasan lain saling melengkapi dan saling menyempurnakan (Cooper dan Sawaf,2002).

(31)

merupakan seorang pengamat sumber daya manusia, mengemukakan bahwa ketika auditor memasuki jenjang karir dan kecerdasan emosional menjadi fokus utamanya, maka akan menjadi suatu hal yang menakutkan bagi auditor jika kecerdasan emosionalnya tidak terlalu tinggi.

Dari penjelasan dan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap rekomendasi audit. Oleh karena itu, hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :

H2 :Kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap rekomendasi audit

3. Pengaruh Etika Profesi dan Kecerdasan emosional Terhadap Rekomendasi Audit

(32)

kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual ditingkatkan, rekomendasi audit akan semakin meningkat.

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi yang akan menjadi tempat penelitian dalam penulisan ini adalah

Kantor Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan Jln. A.P Pettarani No. 100

Makassar, sedangkan waktu penelitian 2 bulan lamanya, dari bulan Januari

2016 sampai bulan Februari 2016.

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Sekaran (2006), populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang,

kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi Jumlah populasi

pada penelitian ini sebanyak 45 auditor. Populasi dalam penelitian ini

adalah auditor independen yang bekerja pada Kantor Inspektorat Provinsi

Sulawesi Selatan.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah

anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Penelitian ini teknik

yang digunakan adalah coviniece sampling yaitu teknik pengambilan

sampel dengan cara menyebar sejumlah kuesioner dan menggunakan

kuesioner yang kembali dan dapat diolah. Sampel dalam penelitian ini

adalah auditor independen yang bekerja pada Kantor Inspektorat provinsi

(34)

Tabel 2. Jumlah kuesioner yang diolah

N

o

Uraian Jumlah

1 Populasi/Kuesioner 45 2 Kuesiner yang tidak kembali 15 3 Kuesioner yang diolah 30

C. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian

menggunakan data primer. Dimana pengumpulan data dilakukan melakukan

metode survei dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang disebarkan

secara langsung kepada auditor yang terdaftar di Kantor Inspektorat Provensi

Sulawesi Selatan.

D.Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data kuantitatif yang berupa nilai atau skor atas jawaban yang diberikan

oleh responden terhadap terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam

kuesioner.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

primer. Data primer merupakan sumber data penelitian yang secara

langsung dari sumber asli atau tidak melalui perantara. Data yang

dikumpulkan dan diolah dalam penelitian ini adalah data primer yang

(35)

Sulawesi Selatan. Tujuannya untuk menganalisis jawaban responden

menyangkut pengaruh etika profesi dan kecerdasan emosional tehadap

rekomendasi audit pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan.

E. Metode Analisis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah suatu analisa data yang diperoleh dari

daftar yang sudah diolah dalam bentuk angka-angka dan pembahasannya

melalui perhitungan statistik. Tahap yang pertama setelah kuesioner diisi dan

diperoleh dari responden dilakukan beberapa proses sebelum data diolah

dalam statistik.

Tahap selanjutnya setelah kuesioner tersebut atau data yang diperoleh

dan siap untuk diolah. Data diolah dengan bantuan program SPSS 16.0.

Metode analisis data yaitu meliputi:

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian

dalam bentuk tabulasi data responden yang diperoleh dari kuesioner serta

penjelasannya sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Statistik

deskriptif pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan

informasi karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi

responden. Ukuran yang digunakan dalam statistik diskriptif antara lain

frekuensi, tendensi sentral (mean, median, modus) dan standar deviasi

serta varian.

(36)

a. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu taraf dimana alat pengukur dapat

mengukur apa-apa yang seharusnya diukur.Kuesioner merupakan salah

satu alat yang digunakan dalam pengumpulan data sebagai instrument

penting yang harus dilakukan pengujian terlebih dahulu.

Uji validitas dilakukan dengan cara menguji korelasi antara skor

item dengan skor total masing-masing variabel. Secara statistik, angka

korelasi bagian total yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka

dalam table r produk moment.Apabila nilai r dihitung lebih dari (>) r

tabel maka kuesioner tersebut dapat dikatakan valid dan sebaliknya.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk.Suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,

2005). Teknik pengujian reliabilitas ini menggunakan teknik uji statistik

Cronbach Alpha, hasil perhitungan menunjukkan reliable bila koefisien

alphanya (α) lebih besar dari 0,6 artinya kuesioner dapat dipercaya dan

dapat digunakan untuk penelitian.

(37)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai

distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Dalam penelitian ini metode untuk menguji normalitas adalah

dengan menggunakan metode grafik. Hasil pengujian normalitas

dengan menggunakan normal probability plot.

Apabila probability plot menunjukkan titik-titik yang menyebar

disekitar diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena

memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk apakah model ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.Jika

variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen sama atau

nol. (Ghozali, 2005).

Multikolinearitas dapat dilihat dari (1) Nilai tolerance dan (2)

Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF lebih besar dari 10, maka

antar variabel bebas (independent variable) terjadi persoalan

(38)

variabel bebas (independent variable) tidak terjadi persoalan

multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisita

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang lebih baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas kerena data

cross section mengandung berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).

(Ghozali, 2005)

Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode grafik yaitu dengan grafik Scatterplot.

Apabila dari grafik tersebut menunjukkan titik-titik menyebar

secara acak serta tersebar, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada

sumbu Y, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas

pada model regresi dalam penelitian ini.

4. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. Hal

ini menunjukkan pengaruh antara kejadian satu dengan kejadian yang

lainnya. Karena terdapat lebih dari dua variabel, maka hubungan linier

(39)

Sudjana (1993) dalam Djaelani (2008), analisis ini digunakan untuk

mengetahui besarnya variabel independen terhadap variabel dependen,

dengan asumsi variabel lain konstan, dimana rumusnya:

y = b0 + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan:

y = Rekomendasi audit

b0 = Konstanta

b1, b2 = Koefisien regresi untuk X1 dan X2

X1 = Etika profesi

X2 = Kecerdasan emosional

e = Error term

5. Uji Hipotesis a. Uji t

Yaitu suatu uji yang digunakan untuk mengetahui secara partial

pengaruh variabel independent dengan variabel dependen.

 Penentuan Nilai Kritis (t tabel)

Untuk menguji hipotesis menggunakan uji – t dengan tingkat

signifikasi (α) 5% dengan sampel (n).

 Kriteria hipotesis

Ho ; β = 0 ; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Ha ; β > 0 ; ada pengaruh yang signifikan antara varibel

(40)

 Kriteria pengujian:

 Jika nilai t hitung > t tabel, Ho ditolak dan Ha diterima hal ini berarti bahwa ada hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen.

 Jika nilai t hitung < t tabel, Ho diterima dan Ha ditolak hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara variabel independen

dengan varibel dependen.

b. Uji f

Yaitu untuk menguji secara serempak (simultan) antara varibel

keseluruhan yaitu etika profesi dan kecerdasan emosional memiliki

peran dalam rekomendasi audit bagi auditor.

 Pengujian Nilai Kritis (F tabel)

Untuk menguji hipotesis menggunakan uji-F dengan tingkat

signifikan (α) 5%, dengan sampel (N) dan jumlah variabel (k) = 2.

 Pengujian Hipotesis

Ho ; β = 0 ; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel

independen secara bersama-sama dengan variabel dependen.

Ha ; β > 0 ; ada pengaruh yang signifikan antara varibel

independen secara bersama-sama dengan varibel dependen.

 Kriteria Pengujian

(41)

etika profesi dan kecerdasan emosional dalam rekomendasi audit

bagi auditor.

 Jika nilai F hitung < F tabel, Ho diterima dan Ha ditolak hal ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara etika

profesi dan kecerdasan emosional dalam rekomendasi audit bagi

auditor.

F. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel 1. Definisi Operasional

Operasional variabel merupakan pendefinisian dari serangkaian

variabel yang digunakan dalam penulisan, variabel penelitian ini

merupakan suatu atribut/sifat atau nilai dan objek kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulannya (Hamid,2007).

a. Variabel Dependen

Variabel dependan adalah variabel yang menjelaskan atau dipengaruhi

variabel lainnya. Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini

adalah rekomendasi audit. Rekomendasi adalah merupakan hasil audit yang akan disampaikan kepada pihak manajemen dan telah dipertimbangkan mengenai suatu situasi tertentu yang mencerminkan pengetahuan penilaian dan merancang, memperbaiki kondisi dalam suatu temuan-temuan pengauditan.

(42)

Etika profesi diperlukan oleh setiap profesi, khususnya bagi profesi yang membutuhkan kepercayaan dari masyarakat seperti profesi auditor. Masyarakat akan menghargai profesi yang menerapkan standar mutu yang tinggi dalam pelaksanaan pekerjaannya.

Prinsip etika merupakan kerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia terdapat delapan prinsip etika yaitu:

a) Tanggung jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

b) Kepentingan publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. c) Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

(43)

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

e) Kompetensi dan kehati-hatian profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesionalnya yang kompeten berdasarkan perkembangan,legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.

f) Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa pesetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

g) Perilaku profesional

Setiap anggota berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

(44)

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. 2) Kecerdasan Emosional

a) Pengendalian diri

Pengendalian diri berarti menguasai diri sendiri sedemikian

rupa, sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, dan sanggup menunda kenikmatan

sebelum terciptanya sasaran, dan mampu pulih kembali dari

tekanan emosi. (Rissyo dan Nurna,2006)

b) Motivasi

Motivasi berarti menggunakan hasrat kita yang paling dalam

untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran,

mambantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat

efektif dan untuk menghadapi kegagalan dan frustasi. (Rissyo

dan Nurna, 2006)

c) Empati

Empati yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain,

mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan saling

percaya, dan menyelaraskan ide dengan berbagai macam

orang. (Rissyo dan Nurna,2006)

d) Keterampilan sosial

Keterampilan sosial yaitu menguasai dengan baik ketika

(45)

situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar,

menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk

mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah, dan

menyelesaikan perselisihan, serta untuk bekerja sama dan

(46)

2. Pengukuran Variabel Operasional

Tabel 3. Pengukuran Operasional Variabel

Variabel Sub Variabel Indikator Skala Integritas 1. Kualitas yang melandasi

kepercayaan publik dan patokan bagi akuntan

2. Tidak menerima pemberian dalam bentuk apapun

3. Memberikan bukti yang cukup dan objektif dalam kertas kerja

(47)

Variabel Sub

3. Menjahui tingkah laku yang dapat mendiskreditkan

Teknis 1. Melaksanakn jasa professional sesuai strandar teknis dan standar profesi

Sumber : Achmad Aprizal (2012), Debbie Thenderan (2012)

Kecerdasan Emosional

(X2)

Kesadaran

Diri 1. Mampu menggunakan seluruh pegetahuan 2. Memiliki kemampuan untuk

Empati 1. Memeahami tugas dan kesibukan klien

2. Melakukan audit sebaaik mungkin

(48)

Variabel Sub

3. Bekerja sama dengan staf dari entitas yang di audit

Sumber :Ahmad (2009), Indiarti Shoviana Dewi (2011)

Rekomendas 3. Dapat ditindak lanjuti secara

logis,praktis dan reasonable 4. Bersifat korektif dan

konstruktif

Gambar

Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Tabel 2. Jumlah kuesioner yang diolah
Tabel 3. Pengukuran Operasional Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Hipokalemia yang berat (kadar kalium dalam serum &lt; 3 mmol/L) juga dapat Hipokalemia yang berat (kadar kalium dalam serum &lt; 3 mmol/L) juga dapat ditemukan

Lilich (130; 1980), pembalasan adalah metode-metode yang dipakai oleh negara-negara untuk mengupayakan diperolehnya ganti rugi dari negara-negara lain dengan melakukan

PENERAPAN PRINSIP MONEY FOLLOWS FUNCTIONS PENERAPAN PRINSIP MONEY FOLLOWS FUNCTIONS PENERAPAN PRINSIP MONEY FOLLOWS FUNCTIONS PENERAPAN PRINSIP MONEY FOLLOWS FUNCTIONS PENATAAN

Kendala dalam pengelolaan dan pemanfaatan sisa lebih dana kapitasi ini antara lain, sisa lebih dana kapitasi dapat digunakan namun tidak terserap secara optimal, belum

Teknik analisis data yang digunakan deskriptif kuantitatif dengan rumus: Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektifitas dan Efisiensi Pendapatan Asli

Peleburan (smelting ) adalah proses reduksi bijih sehingga menjadi logam unsur yang dapat digunakan berbagai macam zat seperti karbid, hidrogen, logam aktif atau dengan

(2) Wajib Retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk

Berdasarkan pengertian di atas, secara sederhana etika dapat digunakan dalam dua pengertian, iaitu pengertian empirikal dan filosofic. Pegertian empirikal ini