“ANALISIS KINERJA KEUANGAN KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2018”
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Syariah
Oleh : Alfandi Erlangga NIM. 1630402008
JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR
iii
ABSTRAK
ALFANDI ERLANGGA NIM 1630402008, dengan judul SKRIPSI“Analisis
Kinerja Keuangan Kota Payakumbuh Tahun 2018”. Jurusan Ekonomi Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kinerja Keuangan Kota Payakumbuh tahun 2008 dilihat dari : (1)Rasio Kemandirian Keuangan Daerah,(2) Rasio efektifitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah, (3) Rasio Aktifitas, (4) Rasio Efisiensi Belanja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota Payakumbuh. Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan deskriptif kuantitatif dengan rumus: Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektifitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah, Rasio Aktifitas, Rasio Efisiensi Belanja.Hasil analisis menunjukkan bahwa Kinerja Keuangan Daerah Kota Payakumbuh dilihat dari (1) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah dikategorikan rendah sekali, (2) Rasio efektifitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah, Rasio efektifitas di kategorikan cukup efektif dan Rasio Efisiensi dikategorikan sangat efisien (3) Rasio Aktifitas, dari belanja tidak langsung Kota Payakumbuh dapat melakukan pengendalian belanja daerah dan untuk belanja langsung Kota Payakumbuh juga dapat melakukan pengendalian belanja daerah, persentase belanja langsung lebih besar dari pada belanja tidak langsung dikarenakan belanja langsung banyak menunjang kegiatan oprasional Pemerintahan Kota Payakumbuh, (4) Rasio Efisiensi Belanja Kota Payakumbuh dapat dikatakan efisien, Secara umum Kinerja keuangan Kota Payakumbuh Tahun 2018 dapat dikatakan baik.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi. Selanjutnya, shalawat dan salam teruntuk kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah yang benar dan telah meninggalkan dua pedoman hidup untuk manusia sebagai petunjuk ke jalan yang benar, yakni Al-Qur’an dan Sunnah.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah/ Akuntansi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Batusangkar. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Kinerja Keuangan Kota Payakumbuh Tahun 2018”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, sebagaimana pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”. Namun ketidak sempurnaan ini Insyaallah tidak mengandung arti dan maksud yang lain.
Penyelesaian skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Terutama kepada kedua orang yang tersayang ibu dan ayah saya yang selalu menjadi penyemangat dan selalu memberikan motivasi serta dukungan secara moril dan materil, serta adik saya tercinta, Terima kasih untuk doa dan dukungan serta semangat pada setiap langkah penulis.
Penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu, tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Kasmuri, M.A selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.
2. Bapak Dr. Ulya Atsani, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.
3. Bapak Gampito, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah.
v
4. Bapak Dr. Nofrivul, SE., MM selaku Dosen Pembimbing.
5. Kepada perpustakaan IAIN Batusangkar yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staff administrasi IAIN Batusangkar yang menaruh perhatian dan bantuan kepada penulis sehingga selesainya skripsi ini.
7. Kepada Buk Lin BKD beserta jajaran di ruang Perbendaharaan Kota Payakumbuh. 8. Kepada sahabat-sahabat saya antara kos Bapak Sap dan Kos Ibuk Mona yang tak
bisa disebutkan satu per satu Aynul Fitri, Aulia Ramadhani Putri Syafni, Fitra Yunita, Annisa, Liza Satriyenti, Gendi Gelvano, Alfandi Erlangga, Rivo Kurniawan Putra yang selalu menemani ku dan selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat Aksya 16 A yang selalu menjadi penyemangat dan tim sukses yang selalu menemani, mendukung dan memberi semangat selama penulisan skripsi ini.
Semoga bantuan, motivasi dan bimbingan serta nasehat dari berbagai pihak menjadi amal ibadah yang ikhlas hendaknya, dan dibalas oleh Allah SWT. dengan balasan yang berlipat ganda. Semoga SKRIPSI ini dapat memberi manfaat kepada kita semua. Aamiin.
Payakumbuh, 22 Juni 2020 Penulis
Alfandi Erlangga NIM. 1630402008
vi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
SURAT PENGESAHAN TIM PENGUJI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 6 C. Batasan Masalah ... 6 D. Rumusan Masalah... 7 E. Tujuan Penelitian ... 7 F. Manfaat Penelitian ... 7 G. Definisi Operasional ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 10
1. Akuntansi Sektor Publik ... 10
2. Laporan keuangan daerah ... 12
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ... 18
4. System Pengukuran Kinerja ... 19
5. Teknik Analisis Rasio Keuangan ... 21
B. Penelitian Relevan ... 23
C. Kerangka Berfikir ... 25
vii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Tempat dan Waku Penelitian ... 26
C. Sumber Data ... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ... 26
E. Teknik Analisis Data ... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Instansi ... 31
B. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Payakumbuh ... 33
1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ... 33
2. Rasio Efektifitas dan Efisiensi PAD ... 35
3. Rasio Aktivitas ... 38
4. Rasio Efisiensi Belanja ... 41
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 42
B. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku
B. Sumber Skripsi Dan Jurnal
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1Perbandingan Anggaran Untuk Realisasi APBD Pemerintahan Kota
Payakumbuh Tahun 2018 (Dalam Rupiah)...4
Tabel 3.1Kemampuan keuangan, rasio kemandirian ... 28
Tabel 3.2Rasio Efektifitas ... 29
Tabel 3.3Rasio Efisiensi ... 30
Tabel 4.1 Sumber Pendapatan Asli Daerah (Dalam Rupiah) ... 35
Tabel 4.2 Bantuan Pemerintah Pusat/Propinsi dan Pinjaman (Dalam Rupiah) ... 35
Tabel 4.3 Perhitungan Rasio Efektifitas PAD (Dalam Rupiah) ... 37
Tabel 4.4 Biaya Pemerolehan PAD (Dalam Rupiah) ... 38
Tabel 4.5 Pendapatan Asli Daerah (Dalam Rupiah) ...38
Tabel 4.6Belanja Langsung (Dalam Rupiah)...39
Tabel 4.7 Belanja Tidak Langsung(Dalam Rupiah)...40
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Kerangka Berfikir ... 25
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia menganut sistem otonomi daerah dalam pelaksanaaan pemerintahannya. Sistem otonomi daerah memungkinkan daerah mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur daerahnya sendiri. Tetapi dalam melaksanakan otonomi, daerah masih tetap dikontrol oleh pemerintah pusat serta sesuai dengan undang-undang. Peraturan tentang otonomi daerah diatur dalam undang-undang negara republik Indonesia nomor 23 tahun 2014. (www.dpr.go.id )
Otonomi daerah merupakan pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih baik, leluasa untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas dan potensi daerah itu sendiri. Adanya otonomi daerah tersebut pemerintah diberi keleluasan untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas dan potensi daerah itu sendiri. Adanya otonomi daerah tersebut pemerintah diberi keleluasaan untuk mengelola sumber daya dan mempertanggung jawabkan kepada masyarakat sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah diperlukan adanya sistem desentralisasi secara transparan, efektif dan efisien dan dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat luas. Pertanggung jawaban pemerintah kepada publik yang bersih merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemerintah, dimana untuk mewujudkannya memerlukan media tertentu. Salah satu alat untuk memfasilitasi tercapainya laporan keuangan pemerintah daerah yang kompetitif yaitu laporan keuangan pemerintah daerah tersebut digunakan untuk membandingkan kinerja keuangan yang akurat dengan anggaran, menilai kondisi dan hasil operasional, membantu menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait dengan masalah keuangan dan ketentuan lainnya serta membantu mengevaluasi tingkat efisien dan efektivitas.(Zuhri & Ahmad Soleh, 2016: 187)
2
Ciri utama suatu daerah mampu melaksanakan otonomi adalah: (1) kemampuan keuangan daerah, yang berarti daerah tersebut memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan mengguanakan keuangannya sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan; dan (2) ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, oleh karena itu, PAD harus menjadi sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah.(Halim, 2008: 23).
Desentralisasi pembangungan di pusatkan di daerah-daerah di maksudkan untuk mengembangkan daerah supaya lebih berkembang terutama di bidang perekonomian daerah itu sendiri. Berawal dari terbitnya kebijakan desentralisasi yang merupakan landasan normatif bagi perubahan penyelenggaraan pemerintah di daerah, termasuk dalam hal perubahan kewenangan baik di tingkat Pemerintahan Provinsi, maupun Pemerintah Kabupaten/Kota. Perubahan kewenangan ini berimplikasi pada perubahan beban tugas struktur organisasi yang melaksanakan kewenangan-kewenangan tersebut yang pada gilirannya menuntut dilakukannya penataan kelembagaan Pemerintah di daerah, penataan kelembagaan pemerintahan daerah sebagai digariskan dalam kebijakan desentralisasi. Dalam hal ini Badan Keuangan Daerah adalah salah satu sektor pelayanan publik yang mangatur pengeluaran keuangan di Kota/Kabupaten.
Badan Keuangan Daerah Kota Payakumbuh dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh, yang terdiri dari 1 (satu) Kepala Badan, 1 (satu) Sekretaris, 5 (lima) Bidang yang terdiri dari Bidang Pendapatan Daerah, Bidang Anggaran, Bidang Perbendaharaan, BidangAkuntansi, dan Bidang Aset Daerah, sertaterdiridari 2 (dua) UPTD, antara lain UPTD-Pajak Daerah dan UPTD-Fasilitasi Pembiayaan.Tugas pokok Badan
3
Keuangan Daerah Kota Payakumbuh mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan penunjang urusan pemerintah dalam Bidang Keuangan Daerah dan fungsi Badan Keuangan Daerah Perumusan kebijakan teknis fungsi penunjang urusan pemerintah bidang keuangan, Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan pemerintah bidang keuangan, Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang keuangan, dan Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas dan fungsinya. (BKD Kota Payakumbuh 2019).
Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif,efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat, yang dimaksud secara tertib adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Artinya pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan dan efektif serta efisien maka akan dapat menghasilkan suatu pelaporan yang baik dan taat dengan ketentuan karena didukung dengan bukti-bukti yang kuat. (Defitri,2018: 65)
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Bentuk kinerja tersebut berupa rasio keuangan yang terbentuk dari unsur Laporan Pertangggungjawaban Kepala Daerah berupa Perhitungan APBD.(Tamawiwy, 2016: 107). Dari kinerja Keuangan Pemerintahan Kota Payakumbuh terdapat beberapa permaslahan yang di alami.
Beberapa permasalahan keuangan daerah yang dihadapi Kota Payakumbuh antara lain: (1) ketergantungan pemerintah daerah kepada dana dari pemerintah
4
pusat yang tercermin dalam besarnya bantuan pemerintah pusat, (2) rendahnya kemampuan daerah untuk menggali potensi sumber-sumber pendapatan asli daerah yang tercermin dari penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang relatif kecil dibandingkan dengan Pendapatan Transfer, (3) kurangnya usaha dan kemampuan penerimaan daerah dalam pengelolaan dan menggali sumbersumber pendapatan yang ada.
Tabel 1. 1
Perbandingan Anggaran Untuk Realisasi APBD Pemerintahan Kota Payakumbuh
Tahun 2018 (Dalam Rupiah)
Tahun Keterangan Anggaran Realisasi
2018 Pendapatan Asli Daerah 1. Pendapatan Pajak Daerah
103.244.423.500,00 17.236.387.000,00
94.287.442.042,00 16.092707.100,00 Total Pendapatan Transfer 597.312.289.208,00 591.819.046.982,00 Belanja Operasi 1. Belanja Pegawai 628.723.838.384,00 348.340.575,370,00 565.872.111.561,00 317.800.942.411,00 Belanja Modal
1. Belanja Jalan, Irigasi, Jaringan
164.577.121.565,00 64.670.487.743,00
149.445.424.991,00 62.391.166.652,00
Disini penulis mengambil data paling berpengaruh pada realisasi PAD, Belanja Operasi, Belanja Modal, Jika dilihat dari tabel di atas PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota Payakumbuh tahun 2018 tidak melebihi bahkan tidak mencapai target yang di anggarkan. Pada tahun 2018 Kota Payakumbuh masih memiliki pendapatan daerah yang kecil sehingga sangat ketergantungan yang cukup besar terhadap dana transfer dari pemerintah pusat yang terdiri dari dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil bukan pajak, dan alokasi umum dan alokasi khusus untuk belanja daerah, baik dalam pembiayaan pembangunan, belanja rutin dalam hal lainnya.
5
Disebabkan karena pendapatan dari pajak daerah kecil dari yang dianggarkan yaitu sebesar Rp. 17.236.387.000,00.
Sedangkan belanja operasi tahun 2018 pemerintah Payakumbuh dapat menghemat dari yang di anggarkan yaitu sebesar Rp. 628.723.838.384,00 dan yang terealisasi sebesar Rp 565.872.111.561,00 ini disebabkan karena belanja pegawai nya kecil dari yang dianggarkan yaitu sebesar Rp 348.340.575.370,00. Belanja modal pemerintah kota Payakumbuh tahun 2018 lebih kecil dari yang di anggarkan yaitu sebesar Rp 164.577.121.565,00, hal ini dikarenakan Belanja Jalan, Irigasi, Jaringan sebesar Rp 62.391.166.652,00
Pendapatan asli Kota Payakumbuh yang masih kecil sedangkan pendapatan transfer pusat, belanja operasi dan belanja modal yang besar, Kota Payakumbuh sebagai kota persinggahan, menjadikan sektor jasa dan perdagangan menjadi sektor andalan, seperti pariwisata, pertanian, peternakan, dan perikanan beserta bidang industri diantaranya sulaman bordir yang telah meng ekspor hingga keluar negeri, untuk itu diperlukan perbaikan kinerja terhadap pendapatan asli daerah.
Pentingnya penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja keuangan Kota Payakumbuh dalam mengelola keuangan Kota Payakumbuh tahun 2018 dan dapat di gunakan untuk memperbaiki kinerja keuangan di tahun-tahun berikutnya. Berdasarkan data-data di atas atau fenomenayang peneliti temukan di Pemerintahan Kota Payakumbuh bahwasanya PAD tahun 2018 dikota tersebut belum melebihi bahkan belum memenuhi target yang telah dianggarkan dan dana Transfer Pusat dan Provinsi masih menjadi sumber dan terbesar sebagai pemenuhan kebutuhan dan Kota Payakumbuh . Hal ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Masih rendahnya pencapaian target pendapatan dan belanja Pemerintah daerah. 2. Belum maksimalnya Kinerja keuangan Pemerintah daerah.
3. Apakah pemerintah daerah sudah mampu melaksanakan otonomi daerah ditahun 2018.
4. Rendahnya kemandirian keuangan pemerintah yang masih sangat bergantung pada pemerintah pusat ysng dilihat dari bantuan anggaran pemerintah pusat. 5. Rendahnya realisasi pendapatan asli daerah dari target yang di anggarkan 6. Rendahnya realisasi belanja operasi dari target yang dianggarkan.
7. Rendahnya realisasi belanja modal dari target yang dianggarkan.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dibatasi masalah yang akan diteliti yaitu :
1. Bagaimana rasio kemendarian keuangan daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah kota payakumbuh tahun 2018?
2. Bagaimana rasio efektifitas dan efisiensi pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah kota payakumbuh tahun 2018?
3. Bagaimana rasio aktivitas terhadap kinerja keuangan pemerintah kota payakumbuh tahun 2018?
4. Bagaimana rasio efisiensi belanja terhadap kinerja keuangan pemerintah kota payakumbuh tahun 2018?
7
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kinerja keuangan pemerintah Kota Payakumbuh berdasarkan rasio kemandirian keuangan daerah tahun 2018?
2. Bagaimana kinerja keuangan pemerintah Kota Paykumbuh berdasrkan rasio efektifitas dan efisien PAD tahun 2018?
3. Bagaimana kinerja keuangan pemerintah Kota Payakumbuh berdasarkan rasio aktivitas tahun 2018?
4. Bagaimana kinerja keuangan pemerintah Kota Payakumbuh berdasarkan rasio efisiensi belanja tahun 2018?
E. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin penulis capai adalah: 1. Untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah Kota Payakumbuh
berdasarkan rasio kemandirian keuangan daerah tahun 2018.
2. Untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah Kota Paykumbuh berdasrkan rasio efektifitas dan efisien PAD tahun 2018.
3. Untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah Kota Payakumbuh berdasarkan rasio aktivitas tahun 2018.
4. Untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah Kota Payakumbuh berdasarkan rasio efisiensi belanja tahun 2018.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penelitian
Selain tujuan yang hendak dicapai tersebut, penulis juga berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk :
8
Manfaat ini bagi penulis adalah untuk menambah ilmu pengetahuan secara teoritis dan praktis dalam bidang akuntansi mengenai pengaruh budaya organisasi dan kepuasaan kerja terhadap kinerja karyawan di lembaga keuangan kabupaten tanah datar. Disamping itu juga memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Serjana Ekonomi ( S.E ) Jurusan Ekonomi Syariah Konsentrasi Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.
Bagi Akademik/Kampus :
b. Bagi Akademik penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam penulisan penelitian selanjutnya.
c. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah Kota Payakumbuh, sebagai masukan yang berguna untuk bahan pertimbangan di masa yang akan datang dalam mengukur kinerja keuangan pemerintah Kota Payakumbuh.
2. Luaran Penelitian
Luaran penelitian ini bertujuan supaya skripsi ini dapat diterbitkan pada jurnal ilmiah sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.
G. Defenisi Oprasional
Untuk menghindari keslah pahaman dalam memahami judul ini, maka penulis akan menjelaskan maksud dari judul tersebut yaitu :
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kinerja adalah pencapaian atau hasil seseorang secara keseluruhan dalam periode tertentu dalam melaksanakan tugas yang dapat dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, pada dasarnya pengertian kinerja dapat di tafsirkan secara beragam, sebagian pakar memahami sebagai perilaku yang
9
diberlakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan, beberapa pakar lain memandangnya sebagai penyelesayan pekerjaan, penilaian kinerja merupakan proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi pekerjaan seseorang
Dalam pemerintahan hasil kinerja dapat diukur dalam melihat kinerja keuangan dengan cara apakah termaksimalkan atau tidak pembangunan di suatu pemerintahan dengan anggaran yang telah ditetapkan.
11
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Akutansi Sektor Publik
a. Definisi Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik diartikan sebagai mekanisme akuntansi swasta yang diberlakukan dalam praktik-praktik organisasi publik. Dari berbagai buku lama terbitan Eropa Barat akuntansi sektor publik disebut akuntansi pemerintahan. dan di berbagai kesempatan bidang ini disebut akuntansi keuangan publik. Berbagai perkembangan terakir, sebagai dampak keberhasilan penerapan accrualbase di Selandia Baru, pemahaman ini telah berubah. Akuntansi sektor publik didefinisikan sebagai akuntansi dana masyarakat. Akuntansi publik dapat diartikan sebagai mekanisme teknik dan analisis akutansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM, dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerja sama sektor publik serta swasta.” ( Bastian 2005: 3)
Secara sederhana akuntansi sektor pablik dapat di artikan sebagai suatu seni pengumpulan, pencatatan, pengklasifikasian, yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat yang berguna untuk menghasilkan informasi yang di butuhkan untuk pengambilan keputusan yang diterapkan pada pengelolaan dana publik oleh pihak-pihak tertentu di lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya.
b. Tujuan dan Fungsi Laporan Keuangan Sektor Publik
Secara umum, tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik dapat dilihat sebagai berikut :
1) Kepatuhan dan pengelolaan (compliance and stewardship)
Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa
12
bahwa pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain yang telah ditetapkan.
2) Akuntabilitas dan Pelapran Retrospektif (accountability and retrospective reporting) :
Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada publik. Laporan keuangan digunakan untuk memonitor kinerja dan mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk mengamati trend antar kurun waktu, pencapaian atas tujuan yang telah ditetapkan, dan membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada. Laporan keungan juga memungkinkan pihak luar untuk memperoleh informasi biaya atas barang dan jasa yang diterima, serta memungkinkan bagi mereka untuk menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya organisasi.
3) Perencanaan dan Informasi Otoritas (planning and authorization information)
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan aktivitas di masa yang akn datang. Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan informasi pendukung mengenai otoritas peng-gunaan dana.
4) Kelangsungan Organisasi
Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pembaca dalam menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan barang dan jasa (pelayanaan) di masa yang akan datang. 5) Hubungan Masyarakat (public relation)
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan kesempatan pada organisasi untuk mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah dicapai kepada pemakai yangyang dipengruhi, karyawan, dan masyarakat. Laporan keuangan berfungsi sebagai alat komunikasi dengan publik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
13
6) Sumber fakta dan gambaran (source of facts ang figures)
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada berbagai kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.
Bagi organisasi pemerintahan, tujuan umum dan laporan keuangan adalah :
a) Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawban (accountability) dan pengelolaan (stewardship).
b) Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja menejerial dan organisasional.
(Mardiasmo, 2009: 161)
2. Laporan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 pasal 1 ayat 6 yang dimaksud keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan keungan daerah yang diatur dalam perutaran daerah bersifat umum dan lebih menekankan kepada hal-hal yang bersifat prinsip, norma, asas, landasan umum dalam perencanaan, penyusunan anggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan daerah (Darise, 2009: 25) Akuntabilitas publik pemerintah daerah adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik, 2009: 32)
Menurut Tanjung (2012) menyatakan pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam
14
menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan menyediakan informasi sebagai berikut :
1) Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi, dan pengguna sumber daya keuangan.
2) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran.
3) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.
4) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
5) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
6) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan. (Tanjung, 2012 : 12)
Mahmudi menyatakan laporan keuangan yang disajikan pemerintah daerah dinilai berkualitas apabila memenuhi ciri-ciri berikut :
1) Relevan. Artinya inform\asi dalam laporan keuangan yang disajikan memberikan manfaat bagi para pengambil keputusan.
2) Andal (Reliability). Artinya informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan harus dapat diandalkan, tidak menyesatkan dan mengandung unsur manipulasi.
3) Dapat dibandingkan (comparability). Artinya laporan keuangan dapat digunakan sebagai pembanding kinerja masa lalu atau pembanding kinerja organisasi lain yang sejenis.
15
4) Dapat dipahami (understandability). Artinya laporan keuangan harus memberikan informasi yang jelas, sederhana, dan mudah dipahami oleh pihak-pihak pengguna laporan keuangan (Mahmudi 2010 : 11)
Salah satu upaya konkret untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah adalah menyampaikan laporan keuangan yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disususn dengan mengikuti standar yang akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. Pembuatan laporan keuangan dibuat sesuai dengan kaidah keuangan yang berlaku agar mampu menunjukan kondis dan posisi keuangan yang sesungguhnya. Laporan keuangan juga harus dibuat sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga mudah dibaca, dipahami, dan dimengerti oleh berbagai pihak yang berkepentingan, terutama pihak stakeholder dan masyarakat. Artinya pula. Dengan laporan keuangan setiap orang dapat memahami kondisi dan posisi keuangan perusahaan saat ini (Faud, 2016: 4)
Pengertian sederhananya, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan pemerintah daerah yang diperoleh dalam satu periode, dalam praktiknya, dikenal beberapa macam laporan keuangan, seperti berikut : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Catatan atas Laporan Keuangan.
a. Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan, laporan keuangan pokok terdiri atas berikut ini.
1) Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam suatu periode pelaporan. Tujuan pelaporan realisasinya anggaran adalah memberikan informasi tentang
16
realisasinya dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding, penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukan tingkat ketercapaian target yang telah disepakati antar legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Laporan realisasi anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/ defisit dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Laporan realisasi anggran dijelaskan lebih lanjut dalam catatan atas laporan keuangan yang memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran, seperti kebijakan fisikal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu dijelaskan.
Laporan realisasi anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut :
a) Pendapatan. b) Transfer. c) Belanja.
d) Surplus atau defisit. e) Penerimaan pembiayaan. f) Pengeluaran pembiayaan. g) Pembiayaan neto.
h) Sisa lebih/kurang pembiayaananggaran (silpa/sikpa)
Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatn menurut jenis pendapatan dalam laporan realisasi anggaran. Dan rincian lebih lanjut jenis pendapatan disajikan pada catatan atas laporan keuangan. Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbanagan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah propinsi. Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah yang mengarungi ekuitas dan lancar
17
dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayaran kembali oleh pemerintah.
Manfaat informasi realisasi anggaran mencakup beberapa hal-hal sebagai berikut :
a) Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapaatan, belanja, trasfer, surplus/defisit dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masingdiperbandingkan dengan anggarannya, informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya ekonomi,akuntabilitas.
b) Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomis yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara koperatif. Laporan realisasi anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomis. Manfaat suatu laporan realisasi anggaran berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Faktor-faktor, seperti kompleksitas operasi pemerintah tidak dapat dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan entitas pelaporan untuk menyajikan laporan keuangan tepat waktu (Faud, 2016: 20)
2) Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dan pada tanggal tertentu. Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan non lancar serta mengklasifikasikannya kewajiban menjadi jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca.
18
Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos aset dan kewajiban yang mencangkup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas bulan) setelah tanggal pelaporan dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu lebih dari dua belas bulan.
1) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi tentang penerimaan dan penegeluaran kas selama satu priode tertentu. Penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan menurut kegiatan operasi, kegiatan pendanan, dan kegiatan investasi. Informasi arus kas bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan karena menyediakan dasar taksiran kemampuan entitas untuk menghasilkan kas dan setara kas, dan kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut. (Bastian, 2005: 249)
2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang selanjutnya disingkat LPSAL adalah laporan yang menyajikan informasi kenaikan dan penurunan saldo anggaran lebih tahun pelaporan yang terdiri dari saldo anggaran lebih (SAL) awal, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA), koreksi dan saldo anggaran lebih (SAL) akhir.
3) Laporan Operasional
4) Laporan Kinerja Keuangan dan Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan kinerja keuangan adalah laporan realisasi pendapatan dan belanja yang disusun berdasrkan basis akrual. Dalam laporan dimaksud, perlu disajikan informasi mengenai pendapatan oprasional belanja berdasarkan klasifikasi fungsional dan ekonomi, dan surplus atau defisit. Laporan lainnya yang di perkenakan adalah laporan perubahan ekuitas, yakni laporan yang menunjukan kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan tahun sebelumnya. Selain laporan laporan keuangan pokok entitas pelaporan, dalam hal ini pemerintah daerah
19
diperkenakan menyajikan laporan kinerja keuangan dan laporan perubahan ekuitas.
5) Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga mencangkup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam standar akuntansi pemerintah serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. (Faud, 2016: 9)
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
a. Pengertian APBD
APBD menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 adalah rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda). APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 tahun anggaran sesuai dengan undang-undang mengenai keuangan negara. Peraturan-peraturan di era reformasi keuangan daerah mengisyaratkan agar laporan keuangan makin informatif. Untuk itu, dalam bentuk yang baru, APBD terdiri dari 3 bagian, yaitu pendapatan, belanja dan pembiayaan. Adanya pos pembiayaan merupakan upaya agar APBD makin informatif yaitu memisahkan pinjaman dari pendapatan daerah.
Hal ini sesuai dengan defenisi pendapatan sebagai hak Pemerintah Daerah sedangkan pinjaman belum tentu menjadi hak Pemerintah Daerah. Selain itu, dalam APBD mungkin terdapat surplus atau defisit. Pos pembiayaan ini merupakan alokasi surplus atau sumber penutupan defisit anggaran. Dalam bentuk APBD yang baru itu pula, pendapatan dibagi menjadi 3 kategori yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan,
20
dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Selanjutnya belanja hanya digolongkan menjadi 2 yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung.
4. Pengkuran Kinerja
a. Pengertian Kinerja dan Pengukur Kinerja
Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Daftar apa yang ingin dicapai tertuang dalam perumusan penskemaan strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum, kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam priode tertentu. Dalam mengukur keberhasilan/kegagalan suatu organisasi, seluruh aktivitas organisasi tersebut harus dapat dicatat dan diukur. Pengukuran ini tidak hanya dilakukan pada inpur (masukan) program, tetapi juga pada keluaran manfaat dari program tersebut.(Mardiasmo, 2009: 121)
istilah kinerja digunakan untuk menyebut prestasi atautingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilanyang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan-tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya (Mohamad Mahsun, 2014: 25).
Pengukuran kinerja (peformance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas, efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan), hasil kegiatan yang dibandingkan dengan maksud yang
21
diinginkan dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. (Mohamad Mahsun 2013: 25)
b. Tujuan atau Manfaat Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan manajemen pencapaian kinerja. Pengukuran kinerja secara berkelanjutan akan memberikan umpan balik, sehingga upaya perbaikan secara terus menerus akan mencapai keberhasilan di masa mendatang. Dengan catatan pencapain indikator kinerja, suatu organisasi diharapkan dapat mengetahui prestasinya secara objektif dalam suatu periode waktu tertentu. Kegiatan dan program organisasi seharusnya dapat diukur dan di evaluasi. Ini berarti bahwa pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk :
1) Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja
2) Memastiakan tercapainya skema kinerja yang disepakati 3) Memonitor dan mengavaluasi pelaksanaan kinerja dan
membandingkan dengan skema kerja serta melakukan tindak unutuk memperbaiki kinerja
4) Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas kinerja yang dicapai setalah dibandingkan dengan skema indikator kinerja yang telah disepakati
5) Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pemimpin dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi
6) Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. 7) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah
8) Memastiakn bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif 9) Menunjukan peningkatan yang perlu dilakukan.
22
5. Teknik Analisis Rasio Keuangan
Beberapa rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD antara lain : rasio kemandirian (otonomi fisikal), rasio efektifitas dan efisiensi , rasio aktivitas dan rasio efisiensi belanja alasan digunakannya empat rasio ini yaitu dapat dijadikan patokan untuk mengukur sejauh mana kinerja keuangan suatu daerah apakah sudah baik atau tidaknya dalam pengelolaannya jadi peneliti menggunakan empat rasio ini sebagai tolak ukur :
a. RasioKemandirianKeuanganDaerah(RKKD)
Rasio kemandirian keuangan daerah dihitung dengan cara membandingkan jumlah penerimaan pendapatan asli daerah dibagi dengan jumlah pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan propinsi serta pinjaman daerah. Semakin tinggi angka rasio ini menunjukan pemerintah daerah semakin tinggi kemandirian keuangan daerah (Mahmudi. 2016: 140) .RumusyangdigunakanuntukmenghitungRasioKemandirianadalah:
RKKD =
×100%
Sumber : Mahmudi (2016) b. RasioEfektivitasDanEfisiensiPendapatanAsliDaerah 1) RasioefektivitasRasio efektifitas pendapatan asli daerah dihitung dengan cara membandingkan realisasi penerimaan PAD dengan target penerimaan PAD (dianggarkan). Rasio ini dirumskan sebagai berikut :
Rasio Efektivitas
=
%
Sumber : Mahmudi (2016)23
2) Rasio efesiensi
Rasio efisiensi ini dihitung dengan cara membandingkan biaya yang dikeluarkan pemerintah daerah untuk memperoleh PAD dengan realisasi penerimaan PAD. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Sumber : Mahmudi (2016)
c. Rasio Aktifitas
a) Rasio Belanja Langsung Terhadap Total Belanja
Belanja langsung adalah belanja yang terkait langsung dengan kegiatan (aktivitas). Apabila realisasi belanja lebih kecil dari target yang telah dianggarkan berarti dapat dikatakan baik karena Pemerintah Kota Payakumbuh dapat menghemat belanja langsung, sedangkan apabila realisasi belanja langsung lebih besar dari target yang telah dianggarkan berarti tidak dapat dikatakan baik, karena Pemerintah Kota Payakumbuh tidak dapat menghemat belanja langsung,
Rasio Belanja Langsung =
Sumber: Mahmudi (2016)
b) Rasio Belanja Tidak Langsung Terhadap Total Belanja
Belanja tidak langsung merupakan pengeluaran belanja yang tidak terkait dengan pelaksanaan kegiatan secara langsung. Apabila nealiaasi belanja tidak langsung lebih kecil dari target yang telah dianggarkan berarti dapat dikatakan baik karena Pemerintah Kabupaten Dharmasraya dapat menghemat belanja tidak langsung. sedangkan apabila realisasi belanja tidak langsung lebih besar dari
24
target yang telah dianggarkan berarti tidak dapat dikatakan baik, karena pemerintah Kota Payakumbuh tidak dapat menghemat belanja tidak langsung.
Rasio Belanja Tidak Langsung =
Sumber : Mahmudi (2016)
d. Rasio Efisiensi Belanja
Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja. Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah. Pemerintah daerah dinilai telah melakukanefisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100% sebaliknya jika rasio efisiensinya lebih maka mengidentifikasi telah terjadi pemborosan anggaran. Rasio efisiensi belanja dirumuskan sebagai berikut (Mahmudi. 2016: 164) :
Sumber : Mahmudi (2016)
B. Penelitian Relevan
Sebelum penulis telah banyak orang lain melakukan melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan, diantara penelitian tersebut antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Siska Yulia Defitri (2018) tentang Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengelolaan keuangan daerahmemiliki hubungan yang positif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporankeuangan daerah, sedangkan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh secara signifikanterhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini
25
menunjukan bahwa semakin baik sistem akuntansi keuangan daerah maka laporan keuangan yang dihasilkan juga akan semakin.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini meniliti tentang kinerja keuangan koata payakumbuh tahun 2018. Kesamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kinerja keuangan
2. Penelitian yang dilakukan oleh Mentari Yosephen Sijabat, Choirul Saleh, Abdul Wachid (2013) Tentang Analisis Kinerja Keuangan Serta Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Dan Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Daerah Kota Malang Tahun Anggaran 2008-2012). Penelitian ini menyimpulkan kemampuan keuangan kota malang mengalami kecendrungan positif namun masih berada dalam kategori kurang mampu dengan rata-rata rasio DOF 13,67% dan IKR 18,01%. Kinerja keuangan kota malang dari tahun 2008 hingga 2012 mengalami kecendrungan peningkatan yang positif dengan rata-rata tingkat kemandirian keuangan 16,43%, efektifitas PAD 107,7%, prioritas alokasi belanja masih pada belanja rutin, pertumbuhan rasio PAD, Pendapatan dan belanja mengalami pertumbuhan yang fluktuatif dan SILPA setiap tahun semakin meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan serta kinerja keuangan kota malang masih belum optimal sehingga perlu melakukan pembenahan lebih dalam pengelolaan keuangan daerah Kota Malang.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini meneliti tentang kinerja keuangan koata payakumbuh tahun 2018. Kesamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kinerja keuangan
3. Penelitian yang dilakukan oleh Masita Machmud, George Kawung dan Wensy Rompas (2013) dapat digambarkan bahwa kinerjakeuangan pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Utara masih menunjukkan rata-rata kinerja keuangan daerahyang masih belum stabil atau belum begitu baik. Dimana hasil perhitungan di setiap tahun masih mengalamiangka yang naik turun untuk ketiga rasio yang diukur dalam pengelolaan keuangan daerah.
26
Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini meneliti tentang kinerja keuangan kota payakumbuh tahun 2018. Kesamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kinerja keuangan
C. Kerangka Berfikir
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Badan Keuangan Daerah
Kota Payakumbuh
Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan Dan Belanja
Daerah
Analisis Kinerja Keuangan
Pemerintah Kota
Payakumbuh
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Rasio Efektifitas Dan EfesiensiRasio
Aktivitas
Rasio Efisiensi Belanja Kinerja Keuangan28
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012:12), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Metode ini merupakan penelitiaan ilmiah sistematis, terencana,dan terstruktur terhadap bagian-bagiaan daan fenomenan serta hubungan-hubungannny jelas sejak awal hingga akhir penelitiaan berdasarkan pengumpulan dan informasi yang berupa simbol, angkaatau bilangan ( Hermawan, 2019: 16).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan Pada Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh dengan pengambilan data yang dilakukan pada (Badan Keuangan Daerah) BKD Kota Payakumbuh yang berlokasi di jalan. Veteran, Bunian, Kec Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh pada bulan Maret hingga Juni 2020.
C. Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan sumber data, yaitu sumber data sekunder. Penelitian ini menggunakan datasekunder yaitu:
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh berupa data dokumentasi yaitu laporan anggaran dan realisasi pendapatan dan belanja daerah Pemerintah Kota Payakumbuh Tahun 2018.
D. Teknik pengumpulan data
Adapun Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: Dokumentasi
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pencatatan yang bersumber dari dokumen, dan laporan hasil dari anggaran dan realisasi pendapatan dan belanja Daerah Kota Payakumbuh
29
E. Teknik Analisi Data
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan maka teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yaitu melakukan perhitungan-perhitungan terhadap data keuangan yang diperoleh untuk memecahkan masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun tolok ukur yang akan digunanakan dalam teknik analisis ini adalah :
1. Rasio Keuangan Pemerintah Daerah
Alat rasio keuangan yang digunakan adalah analisis rasio yang dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yaitu:
a. RasioKemandirianKeuanganDaerah(RKKD)
RKKD =
×100%
Sumber : Mahmudi (2016)Setelah peneliti mendapatkan hasil dari rumus rasio di atas maka peneliti akan mengukur sesuai dengan tabel pengukuran berikut :
Tabel 3.1
Kemampuan keuangan, rasio kemandirian
Kemapuan Keuangan Rasio Kemandirian
Rendah sekali 0%-25%
Rendah 25%-50%
Sedang 50%-75%
Tinggi 75%-100%
Sumber : Abdul Halim (2015)
Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi kemandirian pemerintah daerah terhadap pemerintahan pusat atau pemerintah provinsi.(Mahmudi. 2016, hal. 129)
30
b. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah 1) Rasioefektivitas
Rasio efektifitas pendapatan asli daerah dihitung dengan cara membandingkan realisasi PAD dengan target penerimaan PAD (dianggarkan)
Rasio Efektivitas
=
%
Sumber : Mahmudi (2016) Tabel 3.2 Rasio EfektifitasKriteria Efektifitas Presentase Efektifitas Sangat efektif >100% Efektif 100% Cukup efektif 90%-99% Kurang efektif 75%-89% Tidak efektif <75% Sumber : Mahmudi (2016)
Rasio efektifitas PAD menunjukan kemampuan pemerintah daerah dalam memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang ditargetkan. Kemampuan memperoleh PAD dikategorikan efektif apabila rasio ini mencapai minimal 1 atau 100%
31
Rasio efisiensi ini dihitung dengan cara membandingkan biaya yang dikeluarkan pemerintah daerah untuk memperoleh PAD dengan realisasi penerimaan PAD. Biaya pemerolehan adalah pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang, barang atau jasa dianggarkan dalam APBD.
Sumber : Mahmudi (2016)
Tabel 3.3 Rasio Efisiensi
Kriteria Efisiensi PersentaseEfisiensi (0%)
Sangat Efisiens <10% Efisiens 10%-20% Cukup efisiens 21%-30% Kurang Efisiens 31%-40% Tidak Efisiens <40% Sumber : Mahmudi (2016)
Semakin kecil rasio ini semakin baik pencapian Pendapatan asli daerah dapat dikatakan.
c. Rasio Aktifitas
a) Rasio Belanja Langsung Terhadap Total Belanja
Belanja langsung adalah belanja yang terkait langsung dengan kegiatan (aktivitas). Apabila realisasi belanja lebih kecil dari target yang telah dianggarkan berarti dapat dikatakan baik karena Pemerintah Kota Payakumbuh dapat menghemat belanja langsung, sedangkan apabila realisasi belanja langsung lebih besar dari target yang telah dianggarkan berarti tidak dapat dikatakan baik, karena Pemerintah Kota Payakumbuh tidak dapat menghemat belanja langsung,
32
Sumber: Mahmudi (2016)
b) Rasio Belanja Tidak Langsung Terhadap Total Belanja
Belanja tidak langsung merupakan pengeluaran belanja yang tidak terkait dengan pelaksanaan kegiatan secara langsung. Apabila nealiaasi belanja tidak langsung lebih kecil dari target yang telah dianggarkan berarti dapat dikatakan baik karena Pemerintah KotaPayakumbuhdapat menghemat belanja tidak langsung. sedangkan apabila realisasi belanja tidak langsung lebih besar dari target yang telah dianggarkan berarti tidak dapat dikatakan baik, karena pemerintah Kota Payakumbuh tidak dapat menghemat belanja tidak langsung.
Rasio Belanja Tidak Langsung =
Sumber : Mahmudi (2016)
d. Rasio Efisiensi Belanja
Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja. Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan Pemerintah. Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100% sebaliknya jika rasio efisiensinya lebih maka mengidentifikasi telah terjadi pemborosan anggaran, Rasio efisiensi belanja dirumuskan sebagai berikut :
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum instansi
1. Sejarah Singkat Berdirinya Kota Payakumbuh
Kota Payakumbuh terutama pusat kotanya dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda. Sejak keterlibatan Belanda dalam Perang Padri, kawasan ini berkembang menjadi depot atau kawasan gudang penyimpanan dari hasil tanam kopi dan terus berkembang menjadi salah satu daerah administrasi distrik pemerintahan kolonial Hindia-Belanda waktu itu. Menurut tambo setempat, dari salah satu kawasan di dalam kota ini terdapat suatu nagari tertua yaitu nagari Aie Tabik dan pada tahun 1840, Belanda membangun jembatan batu untuk menghubungkan kawasan tersebut dengan pusat kota sekarang.Jembatan itu sekarang dikenal juga dengan nama Jembatan Ratapan Ibu. Payakumbuh sejak zaman sebelum kemerdekaan telah menjadi pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan, dan pendidikan terutama bagi Luhak Limo Puluah. Pada zaman pemerintahan Belanda, Payakumbuh adalah tempat kedudukan asisten residen yang menguasai wilayah Luhak Limo Puluah, dan pada zaman pemerintahan Jepang, Payakumbuh menjadi pusat kedudukan pemerintah Luhak Limo Puluah.
Kota Payakumbuh sebagai pemerintah daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tanggal 19 Maret 1956, yang menetapkan kota ini sebagai kota 58 kecil. Kemudian ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 1970 tanggal 17 Desember 1970 menetapkan kota ini menjadi daerah otonom pemerintah daerah tingkat II Kotamadya Payakumbuh. Selanjutnya wilayah administrasi pemerintahan terdiri atas 3 wilayah kecamatan dengan 73 kelurahan yang berasal dari 7 jorong yang terdapat di 7 kanagarian yang ada waktu itu, dengan pembagian kecamatan Payakumbuh Barat dengan 31
34
Kelurahan, kecamatan Payakumbuh Timur dengan 14 kelurahan dan kecamatan Payakumbuh Utara dengan 28 kelurahan. Sebelum tahun 1970, Payakumbuh adalah bahagian dari Kabupaten Lima Puluh Kota dan sekaligus ibu kota kabupaten tersebut. Pada tahun 2008, sesuai dengan perkembangannya maka dilakukan pemekaran wilayah kecamatan, sehingga kota Payakumbuh memiliki 5 wilayah kecamatan, dengan 8 kanagarian dan 76 wilayah kelurahan. Adapun wilayah kecamatan yang baru tersebut adalah kecamatan Lamposi Tigo Nagari, yang terdiri dari 6 kelurahan dalam kanagarian Lampasi dan Kecamatan Payakumbuh Selatan, yang terdiri dari 9 kelurahan dalam 2 kanagarian yaitu Limbukan dan Aur Kuning. Kecamatan Payakumbuh Barat terdiri dari 22 kelurahan dalam Kanagarian Koto Nan IV. Kecamatan Payakumbuh Timur terdiri dari 14 kelurahan dalam 3 kanagarian, yaitu Aie Tabik, Payobasuang dan Tiakar. Kecamatan Payakumbuh Utara terdiri dari 25 kelurahan dalam Kanagarian Koto Nan Godang.
Kota Payakumbuh terletak di daerah dataran tinggi yang merupakan bagian dari Bukit Barisan. Berada pada hamparan kaki Gunung Sago, bentang alam kota ini memiliki ketinggian yang bervariasi. Topografi daerah kota ini terdiri dari perbukitan dengan rata-rata ketinggian 514 m di atas permukaan laut. Wilayahnya dilalui oleh tiga sungai, yaitu Batang Agam, Batang Lampasi, dan Batang Sinama. Suhu udaranya rata-rata berkisar antara 26 °C dengan kelembapan udara antara 45–50%. Payakumbuh berjarak sekitar 30 km dari Kota Bukittinggi atau 120 km dari Kota Padang dan 188 km dari Kota Pekanbaru. Wilayah administratif kota ini dikelilingi oleh Kabupaten Lima Puluh Kota. Dengan luas wilayah 80,43 km² atau setara dengan 0,19% dari luas wilayah Sumatera Barat, Payakumbuh merupakan kota terluas ketiga di Sumatera Barat. Kota ini pernah menjadi kota terluas pada tahun 1970, sebelum perluasan wilayah administratif Kota Padang dan Kota Sawahlunto. Kota Sawahlunto yang pada tahun 1970 merupakan kota yang paling kecil dengan luas 6,3 km² diperluas menjadi 273,45 km² atau meningkat sebesar 43,4 kali dari sebelumnya, sementara Kota Padang diperluas menjadi 694,96 km² dan
35
sekaligus menjadi kota yang terluas di Sumatera Barat. Perluasan ini menyebabkan Sawahlunto menjadi kota terluas kedua dan Payakumbuh turun menjadi terluas ketiga di Sumatera Barat. Kota ini didominasi oleh etnis Minangkabau, namun terdapat juga etnis Tionghoa, Jawa dan Batak, dengan jumlah angkatan kerja 50.492 orang dan sekitar 3.483 orang diantaranya merupakan pengangguran. Pada tahun 1943 etnis 60 Tionghoa di kota ini pernah mencapai 2.000 jiwa dari 10.000 jiwa total populasi masa itu. Dari segi jumlah penduduk, pada tahun 1970 Payakumbuh berada pada peringkat ketiga sesudah Padang dan Bukittinggi. Akan tetapi perbedaan jumlah penduduk Payakumbuh dengan Bukittinggi relatif kecil yaitu hanya 784 orang. Pada tahun 2009 atau 40 tahun kemudian, jumlah penduduk Payakumbuh meningkat pesat menjadi 106 726 jiwa. Akan tetapi masih tetap berada pada peringkat ketiga sesudah Bukittinggi dengan perbedaan jumlah 894 orang. Walaupun demikian, peningkatan jumlah penduduk ini meningkatkan status Kota Payakumbuh dari kota kecil (jumlah penduduk < 100.000 orang), menjadi kota menengah (jumlahpenduduk>100.000 orang)
B. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Payakumbuh
Analisis untuk mengukur keuangan Pemerintah Kota Payakumbuh menggunakan rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas dan efisiensi, rasio aktivitas, dan rasio efisiensi belanja, Berikut hasil analisis laporan keuangan Pemerintah Kota Payakumbuh tahun 2018 ;
1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Berikut adalah hasil rasio kemandirian keuangan Pemerintah Kota Payakumbuh Tahun anggaran 2018 berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran, Sumber pendapatan dari pihak ekstren dapat dilihat pada tabel dibawah ini
36
Tabel 4.1
Sumber Pendapatan Asli Daerah (Dalam Rupiah)
Keterangan 2018
Pendapatan Pajak Daerah 16.092.707.100,00 Pendapatan Retribusi Daerah 7.284.923.162,00 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
5.948.583,166,00 Lain-lain PAD yang Sah 64.961.228.614,00
Jumlah 94.287.442.042,00
Sumber: data LRA tahun 2018
Tabel 4.2
Bantuan Pemerintah Pusat/Propinsi dan Pinjaman (Dalam Rupiah)
Keterangan 2018
Transfer Pemerintah Pusat –Dana Perimbangan
565.250.189.018,00 Transfer Pemerintah Propinsi 26.568.857.964,00
Jumlah 591.819.046.982,00
Sumber: data LRA tahun 2018
Rumus yang digunakan untuk mengitung rasio kemandirian keuangan daerah adalah:
RKKD =
×100%
37
Rasio Kemandirian =
= 0,1593180255 =15,93%
Dari hasil rasio kemandirian tahun 2018 diatas menyatakan bahwa Pemerintahan Payakumbuh memiliki rasio kemandirian keuangan daerah mencapai 15,93% yang mana sekala interval masih berada pada 0-25% rasio ini masih di kretiria rendah sekali. Karena rasio kemandirian yang rendah Pemerintahan Kota Payakumbuh masih sangat bergantung kepada transfer dari Pemerintah Pusat dan Provinsi dalam menjalankan pemerintahannya.
Kinerja Pemerintah Kota Payakumbuh dalam kinerja kemandirian keuangannya mencapai 15,93% yang kriterianya tergolong rendah sekali, yang menunjukan kemandirian keuangan Pemerintah Kota Payakumbuh masih bergantung kepada dana trasfer pemerintah Pusat/Propinsi untuk menjalankan roda pemerintahannya, Oleh karna itu perlu sekali untuk Pemerintah Kota Payakumbuh untuk memaksimalkan dana PAD terutama di bagian Pajak Daerah, Kemandirian Keuangan Pemerintah Kota Payakumbuh secara keseluruhan dapat dikatakan masih rendah, Daerah belum mampu memaksimalkan PAD untuk membiayai pembangunan daerahnya sendiri, hal ini menggambarkan bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap sumber dana transfer Pemerintah Pusat dan Provinsi.
2. Rasio Efektifitas dan Efisiensi PAD a. Rasio Efektifitas PAD
Berikut adalah hasil dari analisis rasio efisiensi keuangan Kota Payakumbuh Tahun 2018 berdasarkan laporan realisasi anggaran. Rumus yang digunakan untuk mengukur rasio ini:
38 Olah data: Rasio Efektifitas = = 0,9132448886 = 91,32% Tabel 4.3
Perhitungan Rasio Efektifitas PAD (Dalam Rupiah)
Tahun 2018
Realisasi Penerimaan PAD 94.287.442.042,00 Target Penerimaan PAD 103.244.423,500,00 Selisih target dengan realisasi PAD 8.956.981.458,00
Rasio efektifitas PAD 91,32%
Keterangan Cukup efektif
Dari hasil rasio efektifitas tahun 2018 di atas menyatakan bahwa Pemerintah Kota Payakumbuh memiliki rasio efektifitas sebsar 91,32% yang mana sekala interval sudah berada di 90%-99% rasio ini baru dikategorikan cukup efektif hal ini dikarenakan dana realisasi Pendapatan Asli Daerah Rp. 94.287.442.042,00 lebih kecil dari yang dianggarkan yaitu sebesar Rp. 103.244.423.500,00, dengan selisih 8.956.981.458,00.
Berdasarkan analisis diatas menunjukan bahwa analisis kinerja pengelolaan anggaran pendapatan Pemerintah Kota Payakumbuh masih dikatakan cukup efektif, penyebab tidak tercapainya PAD Kota Payakumbuh Tahun 2018 yaitu di sebabkan karena masih banyaknya masyarakat yang belum patuh dalam membayar pajak, sehingga pendapatan dari pajak masih kecil dan belum sesuai dengan target, Kemudian dari Lain-lain PAD yang sah belum tercapai sesuai yang di anggarkan terutama pada pendapatan dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD yang terdiri dari Pendapatan Jasa Layanan, Pendapatan
39
Atas Hasil Kerjasama dengan pihak lainnya, Lain-lain Pendapatan BLUD yang sah, Yang belum mencapai anggaran yang di anggarkan sehingga oendapatan dari pajak dan lain-lain pendaptan yang sah tidak maksimal.
b. Rasio Efesiensi PAD
Berikut adalah hasil dari analisis rasio efisiensi keuangan daerah tahun 2018 berdasarkan laporan realisasi anggaran. Tabel yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah:
Tabel 4.4 Biaya Perolehan PAD
(Dalam Rupiah)
Tahun Keterangan Biaya
2018 Insentif Pemungutan Pajak Daerah 512.336.000,00 Insentif Pemungutan Retribusi
Daerah
277.054.058,00
Jumlah 789.390.058,00
Sumber: data LRA tahun 2018
Tabel 4.5
Pendapatan Asli Daerah (Dalam Rupiah)
Keterangan 2018
Pendapatan Pajak Daerah 16.092.707.100,00 Pendapatan Retribusi Daerah 7.284.923.162,00 Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
5.948.583,166,00
Lain-lain PAD yang Sah 64.961.228.614,00
Jumlah 94.287.442.042,00
40 Olahan data : Rasio Efisiensi = = 0,0083721654 = 00,83%
Jika dilihat pada tahun 2018 rasio efisiensi keuangan daerah Pemerintah Kota Payakumbuh yang mencapai 00,83% termasuk dalam kategori “sangat efisien” karena Perintah Kota Payakumbuh dapat mengehemat biaya untuk pemungutan PAD yang bersumber dari intesifikasi dan ekstensifikasi retribusi daerah, hal ini menandakan efisiensi PAD Kota Payakumbuh sudah sangat efisien karena biaya pemerolehan PAD lebih kecil dari realisasi penerimaan PAD.
3. Rasio Aktivitas
a. Rasio Belanja langsung terhadap total belanja
Berikut ini adalah hasil dari analisis rasio belanja langsung tahun 2018 berdasrkan laporan realisasi anggaran.rumus yang digunakan untuk mengitung rasio ini adalah:
Tabel 4.6
Belanja Langsung Pemerintah Kota Payakumbuh (Dalam Rupiah)
Tahun 2018
Belanja Pegawai 14.515.771.750,00 Belanja Barang dan Jasa 238.572.846.724,00
41
Belanja Modal 149.445.424.991,00
Jumlah 402.534.043.465,00
Sumber: data LRA tahun 2018
Rasio Belanja Langsung =
Olahan data:
Rasio Belanja Langsung = = 0,5618870336
= 56,18%
Pemerintah Kota Payakumbuh jika dilihat dari belanja langsung pada tahun 2018, mencapai target sebesar 56,18% dari total belanja daerah, Kota Payakumbuh menghemat belanja langsung yang berasal dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal sebesar dari yang telah di anggarkan oleh pemerintah Kota Payakumbuh.
Dari hal diatas dapat ditarik kesimpulan untuk rasio belanja langsung kinerja Pemerintah Kota Payakumbuh dapat dikatakan baik, karena melakukan pengendalian biaya dan pengendalian anggaran cukup dapat menghemat belanja langsung, hal ini disebabkan belanja langsung yang terealisasikan lebih kecil dari yang di anggarakan, lalu dilihat dari rata-rata sebesar 56,18%% hal ini menunjukan untuk belanja daerah langsung di pergunakan untuk belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal.
b. Rasio Belanja Tidak Langsung Terhadap Total Belanja
Berikut ini adalah hasil dari analisis rasio belanja tidak langsung tahun 2018 berdasrkan laporan realisasi anggaran.rumus yang digunakan untuk mengitung rasio ini adalah :
42
Tabel 4.7
Belanja Tidak Langsung (Dalam Rupiah)
Tahun 2018
Belanja Pegawai 303.285.170.661,00
Belanja Hibah 4.863.322.426,00
Belanja Bantuan Sosial 4.635.000.000,00 Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota,
Pemerintahan Desa dan Partai Politik
1.079.211.209,00
Jumlah 313.862.704.296,00
Sumber: data LRA tahun 2018
Rasio Belanja Tidak Langsung =
Olahan data:
Rasio Belanja Tidak Langsung = = 0,4381129664
= 43,81%
Rasio belanja idak langsung Pemerintah Kota Payakumbuh pada tahun 2018 mencapai targer sebesar 43,81% dari total belanja daerah, Pemerintah Kota Payakumbuh mengehemat belanja tidak langsung yang bersumber dari belanja pegawai, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, pemerintahan desa dan partai politik.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan untuk rasio belanja tidak langsung kinerja Kota Payakumbuh Tahun 2018 dapat melakukan pengendalian biaya dan pengendalian anggaran dengan baik dengan rasio 43,81% karena pada tahun 2018 Pemerintah Kota Payakumbuh mampu menghemat belanja tidak langsung ini dapat dilihat dari dana yang di anggarkan lebih besar dari pada yang terealisasikan, di sini juga dapat dilihat bahwa belanja daerah lebih banyak