ETIKA PROFESI KEPOLISIAN
TYPE NEGARA
FUNGSI
TUGAS/KEWAJIBAN
WEWENANG
POLRI
INDIVIDU
PIMPINAN
ADM POLRI
MANA-JEMEN
KEPE-MIMPINAN
PENGAM-BILAN
KEPU-TUSAN
INTERNALISASI ETIKA PROFESI POLRI
KEMANDIRIAN & PROFESIONALISME
TINDAKAN ETIS
TEGAKNYA HUKUM TERWUJUDNYA
KAMTIBMAS
TATA TENTERAM KERTA RAHARJA SITUASI LINGKUNGAN, MASY,
ETIKA POLRI
BAB – I HUBUNGAN ETIKA DENGAN PROFESI POLRI
BAB – III KEKHASAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BAB – IV SITUASI DAN KONDISI YANG DIHADAPI POLRI 1. LATAR BELAKANG
2. PENGERTIAN ETIKA
3. PERANAN ETIKA DALAM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
4. UNTUK APA ANGGOTA POLRI MEMPELAJARI ETIKA PROFESI POLRI 5. SISTIMATIKA
1. TUGAS POLRI
2. WEWENANG POLRI
3. POLRI POLISI NASIONAL 4. POLRI POLISI PEJUANG
5. POLRI SIPIL BERUNIFORM DAN BERSENJATA
1. TREND GANGGUAN KAMTIBMAS 2. MASYARAKAT
3. DEMOKRATISASI, HUKUM DAN HAM
4. ERA REFORMASI : POLRI PROFESIONAL DAN MANDIRI 5. KETERBATASAN POLRI
BAB – II NILAI MORAL, NORMA MORAL, TEORI ETIKA DAN ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN, DAN ETOS KERJA
1. NILAI MORAL 2. NORMA MORAL 3. TEORI ETIKA
BAB – V TINDAKAN POLRI DAN ASAS-ASAS PELAKSANAAN TUGAS POLRI
BAB – VII PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1. TINDAKAN POLRI
2. BENTUK-BENTUK TINDAKAN POLRI 3. TINDAKAN YANG BENAR
4. ASAS-ASAS UMUM PELAKSANAAN TUGAS POLRI 5. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENEGAKKAN HUKUM
6. RAMBU-RAMBU / UKURAN TENTANG KEABSAHAN BEBERAPA TINDAKAN POLRI
7. ASAS-ASAS MORAL POLRI
8. ASAS-ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA
9. PRINSIP-PRINSIP UNIVERSAL PEMOLISIAN DEMOKRATIS
1. KEBEBASAN 2. KEWAJIBAN
3. HATI NURANI DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4. TANGGUNG JAWAB
BAB – VI LANDASAN PELAKSANAAN TUGAS POLRI 1. LANDASAN YURIDIS
BAB – VIII ETIKA DAN KODE ETIK PROFESI POLRI 1. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN
2. KRONOLOGIS LAHIRNYA TRIBRATA SAMPAI DENGAN LAHIRNYA KODE ETIK PROFESI POLRI
3. SUMBER KODE ETIK POLRI A. TRIBRATA
B. CATUR PRASETYA 4. TRI BRATA
5. CATUR PRASETYA
6. HUBUNGAN TRI BRATA DENGAN PANCASILA
7. HUBUNGAN TRIBRATA DENGAN CATUR PRASETYA 8. LAMBANG POLRI
9. PEMAKNAAN BARU TRI BRATA
10. PEMAKNAAN BARU CATUR PRASETYA 11. KODE ETIK PROFESI POLRI
12. INSTRUMEN-INSTRUMEN PBB
BAB – I
Proklamasi Kemerdekaan
Dasar Negara (Pancasila)
Psl 1 ayat (2)
Kedaulatan ditangan rakyat (Negara Demokrasi)
Sistim pemerintahan negara
- Indonesia Negara Hukum
(Rechstaat)
- Pemerintahan berdasarkan
sistim konstitusi
Pokok pikiran IV yg terkandung dlm pembukaan : Negara berdasar atas Ketuhanan YME
menurut dasar kemanusiaan yg adil dan beradab
Indonesia Negara Demokrasi berdasarkan hukum.
Indonesia negara hukum materiil
Mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara Budi pekerti kemanusiaan yg luhur dan memegang
teguh cita-cita moral rakyat yg luhur
Polri adalah alat negara yg bertugas : memelihara kamtibmas, penegak hukum
yg menjunjung tinggi hukum,
HAM, transparansi dan
bertanggung jawab
Perilaku Polri berpedoman pada etika profesi
Polri yg dijiwai Pancasila
Tindakan/ sikap perilaku Polri berpedoman kepada etika
profesi Polri : Tri Brata sbg pedoman hidup. Catur
Prasetya sbg pedoman karya. Kode
etik profesi Polri yg Prasetya yg
dijiwai oleh Pancasila
Indonesia Negara yg
merdeka Pelayan, pelindung Polri adalah abdi : dan pengayom rakyat,
masyarakat. Polri bukan alat penguasa
Rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
tgl 19 Agustus 1945
Ada 4 hal yg harus mendapat perhatian a.l. ttg
pimpinan Kepolisian
Supaya diperintahkan dgn petunjuk2 sikap baru terhadap rakyat
Harus ada peruba-han sikap polisi sejalan dgn tuntutan negara
Penelitian Prof. Djoko Soetono SH tentang perkembangan fungsi
Kepolisian sejalan dg perkembangan type Negara di beberapa
Negara
TRI BRATA 3 jalan menuju Polisi
yang ideal
1 Juli 1955
Tri Brata sbg Pedoman hidup
Panji-panji Polri Rastra sewakotama
Polri adalah abdi utama negara
dan bangsa : pelayan, pelindung dan
pengayom masyarakat
Polri yg dipercaya
dan dicintai
UUD 1945
UUD RIS
UUD Sementara 1950
UUD / setelah amandemen
Psl 31 (1) sistim pendidikan yg meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dlm rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa
Semua UUD menyatakan Indonesia sebagai Negara
Demokratis,
Era Reformasi 1998 – skrng
Kebangkitan Demokrasi
UU No. 28 thn 1999 ttg
Penyelengara Negara yg bersih dan bebas dari KKN diletakkan
asas-asas umum penyelenggaraan negara, asas tertib penyelenggara
negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsional, asas profesionalitas
dan asas akuntabilitas.
semakin dituntut polisi yg profeional dan mandiri
Polisi yg profesional dan mandiri
Reformasi Polri
Struktural Instrumental Kultural
Polri berdiri sendiri dibawah Presiden
Perubahan UU Polri. UU No. 2/2002
ttg Polri
Memperbaiki tingkah laku
Polri
Bab V
Pembinaan Profesi
Psl 31 Pejabat Polri harus mempunyai kemampuan
Profesi
Psl 32(1) Pembinaan kemampuan melalui
pembinaan etika profesi dan pengembangan pengetahuan teknis
Intake/ seleksi personil, Lemdik dan kepemimpinan
atasan / komandan Tingkah laku / sikap
Polri yg profesional dan mandiri
TAP MPR No VI Th. 2000 TAP MPR No VII Th 2000 TAP MPR No VI Th 2001
PENGERTIAN ETIKA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (yang baru) :
Menurut K. Bertens :
Menurut Jenderal Kunarto
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Ahlak) 2. Kumpulan azas / nilai yang berkenaan dengan ahlak
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat
1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya (Sistem nilai)
2. Kumpulan azas atau nilai moral (kode etik)
3. Ilmu tentang apa yang baik atau buruk sebagai hasil penelitian sistimatis & metodis (flsafat moral)
1. Etika adalah ilmu dan pengetahuan tentang perilaku manusia yang terkait dengan norma, nilai-nilai atau
ukuran,buruk baiknya yang berlaku pada masyarakatnya
2. Etika kepolisian : Norma tentang perilaku Polisi untuk dijadikan pedoman dalam mewujudkan pelaksanaan
tugas yang baik bagi penegakan hukum, ketertiban umum dan keamanan masyarakat.
3. Etika Polri adalah perilaku etis setiap anggota Polri dalam semua bentuk penugasan agar semua tugas dapat
dilaksanakan secara baik sehingga terwujud kondisi keamanan serta ketertiban dengan derajat tinggi di lingkungan masyarakat Indonesia.
PENGERTIAN ETIKA YANG DIGUNAKAN DALAM NASKAH INI
1. Nilai dan norma moral yg
dijadikan pedoman
mengatur tingkah laku
Etis anggota Polri dalam
semua bentuk penugasan
2. Sbg. Etika yg diterapkan
di lingkungan Polri
merupakan cabang dari
ilmu etika atau filsafat
moral yg diterapkan
dilingkungan Polri.
SEMUA
TUGAS-TUGAS YG
MENJADI
KEWAJIBANNYA
DAPAT
FUNGSI, TUGAS DAN TUJUAN POLRI
1. Fungsi Polri (Pasal 2 UU No. 2/2002)
2. Tugas Polri (Pasal 13 UU No. 2/2002)
3. Tujuan Polri (Pasal 4 UU No. 2/2002)
Salah Satu fungsi pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan penertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. b. Menegakkan hukum.
c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Menurut Frans Magnis Suseno dalam bukunya Etika Dasar Masalah-masalah pokok Filsafat Moral hal 13 dan 14 menyatakan bahwa Etika merupakan sarana orientasi bagi usaha manusia menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental bagaimana saya harus hidup dan bertindak? Sebenarnya banyak pihak yang menjawab pertanyaan itu bagi kita orang tua, guru, adat istiadat dan tradisi, teman,
lingkungan soaial, agama, Negara, pelbagai ideology. Tetapi apakah benar yang mereka katakan? Dan bagaimana kalau mereka masing-masing memberikan nasehat yang berlainan? Lalu siapa yang harus diikuti? Dalam situasi ini etika mau membantu kita untuk mencari orientasi. Tujuannya agar kita tidak hidup dengan cara ikut-ikutan saja terhadap berbagai pihak yang mau menetapkan bagaimana kita
harus hidup, melainkan agar kita dapat mengerti sendiri mengapa kita harus bersikap begini atau begitu. Etika mau membantu, agar kita lebih mampu untuk mempertanggungjawabkan kehidupan kita.
Selanjutnya Frans Magnis Suseno pada halaman 14 membedakan etika dengan ajaran moral Dengan ajaran moral dimaksudkan ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan, entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi orang baik. Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral,
melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran.Jadi etika dan ajaran-ajaran moral tidak berada pada tingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana kita harus hidup, bukan etika melainkan ajaran moral . Etika mau mengerti mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertanggungnjawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.
Prof. DR Awaloedin Djamin, MPA (Jenderal Polisi Pur) dalam bukunya Agenda Reformasi Polri Pasca Sidang Istimewa MPR Tahun 2001 Hal 161 menyatakan Masalah pokok dalam penegakkan hukum dan etika dalam proses Good Governance dewasa ini adalah disamping merosotnya kesadaran dan ketaatan hukum masyarakat (law abiding citizen) dan masih lemahnya kemampuan teknis professional aparat penegak hukum , adalah etika para pejabat penegak hukum. Tampa etika, wewenang yang dimiliki akan mudah disalahgunakan.. Selanjutnya pada hal 162 beliau menyatakan Keadaan, masalah serta usaha pembangunan penegakkan hokum dan etika adalah bagian integral dari seluruh usaha membangun
good governance, merobah perilaku sebagai penguasa menjadi pelayan masyarakat.
Keberhasilan Lakgas Polri utk wujudkan
tujuan Polri
SDM (SUBYEK)
Sumber Daya lain sbg pendukung
Anggaran
Tersedianya Sarana dan
Prasarana moral (Etika profesi Polri)
Perilaku Polri yg etis (pro-fesional dlm pelaksanaan
Penguasaan keahlian dan penghayatan norma-norma nilai-nilai etika Polri sama-sama menentukan sejauh mana kadar
profesionalisme anggota Polri yang bersangkutan. Namun demikian dlm hal ini harus digaris bawahi bahwa etika profesi adalah landasan /dasar untuk menanam dan menumbuh kembangkan profesionalisme Polri yang semakin menjadi tuntutan
UNTUK APA ANGGOTA POLRI MEMPELAJARI ETIKA PROFESI POLRI?
1. Meningkatkan pemahaman dan penghayatan bahwa Etika Polri adalah dasar untuk menanam
dan menumbuh kembangkan profesionalisme Polri yang semakin menjadi tuntutan masyarakat.
2. Membantu meningkatkan kesadaran moral dan menjadi siap untuk mengambil keputusan etis
yang tepat dan berbobot dalam pengabdiannya selaku anggota Polri.
3. Menjaga martabat Polri dan menjaga kepercayaan masyarakat (pemuliaan profesi Polri) 4. Meningkatkan pemahaman dan penghayatan etika profesi sebagai pedoman moral yang
berfungsi sebagai pengawas dan pengendali tingkah laku sebagai anggota Polri dalam pengabdiannya kepada negara dan bangsa Indonesia.
5. Bagi Perwira Polri dituntut untuk memahami dan menghayati etika profesi Polri secara
mendalam karena :
a. Perwira harus memegang teguh kesetiaan dan ketaatan. Perwira adalah pemimpin yang menjadi suri
tauladan dari bawahannya.
b. Keputusan-keputusan dari Perwira selaku pemimpin mempunyai dampak yang luas dan mendalam,
menyangkut kehormatan dan martabat serta kebanggaan kesatuan yang dipimpinnya.
c. Sebagai Perwira dituntut keberanian untuk bertanggung jawab atas semua tindakannya termasuk tanggung
BAB – II
NILAI MORAL, NORMA MORAL, TEORI ETIKA
DAN ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN
DAN ETOS KERJA
1. Nilai Moral
2. Norma Moral
3. Teori Etika
ETIKA
Nilai
&
Norma
moral
Menjadi
pegangan
bagi
seseorang /
kelompok
Dalam
mengatur
tingkah
lakunya
Tindakan
etis
Berkaitan dengan apa yang baik dan
buruk, yang boleh dan yang dilarang,
Nilai
relatif
intrinsik
ekonomi
estetika
moral
Nilai
harga
martabat
Ciri-ciri
Berkaitan dgn tanggung jawab
Berkaitan dengan hati nurani
Mewajibkan
kewajiban moral
tdk datang dari luar tetapi
berakar dlm kemanusiaan itu
Norma
sebagai tolok
yang dipakai
ukur untuk
menilai sesuatu
Norma agama
Norma kesopanan
Norma hukum
Norma moral menentukan
apakah perilaku kita baik
atau buruk dari sudut moral
Sanksi : pelanggaran norma moral adalah keluar dari hati nurani berupa penyesalan
Generalisasi the golden rule of ethics hendaklah memperlakukan orang lain sebagaimana anda sendiri
ingin diperlakukan
Norma moral, norma yang tertinggi yang tidak bisa ditaklukkan pada norma lain, sebaliknya norma moral
menilai norma lain
Jika ada UU yang dianggap tidak etis, UU itu harus dihapus atau diubah. Apa
arti UU kalau tidak disertai moralitas
Sebaliknya moral membutuhkan hukum, moral akan mengawang-awang saja, kalau tdk diungkap-kan
pada suatu kebudayaan
Adat / kebiasaan
Nilai-nilai dan norma
moral bisa berubah
Apa yang dinilai baik
hari ini, besok bisa
dinilai buruk
Sofistic – sofi
Kodrat
Nilai dan norma moral
tidak bisa dirubah
Ada nilai-nilai dan norma
moral yang tetap dan tidak
terubahkan
Teologis
(Terarah pada tujuan)
Deontologis
Vdeon = Kewajiban
I. Kant
W.D. Ross
Hedonisme Eudonisme Utilitarisme
Aristoteles (341-270 SM)
Aristippos (433-355 SM)
Epikuros
(341-270 SM) Klasik Aturan
Jeremy Bentham (1748-1832)
John Stuart Mill (1806-1873)
Stephan Toulmin
Richard B. Brandt
Kewajiban
Pedoman Bertindak
Tujuan
Pola hidup sederhana
• Jalankan fungsi khas sebagai manusia
yg baik/ akal budi atau ratio sebagai suatu sikap tetap. Berarti kegiatan2 rasionalnya harus dijalankan dengan disertai keutamaan intelektual dan keutamaan moral. Keutamaan intelektual akan menyempurnakan langsung rasio, dengan keutamaan moral, rasio akan menjalankan pilihan-pilihan yang perlu diadakan dalam hidup sehari-hari (profesional).
• Kegunaannya untuk masyarakat
Tugas yang menjadi kewajiban dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
Kesenangan
- Ada keseimbangan antara
kesenangan badaniah dan rohaniah.
- Tidak saja aktual saja tetapi juga
kesenangan masa depan.
- Ataraxia : ketenangan batin
Kebahagiaan
Bernilai guna / bermanfaat untuk kebahagiaan orang banyak
- The greatest happines of the
greatest number (Benthorn)
- Everybody to count for one, no body
to count for more than one (John Stuart Rill)
- Perbuatan baik secara moral bila
sesuai dgn sistim aturan moral yg paling berguna bg suatu masyarakat
Kalau ada beberapa kewajiban yang tidak dapat dilaksanakan sekaligus dipilih kewajiban yang terpenting
Etika Profesi Polri
Apa yg seharusnyasaya perbuat sbg anggota Polri
Etika Keutamaan
Angg. Polri
What kind of person should I be? Menjadi macam anggota Polri apa seharusnya saya
Ethos Polri sbg Kesatuan
Menjadi / profesi bagaimana seharusnya Polri
TB, CP, KEP
Dijadikan penyaring untuk ambil tindakan
oleh anggota Polri didalam menghadapi
permasalahan di lapangan
TB, CP, KEP
Dijadikan sifat keutamaan yg merupakan kecenderungan tetap
sikapnya oleh angg. Polri
TB, CP, KEP
Menjadi sifat baik yang merupakan karakteristik
/ identitas / ciri khas Polri sbg kesatuan /
Profesi
Etika profesi Polri merupakan
landasan yg kokoh mem-bangun Polri yg profesional dan
BAB – III
KEKHASAN KEPOLISIAN RI
1. Tugas Polri
2. Wewenang Polri
3. Polri Polisi Nasional
4. Polri Polisi Pejuang
TUGAS POLRI
1. Berat dengan resiko Tinggi
2. Terhormat dan Mulia :
3. Membanggakan
a. Trend Kriminilitas yang meningkat dan tidak mengenal batas-batas negara. b. Ujung tombak penegakan hukum
c. Menyidik tersangka anggota Polri
d. Menyidik tersangka anggota TNI – tersangka pelaku tindak pidana umum (tergantung dari Undang-undang
yang baru yang akan menggantikan UU No. 31 tahun 1997 tentang Peradilan militer)
e. Resiko dengan mempertaruhkan nyawa “satu kaki di kuburan satu kaki di penjara”.
a. Tugas yang berat dengan resiko tinggi tersebut dipercayakan negara dan bangsa kepada Polri b. Tugas Polri pada hakekatnya tugas kemanusiaan yang melindungi HAM.
c. Tugas Polri adalah tugas yang profesional yang membutuhkan keahlian dan memiliki kode etik profesi.
a. Untuk menjadi anggota Polri yang mengemban tugas berat serta mulia itu harus lulus dari seleksi dan
menyelesaikan pendidikan pembentukan, kejuruan, keahlian.
b. Tugas Polri adalah tugas yang strategis karena penegakan tata/aturan dan memelihara ketentraman adalah
syarat utama untuk mencapai dan menjamin terselenggaranya kesibukan kerja dalam pembangunan, mewujudkan masyarakat yang raharja, masyarakat yang sejahtera adil dan makmur
c. Kalau tugas yang berat dengan resiko yang tinggi tapi merupakan tugas yang terhormat dan mulia tersebut
dapat dilaksanakan secara profesional akan merupakan kebanggaan karena pengabdiannya merupakan kontribusi mencapai masyarakat tata tenteram karta raharja.
WEWENANG POLRI
Dari aspek pro yustisia kewenangan Polri & tata cara pelaksanaannya bersumber dari hukum bukan dari sumber kekuasaan dan pelaksanaannya dipertanggungjawabkan pula kepada hukum, kewenangan Proyustisia bersifat fungsional terlepas dari hierarkhi birokrasi intern Polri maupun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara. Dengan demikian diberi otonomi kewenangan penegakan hukum, bebas dari intervensi atasan maupun intervensi dari luar Instansi.
Wewenang Polri UU No. 2/2002
Psl. 15
Ayat 1 : Kewenangan secara umum
Ayat 2 : Sesuai UU Perundang-undangan lainnya
Psl. 16 Ayat (1)
Dibidang proses pidana antara lain penangkapan, penahanan, penggeledahan,
penyitaan, pemeriksaan, penghentian penyidikan, mengadakan tindakan lain
menurut hukum yg bertanggung jawab
Psl. 18
Diskresi Kepolisian : Bertindak menurut penilaiannya sendiri untuk
kepentingan umum
Kewenangan yg sangat luas dan diberi wewenang pe-langgaran HAM secara sah
Kewenangan yg mengandung potensi yg besar utk disalahgunakan.
Dlm setiap tindakan Polri harus memegang teguh azas keabsahan (ada dasar
hukumnya), kebutuhan (hrs sangat diperlukan), dan keseimbangan (kekuasaan
atau wewenang yg digunakan harus seimbang
dgn beratnya pelanggaran dan tujuan penegakan hukum yg akan dicapai)
NIlai Moral Anggota Polri:
Menjunjung tinggi hukum, kebenaran, keadilan, kejujuran dan
HAM
Menjaga kerahasaiaan
Mampu mengendalikan diri
POLRI POLISI NASIONAL
Penetapan Pemerintah No. 11 s/d 1946
Sejak 1 Juli 1946 Jawatan Kepolisian Negara Keluar dari Departemen Dalam Negeri dan menjadi Jawatan tersendiri langsung di bawah Presiden, 1 Juli diperingati sebagai hari Bhayangkara.
Nilai-nilai moral yang seharusnya dimiliki Polri antara lain : Kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kecintaan terhadap konstitusi.
Rasa senasib dan sepenanggungan dengan semua anggota Polri di seluruh Indonesia Kesediaan untuk berkoordinasi
POLRI POLISI PEJUANG
Semenjak lahirnya Polri adalah POLISI Pejuang bersama-sama angkatan perang dan rakyat pejuang. Hal ini tampak pada peranan Polri dalam merebut kekuasaan dari tangan Jepang, Peranan Polri dalam menghadapi sekutu dan Belanda, peranan Polri dalam menanggulangi agresi militer I dan II. Pada permulaan kemerdekaan pasukan bersenjata yang paling solid dan teratur adalah Pasukan Polisi.
Dengan menggunakan Polri sebagai modal kekuatan, disana sini Rakyat berhasil merampas senjata dari Jepang. Polri menyatakan diri sebagai combatan.
Nilai-nilai yang diwariskan :
1. Kecintaan kepada Bangsa dan Negara. 2. Percaya pada kemampuan diri.
3. Tidak kenal menyerah / militansi yang tinggi tapi bukan militerisme. 4. Rela berkorban.
POLRI ADALAH POLISI PEJUANG
Pada periode masa tahun 1945 – 1950 dalam pengabdian Polri terhadap Negara dan Bangsa. Polri adalah Polisi Pejuang tampak pada peranan Polri dalam merebut kekuasaan di Jepang, peranan Polri dalam menghadapi sekutu dan Belanda, peranan Polri dalam menanggulangi operasi militer I & II. Pada permulaan Kemerdekaan, pasukan bersenjata yang paling solid dan teratur adalah Polisi. Dengan menggunakan Polri sebagai modal kekuatan, disana sini rakyat berhasil merampas senjata api dari Jepang baik dengan jalan damai maupun dengan jalan kekerasan.
Selanjutnya fakta-fakta menyatakan bahwa Polri ikut serta secara aktif dalam merebut kekuasaan dari Tentara Jepang bahkan dibeberapa daerah mereka itu merupakan pelopor-pelopor utama yang militan baik didalam tindakan penurunan bendera Jepang menggantikan dengan Sang Merah Putih maupun dalam mengambil alih kekuasaan dari Tentara Jepang.
Polri bersama-sama dengan TNI dan Badan-badan Perjuangan lainnya dengan persenjataan yang dapat direbut dari Jepang menyambut kedatangan tentara sekutu yang membawa NICA dengan pertempuran-pertempuran sengit yang terjadi diberbagai tempat diseluruh Indonesia yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak.
Misalnya di Surabaya, untuk menggempur Surabaya tentara Inggris mengerahkan seluruh kekuatannya baik di darat, dilaut maupun di udara.
Dalam penggempuran tersebut salah satu tempat yang menjadi sasaran musuh adalah Markas Besar Polisi Istimewa Surabaya. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Nopember 1945.
Kesatuan-kesatuan Polisi Istimewa Karesidenan Surabaya beserta anggota-anggota Kepolisian yang bertugas di seksi-seksi Polisi diseluruh Kota Surabaya bersama-sama dengan pasukan-pasukan perjuangan lainnya melakukan perlawanan yang gigih terhadap pasukan tentara Sekutu. Tanggal 10 Nopember inilah dijadikan Hari Pahlawan, memang Polisi senantiasa menjadi penjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat walaupun dalam keadaan perang sejarah menunjukan bahwa Polisi kita adalah Polisi yang dituntut pengabdiannya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan kita, kedaulatan negara dengan demikian Polisi kita adalah Polisi yang combatan.
POLRI CIVIL : BERUNIFORM DAN BERSENJATA
TUGAS POLRI YG BERAT DGN RESIKO YG TINGGI
POLRI ADALAH SIPIL YG MENGGUNAKAN UNFORM DAN BERSENJATA TETAPI BUKAN ANGKATAN PERANG / MILITER
POLRI HARUS TUNDUK PADA HUKUM
MAHIR MENGGUNAKAN HUKUM SBG SENJATANYA
DIIKAT OLEH DISIPLIN DGN HIERARKHI YG JELAS DAN
KETAT
SERAGAM POLRI
Mencerminkan Hirarkhi Kemampuan / keahlian
Keabsahan wewenang dan tanggung jawab
(Ta/Ba Polri tanda pangkatnya dipundak sama dgn Pa
menunjukkan semua anggota Polri mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri)
Tanggung jawab dikaitkan dengan jabatan yang
dipangkunya
Bintang tiga mengartikan Tri Brata sbg sumber kode
etik profesi Polri. Bintang bersudut lima berarti Tri Brata dijiwai Pancasila.
Perisai – Pelindung
Obor – memberi penerangan Tiang – Pilar negara
Tangkai Padi – kesejahteraan masyarakat Jumlah tangkai Padi dan Kapas menunjukkan
diangkatnya Kepala Kepolisian Negara tanggal 29 September 1945
Rastra Sewa Kottama – menunjukkan Brata pertama
dari Tri Brata / Polri sbg abdi utama daripada Nusa dan Bangsa.
Menunjukkan Induk kesatuan dari anggota yang
bersangkutan
Menunjukkan identitas Pribadi dari anggota
Tanda kehormatan yang diberikan negara atas
pengabdiannya pada Negara dan Bangsa
TANDA
• DENGAN BERSERAGAM
SETIAP ANGGOTA DIDORONG
BERPENAMPILAN KOREK DAN
BERTINGKAH LAKU ETIS
• DGN SERAGAM TANPA
BICARA PENAMPILAN ANGGOTA PLRI DITENGAH
MASYARAKAT TELAH MEMANCARKAN
WIBAWA PETUGAS YG MEMBERIKAN DAMPAK PSICHOLOGIS KEPADA ANGGOTA
MASYARAKAT SEKITARNYA
• DENGAN SERAGAM MASYARAKAT CEPAT MENGETAHUI
KEBERADAAN ANGGOTA POLRI
PENGGUNAAN SENJATA API
Penggunaan senjata api harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada antara lain :
1. Polri hanya boleh menggunakan kekuatan jika sungguh-sungguh diperlukan dan hanya sebatas yang dituntut untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
2. Pemakaian Senpi dianggap sebagai tindakan ekstrim, tidak boleh digunakan kecuali ketika tersangka melakukan perlawanan bersenjata atau membahayakan kehidupan orang lain.
3. Dalam pelaksanaan tugas sejauh mungkin dipilih cara yang tidak dapat menyakiti baru dipilih penggunaan kekerasan dan senjata api apabila cara lain tidak mungkin berhasil dengan baik.
Karena itu bagi pemegang senjata api diberikan perhatian khusus kepada : 1. Isu-isu etika, penegakan hukum dan HAM.
2. Kemungkinan Penggunaan kekerasan dan Senpi termasuk penyelesaian sengketa secara
damai, bagaimana memahami prilaku masa, dan metoda-metoda pembujukan (persuation),
UNTUK ITU SEORANG PETUGAS POLRI HARUS :
1. Lulus tes psikologi.
2. Menguasai ketentuan-ketentuan hukum / peraturan yang berlaku yang berkaitan dengan senjata api termasuk pula kumpulan standard, panduan dan instrumen internasional dari PBB antara lain :
a. Pedoman tindak tanduk untuk para penegak hukum (code of conduct for law enforcement officials).
b. Prinsip-prinsip dasar penggunaan senjata api oleh petugas penegak hukum (basic principals for the use of force and fire arm by law enforcements officials).
3. Memiliki kemampuan pengendalian diri.
4. Menghormati dan menjunjung tinggi HAM.
BAB IV
SITUASI DAN KONDISI YANG DIHADAPI
POLRI
1.
TREND GANGGUAN KAMTIBMAS
2.MASYARAKAT
3.
DEMOKRATISASI, HUKUM dan HAM
TREND GANGGUAN KAMTIBMAS
3. Pelaku :
a. Melibatkan sindikat Internasional
b. Mulai dari masyarakat awam sd pejabat tinggi negara dan penguasa
c. Melibatkan oknum TNI/Polri, dan oknum-oknum Instansi Pemerintah termasuk Instansi Depag, P & K dan aparat penegak Gakkum
d. Melibatkan Institusi yang Independent yang anggota-anggota dipilih dan diyakini memiliki reputasi yang tidak diragukan lagi.
a. Apakah indikator ini dapat dianggap bahwa sekarang ini tidak hanya masih dalam krisis ekonomi saja tetapi juga mengalami krisis moral ?
b. Bagi anggota Polri :
1) Belum selesai satu masalah sudah timbul masalah lain yang semuanya menuntut agar diselesaikan secepatnya sesuai tuntutan masyarakat. Semuanya itu menuntut anggota Polri pada umumnya harus bekerja keras
melebihi dari ukuran-ukuran yang normal sehingga dapat mempengaruhi secara negatif terhadap kejiwaan
anggota yang bertugas. Untuk itu anggota Polri dituntut memiliki semangat tinggi / pantang menyerah,dan senantiasa berupaya optimal menambah dan mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya. 2) Ini adalah tantangan sebagai konsekwensi
memilih Polri sebagai medan pengabdiannya dan utamanya tantangan bagi anggota Polri yang dipercaya sebagai pimpinan kesatuan dari tingkat yang paling rendah sampai dengan Kapolri.
4. Keterangan : 1. FKK antara lain :
a. Kemajuan tekhnologi b. Kemajuan perdagangan c. Kemajuan travelling
d. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
e. Kesenjangan antara yang punya dan tidak punya
f. Lapangan kerja yang terbatas / pengangguran yang tinggi
2. AF meningkat secara kwalitatif maupun kuantitatif antara lain :
a. Skala Internasional
- Penyelundupan narkoba - Terorisme
- Uang palsu - Money loundring
- Kejahatan dengan menggunakan komputer - Hak cipta
- Trans national crime b. Skala Nasional
- Gangguan keamanan - Kekerasan massal
- Korupsi (tertinggi di dunia) - Terorisme
- Premanisme
- Kejahatan dengan kekerasan - Kejahatan perbankan
- Narkotika - Uang palsu - Kemaksiatan - Penyelundupan
MASYARAKAT
1. Harapan masyarakat :
a. Polri mampu melaksanakan fungsi, tugas dan kewajibannya dengan baik, yakni menegakkan hukum, memelihara kamtibmas, melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat sehingga masyarakat senantiasa merasa aman, tentram dan damai.
b. Tuntutan-tuntutan masyarakat tersebut menuntut agar perlindungan, pelayanan dan pengayoman masyarakat dengan segera, disini dan sekarang juga sering tanpa memperhatikan kondisi riel yang ada pada Polri.
2. Kritik masyarakat terhadap Polri
Kritik masyarakat terhadap Polri sering terlalu tajam dan pahit. Dalam hal ini Polri harus berpikir positif terhadap kritik-kritik masyarakat tersebut :
3 Kesadaran hukum masyarakat masih kurang
4. Partisipasi masyarakat
a. Tanggung jawab menegakkan hukum dan kamtibmas adalah tugas bersama (Polri dan masyarakat). b. Karena itu partisipasi masyarakat mutlak dibutuhkan dalam membina kamtibmas.
c. Karena itu keberhasilan pelaksanaan tugas Polri sangat tergantung dari sejauh mana keberhasilan Polri dalam membina kemitraan dengan masyarakat (community policing).
a. Kritik masyarakat adalah wajar sebagai kontrol masyarakat dalam negara demokrasi. b. Harus dianggap kepedulian masyarakat untuk memperbaiki Polisinya.
c. Kalau kritik tersebut mengandung kebenaran harus ditindak lanjuti dengan mengadakan pembenahan.
CIRI-CIRI NEGARA DEMOKRATIS
Adanya pembagian kekuasaan pemerintahan
dipilih secara demokratis
Rule of Law
Memelihara agar pelaksanaan pemilihan aman
dan lancar
Penghormatan HAM
Menegakkan
hukum Hakekat tugas Polri adalah menegakkan HAM/melindungi
HAM
Polri adalah Pilar Demokrasi
Polri yang kuat Mandiri & Profesional
Polri secara kelembagaan pisah dengan
Dep.Hankam/Mabes ABRI berdiri sendiri langsung
dibawah Presiden RI
UU No. 2 / 2002 Anggaran & Dukungan Polri
meningkat
Kadar Demokrasi Indonesia
Reformasi supermasi hukum demokratisasi & HAM
DEMOKRASI INDONESIA ?
Negara demokrasi liberal
Negara Otoriter Polisi sebagai alat penguasa
CIRI-CIRI NEGARA HUKUM yang efektif
UUD tindakannya harus
berdasarkan hukum positif dan menjunjung tinggi
HAM
Sebagai penegak hukum Polri
menindak
pelanggaran-pelanggaran hukum yang terjadi
DILEMA YANG DIHADAPI POLRI
Banyak hukum dari Warisan Kolonial
Ada hukum yang tidak sesuai dengan
rasa keadilan masyarakat
Ada Undang-Undang yang belum sinkron dengan peraturan
perundang-undangan yang
lainnya.
Polri memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam Memahami betul situasi dilapangan
HAK AZASI MANUSIA (HAM)
1. HAM adalah salah satu Hak yang melekat secara kodrati pada manusia yang apabila hak itu tidak ada, tidak akan bisa hidup sebagai manusia.
2. Nilai-nilai HAM kita dapatkan pada :
a. Pembukaan UUD 1945, dengan Pancasilanya.
b. Undang-Undang No. 8 / 1981 tentang Hukum Acara Pidana. c. Undang-Undang No. 39 / 1999 tentang HAM.
d. Undang-Undang No. 26 / 2000 tentang Peradilan HAM.
e. Undang-Undang No. 5 / 1998 tentang Pengesahan Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia.
f. Undang-Undang No. 2 / 2002 tentang Polri.
g. Tri Brata yang lahir juga karena pertimbangan HAM. h. Kode etik Polri.
3. Kenyataan-kenyataan dilapangan tingkah laku anggota Polri masih banyak yang belum sesuai dengan HAM sehingga menjadi fokus sorotan dari masyarakat.
4. Agar Polri mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan menjadi pilar demokrasi yang kokoh, maka Polri senantiasa menjunjung tinggi HAM dalam pelaksanaan tugasnya yang tercermin dari perbuatan yang
senantiasa etis menjunjung dan menghormati HAM.
6. Masalah-masalah yang dihadapi Polri dilapangan.
a. Masyarakat sering menuntut HAM untuk ditegakan tetapi mereka sendiri melakukan tindakan-tindakan yang melanggar HAM orang lain. Masyarakat banyak yang belum menyadari bahwa
disamping mereka memiliki HAM, mereka juga memiliki kewajiban azasi manusia. Kebebasan azasi seseorang dibatasi oleh hak azasi orang lain. Dilapangan banyak dijumpai tindakan-tindakan
masyarakat yang menghakimi sendiri dan melawan serta menentang petugas.
b. Sebagai akibat tuntutan yang tinggi masyarakat terhadap HAM, masyarakat menyoroti setiap tindak tanduk Polri, sehingga seolah-olah tindakan Polri semua salah, tindakan Polri tidak ada yang benar. Hal ini menimbulkan dampak ada kecenderungan dari anggota Polri ragu dalam melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini perlu dihayati semua anggota Polri bahwa tidak perlu ragu-ragu bertindak melaksanakan tugas sepanjang dalam penggunaan kekuasaan atau wewenang Polri senantiasa memegang azas legality, necesity, proporsionality serta etis.
Ciri-Ciri Pekerjaan Profesional
1. Menurut Buku Hukum Biru Jalan menuju kode jabatan Polisi.
3. Donald C. Whitlam.
a. Nama jabatan yang terlindung b. Pendidikan kejuruan sendiri c. Perkumpulan jabatan sendiri
d. Mempunyai kode jabatan/ kode etik
a. Ketrampilan yang didasarkan atas pengetahuan teoritis b. Memperoleh pendidikan yang tinggi dan latihan
c. Adanya organisasi profesi dan adanya kode etik profesi d. Adanya nilai khusus diabadikan pada kemanusiaan
e. Hidup dari profesinya dan secara terus menerus berusaha meningkatkan keahlian dan ilmunya sendiri
a. Menggunakan teori ilmu pengetahuan untuk pekerjaan b. Keahlian
c. Pelayanan terbaik bagi pelanggannya
d. Memiliki otonomi dan cara mengatur perilaku anggota profesi e. Adanya organisasi Asosiasi profesi
f. Memiliki kode etik
g. Memiliki kebanggaan terhadap profesinya, bertanggung jawab penuh atas monopoli keahlian profesi
MEMENUHI KRITERIA :
1. Polri adalah nama jabatan yang terlindung :
2. Polri memiliki pendidikan kejuruan, adapula pendidikan keahlian seperti PTIK serta
ada juga pendidikan-pendidikan seperti : Selapa, Sespim Polri, Sespati Polri
3. Ada organisasi Asosiasi Profesi seperti : ISIK
4. Mempunyai kode etik profesi Polri
Jadi ciri-ciri yang dimiliki Polri telah memiliki ciri-ciri profesional seperti pada buku biru
- Orang hanya dapat mengatakan, bahwa ia adalah bhayangkara Polisi, Bintara Polisi, Perwira Polisi, jika memiliki ijazah Tamtama, Seba Polri, Secapa atau Akademi Polisi atau Pendidikan Perwira Sumber Sarjana (PPSS)
Agar memenuhi ciri-ciri profesional menurut Ledge Exley serta Donald C Whitlam perlu harus betul-betul dapat diwujudkan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat yang membutuhkan, ketaatan akan kode etik, meningkatkan Kebanggan profesi, bertanggung jawab penuh atas keahlian profesi, senantiasa secara terus menerus
POLRI MANDIRI
KEMANDIRIAN
Kemandirian struktural : telah tercapai dgn mandirinya Polri terpisah dari Mabes TNI dan Dep. Han dan langsung berada
di bawah Presiden
Kemandirian moral anggota Polri (???)
Untuk mandiri sebagai Penyidik
Untuk mandiri dalam mengambil tindakan Diskresi
Untuk mandiri untuk bersifat netral
Untuk mandiri berani menolak perintah atasan yg bertentangan dgn hukum
Untuk mandiri dalam mengambil langkah-langkah yg benar dan adil tanpa pengaruh harta, kedudukan, jabatan dan wanita
Kemandirian adalah kebanggan yg harus diiringi dgn tanggung jawab yg lebih besar dari kemandirian harus dapat diwujudkan secara konkrit di lapangan dlm wujud kinerja Polri yg lebih baik sehingga masyarakat lebih merasa dilindungi, dilayani dan diayomi oleh Polri. Hari ini lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih bagus dari hari ini
Menurut Frans Magnis-Suseno dalam bukunya Etika Dasar, Masalah-masalah pokok Filsafat Moral, KLanisius, Jakarta 1987 hal 147 menyatak Kemandirian moral adalah kekuatan batin un5tuk mengambil sikap moral sendiri dan untuk bertindak sesuai dengannya. Kekuatan untuk bagaimanapun juga tidak mau berkongkalikong dalam suatu urusan atau permainanyang kita sadarai sebagai tidak jujur , korup atau melanggar keadilan. Mandiri secara moral berarti kita tidak dapat dibeli oleh mayoritas, bahwa kita tidak pernah akan rukun hanya demi
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku wewenang dan tanggung jawabnya tanpa adanya campur tangan lembaga lain
1. Indonesia adalah negara hukum yang demokratis yang ciri-cirinya adanya supremasi hukum dan dihormati serta dijunjung tingginya HAM. Tugas-tugas tersebut pada hakekatnya dipercayakan oleh Negara dan Bangsa untuk diemban oleh Polri sehingga Polri adalah pilar utama tegaknya negara demokratis berdasarkan hukum.
Polri harus mandiri karena :
2. Penyidikan adalah bagian integral dari Criminal Justice System karena itu harus mandiri sebagaimana Jaksa dan Hakim agar terdapat keadilan dalam penegakan hukum.
3. Polri mempunyai kewenangan diskresi.
4. Polri harus netral (Pasal 28 ayat 1 UU No. 2 / 2002).
5. Menurut kode etik profesi Polri dinyatakan setiap anggota Polri dibenarkan menolak perintah atasan yang melanggar norma hukum..
KETERBATASAN POLRI
1. Keterbatasan POLRI dan integrasi Polri dalam ABRI :
a. Personil
1) Jumlah personil kurang 2) Profesionalisme rendah
b. Anggota POLRI kecil akibat daripada metode operasi dimana operasi Kamtibmas merupakan sub sistim dari operasi Kamdagri. Operasi Kamtibmas sejajar dengan Operasi Terr, OPS Pur dan Operasi Intel. Semua bentuk Operasi itu dibawah Kodal Pangab, sedangkan Operasi Kepolisian hanya merupakan Operasi rutin yang tidak didukung dengan anggaran.
c. Saran dan prasarana serta Alut Polri sangat kecil.
2. Dengan adanya reformasi maka secara struktural Polri telah mandiri lepas dari Dephan / Mabes TNI, berdiri sendiri langsung di bawah Presiden serta anggaran dukungan untuk Polri sudah jauh meningkat.
3. Dalam kaitan ini Polri harus dapat menunjukan pengabdian karya nyata yang dirasakan oleh masyarakat semakin meningkat, kalau masih dirasakan adanya kekurangan harus dijadikan tantangan untuk lebih meningkatkan kinerjanya sehingga walaupun masih ada keterbatasan Polri mampu mempersembahkan kinerja yang jauh lebih baik daripada sebelumnya.
4. Dalam kaitan keterbatasan ini harus disadari :
a. Keterbatasan sumber daya senantiasa dihadapi oleh semua organisasi b. Polri harus tahu persis apa yang dibutuhkan dan berapa yang dibutuhkan
c. Senantiasa memanfaatkan sumber daya yang terbatas adanya secara optimal sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas. d. Berupaya memperjuangkan kepada atasan perlunya ada prioritas tambahan dukungan yang betul-betul diperlukan
dengan alasan-alasan yang rasional untuk mendukung peningkatan kinerja Polri yang baik.
TINDAKAN POLRI DAN ASAS-ASAS
PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1.
TINDAKAN POLRI
2.
BENTUK-BENTUK TINDAKAN POLRI
3.
TINDAKAN YANG BENAR
4.
ASAS-ASAS UMUM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
5.PRINSIP-PRINSIP DASAR PENEGAKKAN HUKUM
6.
RAMBU-RAMBU/UKURAN TENTANG KEABSAHAN
BEBERAPA TINDAKAN POLRI
7.
ASAS-ASAS MORAL POLRI
8.
ASAS-ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA
9.
PRINSIP-PRINSIP UNIVERSAL PEMOLISIAN
Bentuk-bentuk
Tindakan
Preventif
Represif
Tindakan yg
benar
Asas-asas
umum
pelaksanaan
tugas Polri
Preventif langsung
Preventif tdk langsung
Represif non yustisial
Represif yustisial
Benar secara hukum
Benar secara teknis
Benar secara sosiologis
Benar secara moral
Asas legalitas
Asas kewajiban
Asas Partisipasi
Asas Preventip
Asas Subsidiaritas
penegakkan
hukum
proporsionalitasRambu-rambu /
ukuran
keabsahan
beberapa
tindakan Polri
Keabasahan atas kewajiban umum kepolisian
Tindakan lain yg bertanggung jawab
Diskresi
Upaya paksa a.l.
Pemanggilan, penangkapan, pemeriksaan, penggeledahan, penahanan, penyitaan,
penghentian penyidikan
noodzakelijk
zakelijk
dolmatig
evenridig
Vide pasal 5 dan 7 KUHAP
Vide UU No. 8 thn 1981 ttg KUHAP
Memperhatikan peraturan per-UU-an dan kode etik profesi Polri
Hanya dapat dilakukan dlm keadaan yg sangat perlu
Asas-asas dan
Norma moral Polri
Lambang Polri
Pedoman Karya Catur Prasetya
Pemahaman Baru Tribrata
Pemaknaan Baru Catur Prasetya
Kode etik Profesi Polri
Asas-asas umum
penyelenggaraan
negara
Asas kepastian hukum
Asas tertib penyelenggaraan Negara
Asas Kepentingan Umum
Asas Keterbukaan
Asas Proporsionalitas
Asas Profesionalitas
Prinsip-prinsip Universal
Perpolisian Demokratis
Menurut David Bruce dan
Rachel Neild
Menurut Kevin Cordy
BAB VI
LANDASAN PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1. LANDASAN YURIDIS
a. UNDANG-UNDANG NO. 2 / 2002
b. UNDANG-UNDANG NO. 8 / 1981
c. UNDANG-UNDANG NO. 39 / 1999
a. Undang-undang yang menjadi landasan Yuridis dalam pelaksanaan tugas Polri yang syarat dengan nilai-nilai moral yang harus dipedomani Polri :
1) Undang-Undang No. 2 / 2002 tentang Polri
2) Undang-Undang No. 8 / 1981 tentang Hukum Acara Pidana 3) Undang-Undang No. 39 / 1999 tentang HAM
4) Berbagai Undang-Undang lainnya.
b. Undang-Undang No. 2 / 2002 tentang Polri
1) Kemandirian dalam pelaksanaan tugas proyustitial
2) Lebih mengedepankan fungsi pelayanan dan perlindungan yang merupakan orientasi dari Polisi negara- negara modern
3) Polisi tunduk pada peradilan umum
4) Ingin diwujudkan Polisi yang berwajah sipil, mandiri, profesional dan modern, bersih dan taat pada azas hukum. Ada Lembaga Komisi Nasional yang independent.
5) Azas-azas pelaksanaan tugas Polri
6) Persyaratan untuk diangkat menjadi anggota Polri
7) Sumpah yang diucapkan oleh anggota Polri untuk menjadi anggota Polri 8) Bersifat netral
9) Memberikan landasan hukum adanya kode etik profesi Polri
Kewajiban wewenang Nilai/norma & landasan pelaksanaan tugas Profesionalisme PolriPembinaan Profesi Tanggung jawab Tujuan bid. proses
pidana psl 16(1)
Wewenang diskresi psl 18(1)
mem-an & kode etik Kehndak baik utk
melaksa-nakan apa yg menjadi
kewajiban
Tugas
Tugas Pokok Psl 13
Tugas-tugas Psl 14
Pasal 19(1) Bertindak berdasarkan hukum dan mengindahkan norma agama,
kesopanan, kesusilaan serta menjunjung tinggi HAM
Pasal 19(2) mengutamakan pencegahan
Pasal 23 Lafal sumpah
Pasal 34(1) Kode Etik Profesi
Taat hukum,utamakan pencegahan, perhatikan
norma-norma lain, junjung tinggi HAM, pegang teguh sumpah
Psl 32(1)
Pembinaan Profesi meliputi pembinaan Etika Profesi dan pengembangan pengetahuan dan pengalaman dibidang teknis
kepolisian komisi kode
etik
Psl 10(1) 2(2) tanggung jawab secara
hirarki
c. Undang-Undang No. 8 / 1981 tentang Hukum Acara Pidana 1) Azas praduga tak bersalah
2) Persamaan dimuka hukum 3) Hak pemberian bantuan hukum
4) Peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan 5) Upaya paksa harus dengan perintah tertulis
6) Kesalahan, kekeliruan upaya paksa dapat diajukan ganti rugi, pra peradilan, atau tuntutan pidana.
a. Landasan kebijakan :
1) Cita-cita nasional yang termuat dalam UUD 1945.
2) Indonesia negara demokratis yang berdasarkan hukum ( pasal 1 (1) dan pasal 1 (3) UUD 1945).
b. Fungsi dan tugas Polri :
1) Dikaitkan dengan cita-cita nasional maka fungsi dan tugas Polri berkaitan dengan melindungi segenap bangsa Indonesia dan membantu melaksanakan ketertiban dunia.
2) Polri adalah pilar utama dari negara Indonesia merupakan negara demokratis yang berdasarkan hukum.
3) Semuanya menuntut terwujudnya Polri yang kuat, mandiri dan profesional.
d. Institusi-institusi yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang menyangkut tugas Polri adalah : 1) DPR :
a) Membuat Undang-Undang b) Menetapkan Anggaran
c) Persetujuan Kapolri yang akan diangkat oleh Presiden
2) Pemerintah / Presiden :
a) Kebijakan yang menyangkut Polri
b) Peraturan Pemerintah yang menyangkut pelaksanaan tugas Polri. c) Mengangkat Kapolri setelah mendapat persetujuan DPR.
3) Komisi Kepolisian Nasional :
a) Menyarankan kebijakan yang menyangkut Polri kepada Presiden. b) Mengajukan saran calon Kapolri kepada Presiden.
4) Kapolri
a) Kebijakan teknis Polri.
b) Hubungan kerja dengan Badan, Lembaga serta instansi didalam dan luar negeri.
5) Kepala-kepala Kesatuan Polri :
a) Menentukan kebijakan Kepala Kesatuan yang dianalisa berdasarkan SWOT dan kebijakan atasan serta kebijakan instansi-instansi samping.
BAB VIII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.
KEBEBASAN
2.
KEWAJIBAN
3.
HATI NURANI DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KEBEBASAN
1. Kebebasan Struktural
Dengan terpisahnya Polri dengan Dep. Hankam dan Mabes ABRI menjadi institusi yang berdiri sendiri yang langsung dibawah Presiden.
2. Kebebasan Individual a. Kebebasan yuridis :
Kewenangan yang diberikan Undang-Undang dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang.
b. Kebebasan fisik
c. Kebebasan psikologis
d. Kebebasan moral
e. Kebebasan eksistensial
Merupakan kebebasan tertinggi, kebebasan untuk tetap menjadi dirinya sendiri, dengan teguh memegang pendiriannya, karena hanya terikat pada kebenaran, kejujuran, keadilan tanpa terpengaruh dan atau mau dipengaruhi oleh intervensi dari manapun juga. Dia sungguh-sungguh berpikir bebas dan mandiri, ia berbuat baik bukan pengaruh orang lain tetapi keluar dari kesadarannya sendiri karena kewajibannyalah yang menuntut dia berbuat seperti itu.
Dalam pelaksanaan tugas Polri senantiasa dihadapkan pada ancaman-ancaman phisik, psikis dan ancaman-ancaman moral, dihadapkan dengan
godaan-godaan harta, jabatan, dalam bentuk penyanderaan, teror, godaan-godaan dan janji-janji.
KEWAJIBAN
1. Tugas yang diberikan Undang-Undang kepada Polri menjadi kewajibannya untuk diselesaikan secara baik. Tugas kewajiban yang berat dan beresiko tinggi tersebut maka perlu digaris bawahi pula bahwa anggota Polri mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri yaitu kewajiban untuk mempertahankan diri.
KEWAJIBAN POLRI
- Thdp. Masy = tugas Polri - Thdp dirinya sendiri :
mempertahankan diri.
HAK POLRI
- Berdasarkan azas plichmatigheid maka kewajiban itu dijadikan dasar untuk melakukan tindakan-tindakan misalnya Diskresi Kepolisian
- Hak untuk melakukan upaya paksa agar hukum tetap tegak dan terwujudnya ketertiban dan keamanan
HAK MASYARAKAT
- Untuk memperoleh perlindungan, pelayanan dan pengayoman dari Polri sehingga merasa aman dan tentram.
KEWAJIBAN MASYARAKAT
HATI NURANI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. HATI NURANI IALAH : PENGHAYATAN TENTANG BAIK ATAU BURUK BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAH LAKU KONKRIT KITA.
2. HATI NURANI MEMERINTAHKAN ATAU MELARANG KITA UNTUK MELAKUKAN SESUATU KINI DAN DISINI.
3. HATI NURANI MERUPAKAN INSTANSI YANG MENILAI DARI SEGI MORAL PERBUATAN-PERBUATAN YANG KITA LAKUKAN.
4. YANG MUTLAK DARI HATI NURANI ADALAH TUNTUTAN UNTUK TIDAK PERNAH MEYELEWENG DARI APA YANG KITA SADARI SEBAGAI KEWAJIBAN KITA.
5. HATI NURANI MENUNTUT TUNTUTAN MUTLAK UNTUK SELALU BERTINDAK BAIK,JUJUR,BENAR DAN ADIL.
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Bagi anggota Polri di lapangan yang dihadapkan pada masalah-masalah yg timbul secara tiba-tiba
dan harus diputus saat itu juga, maka hampir tidak ada waktu untuk Pulta dan analisa data. Dia
harus bertindak berdasarkan penilaiannya sendiri memutuskan
tindakan yang cepat dan tepat
Kesalahan pengambilan keputusan dilapangan walaupun pertama-tama kelihatannya kecil tetapi dapat berdampak luas dan
fatal
Anggota Polri terutama dilapangan mutlak dituntut untuk memiliki
keberanian dan kemantapan moral, dia tidak boleh ragu-ragu, dia harus tegas dan bertanggung
jawab atas segala tindakannya
Kewajiban untuk selalu bertindak sesuai hati nurani, tentu tidak menjadi jaminan bahwa keputusan itu pasti benar.
Pada kenyataannya keputusan yang diambil bisa saja secara obyektif tidak benar, yang mungkin karena informasi/masukan yang tidak lengkap atau karena kita sebagai manusia biasa yang tidak ada yang sempurna
Tetapi keputusan yang salah itu tidak berarti keputusan tersebut secara moral salah juga
Keputusan yang diambil secara hati nurani itu merupakan identitas kemandirian moral kita
1. PUTA
Berbagai masukan, referensi, saran-saran/ pendapat orang lain
2. ANALISA - Alt. 1 - Alt. …… - Alt. N.
3. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Sesuai apa yang disadari oleh hati nurani sebagai kewajiban yang harus diambil.
Pada umumnya sejak awal hati nurani telah mempunyai kecenderungan pemecahan
masalah semua masukan-masukan diolah oleh hati nurani
sehingga dia mendapatkan pemecahan permasalahan yang disadari sebagai kewajiban yang
TANGGUNG JAWAB
1. Tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari kewajiban dan kebebasan yang dimiliki Polri. 2. Tanggung jawab tidak dapat dilimpahkan.
3. Yang dipertanggung jawabkan adalah semua perbuatan dengan segala akibatnya termasuk pula tidak berbuat yang sebenarnya menjadi kewajibannya dengan segala akibatnya.
4. Tanggung jawab :
a. Tanggung jawab individu : 1) Tanggung jawab hukum :
a) Hukum disiplin
b) Tuntutan pra peradilan
c) Tuntutan perdata / ganti rugi d) Tuntutan PTUN
e) Tuntutan pidana 2) Tanggung jawab moral
a) Sidang kode etik b) Penyesalan
b. Tanggung jawab kolektif
Menyangkut nilai-nilai / norma-norma moral, maka tanggung jawab pada hakekatnya adalah tanggung jawab individu, tetapi kalau ada korban adalah baik kalau Komando membantu menolong, meringankan beban korban walaupun anggota yang berbuat belum tentu salah.
5. Walaupun secara moral yang bertanggung jawab adalah masing-masing individu atas tingkah laku yang diperbuat akan tetapi kalau kita mau jujur perlu pula dikaji apakah perbuatan / tingkah laku individu itu tidak ada korelasinya dengan suatu kebijakan yang tidak tepat? Karena itu kalau ada
kasus-kasus besar yang terjadi walaupun berpangkal kepada kesalahan tingkah laku dilapangan perlu masing-masing mengkaji secara moral pejabat-pejabat yang mengeluarkan kebijakan terkait dengan kasus tersebut, mulai dari DPR, Presiden, Komisi Kepolisian Nasional, Kapolri, dan Kepala-kepala Kesatuan Polri.
Kalau memang ada kesalahan dalam kebijakan maka kepada masing-masing pejabat yang terkait secara moral juga dituntut untuk bertanggung jawab dan kalau memang ada kekeliruan yang harus dipertanggung jawabkan secara hukum maka pejabat-pejabat yang terkait tersebut juga dituntut berani mempertanggung jawabkan kebijakannya secara hukum.
BAB VIII
ETIKA DAN KODE ETIK PROFESI POLRI
1. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN
2. KRONOLOGIS LAHIRNYA TRIB RATA SAMPAI DENGAN LAHIRNYA KODE
ETIK PROFESI POLRI
3. SUMBER KODE ETIK POLRI
A. TRI BRATA
B. CATUR PRASETYA 45
4. TRI BRATA
5. CATUR PRASETYA
6. HUBUNGAN PANCASILA DENGAN TR IBRATA
7. HUBUNGAN TRI BRATA DENGAN CATUR PRASETYA
8. LAMBANG POLRI
9. PEMAKNAAN BARU TRIBRATA
10. PEMAKNAAN BARU CATUR PRASETYA
11. KODE ETIK PROFESI POLRI
12. INSTRUMEN-INSTRUMEN PBB
PENYIMPANGAN
ETIKA
HATI NURANI MASALAH
SALAH/ BURUK
BENAR/ BAIK
PENYIM PANGAN
PERBUATAN ETIS
TOLOK UKUR PENYIMPANGAN
TIDAK HANYA PEMIKIRAN TETAPI JUGA RASA
SECARA UMUM PENYIMPANGAN2 /
PELANGGARAN TERHADAP
HUKUM
DISIPLIN
KODE ETIK
JENIS PENYIMP
ANGAN
RINGAN
BERAT
- WAKTU PEMERIKSAAN TIDAK TEPAT WAKTU/ TIDAK SESUAI DGN
SURAT PANGGILAN (BERBAHAYA KALAU ADA KECENDERUNGAN DIANGGAP BIASA/ BUKAN MERUPAKAN PENYIMPANGAN)
- .………
- .………
- TIDAK JUJUR, MELAKUKAN KEKERASAN DISKRIMINATIF
- MENERIMA HADIAH, PENAHANAN TIDAK SAH
- MENGGELAPKAN BARANG BUKTI
- .………
- .………
- PELANGGARAN HAM BERAT
UNTUK LEBIH MENDALAMI PENYIMPANGAN DAPAT DIBACA ANTARA LAIN :
1. HASIL TEMUAN PENELITIAN “MENYANGKUT PERILAKU KORUPSI POLISI”; PENELITIAN DILAKUKAN OLEH 147 MAHASISWA PTIK ANGKATAN 39 A DI 19 POLDA
2. HASIL PENELITIAN PTIK TAHUN 2002 TENTANG KINERJA POLRI PASCA POLRI MANDIRI
AKIBAT PENYIMPANGAN
1. TERUTAMA PELANGGARAN HAM DAPAT MEMICU KERUSUHAN YANG BISA BERKEMBANG DARI LOKAL MENJADI KERUSUHAN YANG BERSIFAT NASIONAL
2. TIDAK HANYA MENODAI NAMA BAIK POLRI TETAPI JUGA DAPAT MENGHANCURKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT
3. DAPAT MERUSAK HUBUNGAN MASYARAKAT & POLRI, DAPAT MERUSAK C.J.S
a. DIGALI SEJAK TH. 1952 OLEH SEKELOMPOK GURU BESAR PTIK
b. THN 1953, TRIBRATA PADA AWALNYA ADALAH PENGIKAT DISIPLIN UNIVERSITER PADA PTIK
c. PADA 3 MEI 1954 DIIKRARKAN OLEH DRS. SOEPARNO SOERIAATMADJA PADA WISUDA MAHASISWA PTIK ANGK. II ABIMANYU
d. PADA THN 1954 DIUSULKAN TRI BRATA TIDAK HANYA BERLAKU DI PTIK SAJA
e. TGL 1 JULI 1955 TRI BRATA DIIKRARKAN MENJADI PEDOMAN HIDUP POLRI, DIMANA PADA SAAT ITU JUGA PRESIDEN SOEKARNO MENYERAHKAN PANJI-PANJI POLRI
f. TRI BRATA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP PERLU DITEGAKKAN PULA SECARA TERHORMAT MAKA DIBENTUKLAH DEWAN KEHORMATAN DI BAWAH PIMPINAN KOMBES POL SOEBARKAH
KRONOLOGIS LAHIRNYA TRI BRATA S/D LAHIRNYA KODE ETIK
PROFESI POLRI
1. TRI BRATA
2. PEDOMAN LANJUTAN TRI BRATA
PADA RAPAT KEPALA POLISI KOMISARIAT SELURUH INDONESIA DI BANDUNG, 5 S/D 7 MEI 1958, DISYAHKAN RUMUSAN TENTANG PEDOMAN LANJUTAN TRI BRATA (15 BUTIR)
3 CATUR PRASETYA ADALAH 4 SIFAT GAJAH MADA YANG BERASAL DARI TULISAN MPU PRAPANCA YG MELUKISKAN KEBESARAN GAJAH MADA SEBAGAI MAHAPATIH KERAJAAN MAJAPAHIT DALAM BUKUNYA NEGARA KERTAGAMA PADA TAHUN 1365. PADA 1 JULI 1960 DALAM RANGKA KONFERENSI PARA KEPALA POLISI DI YOGYA SECARA RESMI CATUR PRASETYA DIJADIKAN PEDOMAN KARYA AKRI
5. KEPUTUSAN KAPOLRI NO.POL.: KEP/05/III/2001 TANGGAL 7 MARET 2001 TENTANG KODE ETIK PROFESI POLRI DAN KEPUTUSAN KAPOLRI NO.POL. : KEP/04/III/2001 TANGGAL 7
MARET 2001 TENTANG BUKU PETUNJUK ADMINISTRASI UMUM KODE ETIK PROFESI POLRI. KEPUTUSAN KAPOLRI INI SEBAGAI REALISASI PASAL 23 UU NO. 28 TAHUN 1997 DAN TAP MPR NO. VI/MPR/2000 TENTANG PEMISAHAN TNI DAN POLRI.
6 KEPUTUSAN KAPOLRI NO.POL : KEP/17/VI/2002 TANGGAL 24 JUNI 2002 TENTANG PEMAKNAAN BARU TRI BRATA.
7 KEPUTUSAN KAPOLRI NO. POL : KEP/32/VII/2003 TANGGAL 1 JULI 2003 TENTANG KODE ETIK PROFESI POLRI DAN KEPUTUSAN KAPOLRI NO. POL : KEP/33/VII/2003 TANGGAL 1 JULI 2003 TENTANG TATA CARA SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI.
8. KEPUTUSAN KAPOLRI NO. POL : KEP/39/IX/2004 TANGGAL 9 SEPTEMBER 2004 TENTANG PENGESAHAN PEMAKNAAN BARU CATUR PRASETYA.
9. PERATURAN KAPOLRI NO. POL : 7 TAHUN 2006 TANGGAL 1 JULI 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN PERATURAN KAPOLRI NO. POL : 8 TAHUN 2006 TANGGAL 1 JULI 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI
KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.
10. PERATURAN KAPOLRI NO. 14 THN 2011 TGL 1 OKTOBER 2011 TENTANG KODE ETIK
SUMBER KODE ETIK PROFESI POLRI
PASAL 34 AYAT (1) UU NO. 2/2002
TRIBRATA
PENJELASAN PASAL 34 AYAT (1)
DALAM MELAKSANAKAN TUGAS ANGGOTA POLRI HARUS MENCERMINKAN KEPRIBADIAN BHAYANGKARA NEGARA SEUTUHNYA YAITU : PEJUANG, PENGAWAL DAN PENGAYOM NEGARA
REPUBLIK INDONESIA, HARUS MENGHAYATI & DIJIWAI OLEH ETIKA PROFESI POLRI YANG TERCERMIN DALAM SIKAP DAN PERILAKUNYA
DIRUMUSKAN DALAM KODE ETIK PROFESI POLRI YANG MERUPAKAN KRISTALISASI NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM
CATUR PRASETYA
(3 JALAN MENUJU POLRI YANG IDEAL)
RUMUSAN TRI BRATA
1. De Politie is de eerste dienar van landen volk.
2. De Politie is de eerste burger van den staat.
3. De Politie is het self discipline organ van het volk De Politieis
het geueten van het volk.
1. Polisi itu Rastra
Sewakottama. Polisi itu abdi utama daripada nusa dan bangsa.
2. Polisi itu Nagara Yanottama. Polisi itu warga negara utama dari pada negara.
3. Polisi itu Yana Anucasana Dharma. Polisi itu wajib menjaga ketertiban pribadi dari pada rakyat.
Kami Polisi Indonesia
• Berbakti kepada Nusa dan Bangsa dengan penuh ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
• Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan kemanusiaan dalam menegakkan hukum negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. • Senantiasa melindungi, mengayomi &
melayani masyarakat dengan keihlasan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban.
BAHASA BELANDA BAHASA SANSEKERTA
DAN INDONESIA PEMAKNAAN BARU TRI BRATA
DIUBAH
Polisi adalah
• Rastra Sewakottama, abdi utama dari pada nusa dan bangsa. • Nagara Yanottama, warga negara teladan dari pada negara.
TRI BRATA ADALAH KAUL/IKRAR YANG MERUPAKAN SUATU PERNYATAAN YANG LUHUR DARI JIWA SENDIRI KARENA TIDAK DAPAT MENYATAKAN LAIN DARI ITU. KAUL BUKAN SUMPAH KARENA SUMPAH MENGANDUNG UNSUR PAKSAAN DARI LUAR.
DIPERGUNAKAN BAHASA SANSEKERTA KARENA :
SESUAI DENGAN SUASANA TRADISIONAL YANG HARUS DICIPTAKAN DALAM LINGKUNGAN SUATU PERGURUAN TINGGI. SEBAGAI LEMBAGA BERSEJARAH DIANGGAP LEBIH DAPAT MENYINARKAN PAMOR, SEBAGAIMANA DIHARAPKAN SUATU PERUMUSAN PEDOMAN HIDUP YANG AKAN
DIJUNJUNG TINGGI.
MENURUT MAYJEN POL. SOEPARNO SOERIA ATMADJA LATAR BELAKANG TRI BRATA USAHA MENCARI PEDOMAN BAGI POLRI DALAM :
1. MENGHADAPI PERUBAHAN MASYARAKAT INDONESIA DARI JAMAN PENJAJAHAN MENJADI NEGARA MERDEKA YANG MERUPAKAN NEGARA HUKUM YANG BERSIFAT MATERIAL
(NEGARA HUKUM DALAM ARTI SOCIAL SERVICE STATE).
2. PERUBAHAN JAMAN MODERN YANG MENUNJUKKAN ADANYA PERUBAHAN DARI
CORAK POKOK NEGARA HUKUM MATERIAL
ADANYA HAM & KEWAJIBAN ASASI ANTARA LAIN
ADANYA JAMINAN TERSELENGGARANYA
HAK-HAK ASASI TSB
PERUBAHAN BUDAYA
HAK UNTUK MENDAPAT
PERLINDUNGAN DARI NEGARA DAN MENDAPAT LINGKUNGAN KEBEBASAN PERORANGAN TERTENTU
HAK-HAK POLITIK HAK-HAK EKONOMI HAK-HAK SOSIAL
HAK-HAK KEBUDAYAAN
POLRI MELAKSANAKAN BINKAM DAN GAKKUM DENGAN TITIK BERAT PREVENTIF PADA
HAKEKATNYA UNTUK
MELINDUNGI HAM
PEMBAGIAN KEKUASAAN DALAM PEMERINTAHAN
PEMERINTAHAN
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
ADANYA PERADILAN ADMINISTRASI
DALAM MELAKSANAKAN TUGAS POLRI HARUS BERDASARKAN HUKUM/UU & HARUS TUNDUK DAN TAAT SERTA PATUH PADA HUKUM
BRATA II
BRATA III BRATA I
TRI BRATA
PEMERINTAH MENYAJIKAN JASA-JASA BAGI KEPENTINGAN MASYARAKAT DI MANA
PEJABAT-PEJABAT NEGARA BERKEDUDUKAN SEBAGAI ABDI DARI PADA KEPENTINGAN MASYARAKAT
PERKEMBANGAN TYPE NEGARA
Type Negara Fungsi Kepolisian
I. Politiestaat : Negara kekuasaan
Polisi merupakan machts aparat atau alat kekuasaan untuk menindas rakyat.
II. Librale Rechstaat : Pemerintah tidak turut campur tangan dalam kehidupan rakyat sehari-hari. Pemerintah hanya memberikan pertolongan, jika terdapat ancaman bahaya bagi rakyat. Dengan penuh kebebasan yang tidak diganggu oleh turut campur tangan pihak pemerintah, rakyat akan
memperkembangkan sendiri
kesejahteraannya sampai kepada taraf
setinggi-tingginya. Type negara ini mendapat julukan negara jaga malam atau
nachswaachter staat
Polisi bertindak hanya kalau ada permintaan dari rakyat karena terdapat bahaya atau ancaman bahaya.
Tugas polisi lebih ditujukan kepada kegiatan untuk membantu hakim dan jaksa, yang menjadi
penuntut umum dalam tiap sidang pengadilan. Jadi yang dipentingkan adalah untuk menyidik para pelanggar UU dan mengajukannya
dihadapan jaksa dan sidang pengadilan atau tugas yustisillah yang diutamakan oleh Polisi. III. Negara Hukum yang bersifat formil.
Rakyat menghendaki lagi adanya turut campur tangan pemerintah akan pengaturan
kehidupan sehari-harI. Hanya campur tangan pemerintah harus diletakkan dahulu dalam undang-undang yang dibuat oleh para wakil dari rakyat. Diluar undang-undang pemerintah tidak diperbolehkan mengulurkan tangan membantu kehidupan sehari-hari daripada rakyat karena turut campur tanpa undang-undang dikhawatirkan akan kembalinya kesewenang-wenangan, siapa yang
melanggar undang-undang, ia dihadapkan dimuka pengadilan, dimana hakim
Tugas polisi ditujukan kepada pelayanan kepada masyarakat yang setingi-tingginya. Apabila dalam tipe negara hukum yang bersifat formil, tindakan represif terhadap kejahatan sudah dianggap memadai, maka dalam negara hukum yang bersifat materiil tugas represif saja tidak
mencukupi, namun yang lebih penting adalah-tudas-tugas preventif. Tugas polisi harus mengabdikan diri sebesar-besarnya kepada kepentingan rakyat / masyarakat.
IV. Materiil Rechtstaat atau social ethics atau welvaart staat.
Untuk mengurus dan mencukupi kebutuhan rakyat yang luas dan mendadak. Pihak eksekutif tidak dapat lagi menunggu
keluarnya UU yang mengijinkannya untuk turut serta mengatur pemenuhan kebutuhan dikalangan masyarakat itu, sebab bila
BRATA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP POLRI
1. DIBENTUKNYA PANITIA UU KEPOLISIAN NEGARA YANG MEMBUTUHKAN SUATU NOTA TENTANG PERKEMBANGAN TENTANG FUNGSI POLISI, UNTUK MENGETAHUI BAGAIMANA
TENTANG KEDUDUKAN POLISI DALAM NEGARA YANG STAATS TYPENYA SEBAGAIMANA YANG DILETAKKAN DALAM PASAL 1 AYAT 1 UUDS TAHUN 1950 ADALAH DEMOKRATISCHE
RECHTSTAAT (NEGARA DEMOKRATIS YANG BERDASARKAN HUKUM).
2. RAPAT DEWAN GURU BESAR PTIK TAHUN 1953 YANG AKAN MEWISUDA MAHASISWA PTIK ANGKATAN II YANG MEMBUTUHKAN KAUL UNTUK DIUCAPKAN.
3. PERMINTAAN DARI KEPALA POLISI PROPINSI PADA KONFERENSI DI AULA PTIK MEMINTA KEPADA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA AGAR SUPAYA TRI BRATA ITU TIDAK HANYA DIPAKAI SEBAGAI IKRAR DAN PEDOMAN HIDUP DARI KELUARGA PTIK SAJA TETAPI SUPAYA TRI BRATA DIPAKAI PULA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP DARI JAWATAN KEPOLISIAN NEGARA.
1. POLRI BELUM PUNYA PEDOMAN HIDUP SEBAGAIMANA TNI TELAH PUNYA SAPTA MARGA. 2. MASYARAKAT DALAM KEADAAN KRISIS
3. BELUM ADANYA INSTRUKSI BAGAIMANA POLISI HARUS BERTINDAK, MASIH HARUS BERSANDARKAN PEDOMAN PENINGGALAN JAMAN HINDIA BELANDA & JAMAN JEPANG, SEHINGGA PERLU ADANYA PEDOMAN HIDUP.
TRI BRATA MERUPAKAN PEDOMAN HIDUP KEPOLISIAN
1. TRI BRATA MENGANDUNG AZAS-AZAS YANG BERGUNA SEBAGAI BATU UJIAN DALAM MEMPERKEMBANGKAN NORMA-NORMA, TETAPI TIDAK DAPAT DITERAPKAN KEPADA PERBUATAN DALAM KENYATAAN PRAKTEK YANG KONKRIT KARENA SIFATNYA TERLALU UMUM.
2. TRI BRATA ITU TIDAK MEMBERIKAN SUATU NORMA TETAPI DISERAHKAN KEPADA ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA, UNTUK MENJELMAKAN SENDIRI. KALAU KITA BERHADAPAN DENGAN SUATU MASALAH BAGAIMANA TINDAKAN KITA, KALAU KITA MEMAHAMI SEBAGAI PEDOMAN, SEBAGAI CITA-CITA IALAH TRI BRATA MAKA CITA MENJADI BEGINSEL DAN BEGINSEL MENJADI GENERALE NORMA DAN GENERALE NORMA MENJADI CASUS ATAU CONCRETENORM. INI
DISERAHKAN KEPADA ANGGOTA KEPOLISIAN.