• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM PROGRESIF PANCASILA SEBAGAI BINTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUKUM PROGRESIF PANCASILA SEBAGAI BINTAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pemahaman terhadap konsep hukum progresif tidak terlepas dari kondisi pemikiran hukum yang melatarbelakangi lahirnya hukum progresif. Pemahaman hukum menurut hukum progresif menegaskan bahwa hukum adalah suatu institusi yang bertujuan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang adil, sejahtera dan membuat manusia bahagia.1 Dalam

pemehaman ini hukum progresif menempatkan manusia sebagai unsur utama dimana hukum merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaannya. Tidak seharusnya hukum menciptakan ukuran keadilannya sendiri melalui perturan perundang-undangan justru dengan mengekang kebahagiaan manusia atau dengan mencederai nilai-nilai sosial yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Hukum seharusnya dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam hal kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan hukum itu sendiri. Namun belakangan ini pemenuhan kebutuhan itu semakin jauh dari yang diharapkan. Adanya kasus hukum yang mengusik rasa keadilan di masyarakat misalnya kasus Prita Mulyasari melawan RS. Omni Internasional dan kasus nenek Asyani yang didakwa mencuri dua batang pohon jati milik perhutani untuk dibuat tempat tidur semakin membuat masyarakat mempertanyakan keefektifan dan kemampuan pemenuhan keadilan oleh paham legal-positivism dimana keadilan adalah apa yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan.

Keadilan yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan kadangkala tidak sejalan dengan gagasan awal pembentukan perturan perundang-undangan itu sendiri. perbedaaan antara gagasan dengan apa yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan menghadirkan pengakuan terhadap sahnya penafsirn yang berbeda-bada mengenai teks hukum. Hak untuk menafsirkan atau membebaskan diri dari perintah hukum didasari oleh pendapat, bahwa perumusan suatu gagasan ke dalam peraturan tertulis, belum tentu benr-benar mampu mewadahi gagasan 1 Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif: Sebuah Sintesa Hukum Indonesia, Genta Publishing,

(3)

orisinal tersebut.2 Pembebasan diri dari perintah hukum yang dimaksud

termasuk dalam penerapan hukum progresif.

Dinamika perkembangan ilmu pengetahuan, teknolologi dan sosial kemasyarkatan adalah suatu keniscayaan sejak awal peradaban manusia ribuan tahun yang lalu. Dinamika muncul karena pemikiran, pola hidup dan situasi yang lama tidak dapat lagi mewadahi kehidupan manusia yang terus berubah. Demikian pula Hukum legal-positivism yang kaku akan selalu tertinggal dari perkembangan masyarakat itu sendiri. Hukum harus menemukan jalannya agar dapat mengikuti perkembangan zaman sehingga benar-benar dapat menghadirkan keadilan bagi manusia.

Hukum progresif melihat, mengamati dan ingin menemukan cara berhukumyang mampumemberi jalan dan panduan bagi kenyataan seperti tersebut di atas. Pengamatan dan pengalaman terhadap peta perjalanan dan kehidupan hukum yang demikian itu menghasilkan keyakinan, bahwa hukum itu sebaiknya bias membiarkan semua mengalir secara alami saja. Hal tersebut bias tercapai apabila setiap kali hukum bias melakukan pembebasan terhadap sekat dan penghalang yang menyebabkan hukum menjadi mandek, tidak lagi mengalir. Tidak lagi mengalir, berarti kehidupan dan manusia tidak memperoleh pelayanan yang baik dari hukum3.

Prof. Satjipto Rahardjo mengemukakan, bahwa hukum progresif adalah cara berhukum yang selalu gelisah untuk membangun diri, sehingga berkualitas untuk melayani dan membawa rakyat pada kesejahteraan dan kebahagiaan. Ringkasnya beliau menuliskan bahwa hukum progresif itu sesungguhnya sederhana, yaitu melakukan pembebasan, baik dalam cara berpikir maupun bertindak dalam hukum, sehingga mampu membiarkan hukum itu mengalir saja untuk menuntaskan tugasnya mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan.

2 Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2010, hlm.

65

(4)

Pembebasan cara berpikir maupun bertindak dalam hukum yang dianut dalam hukum progresif sebaiknya diberikan panduan agar tidak menjadi liar. Panduan ini bukan bermaksud membatasi pembebasan yang dimaksud dlam hukum progresif, karena hal tersebut menjadi kontradiktif. Panduan yang dimaksud lebih kepada memberikan arah dari kebebasan tersebut agar kebebasan dalam hukum progresif tidak menjadi kontraproduktif dan justru melukai keadilan yang ingin dicapai oleh hukum progresif itu sendiri. Bintang pemandu (Leitstern) yang paling tepat bagi hukum progresif dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia adlah Pancasila sebagai cita hukum bangsa Indonesia, khususnya nilai-nilai keadilan yang terkandung dalam sila ke-5 “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Cita Hukum Indonesia yang tidak lain melainkan Pancasila (Sila-sila dalam hal tersebut berlaku sebagai Cita (Idee), yang berlaku sebagai “bintang pemandu”.4Menurut Rudolf Stammler (1856-1939), cita hukum

ialah konstruksi pikir yang merupakan keharusan bagi mengarahkan hukum kepada cita-cita yang diinginkan masyarakat. Cita hukum berfungsi sebagai bintang pemandu (Leitstern) bagi tercapainya cita-cita masyarakat.5 Cita

hukum bangsa Indonesia berakar dalam Pancasila yang oleh para Bapak Pendiri Negara Republik Indonesia ditetapkan sebagai landasan keflsafatan dalam menata kerangka dan struktur dasar organisasi negara sebagaimana dirumuskan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia yang mengungkapkan pandangan bangsa Indonesia tentang hubungan antara manusia dan Tuhan, manusia dan sesama manusia, serta manusia dan alam semesta yang berintikan keyakinan tentang tempat manusia individual di dalam masyarakat dan alam semesta (Gani:1977;20). Pancasila sebagai cita hukum sekaligus sebagai norma fundamental negara yang telah disepakati

4 Maria Farida Indarti,Ilmu Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta, 2007, hlm. 229 5 A.Hamid S.Attamimi, Pancasila Cita Hukum dalam Kehidupan Hukum Bangsa Indonesia,

(5)

bersama, merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat Indonesia.

Dalam hubungannya dengan penerapan Hukum Progresif, maka cita hukum Indonesia yaitu Pancasila merupakan pemandu agar kebebasan berpikir dan bertindak hukum dalam hukum progresif tidak menjadi liar dan disalahgunakan oleh segelintir orang. Penerapan hukum progresif dengan aktivitas yang berkesinambungan antara merobohkan hukum, yang mengganjal dan menghambat perkembangan (to arrest development) untuk membangun yang lebih baik, harus ditujukan untuk mencapai cita-cita masyarakat Indonesia yang salah satunya adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Gustav Radbruch (1878-1949) berpendapat bahwa, Cita hukum tidak hanya berfungsi sebagai tolak ukur yang bersifat regulative, yaitu yang menguji apakah suatu hukum positif adil atau tidak, melainkan juga sekaligus berfungsi sebagai dasar yang bersifat konstitutif, yaitu yang menentukan bahwa tanpa cita hukum ,hukum akan kehilangan maknanya sebagai hukum.6Dengan demikian Pancasila sebagai cita hukum merupakan

tolak ukur dari penerapan hukum progresif dalam usahanya untuk mencapai keadilan sosial. Hukum progresif harus berpedoman pada Pancasila karena tanpa menjiwai nilai-nilai dalam Pancasila khususnya keadilan sosial maka hukum progresif kehilangan maknanya sebagai hukum di Indonesia.

Hukum harus selalu mampu beradaptasi dengan perkembangan kehidupan manusia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar hukum dpat berjalan seiring dengan perkembangan zaman adalah dengan menerapkan Hukum Progresif. Hukum progresif bersifat dinamis, membangun diri, dan mengutamakan kebebasan dalam menjalankan hukum dengan meninggalkan hukum yang kaku demi tercapainya keadilan, namun kebebasan yang ada dalam hukum progresif harus sesuai dengan cita hukum Indonesia, yaitu Pancasila.

(6)
(7)

TUGAS ESAI

TENTANG

HUKUM PROGRESIF

DISUSUN OLEH :

NAMA : SULTAN SYAHRIR

KELAS : STHM XX

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini didapatkan bah- wa perilaku fasilitator belum mampu mem- berikan efek yang bermakna secara praktis terhadap motivasi intrinsik dari mahasiswa. Hal ini

batu bara, coal washing, coalification, pembatubaraan, pencucian batu baram coal benification Ditulis oleh Ratna dkk pada 15-01-2010 Seperti disebutkan dimuka, batubara adalah

Air laut yang sangat berlimpah di di daerah ini dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi air bersih dengan menggunakan teknologi membran yaitu Teknologi Reverse

Pada Sistem Informasi Pengelolaan Surat Yayasan Badan Waqaf Universitas Islam Indonesia pengujian dilakukan dengan menggunakan Selenium IDE dengan berfokus pada

Dalam penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan model regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai pengaruh kinerja aparatur

Dari penelitian dihasilkan sebuah perangkat lunak ( software ) baru tentang sistem pakar yang mampu sebagai pendukung untuk mengambil keputusan dengan

Safitri (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis tataniaga telur ayam kampong, di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

Berdasarkan analisis pelaksaan konseling invidu pendekatan rational-emotive behavior therapy untuk mengurangi stres akademik siswa kelas XII MIA SMA Negeri 1