• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah B dan di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah B dan di Indonesia"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam sistem ejaan (seperti titik, koma, titik dua).1

Tanda baca berguna bagi pembaca untuk membantu memahami setiap bacaan. Tanpa tanda baca, pembaca akan sulit mengerti maksud dari penulis melalui bacaan itu. Bayangkan saja apabila tidak ada tanda baca, misalnya saja tanda titik (.), tentu para pembaca kebingungan menentukan antarhubungan kalimat dan maksud dari kalimat itu karena semuanya tersambung tanpa jeda. Dengan demikian, tanda baca sangat dibutuhkan dalam sebuah penulisan artikel sebagai kunci atas apa yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca.2

Namun sayangnya, masih banyak orang yang sudah mengerti tanda baca, tetapi belum memahami dan menggunakan tanda baca dengan baik dan benar, terutama masalah kurang atau salah meletakkan tanda titik (.) dan tanda koma (,). Kesalahan yang sering terjadi, misalnya kurangnya tanda titik (.) pada suatu singkatan. Contoh, singkatan “St” pada “SMAK St Louis 1 Surabaya”, yang seharusnya disingkat “St.” dengan tanda titik (.) setelahnya.

Tak hanya itu, masih banyak kesalahan lain, seperti salah memberi atau meletakkan tanda dan kelebihan memberi tanda. Kesalahan tersebut disebabkan oleh beberapa memberi, salah satunya kesalahan yang banyak dibuat oleh para penulis artikel, terutama di artikel-artikel internet dan makalah, yang secara tak langsung ditiru oleh para pembaca. Kesalahan bisa juga disebabkan oleh pengaruh dari bahasa lain, misalnya bahasa Inggris, karena memang peraturan penggunaan tanda baca antrabahasa bisa berbeda. Namun, masyarakat Indonesia wajib menggunakan apa yang sesuai dengan peraturan penggunaan tanda baca di Indonesia.

Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk memberikan pemahaman mengenai tanda baca, terutama tanda titik (.) dan tanda koma (,), dan beberapa macam kesalahan yang sering terjadi beserta pemecahan masalahnya. Makalah ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat dan pembaca sekalian dalam memahami tanda baca sehingga dapat menggunakannya dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah yang akan diteliti adalah: 1. Di mana sajakah sering terjadinya kesalahan penggunaan tanda titik (.)? 2. Di mana sajakah sering terjadinya kesalahan penggunaan tanda koma (,)?

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2008).

(2)

1 3. Bagaimana penggunaan tanda titik (.) yang baik dan benar?

4. Bagaimana penggunaan tanda koma (,) yang baik dan benar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menunjukan tipe-tipe kesalahan penggunaan tanda titik (.) dalam kalimat

2. Menunjukan tipe-tipe kesalahan penggunaan tanda koma (,) dalam kalimat

3. Mendeskripsikan cara penggunaaan tanda titik (.) yang baik dan benar

4. Mendeskripsikan cara penggunaaan tanda koma (,) yang baik dan benar

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat agar:

1. Siswa dapat memahami fungsi dari tanda titik (.) dan tanda koma (,)

2. Siswa dapat menggunakan tanda titik (.) dan tanda koma (,) dengan benar

3. Siswa dapat mengenal kesalahan-kesalahan dalam penggunaan tanda titik (.) dan tanda

koma (,)

(3)

1

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV (KBBI), tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam memberi ejaan (seperti titik, koma, titik dua).

B. Fungsi Tanda Titik (.)

Menurut Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan, tanda titik (.) memiliki beberapa fungsi1, yaitu:

1. dipakai pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan

2. dipakai di belakang angkaatau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar

3. dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu

4. dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu 5. dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau

tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka

6. dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya

Tanda titik tidak dipakai:

1. di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian atau ikhtisar jika angka atau huruf itu

merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf

2. untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah

3. pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan

sebagainya

4. di belakang (1) alamat pengiriman dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima

surat

C. Fungsi Tanda Koma (,)

Menurut Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan, tanda koma (,) memiliki beberapa fungsi2, yaitu:

1. dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan

1 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,(Yogyakarta: Indonesia Tera, 2007), hlm. 42-44.

2 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman

(4)

1

2. dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya

yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.

3. dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat

4. dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat

5. dipakai untuk memisahkan kata seperti oh, ya, wah, aduh, kasihan, dari kata lain yang

terdapat di dalam kalimat

6. dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat

7. dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan

8. dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka 9. dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki

10. dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga

11. dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka

12. dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi

13. dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat

Tanda koma tidak dipakai:

1. untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk

kalimatnya

2. untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat

(5)

1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian berjenis penelitian pustaka. Penelitian merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.1 Pustaka merupakan kitab atau buku.2 Jadi, penelitian

pustaka merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian secara teratur untuk menguji objek pustaka (kitab atau buku) untuk menghasilkan wawasan ilmiah.

B. Sumber Data

1. Populasi

Populasi yang diteliti adalah makalah-makalah dari hasil studi budaya siswa-siswi kelas XI-IS3 tahun ajaran 2010-2011 SMAK St. Louis 1 Surabaya ke Desa Wisata Pentingsari (Dewi Peri), Yogyakarta.

2. Sampel

Ada lima sampel penelitian yang digunakan yang merupakan makalah-makalah dari hasil studi budaya siswa-siswi kelas XI-IS3 tahun ajaran 2010-2011 SMAK St. Louis 1 Surabaya. Makalah-makalah itu, ialah:

a. Makalah “KEGIATAN STUDI SOSIAL BUDAYA DI DESA WISATA PENTINGSARI (DEWI PERI)” karya Agnesia Angelina, dkk.

b. Makalah “STUDI SOSIAL BUDAYA YOGYAKARTA KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA WISATA PENTINGSARI (DEWI PERI)” karya Aprillia Listiani, dkk.

c. Makalah “PERKEMBANGAN MASYRAKAT DESA PENTINGSARI” karya Benedictus Julius, dkk.

d. Makalah “STUDI BUDAYA YOGYAKARTA-KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA WISATA PENTINGSARI (DEWI PERI)” karya Marizka Paramahayu, dkk.

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2008).

2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

(6)

1 e. Makalah “STUDI BUDAYA YOGYAKARTA-KEHIDUPAN MASYARAKAT DI

DESA WISATA PENTINGSARI (DEWI PERI)” karya Vincent Hartanto, dkk.

C. Metode

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian analisis kesalahan bahasa. Metode analisis kesalahan bahasa merupakan sebuah proses yang didasarkan pada analisis kesalahan orang yang sedang belajar dengan objek, yaitu bahasa (seperti bahasa nasional), yang sudah ditargetkan.1

D. Langkah-Langkah

Langkah-langkah yang perlu dilakukan2, ialah:

1. Mengumpulkan sampel 2. Mengidentifikasi kesalahan 3. Menjelaskan kesalahan 4. Mengklasifikasikan kesalahan 5. Mengevaluasi kesalahan

E. Hipotesis

Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan, dugaan sementara ialah terdapat beberapa kesalahan yang cukup sering dibuat oleh siswa dan mayoritas untuk penggunaan tanda koma (,), antara lain:

1. Kesalahan mengenai penggunaan tanda titik (.) yang benar pada singkatan suatu nama orang, gelar, lembaga, atau lainnya

2. Kesalahan mengenai konjungsi apa saja yang perlu diberi tanda koma (,)

3. Kesalahan mengenai perlunya tanda koma (,) sebelum kata yang menjelaskan perincian (misalnya, seperti, yaitu, yakni, antara lain, dll.)

4. Kesalahan memberi tanda koma (,) sebelum kata karena dan sehingga

(7)

1

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kesalahan Penggunaan Tanda Titik (.)

Ada beberapa kesalahan penggunaan tanda titik (.) yang ditemukan pada objek penelitian, yang sesuai dengan teori pada buku Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia (Teori dan Praktik)

dan buku Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan(2007).

1. Penghilangan tanda titik (.) pada akhir singkatan nama orang. Contoh:

a. Drs. AG. Budi Santosa (Aprillia Listiani, dkk., hal. v)

b. MM. Sri Listianingsih, S.Pd. (Benedictus Julius, dkk., hal.10)

c. J.P Kardja, S.Pd. selaku guru bidang studi agama yang dengan segenap hati

meluangkan waktu memberikan bimbingan dalam penulisan laporan (Marizka Paramahayu, dkk., hal. v)

2. Penghilangan tanda titik (.) pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh:

a. Thomas Heribertus Binata, S.Pd (Agnesia Angelina, dkk. hal. ii)

b. Bapak Gregorius Budyanto Nugroho, S.Sos, M.Si. selaku guru bidang studi sosiologi, wali kelas XI-IS4 (Agnesia Angelina, dkk., hal.v)

c. Gregorius B.N., S.Sos., M.Si (Benedictus Julius, dkk., hal. ii)

3. Pemakaian tanda titik (.) yang kurang atau berlebihan pada singkatan kata, singkatan kata yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata, ungkapan, dan akronim.

Contoh:

a. SMAK. St Louis 1 Surabaya (Marizka Paramahayu, dkk., hal iv)

4. Penghilangan tanda titik (.) pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan, dan seterusnya.

Contoh:

a. Peternakan terbanyak adalah ternak sapi potong yaitu 2456 ekor, kemudian kambing dan domba (Aprillia Listiani, dkk., hal 5)

b. Penghasilan tetap: Rp 2000000 (Aprillia Listiani, dkk., hal 31)

(8)

1

d. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang

(Benedictus Julius, dkk., hal 5)

B. Kesalahan Penggunaan Tanda Koma (,)

Ada beberapa kesalahan penggunaan tanda koma (,) yang ditemukan pada objek penelitian, yang sesuai dengan teori pada buku Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia (Teori dan Praktik)

dan buku Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan(2007).

1. Penghilangan tanda koma (,) di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilang. Contoh:

a. Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat (Aprillia Listiani, dkk., hal. 8)

b. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya (Marizka Parahamayu, dkk., hal. 15)

c. Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini, (seperti kawasan tertentu, gua pokok atau batu besar), mempunyai jiwa (Vincent Hartanto, dkk., hal. 37)

2. Penghilangan tanda koma (,) di antara dua klausa dalam kalimat majemuk setara (yang didahulukan oleh konjungsi tetapi, melainkan, dan sedangkan).

Contoh:

a. Meskipun masyarakat Desa Pentingsari merupakan masyarakat Jawa tetapi

kebudayaan Jawanya sudah tidak terlalu kental dalam pelaksanaan upacara-upacara adat karena sudah terkena pengaruh agama Islam dan Katolik (Benedictus Julius, dkk., hal. 122)

b. Batu ini berasal dari letusan Gunung Merapi juga tetapi bentuknya menyerupai

seekor gajah (Marizka Parahamayu, dkk., hal. 19)

3. Pemisahan anak kalimat dari induk kalimat yang tidak menggunakan tanda koma (,) (yang anak kalimat mendahului induk kalimat).

Contoh:

a. Jika permintaan akan buah salak meningkat dan ketersediaan akan buah salak tidak

mencukupi kebutuhan konsumen di pasar harga satu kilogram salak dapat dihargai sekitar Rp 7.000 sampai Rp 8.000 (Agnesia Angelina, dkk., hal. 25)

b. Contoh lain adalah saat hari Jumat setan paling ramai keluar karena banyak warga

(9)

1

4. Penghilangan tanda koma (,) di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat di awal kalimat.

Contoh:

a. Oleh karena itu sisa jurusan ilmu sosial melakukan praktik nyata berupa studi sosial budaya (Agnesia Angelina, dkk., hal. 1)

b. Selain itu dusun ini memiliki areal untuk kemah atau camping seluas 5 hektar yang terletak di sebelah selatan dusun dan cukup aman untuk melakukan segala kegiatan yang berhubungan dengan alam (Aprillia Listiani, dkk., hal. 2)

c. Jadi kesenian ini seharusnya lebih mudah untuk kita lestarikan sebagai salah satu kekayaan bangsa (Aprillia Listiani, dkk., hal. 46)

d. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam laporan ini dan penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun (Marizka Parahamayu, dkk., hal. vii)

5. Penghilangan tanda koma (,) sebelum kata yang menjelaskan perincian (misalnya, seperti, yaitu, yakni, antara lain, dll.).

Contoh:

a. Kompleks percandian Prambanan ini termasuk kedalam dua wilayah yakni kompleks bagian barat masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan bagian timur termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah (Benedictus Julius, dkk., hal. 7)

6. Penambahan tanda koma (,) sebelum kata sehingga. Contoh:

a. Hal tersebut dikarenakan tanah di daerah Pentingsari sangat subur karena berdekatan dengan Gunung Merapi, sehingga sangat berpotensi untuk melakukan pertanian (Marizka Paramahayu, dkk., hal. 11)

b. Kelompok kami menggunakan metode studi pustaka ini dengan tujuan melengkapi informasi yang telah kami terima, sehingga kelompok kami memiliki landasan teori yang akurat dan pasti kebenarannya (Marizka Paramahayu, dkk., hal. 13)

C. Penggunaan Tanda Titik (.) yang Baik dan Benar

(10)

1 bagaimana bentuk baku dan penggunaan tanda titik (.) yang baik dan benar sesuai kesalahan yang telah ditemukan.

1. Tanda titik (.) dipakai pada akhir singkatan nama orang. Contoh:

a. Drs. AG. Budi Santosa (Aprillia Listiani, dkk., hal. v)

Dalam hal ini, terdapat dua bentuk baku, yaitu:

1) Drs. A.G. Budi Santosa

Di mana “AG” merupakan dua nama yang disingkat, misalnya “Agustinus Gunawan”.

2) Drs. A. Budi Santosa

Di mana “AG” merupakan sebuah nama baptis (dalam agama Kristen) yang terdiri dari satu kata, misalnya “Agustinus”, tetapi oleh pemilik disingkat “AG” agar pembaca mengetahui nama baptisnya ialah “Agustinus”, bukan nama baptis yang berawalan huruf A lainnya.

b. MM. Sri Listianingsih, S.Pd. (Benedictus Julius, dkk., hal.10) Bentuk baku:

M.M. Sri Listianingsih, S.Pd.

Jika dilihat, memang sama dengan kasus pertama. Namun, Bentuk bakunya hanya satu karena meskipun “MM” merupakan dua nama yang disingkat, misalnya “Maria Mustika” ataupun sebagai nama baptis, seperti “Maria Magdalena”, tetap harus ditulis “M.M.” karena terdiri dari dua kata.

c. J.P Kardja, S.Pd. selaku guru bidang studi agama yang dengan segenap hati

2. Tanda titik (.) dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh:

a. Thomas Heribertus Binata, S.Pd (Agnesia Angelina, dkk. hal. ii) Bentuk baku:

Thomas Heribertus Binata, S.Pd.

b. Bapak Gregorius Budyanto Nugroho, S.Sos, M.Si. selaku guru bidang studi sosiologi, wali kelas XI-IS4 (Agnesia Angelina, dkk., hal.v)

Bentuk baku:

Bapak Gregorius Budyanto Nugroho, S.Sos., M.Si.

(11)

1 c. Gregorius B.N., S.Sos., M.Si (Benedictus Julius, dkk., hal. ii)

Bentuk baku:

Gregorius B.N., S.Sos., M.Si.

3. Tanda titik (.) tidak dipakai pada singkatan kata, singkatan kata yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata, ungkapan, dan akronim.

Contoh:

a. SMAK. St Louis 1 Surabaya (Marizka Paramahayu, dkk., hal iv) Bentuk baku:

SMAK St. Louis 1 Surabaya

4. Tanda titik (.) dipakai pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan, dan seterusnya.

Contoh:

a. Peternakan terbanyak adalah ternak sapi potong yaitu 2456 ekor, kemudian kambing dan domba (Aprillia Listiani, dkk., hal 5)

Bentuk baku:

2.456 ekor

b. Penghasilan tetap: Rp 2000000 (Aprillia Listiani, dkk., hal 31) Bentuk baku:

Rp 2.000.000,00

c. Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 meter (Benedictus Julius, dkk., hal 5)

Bentuk baku:

1.700 meter

d. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang (Benedictus Julius, dkk., hal 5)

Bentuk baku:

1.400 orang

D. Penggunaan Tanda Koma (,) yang Baik dan Benar

Seperti pada penggunaan tanda titik (.), penggunaan tanda koma (,) yang kurang tepat dapat mengganggu pemahaman para pembaca, misalnya saja dalam penggunaan tanda koma (,) untuk menandai perbedaan tingkatan kalimat yang dipisahkan oleh konjungsi (anak kalimat, induk kalimat, atau setara). Berikut akan dijabarkan bagaimana bentuk baku dan penggunaan tanda koma (,) yang baik dan benar sesuai kesalahan yang telah ditemukan.

(12)

1

a. Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat (Aprillia Listiani,

dkk., hal. 8) Bentuk baku:

Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat

b. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya (Marizka

Parahamayu, dkk., hal. 15) Bentuk baku:

Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong, dan sebagainya

c. Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini, (seperti kawasan tertentu, gua pokok atau batu besar), mempunyai jiwa (Vincent Hartanto, dkk., hal. 37)

Bentuk baku:

Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini (seperti kawasan tertentu, gua pokok, atau batu besar) mempunyai jiwa

2. Tanda koma (,) dipakai di antara dua klausa dalam kalimat majemuk setara (yang didahulukan oleh konjungsi tetapi, melainkan, dan sedangkan).

Contoh:

a. Meskipun masyarakat Desa Pentingsari merupakan masyarakat Jawa tetapi

kebudayaan Jawanya sudah tidak terlalu kental dalam pelaksanaan upacara-upacara adat karena sudah terkena pengaruh agama Islam dan Katolik (Benedictus Julius, dkk., hal. 122)

Bentuk baku:

Meskipun masyarakat Desa Pentingsari merupakan masyarakat Jawa, tetapi kebudayaan Jawanya sudah tidak terlalu kental dalam pelaksanaan upacara-upacara adat karena sudah terkena pengaruh agama Islam dan Katolik

b. Batu ini berasal dari letusan Gunung Merapi juga tetapi bentuknya menyerupai seekor gajah (Marizka Parahamayu, dkk., hal. 19)

Bentuk baku:

Batu ini berasal dari letusan Gunung Merapi juga, tetapi bentuknya menyerupai seekor gajah

3. Tanda koma (,) dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat (yang anak kalimat mendahului induk kalimat).

Contoh:

a. Jika permintaan akan buah salak meningkat dan ketersediaan akan buah salak tidak mencukupi kebutuhan konsumen di pasar harga satu kilogram salak dapat dihargai sekitar Rp 7.000 sampai Rp 8.000 (Agnesia Angelina, dkk., hal. 25)

(13)

1

Jika permintaan akan buah salak meningkat dan ketersediaan akan buah salak tidak mencukupi kebutuhan konsumen di pasar, harga satu kilogram salak dapat dihargai sekitar Rp 7.000 sampai Rp 8.000

b. Contoh lain adalah saat hari Jumat setan paling ramai keluar karena banyak warga yang salat Jumat untuk mengusir setan-setan tersebut (Vincent Hartanto, dkk., hal. 37)

Bentuk baku:

Contoh lain adalah saat hari Jumat, setan paling ramai keluar karena banyak warga yang salat Jumat untuk mengusir setan-setan tersebut

4. Tanda koma (,) dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat di awal kalimat.

Contoh:

a. Oleh karena itu sisa jurusan ilmu sosial melakukan praktik nyata berupa studi sosial budaya (Agnesia Angelina, dkk., hal. 1)

Bentuk baku:

Oleh karena itu, sisa jurusan ilmu sosial melakukan praktik nyata berupa studi sosial budaya

b. Selain itu dusun ini memiliki areal untuk kemah atau camping seluas 5 hektar yang terletak di sebelah selatan dusun dan cukup aman untuk melakukan segala kegiatan yang berhubungan dengan alam (Aprillia Listiani, dkk., hal. 2)

Bentuk baku:

Selain itu, dusun ini memiliki areal untuk kemah atau camping seluas 5 hektar yang terletak di sebelah selatan dusun dan cukup aman untuk melakukan segala kegiatan yang berhubungan dengan alam

c. Jadi kesenian ini seharusnya lebih mudah untuk kita lestarikan sebagai salah satu kekayaan bangsa (Aprillia Listiani, dkk., hal. 46)

Bentuk baku:

Jadi, kesenian ini seharusnya lebih mudah untuk kita lestarikan sebagai salah satu kekayaan bangsa

d. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam laporan ini dan penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun (Marizka Parahamayu, dkk., hal. vii)

Bentuk baku:

Akhir kata, penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam laporan ini dan penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun

(14)

1 Contoh:

a. Kompleks percandian Prambanan ini termasuk kedalam dua wilayah yakni kompleks bagian barat masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan bagian timur termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah (Benedictus Julius, dkk., hal. 7)

Bentuk baku:

Kompleks percandian Prambanan ini termasuk kedalam dua wilayah, yakni kompleks bagian barat masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan bagian timur termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah

6. Penambahan tanda koma (,) sebelum kata sehingga. Contoh:

a. Hal tersebut dikarenakan tanah di daerah Pentingsari sangat subur karena berdekatan dengan Gunung Merapi, sehingga sangat berpotensi untuk melakukan pertanian (Marizka Paramahayu, dkk., hal. 11)

Bentuk baku:

Hal tersebut dikarenakan tanah di daerah Pentingsari sangat subur karena berdekatan dengan Gunung Merapi sehingga sangat berpotensi untuk melakukan pertanian

b. Kelompok kami menggunakan metode studi pustaka ini dengan tujuan melengkapi informasi yang telah kami terima, sehingga kelompok kami memiliki landasan teori yang akurat dan pasti kebenarannya (Marizka Paramahayu, dkk., hal. 13)

Bentuk baku:

Kelompok kami menggunakan metode studi pustaka ini dengan tujuan melengkapi informasi yang telah kami terima sehingga kelompok kami memiliki landasan teori yang akurat dan pasti kebenarannya

BAB V

PENUTUP

(15)

1 Tanda baca dapat memengaruhi pembacaan suatu kalimat dan arti dari kalimat tersebut. Dalam menerapkan tanda baca, kita harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku untuk meminimal kesalahan-kesalahan yang akan terjadi.

Para penulis sering tidak menghiraukan aturan-aturan yang ada sehingga banyak kesalahan yang tidak diketahui. Kesalahan-kesalahan tersebut, pada akhirnya, akan ditiru oleh orang-orang yang akan menggunakan makalah tersebut sebagai referensi. Hal itu tentunya akan menyebabkan suatu kekacauan bagi tata bahasa Indonesia karena semakin banyak orang yang meniru kesalahan-kesalahan tersebut. Banyak generasi mendatang yang tidak mengetahui cara penggunaan tanda baca yang benar. Maka dari itu, pembelajaran dan pemahaman mengenai tanda baca sangatlah penting karena sangat berpengaruh bagi masyarakat.

B. Saran

Kesalahan tanda baca yang disebabkan oleh penulis disebabkan kurangnya pengetahuan tentang tanda baca. Maka dari itu, sebagai pelajar yang baik, sebaiknya mempelajari dan mendalami cara-cara penggunaan tanda baca yang baik dan benar. Misalnya, dengan membaca buku mengenai EYD.

(16)

1

DAFTAR PUSTAKA

Angelina, Agnesia, dkk. 2010. “KEGIATAN STUDI SOSIAL BUDAYA DI DESA PENTINGSARI (DEWI PERI)”.

Hartanto, Vincent, dkk. 2010. “STUDI BUDAYA YOGYAKARTA-KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA WISATA PENTINGSARI (DEWI PERI)”.

Julius, Benedictus, dkk. 2010. “PERKEMBANGAN MASYARAKAT DESA PENTINGSARI”.

Listiani, Aprillia, dkk. 2010. “STUDI SOSIAL BUDAYA YOGYAKARTA KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA WISATA PENTINGSARI (DEWI PERI)”

Paramahayu, Marizka, dkk. 2010. “STUDI BUDAYA YOGYAKARTA-KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA WISATA PENTINGSARI (DEWI PERI)”.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan. Jakarta: Indonesia Tera.

Referensi

Dokumen terkait

Adalah sumber-sumber yang digunakan oleh Mahkamah Internasional dalam memutuskan masalah-masalah hubungan internasional.. Menurut Brierly,

Respons kebijakan moneter dari BI atas kejutan pada inflasi makanan tersebut hanya bertujuan untuk menjaga stabilitas inflasi non-makanan sehingga tidak terja- di tekanan kedua

Individu pemenang inilah yang bisa kawin (pindah silang). Metode roulette-wheel selection tidak mengkombinasikan masalah ini. Sebuah metode tournament selection

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kemiskinan di

Program sistem informasi geografis pemetaan kebutuhan sarana prasarana sekolah negeri di Kecamatan Madukara Kabupaten Banjarnegara memuat 18 tampilan halaman yang

Pada penelitian ini akan dilakukan pengembangan dari penelitian sebelumnya dengan menggunakan beberapa format dokumen / file yang berbeda untuk proses extraction,

epidemi SIR pada populasi manusia tak konstan dengan Treatment. 2) Menganalisis model matematika penyebaran penyakit Ebola untuk.. menentukan titik kesetimbangan dan

Analisis data mining yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik clustering atau pengelompokkan yang bertujuan untuk mengelompokan mahasiswa berdasarkan