• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Sosial Framing Media dalam Kasus Wo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Efek Sosial Framing Media dalam Kasus Wo"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Adhe Nuansa Wibisono

Kajian Terorisme FISIP UI NPM : 1206299023

Efek Sosial Framing Media dalam Penyerangan Woolwich

Makalah Individu – Media dan Terorisme

Latar Belakang

Pada sore hari 22 Mei 2013, Lee Rigby, seorang prajurit Angkatan Darat Inggris dan Drummer dari Royal Regiment of Fusiliers, dibunuh oleh dua penyerang di dekat Royal Artillery Barracks di Woolwich, London tenggara. Rigby sedang tidak bertugas dan berjalan di sepanjang Jalan Wellington ketika ia diserang. Dua pria menabraknya dengan mobil, kemudian menggunakan pisau yang digunakan untuk menusuk dan membunuhnya sampai mati. Para pelaku tersebut kemudian menyeret tubuh Rigby ke jalan. Dua penyerang, yang tetap di tempat kejadian sampai polisi tiba, mengatakan kepada orang yang lewat bahwa mereka telah membunuh seorang tentara Inggris untuk membalas pembunuhan terhadap kaum Muslim oleh tentara-tentara Inggris. Beberapa polisi tiba di lokasi sembilan menit setelah panggilan darurat dari publik, diikuti lima menit kemudian oleh petugas bersenjata. Kedua penyerang ditembak, ditangkap, dan kemudian dibawa ke rumah sakit yang terpisah. Kedua pelaku adalah warganegara Inggris keturunan Nigeria yang dibesarkan sebagai orang Kristen yang kemudian pindah memeluk agama Islam. Serangan itu dikecam oleh para pemimpin politik dan Muslim di Inggris dan di seluruh dunia pers.

(2)

Jika memang simbol Islam menjadi sesuatu yang menonjol dalam kasus ini, apakah framing pemberitaan dari media juga memberikan pengaruh bagi peningkatan isu anti Islam atau fenomena Islamophobia yang semakin marak di Inggris pasca kasus ini. Makalah ini kemudian diawali dengan sebuah pertanyaan mendasar untuk menelusuri hal itu lebih dalam, yaitu : Bagaimana efek sosial dari framing media dalam kasus penyerangan Woolwich?

Kerangka Konsep Media Framing

Robert Entman memberikan penjelasan bahwa framing mengandung unsur pemilahan (selection) dan penangkatan isu (salience). Untuk melakukan framing adalah untuk memilih beberapa aspek dari realitas dan membuatnya menjadi semakin menonjol (salience) dalam sebuah teks komunikasi, dalam pengertian lain untuk menunjukkan definisi masalah tertentu, intrepretasi kausal, evaluasi moral dan rekomendasi perlakuan pada masalah yang telah disebutkan. Framing kemudian melakukan pendefinisian masalah, yaitu menentukan apa yang dilakukan causal agent, dengan keuntungan dan kerugian apa, biasanya dilihat dalam kerangka nilai-nilai budaya yang umum. Melakukan diagnosa penyebab, mengidentifikasi akar utama dari suatu permasalahan, membuat penilaian moral, melakukan evaluasi terhadap causal agents dan efek yang dihasilkan, dan mengusulkan solusi, menawarkan rekomendasi perlakuan atas masalah yang ada dan memprediksi efek sosial yang akan muncul.1 Norris, Kern dan Just mengatakan bahwa esensi dari framing adalah menseleksi untuk mengutamakan sejumlah fakta atau melebihkannya dari fakta yang lain, sehingga secara tanpa sadar menonjolkan penafsiran dari satu peristiwa tertentu. Ketika framing pemberitaan konvensional merefleksikan norma dan nilai umum yang beredar luas dalam sebuah masyarakat, pemberitaan alternatif kemudian menawarkan pemberitaan yang berbeda dan kritis terhadap pemberitaan mainstream, menyediakan cara alternatif pada pemberitaan suatu peristiwa.2

Framing juga menonjolkan sejumlah informasi yang menjadi subyek dari pemberitaan, dalam upaya membuatnya menjadi salience. Makna dari salience sendiri perlu didefinisikan lebih rinci : membuat sejumlah informasi lebih menarik perhatian, memiliki arti dan lebih diingat oleh audiens. Penguatan dari salience menambah kemungkinan bahwa penerima pesan akan memahami informasi tersebut, menerima penafsiran dan masuk ke dalam memori audiens (Fiske and Taylor, 1991). Teks dapat membuat sejumlah informasi

1 Robert M. Entman, “Framing : Toward Clarification of a Fractured Paradigm”, Journal of Communication No. 43 (Autumn 1993), Hal 52

(3)

menjadi lebih menonjol dengan menggunakan penempatan dan pengulangan kata, atau menghubungkan teks dengan simbol-simbol budaya yang familiar. Meskipun demikian sebuah gagasan implisit yang tidak terlihat dalam sebuah teks bisa menjadi begitu menonjol, hal ini dapat terjadi apabila gagasan itu memiliki kesesuaian dengan schemata yang sudah melekat pada sistem berpikir para audiens penerima pesan. Dalam framing keberadaan sebuah schemata dan konsep lainnya seperti kategori, teks, stereotype

menunjukkan kluster dari gagasan yang mengarahkan pengolahan informasi individu (Graber 1989). Dikarenakan salience adalah produk dari interaksi antara teks dan penerima pesan, kehadiran framing dalam suatu teks, belum tentu memberikan pengaruh kepada cara berpikir audiens penerima pesan (Entman 1989, Graber 1988).3

Gambar 1. model framing dalam kasus terorisme

Melalui model ini, budaya sosial dipahami untuk dioperasikan pada level yang paling luas, yang berarti norma, nilai dan kepercayaan yang dominan pada setiap kelompok masyarakat. Pada kasus pemberitaan “satu-sisi”, terdapat suatu konsesus umum mengenai bagaimana aksi terorisme seharusnya diterjemahkan dalam setiap kelompok masyarakat tertentu, termasuk pada hampir sebagian pemimpin arus utama, termasuk pejabat pemerintah kelompok kepentingan, jurnalis dan masyarakat, serta beberapa suara yang mewakili perspektif alternatif. Pada pemberitaan “satu-sisi”, maka frame pemberitaan konvensional akan cenderung menguat dan berpengaruh dimana para politisi, jurnalis dan publik kemungkinan akan tidak menyadari proses ini dan pemberitaan media cenderung

(4)

tidak begitu kontroversial. Pemberitaan “satu-sisi” juga cenderung akan terjadi ketika negara teroris mengendalikan media massa nasional, baik melalui kepemilikan secara langsung atau melalui kuasa sensor yang meniadakan cara pandang minoritas. Sebaliknya akan terjadi proses kesadaran dan penyadaran yang lebih besar dalam framing pemberitaan “dua-sisi”, ketika persepsi dan evaluasi dari aksi-aksi kekerasan politik berbeda tajam diantara sub-budaya yang ada secara dalam mempengaruhi konflik, dan ketika komunitas yang terpisah berbagi akses ke media, seperti kelompok Katolik dan Potestan di Belfast, kelompok Muslim dan Yahudi di Yerusalem dan diantara kelompok Rusia dan Chechen di Grozny.4

Melalui perluasan konteks seperti ini maka framing pemberitaan dalam setiap masyarakat dapat dilihat melalui faktor berikut ini : fakta mendasar yang melingkupi aksi terorisme itu sendiri, dan cara bagaimana aksi terorisme ini diterjemahkan oleh pihak yang berwenang di pemerintahan (termasuk siaran pers, pidato, pernyataan dari pemimpin politik dan jurubicara instansi pemerintahan yang terkait, termasuk militer, aparat keamanan, aparat penegakan hukum dan badan intelijen, termasuk juga para pengamat ahli, kelompok kepentingan, analis strategis yang berkosentrasi pada isu-isu terorisme). Kemudian melalui komunike, manifesto, pernyataan pers atau wawancara dengan jurubicara yang mengartikulasikan tuntutan dari kelompok-kelompok alternatif. Sumber yang kredibel diharapkan dapat membentuk intrepretasi makna dari suatu peristiwa dengan menyediakan cara alternatif untuk memahami “siapa”, “apa” dan “mengapa” dari suatu aksi terorisme.5

Framing pemberitaan juga akan mempengaruhi opini publik, khususnya jika terdapat pemberitaan “satu-sisi”, termasuk apa yang dipahami publik sebagai suatu aksi terorisme, bagaimana mereka mengevaluasi pelaku dan isu utama yang diperebutkan, dan seberapa jauh peliputan berita mempengaruhi perhatian dan persepsi publik mengenai risiko dan ancaman dari aksi terorisme selanjutnya. Framing pemberitaan diperkirakan juga membentuk agenda kebijakan publik, termasuk respon terhadap aksi terorisme oleh pejabat pemerintah dan pihak keamanan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui opini publik.6

Profil Pelaku dan Korban Penyerangan Woolwich

4 Pippa Norris, Montague Kern, and Marion Just, “Framing Terrorism”, dalam (Editor) Pippa Norris, Montague Kern, and Marion Just,Framing Terrorism : The News Media, The Government and The Public”, (London : Routledge, 2003), Hal 12

5 Pippa Norris, Montague Kern, and Marion Just, “Framing Terrorism”, dalam (Editor) Pippa Norris, Montague Kern, and Marion Just,Framing Terrorism : The News Media, The Government and The Public”, (London : Routledge, 2003), Hal 12-13

(5)

Michael Olumide Adebolajo (Pelaku)

Michael Olumide Adebolajo, lahir di Lambeth dalam keluarga Kristen, kemudian kuliah sosiologi di University of Greenwich. Adebolajo menjadi salah satu dari dua tersangka pada kasus pembunuhan Lee Rigby, juga atas tuntutan kepemilikan senjata api. Dia memiliki sejarah keterlibatan dalam aktivitas Islam radikal termasuk penangkapan sebelumnya dalam sebuah aksi demonstrasi. Menurut Anjem Choudary, seorang ulama muslim radikal, Adebolajo mengubah agamanya dari Kristen ke Islam pada tahun 2003 dan memiliki hubungan dengan kelompok Islam radikal Al Muhajiroun. Adebolajo terlihat memberitakan retorika anti-Barat di Woolwich pada aksi demonstrasi yang digelar oleh Al Muhajiroun. Pada tahun 2006, Adebolajo ditangkap disekitar Old Bailey selama aksi protes atas kasus persidangan Mizanur Rahman. Pada tahun 2010, Adebolajo ditangkap di Kenya bersama lima orang lainnya. Boniface Mwaniki, kepala unit anti-terorisme Kenya, mengatakan mereka percaya bahwa Adebolajo berencana untuk mengikuti pelatihan kelompok militan Al-Shabab yang memiliki jaringan dengan Al Qaeda. Adebolajo mendapatkan bantuan konsuler oleh Kantor Luar Negeri Inggris. Dia diserahkan kepada pemerintah Inggris di Kenya dan dideportasi kembali ke Inggris. Pada saat penangkapannya Adebolajo menggunakan nama Michael Olemendis Ndemolajo.7

Michael Oluwatobi Adebowale (Pelaku)

Michael Oluwatobi Adebowale berusia 22 tahun lahir di Nigeria, Adebowale juga mengenyam pendidikan tinggi di University of Greenwich. Ibunya adalah petugas percobaan dan ayahnya seorang anggota staf di Komisi Tinggi Nigeria. Pada tanggal 28 Mei Adebowale dipulangkan dari rumah sakit dan dibawa ke kantor polisi di selatan London. Adebowale menjadi salah satu dari dua tersangka pada kasus pembunuhan Lee Rigby, juga atas tuntutan kepemilikan senjata api.8

Lee Rigby (Korban)

Lee Rigby, seorang tentara dari 2nd Battalion The Royal Regiment of Fusiliers. Rigby berasal dari Manchester di barat laut Inggris, adalah seorang drummer di sebuah band militer yang pernah bertugas di Afghanistan, Jerman, dan Siprus. Ia ditempatkan di London

7 The Telegraph News, “Woolwich attack: why was suspect Michael Adebolajo free to kill?”,

http://www.telegraph.co.uk/news/uknews/terrorism-in-the-uk/10077439/Woolwich-attack-why-was-suspect-Michael-Adebolajo-free-to-kill.html , diakses pada 31 Mei 2013

8 The Telegraph News, “Woolwich attack: why was suspect Michael Adebolajo free to kill?”,

(6)

pada saat kematiannya. Lee Rigby bergabung dengan Angkatan Darat pada tahun 2006. Rigby juga ikut ambil bagian dalam Regimental Recruiting Team di London pada tahun 2011. "Seorang prajurit yang berpengalaman dan berbakat dan penembak senapan mesin, dia adalah seorang prajurit sejati dan memilki pengabdian ketentaraan di Afghanistan, Jerman dan Siprus," kata komandannya Letkol Jim Taylor. Rigby, yang terdaftar pada dinas ketentaraan pada tahun 2006, juga "seorang parjurit yang populer dan cerdas," kata seorang rekan di Angkatan Darat Inggris.9

Kronologi Penyerangan Woolwich

Serangan itu terjadi sekitar pukul 14:20 di Wellington Street, dekat persimpangan dengan John Wilson Street, bagian dari South Circular Road (A205) di Woolwich, sekitar 300 sampai 400 meter dari perimeter Royal Artilerry Barracks dimana Lee Rigby tinggal. Dia tidak bertugas pada saat itu dan mengenakan jaket Help for Heroes.Rigby kemudian secara sengaja ditabrak oleh penyerang di dalam mobil, kemudian ditusuk dan dibunuh oleh dua orang bersenjata dengan pisau. Setelah membunuh Rigby pelaku berusaha untuk memenggal kepalanya. Berikut ini adalah kronologi kasus penyerangan Woolwich yang dilakukan oleh Michael Adebolajo dan Michael Adebowale yang menyebabkan kematian seorang tentara Inggris10 :

Rabu, 22 Mei 2013

14.20 : Serangan terjadi di dekat Royal Artillery Woolwich Barracks Sebuah mobil melaju melewati batas trotoar dan menabrak seorang pria yang mengenakan jaket Help For Heroes 14.20 : Dua orang pria menyerang korban itu dengan pisau dan pisau daging, menusuknya hingga tewas kemudian memenggalnya

14.30 : Salah seorang penyerang (Adebolajo) direkam pada rekaman ponsel kemudian dengan tangan berlumuran darah memegang pisau kemudian berkata bahwa kematian “tentara Inggris” itu adalah "mata untuk mata" atas kematian banyak muslim

14.30 : Ingrid Loyau-Kennett, seorang scout wanita yang berani mencoba untuk berbicara dengan penyerang lain (Adebowale)

14.40 : Polisi tiba di tempat kejadian kemudian terjadi tembak menembak antara polisi dengan pelaku

14.40 : Polisi menembak dan melukai dua tersangka

9 New York Daily News, “Woolwich Attack: British soldier Lee Rigby died 'in the most horrific way possible,' says relative”,

http://www.nydailynews.com/news/crime/london-attack-lee-rigby-identified-british-soldier-hacked-death-article-1.1352671 , diakses pada 30 Mei 2013

10 Mirror News, “Woolwich attack: Picture timeline of how horrific events unfolded leaving soldier dead”,

(7)

Kemudian kita dapat melihat versi kronologi lainnya mengenai kasus penyerangan Woolwich ini yang terjadi di dekat Royal Artilerry Barracks melalui pernyataan seorang polisi London11 :

Rabu, 22 Mei 2013

14.20 : Polisi Metropolitan London menerima panggilan pertama yang berkaitan dengan insiden pada John Wilson Street di Woolwich. Penelepon mengatakan seorang pria sedang diserang. Panggilan berikutnya menggambarkan dua penyerang.

14.24 : Petugas diperintahkan ke TKP.

14:29 : pertama polisi London tiba dan menemukan korban, yang kemudian dinyatakan meninggal.

14.34 : Kedua tersangka ditembak dan kemudian dibawa ke rumah sakit setempat yang terpisah.

Tidak ada keterangan waktu yang resmi dari kepolisian mengenai detail penyerangan dan pengakuan berikut ini didapat dari salah satu pelaku yang direkam melalui kamera video oleh seorang pejalan kaki. Pihak yang berwenang juga tidak menggambarkan detail resmi dari kasus penyerangan ini. Tapi kasus penyerangan ini kurang lebih dapat digambarkan sebagai berikut: Menurut laporan saksi mata, terdapat dua orang pria kulit hitam membawa senjata, termasuk pisau dan pistol, mendekati korban di dekat Royal Artillery Barracks di Woolwich dan mulai menusuknya. Beberapa saksi mata melaporkan korban itu kemudian itu dipenggal, meskipun ini tidak pernah klarifikasi resmi dari kepolisian. Saksi lainnya mengatakan korban mengalami pendarahan akut.

Thomas, saksi lain yang dihubungi BBC, mengatakan: "Saya tiba di beberapa saat setelah hal itu terjadi karena Anda dapat mendengar suara tembakan dari Woolwich High Street." Pada dasarnya dua orang melakukan serangan penusukan pada tentara muda yang berjalan di sepanjang jalan, kemudian polisi meresponnya dengan menembak para pelaku di depan publik, pada saat yang sama aku tidak bisa benar-benar tahu apakah tentara itu mengalami luka yang fatal atau tidak karena polisi mengerumuninya.12

Motivasi Pelaku Penyerangan Woolwich

Sebenarnya apa yang menjadi motivasi dari para pelaku penyerangan Woolwich ini sehingga menyerang seorang tentara Inggris? Kita dapat melihatnya secara lebih mendalam

11 International Business Times, “London Attack 2013 Timeline: A By-The-Minute Account Of The Woolwich Assault”,

(8)

pada pernyataan yang diberikan oleh salah seorang pelaku, Michael Adebolajo, ketika ada seorang saksi mata yang merekam pernyataan Adebolajo sesaat setelah terjadi indisen penusukan tersebut, pernyataan tersebut kemudian ditayangkan baik di televisi maupun di internet :

“Alasan kami membunuh orang ini saat ini adalah karena umat Islam sedang sekarat setiap hari oleh tentara Inggris. Dan tentara Inggris (korban) hanyalah satu orang. Ini adalah mata diganti mata dan gigi diganti gigi. Demi Allah, kami bersumpah kepada Allah bahwa kami tidak akan pernah berhenti berjuang sampai anda meninggalkan kami sendirian. Jadi bagaimana jika kita ingin hidup dengan hukum Syariah di negara Muslim? Kenapa itu berarti anda harus mengikuti kami dan mengejar kami dan menyebut kami ekstremis dan membunuh kami. Sebaliknya kebanyakan anda yang ekstrim. Anda adalah orang-orang yang bila menjatuhkan bom hanya berpikir itu hanya mengenai satu orang? Atau lebih tepatnya bom yang anda jatuhkan membunuh dan memusnahkan seluruh keluarga?”.13 Selain itu Michael Adebolajo juga menyitir salah satu ayat dalam surat At-Taubah ayat 5, untuk melegitimati tindakan pembunuhan yang dilakukannya. Saya memilih untuk memasukkan versi ayat dalam bahasa Inggris sehingga sesuai dengan apa yang dikatakan Adebolajo dalam pernyataannya di kasus tersebut, "Slay the mushrikin wherever you find them, and take them (captive), and besiege them, and prepare for them each ambush..." (Qur'an 9:5)14

(9)

Selain itu kita juga akan melihat opini orang-orang terdekat pelaku mengenai latar belakang dar pelaku. Bakri Muhammad, seorang ulama radikal Inggris yang sekarang menetap di Lebanon, berkata, “Saya melihat video ini dan saya bisa melihat bahwa dia adalah orang yang berani. Dalam Islam hal ini dapat dibenarkan, ia tidak menargetkan warga sipil, ia membunuh seorang militer dalam operasi. Untuk orang di Timur Tengah, dia adalah pahlawan atas apa yang telah ia lakukan”. Bakri Muhammad kemudian berkata, “Saya mengenalnya sebagai Michael ketika ia datang ke pertemuan dan kemudian ia melakukan pertaubatan dan kemudian dikenal sebagai Abdullah, saya dengar dia kemudian mulai menyebut dirinya Mujahid. Dia bertanya mengenai ilmu agama, ia penasaran. Dia pertama kali mulai datang ketika protes perang Irak dan perang melawan teror bermunculan. Apakah saya mempengaruhinya atau tidak, saya tidak tahu. Namun dia adalah anak yang pendiam, jadi sesuatu yang telah terjadi.”16

Anjem Choudary, mantan ketua umum Al Muhajiroun, kelompok radikal Islam yang berkembang di Inggris, mengatakan bahwa Adebolajo pernah mengikuti beberapa aksi demonstrasi pada tahun 2003, Adebolajo juga telah mengikuti kajian-kajian khusus yang dibimbing oleh Omar Bakri Muhammed, pendiri Al Muhajiroun. Bakri Muhammed adalah seorang ulama kelahiran Suriah mendirikan Al Muhajiroun di Saudi Arabia pada tahun 1983, kemudian pemerintah Arab Saudi melarang organisasi ini pada tahun 1986. Bakri

Muhammed kemudian pindah menuju Inggris pada tahun 1986 dan membentuk kembali Al

Muhajiroun pada tahun 1996. Kelompok ini kemudian menggelar acara yang bertajuk “The Magnificent 19”, sebuah rangkaian acara yang memuji tindakan para pembajak 9/11.

Al Muhajiroun kemudian dilarang oleh pemerintah Inggris pada tahun 2004, tetapi dibentuk kembali lima tahun kemudian pada tahun 2009. Meskipun demikian, pemerintah Inggris telah melarang keberadaan Al Muhajiroun dan underbouw-nya Islam4UK pada tahun 2010, di bawah UU Terorisme Tahun 2000. Dua organisasi sayap lainnya, The Saviour Sect

dan Al Ghurabaa, telah dilarang pada tahun 206. Al Muhajiroun atau kelompok yang terkait dengannya telah diduga memiliki keterlibatan pada dua kasus pengeboman, yaitu pada pengeboman Tel Aviv 2003 dan sebuah ledakan di luar barak militer di India. Kelompok ini juga diduga terlibat pada rencana pengeboman pada tahun 2003-2004 di beberapa titik di London.17

16 The Independent News, “Exclusive: Woolwich killings suspect Michael Adebolajo was inspired by cleric banned from UK after urging followers to behead enemies of Islam”, http://www.independent.co.uk/news/uk/crime/exclusive-woolwich-killings-suspect-michael-adebolajo-was-inspired-by-cleric-banned-from-uk-after-urging-followers-to-behead-enemies-of-islam-8630125.html , diakses pada 31 Mei 2013

(10)

Abu Nusaybah, teman Adebolajo, menyatakan dalam sebuah wawancara pada BBC pada tanggal 25 Mei bahwa Adebolajo mengeluhkan tentang pertanyaan Dinas Keamanan Inggris (MI5) mengenai informasinya akan "orang tertentu". Dia menceritakan keluhan Adebolajo bahwa MI5 telah memintanya untuk bekerja dengan mereka sebagai informan, yang kemudian ditolak oleh Adebolajo. Abu Nusaybah mengatakan bahwa Adebolajo bercerita kepadanya bahwa dia mengalami penyiksaan dan kekerasan seksual selama berada dalam penahanan di Kenya.18 “Setelah pulang dari Kenya, Adebolajo agak berubah, dia menjadi lebih pemurung dan pendiam, dan tidak biasanya dia berbicara kepada dirinya sendiri, ungkap Abu Nusaybah. Anjem Choudary, mantan pemimpin kelompok radikal Inggris Al Muhajirun, mengatakan bahwa Adebolajo adalah seorang pemeluk agama Kristen yang masuk Islam sekitar tahun 2003. Choudary mengatakan kepada The Associated Press bahwa Adebolajo berpartisipasi dalam beberapa kelompok demonstrasi di London pada tahun 2010.19

Analisa Framing Pemberitaan Penyerangan Woolwich

Gambar 2.Judul Headline dalam Kasus Penyerangan Woolwich

18 BBC News, “Woolwich attack: MI5 'offered job to suspect”, http://www.bbc.co.uk/news/uk-22664468 , diakses pada 31 Mei 2013 19 Huffington Post, “Abu Nusaybah, 'Friend' Of London Attack Suspect Michael Adebolajo, Arrested After BBC Interview”,

(11)

Framing dilakukan dengan menonjolkan sejumlah informasi yang menjadi subyek dari pemberitaan, dalam upaya membuatnya menjadi salience. Makna dari salience sendiri perlu didefinisikan lebih rinci : membuat sejumlah informasi lebih menarik perhatian, memiliki arti dan lebih diingat oleh audiens. Penguatan dari salience menambah kemungkinan bahwa penerima pesan akan memahami informasi tersebut, menerima penafsiran dan masuk ke dalam memori audiens (Fiske and Taylor, 1991). Teks dapat membuat sejumlah informasi menjadi lebih menonjol dengan menggunakan penempatan dan pengulangan kata, atau menghubungkan teks dengan simbol-simbol budaya yang familiar. Meskipun demikian sebuah gagasan implisit yang tidak terlihat dalam sebuah teks bisa menjadi begitu menonjol, hal ini dapat terjadi apabila gagasan itu memiliki kesesuaian dengan schemata yang sudah melekat pada sistem berpikir para audiens penerima pesan. Dalam framing keberadaan sebuah schemata dan konsep lainnya seperti kategori, teks, stereotype

menunjukkan kluster dari gagasan yang mengarahkan pengolahan informasi individu (Graber 1989).

Jika melihat dari definisi framing yang demikian maka kita dapat melihat bahwa maisntream pemberitaan berupaya untuk melakukan framing pemberitaan dengan mengutamakan kepada subjek pelaku dan pernyataannya yang sempat direkam oleh seorang saksi mata. Apa yang kemudian hal yang coba diangkat menjadi lebih salience, kita bisa melihatnya pada beberapa judul suratkabar di Inggris yang kemudian menjadikan kasus penyerangan Woolwich ini sebagai berita utama. Pada suratkabar Daily Mail kita mendapatkan judul “Blood on his hands, hatred in his eyes” sebagai sebuah teks yang dipilih disertai dengan gambar pelaku dengan tangan dan pisau yang berlumuran darah. Elemen yang coba diangkat pada suratkabar ini adalah pelaku ini adalah seorang maniak pembunuh yang memiliki kebencian yang tidak wajar. Sementara itu pada suratkabar The Guardian kita mendapatkan judul “You people will never be safe”, yang menekankan bahwa ancaman dari pelaku terorisme dengan gambar memegang pisau berlumuran darah akan selalu ada dan terus mengancam kehidupan masyarakat Inggris dan dapat menimbulkan efek histeria kepada persepsi publik.

(12)

judul berita “Beheaded on a british street” dan kemudian Daily Star dengan “Soldier Beheaded On London Street”. Daily Mirro dan Daily Star juga memasang gambar pelakunya secara besar, satu halaman penuh, dan kita juga dapat melihat warna merah pada pisau dan tangan berlumuran darah dari sang pelaku. Hanya Daily Express saja yang tidak memasang gambar pelaku secara eksplisit pada headline-nya. Penggunaan kata “behead” atau “beheaded” yang berarti pemenggalan kepala juga menjadi teks yang dipilih oleh tiga suratkabar tersebut untuk merepresentasi persepsi dominan dari isi pemberitaan yang akan ditampilkan.

Apa kemudian yang menjadi salience dalam beberapa pemberitaan ini adalah foto pelaku yang memgang dua pisau dan berlumuran darah sang korban menjadi begitu dominan dalam persepsi publik Inggris. Hampiir semua suratkabar memasang gambar pelaku sebagai cover halaman depan yang kemudian menjadikan sosok pelaku sebagai simbolisasi dari kasus penyerangan Woolwich ini. Kemudian jika kita melihat dari

penggunaan teks maka kita akan mendapati kata “beheaded” atau pemenggalan kepala

sebagai teks yang dominan muncul dalam berbagai pemberitaan suratkabar mengenai kasus penyerangan Woolwich ini. Citra akan pembunuh berdarah dingin yang melakukan pemenggalan kepala kemudian menjadi persepsi umum yang diterima oleh publik Inggris dalam melihat kasus penyerangan Woolwich.

Hal lain yang kemudian menjadi menonjol terlihat dalam pemberitaan melalui siaran ulang video pernyataan dari Michael Adebolajo yang kemudian dilansir oleh berbagai pemberitaan online dan televisi. Berikut beberapa cuplikan pernyataan dari Abodelajo dalam kasus ini, “Alasan kami membunuh orang ini saat ini adalah karena umat Islam sedang sekarat setiap hari oleh tentara Inggris”, “Ini adalah mata diganti mata dan gigi diganti gigi. Demi Allah, kami bersumpah kepada Allah bahwa kami tidak akan pernah berhenti berjuang sampai anda meninggalkan kami sendirian”, “Kami terpengaruh melalui banyak ayat-ayat dalam Alquran bahwa kami harus melawan mereka karena mereka melawan kami. Mata diganti mata dan gigi diganti gigi”. Video pernyataan ini kemudian diunggah melalui situs Youtube dan juga dilansir oleh berbagai stasiun televisi dan juga situs pemberitaan online. Melalui titik ini kita bisa melihat bahwa Adebolajo yang menjadikan identitas Islam sebagai legitimasi atas serangannya kepada Lee Rigby, seorang tentara Inggris.

(13)

akan Islam yang kemudian menjadikan Abodelajo melakukan penyerangan. Dari pembahasan ini kita kemudian bisa melihat elemen-elemen apa yang kemudian coba diangkat menjadi sesuatu yang salience dalam pemberitaan. Saya mendapati beberapa teks dan citra yang kemudian cukup dominan diangkat adalah : “Blood, knife, african people, beheaded, muslim, islam, retaliation, terror”. Teks dominan ini kemudian mempengaruhi persepsi publik dan kemudian menghasilkan respon yang cukup dinamis, diantaranya adalah meningkatnya gejala anti-muslim dan islamophobia di kalangan publik Inggris. Apakah kemunculan teks dominan ini kemudian juga ada kaitannya dengan gejala anti islam yang kemudian terjadi?

Efek Sosial dan Isu Anti Islam Pasca Penyerangan Woolwich

Pasca serangan Woolwich yang dimana framing pemberitaan menunjukkan simbolisasi yang menonjol antara Islam dengan pelaku serangan memicu efek sosial yang menjurus kepada rasialisme dan islamophobia. Hal ini bisa dilihat dari berbagai insiden seperti aksi demonstrasi oleh kelompok ultra nasionalis English Defense League (EDL), meningkatnya ancaman kepada warga muslim dan juga adanya serangan terhadap bangunan keagamaan seperti masjid. Beberapa contoh insiden yang menunjukkan adanya isu anti muslim, islamophobia dan rasialisme dapat dilihat dalam beberapa insiden berikut ini :

Demonstrasi anti Islam, Puluhan pendukung Liga Pertahanan Inggris melemparkan

botol ke arah polisi dan meneriakkan slogan-slogan anti-Muslim di Woolwich setelah pembunuhan tentara pada Rabu sore. Sekitar 100 orang, termasuk beberapa mengenakan penutup kepala dicetak dengan "EDL", terlibat dalam bentrokan dengan polisi selama kurang dari satu jam. Pemimpin EDL Tommy Robinson mengatakan: "Mereka memotong kepala tentara kita, ini adalah Islam. Itulah yang kita lihat hari ini Mereka telah memotong salah satu kepala tentara kita di jalanan London" Kami adalah generasi yang diajarkan melalui sekolah bahwa Islam adalah agama damai. Ini tidak. Ini tidak pernah ada.20

Pembakaran dan pengrusakan masjid, Dua orang telah didakwa atas serangan

terpisah di masjid. Tersangka pembakaran Andrew John Grindlay, 45, dari Rochester, dengan bermotif agama kerusakan kriminal dan perampokan. Tersangka lainnya adalah Geoffrey Ryan, 43, atas dugaan percobaan pembakaran setelah ia dikabarkan masuk ke masjid dengan pisau di Braintree, Essex. English Defence League, sebuah kelompok sayap kanan

20 The Guardian News, “Woolwich attack prompts fears of backlash against British Muslims”,

(14)

dengan kuat kecenderungan anti-Islam, telah mengadakan serangkaian protes, sementara organisasi komunitas Muslim telah melaporkan adanya peningkatan dalam serangan dan pelecehan terhadap kelompok muslim. Salah satu masjid di kota Inggris utara Grimsby telah dihancurkan, dan kata "ISLAM" yang dipulas dalam huruf merah besar di Royal Air Force Bomber Command di Green Park London, dekat dengan Istana Buckingham. Dua orang telah didakwa dalam serangan pembakaran.21

Ancaman pembunuhan dan tindak kekerasan, Tell Mama (Measuring Anti

Muslim Attack), sebuah kelompok yang berbasis di London yang memantau gejala kekerasan antiMuslim. Mengabarkan bahwa terdapat 38 laporan tentang insiden antiMuslim -kebanyakan dari mereka secara online dan delapan pada tingkat jalanan. Sebagai perbandingan, pada tahun pertama operasinya (hingga Maret 2013) Tell Mama tercatat 632 insiden secara total, rata-rata sekitar 12 minggu. Tell Mama mengatakan insiden terbaru yang terlibat, paling buruk, mereka mengancam untuk membunuh warga muslim tetapi sebagian besar adalah ancaman yang lebih ringan - meludah, komentar negatif tentang Muslim dan satu insiden di mana seorang wanita diancam dengan kekerasan. Ia juga mengatakan di atas rekaman serangan terhadap masjid ada lima ancaman lebih lanjut untuk menyerang bangunan keagamaan.

Kesimpulan

Kasus penyerangan Woolwich ini menjadi pemicu bagi lahirnya gelombang baru anti muslim dan islamophobia di Inggris. Michael Adobelajo dan Michael Adebowale menggunakan doktrin dan identitas Islam sebagai dasar legitimasi melakukan penyerangan dan pembunuhan kepada tentara Inggris, Lee Rigby. Adobelajo beralasan bahwa serangan ini dimaksudkan sebagai tindakan balasan (retaliation) dari pendudukan tentara Inggris di beberapa negara-negara muslim. Pesan yang disampaikan Adobelajo kemudian menjadi sumber intreperatsi yang dominan mengenai pengaruh identitas Islam dalam kasus penyerangan ini. Adobelajo berkali-kali menyebutkan teks-teks yang berkaitan dengan Islam dalam pernyataannya. Kemudian pesan ini semakin diperkuat dengan framing pemberitaan yang menunjukkan beberapa teks yang dominan seperti ““Blood, knife, african people,

beheaded, muslim, islam, retaliation, terror”. Citra seorang Adobelajo yang memegang pisau berlumuran darah dan kemudian membuat pernyataan akan komitmen keagamaannya menjadi suatu citra yang begitu mendalam dalam benak publik Inggris, bahwa terorisme di Inggris kembali hadir.

21 Huffington Post, “Lee Rigby, UK Soldier, Died From Cuts, Stab Wounds, Autopsy Says”,

(15)

Efek sosial dari penyerangan Woolwich dan framing pemberitaan yang menyertainya dengan menonjolkan simbol-simbol dominan seperti identitas Islam kemudian memicu gelombang anti-muslim, islamophobia dan rasialisme yang didorong oleh kelompok ultranasionalis English Defence League (EDL). Meningkatnya gelombang anti muslim ini juga disertai dengan meningkatnya insiden kekerasan kepada kelompok muslim seperti adanya demonstrasi anti islam, pengrusakan masjid dan adanya ancaman pembunuhan kepada kelompok muslim. Dengan demikian dapat dikatakan peristiwa Woolwich dan framing pemberitaan yang menyertainya juga mendorong terjadinya peningkatan gelombang islamophobia yang sampai saat ini terus berlangsung.

Referensi

Entman, Robert M. “Framing : Toward Clarification of a Fractured Paradigm”, Journal of Communication No. 43 (Autumn 1993)

Norris, Pippa, Montague Kern, and Marion Just, “Framing Terrorism”, dalam (Editor) Pippa Norris, Montague Kern, and Marion Just, “Framing Terrorism : The News Media, The Government and The Public”, (London : Routledge, 2003)

The Telegraph News, “Woolwich attack: why was suspect Michael Adebolajo free to kill?”, http://www.telegraph.co.uk/news/uknews/terrorism-in-the-uk/10077439/Woolwich-attack-why-was-suspect-Michael-Adebolajo-free-to-kill.html , diakses pada 31 Mei 2013

New York Daily News, “Woolwich Attack: British soldier Lee Rigby died 'in the most horrific way possible,' says relative”, http://www.nydailynews.com/news/crime/london-attack-lee-rigby-identified-british-soldier-hacked-death-article-1.1352671 , diakses pada 30 Mei 2013

Mirror News, “Woolwich attack: Picture timeline of how horrific events unfolded leaving soldier dead”, http://www.mirror.co.uk/news/uk-news/woolwich-attack-picture-timeline-how-1906992, diakses pada 30 Mei 2013

International Business Times, “London Attack 2013 Timeline: A By-The-Minute Account Of The Woolwich Assault”, http://www.ibtimes.com/london-attack-2013-timeline-minute-account-woolwich-assault-1276903 , diakses pada 31 Mei 2013

The Independent News, “Exclusive: Woolwich killings suspect Michael Adebolajo was inspired by cleric banned from UK after urging followers to behead enemies of Islam”,

(16)

BBC News, “Woolwich attack: MI5 'offered job to suspect”,

http://www.bbc.co.uk/news/uk-22664468 , diakses pada 31 Mei 2013

Huffington Post, “Abu Nusaybah, 'Friend' Of London Attack Suspect Michael Adebolajo, Arrested After BBC Interview”, http://www.huffingtonpost.com/2013/05/25/abu-nusaybah-arrested-michael-adebolajo-london-attack_n_3336344.html , diakses pada 31 Mei 2013

The Guardian News, “Woolwich attack prompts fears of backlash against British

Muslims”,

http://www.guardian.co.uk/uk/2013/may/23/woolwich-attack-backlash-british-muslims , diakses pada 31 Mei 2013

Huffington Post, “Lee Rigby, UK Soldier, Died From Cuts, Stab Wounds, Autopsy

Says”,

http://www.huffingtonpost.com/2013/05/29/lee-rigby-died-cuts-stab-wounds-autopsy_n_3352738.html , diakses pada 31 Mei 2013

Gambar

Gambar 1. model framing dalam kasus terorisme
Gambar 2.Judul Headline dalam Kasus Penyerangan Woolwich

Referensi

Dokumen terkait

Pada minggu-minggu awal mahasiswa diterjunkan ke sekolah tidak langsung mengajar dan bertatap muka dengan para siswa, akan tetapi mahasiswa belajar dengan memperhatikan

Tabel 6. Indikator Kebiasaan Positif untuk Show and Tell.. LQGLNDWRU GLNHPEDQJNDQ VHFDUD PRGL¿NDWLI yakni menggunakan media yang memiliki cerita yang bernilai social life

Hasil penelitian dilihat dari beberapa indikator: (1) kondisi kelembagaan menunjukkan, sekolah umumnya mempunyai pengelola khusus kelengkapan surat ijin dalam

Berdasarkan Hasil Prakualifikasi Pekerjaan/Kegiatan Penyusunan Strategi Sanitasi Kota Bandar Lampung, dengan ini kami umumkan hasil penetapan perusahaan konsultan yang masuk

Dengan melihat kondisi kota Makassar dari berbagai aspek seperti aktifitas masyarakat pesisir, pemanfaatan pariwisata pantai, penimbuanan wilayah pesisir

dengan nilai pendidikan yang terdapat dalam drama tradisional besutan. 3) Mengelompokkan data atau mengklasifikasikan data berdasarkan struktur. dan nilai pendidikan drama

Model pembelajaran berbasis portofolio mensyaratkan guru yang reaktif. Sebab tidak jarang pada awal pelaksanaan model ini, siswa ragu bahkan. malu untuk

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Bauran Pemasaran Politik yang terdiri dari produk, promosi, harga, dan penempatan mempengaruhi Keputusan Memilih Gus