• Tidak ada hasil yang ditemukan

pendidikan Lingkungan Hidup dalam PAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pendidikan Lingkungan Hidup dalam PAK"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI SISWA SD

(Romauly Siska Simandjuntak, S.Th, M.Pd.K)

1. HAKIKAT PENDIDIKAN 1.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan berasal dari dua kata latin yaitu educates dengan istilah jabarannya educare dan educere. Kata pertama memberi arti merawat, melengkapi, memberi gizi agar sehat dan kuat. Sedangkan kata yang kedua

berarti membimbing keluar dari, …”. Berdasarkan pengertian ini dapat diartikan

bahwa pendiidkan merupakan suatu usaha secara sengaja untuk

memperlengkapi seseorang atau sekelompok orang guna membimbingnya

keluar dari satu tahap ke tahap hidup berikutnya (Sidjabat, 1996:15)1

Sementara itu menurut John Dewey, pendidikan merupakan suatu proses

pendekatan cerdas dan emosional terhadap alam dan sesama manusia (Robert

R Boehlke, 2005:6212). Sedangkan Montessori berpendapat bahwa pendidikan

memperkenalkan cara dan jalan kepada peserta didik untuk membina dirinya

sendiri (B.S Sidjabat, 1996:49)3

George R Knight melengkapi definisi pendidikan dalam istilah

pengetahuan, dimana pengetahuan ialah proses dari pendidikan di sekolah yang

1 B.S Sidjabat dalam J Simanjuntak., Filsafat Pendidikan Kristen., (Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2013),h. 66

2 . Robert Boehlkie., Sejarah Pemikiran dan Praktek PAK jilid I., (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2005),h.621

(2)

tidak terbatas pada konteks institusi. Pengetahuan ini bersifat kekal dan terjadi

pada setiap waktu dan tempat4.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan merupaka usaha yang

dilakukan secara sadar oleh pihak tertentu dalam suatu komunitas (orangtua

dalam keluarga, guru dalam sekolah, setiap warga dalam masyarakat dan

pemerintah dalam Negara) untuk membimbing dan mengarahkan seseorang

pada suatu hal yang bermanfaat dan memberi pengetahuan.

1.2 Pengertian Pendidikan Agama Kristen

Pada abad pertama kekristenan ada beberapa ahli yang memberikan konsep

tentang pendidikan agama Kristen. Seperti Agustinus (345-340) mengemukakan

bahwa Pendidikan Agama Kristen ialah pendidikan yang mengajak orang untuk

dapat mengenal dan melihat siapa Allah. Dalam hal ini pendidikan yang diajarkan

berpusat pada Allah terutama dalam hal penciptaan langit dan bumi. Sementara

itu menurut Marthin Luther (1483-1548) PAK adalah pendidikan yang melibatkan

warga jemaat untuk belajar tertib dan teratur agar semakin menyadari dosa

mereka dan menikmati kemerdekaan dalam Kristus5.

Dalam perkembangan selanjutnya menurut Campbell Wyckoff (1957) PAK

adalah pendidikan yang menyadarkan setiap orang akan kasih Allah didalam

Yesus Kristus,agar mereka menyadari keberadaan diri mereka dan bertumbuh

4 . ibid

(3)

sebagai anak Allah dalam persektuan Kristen. Dalam Konferensi Kajian PAK di

Sukabumi pada tahun 1955, Homrighaussen mengemukakan bahwa PAK ialah

suatu proses yang akan membawa setiap orang baik tua maupun muda untuk

masuk kedalam persekutuan yang hidup dengan, oleh dan didalam Tuhan

sehingga terhisab dalam persekutuan yang memuliakan namaNya di segala

waktu dan tempat6

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah

usaha secara sadar yang dilakukan oleh pihak gereja untuk memperkenalkan

Tuhan Allah didalam Yesus Kristus dan Roh Kudus, agar generasi muda maupun

tua mengimani persekutuan dengan Dia yang membawa keselamatan dan

memuliakan nama Tuhan didalam kehidupannya.

1.3 Dasar Pendidikan Agama Kristen

Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang berpusat kepada

Allah. Pendidikan adalah sarana yang dipakai oleh Roh Kudus untuk membawa

para murid kepada persekutuan dengan Allah didalam Yesus Kristus dengan

demikian setiap orang dapat dimampukan untuk hidup taat dan memenuhi

maksud Allah didalam hidupnya7.

Pendidikan dan pengajaran telah dimulai sejak Allah menciptakan langit

dan bumi (Kejadian 1:1). Peristiwa penciptaan ini merupakan salah satu dasar

(4)

pendidikan bahwa dari Allah sendiri berpusat segala sesuatu termasuk

pengetahuan. Allah ditempatkan sebagai satu-satunya pusat kehidupan manusia

sehingga pendidikan ini dilaksanakan untuk memeperkenalkan sosok Allah.

Selanjutnya mandat untuk mendidik ini di firmankan Allah kepada

Abraham(Kejadian 18:9). Abraham harus terus mengajarkan kepada

keturunannya tentang Allah yang mahakuasa dengan demikian mereka akan

tetap hidup pada jalan yang sudah ditunjukkan oleh Allah dengan kebenaran dan

keadilan8.

Dalam kehidupan orang Israel setelah Abraham, pendidikan dan

pengajaran juga menjadi ciri khas mereka. Sebagaimana yang tertulis dalam

Ulangan 6:4-9. Dalam tradisi orang Israel “Shema” atau perintah Tuhan yang

wajib dijalankan, karena hanya dengan pedoman itu umat tidak keluar dari

pemeliharaan dan perlindungan Tuhan. Yang seutuhnya tersimpul dalam sebutan

“Taurat”. Ulangan 6:4-9 sering disebut sebagai syema, suatu panggilan bagi Israel untuk mendengar firman Tuhan, “dengarlah..”. “Apa yang kuperintahkan

kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau

mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya

apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan,

apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau

mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi

(5)

lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu

rumahmu dan pada pintu gerbangmu.”(Ulangan 6:6-9)9

Melalui Syema Israel diajar untuk memilih persekutuan yang intim dengan

Tuhan sebagai prioritas utama. Seluruh aspek kehidupan Israel didasari oleh

hubungan cintanya dengan Tuhan. Di dalam cinta ini terkandung komitmen dan

kesetiaan yang menyeluruh dan total. Syema ini, pertama, harus tertanam dalam

hati orang Israel (ayat 6); kedua, harus tertanam dalam hati anak-anak Israel

(ayat 7); ketiga, harus menjadi bagian hidup sehari-hari mereka (ayat 7);

keempat, harus menjadi identitas pribadi mereka (ayat 8); dan kelima, menjadi

identitas keluarga serta masyarakat Israel (ayat 9). Tidak ada satu bagian pun

dalam kehidupan orang Israel yang terlepas dari relasi mereka yang penuh kasih

kepada Tuhan

Sementara itu dalam Perjanjian Baru Pendidikan dan Pengajaran

mendapat tempat yang sentral lewat kehadiran Yesus sebagai guru yang agung.

Sosok Guru yang mengajar dengan metode yang sangat menarik tetapi lebih

dari itu Yesus hadir sebagai sosok guru yang lebih dulu melakukan apa yang

diajarkan. Umat Kristen adalah umat Perjanjian Baru. Dengan latar belakang

Perjanjian Lama mereka hidup dalam kemurnian perintah Tuhan Yesus. Pada

saat Yesus mau meninggalkan murid-muridNya kembali ke sorga, Ia pesankan

(6)

dengan jelas perintah ini: “Dan ajarlah merela melakukan segala sesuatu yang

telah Kuperintahkan kepadamu” (Matius 28:20)10.

Inti dari ajaran Tuhan Yesus adalah Hukum Kasih. Ini adalah rangkuman

ringkas dari Taurat dan kitab Nabi-nabi;

1. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu

dan dengan segenap akal budimu.

2. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22:37,39)

2. PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

2.1 Pendidikan Agama Kristen di Sekolah

PAK di sekolah merupakan salah satu bentuk PAK disamping katekisasi sidi,

sekolah minggu, Pembinaan Warga Gereja (PWG), dsb sehingga seharusnya

PAK di sekolah merupakan tanggungjawab gereja. Di Indonesia, pendidikan

agama dilihat sebagai bagian integral yang hakiki bagi pembangunan bangsa,

dan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Akibatnya sering terjadi bahwa

gereja tidak terlalu berperan aktif dalam penyelenggaran PAK di sekolah-sekolah

terutama sekolah negeri dan swasta non Kristen. Keberadaan PAK di sekolah

umumnya masih rawan dengan masalah penanggungjawab, pengadaan tenaga

pengajar, kurikulum dan proses belajar-mengajar.

PAK di sekolah diselenggarakan dengan dasar hukum UUD 1945 bab XI

pasal 29 ayat 2, UU no 4 thn 1950 jo No 12 thn 1954 bab IX ayat 1, Kep

(7)

Bersama Menteri Agama dan menteri P&K thn 1953, instruksi no 51/1967, Kep

Bersama Menag dan Mendikbud thn 1985 dan GBHN 1983 serta 1993. PAK di

Sekolah ini diselenggarakan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari Taman

Kanak-kanak hingga pendidikan tinggi baik di sekolah umum maupun kejuruan

sebagai salah satu mata pelajaran wajib dan mendasar11. PAK merupakan

bagian yang integral dari pendidikan nasional yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,

mandiri, maju, tangguh, kreatif, menghargai jasa para pahlawan dan berorientasi

pada masa depan12.

Dengan kata lain, Pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan

serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat

Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan dan memiliki kualitas sehingga mampu

membangun dirinya dan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan bangsa.

Akan tetapi apakah tujuan penyelenggaraan PAK di sekolah hanya untuk

memenuhi tujuan pendidikan nasional? tidak hanya sampai disitu,bagaimanapun

bentuknya PAK harus merupakan upaya untuk menolong anak didik untuk

mengimani Allah didalam Yesus Kristus. PAK adalah bagian dari injil yang

senantiasa mengubah, memotivasi dan memanusiakan manusia. Dengan

kesadaran penuh bahwa Allah didalam Yesus Kristus dan sang Roh sendiri yang

11 . G Soegasiman B.A., Pelaksanaan dan Persoalan-persoalan Pendidikan Agama Kristen di Sekolah-Sekolah”dalam Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia , Strategi Pendidikan Kristen di Indonesia (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1989),h. 149

(8)

akan terus bertindak sebagai guru Agung, pendidik, yang mendorong proses

PAK. Melalui program PAK inilah Allah yang telah mengajar dan akan terus

senantiasa mengajar agar manusia dapat menikmati hidup sejahtera13

Mengenai hakekat dan tujuan PAK dalam seminar PAK di Jakarta pada

tanggal 22-25 Februari 1988 yang diselenggarakan oleh PGI dan kerjasama

dengan MPPK, PERSETIA dan BK PTKI digariskan sebagai berikut :

PAK sebagai tugas panggilan gereja adalah usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Allah didalam Yesus Kristus yang dinyatakannya dalam kehidupan sehari-hari terhadap sesama dan lingkungan hidupnya14

Selaras dengan sasaran pendidikan maka PAK bukan hanya mengarah

pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan tetapi juga pada perilaku

kepribadian dan kematangan dalam diri siswa. Sasaran akhir dalam PAK adalah

seorang pribadi yang memiliki integritas diri, mampu menggunakan imannya

dalamm menjawab tantangan hidup dan mampu menolong sesama dan

lingkungannya dengan berbagai kehidupan sejahtera yang dikaruniakan Allah

kepada manusia. Dengan kata lain, pendidikan dimaksudkan untuk

memampukan manusia mengambil bagian secara aktif, kreatif dan kritis dalam

pembangunanmasa depan yang lebih baik dari masa lampau. Menurut Goldman

kebutuhan naradidik menjadi titik awal dan tujuan akhir dari PAK dengan

13 JT Posumah-Santosa., “Peranan Pendidikan dalam Pembagunan Nasional sebagai Imperative Allah dan Suatu Dimensi Syalom dalam Exodus, Fakultas Teologi UKI Tomohon no 4 Thn III, Oktober 1994)hh. 66-67

(9)

motivasi untuk mencapai kebutuhan manusia untuk hidup sejahtera dengan

mempertimbangkan keberadaan alam ciptaan Tuhan15.

Kalau demikian PAK disekolah janganlah diselenggarakan atas

kepentingan politik baik oleh Negara maupun gereja tetapi harus bertolak pada

kepentingan manusia (naradidik pada khususnya, dan seluruh umat manusia

pada umumnya). Bila pada akhirnya ada muatan politis, muatan itu akan berupa

syalom (damai sejahtera) yang merupakan jalan menuju damai sejahtera. Sebab

untuk hidup sejahtera, manusia membutuhkan hubungan yang serasi dengan

Tuhan dan sesamanya yang tercipta bila ada pengenalan dan hidup takut akan

Tuhan. Melalui pengajaranlah pengenalan takut akan Tuhan di wariskan secara

turun temurun dan dikembangkan rasa hormat kepadaNya. Dengan sederhana

dan singkat tujuan itu dikalimatkan oleh Groome sebagai berikut : ‘the purpose of Christian Religious Education is to enable people to live as Christians to live lives of Christians faith..”16

2.2 Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar

Agama memiliki peran dan fungsi yang amat penting dalam kehidupan

umat manusia. Sekurang-kurangnya agama berfungsi sebagai pemberi identitas

dan menjadi penuntun moral. Karena itu agama menjadi pemandu dalam upaya

untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, bermartabat, tetapi juga

menuntun kepada sikap dan perilaku adil, damai dan peduli. Menyadari peran

15 R. Goldman., Readiness for Religion : a Basis for Development Religious Education, (New York:Seabury, 1976),p.65

(10)

agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka pendidikan agama

serta internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi ditempuh

melalui pendidikan agama baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah

maupun komunitas agamawi masing-masing. Sekolah dengan demikian bukan

satu-satunya konteks di mana pendidikan agama terjadi, dan karena itu tidak

semua hal harus disajikan di sekolah agar tidak terjadi pengulangan dari

pokok-pokok yang sama dalam konteks lainnya.

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi manusia

seutuhnya khususnya dimensi spritual, sehingga membentuk peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

dan berakhlak mulia. Dengan demikian peserta didik dapat menghargai

kehidupan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran,keadilan, perdamaian, dan

kasih. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan

penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam

kehidupan individual maupun kolektif/kemasyarakatan. Peningkatan potensi

spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan untuk optimalisasi berbagai potensi

yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan

martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

Penerapan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di bidang

Pendidikan Agama Kristen (PAK), sangat tepat dalam rangka menerapkan

(11)

Kristiani dalam kehidupan peserta didik pada jenjang Pendidikan Dasar dan

Menengah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar disajikan dengan cara

menyesuaikan tingkat perkembangan intelektual, emosional, dan moral anak

didik karenanya memberikan ruang kepada keunikan masing-masing individu.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Kristen

lebih merupakan penuntun dalam membimbing peserta didik dalam upaya

pencarian dan perjumpaan dengan Tuhan yang Maha Pengasih dalam Yesus

Kristus. Dengan demikian peserta didik dapat merespons kasih Tuhan dengan

cara mengasihi Tuhan melalui kasihnya kepada sesama dan pemeliharaan atas

alam ciptaan Tuhan yang diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta

didik belajar mengenal dan bersekutu dengan Tuhan Allah secara akrab karena

sesungguhnya Tuhan Allah selalu ada dan berkarya dalam hidup mereka

sebagai sahabat.

Hakikat Pendidikan Agama Kristen (PAK) (seperti yang tercantum dalam

hasil Lokakarya Strategi PAK di Indonesia tahun 1999) adalah: usaha yang

dilakukan secara terencana dan kontinu dalam rangka mengembangkan

kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat

memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang

dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan

(12)

pembelajaran PAK memiliki tanggungjawab untuk mewujudkan tanda-tanda

Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bersama.

Pada dasarnya PAK dimaksudkan untuk menyampaikan kabar baik

(euangelion = injil), tentang Allah yang mahakasih baik sebagai pencipta, pemelihara, penyelamat dan pembaharu manusia dan seluruh ciptaanNya,

maupun nilai-nilai Kristiani yang pokok sebagai penuntun kehidupan moral dan

etis. Dengan demikian, pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar PAK pada Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu kepada pokok

kepercayaan Kristiani yang mendasar tentang Allah dan karyaNya, serta

nilai-nilai Kristiani yang patut diwujudkan dalam kehidupan keseharian peserta didik.

Berdasarkan pemahaman tersebut, maka rumusan Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar PAK di sekolah dibatasi hanya pada aspek yang secara

substansial mampu mendorong terjadinya transformasi dalam kehidupan peserta

didik, sehingga mereka dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Kristiani

dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Fokus Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berpusat pada

pengalaman konkrit peserta didik (life centered). Artinya, pembahasan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada pengalaman konkrit

peserta didik mulai dari lingkungan paling dekat: keluarga (orang tua), tetangga,

(13)

lingkungan alamnya. Iman dan nilai-nilai Kristiani berfungsi sebagai cahaya yang

menerangi tiap sudut kehidupan manusia

Terkait dengan hal-hal tersebut, perlu disusun Kompetensi Mata

Pelajaran ( KMP) PAK yang harus dikuasai oleh lulusan SD. KMP ini selanjutnya

dijadikan dasar penyusunan Standar Kompetensi ( SK ) dan Kompetensi Dasar

( KD ) pelajaran PAK di sekolah tersebut.

Mata pelajaran PAK di SD bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut.

1. Mengenal dan mengimani Allah yang maha pengasih yang menciptakan manusia, alam semesta dan isinya, memelihara ciptaanNya, dan menyelamatkan dalam Yesus Kristus.

2. Merespons kasih Allah dengan bersyukur baik melalui ibadah yang benar, maupun melalui penerapan nilai kasih, menghormati dan menyayangi orang tua, teman sepermainan, dan sesama dalam lingkungan konkritnya.

3. Memampukan peserta didik merespons dengan benar kasih Allah dalam kehidupan sehari-hari melalui ketaatan kepada guru, dan menunaikan ibadah Kristiani yang benar.

4. Bertanggungjawab memelihara lingkungannya.

5. Penghayatan iman yang bertanggungjawab dalam konteks masyarakat yang majemuk khususnya menghargai perbedaan suku dan agama.

Mata pelajaran PAK di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Allah dan karya-karyaNya sebagai Pencipta, pemelihara, penyelamat

(14)

2. Nilai-nilai Kristiani: khususnya yang relevan dengan kehidupan anak: a)

kebiasaan mensyukuri kasih Tuhan melalui keluarga, b)mentaati orang

tua, menyayangi sesama dalam lingkungan permainannya c)beribadah

sebagai ungkapan syukur atas kebesaran Tuhan yang maha Pengasih, d)

menghargai perbedaan dan hidup rukun, dan e) tanggungjawab

memelihara lingkungan17

3 EKOLOGI DAN LINGKUNGAN HIDUP

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan

lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan

logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.

Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada

tahun 70-an. Ekologi adalah ilmu mengenai hubungan timbal balik antara

makhluk hidup dan (kondisi) alam sekitarnya (lingkungannya)18.

Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi

makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling

mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan). Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya.

Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan

17 Daniel Nuhamara., Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: Ditjen Bimas Kristen Protestan dan Universitas Terbuka, 1992)hh.1-21

(15)

kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan

benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya.

Para ahli ekologi mempelajari hal berikut :

1. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk

hidup yang lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang

menyebabkannya.

2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam

faktor-faktor yang menyebabkannya.

3. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan

hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya19.

Pada titik ini pula, dunia pendidikan dituntut mampu mengembangkan

perspektif yang relevan. Pertama, dunia pendidikan harus membangun pengertian bahwa kerusakan ekologi merupakan dampak buruk dari ulah

manusia memperebutkan sumber-sumber daya. Kedua, dunia pendidikan memahami kerusakan ekologi sebagai realitas buruk yang meminta tumbal

pengorbanan manusia. Dua hal ini penting dimengerti oleh dunia pendidikan

sebagai saling hubungan antara manusia dan lingkungan.

(16)

Sampai saat ini telah berkembang tiga teori etika lingkungan yaitu:

antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme. Antroposentrisme adalah etika lingkungan hidup yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem

alam semesta. Hanya manusia dan kepentingannyalah yang mempunyai nilai.

Manusia sebagai penguasa alam yang boleh melakukan apa saja. Segala

sesuatu yang ada di alam semesta hanya akan mendapat nilai dan perhatian

sejauh mendukung dan demi kepentingan manusia, sehingga alam beserta

seluruh isinya hanya dipandang sebagi objek, sumber daya, alat atau sarana

bagi pemenuhan kepentingan, kebutuhan dan tujuan manusia. Dalam

pandangan antroposentris ini alam dikonstruksikan tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri. Etika antroposentrisme ini sering dituding sebagai penyebab krisis ekologi karena dari etika ini lahir sikap dan perilaku eksploitatif yang tidak

peduli sama sekali terhadap keberlanjutan alam. Sebagai akibat berciri

instrumentalitik dan egoistis.

Biosentrisme adalah etika lingkungan yang memandang setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri sehingga

makhluk hidup selain manusia yang ada di alam ini, perlu diperlakukan secara

moral, terlepas dari apakah ia bernilai bagi manusia atau tidak. Sebagai

konsekuensinya, alam semesta adalah suatu komunitas moral, dimana setiap

kehidupan dalam alam semesta ini, baik manusia maupun bukan manusia

sama-sama mempunyai nilai moral20.

(17)

Dengan demikian etika tidak lagi hanya diberlakukaan sebatas pada

komunitas manusia, tetapi juga berlaku bagi seluruh komunitas biotik manusia

dan makhluk hidup lainnya. Setiap makhluk hidup, baik tumbuhan maupun

hewan pada dasarnya mempunyai hak hidup, demikian pula sistem kehidupan.

Implikasinya, agar antroposentrisme berubah menjadi biosentrisme maka segala

sesuatu yang bersifat hirarkis harus dihindari dengan cara menyatu dengan dan

bukan berada di atas organisme lain21.

Memahami lingkungan hidup adalah bagian dari kesadaran ekologi.. Menurut

Soemarwoto, Lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati oleh suatu mahluk

hidup bersama dengan benda hidup (biotic) dan benda tidak hidup (abiotic) yang

ada didalamnya22. Sementara itu dalam UU no 32 tahun 2009 tentang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup mendefinisikan lingkungan

hidup sebagai “ kesatuan ruang dengans semua benda, daya, keadaan, dan

mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu

sendiri kelangsungan perikehidupan manusia dan kesejahteraan manusia serta

mahluk hidup lain23

4 MANUSIA DALAM KAITANNYA DENGAN LINGKUNGAN HIDUP

21 geografi.blogspot.com/2011/01/etika-lingkungan-hidp-html (di unggah pada tanggal 21 Maret 2014) 22 . Otto Soemarwoto, Ekologi ,Lingkungan hidup dan Pembangunan, (Jakarta : Penerbit Jembatan, 2004),h.51-52

(18)

Salah seorang ahli ilmu lingkungan, yaitu Otto Soemarwoto mengemukakan

bahwa dalam bahasa Inggris istilah lingkungan adalah environment. Selanjutnya

dikatakan, lingkungan atau lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang

ada pada setiap makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada

kehidupannya. Contoh, pada hewan seperti kucing, segala sesuatu di sekeliling

kucing dan berpengaruh pada keberlangsungan hidup kucing tersebut maka

itulah lingkungan hidupnya. Demikian pula pada suatu jenis tumbuhan tertentu,

misalnya pohon mangga atau padi di sawah, segala sesuatu yang

mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan tanaman tersebut itulah lingkungan

hidupnya.

Menurut Undang-Undang Rl Nomor 4 Tahun 1982 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Sejahtera, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk

manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya24

4.1 Manusia dan Dunia

Manusia sangat erat hubungannya dengan lingkungan karena manusia

hidup dalam suatu sistem yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap

(19)

hidupnya. Dalam kehidupannya manusia sangat berkaitan dengan segala

sesuatu yang ada di sekitarnya dan berpengaruh pada keberlangsungan

hidupnya dengan demikianlah itulah lingkungan hidup manusia. Jadi ada

semacam keterkaitam secara antara manusia dan lingkungan hidupnya karena

setiap saat manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Pada akhirnya

muncul suatu disiplin ilmu yang dikenal dengan ekologi. Ekologi adalah suatu

ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan

lingkungannya.

Alam sekitar tempat hidup manusia adalah suatu realitas yang diberikan

Tuhan Allah kepada manusia untuk dikuasai, diusahakan dan dipelihara, .“ Allah

memberkati mereka lalu berfirman kepada mereka ‘beranakcuculah dan

penuhilah bumi……” (Kejadian 1:28). Itulah sebabnya, Allah mengangkat

manusia menjadi ‘raja’ atas sekalian alam sebagai wakilNya dalam kuasaNya

terhadap dunia dan semua ciptaan.

Manusia bertugas untuk menguasai alam, dalam bentuk tanggungjawab

untuk mengusahakan dan memelihara serta mengembangkan alam. Sehingga

dalam hal ini manusia bertugas untuk melanjutkan karya ciptaan Allah (Latin :

Creatio continua). Tujuan dari karya lanjutan ini adalah agar supaya dunia

menjadi semakin baik seperti halnya yang telah difirmankan oleh Tuhan pada

waktu penciptaan (Kej 1:4,10,12,18,25,31)25

(20)

Rasa cinta lingkungan hidup adalah suatu tanggungjawab moral dalam

diri manusia yang menghasilkan usaha secara sadar menjaga hubungan timbal

balik dengan lingkungan hidup yang ada disekitarnya. Hal ini akan nampak

dalam usaha untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dan tidak melakukan

eksploitasi/mengambil secara berlebihan hasil-hasil dari lingkungan hidup tanpa

memperhatikan kelangsungannya secara terus menerus.

5 PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PAK

Masalah lingkungan hidup akhir-akhir ini semakin marak dibicarakan, terkait

dengan kerusakan (atau bahkan perusakan) alam yang terus menerus terjadi

dan ancaman pemanasan global yang menakutkan bagi banyak orang. Hal ini

semakin nampak ketika hampir seluruh daerah di Indonesia mengalami bencana

alam yang membawa begitu banyak kerugian baik secara moril maupun material.

Selain ilmuwan, kaum agamawan juga diharapkan ikut berpartisipasi dalam

mengendalikan proses perusakan alam oleh manusia, agar kelestariannya dapat

dijaga. Maka refleksi teologis terhadap alam atau lingkungan hidup menjadi

suatu hal yang sangat dibutuhkan saat ini. Sejalan dengan itu, Pendidikan

Agama merupakan salah satu cara strategis untuk melaksanakan pembelajaran

ekologis yang berdasar pada keyakinan agama. Pendidikan Agama Kristen pada

(21)

siswa dalam rangka memberikan suatu pemahaman tentang pentingnya

menjaga keseimbangan alam semesta.

Kita akan mulai suatu pemahaman iman Kristen tentang tanggungjawab

manusia yang diberikan oleh Allah. Seringkali teologi kurang memperhatikan

alam, karena yang dipentingkan adalah aspek vertikal (hubungan manusia

dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan manusia dengan sesama). Hal ini juga

tercermin dalam hukum kasih: kasihilah Tuhan, Allahmu, dan kasihilah

sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Maka perhatian terhadap alam

menjadi kurang optimal. Sikap iman kristiani terhadap alam semesta berubah

dari waktu ke waktu.

Pada masa pramodern, manusia hidup dekat dengan alam. Hal ini tercermin

antara lain dalam spiritualitas model Benedictan. Contoh spiritualitas yang dekat

dengan alam ditunjukkan oleh Fransiskus Asisi (1181-1226). Namun sesudah

abad-abad gelap (dark ages) atau abad pertengahan, berkembanglah sekolah

katedral dan universitas yang mengembangkan ilmu pengetahuan; alam

dipelajari secara ilmiah. Dengan adanya pembaruan politik dan sosial pada abad

18, manusia makin merasa berkuasa dan dapat menentukan arah hidup dan

dunia ini. Ditambah dengan perkembangan yang dibawa ilmuwan, teknologis,

dan insinyur pada abad 19, alam semakin dipandang sebagai obyek yang

dipelajari dan dimanfaatkan26.

26 Berry, Thomas. “An Ecologically Sensitive Spirituality.” In Dreyer, Elizabeth and

(22)

Manusia dengan lingkungan hidup atau alam sebenarnya saling

membutuhkan dan saling bergantung karena merupakan sesama ciptaan.

Belajar dari teologi penciptaan, suatu teologi yang eco-sentris menuntut kita untuk menilai ulang beberapa praanggapan dasar dari antropologi teologis.

Suatu pemahaman hierarkis atas gagasan Imago Dei/Citra Allah, yang menjadikan manusia berada tanpa batas di atas semua ciptaan lainnya, mestilah

diganti dengan pemahaman yang lebih relasional. Manusia diciptakan dengan

maksud bersekutu dengan Allah dan dengan makhluk hidup dan makhluk mati

lainnya. Meneladani hidup Yesus, kita melihat suatu gaya hidup yang dicirikan

oleh kesederhanaan, kerendahan hati, dan keterbukaan pada alam.27

Seperti pendapat dari Hendrikus Berkhof yang dikutip oleh R. P. Borrong,

juga menekankan aspek kebebasan dan tanggung jawab manusia sebagai isi

Imago Dei. Manusia diciptakan untuk menjawab kasih Allah sebagai esensinya. Manusia diciptakan sebagai ‘respondable being’, hidup dalam relasi, dan dalam relasi itulah manusia secara mendasar sungguh-sungguh menjadi manusia.

Hakikat manusia adalah bahwa ia diciptakan dalam relasi. Ia diciptakan untuk

menerima dan memberi kasih. Karena manusia terpanggil dalam relasi dengan

Allah, maka ia harus sadar juga bahwa alam, sebagai suatu keberadaan yang

hidup, adalah sahabat atau teman manusia. Karena itu, manusia dapat berelasi

dan berbagi dengan alam. Manusia dapat mengambil sesuatu dari alam bagi

(Baltimore: John Hopkins University Press, 2005), p. 245

(23)

dirinya, tetapi dengan kasih yang ia pakai menjawab kasih Allah, ia juga

terpanggil untuk menguasai alam, menata dan memerintah, mengusahakan dan

mentransformasikan dengan teknologi dan kebudayaannya.28

Pendidikan lingkungan hidup di arahkan pada suatu usaha untuk

mengarahkan pendidikan pada suatu tanggungjawab menjaga kelestarian alam

semesta. Pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang

dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga sadar akan

tanggungjawab kelestarian alam yang sejalan dengan proses mengusahakan

sumber daya alam untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Dengan demikian

pendidikan akan mengarahkan setiap siswa secara sadar akan menempatkan

kelestarian sebagai bagian yang penting dalam kehidupannya. Siswa akan

termotivasi untuk menjaga lingkungan alam sama seperti ia termotivasi untuk

mendapat ilmu pengetahuan dan teknologi.

5.1 Dasar Alkitabiah tentang Lingkungan Hidup

Dasar teologis yang dapat dipakai untuk mengembangkan spiritualitas cinta

lingkungan adalah ajaran tentang “pernyataan umum,” yaitu Allah menyatakan

diri dan kehendak-Nya melalui alam semesta ciptaan-Nya. Kemudian manusia

mesti menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhan Sang Pencipta, dan mendengar

panggilan-Nya untuk hidup di tengah dunia. Kesadaran akan Sang Pencipta dan

ciptaan dapat membawa manusia pada kesadaran bahwa dirinya adalah bagian

(24)

dari ciptaan, bagian dari alam semesta. Manusia tidak terpisah dari alam

semesta. Apa yang terjadi pada alam sangat mempengaruhi manusia pula.

Kejadian 1 dan 2 berupa kisah penciptaan dunia. Dimulai dari penciptaan

terang; cakrawala; laut dan daratan; matahari, bulan dan bintang; ikan dan

burung; binatang darat; sampai terakhir manusia – laki-laki dan perempuan.

Kejadian 1:28 merupakan Firman Tuhan kepada manusia: “Beranakcuculah dan

bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas

ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap

di bumi29.” Kata “berkuasa” di sini seringkali disalahartikan sebagai kebebasan

untuk mengeksploitasi alam. Padahal tidak demikian. Kata yang diterjemahkan

”berkuasa” sebenarnya berkonotasi ”pengusahaan” atau ”pengelolaan” atau

seperti gembala yang berkuasa demi kepentingan gembalaannya30.

Kalau demikian ada kesalahan penafsiran daripada manusia dengan

perkataan Allah ‘berkuasa dan taklukan’. Didalam kata berkuasa dan

menaklukan sebenarnya mengandung makna memelihara dan melestarikan

sehingga keberadaan alam semesta tetap terjaga sebagai salah satu unsure

yang dapat menunjang kehidupan manusia.

Dari contoh tersebut jelaslah bahwa membaca dan menafsirkan kembali

Alkitab merupakan hal yang semestinya dilakukan. Jangan sampai Alkitab

29 . Alkitab., LAI, 2009

(25)

dipakai sebagai dasar untuk merusak alam semesta atau lingkungan hidup.

Jangan sampai tugas mengusahakan bumi berubah menjadi izin untuk

menggunakan alam demi kerakusan manusia. Ayat-ayat lain yang dapat dipakai

sebagai dasar adalah tradisi Sabat (istirahat sehari setelah bekerja enam hari)

dan tahun yobel (tahun ke 50 merupakan tahun istirahat bagi tanah). Kedua

tradisi ini mengingatkan manusia untuk memberikan istirahat kepada tubuhnya

dan tubuh alam semesta. Untuk memperbaiki kesalahan penafsiran ini maka

pendidikan agama Kristen berperan aktif untuk mengarahkan cara berpikir siswa

sejak usia muda agar mampu bertanggungjawab terhadap keberlangsungan

alam semesta

Sebenarnya dalam kurikulum Pendidikan Agama Kristen sudah ada

topik-topik lingkungan hidup, baik untuk SD, SMP, maupun SMA. Secara khusus dan

panjang lebar topik lingkungan hidup dibahas pada kelas 7 dari Kurikulum 2004.

Sementara itu untuk kurikulum SD, materi tentang mengasihi alam ciptaan Tuhan

dimulai dari kelas 1. Namun pertanyaannya adalah apakah pemahaman itu

sebatas pengetahuan kognitif, ataukah sudah terinternalisasi dalam seluruh

kehidupan siswa – menjadi sesuatu yang sudah mendarah daging. Bukankah

lebih baik kalau pemahaman tentang cinta lingkungan hidup yang dimulai sejak

usia 6 tahun (kelas 1 SD) dilanjutkan lagi untuk diajarkan pada kelas 4, 5 atau 6

seraya memberikan contoh nyata tentang pentingnya mengasihi alam sebagai

(26)

Peneliti berasumsi bahwa sesuatu yang diajarkan secara terus menerus dan

berulang-ulang akan mampu memberikan pemahaman yang penuh bagi peserta

didik. Materi tentang mengasihi alam ciptaan Tuhan,dapat diajarkan melalui

beberapa metode tidak hanya dalam bentuk ceramah atau dialog tetapi setiap

siswa dapat diajak untuk bisa turun langsung ke lapangan dalam bentuk model

pembelajaran kontekstual.

Kebiasaan memisahkan pengetahuan dari praktek atau kognitisi dari afeksi

seringkali menjadi penyebab mengapa orang tahu tapi belum tentu mau

melakukannya. Padahal tujuan utama dari pembelajaran adalah memampukan

siswa untuk dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam tindakan nyata lewat

pengajaran yang berulang-ulang. Seharusnya PAK tidak hanya mengajarkan

konsep hakekat Tuhan, manusia, dosa dsb. tapi bagaimana hubungan manusia

dengan Tuhan, sesama, alam dsb. Dengan demikian PAK langsung terkait

dengan pengalaman para siswa. PAK tidak mengasingkan, melainkan

mendekatkan, siswa dengan dunia sehari-hari sekarang dan masa depan

(dengan belajar dari masa lalu).

Pemahaman yang benar tentang hakekat alam semesta yang sama

kedudukannya dengan manusia harus dimulai sejak usia dini (Pendidikan Dasar)

sehingga dalam pelajaran lanjutan di sekolah menengah dalam materi yang

sama tentang lingkungan hidup, para peserta didik akan semakin memahami

(27)

Diharapkan bahwa para siswa akan semakin mampu menyatakan

pemahamannya itu dalam tindakan nyata sehingga ia tumbuh menjadi pribadi

yang mencintai lingkungan. Siswa yang mampu menjaga kebersihan lingkungan

bukan sebagai suatu kewajiban agar dilihat orang atau diberi penilaian oleh guru

tetapi lebih kepada kesadaran penuh bahwa alam semesta ini adalah juga

bagian dari ciptaan Tuhan. Memelihara lingkungan hidup adalah juga bagian dari

mengasihi Tuhan.

Memang dalam beberapa pelajaran lain baik PKN, IPS maupun IPA

dijelaskan panjang lebar tentang peranan manusia terhadap lingkungan hidup.

Namun alangkah baiknya jika PAK mengambil peranan sentral untuk

membangun kesadaran itu. PAK menjadi dasar bagi siswa untuk lebih

memahami tentang tanggungjawab memelihara alam semesta karena firman

Tuhan dalam alkitab telah terlebih dahulu menuliskan tentang itu.

Pengajaran PAK tentang lingkungan hidup lebih akan menyentuh kehidupan

siswa karena dapat diajarkan dengan beberapa metode yang mampu menarik

perhatian siswa. PAK akan bekerja sama dengan Mata Pelajaran yang lain untuk

membentuk karakter siswa terutama kepeduliannya terhadap alam. Kalau sejak

dini mereka diajarkan secara terus menerus dan berulang tentunya mereka akan

tumbuh menjadi orang dewasa yang peduli terhadap lingkungan. Kepedulian ini

(28)

(membagi pemahaman) bahkan lewat tindakan nyata yang mencerminkan sikap

peduli lingkungan hidup.

Seorang siswa yang memahami tanggungjawabnya terhadap alam akan

secara sukarela membersihkan lingkungan sekolah, membuang sampah pada

tempatnya dan memelihara kelestarian lingkungan sekolah tanpa harus

diperintah atau diawasi oleh gurunya. Dalam hal inilah penilaian sikap akan

menjadi perhatian guru ketika siswa mampu mempraktekkan apa yang

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bahwa ada hubungan antara kemampuan menyelesaikan tugas dengan hasil belajar peserta

Ditinjau dari parameter tinggi tanaman, antara perlakuan pupuk kandang ayam, sapi, kambing dan babi menunjukan hasil yang berbeda tidak nyata.Sedangkan antara

• Program sistem pakar untuk pengambilan keputusan investasi ini maka informasi- informasi yang berhubungan dengan pasar modal seperti kondisi dan prospek perusahaan, keuntungan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul

Siapa tahu begitu bertarung, dalam waktu singkat Ong Siau-sik telah berhasil menguasai keadaan, bukan saja tidak terluka, marah nyaris melukai tempurung lawannya, coba bukan

Dapat diketahui bahwa sifat elastisitas ketiga variabel bersifat inelastis (e<1), berarti presentasi perubahan permintaan ikan lele oleh konsumen di Kecamatan

Berdasarkan hasil pelaksanaan monitoring terhadap penyakit HPAI dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pada bulan Juni dan September 2004 kasus AI tidak lagi ditemukan pada

Pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan pada materi protista guru belum sesuai dengan RPP yang dibuat guru, seperti: metode pembelajaran, pendekatan