EKONOMI MAKRO
“ANGKA PENGGANDA DAN PERCEPATAN”
NAMA KELOMPOK :
KADEK YULIANTARA ( 07 )
I GUSTI PUTU ARDI WIRAYANA ( 13 ) I MADE SUSANTA ADI PUTRA ( 15 ) I GUSTI PUTU AGUS KRISNA WIJAYA ( 26 ) I PUTU ANGGA PARANAYA ( 29 )
SEBASTIAN PODHI ( 34 )
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
1.1 PENGERTIAN ANGKA PENGGANDA (MULTIPLIER)
Multiplier atau angka pengganda adalah hubungan kausal antara variable tertentu dengan variable pendapatan nasional.Jika angka pengganda tersebut mempunyai angka yang tinggi, maka perubahan yang terjadi pada variable tersebutakan mempengaruhi terhadap tingkat pendapatan nasional juga besar dan sebalikanya. Perubahan pendapatan nasional itu ditunjukan oleh suatu angka pelipat yang disebutdengan koefisien multiplier. Sedangkan Keynes mendefinisikan Multiplier sebagai “Rasio pasti antara pendapatan dan investasi serta, subyek penyederhanaan tertentu, antara jumlah pekerjaan dan tenaga kerja yang dipekerjakan pada investasi langsung.”Angka pengganda menggambarkan perbandingan diantara jumlah pertambahan/pengurangan dalam pendapatan nasional dengan jumlah pertambahan/pengurangan dalam pengeluaran agregat yang telah menimbulkan perubahan dalam pendapatan nasional. (Sumber:SadonoSukirno:2011 ).
1.1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MULTIPLIER
S = sY.
2.2 PENGERTIAN AKSELERATOR DAN PERHITUNGAN AKSELERATOR
Pengertian akselerator adalah alat pemercepat partikal subatomic agar mempunyai energy yang sangat besar untuk menimbulkan transmutasi inti yang dikehendaki.Alat pengukurnya disebut akselerometer yang bekerja berdasarkan hokum kedua Newton (F=m.a) termasuk akselerator antara lain siklotron, betatron, generator van de graff, dan sinkrotron.
Perhitungan keekonomian sangat dibutuhkan pada setiap perusahaan agar dapat mengetahui proyek yang akan atau sedang dilaksanakan apakah layak secara ekonomis atau tidak. Demikian juga halnya dengan proyek akselerator elektron, dimana jasa perhitungan keekonomian terhadap akselerator sangat diperlukan untuk mengetahui kelayakan ekonominya.Perbandingan biaya iradiasi pada kasus referensi dengan kasus Indonesia serta analisis sensitivitasnya dapat dipakai untuk mencaripemecahan yang optimal dalam pengambilan keputusan. Diasumsikan nilai tukar sebesar Rp6500 tiap 1 US dollars, umur ekonomis 20 tahun dan data referensi yang sudah disesuaikan dengan keadaans ekarang.Perhitungan dilakukan untuk mendapatkan nilai NPV, IRR dan B/C untuk masing-masing kasus.Kesimpulan yang dapat diambil bahwa kasus referensi sebaiknya tidak diambil sebab tidak layak secara ekonomi, karena NPV negatif, B/C kurangdari 1 .Demikian halnya dengan kasus Indonesia walaupun biaya ¬iradiasi lebih tinggi dari kasus referensi, tetapi untuk NPV, B/C, maupun IRR sama dengan kasus referensi oleh karena itu tidak layak juga secara ekonomi. Untuk layak secara ekonomi sebaiknya menggunakan kasus referensi dengan biaya iradiasi minimal sebesar 'Rp1432/ kg, karena NPV menjadi positif, B/C lebih dari 1. Demikian juga untuk kasus Indonesia sebaiknya menggunakan biaya iradiasi minimal sebesar Rp 2600/ kg.agar layak secara ekonomi. ( Sumber : Mochamad Nasrullah dkk : 2000 ).
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSELERATOR
tidak cukup dilayani dengan persediaan yang ada, maka akibatnya timbul dorongan bagi para pengusaha mengadakan penanaman-penanaman baru dalam pembelian barang-barang modal ataupun perluasan pabrik untuk menghasilkan barang-barang konsumsi.
Prinsip akselerator yang menyatakan bahwa investasi merupakan respon terhadap perubahan-perubahan pada output yang secara tidak langsung menekan kapasitas sebenarnya sudah lama ada, namun secara formal perkembangannya baru dimulai manakala muncul kesadaran di kalangan para ekonom bahwa gabungan antara prinsip ini dengan model multiplier bisa membentuk model-model yang lebih baik tentang perilaku ekonomi siklikal. J.M. Clark adalah orang pertama yang mengemukakan adanya kemungkinan itu, namun model formalnya untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Lundberg (1937) dan Harrod (1936), disusul oleh Samuelson (1939a; 1939b), Hicks (1949; 1950), Goodwin (1948), dan sejumlah ekonom lainnya yang turut berjasa menyempurnakan modelnya.Bertolak belakang dengan model penggandaan atau multiplier (aliran Keynesian) yang menghubungkan output dengan perubahan-perubahan pada investasi, model-model akselerator menghitung nilai investasi atas dasar perubahan-perubahan pada output.
seperti perubahan perkiraan, adanya teknologi baru. dan sebagainya. Jadi, konsep akselerator ini hanya menjelaskan sebagian motif investasi yang tentunya tidak bisa diandalkan untuk memahami total investasi yang tercipta. Lagipuia, argumen investasi atas dasar kapasitas output seperti ini hanya bertumpu pada model stok modal optimal Untuk mengetahui arus atau perkembangan investasinya, kita masih memerlukan penerapan koefisiensi yang sesungguhnya hanya bisa dibenarkan untuk kasus-kasus tertentu seperti dalam kajian kondisi penawaran investasi barang industri, atau dalam kasus perkiraan investasi tertentu. Tanpa didukung oleh asumsi-asumsi tambahan seperti itu, maka kita hanya bisa mengatakan bahwa I bisa lebih besar atau lebih kecil dari O tergantung pada apakah K, lebih besar atau lebih kecil. Jadi, prinsip akselerator hanya akar. bermanfaat jika dipadukan dengan konsep penggandaan (multiplier). Masalahnya adalah, meskipun model itu dapat dipakai untuk memahami sebab - sebab terjadinya fluktuasi siklikai berulang-ulang), penerapan konsep V memunculkan taksiran instabilitas ekonomi yang bar biasa besarnya, dan tentu saja tak sesua: dengar, kenyataan sehari-hari. Kelemahan ini dapa: diatasi dengan memadukan akselerator (V) ITU dengan sejumlah determinan investasi yang lazim dalam model-model yang lebih umum dengan penetapan “batas atas” dan “batas bewah fluktuasi pendapatan dalam perhitungannya agar meredam interaksi berlebihan antara akselerator dan multiplier. Namun terlepas dari kelemahan itu. model-model umum akselerator telah terbukti berguna sebagai basis penyehdikan empiris terhadap perilaku investasi.
2.3 HUBUNGAN ANTARA PENGGANDA (MULTIPLIER) DAN PERCEPATAN (ACCELELATOR)