Created: 2013-04-29 , with 16 file(s).
Keywords: Fruktosa-Glukosa ; Sukrosa ; Madu
Subject: FRUCTOSE
PENDAHUIiUAN
Sejak dulu sekelompok masyarakat secara turun te
rn urua sudah mengenal dan menggunakan tumbuh-tumbuhan
sebagai bahan yang berkhasiat dalam penyembuhan suatu
penyakit. Bahkan dengan didirikannya industri-industri
obat tradisional (jamu) semakin meningkatkan penggunaan
tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat. Dari hal tersebut di
atas perlulah dilakukan usaha-usaha untuk meneliti tum
buh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat, baik .tentagg
komponen kimia maupun efek da:i mekanisme obat tersebut
dalam tubuh. Bari hasil-hasil penelitian tersebut, maka
bahan obat dapat digunakan dengan lebih efektif dan aman
dalam penyembuhan suatu penyakit.
Beberapa jenis phyllanthus sudah dikenal
masyara-kat sebagai tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai
o-bat, bahkan diantaranya telah ditemakan adanya triter
penoid antara lain : pada kulit batang Phyllanthus
em-blica L. mengandung lupeol 2,2596, sedangkan pada kulit
batang Phyllanthus engleri Pax« mengandung phyllanthol
0,5%. Lupeol dan phyllanthol termasuk dalam golongan
triterpenoid. Dari kenyataan tersebut maka kulit batang
Phyllanthus acidus Skeels diduga mengandung triterpenoid.
Dari dugaan tersebut maka triterpenoid diduga da
Skeels. (9)
Pada penelitian khasiat triterpenoid yang telah
dilakukan berhasil menyimpulkan bahwa senyawa triter
penoid bersifat sitotoksik dan dapat digunakan sebagai
obat anti kanker ( J.D. Connolly & R,A* Hill ).
Suatu senyawa terpenoid yang tidak larut dalam air te
lah diisolasi dari tumbuhan Andrographls paniculata
Ness, dan ternyata senyawa tersebut merapunyai efek
sebagai anti diabetis. (17)
Phyllanthus acidus Skeels adalah salah satu
je-nis tumbuh - tumbuhan yang tumbuh secara liar dihutan,
diladang atau terapat - tempat lain dengan ketinggian
500 meter diatas permukaan laut, tumbuhan ini dapat
dijumpai diseluruh kepulauan Indonesia,
Eipulau Jawa,masyarakat mengenal tumbuhan Phyllanthus
acidus Skeels dengan nama cereme.
Masyarakat luas sudah mengenal tumbuhan cereme, bahkan
buahnya sering dimakan sebagai manisan. bebagian
masya-rakat secara empirik menggunakan bagian - bagian
ter-tentu tumbuhan cereme untuk mengobati beberapa macam
penyakit, antara lain : bijinya untuk mengobati
sembe-lit, perut kotor, dan mual; buahnya digunakan sebagai
pencahar; daunnya untuk obat batu}c; dan akarnya untuk
mengobati penyakit asma, batuk, bubul, perut kotor,dan
ter-dapat dalam tumbuhan Phyllanthus acidus Skeels (cereme)
antara lain komponen : dextrosa, levulosa, sacharosa,
vitamin C, tanin, asam galat dan saponin. (11,14,16)
Tertarik pada masalah khasiat triterpenoid yang
telah diteliti, dan adanya kandungan ti’i terpenoid pada
kulit batang Phyilantbu-e .-emblica L serta pada kulit ba
tang Phyllanthus engleri Pax. maka pada penelitian ini
dilakukan isolasi triterpenoid dari kulit batang Phyl
-lanthus acidus Skfiels (cereme) dan kemudian dilakukan
uji kwalitatif dengan cara kromatografi lapisan tipis,
reaksi warna, titik leleh, penentuan serapan ultra vio
let dan serapan infra merah* Apabila dapat berhasil
di-isolasi komponen triterpenoid dari kulit batang
Phyllanthus acidus Skeels (cereme) f ..maka., diharapkan da« t
pat dikembangkan lebih lanjut untuk meneliti struktur
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1. Xiniauan Tentang Tumbuhan Phyllanthus acidus Skeels.
1
.1
. Klaslflkasi- (1
, 14 ): Phyllanthus acidus Skeels.
Sinonim dari Phyllanthus acidus Skeels.adalah (16)
Cicca acida (Linn).
Averrhoa acida (Linn).
Cicca diaticha (Linn).
" g *cca acidissima Blanco.
- Phyllanthns dlstichus Muell.
- Phyllanthus acidisgimufl Muell
1.2. Uraian Tumbuhan.
1.2.1. Nama Daerah. (15,23)
Beberapa daerah di Indonesia meraberi
na-ma Phyllanthus acidus Skeels sebagai
be-rikut :
Sumatra : Ceremoi, ceremai,
camin-camin, cerrae.
Jawa : Careme, cerrae.
Nusa Tenggara : Carmen, ceremin, sarume
carmele, selemele,
sal-m e l e .
Sulawesi : Caremele, lumpias aoyok
rumpiase raalimbung,
sar-mela, karnadela, tili,
lombisuko, bolaano,
ca-ramele, carameng.
Maluku : Takulela, haurela,
cere-m i n .
1.2.2. Penvebaran dan Tempat Tumbuh.(1,13.16) Tumbuhan ini dapat diteraukan dibeberapa
negara ialah : Indonesia, India, Malay
sia, Philipina, Polynesia, Madagaskar t
dan Daerah Amerika yang beriklim tropis.
Tumbuhan ini mudah tumbuh pada berbagai
liar dihutan, diladang dan tempat -
tem-pat lain ketinggian sampai kurang lebih
500 meter diatas permukaan air laut.
1,2.3. Morfologi Tumbuhan. (lj
Habitus : Berbentuk pohon dengan keting
gian mencapai
3 - 1 2
meter.Daun : Daun majemuk, beranak daun
ge-nap, bentuk bulat telur sampai
bulat memanjang, ujung daun
lancip ( acutus ), panjang da
tumbuh pada batang dan
cabang-cabangnya, oentuk racemis, d e
lat telur, warnanya hijau muda
sampai merah keunguan,
sari lebih panjang dari
kelo-berwarna kuning pucat.
1*3. Kandungan Tumbuhan. ^ 14,16,23 J.
Phyllanthus acidus Skeels i, cereme } mengandung
komponen - komponen antara lain : dextrosa
,levulosa , sacharosa , vitamin C , tanin , asam
-galat , dan saponin.
uari buahnya Prinsen - Geerligs berhasil
menda-patkan kandungan komponen - komponen dextrosa
0*33 per cent, levulosa
1
per cent , dan sacharosa.
1.4. Kegunaan Tumbuhan. (13,14,16,24)
secara empiris tumbuhan Phyllanthus acidus Skeel
digunakan sebagai :
Bijinya : Sembelit, perut kotor, raual.
Baunnya : Obat batuk, tumor.
Akarnya : Asma, batuk, bubul, perut kotor 9 dan sembelit.
2 * Tinlaaan tentang; Triterpenoid.. ( 5,6,25).
Triterpenoid adalah senyawa yang tersusun da
ri
6
(enam) unit isopren dengan penggabungan kepalake ekor. Triterpenoid banyak terdapat dalam tumbuh
-tumbuhan baik dalam bentuk bebas maupun bentuk ester
atau glikosida. Kristalnya berwarna putih.
2.1. ftiacam - macam Triterpenoid.
Ditinjau dari struktur kimianya, triter
-penoid digolongkan menjadi beberapa galongan :
a. Triterpenoid asiklis. ( 5,6,8,28)
Contoh : Skualena, senyawa ini terdapat pada
minyak ikan, juga dapat di peroleh
dari beberapa minyak tumbuh turn
-buhan seperti minyak kacang tanah
dan minyak zaitun.
b. Triterpenoid trisiklis* CIO)
Contoh ; Ambreiti, terdapat pada ambergris
c. Triterpenoid Tetrasiklis. (10)
Triterpenoid golongan ini merupakan suatu se
nyawa dengan inti steroid, sehingga
dikelom-pokkan dalam golongan steroid. Senyawa ini
banyak dijumpai dalam lemak domba, ragi dan
beberapa bahan resinous.
Contoh : lanosterol
d. Triterpenoid pentasiklls.
‘-Triterpenoid golongan ini banyak terdapat da
lam tumbuh - tumbuhan, terutama pada tumbuh
an dikotil. Terdapat baik dalam bentuk al-( hasil sekresi dari "sperm whale")
Struktur kimianya sebagai berikut :
kohol, asam karboksilat atau berupa glikosida
( saponin triterpin ). ( 5,25 )
Beberapa contoh dari golongan ini antara lain :
d .1. cx-amyrin . (
25
)Kama lain d a r i ^ - a m y r i n :
- <*-amyrenol.
- viminal-ol.
- urs-12-en-3/J- o l .
Ramus molekulnya : C^qH^qO.
Struktur kimianya sebagai berikut :
Pengkristalan dari exanol berbentuk kris
-tal jarum, berwarna putih. Titik lelehnya
186° + 91,6° ( c=l,3 dalam
bense-na ). Larut dalam 22 bagian alkobol 98 %,
eter, bensena, kloroform, asam asetat
gla-sial; Sedikit larut dalam petroleum eter ♦
Dalam bentuk asetat, dengan ramus molekul
nya C 32H 52°2 * Pengkristalan dari petrole
um eter berbentuk pipih, titik leleh nya
-kloroform). Dalam bentuk bensoat, dengan
rumus molekul £ , pengkristalan
dst-ri pelaput bensena dan aseton berbentuk
prismatis, titik lelehnya 195° - 196° C.
+ 94,6° ( c — 1,9 dalam kloroform).
. ^-amyrin.(25)
Kama lain dari p - amyrin :
- 0 - a m y r e n o l .
- olean-1 2 - e n - 3 ^ - o l .
Rumus molekulnya : C ^qH ^qO.
Struktur kimianya sebagai berikut :
Pengkristalan dari petroleum eter atau a t
kofaol berbentuk kristal jarum, berwarna
putih. Titik lelehnya 197° - 197,5° C .
[<i*9 + 99,8° ( c= 1,3 dalam bensena
).Kelarutannya lebih kecil dibandingkan de
-ngan bentuk o< -amyrin. Larut dalam 37
bagi-an alkohol 98
96
* Dalam bentuk asetat,dengan rumus molekul C H 0. , pengkris-32 52 2
pris-matis, dengan titik lelehnya 197,5° C;
+ ^ c= dalam bensena ). £
a-lam bentuk palmitat, dengan rumus /nolekul
°
46
H80° 2
* tititc lel®hnya 77° G;M + 54-,5° ( c=
1, 1
dalam bensena ).d.3. Lupeol. t.25)
Nama lain dari lupeol adalah :
- monoginol B.
- yi--viskol,
- fagarasterol.
- lup-20(19)-en-3^-ol.
Rumus molekulnya : C 3oH 50°*
Strukturnya sebagai berikut :
Pengkristalan dari alkohol atau aseton ber
bentuk jarum, berwarna putih. Titik leleh
-nya 215° C. M ^° + 27,2° ( c = 4,8 dalam
kloroform ) • .Sangat muda larut dalam. eter,
bensena, petroleua eter, alkohol panas.
Praktis tidak larut dalam air, asam-asam err
ase-tat, ruraus molekul C H 0 ,
pengkristal-32
522
an dari aseton berbentuk kristal jarum;
Ti-tik lelehnya 218° C; M
2
0
+ 47,3° ( c 2 Ddalam klorofaorm ). Dalam bentuk bensoat ,
ruraus molekul , pengkristalan da
ri aseton berbentuk prismatis; Titik leleh
nya 273° C ; + 61° ( c = 0,78 gram
da-lam 25 ml kloroform ).
d.4. Phyllanthol.(9)
Senyawa ini diisolasi dari tombuhan
Phyllan-thus engleri Pax.
Rumus molekul : C ^ H ^ O ♦ j O oO
Struktur kinnanya ada3ah sebagai berikut :
2.2. PembentuKan Triterpenold. (6.10.18)
Biosinteaa terpenoid dalam tumbuhan dimulai dari
pembentukan asam mevalonat pirofosfat sebagai
ha-sil kondensasi ensimatis yang khas dari
3
mole3 ^S C o A
asara mevalonat 5
y
i kondensasi
Cis tran
i
QPP
neril pirofosfat geranil pirofosfat
(A)
(B)
Bari hasil (A),dan (B) akan dihasilkan berbagai
senyawa terpenoid yang terdapat pada tumbuhan
secara biosintesis,
2.3* Cara - cara Isolasi Triter-penoid.
Triterpenoid dapat diisolasi dengan beberapa
ma-cam cara isolasi, tergantung bentuk ikatan tri
terpenoid apakah dalam bentuk bebas atau ben
-tuk ester dan dalam ben-tuk glikosida. Pada
da-sarnya mempunyai prinsip yang sama yaitu dengan
menggunakan pelarut organik, karena triterpen
-oid larut dalam pelarut organik.
Cara-cara isolasi tersebut antara lain :
a. Serbuk kering disoxhletasi dengan
petroleum-eter untuk menghilangkan lemak. sete
selama dua jam, kemudian disaring panas. Sa
ri metanol diuapkan sampai kental, lalu di
sari dengan pelarut n-heksana berulang -
u-lang, kemudian diuapkan sampai kental. ( sa
ri I ) .
Sisa penyarian dengan n-heksana ditambah
a-sara klorida 2N dalam metanol, direfluk
selst-ma tiga jam, kemudian disaring panas. Kemu
dian dinetralkan dengan amonium hidroksida,
dan diuapkan sampai kental* Kemudian disari
dengan pelarut n'heksana berulang - ulang .
Sari n-heksana diuapkan sampai kental. ( sa
ri II ).
Sari I dan II adalah sari triterpenoid.{3; b. Bahan serbuk kering diekstraksi dengan pe
troleum eter, kemudian direfluk dengan asam
klorida
2
N dalam metanol, Dipekatkan, kemudian disabunkan dengan kalium hidroksida 5% dalam etanol, Larutan diuapkan pada tekanan
renaah, diencerkan dengan air sama banyak
lalu diekstraksi dengan kloroform. Fasa klo
roform diuapkan dan akan diperoleh triter
-penoid. (
1 2
)c. Serbuk diektraksi dengan eter beberapa kali
kolom dengan fase gerak bensena dan campuran
bensena den&an etil asetat. Pada fraksi nya
akan didapat triterpenoid.{
7
)1 d. Serbuk bahan kering diekstraksi dalam
perko-lator dengan pelarut etanol 96%. Kemudian
di-pekatkan dan disimpan lebih kurang dua
ming-gu. Akan terjadi endapan , disaring residu
dicuci dengan etanol 70%. Keringkan, kemudi
an dilarutkan dalam eter, dan disaring. Dari
filtrat diperoleh Triterpenoia .(_ 2)
e. Serbuk bahan kering disoxhletasi dengan pela
rut n-heksana, sari n-heksana diuapkan pada
tekanan rendah, akan diperoleh sari kental
yang mengandung triterpenoid. (28;
2.3. Pemurnian Triterpenoid. (2,28J
Pemurnian triterpenoia dapat dilakukan dengan
cara rekristalisasi dalam pelarut metanol de
-ngan menambah arang aktif untuk menghilangkan
warna yang ada dalam sari tersebut. Kemudian
di-rekristalisasi dalam pelarut aseton - metaraol,
sehingga diperoleh bentuk kristal triterpenoid
yang berwarna putih dan dalam keadaan yang le
?• Tin.jauan tentang kromatografi. (
1
v,?1, ?6
)Kromatografi adalah tehnik pemisahan campuran
komponen zat yang berdasarkan perbedaao kecepaxan
migrasi dari raasing - masing komponen zat pada fase
diam yang dilewati oleh fasa gerak sebagai pembawa.
3.1. Kromatografi lapisan tipis.
Kromatografi lapisan tipis dipakai pertama
kali Oleh Prof. E. Stahl pada tahun 1956, untuk
roengidentifikasi kandungan simplesia.
Akhir - akhir ini metode kromatografi lapisan ti
pis banyak digunakan untuk analisa kimia dibi
dang farmasi, kedokteran dan bidang -bidang yang
berhubungan dengan bahan k i miat dan penggunaan -nya dalam ba-nyak bidang telah menggantikan
kedu-dukan kromatografi kertas. Fasa diam pada kro
matografi lapisan tipis ini diolesk?n membentuk
film secara merata yang direkatkan pada plat
a-tau lempeng kaca, plastik aa-tau aluminium. Sedang
fasa diamnya bisa digunakan aluminium oksid,
si-lika gel, selulose, kalium karbonat dan lain-lain*
Mekanisme terjadinya pemisahan pada kromatografi
lapisan tipis didasarkan atas prinsip adsorbs? ,
partisi, pertukaran ion maupun filtrasi,
Beberapa contoh hasil kromatografi laplsan tipis
dari beberapa macam triterpenoid.
1. Kromatografi lapisan t^pis dari triterpenoid
bentuk ester asetat hasil isolasi dari
Aisto-trakhlorida =11 : 89 0,76
Sebagai fasa diam : Silica gel G.
2. Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid
Sebagai fasa diamnya : Silica gel G.
3, Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid
bentuk ester benzoat hasil isolasi dari A l s t o
4. Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid
hasil isolasi dari Astonia scholaris R.Br.(19
Sebagai fasa diam : Silica gel GF.254
Penampak noda : anisaldehid.
5. Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid
hasil isolasi dari Vernonia cinerea (L.) Less.(20)
1
ada kristal IFasa gerak Rf
- Heksan : Bensena = 5 • 1
- Heksan : Kioroform = 5 : 1
0,24
0,34
Sebagai fasa diam : silica gel 60 F.254
Penampak noda : Anis-aldehida.
Pada kristal I I .
Fasa gerak Rf
- Heksan : Bensena = 5 : 1
- Heksan : Kioroform = 5:: 1
0, 21
0, 32
Sebagai fasa diam : silica gel 60 F.254
Penampak noda : Anis-aldehid.
, * A
' U M V U. - * . » *J Kl-A/NUOA" ,
Pemeriksaan Spektrofotometri.
4.1* Serapan Ultra Violet. , (22,29,30)
Radiaasi ultra violet yang dipakai adalah
ultra violet aekat :
200
- 530 nm, sedangkanra-diasi jauh :
100
-190
tidak pernah dipakaise-bab pada daerah ini udara mengabsorbsi radiasi
ultra violet jauh, sehingga diperlukan kondisi
hampa udara* Sebagai sumber radiasi biasanya
di^-gusiakan larapu hidrogen atau lampu denteriura (I>
2
) •Spektrofotometri ultra violet pemakaiannya
ter-batas pada senyawa yang mempunyai sistim
terkon-jugasi dan mengadakan interaksi (serapan) yang
selektif dan karakteristik terhadap gugus
dida-lam molekul. Spektrum hanya diberikan oleh gugus
yang karakteristik sehingga kemungkinan spektrum
tersebut s?jr.a dengan spektrum yang diberikan
0
-leh molekul yang sederhana.
Sedangkan penentuan spektrum ultra violet pada
triterpenoid untuk mengetahui adanya sistim
ter-konjugasi dalam senyawa tersebut.
Adapun pemilihan pelarut harus memenuhi syarat :
- Tidak mengandung sistim terkonjugasi pada
struktur molekulnya atau tidak berwarna.
- Tidak berinteraksi dengan tuolekul senyawa
- Harus mempunyai kemurnian yang tinggi,
Radiasi cahaya ultra violet pada molekui atau
a-tom menyebabkan terjadinya energi elektronik
shinggs. spektranya dapat disebut jug? spektra
e-lektronik. Dinana gugusan yang mengabscrpsi
I'adi-asi elektronik acalah gugusan kromofor yang
me-rupakan ikatan kovalen tak jenub.
Pada senyawa terkonjugasi tidak karaktoristik ser
perti kromofor terpisah tetapi terjar'i interaksi
yang mengakibatkan pergeseran kepanjang gelombang
yang le'oih pan^ang. Sedangkan gugusan auksokro^
tidak r.engabsorpsi didaerah UV dekat tetapi bila
gugusan \ni dii’rat .gugusan kromofor akan terjadi
pergeseran kepanjang gelorr.bang daerah UV dekat.
Perobahan pita absopsi yang disebabkan oleb
pela-rut atau gugus *uksokrovn acalah :
1. Pergeseran Batokro^ik, yaitu pergeseran kearab
panjang gelo*nbang yang Isbib panjang.
2.
Pergesex*an Hipsokronik yaitu pergeseran keirahpanjang gelonbang yang lebib pendek.
3. Akibat Hiperkromik, yaitu suatu kenaikan inten-
sitas serapan.
4. Akibat Kipokromik, yaitu suatu penurunan inten-
Beberapa contoh hasil serapan Ultra Violet dari
beberaua macam triterpenoid.
a. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid bentuk
ester asetat hasil isolasi dari Alstonia
spa-tulata Biume,
- Dengan menggunakan pelarut kloroform,
memberikan serapan maksimum pada panjang ge
-lombang 242 nm.
- Dengan menggunakan pelarut etanol,
memberi-kan serapan maksimum pada pan^ang gelombang
218 nm.
b. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid bentuk
bebas hasil isolasi dari Alstonia snatulata
Blume- f ?t
3
)- Dengan menggunakan pelarut kloroform,
mem-berikan serapan maksimum pada panjang ge
lombang 242 nm.
- Dengan menggunakan pelarut etanol,
memberi-kan serapan maksimum pada panjang gelombang
206 nm.
c. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid bentuk
ester benzoat hasil isolasi dari Alstonia spa
tulata Blume. (28)
Dengan menggunakan pelarut kloroform, mem
ge-lombang 242 nm, 272 nm, 280 nm.
Serapan Ultra Violet dari triterpenoid hasil
isolasi dari Alstonia scholaris R.Br. (19)
- Dengan menggunakan pelarut kloroform ,
memberikan serapan maksimum pada panjang ge
-lombang 240,8 nm.
Serapan Ultra Violet dari triterpenoid hasil
isolasi dari Vernonia cinerea (1.) Less. (20)
- Pada kristal I , dengan menggunakan pelarut
kloroform , memberikan serapan maksimum pa
da panjang gelombang
242
nm.- Pada kristal II , dengan menggunakan pelarut
kloroform , memberikan serapan maksimum pa
4.2. Sergpsn Infra M e r a h . (22,29,31)
Daersh infra merah meliputi panjang
ge-lombang 13*000-33 cm ^ (0^75-300 nm), tetapi
sebagian besar penggunaannya terbatas pada da
erah antara 000-667 cm ^ (2,5-15 nm). Dalam
suatu analisa struktur, pembuatan spektrum in
fra mersh dimaksudkan untuk mengetahui Jenis
gugus fungsi yang ada dalam senyawa tersebut.
Cuplikan zat padat untuk pemeriksaan serapan
infra merah dapat aibuat dengan cara sebagai
berikut :
1. Teknik mull Nujol ( mull fluorolube).
Ukuran partikel lebih kecil dari 2 urn.
Caranya : Zat padat 2-5 nig digerus halus ,
tambah 1-2 tetes nujol dalam mor
tir digerus sempai homogen. lalu
dipindehksn diantara 2 lempeng
N a d ditekan hingga merupakan la
Beberapa contoh hasil serapan infra merah aari
beberapa macam triterpenoid.
a, Serapan infra merah dari triterpenoid bentuk
ester asetat hasil isolasi dari Alstonia spa
tulata Blume. (?°)
Triterpenoid ini memberikan puncak - puncak
pada bilangan gelgmbang ( dalam cm ) :
2920, 2850, 2325, 2730, 2635, 1450, 1378,
1245, 1150, 1100, 1025, 1005, 935, 905, 880,
810, 730, 660, 615, 550. '
1730 cm"-1- karakteristik untuk vibrasi ulur C=Q
1378 cm"l karakteristik untuk vibrasi ulur C-H
metil asetoksi.
1245 dan 1025 cm-1 karakteristik untuk vibrasi
ulur C-O-C dan gugus asetoksi,
1635 cm“3. karakteristik untuk vibrasi ulur C=C
dengan 3 substituen.
310 cm“^- karakteristik untuk vibrasi ulur C-H
(diluar bidang pada C=C dengan 3 sub
eti tuen).
b, Serapan infra merah dari triterpenoid bentuk
b.ebas hasil isolasi dari Aistonia spatulata
Blume* (2S)
Pada triterpenoid ini memberikan puncak-puncak
3350, 2950, 2850, 2325, 1635, 1455, 1380, 1365,
1190, 1140, 1100, 1040, 1000, 975, 950, 925,
885, 330, 810, 750, 665, 550.
3350 cm"3- karakteristik untuk vibrasi ulur 0-H
1100 cm-l karakteristik untuk vibrasi lentur
0
-H1040
cm~l karakteristik untuk vibrasi ulur0=0
dari alkohol sekender.
1635 cm-l karakteristik untuk vibrasi ulur C=iC
dengan
3
substituen.810 cm“l karakteristik untuk vibrasi ulur C-l!
( diluar bidang pada C=C dengan
3
substituen ).
c . Serapan infra merah dari triterpenoid bentuk
ester bensoat basil isolasi dari Alstonia
spa-tulata Blume. <'28''
Pada triterpenoid ini memberikan puncak-puncak
pada bilangan gelombang ( dalam cm~l ).
2900, 2350, 1700, 1635, 1575, 1450, 1380, 1360,
1310, 1275, 1200, 1185, 1100, 1095, 1065, 1025,
1005, 965, 880, 810, 700, 680, 655.
1700 cm-l karakteristik untuk vibrasi ulur C
»0
yang terikat pada gugus aril.
1275 cm-l karakteristik untuk vibrasi lentur C=0
1595 dan 1450 karakteristik untuk vibrasi ulur
2900 cm_l karakteristik untuk vibrasi ulur C-H
aromatis.
810, 700 dan 680 cm~^ karakteristik untuk vibra
si ulur C-H pada substituen tunggal
aromatis.
Serapan infra merah dari triterpenoid hasil iso
Iasi dari Alstonia scholaris R.Br. (
19
;Pada triterpenoid ini memberikan puncak-puncak
pada bilangan gelombang ( dalam cm-1 ).
3^25, 2930s 1723, 1460, 1380, 1230, 1033, 983,
883.
3^25 cm"**" karakteristik untuk gugus fungsi -OH,
2980 cm"1 karakteristik untuk gugus fungsi -CH-^
1723 cm-1 karakteristik untuk gugus fungsi -C=0
1
460
cm™'1' karakteristik untuk gugus fungsi-CH-1230 cm”1 karakteristik untuk gugus fungsi C-O-C
1033 cm-1 karakteristik untuk gugus fungsi OK.
983 cm”1 karakteristik untuk gugus fungsj =CH
dari ikatan tidak jenuh baik alifatis
maupun aromatis.
Serapan infra merah dari triterpenoid hasil
i-solasi dari Vernonia cinerea (L.) Less. (20)
Pada triterpenoid ini memberikan puncak -puncak
?ada kristal I dan kristal II memberikan pun-
cak - puncak yang sauia pada daerah 2?p0, 2700,
1 6 6 0 , lifOO,
132 0
,119 0
, 1 1 1 0 , 1 0 6 0 ,990
, 9 5 0 ,BAB II
BAHAN, ALAT DAN METODE KERJA
1. Bahan - bahan yang dlgunakan.
1.1. Penyediaan bahan penelitihan.
Bahan penelitihan yang digunakan untuk
per-cobaan isolasi adalah kulit batang cereme (
Phyllanthus acidus Skeels ) yang didapat dari dae
-rah Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto,
Ja-wa timur pada bulan desember 1986*
1.2. Bahan klmia yang digunakan.
- Metanol (tehnis yang telah didestilasi).
- M-Heksana (tehnis yang telah didestilasi).
- Aceton p.a.
- Kloroform p.a.
- Metanol p.a.
- Bensena p.a.
- Asam sulfat pekat.
- Kalium broraida
- Keisel gel 60 E.Mork tebal 0,2 mm.
- Keisel gel 60 E. Merk ukuran
- Pereaksi anisaldehid v 32J
- Kolom kromatografi.
- .Fisher - john melting point apparatus, kapa-
sitas suhu antara 0° - 300° 0. Fischer Scien
tific Company, made in U.S.A.
- Parkin Elmer, Infra red spectrophotometer
735 E.
- Spectrophotometer UV-visiVle-recording,
Shi-madzu uv-260.
3, Metode Ker.ja.
3.1. ueterminasi tumbuhan.
jjeterminasi tumbuhan dilakukan dengan kun-
ci determinasi packer, C.A. & Eakhuizen van Den
Brink, R.C., Flora of java, N.V. Noordhoff -
Groningen, The Netherlands il, 1965.
3.2. Penyiapan bahan •penelltlan*
Kulit batang cereme dibersihkan dari kotor-
an - kotoran yang masih melekat, dijemur, ditum-
3.3. Isolasi Triterpenoid.
150 gram bahan serbuk dimasukkan
keda-lam labu alas bulat dan direfluk dakeda-lam pela
rut n-heksana, ekstraksi dilakukan selama
2
jam dan diulang sebanyak tiga kali. Kemudian
disaring, penyaringan dilakukan setiap dua
jam sekali. Filtrat hasil ekstraksi
dikumpul-kan sedangdikumpul-kan residu dibuang.
Dengan alat rotavapour filtrat dipekatkan
sampai kental.
3*4. U.ii adan.ya triterpenoid.
Untuk deteksi adanya triterpenoid dapat
dilakukan dengan cara :
penoid ditandai dengan timbulnya waiv
na ungu yang stabil.
- Tes Carr - Price,
untuk penampak nodanya digunakan pereaksi
anisaldehid.
Cara pelaksanaan :
Sedikit zat dilarutkan dalam
kloro-form, kemudian dengan menggunakan pipa
ka-piler larutan zat tersebut ditotolkan pa
da lempengan fasa diam dengan jarak 1 cm
dari tepi bagian bavah. Setelah itu lem
pengan faaa diam tersebut diraasukkan
keda-lam bejana kromatografi yang telah jenuh
dengan uap dari fasa gerak tersebut
dia-tas. Apabila fasa gerak sudah mencapai
ga-ris batas yang telah d i tentukan,lempengan
diambil dan didiamkan sampai kering pada
suhu karnar. Kemudian lempengan tersebut
disemprot dengan pereaksi anisaldehid ,
lalu dimasukkan kedalam lemari pengering
pada suhu 105° - 110° C , selama se puluh
menit. Diamati warna noda yang terbentuk
dan aiukur harga Rfnya,
Pemurnian Triterpenoid>
JSkstrak kental dilarutkan kedalam metanol
dan dipanaskan sambil diaduk, kemudian sebelum
mendidih ditambahkan arang aktif, dan disaring
Sedikit zat pada papan tetes
di-tarabah kristal antimon triklorida, d i
gerus homogen kemudian ditambah
bebera-pa tetes asam asetat anhidrat dan
dia-mati warna yang timbal. Adanya triter
penoid ditandai timbulnya warna ungu
yang stabil.
- Reaksi Salkowski.
Caranya :
Sedikit zat dilarutkan dalam
klo-roform kemudian raelalui dinding tabung
reaksi ditambahkan asam sulfat pekat
se-cara perlahan - lahan. Adanya triter
-penoid ditandai dengan terbentuknya
cin-cin ungu pada batas kedua cairan
terse-but,
3.4.2. Kromatografi lapisan tipis.
Uji adanya triterpenoid dengan
kromatografi lapisan tipis dilakukan da
lam bejana kromatografi, sebagai fasa
geraknya digunakan carapuran pelarut
kloroform : metanol = 9 : 1 ( v/v ),
fasa diam yang digunakan adalah kiesel
sampai warna kuning hilang ( Xarutan menjadi
jer-nih ) . Larutan didiamkan sampai terbentuk kris
tal amorf yang berwarna putih kekuningan. Kemu
dian kristal tersebut dimurnikan lagi dengan
ca-ra kromatogca-rafi kolom, caca-ranya :
Kemudian dibuat suspensi serbuk hasil ekstraksi,
keisel gel 60 E.Kerck ukuran 234 - 400 mesh dan
pelarutnya. Kemudian dimasukkan kedalam kolom
kromatografi dengan hati - hati, baru dilakukan
penampungan dan dikumpulkan beberapa
fraksi,ti-ap fraksi diisi 10 mililiter. Kemudian tifraksi,ti-ap
fraksi dianalisa komponen secara kromatografi
la-pisan tipis, noda yang mempunyai harga Rf sama
dikumpulkan jadi satu. K.emudian diuapkan maka
a-kan didapata-kan endapan yang berwarna putih.
R e k r i s t a l i s a s i .
Sisa hasil penguapan dari fraksi yang
di-tampung dilarutkan kedalam aseton sampai larut
keKemudian diaiamkan pada subu rendah. rcaka a
-kan terbentuk kristal berwarna putih. Cairan
diarcbil dengan hati - hati dan kristal dicuci
dengan metanol.
3.7. Identii'ikasi isolat kulit batang Phyllanthus
acidus Skeels.
Kristal hasil isolasi dari kulit batang
Phyllanthus acidus Skeels di uji adanya kan
-dungan triterpenoid dengan cara :
3.7.1. Heaksi Warna
Dilakukan dengan tes :
- Tes Liebermanr. - Burchard.
- Tes -)arr - Price.
- Tes Salkowski.
3.7.2. Kromatografi lapisan tipis
Identifikasi dengan cara ir.i digu
nakan pelarut berturut-turut adalah :
Kioroform : heksana = 7 : 3 (v/v).
metanol =
9 :
1
(v/v).metanol » 7 : 3 (v/v).
etil asetat =
8 : 2
(v/v),etil asetat =
9 : 1
(v/v),3.7.3. Penentuan titik leleh.
Untuk menentukan tetapan titik
leleh dipakai alat " Fischer John Kioroform
lorof orm
lieksana
melting point apparatus 11.
Caranya :
Sedikit zat hasil pemurnian
diletak-kan diantara dua lapisan kaca yang
terse-dia, kemudian diletakkan pada alat Fisher
Johns Melting Point Apparatus. kemudian
alat dihidupkan dan temperatur alat dia
-tur disesuaikan dengan suhu ruangan.
Se-lanjutnya dihidupkan dan diaraati dan
dica-tat pada saat zat mulai meleleh.
3.4.4. Penetapan spektra serapan infra merah.
Sedikit zat hasil pemurnian dicam
-pur dengan kalium bromida bebas air' de
ngan perbandingan (
1
:100
), digerusdalam fcortir akik sampai homogen, kemudi
an dicetak dengan kempa hidrolik pada
te-kana-n
10
ton/inci2
selama 5 - 1 0 menit dalam hampa udara dengan menggunakan
pengem-pa hidrolik. Hasil yang didapengem-pat berupengem-pa
lempengan transparan, kemudian dilihat
serapan spektra ini’ra merah dengan menggu
nakan alat " Perkin-Elmer " f infrared
spectrophotometer 735 B.
3.4.5. Penetapan spektra serapan ultra violet.
pelarut metanol, Diambil dua buah kuvet
satu diisi larutan triterpenoid dan yang
lain diisi dengan metanol, kedua kuvet
dipasang pada spektrofotometer M
Shimad-zu " UV - 260 dan alat dijalankan,
se-hingga didapatkan spektogram dengan pun
BAHAN
NAS (DIULANG AD JERNIH)
FILTRAT
TAMPUNG BEBERAPA FRAKSI
METANOL
1
m K S I y a n g s a x a d i k u m p u l k a n
KEMUDIAN DIUAPKAN
i
EHDAPAI'i
REKKISTALISASI KHI5TAL
I
BAB III
HASIL PTSEELITI AN
1
. -ueterminasi tumbuhan»Determinasi tunLuban dengan kunci determinasi
packer, C.A. & Bakhuizen van Den Brink, R.C., Flora
of Java, 1965.
Determinasi suku
lb -
2
b -3
b - 4b -12
b 13b 14b 17b-18b - 19b - 20b - 21b - 22b - 23b - 24b - 25a
99. Euphorbiaceae .
Leterminasi marga
lb - 3b - 4b - 6a - 7b - 3b - 10b - 13b - 15b
2
5
b - 26b - 27b - 28b -29
b - 30a - 31b - 32b33a - 34b . 8. Phyllanthus.
Leterminasi .ienis
lb - 6b - 8a - 9a . Phyllanthus acidus.
2. Isolasi triterpenoid
Dari 150 g serbuk kulit “batang Ph.yllanthus a c i dus bkeels yang dilakukan penyarian secara refluk dengan menggunakan pelarut n-heksana didapat ekstrak
3
. u.ji adan.ya triterpenoid3
.1
. Hasil reaksi w a m a .a. j;engan tes liebermann - .burchad hasil isola
si ikan warna unru koiverahan yang ta
-han lama.
b. Dengan tes Uarr - Price hasil isolasi m e mb e
rikan warna ungu kemerahan yang tahan lama . c. Dengan tes Salkowski hasil isolasi terbentuk
cincin coklat pada batas kedua cairan. 3.2. Kasil kromatografi lapiaan tipis.
Fasa diam yang digunakan : Kiesel gel 60 F254
Fasa gerak yang digunakan : Kloroform : metanol
E. Kerck
9
1
Penampak noda anisaldehid
j UT;lah noda
Warna noda
1
. ung-u.2
. ungu.narga Rf.
: Kroraatogram KLT dari ekstrak kulit batang Phyllanthus acidus Skeels.
Fasa diam : Kieselgel 60 F254- E-.Merck.
Fasa gerak ; Kioroform : Metanol * 9 : 1
( v/v ).
4 . Hasil Pernurnian>
Hasil pernurnian dengan penambahan arang aktif
didapatkan serbuk arnorf berwarna putih kekuningan
seberat 505 miligram. pada kromatografi kolom
ditam-pung fraksi ke 7 - 2 4 memberikan harga Rf yang sama
dan pada penguapan didapatkan endapan warna putih. Lari rekristalisasi dengan menggunakan pelarut cam -puran asetor. - metanol didapatkan kristal warna pu
tih dengan berat
72, 1
miligram.5* U.ii hasil pernurnian dengan reaksi warna,
a, Dengan tes Liebermann-Burckad hasil pernurnian
memberikan warna ungu kemerahan yang tahan lama.
b. Dengan tes Carr-Price hasil pernurnian memberikan
warna ungu kemerahan yang tahan lama,
c'i Dengan tes Salkowski hasil pernurnian terbentuk cinc.in coklat.
6
• Haail penentuan titik leleh.hasil penentuan titik leleh dalam tiga kali
penga-matan, dengan menggunakan alat Fisher Johns Melting
Po.int Apparatus . I L
1
= 228° C.T l
2
= 229° C.T L
5
= 223° C.7. hasil kromatografi lapisan tipis pemurnian isolat
kulit batanp; Pbyllantus acidus Skeels.
Tabel I
Hasil KLT isolat kulit batang Phyllantus acidus Skeels
! Fasa bergerak Jumlah noda ! Harga R f ! Warna *
!Klorofarm : Heksana satu noda !
0, 22
! ungu !! 7 ; 3 i i • i «
! Kloroform : Metanol sa'cu noda ! 0,74 ! ungu (
! 9 :
1
i ! » t »! Kloroform : Metanol satu noda ! 0,84 ! ungu !
! 7 : 3 i t |
! Heksana : Etil asetat satu noda !
0, 36
! ungu !!
8
: ?. J i i! Kloroform : Etil asetat satu noda ! 0,59 ! ungu !
! 9
1
t i tBari tabel diatas terlihat bahwa dengan dipakai
cam-puran fasa gerak yang berbeda , isolat tersebut
: Kromatogram KLT hasil isolasi kulit batang Phyllanthus acidus Skeels.
Fasa gsrak ; Kioroform : Hexan = 7 ; 3
( v/v ).
Fasa diam : Kieselgel 60 F254 E.Merck
: Krorcatogram KLT hasil isolasi kulit batang Phyllanthua acidus Skeels.
Fasa gerak : Kloroform : Metanol * 9 : 1
( v/v ) .
rasa diam : Kieselgel 60 F254 E.Merck.
Gambar
6
: Kromatogram KLT hasil isolasi kulit batang Phyllanthus acidus Skeels.Fasa gerak : Kioroform : Metanol = 7 : 3
( v/v )♦
Gambar 7 : Kromatogram KLT haeil isolasi kulit batang Phyllanthus acidus Skeels.
Fasa gerak : hexan : etil asetat «
8
:2
( v/v ).
i’asa diam : Kieselgel 60 F254 E Merck.
Gambar
8
: Kromatogram KLT hasil isolasi kulit batang Phyllanthus acidus Skeels.Pasa gerak : Kloroform : etil asetat =
9
;1
( v/v }.Fasa diam : kieselgel 60 F254 E. Merck.
7
. hasil sqrapan terhaaap ultra violet. •Triterpenoid hasil isolasi memberikan serapan maksi -rnum pada pan jang gelombang 206 nm, dalam pelarut me
tanol.
8
. Hasil serapan terhaaap Infra m e r a h ♦Triterpenoid hasil isolasi memberikan puncak - puncak
serapan seperti tertera pada gambar . Yaitu :
1100, 1040, 1000, 940, 817. ( dalam cm
' 1
).Lari spektra infra merah diatas terlihat adanya puncak
puncak serapan yang spesifik pada :
3300, 2926, 2850, 1470, 1350, 1370,1350,1270,1190
3300 cm--*- untuk gugus fungsi -OH.
2926 dan 2470 untuk gugus fungsi CH
2
.1390 dan 1370 untuk gugus fungsi gem dimetil.
317 karakteristik ulur C - H dilu^r bidang.
c h a r t . " <5p H ] P r e p a r e tin- n e w c h a r t . <(6 0,■ I’ rrp'are
Garabar 9 : Spectrogram ultra violet zat hasil isolasi
M
I
C
R
O
M
E
T
E
R
S
(M
m
BAB IV
PEKBAHASAN
Da la m penelitian ini dilakukan isolasi terhadap kandungan komponen triterpenoid yang terdapat pada k u lit batang tumbuhan Phyllanthus acidus Skeels yang di
-kurnpulkan dari dat-rah Mojosari Kabupaten Mojokerto ,
Jawa Timur.
Parta isolasi triterpenoid dari kulit batang Phyllanthus acidus Skeels dipilih pelarut n-heksana ,
karena untuk komponen-komponen senyawa yang sifat
ke-larutannya kecil terhadap n-heksana tidak ikut
tereks-traksi. Ekstraksi dilakukan dengan cara merefluk sela.
-ma dua jam sebanyak tiga kali di-maksudkan agar
kan-dungan triterpenoid terekstraksi lebih sempurna.
Dengan digunakannya pelarut n-heksana untuk penyarian,
rcaka triterpenoid yang berhasil diisolasi dalam bentuk
bebas. Hal tersebut disebabkan kerena triterpenoid ben
tuk bebas mempunyai kelarutan besar dalam pelarut
n-heksana #
Hasil ekstraksi diuapkan dan didapatkan ekstrak kantal .
berwarna kuning kehijauan.
keduanya memberikan warna ungu yang stabile untuk tes Salkowski dihasilkan cincin warna coklat pada batas ke
-dua cairan tersebut, hal tersebut membuktikan bahwa
ekstrak tersebut mengandung triterpenoid.
Dari kromatografi lapisan tipis dengan campuran
eluen kioroform : metanol =
9 :
1
didapatkan dua noda dengan harga Rf 0,70 dan 0,79 dengan warna noda ungu.
Penambahan arang aktif dan kemudian disaring pa
-nas
6
imaksudkan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yangtidak dikehendaki ada dalam isolat.
Kemudian larutan didiamkan, maka akan terbentuk endapan
berwarna putih, Tetapi bila dilarutkan kedalam pelarut
kioroform atau n-heksana akan berwarna kekuningan.
Karena dengan pencucian dan rekristalisasi tidak
berha-sil menghilangkan warna tersebut, maka dilakukan kroma
tografi kolom.
Pada penampungan fraksi ke 7 sampai ke 24, setelah di
lakukan uji kromatografi lapisan tipis didapatkan satu
noda dengan harga Rf yang sana aan warna sama. Kemudian
fraksi ke
7
dan ke24
dikumpulkan jadi satu dan setelah diuapkan didapat endapan warna putih. Kemudian dilaku-k a n re-kristalisasi dengan pelarut aceton. metanol
se-hingga didapat kristal putih.
Svidaii^ar. Jen^an tes Salkowskl dihasilkan cincin coklat pada batas kedua cairan , fcal tesebut menunjukkan bahwa s<.nyawa tersebut adalah triterpenoid.
Kromatografi lapisan tipis dilakukan dengan lima macam campuran pelarut menghasilkan , campuran kioroform
: metanol = 9 ; 1 satu noda warna ungu dengan harga Rf =
Jumlah satu noda menunjukkan zat tersebut murni secara
kromatografi lapisan tipis.
Penentuan titik leleh dari zat hasil isolasi dengan raenggunakan alat Fisher Johns Melting Point Apparatus didapatkan titik leleh 228° - 229° C. Ketajaman titik leleh tersebut menunjukkan bahwa zat tersebut murni.
Dari hasil serapan spektra ultra violet menunjukkan
serapan maksimum pada panjang gelombang 206 nra dalam pe
larut metanol, ini mendekati serapan maksimum dari tri
terpenoid yang terdapat pada kulit batang Alstonia Scho
Sedangkan pada kulit batang Phyllanthus emblica I. m e nunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang
212
am dalvm pelarut metanol
Spektra serapan infra merah memberikan puncak
-puncak pada daerah bilangan gelombang :
3300
cm"1 ,kesamaan dengan daerah bilangan gelombang pada spektra
infra merah triterpenoid yang diisolasi dari Alstonia
spatulata; sedangkan perbedaannya adalah pada daerah
bilangan gelombang 1730 cm”1 , dan 1635 cm- 1 , tidak ada
pada spektra infra merah dari hasil isolat, dimana
bilangan gelombang tersebut ditunjukkan di spektrum
infra merah dari triterpenoid yang terdapat pada Alsto
nia spatulata Blume.
E-ibandingkan dengan spektra infra merah dari Alstonia
scholaris R .Br menunjukkan kesamaan pada daerah bilang
1270 cm”1 , 1190 c n f \ 1100 cm"1 , 1040 cm- 1 , 1000 cm
”
1
.Sedangkan perbedaannya pada bilangan gelombang 1725 cm
dan 1640 cm tidak ada pada spektra infra merah dari
hasil isolasi, tetapi ada pada spektra infra merah deri
triterpenoid yang terdapat pada Alstonia scholaris R.3r.
Dengan adanya persaraasn daerah bilangan gelombang ter sebut diatas make hasil isolasi adalah suatu senyswa go
-longan triterpenoid, sedangkan perbedasn pada daerah
bi-langan gelombang 1730 - 1635 (cm •) menunjukkan senyawa
triterpenoid-'hasil isolasi mempunyai struktur kimia yang
berbeda dengan triterpenoid yang ada pada Alstonia
spatu-lata Blume. dan Alstonia scholaris R.3r*
i^ada penelitian ini belum dapat diter^uksn struk- . tur kimianya, kerena masih diperlukan tahapan penelitian
yang panjang yaitu :
Pembuatan spektra Nf'IR dimaksudksn untuk mengetahui pola kerangka molekulnya dan jenis proton yang dipunyai senya w a ini.
j^embuatan spektra m a s a untuk mengungkapkan berat molekul senyawa, Juga dengan cara degradosi suatu senyawa akan
dapat diraraalkan s t r u k t u m y a .
Juga perlu dilakukan reaksi hidrolisa, esterifikasi de
ngan asam asetat dan esterifikasi dengan asam benzoat .
Kemudian hasilnya dibuat spektra UV, IR, NMR, dan m a sa .
delain bentulc bebas atau bentuk esternya.
.t'ada penelitian ini hanya dilakukan pengambilan data
reaksi warna, 'romatografi lapisan tipis, titik leleh,
serapan ultra violet, serapan infra merah. iiemudian d£
ta tersebut dibandingkan dengan data dari triterpenoid
yang ada dipustaka, maka dapat disimpulkan bahwa senya
BAB V
K E S I M P U L A N
Bari percobaan isolasi dan uji secara kualitatif
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kulit batang Phyllanthus acidus Skeels mengandung
t riterp en oi d.
2. Berhasil diisolasi kristal triterpenoid yang berwar -na putih dengan titik leleh : 228° - 229° C.
BAB VI
SARAN-SARAN
Pada penelitian ini telah berhasil diisolasi tri terpenoid dan telah dilakukan uji kwalitatif, dari h a sil tersebut disarankan agar :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memas
-tikan struktur triterpenoid yang terdapat dalam P h y l
lanthus acidus Skeels.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang ak -tifitas farmakologis dan efek toksisnya dari triter
penoid tersebut.
RINGKA3AN
Triterpenoid ditemukan pada beberapa jenis phyllanthus,
dan bebernpa triterpenoid sudah diketahui efek farmakologinya.
Telah dilakukan isolasi triterpenoid dari kulit batang
Phyllanthus acidus Skeels., dengan cars ekstraksi dalam pela -
rut n-heksana, kemudian ekstrak dipekatkan dan dicuci dengan
arang aktif dalam pelarut metanol, Diuapkan, lalu dilakukan
kromatografi kolom dengan pelarut kloroform:metanol (9:lJjfrak
si ke 7-24 ci;a'fipun
2
, diuapkan, maka didapat endapan warna putih, dan direkristalisasi dengan pelarut aseton - metanol
Dilakukan uji kualitatif, untuk reaksi warna dengan lie
berman-Burchad dan Carr-Price menunjukkan warna ungu,untuk Sal
kowski terbentuk cincin warna coklkt pada batas kedua cairan.
Penentuan titik leleh didapatkan meleleh pada 228° -
229
° 0 .Uji kromatografi lapissn tipis dengan campuran pelaxut kloro -
form:metanol*9:1 memberikan harga Rf=0,?4; untuk pelarut kloro
form:metanol=7:3 memberikan haxga Rf=0,84; pelarut kloroform :
heksana=?:3 memberikan harga Rf=0,22; sedangkan pelarut kloro-
fo r m :etil asetat memberikan harga Rf=0,59; dan pelarut heksana
: etil asetat=8:2 memberikan harga Rf= 36.
JJats UV menunjukkan serapan maksimum pada A 206 nm.
Data IR menunjukkan puncak-puncak pada daerah ccm“1 ; 3300,2926
2850,1470,1390,1370,1350,1270,1190,1100,1040,1000,940,817.
Dari data tersebut dibandingkan dengan data triterpenoid
dari pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa senyawa tersebut a-
DAFTAR PUSTAKA
1. Backer, C.A. & Bakhuizen van Ben Brink, R.C., Flora
oi' Java, M V P Noordhoff - Gronimgen, The Netherlands
II, 19&5, hal 466
2. Chakravarti, D., Chakravfrti, R.N. ang Chos, R., Tri
terpenoid of Alstonia scholaris R.Br., Indian Chemis try S o c . , 37,637 ( I960 ).
3. Lonatus, I.A., dkk., Risala Siraposium Penelitian Tum
-buhan Obat III, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah
Mada, Yo^jakarta, 1983, 398-399.
4. Engler's, A. Syllbus Her Pflanzen Familien. Vol.II.
KV Reinhold Publishing Corporation, Chapman and Hall
LTD,, London, 1963, hal. 109 - 224.
7. Gonzales, A.G., et a l ., A N e w Quinonoid Triterpene
from Catha cassinoides, Phytochemistry, 14, 3 069(1975)
8
. Harborne, J.L., Phytochemical Methods, a guide to modern Techniques of Plant Analysis, Chapman and Hall,
9 . .Hegnauer,R., Chemotaxonomie der pflanzen. Band 4,
delen, V Uitgeverij Van Koeves-Gravenhage, Bandung,
19 50
, hal889
- 390.15. Kuhamad Zainudin, Khromatografdi Lapisan Tipis (KLT),
Kursus Instrumental Bagian Farmasi, Fakultas Kedok-teran Universitas Airlangga , 1976, hal 48-60.
16. Quisu;abing, .MeO.icinal plant of the Philippines.,
17. Soedigdo, P.,Soedigdo, S. " Penelitian efek hipogli-
semia kompenen-komponen daun sambiloto, Andrographis
peniculata, Ness., Simposium Penclitian Toncman obat
I. Bogor, hal. 191-195* 1975*
18. Streitweieser, A., Heathcock, C.H., Introduction to
organic Chernestry, 2nc* Edition, I-; acini 11 an Publishing
Company, inc., New York, Collier Macmillan Publishers
.London, 1977, hal 1165-1183.
19. Suprantiyus, Pengaruh Pemberisn Isolat Triterpenoid
dan Dekok Ku}.it Batang Alstonia scholaris R.3r. Ter-
hadap Tekenan Darah Anjing, Skripsi Sarjana, Unair,
1986.
20. Budi Rahardjo, Isolasi Komponen Dari Herba Vernonia
cinerea, Skripsi Sarjana, Unair, 1986.
21. Stahl. Egon, Thin iiayer Chromatography, Second Edition
Translated by II.R.F. Ashv.rt, Springer International
Studen Edition.
22. Silverstein, P.M., Bassler, C.G., and f-'ari11, T.C.,
Spectrometric Identification of organic Compounds ,
•John YJiley 8: Sons, Inc., New York, 1974.
23. Tanaman Cbat Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan
Pepubluk Indonesia, Jakarta, 1985, hal 18.
24* Tanaman Obat Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan
25. Trease, G.E., Evans, W.C., Pharmacognosy, ll^hEdition Bailliere Tindall, London, 1978.
26. Wabyo Lyatmiko, Noor Cholies Z., Penggunaar Kromatografi
lapisan Tipis ~alam Analisa Simplisia, Kursus Penyegar
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, 1976, hal 48-60
27. Windholz, M., The Merck Index, A Encyclopedia of che
micals and Drug, ninth edition, Merck & co., Inc, Rahway
N.J., USA, 1976, hal 83-84 f 728.
28. Yunasar Manjang, Penentuan Struktur Triterpenoid dalam
Alstonia scholaris R.Br. Yang diduga berkhasiat Sebagai Anti Liabetes, Lisertasi Lalam Ilmu Pasti dan Ilmu Penge
-tahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 1981.
29* -Pasli Noerdin, Elusidasi Struktur Senyawa Organik de
ngan Cara Spektroskopi Ultra Lembayung dan Infra Mftrah,
Angkasa, Ban&ung, 1985.
30. Sumadi, Poerwanto, Siswandono, Muhammad Mulya, Spektro
-fotometri (U.V. - 2T S . ) f Kursus Analisa Instrumental
Fa-kultas Farmasi Universitas Airlangga, 1986.
31. Fasich, Bambang Soekardjo, Achmad Puad Hafid, Spektro
-fotometri Infra Merah, Kursus Analisa Instrumental Fa
kultas Farmasi Universitas Airlangga, 1986.
32. Pedrosa Ciriaco, Phytochemical, Microbiologi and Phar
-macological Screening of Medicinal Plants, Act a
71
tY
.rapiran